DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh :
RIZAL ILHAMY
0911010033/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENGARUH SIZE, TANGIBLE, PROFITABILITY DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG
GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
RIZAL ILHAMY 0911010033 / FE / IE
Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :
Pembimbing
Drs. Ec. ARIEF BACHTIAR, M.Si Tanggal : ………..
NIP. 196 101 041 993 031 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
PENGARUH SIZE, TANGIBLE, PROFITABILITY DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN RETAIL YANG
GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
RIZAL ILHAMY 0911010033 / FE / IE
Telah Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :
Pembimbing
Drs. Ec. ARIEF BACHTIAR, M.Si Tanggal : ………..
NIP. 196 101 041 993 031 001
Mengetahui,
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
SKRIPSI
PENGARUH SIZE, TANGIBILITY, PROFITABILITY DAN TINGKAT
SUKU BUNGA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Segala puji bagi allah yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PENGARUH SIZE, TANGIBILITY, PROFITABILITY DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIK DI BURSA
EFEK INDONESIA”.
Adapun penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi program S1 pada Fakultas EkonomiPembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya jurusan Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada qudwah khasanah
kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul
qiyamah.
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini,
namun dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan
dari pihak – pihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak dan Ibu Orang Tua saya, Terima kasih atas segala pengorbanan,
2. Bapak Drs. Ec. Arief Bachtiar, Msi Selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi hingga ujian akhir skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, Mm Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Niniek Imaningsih, Mp Selaku Ketua Program Study Ilmu
Ekonomi Pembangunan.
6. Segenap Staf pengajar dan Staf kantor Universitas Pembangunan Nasional
“ Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan
pelayanan akademik bagi penulis.
7. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberi dukungan terus – menerus
Arief, Andry, Duwi, Dody dan lain – lain yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, Terima kasih atas semangat serta perhatianya.
8. Teman – teman seangkatan penulis Chandra, Sunandar, Heri, Yudhi,
Irwan, Angga, dan lain – lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, Terima kasih menjadi teman selama kuliah dan selamanya.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama yang
masukan yang sifatnya membangun. Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik
dalam materi yang tersaji maupun dalam teknik penyelesainya, penulis mohon
maaf yang sebesar - besarnya. Dan segala kerendahan hati, Semoga apa yang
terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak - pihak yang
memerlukan.
Surabaya, Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 19
2.2.1. Pengertian Struktur Modal ... 19
2.2.1.1. Komponen Struktur Modal ... 25
2.2.1.1. Komponen Struktur Modal ... 26
2.2.2. Ukuran Perusahaan (Size) ... 27
2.2.3. Aset Berwujud (Tangibility)... 28
2.2.7. Pengaruh Tangibility Terhadap Struktur Modal ... 33
2.2.8. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal ... 34
2.2.9. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Struktur Modal ... 35
2.3. Kerangka Konseptual ... 37
2.4. Hipotesis ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.2. Populasi dan Sampel ... 43
3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis ... 44
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 44
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.4.3. Uji Hipotesis ... 47
3.4.3.1. Uji F ... 47
3.4.3.2. Uji t ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.1.1. Struktur Modal (Y) Perusahaan Retail Yang Go Public di BEI ... 50
4.1.3. Tangibility (X2) Perusahaan Retail yang Go Public
di BEI ... 54
4.1.4. Profitability (X3) Perusahaan Retail yang Go Public di BEI ... 55
4.1.5. Tingkat Suku Bunga (X4) Perusahaan Retail yang Go Public di BEI ... 57
4.2. Uji Kualitas Data ... 59
4.2.1. Uji Normalitas ... 59
4.2.2. Uji Asumsi Klasik / BLUE ... 60
4.2.2.1. Uji Autokorelasi ... 60
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 62
4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 63
4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 64
4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 66
4.3. Pembahasan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75
5.2. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1. Nilai Debt EquityRatio (DER) Pada Pada Perusahaan Retail
Periode Tahun 2009 – 2011 ... 9
Tabel 1.2. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang akan dilakukan ... 17
Tabel 4.1 Nilai Struktur Modal Pada Perusahaan Retail Periode 2009 - 2011 ... 51
Tabel 4.2 Ukuran Perusahaan (Size) Pada Perusahaan Retail Periode 2009 - 2011 ... 53
Tabel 4.3 Aset Berwujud (Tangibility) Pada Perusahaan Retail Periode 2009 - 2011 ... 54
Tabel 4.4 Profitabilitas (Profitability) Pada Perusahaan Retail Periode 2009 - 2011 ... 56
Tabel 4.5 Tingkat Suku BungaPada Perusahaan Retail Periode 2009 - 2011 ... 58
Tabel 4.6 Uji Normalitas ... 59
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ... 62
Tabel 4.8 Uji Heterokedastisitas ... 63
Tabel 4.9 Koefisien Regresi Berganda ... 64
Tabel 4.10 Uji Simultan (Uji F) ... 67
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Berganda (R) Dan Determinasi Berganda (R2) ... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual... 39
Lampiran 1. Data Size (X1), Tangibility (X2), Profitability (X3), Tingkat Suku Bunga (X4) Dan Struktur Modal (Y) Pada Perusahaan Retail (Data Mentah)
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Lampiran 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
PENGARUH SIZE, TANGIBILITY, PROFITABILITY DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN RETAIL YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
RIZAL ILHAMY
Abstraksi
Adanya indikasi penurunan dan fluktuatif pada struktur modal perusahaan
retail yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang cenderung menurun, yakni pada : PT. Ace Hardware Indonesia Tbk, PT. Enseval Putera Megatrading Tbk, PT. Mitra Adiperkasa Tbk, PT. Nusantara Infrastructure Tbk, PT. Tigaraksa Satria Tbk, dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk, menunjukkan bahwa pada perusahaan retail terdapat suatu permasalahan yang harus ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size, tangibility, profitability dan tingkat suku bunga terhadap struktur modal retail
yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sehingga populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 perusahaan. Teknik analisis yang dgunakan adalah regresi linier berganda dengan uji statistik uji F dan uji t.
Dari hasil perhitungan diperoleh ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Keyword : Size, Tangibility, Profitability, Tingkat Suku Bunga dan Struktur
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia,
perusahaan-perusahaan sudah mulai mengadakan peningkatan-peningkatan kualitas dan
kuantitas untuk membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Semua usaha untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan
diupayakan dapat merata bagi semua kalangan masyarakat.
Semakin berkembangnya kegiatan perkembangan perusahaan-perusahaan
di Indonesia tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Terutama pada tahun
terakhir-terakhir ini dimana bangsa Indonesia mengalami gejolak moneter yang
membuat kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan dana. Apalagi kebutuhan
investasi untuk tahun-tahun mendatang semakin besar.
Sumber dana dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Dana yang
didapat di dalam negeri ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan dana yang
dibutuhkan dalam pembangunan, sehingga harus ditambah dari pihak swasta.
Partisipasi pihak swasta sangat diharapkan guna ikut aktif menggerakkan
perekonomian nasional. Swasta harus diikut sertakan dalam mendukung dana
pembangunan, karena swasta mempunyai kemampuan untuk menghimpun dana
2
Keputusan pendanaan berhubungan dengan persoalan bagaimana
kebutuhan dana untuk keperluan investasi tersebut dipenuhi, berasal dari sumber
mana termasuk berapa jumlah. Beragam alternatif sumber dana tersedia, yang
masing-masing memiliki ciri khas tertentu baik menyangkut beban maupun resiko
serta persyaratan lain yang diminta para pemodal. Berdasarkan pertimbangan
inilah, maka menjadi tugas pengambil keputusan agar merumuskan kombinasi
pembelanjaan terbaik atau kombinasi modal yang lebih memberikan keuntungan
bagi perusahaan. Lingkup aktivitas pembelanjaan itu berkenaan dengan
transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat
digunakan untuk memonitor keadaan ruangan perusahaan, perencanaan kebutuhan
modal pada masa yang akan datang, menilai kemungkinan peningkatan
produktivitas dan penentuan bentuk atau jenis-jenis modal yang akan ditarik.
(Suad, 2001: 56)
Dengan demikian keputusan pendanaan menyangkut permasalahn
keputusan yang tepat tentang struktur modal maupun struktur keuangan yang
optimal bagi perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan datang, pada
umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai
modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja
apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Penggunaan modal sendiri akan
menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan
jaminan bagi para kreditur, sedangkan modal asing adalah modal yang berasal
dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh
dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing,
dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan
untuk memperoleh dana tersebut (cost of capital).
Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang,
hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Struktur modal berkaitan
dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan
kegiatan pembiayaan perusahaan. (Hamzah, 2008: 17)
Perusahaan dapat mengurangi arus kas berlebih dengan cara menggeser
struktur modal ke arah lebih banyak menggunakan utang dengan harapan
persyaratan pelunasan utang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk
bersikap lebih disiplin. Utang yang lebih tinggi memaksa manajer untuk lebih
hati-hati dengan uang pemegang saham, tetapi perusahaan yang dijalankan dengan
baik pun bisa jatuh bangkrut jika ada kejadian yang berada di luar kendalinya,
seperti perang, gempa bumi dll. Untuk melengkapi analogi itu, keputusan struktur
modal akan memutuskan seberapa besar tanggungjawab yang harus digunakan
pemegang saham untuk menjaga manajer tetap bekerja baik. (Noor, 2001: 79)
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang, aktiva multiguna yang dapat
digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan
aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk
dijadikan jaminan. Oleh karena itu sebagian besar perusahaan yang go publik
khususnya perusahaan retail biasanya mempunyai leverage yang tinggi
4
Sedangkan perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak
mengandalkan modal eksternal, karena biaya pengembangan untuk penjualan
saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang, yang
mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Tetapi pada saat
yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpastian yang lebih besar yang cenderung mengurangi keinginannya untuk
menggunakan utang karena alasan resiko yang lebih besar dari modal utang yang
digunakan. Sehingga pengembalian atas investasi (profitability) dengan
menggunakan utang relatif kecil, padahal pihak perusahaan mengharapkan
pengembalian yang tinggi yang memungkinkan mereka untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan (struktur modal) mereka dengan dana yang
dihasilkan secara internal. (Munandar, 2003: 9)
Keadaan pasar modal yang menjelaskan bahwa keadaan pasar modal
sering mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya gelombang
kongjungtur. Sifat manajemen yang menjelaskan bahwa seorang manajer yang
bersifat optimis memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai
keberanian untuk menanggung resiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani
untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari
hutang meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban
finansial. Dalam penelitian ini kelima faktor yang mempengaruhi struktur modal
tersebut digunakan pada perusahaan yang go public. Adapun faktor- faktor
tersebut adalah ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility), profitabilitas
Pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan
lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualan, dan perusahaan yang besar biasanya lebih
berani dalam memiliki hutang yang tinggi untuk memilih proyek yang lebih
beresiko daripada yang aman. (Hamzah, 2008: 28)
Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset
perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut, sedangkan
aset berwujud (tangibility) merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
besar aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang, selanjutnya
profitabilitas (profitability) dimaksudkan untuk melihat seberapa besar laba yang
diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki, dan tingkat suku
bunga adalah persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam
kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode
tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak. (Hamzah, 2008: 30)
Pengaruh size terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Hamzah,
dkk (2008) bahwa size atau ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset, dimana
semakin besar total asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran
perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar akan memudahkan
perusahaan dalam masalah pendanaan yang berarti struktur modal akan besar
6
Apabila suatu perusahaan ingin mempunyai struktur modal yang optimum
atau baik, perusahaan harus mempunyai profitabilitas, tingkat suku bunga, tingkat
pertumbuhan, resiko bisnis dan ukuran perusahaan yang seimbang. Pengaruh
struktur modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan
sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan
biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah struktur modal
merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik
turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang
dibandingkan modal sendiri.
Pengaruh tangibility terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh
Riyanto (2000: 28) yang menyatakan bahwa tangibility diukur dari perbandingan
dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva. Struktur aktiva
mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang
mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup
meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, sehingga
semakin besar tangible semakin besar maka struktur modal dalam perusahaan.
Selanjutnya pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal seperti
dijelaskan Wright (2002: 17) menyatakan bahwa profitabilitas mencapai
maksimum apabila laba penjualan pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada
tingkat terendah. Hal ini menunjukkan profitabilitas yang tinggi apabila laba atas
Terakhir pengaruh tingkat suku bunga terhadap struktur modal seperti
dijelaskan Karvof (2004:79) bahwa secara teoritis hubungan antara tingkat suku
bunga dan kinerja pasar modal adalah negatif atau berbanding terbalik. Kenaikan
suku bunga pada umumnya akan membuat harga saham turun karena akan
memotong laba perusahaan, sehingga secara tidak langsung dengan kenaikan
tingkat suku maka struktur modal akan turun.
Salah satu lima faktor utama yang telah berkontribusi pada krisis ekonomi
di indonesia, keduanya khususnya terkait dengan keuangan kebijakan akuntansi
yang diterapkan dalam industry, termasuk dalam hal ini adalah industri retail.
Pinjaman-pinjaman jangka pendek asing berinvestasi dalam investasi jangka
panjang, dan memiliki utang yang tinggi terhadap ekuitas. Ketiga lainnya adalah
rekening arus tinggi defisit, kebangkrutan keuangan lembaga, dan akhirnya terlalu
banyak bantuan yang diberikan kepada keuangan lembaga oleh bank sentral
(www.journal.au.edu)
Berikut ini adalah fenomena yang terjadi pada beberapa perusahaan retail,
antara lain :
1. Fakta yang terjadi di lapangan adalah terjadi pada salah satu perusahaan retail
yaitu PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Sejak kuartal IV-2010 hingga
kuartal I-2011, penjualan peritel bersandi saham RALS itu terus melorot. “Ini
terjadi akibat faktor seasonality dan imbas penurunan harga komoditas.
kinerja Ramayana sejak awal 2011 terus menurun. Pada Januari-Februari saja,
penjualan Ramayana turun 5,1% dibanding tahun silam. Itu terjadi
8
ekonomi, terutama di luar Jawa. Sangat masuk akal jika manajemen
Ramayana mengindikasikan margin kotor perseroan berada pada level 24,6%
dalam dua bulan pertama 2011 dibanding 26,2% pada periode sama 2010.
Sepanjang tahun ini, kinerja Ramayana tampaknya tidak akan sekinclong
tahun lalu. Margin kotor perseroan diperkirakan hanya 26,7% dibandingkan
27,4% pada 2010. (www.bisnis.com 9 April 2011)
2. Komposisi kepemilikan saham Toko Gunung Agung meliputi PT Ciptadana
Sekuritas sebesar 4.708.000 lembar saham, CB Hong Kong 4.600.000 lembar
saham, MLPFSI Securities 9.360.000, Deutsche Bank AG 9.880.000 lembar
saham, Putra Masagung 10.901.000 lembar saham, PT Macro Target
8.602.000, dan publik 3.949.500 lembar saham. Harga saham Toko Gunung
Agung mengalami penurunan sekitar 8 persen dari Rp 270 per lembar saham
pada 31 Desember 2009 menjadi Rp 250 per lembar saham pada 30
November 2010, dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 13 miliar.
(suara karya, 4 Agustus 2011)
Berikut ini akan disajikan data rasio struktur modal pada perusahaan retail
Tabel 1.1
Nilai Debt EquityRatio (DER) Pada Pada Perusahaan Retail
Periode Tahun 2009 – 2011
No Nama Perusahaan Tahun
2009 2010 2011 12 PT. Millenium Pharmacon International Tbk 2.87 2.00 2.05
13 PT. Mitra Adiperkasa Tbk 2.34 1.62 1.50
14 PT. Multi Indicitra Tbk 0.17 0.17 0.33
15 PT. Nusantara Infrastructure Tbk 2.65 1.67 0.91 16 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 0.29 0.30 0.30 17 PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk 2.81 2.21 2.93
18 PT. Tigaraksa Satria Tbk 3.00 2.73 2.78
19 PT. Toko Gunung Agung Tbk 23.94 23.65 40.15 20 PT. Triwira Insanlestari Tbk 0.21 0.12 0.35 21 PT. Wicaksana Overseas International Tbk 2.52 2.00 1.86 Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI
Berdasarkan tabel 1.1 tentang nilai debt to equity pada perusahaan retail
periode tahun 2009 – 2011, menunjukkan bahwa selama 3 tahun terdapat 10
perusahaan dari 27 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan retail cenderung
mengalami penurunan dan fluktuatif pada nilai debt to equitynya.
10
Putera Megatrading Tbk, PT. Mitra Adiperkasa Tbk, PT. Nusantara Infrastructure
Tbk, PT. Tigaraksa Satria Tbk, dan PT. Wicaksana Overseas International Tbk.
Nilai debt to equity yang cenderung menurun mengindikasikan bahwa
struktur modal juga semakin menurun. Sehingga dengan nilai debt to equity yang
cenderung menurun menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan tersebut
memiliki hutang yang makin kecil dengan modal sendiri yang makin besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran
perusahaan (size), aset berwujud (tangibility) dan profitabilitas (profitability) dan
tingkat suku bunga berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan retail yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah: ”Pengaruh ukuran perusahaan (size), aset berwujud
(tangibility), profitabilitas (profitability) dan tingkat suku bunga terhadap struktur
modal pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi dan
dirumuskan masalah pada perusahaan retail yang go public di Bursa Efek
Indonesia sebagai berikut:
1. Apakah variabel size berpengaruh terhadap struktur modal ?
2. Apakah variabel tangibility berpengaruh terhadap struktur modal ?
3. Apakah variabel profitability berpengaruh terhadap struktur modal ?
4. Apakah variabel tingkat suku bungaberpengaruh terhadap struktur modal ?
5. Variabel bebas manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap struktur
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat dikemukakan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh size terhadap struktur modal
2. Untuk mengetahui pengaruh tangibility terhadap struktur modal
3. Untuk mengetahui pengaruh profitability terhadap struktur modal
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bungaterhadap struktur modal
5. Untuk mengetahui variabel bebas yang memiliki pengaruh secara dominan
terhadap struktur modal
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Memberi informasi dan masukan yang menjadi pertimbangan pemecahan
masalah berkaitan ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility),
profitabilitas (profitability), tingkat suku bungadan struktur modal.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan di bidang keuangan khususnya mengenai teoritik
tentang ukuran perusahaan (size), aset berwujud (tangibility), profitabilitas
(profitability), tingkat suku bungadan struktur modal.
3. Bagi Universitas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah
perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah
dilakukan oleh:
1. Hamzah, dkk, 2008, dengan judul “Analisis Factor Penentu Struktur Modal
Perbankan Di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
pengujian analisis regresi berganda diperoleh bahwa secara bersama-sama
seluruh variable bebas (size, tangibility, Non debt tax, profitability, dan
depresiasi) berpengaruh terhadap struktur modal perbankan di Indonesia.
Dengan uji parsial ditemukan bahwa variabel size dan depresiasi
berhubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap modal kerja, dan variabel
tangibility, Non debt tax, dan profitability mempunyai hubungan negative
dengan strutur modal dimana hanya profitabilitas yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
2. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Hadianto, 2008, dengan judul
“Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap
Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi Periode 2000 – 2006: Sebuah
Pengujian Hipotesis Pecking Order”. Tujuan penelitian ini untuk menguji
kembali variabel yang terkait dalam pengujian hipotesis pecking order,
1) Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. 2) Ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3) Profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal
3. Rimi Gusliana Mais (2005) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh
rasio-rasio keuangan utama perusahaan terhadap harga saham perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2004”. Faktor fundamental internal
perusahaan yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitiannya
adalah Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER). Teknis
analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara variabel NPM, ROA, ROE, EPS, DER dengan harga saham.
4. Haryanto, 2003, Fakultas Ekonomi Gunadharma, penelitian mengenai
pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri
minuman yang terdaftar di bursa efek jakarta. Pada penelitian tersebut penulis
menggunakan Return Of Asset(PA), Return of Equit(PE), Profit
Margin(MKB), sebagai variabel bebas yang mempengaruhi harga saham pada
perusahaan industri minnuman yang terdaftar di Bursa efek Jakarta. Hasil
penelitian tersebut di simpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas antara lain:
Return Of Asset(PA), Return of Equit(PE), Profit Margin(MKB), yang
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham adalah Return of Equity
(PE).
5. Ariani, 2010, dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya,
14
Saham Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Pada penelitiean tersebut penulis menggunakan Debt Equity Ratio(DER),
Return of Equity(ROE), Nett Profit Margin(NPM), Receiveable Turn
Over(RTO), Total Asset Turn Over (TATO) sebagai variabel bebas yang
mempengaruhi harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
efek Jakarta. Hasil penelitian tersebut di simpulkan bahwa dari keempat
variabel bebas antara lain: Debt Equity Rasio (DER), Return of Equit (ROE),
Nett Profit Margin (NPM), Receiveable Turn Over (RTO), Total Asset Turn
Over (TATO) yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
adalah Receiveable Turn Over (RTO), Total Asset Turn Over (TATO).
6. Saidi, 2004, judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di BEJ Tahun 1997-2002”.
Masalah yang diteliti yakni menganalisa pengaruh asset berwujud (X1),
pertumbuhan penjualan (X2), dan profitabilitas (X3) terhadap struktur modal.
Dengan menggunakan analisis statistik metode regresi linier berganda dengan
tingkat signifikansi 5% hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara simultan
mempunyai hubungan dan pengaruh antara variabel asset berwujud (X1),
pertumbuhan penjualan (X2), dan profitabilitas (X3) terhadap struktur modal
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan
secara parsial variabel pertumbuhan penjualan (X2) berpengaruh positif,
variabel profitabilitas (X3) berpengaruh negatif, dan variabel asset berwujud
(X1) tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang
7. Amanah, 2007, judul “Analisis Struktur Modal Dan Nilai Perusahaan Yang
Diukur Dengan Tobins’Q”. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah
peningkatan leverage akan meningkatkan nilai perusahaan dan apakah return
saham setelah melakukan penambahan jumlah hutang berbeda (lebih tinggi)
daripada sebelum menambah jumlah hutang. Hasil penelitian tersebut: 1)
Pengujian untuk melihat apakah nilai perusahaan setelah meningkatkan
hutang berbeda daripada sebelum meningkatkan jumlah hutang, menunjukkan
hasil signifikan bahwa nilai perusahaan setelah menambah jumlah hutang
berbeda daripada sebelum menambah jumlah hutang. 2) Pengujian untuk
melihat apakah return saham setelah menambah jumlah hutang berbeda
daripada sebelum menambah jumlah hutang, menunjukkan hasil tidak
signifikan walaupun dari statistik deskriptif menunjukkan perbedaan, tapi
secara statistik menunjukkan hasil tidak signifikan.
8. Rahmat Setiawan, 2009, dengan judul: “Pengaruh Growth Opportunity dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri Manufaktur
di Indonesia”. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan industri
manufakturyang terdaftar di BEJ. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan
metode purposive sampling dengana kriteria: Perusahaan harus terdaftar di
BEJ selama periode 1999 – 2004, dan Perusahaan harus memiliki laporan
keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Berdasarkan kriteria
tersebut maka jumlah perusahaan yang diambil menjadi sampel adalah
sebanyak 89 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa growth
16
perusahaan industri manufaktur di Indonesia, sedangkan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri
manufaktur diIndonesia.
9. Ni Putu Ena Marberya dan Agung Suaryana, 2008, dengan judul “Pengaruh
Pemoderasi Pertumbuhan Laba Terhadap Hubungan Antara Ukuran
Perusahaan, debt to equity ratio (DER) dengan Profitabilitas Pada Perusahaan
Perbankanyang Terdaftar Di PT. Bursa Efek Jakarta”. Populasi yang
digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Jakarta (BEJ) selama tahun 2003 – 2006. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah non probably sampling yaitu purposive sampling dimana
merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan/kriteria
tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan laba tidak
berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan
profitabilitas, dan pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara
debt to equity ratio (DER) dengan profitabilitas.
10. Magdalena Nany, Dyah Ayu dan Dwi Prastyanto, 2007, dengan judul
Pengaruh Perubahan Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba masa Depan
Pada Emiten Saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Permasalahan : apakah
perubahan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
aktivitas, rasio pasar berpengaruh terhadap perubahan laba masa depan ?
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar secara parsial
likuiditas dan perubahan rasio solvabilitas secara parsial berpengaruh
negative signifikan terhadap perubahan laba masa depan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perubahan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba masa depan.
Tabel 2.1.
Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang akan dilakukan
No Peneliti Judul/ Topik Penelitian Penelitian Variabel Analisis Teknik Hasil Penelitian
1 Hamzah (2008)
1. Size, tangibility, Non debt tax, profitability, dan depresiasi) berpengaruh terhadap struktur modal perbankan di Indonesia
2. Size dan depresiasi berhubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap modal kerja, dan variabel
tangibility, Non debt tax, dan profitability
mempunyai hubungan negative dengan strutur
1. Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal.
2. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
3. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal hubungan antara variabel NPM, ROA, ROE, EPS,
DER dengan harga saham
Bahwa ketiga variabel bebas antara lain: Return Of Asset(PA), Return of Equit(PE), Profit
Margin(MKB), yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham adalah Return of Equity
(PE)
Keempat variabel bebas antara lain: DER, ROE, NPM, RTO) dan (TATO) yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham adalah
18
1. Secara simultan mempunyai hubungan dan pengaruh antara variabel asset berwujud (X1), pertumbuhan penjualan (X2), dan profitabilitas (X3) terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta. 2. Secara parsial variabel pertumbuhan penjualan
(X2) berpengaruh positif, variabel profitabilitas (X3) berpengaruh negatif, dan variabel asset berwujud (X1) tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta.
1. Pengujian untuk melihat apakah nilai perusahaan setelah meningkatkan hutang berbeda daripada
2. Pengujian untuk melihat apakah return saham setelah menambah jumlah hutang berbeda daripada sebelum menambah jumlah hutang, menunjukkan hasil tidak signifikan walaupun dari statistik deskriptif menunjukkan perbedaan, tapi secara
1. Growth opportunity mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri manufaktur diIndonesia
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri
1. Pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas
2. Pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara debt to equity ratio (DER) dengan
profitabilitas
1. Perubahan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar secara parsial berpengaruh terhadap perubahan laba masa depan
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Struktur Modal
Pengertian struktur modal menurut Husnan yang dikutip oleh Aliansyah
(2001: 9) menjelaskan hubungan apakah tersedianya sumber-sumber dana dan
biaya modal yang berlainan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan dan biaya modal. Fleksibilitas nilai suatu perusahaan pada dasarnya
tergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa datang dan tingkat
pemulihan sebagai pengembalian (kapitalisasi) dari arus dana tersebut. Tingkat
biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat pemulihan
bagi investor.
Menurut Weston dan Copeland (2002: 4) bahwa struktur modal adalah
Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen
dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya
merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal pemegang
saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi
laba ditahan bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan
ditambahkan kepada pemegang saham.
Struktur modal menurut Sutrisno (2001: 289) merupakan imbangan antara
modal asing dan modal sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang baik
jangka pendek maupun hutang jangka panjang sebesar Rp 200.000,- sementara
modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000,- maka struktur modalnya adalah
sebesar 40%. Artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 40% dibelanjai
20
modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa
teori struktur modal. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan
struktur modal ini, nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya
modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang
bersangkutan. Teori struktur modal ini sangat penting karena :
a. Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai
biaya modal sendiri-sendiri.
b. Besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut
of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijaksanaan
struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi.
Struktur modal menurut Abdullah (2001: 47) adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan
sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan
biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika
para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik
tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak
uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas
tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas
Menurut Brigham dan Houston (2001: 45), struktur modal yang optimal
suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan
harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan
struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal,
meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu.
Menurut Sartono (2001: 225), struktur modal merupakan perimbangan
pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang
jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka
pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba
ditahan.
Hakikat pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah
keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan
antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif dari
aktiva akan menentukan struktur kekayaan, sedangkan pemilihan susunan
kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan.
Struktur keuangan atau biasa disebut struktur modal merupakan kombinasi
atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca pendanaan
perusahaan, sedangkan Weston dan Copeland (2002: 34) mengartikan struktur
modal adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya, struktur dapat
dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang, modal pemegang saham itu sendiri.
Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage,
22
(sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham (Sartono, 2001: 23). Konsep leverage tersebut sangat
penting terutama untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat
trade – off antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan
finansial.
Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai
sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage,
jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang
dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham,
perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan
adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya
tinggi.
Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan
hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil,
perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas tinggi
cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar, karena penggunaan
hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang
ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan.
Weston dan Brigham (2004: 72) menyatakan bahwa struktur aktiva yang
fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang
struktur aktivanya tidak fleksibel mengemukakan bahwa apabila aktiva
perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan
Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian
perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang
akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar.
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan
rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang
lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan
kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan
lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada
kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk
menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.
Keuntungan penggunaan leverage pada perusahaan adalah melalui
pembayaran bunga sebagai biaya yang dapat mengurangi pajak. Konsekuensinya,
total dana yang tersedia untuk membayar pemegang saham akan lebih besar jika
perusahaan menggunakan hutang. Horne (2000: 56) menyatakan bahwa
keuntungan penggunaan hutang di dalam suatu perusahaan adalah pajak, karena
beban bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau
penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahaan semakin besar
keuntungan dari penggunaan hutang.
Sutrisno (2001: 43) mengemukakan bahwa bila ada pajak maka perubahan
struktur modal menjadi relevan, hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan
24
Bagi perusahaan yang menggunakan hutang bisa menghemat pajak dan
tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik atau meningkatkan
rentabilitas modal sendiri. Nilai perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar
dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang yaitu
sebesar present value penghematan tersebut.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
menggunakan hutang akan mendapatkan penghematan pajak, akibatnya
perusahaan cenderung menggunakan sumber dana dari hutang yang lebih besar,
hal ini tentu saja berpengaruh terhadap struktur pendanaan dan RMS perusahaan.
Karena dengan adanya penghematan pajak dapat memperbesar earning after taxes
(EAT) yang diperoleh.
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang
paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, setiap perusahaan
menginginkan adanya pertumbuhan disamping dapat membayarkan dividen
kepada para pemegang saham namun kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin kecil laba yang
dapat ditahan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of
growth) dalam pendapatan. Jika perusahaan menahan sebagian besar
pendapatannya dalam perusahaan, berarti bagian pendapatan yang tersedia untuk
dibayarkan sebagai dividen akan semakin kecil (Riyanto, 2000: 63).
Uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi prosentase bagian laba yang
ditetapkan untuk pembayaran dividen, semakin kecil bagian laba (dana) untuk
struktur pendanaan karena dapat memperkecil jumlah modal sendiri yang pada
akhirnya berpengaruh pula terhadap memperkecil jumlah modal sendiri yang pada
akhirnya berpengaruh pula terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
Sementara itu Riyanto (2000: 65) mengemukakan bahwa salah satu fungsi
penting dari manajer pendanaan adalah menentukan alokasi keuntungan netto
sesudah pajak untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di
lain pihak dimana keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2.2.1.1 Komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan, secara umum terdiri atas beberapa
komponen (Aliansyah, 2001:9), yaitu :
1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo
pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari :
a. Hutang hipotik (mortage), adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan), kecuali
kapal, dan cara pembayaran tertentu.
b. Obligasi (bond), adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa
perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu.
2. Modal sendiri (equity), yang terdiri atas saham preferen (preferred stock) dan
26
a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka
panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang
jangka panjang.
b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh para investor, dimana pemilik saham ini,
dengan memiliki saham berarti ia membeli prospek dan siap menanggung
segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
2.2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen
dipegang konstan, dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian
modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah,
apabila perusahan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.
Struktur modal yang optimal adalah suatu struktur di mana biaya marginal
riil dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Dengan biaya riil kita
maksudkan adalah jumlah biaya implisit dan eksplisit (Husnan, 2001: 355).
Bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak,
meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana
dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal
sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana
tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan, tingkat
keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga
Balancing Theories menurut Husnan (2001: 75) disebut sebagai teori-teori
keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi
hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balanching theories dimulai dari keadaan
yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak.
Tentu saja kondisi seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam dunia yang nyata.
Setelah balancing theories, kemudian akan dibicarakan pecking order theory,
yang menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanaan.
2.2.2 Ukuran Perusahaan (Size)
Hamzah, dkk (2008) menyatakan bahwa size atau ukuran perusahaan
adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari
besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total asset yang besar
akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.
Turiyasingura (2000) dalam Wahidahwati (2002: 613) menyebutkan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula rasio deviden, hal
tersebut terjadi karena perusahaan yang size (ukuran perusahaan tinggi) cenderung
ingin melindungi pemegang saham dengan meningkatkan rasio devidennya
dengan tujuan agar perusahaan tersebut selalu direspon positif, sehingga
meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan menurut Jensen, Chen dan Steiner
dalam Wahidahwati (2002:613) mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas
28
2.2.3 Aset Berwujud (Tangibility)
Menurut Munandar (2003: 6), Tangible assets merupakan bagian dari
Fixed assets, ialah harta tetap yang berwujud atau materiil, yang dapat ditangkap
dengan panca indra terutama mata. Aktiva – aktiva yang dapat digunakan lebih
dari satu periode seperti tanah, gedung, mesin, dan alat – alat, perabot, kendaraan,
dan lain – lain. Cara mencantumkan didalam neraca dimulai dari yang paling tetap
(paling panjang umurnya), disusul dengan yang lebih pendek umurnya.
Sedangkan menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa tangibility merupakan analisis
yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aset dari perusahaan yang dapat
dijadikan jaminan atas hutang.
Untuk aktiva tetap yang didepresiasi, maka di neraca harus ditunjukan
harta perolehan dan akumulasi depresiasinya. Menurut Baridwan (2000: 22)
bahwa Jenis – jenis tangible assets antara lain :
1. Investment (Investasi), ialah penanaman (penggunaan) modal dalam bentuk
assets dengan tujuan tidak untuk dipergunakan waktu sekarang, melainkan
untuk dipergunakan diwaktu yang akan datang (yang jaraknya dengan waktu
sekarang lebih dari satu tahun), dan yang termasuk jenis investasi antara lain :
a. Investment in Funds
b. Investment in Bond
c. Investment in Stock
2. Plant and Equipment (tanah dan perlengkapan – perlengkapan / peralatan),
tetap yang dipergunakan untuk usaha perusahaan pada waktu sekarang. Yang
termauk dalam jenis Plant and Equitment ini, antara lain :
a. Land (tanah)
b. Bangunan
c. Mesin
Variabel tangible assets diukur dengan menggunakan rasio antara fixed
assets dengan total assets, penggunaan fixed assets dalam pengukuran variabel ini
karena fixed assets dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan
yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi utang (Hamzah, dkk,
JREM, 2008).
Fixed Asset + Persediaan
Tangible Asset = X 100%
Total Asset
2.2.4. Profitabilitas (Profitability)
Menurut Hamzah, dkk (2008) bahwa profitabilitas dimaksudkan untuk
melihat seberapa besar laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva
yang dimiliki. Namun dalam penelitian ini profitabilitas dikaitkan dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan
faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang
besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang
menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari
30
Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang,
kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba
ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal
lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham
baru justru merupakan signal negatif karena pasar mengintrespestasikan
perusahan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang
mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan
kemana laba yang diperoleh selama ini? Hal ini juga tidak terlepas adanya
informasi yang tidak simetris atau simmetrik information antara manajemen
dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek
perusahaan dibanding dengan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang
kuat seperti untuk deversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru akan
mengakibatkan harga saham turun.
Menurut Indriyo (2002: 5), perusahaan merupakan organisasi yang
mencari untung, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk
uang. Dalam hal ini terdapat dua tujuan utama yaitu maksimisasi keuntungan
(profit) dan maksimisasi kemakmuran (wealth).
Sehubungan dengan tujuan perusahaan berupa profit maximation,
perusahaan berupaya meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran
tingkat efisiensi dan keberhasilan usaha yang dapat dicapai perusahaan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu
porsi pendapatan yang semakin besar sebagai investasi. Dengan kata lain semakin
besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan
perusahaan dalam investasinya.
2.2.5. Tingkat Suku Bunga
Bunga adalah balas jasa yang dibayarkan atau diterima atas penggunaan
uang selama jangka waktu tertentu. Terdapat pandangan-pandangan pada tingkat
bunga, menurut aliran ekonomi klasik bahwa jumlah tabungan dilakukan
masyarakat ditentukan oleh tingkat bunga. Dan semakin tinggi tingkat bunga
maka semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh masyarakat
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan
suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang
pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut
”pokok utang” (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai
imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut ”suku bunga”
(http://.id.wikipedia.org./wiki/Suku_bunga)
Puspopranoto (2004:69) menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana,
dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku
bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Darmawi (2006: 182)
menyatakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga yaitu
harapan akan inflasi, jatuh tempo sekuritas atau kredit, keberadaan risiko pada
peminjaman, risiko tentang penarikan sekuritas sebelum jatuh tempo, kemampuan
32
Tingkat Suku Bunga adalah salah satu dari variabel makro yang selalu
menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu atau tidak bersifat konstan.
Pengetahuan yang baik terhadap tingkat suku bunga beserta perubahan-
perubahannya akan membantu memahami fenomena ekonomi yang sangat
kompleks.
Tingkat bunga dibedakan antara tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
riil :
a. Tingkat bunga nominal
Adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam dana modal.
b. Tingkat bunga riil
Adalah menunjukkan prosentasi kenaikan dan nilai riil dari modal yang
ditambah bunganya dalam setahun, yang dinyatakan sebagai prosentasi dari
nilai riil yang dibungakan.
c. Tingkat inflasi
Adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus.
Bila tingkat inflasi lebih rendah daripada tingkat bunga maka bunga yang
akan diterima lebih rendah daripada dalam keadaan harga-harga yang stabil. Bila
tingkat inflasi lebih tinggi daripada tingkat bunga penabung akan dirugikan,
disebabkan nilai riil tabungannya ditambah dengan bunga, lebih rendah daripada
nilai tabungan sebelum adanya inflasi.
Inflasi mengurangi kegairahan masyarakat untuk menabung yang
disebabkan masyarakat berubah cara menabungnya, dari tabungan di bank-bank
umum atau dalam bank-bank swasta dalam bentuk surat berharga menjadi bentuk
barang-barang tahan lama, yang diharapkan akan mengalami pertambahan nilai
yang dapat mengimbangi tingkat kenaikan harga-harga umum
2.2.6. Pengaruh Size Terhadap Struktur Modal
Weston dan Copeland (2002: 20) menyatakan bahwa total asset yang baik
akan memberikan dampak kepada pemulihan struktur modal. Jika total asset
meningkat dengan prosentase tertentu tiap tahun, maka struktur modal tersebut
akan semakin mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Penjualan dan
pendapatan yang meningkat juga dapat memberi dampak meningkatnya harga
saham perusahaan, sehingga nilai pasar modal sendiri meningkat, hal ini
menguntungkan bagi pendanaan modal sendiri. Perusahaan harus
mempertimbangkan antara keuntungan, penggunaan hutang dengan kesempatan
untuk memperbesar nilai modal sendiri pada saat harga saham tertinggi.
2.2.7. Pengaruh Tangibility Terhadap Struktur Modal
Riyanto (2000: 28) menyatakan bahwa tangibility diukur dari
perbandingan dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva.
Struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara.
Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan
akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka
34
persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada pembiayaan hutang
jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Tetapi
sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva
lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang
yang digunakan. Jika perusahaan mampu melakukan pembiayaan dengan modal
sendiri, keadaaan ini akan membuat perusahaan tidak terlalu tergantung kepada
pihak luar.
Riyanto (2002: 28) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai
aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan,
akan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian
besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat
tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada
pembiayaan jangka pendek. Tetapi sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat
dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat
mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar
nilai tangibility suatu perusahaan maka akan semakin besar pula struktur modal
yang dimiliki perusahaan tersebut.
2.2.8. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal
Sartono (2001: 248) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor
penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar,
utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa
manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan,
kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis
sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham
preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan.
Wright (2002: 17) menyatakan bahwa profitabilitas akan mencapai
maksimum apabila laba atas penjualan adalah pada tingkat tertinggi dan modal
investasi pada tingkat terendah. Perlunya menambah volume penjualan atau tidak,
tergantung dari pengaruhnya terhadap tingkat laba penjualan dan juga terhadap
tingkat modal investasi. Meningkatnya potensi untuk memperoleh laba dengan
meningkatnya volume penjualan, mungkin lebih besar daripada sekedar dapat
menutup turunnya laba penjualan dan atau meningkatnya kebutuhan modal.
Jikalau tidak demikian berarti bahwa ekspansi tidak mendatangkan tambahan
laba.
Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi apabila laba atas
penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin besar nilai profitabilitas yang dapat
dicapai oleh suatu perusahaan maka akan semakin besar pula struktur modal yang
dimiliki perusahaan tersebut.
2.2.9. Pengaruh Tingkat Suku BungaTerhadap Struktur Modal
Perubahan tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi risiko sistematis. Faktor lainnya antara lain kurs valuta asing,
36
maka para investor akan lebih tertarik untuk menyimpan uang mereka di bank,
dan sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah, maka para investor akan lebih
memilih berinvestasi di saham. Walaupun risiko yang diakibatkannya lebih besar,
namun para investor mengejar tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebab
bunga bank sudah dianggap tidak memadai lagi.
Pada kondisi perekonomian seperti saat ini, risiko meningkat tanpa diikuti
kenaikan harapan keuntungan yang proporsional. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga saham. Salah satunya adalah tingkat suku bunga
yang merupakan faktor di luar fundamental perusahaan. Tingkat suku bunga
merupakan persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam
kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode
tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak.
Sunariyah (2006:105) mengemukakan bahwa apabila tingkat bunga
meningkat maka jumlah tabungan juga akan meningkat. Hal ini sangat rasional
karena bunga adalah sebagai daya tarik agar individu yang kelebihan dana akan
menabung. Karvof (2004:79) mengungkapkan bahwa secara teoritis hubungan
antara tingkat suku bunga dan kinerja pasar modal adalah negatif atau berbanding
terbalik. Kenaikan suku bunga pada umumnya akan membuat harga saham turun
karena akan memotong laba perusahaan.
Hal ini terjadi dengan 2 (dua) cara. Pertama, kenaikan suku bunga akan
meningkatkan biaya modal (cost of capital) dalam bentuk beban bunga yang harus
ditanggung perusahaan, sehingga labanya bisa terpangkas; kedua, ketika suku