SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, GROWTH OPPORTUNITY, LIKUIDITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
RUDI HARIANTO JUNAEDY SIAGIAN 110502196
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, GROWTH OPPORTUNITY,
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODALPADA PERUSAHAANPROPERTY DAN REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal baik secara parsial maupun serempak pada perusahaan
Property dan Real Estate yang di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari laporan keuangandan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan melaluistudi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal,dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan keuangan dan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan variabel ukuran perusahaan dan growth opportunity berpengaruh positifdan tidak signifikan terhadap struktur modal.Variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil uji koefisien determinasi (R2) adalah 0,267 yang menunjukkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 26,7%.
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, AND PROFITABILITY TO CAPITAL STRUCTURE
OF LISTED COMPANIES PROPERTY AND REAL ESTATE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of firm size, growth opportunity, liquidity and profitability to capital structureboth partially andsimultaneoustly. The type of this research is quantitative research and the data which was used for this research is secondary data which came from financial report and Indonesian Capital Market Directory (ICMD) were published by Indonesia Stocks Exchange, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.
The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a annual report which were published by Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.
The result of this research shows that firm size, growth opportunity, liquidity and profitability simultaneously have a significant influence to the capital structure of property and real estate companies that arelistedinthe Indonesia Stock Exchange, and partially firm size and growth opportunity have positif influence but do not significantly affect the capital structure. Liquidity has negative influence and significantly affect the capital structure. While profitability has negative influence and also do not significantly affect capital structure. The coefficient determination (R2) is 0,267 which shows that independent variables can explain the dependent variable equal to 26,7%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Departemen Manajemen Departemen Manajemen pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.Skripsi ini berjudul “Analisis
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, Likuiditas dan Profitabilitas
terhadapStruktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta
Binsar Siagian dan Tianur Damanik yang senantiasa mendoakan, mencukupi segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang
selalu menyertai perjalanan hidup penulis.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.
5. Ibu Dr. Khaira Amalia F., SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembaca penilai yang
telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
7. Kakak saya Florencia Septyani Siagian, SE dan adik-adik saya Dolly Siagian
dan Chrisdo Siagianyang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis selama masa perkuliahan serta selama penyusunan skripsi ini.
8. Teman dan kakak kelompok rohani saya : Kak Maria, Cherry dan Vito yang
selalu berbagi dalam suka dan duka selama perkuliahan.
9. Teman-teman di manajemen 2011: Christine, Erni, Lupiana, Fitri, Gaum,
Rizal, Simon, Andi, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan
namanya satu-persatuyang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa
selama ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti lainnya.
Medan, April 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 15
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17
2.1 Landasan Teori ... 17
2.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 17
2.1.2 Sumber Pendanaan Perusahaan ... 18
2.1.3Teori Struktur Modal ... 22
2.1.3.1Teori Pendekatan Modigliani dan Miller… 22 2.1.3.2Teori Pendekatan Miller ... 23
2.1.3.3Trade-off Theory ... 24
2.1.3.4Agency Cost Theory ... 24
2.1.3.5Signaling Theory ... 25
2.1.3.6Pecking Order Theory ... 26
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 28
2.1.4.1 Ukuran Perusahaan ... 28
2.1.4.2Growth Opportunity ... 29
2.1.4.3Likuiditas ... 30
2.1.4.4Profitabilitas ... 31
2.2Penelitian Terdahulu ... 32
2.3Kerangka Konseptual ... 36
2.4Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
3.3 Batasan Operasional ... 41
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 42
3.4.1 Variabel Independen ... 42
3.4.2Variabel Dependen ... 44
3.5 Populasi dan Sampel ... 45
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 47
3.8 Teknik Analisis Data ... 47
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif ... 47
3.8.2Analisis Regresi Berganda ... 48
3.8.3Uji Asumsi Klasik ... 48
3.8.3.1 Uji Normalitas ... 49
3.8.3.2Uji Heterokedatisitas ... 50
3.8.3.1 Uji Multikolinearitas ... 51
3.8.3.1 Uji Autokorelasi ... 51
3.8.4Goodness of Fit Model ... 52
3.8.4.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji F) ... 52
3.8.3.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 53
3.8.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Property dan Real Estate di Indonesia ... 56
4.2 Hasil Penelitian ... 70
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 70
4.2.2Uji Asumsi Klasik ... 73
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 73
4.2.2.2Uji Heterokedastisitas ... 75
4.2.2.3Uji Multikolinieritas ... 77
4.2.2.4Uji Autokorelasi ... 78
4.2.3Analisis Regresi Berganda ... 79
4.2.4Goodness of Fit Model ... 81
4.2.4.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji F) ... 81
4.2.4.2Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 82
4.2.4.3Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 83
4.3 Pembahasan ... 84
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1Kesimpulan ... 89
5.2Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Perusahaan Property dan Real Estate dengan Aset
Terbesar ... 10
1.2 Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, dan DAR Perusahaan Property dan Real Estate ... 12
1.3 Likuiditas, Profitabilitas dan DAR Perusahaan Property dan Real Estate ... 14
2.1 Penelitian Terdahulu ... 32
3.1Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 45
3.2Sampel Penelitian ... 46
3.3Kriteria Pengambilan Kepurtusan Uji Autokorelasi ... 52
4.1Statistik Deskriptif ... 70
4.2Hasil Uji Kolmogaorav-Smirnov ... 75
4.3Hasil Uji Glejser ... 77
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 78
4.5 Hasil UjiDurbin-Watson ... 78
4.6Hasil Analisis Regresi Berganda ... 79
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 40
4.1 Histogram ... 74
4.2 Normal P-Plot ... 74
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
1Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Estate ... 92 2Data Hasil Penelitian ... 93 3Hasil Olahan SPSS ... 98
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, GROWTH OPPORTUNITY,
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODALPADA PERUSAHAANPROPERTY DAN REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal baik secara parsial maupun serempak pada perusahaan
Property dan Real Estate yang di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari laporan keuangandan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan melaluistudi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal,dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan keuangan dan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan variabel ukuran perusahaan dan growth opportunity berpengaruh positifdan tidak signifikan terhadap struktur modal.Variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil uji koefisien determinasi (R2) adalah 0,267 yang menunjukkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 26,7%.
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, AND PROFITABILITY TO CAPITAL STRUCTURE
OF LISTED COMPANIES PROPERTY AND REAL ESTATE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of firm size, growth opportunity, liquidity and profitability to capital structureboth partially andsimultaneoustly. The type of this research is quantitative research and the data which was used for this research is secondary data which came from financial report and Indonesian Capital Market Directory (ICMD) were published by Indonesia Stocks Exchange, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.
The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a annual report which were published by Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.
The result of this research shows that firm size, growth opportunity, liquidity and profitability simultaneously have a significant influence to the capital structure of property and real estate companies that arelistedinthe Indonesia Stock Exchange, and partially firm size and growth opportunity have positif influence but do not significantly affect the capital structure. Liquidity has negative influence and significantly affect the capital structure. While profitability has negative influence and also do not significantly affect capital structure. The coefficient determination (R2) is 0,267 which shows that independent variables can explain the dependent variable equal to 26,7%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menimbulkan persaingan
antar perusahaan dalam sektor yang sejenis. Hal ini mendorong setiap perusahaan
untuk terus meningkatkan kapasitas usahanya melalui pengembangan usaha
secara bertahap maupun ekspansi usaha secara besar-besaran agar dapat
mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian, semakin meningkat pula
kebutuhan pendanaan perusahaan untuk memperluas operasionalnya. Sumber
pendanaan dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Sumber pendanaaan internal diantaranya modal sendiri dan laba ditahan.
Sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh melalui hutang kepada kreditur
dan penerbitan saham.
Pada umumnya pemilik perusahaan menyerahkan tugas dan wewenang
menjalankan kegiatan operasional perusahaan kepada seorang manajer. Manajer
memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan
agar dapat berjalan dengan baik melalui pengambilan keputusan yang tepat dalam
rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dalam hal keuangan
perusahaan, manajer keuangan harus mampu menentukan keputusan keuangan
perusahaan melalui manajemen keuangan yang terencana.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2011:6), manajemen keuangan dalam
kegiatannya harus mengambil beberapa keputusan yang disebut dengan fungsi
investasi,memperoleh dana atau keputusan pendanaan,dan pembagian laba atau
kebijakan dividen.
Keputusan investasiakan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan
demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan
antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Keputusan investasi dilakukan
perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal,
yakni perusahaan menanamkan investasinya yang mempunyai prospek
menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi tersebut, sehingga
tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat yang optimal. Sebaliknya
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin pada sisi pasiva
perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2011:6). Keputusan pendanaan adalah
keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang
berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa, melalui
pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka waktu dari dana tersebut.Dana
yang diperoleh melalui keputusan pendanaanharus mampu digunakan secara
optimal oleh manajemen perusahaan melalui keputusan investasisehingga dapat
menghasilkan imbal hasilyang melebihi biaya modal sehingga menghasilkan laba
bagi perusahaan. Kondisi ini memungkinkan perusahaan melaksanakan kebijakan
dividen yakni pembagian dividen bagi pemegang saham atas laba yang dihasilkan
perusahaan setelah dikurangi laba ditahan. Hal ini sejalan dengan tujuan
perusahan yakni memakmurkan dan mensejahterahkan pemegang saham.
Perbandingan pendanaan hutang dengan modal pada sisi pasiva merupakan
dalam pengambilan keputusan mengenai pendanaan perusahaan. Bringham dan
Gapenski (2003) dalam Rodoni dan Ali (2014 : 129), menjelaskan struktur modal
merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan hutang, ekuitas, atau
dengan menerbitkan saham.Keputusan struktur modal langsung berpengaruh
terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001 :
47). Tugas manajer keuangan yaitu menentukan komposisi struktur modal
perusahaan. Manajer keuangan harusmengusahakan agar perusahaan memperoleh
dana yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan. Keputusan yang salah mengenai struktur modal dapat
menimbulkan posisi keuangan yang berbahaya dan akhirnya mengakibatkan
kebangkrutan.
Beberapa perusahaan lebih menyukai penggunaan ekuitas sebagai sumber
pendanaan bagi perusahaan. Hal ini akan meminimalisir besarnya biaya modal
dari hutang yang akan membebani perusahaan pada masa mendatang. Akan tetapi,
apabila jumlah ekuitas perusahaan tidak cukup untuk mendanai kegiatan
perusahaan, maka kebijakan pendanaan dari hutang dapat menjadi alternatif bagi
perusahaan. Penggunaan hutang dengan biaya tetap yakni bunga pada dasarnya
akan menimbulkan dampak positif berupa penghematan dalam pembayaran pajak,
karena bunga dapat diperhitungkan sebagai biaya. Dengan adanya penghematan
pajak maka posisi aktiva perusahaan yakni kas akan menjadi lebih baik. Hal ini
penggunaan hutang yang terlalu besar akan menimbulkan risiko kebangkrutan
apabila perusahaan tidak mampu membayar hutang di kemudian hari (Syahyunan,
2013 : 59).
Beberapa teori mengenai struktur modal yaitu Trade-Off Theoryyang
dikemukakan oleh Myers (1977) dan Pecking Order Theory yangdikemukakan
oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Husnan dan Pudjiastuti (2011:275). Dalam
teori Trade-Off, penggunaan alternatif sumber danaperusahaan didasarkan pada
cost dan benefit-nya antara biaya modal dankeuntungan penggunaan hutang yaitu,
biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak.Sedangkan berdasarkan Pecking Order
Theory, penentuan struktur modal perusahaan didasarkan pada keputusan struktur
modalsecara hierarki dimulai dari dari sumber dana dengan biaya termurah
dengan sumber pendanaanterdiri atas laba, hutang, dan saham.
IrhamFahmi(2014 : 178) menyebutkan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR)
merupakan variabel pengukuran yang terkait struktur modal. Ukuran DAR
digunakan untuk melihat perbandingan hutang dengan ekuitas sendiri. Apabila
DAR > 0,5 maka perusahaan menggunakan hutang lebih besar dibandingkan
dengan ekuitas sendiri. Sedangkan apabila DAR < 0,5 maka perusahaan
menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan ekuitas sendiri.
Keputusan struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Sartono (2001 : 248), para manajer perlu mempertimbangkan beberapa
faktor dalam menentukan struktur modal yaitu tingkat penjualan, struktur aset,
peluang pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba, perlindungan
Bringham dan Houston (2001 : 39-41), yakni faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan struktur modal diantaranya adalah stabilitas penjualan,
struktur aktiva, leverage perusahaan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap
manajemen, likuiditas dan peringkat utang, kondisi pasar, kondisi internal, dan
fleksibilitas keuangan.
Dalam penelitian ini tidak semua faktor yang mempengaruhi struktur
modal akan dibahas. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, hanya
beberapa faktor yang akan dibahas yaitu ukuran perusahaan, growth opportunity,
likuidita, dan profitabilitas.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
struktur modal. Sartono Agus (2001 : 249) menjelaskan bahwa perusahaan besar
yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal hutang karena
memiliki fleksibilitas keuangan yang lebih besar. Sehingga, semakin besar ukuran
perusahaan maka, semakin besar dana yang dibutuhkan perusahaan untuk
membiayai aktivitas operasinya. Pemenuhan dana tersebut salah satunya
bersumber dari luar perusahaan dalam bentuk hutang. Peluang perusahaan besar
dalam mendapatkan pinjaman lebih mudah dibandingkan perusahaan kecil, karena
para kreditor menganggap perusahaan besar memiliki ketahanan finansial yang
baik sehingga akan lebih mudah memperoleh laba dalam jumlah yang besar dan
dapat melakukan pengembalian kepada kreditor. Oleh karena itu, ukuran
perusahaan sangat mempengaruhi para keditor untuk melakukan investasi pada
suatu perusahaan.Hal ini berdampak pada semakin bertambahnya hutang dalam
Growth Opportunity (kesempatan bertumbuh) adalah kesempatan yang
dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakupkesempatan untuk
melakukan investasi dimasa mendatang (Brigham & Weston, 2005 : 457).Growth
opportunitybertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian maupun dalam industri dan
pasar yang dapat diukur dengan rasio pasar perusahaan yang tinggi maka semakin
tinggikesempatan tumbuh perusahaan sehingga menggunakan tingkat utang yang
besardalam struktur modal. Damayanti (2013), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa semakin meningkatnya peluang pertumbuhan perusahaan pada masa
mendatang menyebabkan perusahaan membutuhkan penambahan modal.
Sedangkan para kreditur dalam memberikan pinjaman cenderung melihat prospek
ataupeluang pertumbuhan perusahaan tersebut sebagai pertimbangannya.
Sehingga semakin tinggi tingkat peluang pertumbuhan perusahaan maka semakin
mudah bagi perusahaan mendapatkan dana dalam bentuk hutang.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu (Syahyunan, 2012 : 92). Bringham dan
Houston (2001 : 38) menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi menunjukkan
bahwa terdapat aset lancar terutama arus kas bebas yang besar. Hal ini
menunjukkan bahwa tersedia dana internal yang cukup untuk mendanai aktivitas
operasional sehari-hari perusahaan. Sesuai dengan Pecking Order theorydalam
Husnan dan Pudjiastuti (2011 : 276), maka perusahaan akan cenderung memilih
menggunakan dana internal tersebut untuk pembiayaan perusahaan. Hal ini
struktur modal. Current Ratio (CR) yang menjadi salah satu rasio likuiditas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar. Perusahaan akan membatasi manajer untuk
menambah hutang yang tidak perlu dengan tujuan mengurangi biaya
kebangkrutan dan menjaga kesehatan finansil perusahaan. A.Abdul Jamal, et al
(2013), dalam penelitiannya menjelaskan perusahaan dengan likuiditas memiliki
akumulasi aset lancar yang tinggi dan arus kas masuk yang besar yang dapat
digunakan untuk mendanai operasional perusahaan. Hal ini penting untuk
menjaga tingkat likuiditas agar tetap stabil. Disisi lain, apabila nilai rasio
likuiditas terlalurendahmaka menunjukkan adanya peningkatan risiko bagi
kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajiban jangka
pendek sekaligus sebagai sinyal buruk bagi perusahaan.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri
(Sartono, 2001 : 122). Pengukuran profitabilitasdapat yang diproksikan dengan
rasio ROA yakni mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset
yang dimilikinya. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi menggunakan utang
yang relatif kecil. Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Bringham dan Houston,
2001 : 40).
Perusahaan sektor property dan real estate adalah perusahaan-perusahaan
perumahan, gedung perkantoran, swalayan, dan apartemen. Sektorproperty dan
real estate merupakan salah satu sektor yang cukup stabil pertumbuhannya sekitar
20% – 30% pertahun. Walaupun terjadi krisis subprime mortgage di Amerika
Serikat yang berdampak pada krisis ekonomi global tahun 2008, dampaknya tidak
terlalu terasa pada sektor property dan real estate tanah air, meskipun diakui ada
pengurangan pertumbuhan. Pertumbuhan pasar property dan real estate pada
2015 mendatang diprediksi mencapai 10 persen hingga 15 persen. Meski tetap
tumbuh positif, namun lebih rendah dari pencapaian 2012 dan 2013 yang berada
pada kisaran 20 persen hingga 30 persen. (www.kompas.com). Setelah krisis
ekonomi global perusahan propertydan real estate berusaha bangkit kembali dan
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Selain itu, industri sektor property dan real estatejuga merupakan salah
satu usaha yang hampir dapat dipastikan tidak akan pernah mati dan akan terus
bertumbuh karena kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok
manusia, dan setiap manusia berusaha untuk dapat memenuhinya. Kebutuhan
properti akan terus meningkat khususnya di daerah perkotaan, hal ini disebabkan
melonjaknya jumlah penduduk sebagai konsekuensi pesatnya pertumbuhan kota
sebagai pusat perekonomian. Namun disisi lain, sektor property dan real estate
merupakan sektor yang bersifat sulit diprediksi dan memiliki risiko yang tinggi.
Pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2012 sebesar
6,23% terjadi pertumbuhan yang sangat drastis pada sektor property dan real
estate sebesar 35%. Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sebesar
estate menjadi 30%. Industri sektor property dan real estatepada umumnya
menggunakan pembiayaan dari kredit perbankan, sedangkan perusahaaan
beroperasi menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan. Hal ini
menunjukkan perusahaan memiliki likuiditas yang rendah karena aset tanah dan
bangunan tidak dapat dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang singkat.
Peristiwa buble property pada tahun 2014 di beberapa kota besar seperti
Jakarta, Depok, Bekasi dimana terjadi kelebihan penawaran (oversupply) produk
property dan real estate. Peristiwa ini ditandai dengan meningkatnya harga
property secara signifikan sebesar 30% akibat ulah para spekulan tanah. Hal ini
berdampak pada penurunan penjualan sebesar 15%. Penurunan penjualan
mengakibatkan perusahaan sektor property dan real estate mengalami tekanan
khususnya pada struktur modalnya akibat penurunan sumber pendanaan yang
tertahan oleh minimnya penjualan karena konsumen cenderung menunda
pembelian atau bersifat wait and see sampai harga mengalami penurunan.
Persaingan dalam industri propertydan real estatejuga sangat kompetitif.
Perusahaan propertydan real estate berlomba-lomba meluncurkan kluster baru
dan proyek baru.Komposisi besar aset perusahaan juga sangat menentukan
keberhasilan perusahaan untuk tetap mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Pada September 2013, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan persyaratan
kredit yakni aturan loan to value (LTV) sebesar 30% yang membatasi plafon
pinjaman kredit pemilikan rumah melalui kredit maksimal sebesar 70% dari nilai
jual rumah. Akibatnya perusahaan akan melakukan back-up kepada konsumen
dapat dilakukan apabila perusahaan ditopang oleh kemampuan aset yang cukup
besar. Beberapa perusahaan property dan real estatedengan nilai aset terbesar
pada tahun 2013 mengalami fluktuasi komposisi struktur modal yang bervariasi
dalam mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan agar dapat bersaing dengan
perusahaan kompetitornya seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Perusahaan Propertydan Real Estate dengan Nilai Aset Terbesar (dalam satuan jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Total Aset
1 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 31300362
2 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk 22572159 3 CTRA PT. Ciputra Development Tbk 20114871 4 ASRI PT. Alam Sutera Realty Tbk 14428083 5 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk 13659137 Sumber : Idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa masing-masing aset kelima
perusahaan property dan real estate cukup bervariatif dan beberapa diantaranya
tidak terlalu jauh berbeda. PT. Lippo Karawaci Tbk merupakan prusahaan dengan
aset terbesar, lalu PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Ciputra Development Tbk,
PT. Alam Sutera Realty Tbk dan terakhir PT. Summarecon Agung Tbk. Hal ini
menunjukkan bahwa persaingan diantara perusahaan property dan real estate
sangat tinggi.
Peran kota-kota besar sebagai pusat pertumbuhan juga mendorong
pertumbuhan daerah-daerah pendukung perkotaan. Sehingga lambat laun juga
akan terjadi pengembangan pusat bisnis, pembangunan infrastruktur dan
perumahan penduduk dari pusat kota ke daerah sekitarnya yang menyebabkan
permintaan akan perumahan di Indonesia juga terus meningkat. Oleh sebab itu
melakukan ekspansi pembangunan properti ke kota-kota besar lainnya selain
Jakarta. Khususnya saat peristiwa buble property pada tahun 2008 dan 2014
mengakibatkan terjadinya kejenuhan pada pasar property dan real estate di daerah
Jabodetabek.
Para manajer perusahaan tersebut dituntut dapat mencari sumber pendanaan
baru yang sesuai dengan kemampuan finansial perusahaan dan memiliki biaya
modal yang relatif tidak terlalu tinggi. Sumber pendanaan dengan pertimbangan
manfaat dan biaya modal yang terencana akan menghindari perusahaan dari
masalah kesulitan keuangan pada masa mendatang sehingga menghambat
perusahaan dalam mengembangkan rencana bisnisnya termasuk melakukan
ekspansi.Kepercayaan investor dan kreditor ditentukan oleh reputasi perusahaan
yang tercermin pada kondisi finansial perusahaan. Penentuan sumber pendanan
tersebut tentu harus mempertimbangkan apakah menggunakan hutang, ekuitas
sendiri melalui pemegang saham lama dan penerbitan saham baru. Hal ini
mendorong dilakukannya pengambilan keputusan struktur modal yang paling
optimal baik melalui penambahan modal atau menata kembali struktur
modalnyasehingga dapat mendukung kegiatan ekspansi masing-masing
perusahaan yang semakin meningkat. Untuk menentukan struktur modal yang
optimal, maka manajer keuangan perusahaan melakukan restruktursasi pada
sumber pendanaan sehinggamengakibatkan komposisi struktur modal yang diukur
dengan debt to asset ratio (DAR) tidak konsisten antara perbandingan
Beberapa gambaran fluktuasi struktur modal dengan beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan yang sudah dijelaskan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut
ini:
Tabel 1.2
Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, dan DAR Perusahaan Property dan Real Estate(dalam persen)
KODE Ukuran Perusahaan Growth Opportunity
Struktur Modal (DAR) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 LPKR 16.72 17.03 17.26 1,62 2,01 1,48 0,48 0,54 0,55
BSDE 16.36 16.63 16.93 2,08 1,84 1,68 0,35 0,37 0,41
CTRA 16.26 16.53 16.82 1,07 1,43 1,16 0,34 0,44 0,51
ASRI 15.61 16.21 16.48 2,95 2,49 1,58 0,54 0,57 0,63
SMRA 15.91 16.2 16.43 3,44 3,59 2,38 0,69 0,65 0,66 Sumber : Idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas terlihat bahwa seluruh perusahan mengalami
peningkatan aset (ukuran) namun peluang pertumbuhan (growth opportunity)
yang berfluktusi. Pada PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) terjadi kenaikan aset.
Namun selain adanyapeningkatan ukuran aset, perusahaan tersebut memiliki
growth opportunity yang meningkat pada tahun 2012 namun menurun drastis pada
tahun 2013. Hal ini berdampak pada struktur modal perusahaan dimana pada
tahun 2011 lebih dominan menggunakan ekuitas (DAR<0,5) beralih
menggunakan utang yang lebih besar (DAR>0,5) pada tahun berikutnya.
Sementara pada PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) terjadi peningkatan aset
(ukuran) namungrowth opportunitycenderung mengalami penurunan. Hal ini
mempengaruhi struktur modal dimana walaupun terjadi peningkatan utang namun
tetap lebih dominan menggunakan ekuitas yakni DAR<0,5. PT. Ciputra
opportunity. Namun terjadi pergeseran struktur modal pada tahun 2011-2012 yang
menggunakan ekuitas sendiri namun tahun 2013 beralih dominan menggunakan
utang.PT. Alam Sutera Realty (ASRI), walaupun terjadi peningkatan aset
(ukuran), perusahaan tersebut mengalami penurunan growth opportunity. Hal ini
mengakibatkan fluktuasi dominasi utang dan ekuitas dalam struktur modalnya.
selama tahun 2012 memiliki ukuran aset yang semakin meningkat namun terjadi
penurunan utang tahun 2012 dan kembali lebih banyak menggunakan hutang pada
tahun 2013. Sedangkan PT Summarecon Agung (SMRA), selainterjadi
peningkatan aset (ukuran), terjadi pula peningkatan dan penurunan growth
opportunityyang berdampak pada penurunan DAR namun tetap lebih dominan
menggunakan hutang dalam struktur modalnya.
Selain ukuran perusahaandan growth opportunity, dalam penelitian ini
juga menguji pengaruh variabel lain yakni likuiditasyang diukur dengan current
ratio (CR)dan profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA).
Perusahaan dengan likuiditasyang tinggi dapat mendukung aktivitas operasional
perusahaan untuk jangka pendek. Hal ini dikarenakan adanya dukungan
kemampuan perusahaan apabila sewaktu-waktu harus melakukan pembayaran
utang jangka pendeknya sehingga perusahaan dapat melakukan penambahan
pendanaan dalam struktur modal lebih terncana. Sedangkan profitabilitas
digunakan untuk mengukur kemampulabaan perusahaan. Apabila perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi maka akan mempengaruhi struktur modal
perusahaan dengan lebih menggunakan dana internal daripada eksternal untuk
Order Theory yang menyatakan penggunaaan dana internal lebih diutamakan baru
selanjutnya apabila tidak mencukupi maka dapat menggunakan dana eksternal
berupa hutang. Namunmasih terdapat ketidakkonsistenan profitabilitas dan
likuiditasdalam mempengaruhi keputusan struktur modal. Hal ini terlihat seperti
pada Tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Likuiditas,Profitabilitasdan DAR Perusahaan Property dan Real Estate (dalam persen)
KODE Likuiditas (CR) Profitabilitas (ROA) Struktur Modal (DAR) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 LPKR 6.04 5.6 4.96 4.46 5.32 5.09 0,48 0,54 0,55
BSDE 1.97 1.74 2.67 7.91 8.82 12.87 0,35 0,37 0,41
CTRA 2.37 1.56 1.35 4.28 5.65 7.03 0,34 0,44 0,51
ASRI 0.98 1.23 0.75 10.03 11.11 6.6 0,54 0,57 0,63
SMRA 1.37 0.12 1.28 4.8 7.28 8.02 0,69 0,65 0,66 Sumber : Idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa pada PT. Lippo Karawaci Tbk
(LPKR) terjadi kecenderungan penurunan likuiditas (CR) dan peningkatan
profitabilitas (ROA) yang berdampak pada DAR yang semakin meningkat dimana
penggunaan ekuitas yang dominan pada tahun 2011 perlahan mulai beralih
menggunakan utang pada tahun 2012 dan 2013. PT Bumi Serpong Damai Tbk
(BSDE) mengalami kenaikan CR dan ROA yang mempengaruhi peningkatan
utang dalam struktur modalnya namun tetap lebih dominan menggunakan ekuitas
sendiri. Hal yang berbeda terjadi pada PT. Ciputra Development Tbk (CTRA)
dimana penurunan CR dan kenaikan ROA mengakibatkan peningkatan
penggunaan utang dalam struktur modalnya. Sementara pada PT Aslam Sutera
berturut-turut mengakibatkan kenaikan dan penurunan ekuitas sendiri dalam struktur
modal. Lalu pada PT. Summarecon Agung terjadi penurunan dan kenaikan CR
disertai kenaikan ROA mempengaruhi struktur modal sehingga mengalami
penurunan dan kenaikan DER namun tetap dominan menggunakan utang.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
malakukan penelitian yang diberi judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, Likuiditas dan Profitabilitasterhadap Struktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah ukuran perusahaan, growth
opportunity, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh secara signifikanterhadap
struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitasbaik secara
parsialmaupun serempak terhadap struktur modal pada perusahaan property dan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan khususnya
sektorproperty dan real estatedalam hal pengambilan keputusan dalam
menentukan proporsi utang dan ekuitas sendiri dalam struktur modal
sebagai sumber pendanaan perusahaan sehingga pihak manajemen dapat
mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.
2. Bagi pihak eksternal ( investor, kreditur, dan pihak lain)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk alternatif
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi atau
pemberian kredit dengan mempertimbangkan struktur modal perusahaan.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini menambah dan memperdalam pengetahuan peneliti
mengenai analisis pengaruh firm size, growth opportunity, liquidity, dan
profitability terhadap struktur modal perusahaan khususnya perusahaan
property dan real estate.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan informasi
untuk penelitian selanjutnya mengenai topik ini dan memberikan
wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan kombinasi proporsi utang dan modal dalam
memenuhi kebutuhan pendanaan sebuah perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya.Menurut Syahrial (2008, hal. 179) ”Struktur modal merupakan
perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari hutang jangka
pendek yang bersifat permanen dan hutang jangka panjang dengan modal sendiri
yang terdiri dari saham preferen dan saham biasa.” Menurut Sartono (2001:25),
yang dimaksud dengan struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang
jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa. Struktur keuangan adalah perimbangan antara utang dengan modal
sendiri. Dengan kata lain struktur modal merupakan bagian dari struktur
keuangan. Sedangkan Bringham dan Gapenski (2003) dalam Rodoni dan Ali
(2014 : 129), menjelaskan struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah engan cara
menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham.
Struktur modal menunjukkan tentang keputusan pendanaan dalam sebuah
perusahaan. Kebutuhan pendanaan dapat diperoleh dari pihak internal maupun
eksternal. Pendanaan internal berasal modal pemilik dan laba ditahan. Sedangkan
struktur modal menyatakan adanya hubungan campuran antara hutang dan modal
sendiri dalam struktur keuangan jangka panjang (Sadalia, 2010 : 131).
Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana secara
internal, maka akan mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar.
Akan tetapi, tidak semua perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya sendiri.
Sehingga apabila hal tersebut terjadi maka perlu dipertimbangkan penggunaan
modal dari luar perusahaan yakni hutang. Perusahaan harus mampu
mempertimbangkan proporsi hutang dan modal sendiri yang optimal agar dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting
dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan.
2.1.2 Sumber Pendanaan Perusahaan
Untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat dilihat dari segi
sumber pendanaan perusahan. Jika kebutuhan dana perusahaan untuk membiayai
aktivitas yang bersifat jangka pendek maka akan lebih baik jika diambil dari yang
bersumber pengeluaran jangka pendek (short term expenditures) dan jika untuk
membiayai aktivitas jangka panjang maka akan lebih baik jika diambil dari yang
bersumber pengeluaran jangka panjang (long term expenditure).
Menurut Irham Fahmi (2014 : 186), sumber pendanaan terbagi atas 2 jenis,
yaitu:
1. Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek.
Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai
a. Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek.
b. Hutang dagang.
c. Factoring. Factoring merupakan suatu kondisi dimana sebuah
perusahaan membutuhkan dana dan memiliki piutang, dimana
selanjutnya piutang tersebut dijual kepada suatu lembagayang siap
menampung dan mau menerima untuk membayarnya seperti lembaga
keuangan dan sejenisnya.
d. Letter of Credit (L/C). Letter of credit merupakan janji tertulis dari
bank bagi pihak pembeli untuk membayar sejumlah uang kepada
perusahaan yang dituju (penjual) bila sejumlah kondisi telah terpenuhi.
e. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan.
2. Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang.
Adapun sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai pengeluaran
jangka panjang adalah:
a. Penjualan obligasi, merupakan salah satu jenis surat berharga yang
memiliki masa waktu yang panjang sekitar 5 sampai 10 tahun.
b. Hutang perbankan yang bersifat jangka panjang. Perusahaan dapat
meminjam dari perbankan untuk jangka waktu 10 sampai 15 tahun.
Bambang Riyanto(2001 : 227), menjelaskan sumber dana dalam struktur
modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1. Modal asing atau hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang yang memiliki jangka waktu
padaumumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal
untuk keperluan tersebutmeliputi jumlah yang besar.
Komponen - komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a. Hutang hipotik (mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
denganaktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b. Obligasi (bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa
perusahaanmeminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangkawaktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasitersebut dan dari keuntungan.
2. Modal atau ekuitas sendiri terdiri dari:
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber
intern berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan yaitu laba
ditahan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal saham yang berasal
dari pemilik perusahaan.
a. Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan
(i)Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya dalam
posisi paling dalam pembagian dividend an ha katas kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Syahyunan,
2013 : 41).
(ii) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa. Persamaan terhadap
obligasi yakni adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
dividennya tetap, dan memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan
dengan saham biasa.
Persamaan terhadap saham biasa yakni mewakili kepemilikan
ekuitas, tidak memiliki tanggal jatuh tempo, serta membayar
dividen (Syahyunan, 2013 : 41)
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan
sebagaideviden. Penyisihan laba ditahan dilakukan berdasarkan
kebutuhan perusahaan dan atas persetujuan pemegang saham
2.1.3Teori Struktur Modal
2.1.3.1 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori struktur modal modern pertama kali dikemukakan oleh Profesor
Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller pada tahun 1958, yang selanjutnya
disebut dengan teori MM. Teori MM dibagi kedalam dua bagian yaitu teori MM
tanpa pajak dan teori MM dengan pajak.
1) Teori MM – Tanpa Pajak
Dalam teori MM tanpa pajak dijelaskan bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dengan memiliki beberapa asumsi, diantaranya:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan suku bunga yang sama dengan perusahaan.
d. Investor mempunyai informasi yang sama dengan manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari utang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Teori MM tanpa pajak menyatakan dua preposisi yang dikenal sebagai
preposisi MM tanpa pajak yaitu (Syahyunan, 2013:60) :
• Preposisi I
“Jika tidak ada pajak nilai perusahaan tidak tergantung pada struktur modal (menggunakan hutang atau tidak). Hal ini terjadi karena nilai perusahan yang menggunakan hutang sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang akibat kemungkinan munculnya proses arbitrase.Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang lebih sedikit.”
• Preposisi II
biaya modal sendiri yang diinginkan pemilik akibat meningkatnya risiko yang disebabkan meningkatnya penggunaan hutang.”
2) Teori MM – Dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis karena kenyataannya
peraturan pemerintah mengharuskan pembayaran pajak bagi setiap perusahaan.
Oleh sebab itu, pada tahun 1963, MM menerbitkan lanjutan teori mengenai
adanya efek pajak (Bringham dan Houston, 2006 : 37). Dalam teori MM dengan
pajak juga terdapat 2 (dua) preposisi, yaitu:
• Preposisi I
“Nilai perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasinya adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan struktur modal optimal adalah penggunaan seratus persen hutang.”
• Preposisi II
“Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi teori tersebut adalah sebaiknya perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.”
2.1.3.2 Teori Pendekatan Miller
Merton Miller pada tahun 1976 mengajukan suatu teori struktur modal
yang meliputi pajak untuk penghasilan pribadi berupa pajak penghasilan dari
saham dan pajak penghasilan dari obligasi (Syahyunan, 2013 : 64)
Kesimpulan yang dikemukakan Miller (Bringham dan Houston, 2006 : 37)
yaitu:
b. Perlakuan pajak yang lebih menguntungkan atas penghasilan dari
saham menguntungkan tingkat pengembalian yang diisyaratkan pada
saham sehingga menguntungkan penggunaan pembelanjaan dengan
ekuitas.
2.1.3.3Trade-off Theory
Menurut trade-off theory yang dikemukakan oleh Myers (2001) dalam
Syahyunan (2013:69) bahwa “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat
tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama
dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan
adalah biaya kebangkrutan (bankcruptcy cost) atau reorganization, dan biaya
keagenan (agency costs) yang meningkat akibat turunnya kredibilitas suatu
perusahaan.
Dalam kenyataannya, jarang perusahaan menggunakan hutang 100 persen.
Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa pemegang saham mendapat
keuntungan dari pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Lebih penting lagi,
perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya yang
berkaitan dengan kebangkrutan.
2.1.3.4Agency Cost Theory
Dalam agency cost theory dikemukakan bahwa di perusahaan terjadi
konflik antar pihak-pihak yang terlibat, seperti pihak pemegang hutang versus
pemegang saham. Jika hutang meningkat maka konflik diantara keduanya akan
hutang akan semakin meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan
semakin meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan dapat
dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat,
menambah jumlah akuntan, dan sebagainya) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan
tingkat bunga. Dalam situasi lain pihak manajemen sebagai agen perusahaan juga
dapat terlibat konflik dengan pemegang saham. Apabila manajemen tidak
memiliki saham di perusahaan, maka keterlibatan manajer akan semakin
berkurang. Hal tersebut mengakibatkan manajer seringkali mengambil keputusan
yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham(Hanafi, 2004 : 316). Oleh
sebab itu, pemegang saham dapat melakukan pengawasan melalui perjanjian agen,
pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan pengambilan keputusan tertentu
kapada manajemen.
2.1.3.5Signaling Theory
Menurut Brigham and Houston (2001:40), isyarat (signal) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk kepada
investor mengenai bagaimana cara pandangmanajemen terhadap prospek
perusahaan. Ross (1977) dalam Hanafi (2004 : 316) mengembangkan model
dimana struktur modal merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke
pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya ingin harga saham meningkat, ia dapat mengkomunikasikan hal
tersebut kepada investor.
profitabilitas merupakan sebuah signal positifbagi investor bahwa perusahaan
tersebut masih mampu menghasilkan laba yang pada akhirnya besar kemungkinan
pembagian deviden yang cukup besar. Namun disisi lain, apabila suatu
perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti
memberikan sinyal negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun
prospek perusahaan cerah.
Peluang pertumbuhan perusahaan juga dapat menjadi signal bagi investor
karena jika perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang tinggi berarti
menandakan bahwa perusahaan akan menghasilkan return yang tinggi.Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain-lain, yakni
dengan menggunakan hutang. Penggunaan hutang juga dapat menjadi signal
positif apabila perusahaan memiliki likuiditas yang tidak terlalu rendah sehingga
dianggap mampu membayar operasional jangka pendek. Hutang juga menjadi
signal positif yang mendakan bahwa perusahaan sedang melakukan
pengembangan usaha dan masih diberi kepercayaan untuk meminjam dari kreditur
menandakan bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik dimata kreditur.
2.1.3.6Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan oleh Gordon Donaldson berdasarkan penelitiannya
pada tahun 1961. Teori Pecking Order menunjukkan bahwa perusahaan yang
mempunyai keuntungan atau profitabilitas yang tinggi ternyata menggunakan
pendanaan internal yang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Teori ini
tidak mengindikasikan target struktur modal, namun lebih menjelaskan
urutan-urutan pendanaan. Menurut teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan
tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan
investasi. Jika ada kesempatan berinvestasi, maka perusahaan akan mencari dana
untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Perusahaan akan memulai dengan
menggunakan dana internal, hutang dan sebagai pilihan terakhir adalah
menerbitkan saham (Hanafi, 2004 : 314).
Secara spesifik, berdasarkan pecking order theory, perusahaan mampunyai
urutan (hierarki) preferensi dalam pemilihan sumber dana, yaitu:
a. Perusahaan lebih memilih meggunakan pendanaan internal. Dana internal
diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan
b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada
perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari
perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran dividen
konstan.
c. Karena kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi,
akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaaan akan lebih
besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu,
dan akan lebih kecil pada saat yang lain. Jika kas tersebut lebih besar,
tersebut lebih kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau
menjual surat berharga.
d. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai
dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi
konvertibel, selanjutnya memilih saham preferen dan terakhir saham biasa.
2.1.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 2.1.4.1Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaansangat penting dalam menentukan keputusan struktur
modal sebuah perusahaan. Seftianne dan Handayani (2011) menjelaskan bahwa
Ukuran perusahaanmenggambarkan besar kecilnyaperusahaan dapat ditinjau dari
lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya ukuran perusahaan
dapat ditentukan berdasarkan total aset dan tingkat penjualan. Perusahaan yang
memiliki ukuran yang besar dipandang lebih memiliki ketahanan saat menghadapi
fluktuasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini
disebabkan kebutuhan akan struktur modal dapat segera terpenuhi jika perusahaan
ingin melakukan investasi.
Menurut Sartono (2001 : 249) perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil sehingga memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
Perusahaan dengan ukuran besar lebih terdiversifikasi, sehingga mengurangi
risiko kebangkrutan dan akan lebih mudah mendapatkan akses mendapatkan
lebih cepat dan mempunyai kesempatan peminjaman yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini diakibatkan karena perusahaan
yang besar akan membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dengan
saham yang tersebar luas, perusahaan lebih berani dalam ekspansi perusahaan
dengan penggunaan pinjamannya dalam bentuk hutang.
2.1.4.2Growth Opportunity
Growth Opportunity (kesempatan bertumbuh) adalah kesempatan yang
dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakupkesempatan untuk
melakukan investasi dimasa mendatang (Brigham & Weston, 2005 : 457). Growth
oportunity pada dasarnya mencerminkan produktivitas perusahan dan suatu
harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan (manajemen) maupun
pihak eksternal (investor dan kreditur).Growth opportunitymerupakan
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan size perusahaan, yang dapat
diproksikan dengan peningkatan aktiva, ekuitas, laba dan penjualan.Hal ini dapat
dilakukan jika perusahaan memiliki peningkatan aktiva maupun penjualan yang
stabil. Peluang bertumbuh tersebut menjadi tidak berarti ketika terjadi penurunan
aktiva atau penjualan yang negatif. Seftiannee dan Handayani (2011) menjelaskan
bahwa perusahaan yang memiliki growth opportunity yang tinggi merupakan
perusahaan yang mempunyai kesempatan dalam mengembangkan bisnisnya di
pasar. Menurut Sartono (2001 : 87), growth opportunitydapat diukur dengan
menggunakan rasio pasar. Salah satu rasio pasar yang sering digunakan ialah
market to book ratio yang mengukur perbandingan harga pasar ekuitas dengan
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
pada masa mendatang.Signaling theorydalam Hanafi (2004 : 316), menjelaskan
bahwa perusahaan yang memiliki growth opportunity (kesempatan bertumbuh)
yang tinggi merupakan sinyal bagi investor untuk menanamkan investasi di
perusahaan tersebut. Berdasarkan Signalling Theorydalam Bringham dan Houston
(2001 : 36), perusahaan yang memiliki growth opportunity (kesempatan
bertumbuh)yang tinggi akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain termasuk
penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sebaliknya
perusahaan yang memiliki growth opportunity (kesempatan bertumbuh) yang
rendah akan cenderung untuk menjual sahamnya yang berarti mencari investor
baru untuk berbagi kerugian.Growth opportunity (kesempatan bertumbuh) dapat
diartikan sebagai pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan kesempatan
bertumbuh yang tinggi akan cenderung mencari pendanaan baru untuk
memanfaatkan kondisi baik perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Oleh
sebab itu, struktur modal akan tergantung pada growh opportunity (kesempatan
bertumbuh) yang dimiliki perusahaan.
2.1.4.3Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Syahyunan, 2013 : 92).
Bringham dan Houston (2001 : 38) menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi
ini menunjukkan bahwa tersedia dana internal yang cukup untuk mendanai
aktivitas operasional sehari-hari perusahaan. Sesuai dengan Pecking Order theory,
maka perusahaan akan cenderung memilih menggunakan dana internal tersebut
untuk pembiayaan perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan mengurangi
jumlah hutang secara keseluruhan dalam struktur modal. Perusahaan harus
mampu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi dan terlalu rendah. Hal
ini penting untuk menjaga kepercayaan investor maupun kreditor dalam
memberikan pendanaan bagi kegiatan operasional perusahaan.
Menurut Irham Fahmi (2014 : 187), perusahaan dapat mengambil hutang
jangka panjang dan jangka pendek sesuai kebutuhan untuk mendanai proyek
ekspansi usahanya. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas likuiditas
perusahaan. Penggunaan dana dengan cara tersebut bertujuan untuk :
a. Memperlancar angsuran pembayaran agar selalu tepat waktu.
b. Mampu terus melaksanakan pengerjaan proyek (continuity project)
sehingga tidak mengalami kendala dan berbagai permasalahan lainnya.
c. Menghindari timbulnya black list di perbankan karena terlambat
membayar atau tidak mampu melunaskan pinjaman.
2.1.4.4Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 2001 : 122). Perusahaan dengan profitabilitas tinggi menggunakan
hutang yang relatif kecil.Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor
laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan
sebelum menggunakan hutang.
Hal ini sesuai dengan pecking order theory dalam Husnan dan Pudjiastuti
(2011 : 276) yang lebih memilih penggunaan dana internal sebagai sumber
pendanaan yang berasal dari laba ditahan pada perusahaan.Penggunaan dana
internal seperti laba ditahan memiliki kelebihan yakni berbiaya murah
dibandingkan dengan menggunakan dana eksternal seperti hutang. Selain itu
profitabilitas yang tinggi memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar
hutang.Oleh sebab itu profitabilitas merupakan sebuah ukuran penting dalam
menentukan struktur modal perusahaan.Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian
yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Bringham dan
Houston, 2001 : 40).
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu baik dari dalam dan luar negeri yang
dijadikan sebagai sumber referensi dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Variabel Teknik
Analisis Data
Hasil Penelitian
Perusahaan Risiko Bisnis Growth Opportunity, Kepemilikan Manajerial, Struktur Aktiva,Divide n, Investasi, dan Kepemilikan Institusional. signifikan terhadap struktur modal. Likuiditas,growth Opportunity, Dividen, Investasi dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
2. Jamal, Geetha, Mohidin, M.A.Kari m, Thien Sang dan Yvonne Chang (2013) Capital Structure Decisions: Evidence from Large Capitalized Companies in Malaysia Dependen : Capital Structure Independen:P rofitability,Ta ngibility Likuidity, and Firm Size Regresi Linier Berganda Profitability, Tangibility, dan Liquidity
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Firm Size berpengaruh positif signifikan terhadap Structure Modal 3. Yuli
Setyaning sih (2012) Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Growth
Opportunity dan Operating Leverage terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010 Dependen : Struktur Modal Independen:P rofitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, Operating Leverage Regresi linier berganda Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Struktur aktiva, ukuran perusahaan, growth opportunity dan operating leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
4. Niken Juniati (2010)
Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2003-2007)
Profitability Liquidity berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara simultan: firm size, growth opportunity, liquidity, dan profitability secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 5. Faiza
Saleem, Bisma Rafique, dan Qaisar Mehmood (2013) TheDeterminatio n of Capital Structure of Oil and Gas Firms listed On
KarachiStockExc hangein Pakistan.
Dependen : Capital Structure (leverage) Independen : Firm Size, Tangibility of Assets, Profitability, and Growth. Regresi linier berganda Firm size, berpengaruh positif terhadap Capital Structure
(Leverage). Sedangkan
tangibility of assets dan profitability growth berpengaruh negatif terhadap capital structure (leverage). 6. Andi
Kartika (2010) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI.
Dependen: Struktur modal Independen : risiko bisnis (bussines risk), struktur aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (firm size) Regresi linier berganda Hasil pengujian variabel independen risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modalnya.
Sedangkan variabel independen yang lain yaitu struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal . 7. Azlan
Hafitz (2011)
Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Dependen : Struktur modal Regresi linier berganda
Liquidity dan Profitability terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI.
Independen : Growth Opportunity, Liquidity dan Profitability
ruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan firm size dan growth
opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Secara simultan : Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity dan Profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 8. Damayant
i (2013) Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran perusahaan, peluang bertumbuh, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal (Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Regresi linier berganda Secara parsial maupun simultan, struktur aktiva, ukuran perusahaan, peluang bertumbuh, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
9. Rabiah Abdul W