• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Tila Paulina

Berhasilnya seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dipengruhi beberapa hal antara lain dalam memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan dari peserta didik. Salah satunya model pembelajaran yang dapat menciptakan kelas lebih aktif adalah model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) pada model pembelajaran ini harus saling bekerja sama dan menghargai orang lain, siswa berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah lalu saling berbagi peran menjadi tamu atau pun tuan rumah yang memiliki tugas sesuai dengan kesepakatan bersama, setelah itu guru akan memanggil nomor siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 94 orang. Sampel diambil menggunakan teknik random sampling dengan cara pengundian, sehingga kelas XI IPS 2 terpilih sebagai sampel. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah The One-Shout Case Study dengan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui posttest pada akhir pembelajaran.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1992 di Gaya Baru, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Hasan dan Ibu Nurhayati. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Aisiyah Seputih Surabaya, Lampung Tengah dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Seputih Surabaya, Lampung Tengah dan tamat belajar pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Lampung dan selesai pada tahun 2007 dan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Metro dan tamat belajar pada tahun 2010.

(7)

Moto

Ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuah pujian..

bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu

untuk memikirkan kamu,

bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka...

Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie

Jangan anggap hinaan dan cacian adalah sesuatu energi yang buruk

Tapi anggap lah suatu energi baru untuk membuktikan

Bahwa kita bisa lebih baik darinya

(8)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :

Amah Ku Hasan dan Mamah Ku tercinta Nurhayati yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran.

Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari amah dan mamah untuk kebahagiaan dan keberhasilan putrimu ini,

Terima kasih pada Saudara-saudariku :

Eka Putri Susanti Amd.Keb, Ahmad Suardi, dan Sari Fitria Utami terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan.

Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, dan teman-teman yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku,

(9)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah.……….. 5

1.3. Pembatasan Masalah.………. 6

1.4. Rumusan Masalah… ………. 6

1.5. Tujuan Penelitian.……….. 6

1.6. Kegunaan Penelitian.………. 6

1.7. Ruang Lingkup Penelitian.……… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka ……….... 9

2.1.1. Konsep Cooperative Learning kombinasi……….… 9

2.1.2. Konsep Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)…... 11

2.1.3. Teori Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)... .14

2.1.4. Teori Model Kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heats Together (NHT) …….………... 16

2.1.5. Teori Pembelajaran Sejarah…….…………... 17

2.1.6. Konsep Hasil Belajar …….……….. 18

2.2. Penelitian yang Relevan………. 21

2.3. Kerangka Pikir ……….……….. 22

2.4. Paradigma ……….………. 23

III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang Digunakan……..…………. 24

3.2. Desain Penelitian...……….…………. 24

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian……….…………. 25

3.4. Populasi dan Sampel ……….………. 25

(10)

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………..………...

3.5.1. Variabel Penelitian………..……….. 28

3.5.2. Definisi Operasional Variabel………..………. 29

3.6. Teknik Pengumpulan Data ……….……… 30

3.7. Langkah-langkah Penelitian……….………….. 32

3.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran…….………... 32

3.9. Instrumen Penelitian ...………….………….. 34

3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas………...……. 35

3.10.1 Uji Validitas………..……… 35

3.10.2 Uji Reabilitas………..………. 35

3.10.3 Tingkat Kesukaran………..………. 37

3.10.4 Daya pembeda………..………. 37

3.11 Teknik Analisis Data..………...… 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian...………..….…..…….. 41

4.2. Hasil Penelitian……….…….. 48

4.2.1. Data Hasil Kemampuan Akhir (Nilai Posttest Siswa).…….……. 49

4.3. Pembahasan……….……… 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….………… 61

5.2. Saran……….……….. 52 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Anggota PopulasiDesain Penelitian ...………….…. 26

2 Sampel Penelitian...……….… 27

3 kisi-kisi soal...………...… 31

4 Kriteria nilai Alpha Cronbach`s………...… 36

5 Interpretasi tingkat kesukaran ...……….……….... 37

6 Interpretasi daya pembeda. ...………....……….... 38

7 rekapitulasi persentase jenjang kognitif...………...……….... 38

8 Rakapitulasi Persentase hasil belajar ...……….... 40

9 Daftar Nama Kepala Sekolah Muh 2 Bandar Lampung…...…… 42

10 Daftar jumlah siswa SMA Muh 2 Bandar Lampung…...…… 43

11 Daftar Sarana dan Prasarana di SMA Muh 2 Bandar Lampung…….... 46

12 Hasil belajar siswa jenjang kognitif...…………... 49

13 Rekapitulasi hasil belajar kognitif ...………..…... 52

13 Rekapitulasi persentase pencapaian jenjang kognitif ...……..…... 55

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Struktur Organisasi 2. Foto penelitian

3. Instrumen Validitas Soal Posttest 4. Hasil Uji Validitas Soal Posttest 5. Data Uji Reliabilitas Soal Tes 6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes 7. Data tingkat kesukaran

8. Data daya pembeda 9. Silabus Pembelajaran

10.Perangkat Pembelajaran RPP 11.Kisi-kisi soal Posttest

12.Soal Posttest

13.Kunci Jawaban Soal Posttest

14.Data hasil belajar kognitif pada posttest

15.Lembar Rencana Judul Kaji Tindakan/ Skripsi Makalah 16.Lembar Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing 17.Lembar Penelitian Pendahuluan

18.Lembar Izin Penelitian

(13)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu cara manusia memproses dirinya untuk menjadi pribadi yang taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, arif, dan dapat bergaul dengan lingkungan sekitar. Melalui pendidikan diharapkan mampu memiliki kemampuan baik dalam bidang akademis maupun keterampilan agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu bersaing secara global.

Sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

(14)

Salah satu cara manusia untuk mendapatkan pendidikan adalah di sekolah. Sekolah merupakan tempat atau wadah manusia untuk belajar-mengajar, belajar tugas dari siswa sedangkan mengajar tugas dari guru adanya ciri-ciri khusus dalam interaksi belajar-mengajar sebagai berikut:

Memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, adanya aktivitas, guru berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batasan waktu untuk pencapaian tujuan serta adanya kegiatan penilaian (dalam interaksi dan motivasi Edi Suardi, 1980:15)

Dalam proses belajar harus diciptakan sistem lingkungan (kondisi) yang kondusif berusaha menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar yang komponennya saling mempengaruhi. Sebagaimana dalam buku Depdiknas yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif yaitu:

1. Adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan sosialnya (guru dan teman-temannya) melalui diskusi, bermain peran, dan saling bertanya 2. Membangkitkan motivasi berprestasi siswa (memiliki daya dorong

atau keinginan dan keyakinan) 3. Memantapkan pengalaman siswa 4. Memenangkan siswa

(15)

Saat ini masih ada sekolah-sekolah yang kurang menerapkan model pembelajaran yang bisa membuat para siswa merasa senang dalam menerima materi pelajaran, terutama pada pelajaran sejarah hal ini akan semakin mempersulit siswa dalam menerima materi jika hal ini berlangsung secara terus-menerus akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Walaupun, sudah digunakan model pembelajaran diskusi-diskusi kelompok akan tetapi caranya masih monoton dan kurang bervariatif dalam penyampaian hasil diskusi yang menyebabkan kejenuhan pada diri siswa. Maka dibutuhkan beberapa cara untuk memecahkan permasalahan ini oleh karena itu guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal.

Suryo Subroto menyatakan bahwa: “Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat menentukan keberhasilan belajar siswa karena model adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Suryo Subroto, 1997:149).

Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar menyatakan bahwa: “Keberhasilan sebuah model mengajar itu dapat terlihat dari

pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa di dalam kelas, yaitu terlihat pada tinggi atau tidaknya prestasi belajar siswa setelah diajarkan dengan suatu model pembelajaran tertentu” (Roestiyah, 1986:37).

(16)

Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan memacu motivasi siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada materi pelajaran sejarah yang diberikan hasil belajar terdapat 3 aspek yang dapat diukur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, dengan menggunakan model salah satunya adalah Model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam buku cooperativ learning Miftahul, Huda 2011:138) merupakan dua model cooperatif yang digabungkan dengan cara kerja pembagian kelompok, kemudian masing-masing kelompok diberikan tugas oleh guru untuk memecahkan suatu permasalahan. Setiap siswa dalam model pembelajaran ini dituntut untuk menguasai tugas yang telah diberikan dan berbagi informasi dengan kelompok lain sebelum secara keseluruhan materi dipresentasikan secara lengkap di depan kelas.

Selaras dengan pendapat dari Allport (dalam buku cooperativ learning Miftahul, Huda 2011:87) berpendapat “ ada perbedaan yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas individu ketika mereka mau membuka diri untuk saling mendengarkan satu sama lain dan peduli terhadap hasil kerja kelompoknya sehingga bisa saling bekerjasama yang lebih efektif.

Dari latar belakang di atas, masalah ini menarik untuk diteliti karena peneliti ingin mengetahui “Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

(17)

dalam pembelajaran di dalam kelas, khususnya pada pembelajaran sejarah. Setelah mencari data dan informasi tentang masalah ini, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran

Sejarah kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

2. Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar

Lampung

3. Hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar

Lampung

4. Hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar

(18)

1.3. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada “Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2

Bandar Lampung?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung”

1.6. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

dapat diterapkan di dalam kelas terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran sejarah.

2. Bagi siswa : Dengan menggunakan model pembelajaran yang bervaria si dapat memberikan suasana baru dalam proses belajar di dalam kelas.

3. Bagi sekolah : Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar di dalam kelas.

4. Bagi penulis : Memberikan pengalaman yang berharga kepada peneliti untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa menggunakan model pembelajaran kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)

pada pembelajaran sejarah di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya pendidikan sejarah.

2.

Ruang Lingkup Subjek

(20)

3.

Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah hasil belajar kognitif dalam penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Togedher (NHT) pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014

4.

Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

5.

Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian

(21)

REFERENSI

Edi, Suardi.1980.Dalam Interaksi dan Motivasi.Jakarta.Gramedia Cipta. hlm.15.

http://www.majalahpendidikan.com/2013/03/tahap-tahap-proses- pembelajaran.html

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. hlm.149.

Roestiyah. 1986. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. hlm.37.

Miftahul, Huda M.Pd.2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model penerapan/PPL. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm.138

(22)

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

2.1.Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:

2.1.1.Pengertian Model Pembelajaran Cooperatif Learning Kombinasi Menurut Roger,dkk (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:29) “pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya betanggungjawab atas pelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya”.

Cooperative Learning adalah “suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok” (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:4).

Sedangkan menurut Paker (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:29) “model kooperatif adalah kelompok kecil kooperatif sebagai salah satu suasana

(23)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kombinasi adalah campuran beberapa versi yang memberikan efek variatif yang digabungkan atau campuran dari beberapa.

Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran dengan Cooperative Learning Kombinasi adalah penggabungan dari beberapa model pembelajaran yang

menjadikan interaksi-interaksi terbuka dan hubungan-hubungan antar siswa dalam kelompok. Siswa belajar bersama-sama di dalam kelompok membahas pertanyaan-pertanyaan maupun masalah yang diberikan guru kepada masing-masing kelompok.

Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan belajar ini akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari, sehingga para peserta didik akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam prosesnya siswa akan lebih aktif serta dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(24)

2.1.2.Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar selaras dengan yang disampaikan oleh Mills Suprijono (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011: 10), berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai

proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 (dalam

Cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:138) dan biasa digunakan bersama

dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads Together). Mekanisme pada model pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa lebih percaya diri dan memiliki kerjasama kelompok karena siswa dituntut bukan hanya berdiskusi saja dengan kelompoknya, akan tetapi juga menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dengan teman kelompok lainya.

(25)

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki kelebihan maupun kekurangannya:

Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. 3. Lebih berorientasi pada keaktifan

4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 5. Menambah kekompakkan dan rasa percaya diri siswa 6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan 7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Adapun kekurangan dari model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lama

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga) 4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

coretanpenacianda.wordpress.com/.../model-pembelajaran-two-stay-two-stray/ Langkah-langkah dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang masing-masing berjumlah empat orang

(26)

3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan keduanya bertamu kelompok lain

4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan informasi dan hasil kerja mereka ketamu

5. Tamu mohon diri dan kembali kekelompk yang semula dan melaporkan hasil pekerjaan mereka semua

6. Kesimpulan

Struktur model Two Stay Two Stray (TSTS)

(Lie, 2002: 61)

Dari uraian di atas mengenai pengertian dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay

Two Stray (TSTS) adalah perolehan konsep atau informasi yang cara

(27)

kelebihan atau lebih dari empat maka siswa yang lebih bertugas untuk menjadi notulen pada saat bertamu kekelompok lainya. Sehingga mempermudah anggota kelompok yang bertugas menjadi tamu. Akan tetapi, dalam hal ini dibatasi yaitu setiap kelompok hanya boleh lebih dari 1 orang tidak dengan jumlah lainnya.

2.1.3.Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Number Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Pengertian tersebut diperkuat juga oleh pendapat para ahli menurut Russ Frank (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011:138) “ model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling bertukar ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat kerjasama antar siswa, serta dapat digunakan untuk semua mata pelajaran”

Menurut Kagen dalam Ibrahim (dalam cooperativ Learning Miftahul Huda 2011: 28)

(28)

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki kelebihan maupun kekurangannya:

Adapun kelebihan Numbered Heads Together (NHT) dari model adalah sebagai berikut:

1. Setiap siswa menjadi siap semua

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Adapun kekurangan Numbered Heads Together (NHT) dari model adalah sebagai berikut:

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

ri1990.blogspot.com/2013/.../model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html

Langkah-langkah dari pembelajaran Numbered Heads Togedher (NHT) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor dari kelompok dan yang dipanggil

(29)

Dari uraian di atas mengenai pengertian dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) adalah perolehan konsep atau informasi yang

cara penyampaiannya melalui kerjasama kelompok dengan pembagian tugas lalu setiap nomor siswa dipangil maka harus siap mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok-kelompok lain.

2.1.4. Pengertian Model Kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heats Together (NHT)

Menurut Spencer Kagan (dalam cooperatif learning 2011:140) “model

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)”. Model pelajaran kombinasi jarang digunakan dalam proses pembelajaran karena masih dianggap sulit untuk diterapkan padahal model kombinasi dapat menjadikan siswa lebih cakap dalam proses belajar.

Langkah-langkah dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berjumlah 4 Orang, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan keduanya bertamu kelompok lain

(30)

5. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok yang semula dan melaporkan hasil pekerjaan mereka semua

6. Setelah itu kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawabannya

7. Guru memanggil salah satu nomor dari kelompok dan yang dipanggil betugas untuk mempresentasikan hasil diskusinya

2.1.5.Pengertian Pembelajaran Sejarah

Dalam pembelajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pada tingkat SMA tujuan pembelajaran sejarah adalah :

1. Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang

2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat

(Pusat Kurikulum, 2002).

Menurut Atas dasar tujuan tersebut, maka kompetensi dasar sejarah pada jenjang SMA yang diharapkan dikembangkan melalui pengajaran sejarah adalah :

1. Mampu mengklasifikasi perkembangan masyarakat untuk menjelaskan proses keberlanjutan dan perubahan dari waktu ke waktu

(31)

ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pengaruhnya terhadap masyarakat di Indonesia dan dunia dari waktu ke waktu

3. Mampu mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan keragaman dalam sejarah masyarakat di Indonesia dan dunia serta perubahannya dalam konteks waktu

4. Mampu menemukan dan mengklasifikasi berbagai sumber sejarah dan adanya keragaman analisis serta interpretasi terhadap fakta tentang masa lalu yang digunakan untuk merekonstruksi dan mendeskripsikan peristiwa serta objek sejarah

5. menyadari arti penting masa lampau untuk memahami kekinian dan membuat keputusan

(Pusat Kurikulum, 2006). 2.1.6.Pengertian Hasil Belajar

Setelah mengalami proses pembelajaran, seorang siswa akan memperoleh hasil dari sebuah proses belajar. Menurut Suryosubroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah menyatakan: “asil belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian” (Suryosubroto, 1997:2).

Oemar Hamalik (2005:43) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan, yang nantinya dimiliki siswa setelah dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar.

(32)

Untuk mengetahui hasil belajar siswa salah satu caranya menggunakan tes. Arikunto ( 2008 : 32) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, Winkel (1999:134) menyatakan: ”Ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

berpikir, ranah afektif berkaitan dengan perasaan siswa yakni seperti moral, nilai, budaya dan keagamaan sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan perbuatan atau keterampilan siswa. Setiap ranah memiliki teknik penilaian tersendiri. Ranah kognitif biasanya dinilai dengan menggunakan tes formatif.

Dalam upaya mengetahui ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.

Meliputi 6 aspek yaitu:

1. Pengetahuan yang disebut C1 menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya.

2. Pemahaman yang disebut C2 kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3. Penerapan yang disebut C3 kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi.

4. Analisis yang disebut C4 kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

(33)

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Evaluasi yang disebut C6 merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Bloom melanjutkan bahwa untuk mengukur skor dalam menilai hasil belajar siswa ranah kognitif memiliki 6 aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi disesuaikan dengan nilai yang akan dicapai oleh siswa karena bobot soal semakin sulit maka skor yang didapat akan semakin besar.

(Bloom dalam Sudjana 2006)

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka hasil belajar merupakan segala perubahan dan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami sebuah rangkaian kegiatan dalam proses belajar. Seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya serta memiliki pengalaman baru dalam hidupnya, maka individu tersebut dapat dikatakan telah melaksanakan apa yang dimaksud dengan belajar dalam hal ini dispesifikasikan pada hasil belajar kognitif.

2.2. Penelitian Yang Relevan

1. Judul Skripsi " Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray) Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas Xi Ips 4 Man 2 Pati Tahun Ajaran 2009/2010”

Peneliti adalah Nur Winda Sari dari program Studi Sejarah permasalahan yang diambil adalah rendahnya hasil belajar siswa pada

(34)

pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini model pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 Man 2 Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Judul Sripsi “Penerapan pembelajaran kooperatif dengan model Numbered Heads Together (kepala bermotor) untuk meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran IPS sejarah pada siswa kelas VIII F di SMP Negeri 1 Malang oleh Hari Hadi Kesuma”.

Peneliti adalah Hari Hadi Kusuma dari program studi Pendidikan Sejarah permasalahan yang diambil adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah dan diharapkan melalui penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Togedher) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai KKM setelah diterapkannya model pembelajaran NHT.

2.3 Kerangka Pikir

Menurut Umu Sekaran dalam bukunya Business Reseach (1992:91) “ kerangka pikir adalah model komseptual tentang bagaaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”

Pembelajaran model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif

(35)

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) secara jelas akan terlihat pada paradigma

2.4 Paradigma

Keterangan :

= Garis Kegiatan = Garis Kegiatan

Penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Togedher (NHT)

dalam pembelajaran Sejarah

Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

(36)

REFERENSI

Miftahul, Huda M.Pd. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan/PPL. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm. 29

Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 4 .

Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 29 Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 10. Miftahul, Huda. Op Cit. hlm. 138.

Subhani, Armin. 2011. Pengertian Two Stay Two Stray,

Tersedia di coretanpenacianda.wordpress.com/.../model-pembelajaran-two-stay-two-stray/(diunduh tanggal 30 desember 2013, pukul 21.00). Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. hlm. 61

Miftahul, Huda,. Op Cit. hlm. 138. Miftahul, Huda,. Op Cit. hlm. 28.

Hanuri, Nurhadi.2011. Model pembelajaran cooperative

Tersedia di ri1990.blogspot.com/2013/.../model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html diunduh tanggal 30 Desember 2013, pukul 20:38)

Miftahul, Huda . Op Cit. hlm. 140 .

Tabrani Rusyan dan Yani daryani. 1990. Penuntun Belajar yang Sukses. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PT. Nine Karya.

B.Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 2

Oemar Hamalik. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Bumi Aksara. Hlm.43.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Hlm.3.

Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multi Press. Hlm.14.

(37)

Bloom dalam Sudjana (2006) hasil belajar kognitif

Tersedia di http://elearning.milaulas.com/mod/page/vew.php?id=23i (diunduh tanggal 3 Maret 2014, pukul 11.40)

Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 37

(38)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

Metodologi penelitian adalah suatu alat dan cara yang sistematis yang dimiliki dan ditempuh oleh seorang peneliti dalam usaha mengadakan penelitian agar tercapainya tujuan yang diantaranya adalah menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memecahkan suatu masalah dan mendapatkan data yang tepat, maka diperlukan metode yang dapat menunjang penyelesaian suatu masalah.

Pemilihan metode yang tepat dapat memudahkan suatu penelitian. Penulis akan meneliti proses pembelajaran model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT). Dalam hal ini tidak terdapat kelas

pembanding, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode Eksperimen dengan menggunakan teknik eksperimen semu (quasi eksperimen).

3.2. Desain Penelitian

(39)

pelajaran atau tes setelah penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) yang diberikan tanda (T). Desain penelitian ini sebagai berikut:

XT

Keterangan :

X : Kelompok yang akan diberi stimulasi dalam eksperimen T : Kejadian pengukuran atau pengamatan

Jadi, penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jalan Hi. Zainal Abidin Pagar Alam No. 14 Labuhan Ratu, Bandar Lampung 35144. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari, yaitu pada Semester Genap tahun ajaran 2013/2014.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1.Populasi

(40)

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya diartikan sebagai orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1 populasi kelas XI IPS SMA N

Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

Dari tabel di atas dapat diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 3 kelas (XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3) dengan jumlah keseluruhan sebanyak 94 siswa terbagi menjadi 54 laki-laki dan 40 perempuan.

3.4.2.Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling, menurut Suharsimi Arikunto (2006:134) dalam bukunya yang

(41)

sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi sampel.

Penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara mengundi kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung untuk menentukan kelas mana yang akan diterapkan model pembelajaran yang telah dipilih oleh peneliti dan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPS 2 sebagai objek penelitian.

3.4.3.Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karektaristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sasaran yang akan menjadi data dalam penelitian. Dalam populasi penelitian ini sebanyak 94. Sedangkan dalam menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat (Margono, 2010:121) “sampel adalah sebagai bagian dari pupulasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara

tertentu”.

Tabel 2 sampel kelas XI IPS 2

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. IX IPS 2 17 15 32 orang

JUMLAH 17 15 32 orang

Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

(42)

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1.Variabel Penelitian

Variabel menurut Sutrisno Hadi adalah “gejala-gejala yang menunjukkan variasi,

baik dalam jenis maupun dalam tingkatnya”(Sutrisno Hadi, 2001:224), sedangkan

menurut Suharsimi Arikunto variabel merupakan “objek penelitian atau apa saja

yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian” (Suharsimi Arikunto,

2006:118).

Hatch dan Farhady:1981,(dalam Sugiyono 2012:60) menyatakan bahwa variabel merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut:

(43)

3.5.2.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik dan terukur. Agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk

menguantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(44)

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa setelah diberikan treatment atau perlakuan berupa model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan

Numbered Heads Together (NHT). Hasil belajar dalam penelitian ini berupa nilai

atau skor yang diperoleh oleh siswa setelah mengerjakan posttest berbentuk pilihan ganda pada materi pelajaran sejarah yang telah ditentukan.

Pada rencana pengukuran variabel untuk memudahkan penulis dalam penelitian analisis data, maka diperlukan pengukuran dan penelitian variabel yang akan diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif sejarah siswa yang diajar menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heats Together (NHT).

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

3.6.1.Tes

Tes atau kuis merupakan “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

(45)

Pendidikan Bandar Lampung memiliki kategorinya yaitu 80-100 (Memuaskan), 70-79 (Baik), 60-69 (Cukup), 0-59 (Kurang cukup) tes ini diadakan pada waktu yang telah ditentukan dan pada akhir pembelajaran (posttest) pada kelas XI IPS 2 dengan kisi-kisi soal sebagai berikut :

Tabel 3 kisi-kisi soal posttest

NO JENJANG NOMOR SOAL JUMLAH

Sumber : olah data peneliti

Dari tiap jenjang memiliki skor yang berbeda-beda pengetahuan C1 skor 1, pemahaman C2 skor 2, penerapan C3 skor 3, analisis C4 skor 5, sintesis C5 skor 6, dan evaluasi C6 skor 8 maka pengsekoran jawaban dari masing-masing jenjang sebagai berikut :

(46)

3.6.2.Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencatat data yang sudah ada. Pada penelitian dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada, seperti data siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

3.6.3.Kepustakaan

Mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang relevan untuk membantu di dalam menyelesaikan dan juga untuk melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, serta mencari teori-teori yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan atag hasilnya sesuai dengan teori-teori yang ada dari berbagai referensi.

3.7. Langkah-Langkah Penelitian

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, dan cara guru mengajar.

2. Menentukan populasi dan sampel. 3. Membuat instrumen tes penelitian. 4. Melakukan validitas instrumen. 5. Mengujicobakan instrumen.

6. Menentukan kelompok berdasarkan hasil pengamatan kelas. 7. Mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas.

(47)

3.8. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Kegiatan pendahuluan

Pada awal pembelajaran guru memeriksa kehadiran siswa, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran.

2.Kegiatan Inti

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT)

menurut Spencer Kagan ( dalam Miftahul Huda 2011:140), yaitu:. a. Pembagian kelompok dan nomor

Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang dengan kemampuan anggota kelompok yang heterogen kemudian setiap siswa mendapatkan nomor dan pembagian peran menjadi tamu atau tuan rumah .

b. Pembagian masalah

Guru memberikan beberapa masalah tentang pelajaran sejarah yang akan didiskusikan siswa.

c. Proses pemecahan masalah dan pelaksanaan peran

(48)

sedangkan 2 orang siswa yang bertugas menjadi tamu bertugas untuk mendengarkan dan mencatap penjelasan dari tuan rumah kelompok lainnya.

d. Penyelsaian

Setelah seluruh kelompok bertamu dan kembali kekelompoknya masing-masing maka peran tamu menjelaskan kepada tuan rumah mengenai hasil dari kelompok lain, setelah itu guru memanggil nomor siswa dan siswa yang disebut bertugas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

3.Kegiatan Akhir

Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu hal yang belum dipahami dan pembelajaran diakhiri dengan tes.

3.9. Instrument Penelitian

Penelitian memerlukan instrumen penelitian agar mendapatkan data yang valid. Instrument merupakan ( Margono, 2000:155) alat pengumpul data yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya.

Instrumen untuk mengukur pengelolaan pembelajaran yaitu pengamatan aktivitas kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa, yaitu Lembar soal tes formatif

(49)

kombinasi Two Stay Two Stray dan Numbered Heads Together pada akhir pertemuannya.

3.10. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.10.1 Uji Validitas

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk. Validitas konstruk didapat dengan membuat kesesuaian antara tujuan pembelajaran yang ada pada RPP dengan indikator tes, prediktor dan butir tes. Penentuan kesesuaian antar varibel tersebut dapat dilakukan melalui penilaian ahli.

3.10.2 Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana:

= reliabilitas yang dicari

(50)

= varians total

(Arikunto, 2006:109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach`s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach`s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dan Saputri (2010:30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefesien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 4 kriteria nilai Alpha Cronbach`s

Sumber : Buku Sayuti dan Saputri hal 30

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan kepada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

Nilai Alpha Cronbach`s Kriteria

0,00 - 0,20 Kurang reliabel

0,21 - 0,40 Agak reliabel

0,41 - 0,60 Cukup reliabel

0,61 - 0,80 Reliabel

(51)

3.10.3 Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : angka indeks kesukaran item

Np : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul N : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar

(Sudijono, 2008:372).

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran yang dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 5 interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30 - 0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Mudah

Sumber : Sudijono (2008:372)

3.10.4 Daya Pembeda

(52)

(disebut kelompok bawah). Sudijono mengungkapkan bahwa menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

D = PA - PB ; dimana PA= BA dan PB = BB JA JB

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir Soal yang diolah

JA : jumlah kelompok atas JB : jumlah kelompok bawah (Sudijono, 2008:389)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 6 interpretasi nilai daya pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

(53)

3.11. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar

Tes ini dilakukan sebagai bentuk penilaian/evaluasi dalam proses pelaksanaan setelah menggunakan model kombinasi Two Stay Two Stray dan Numbered Heads Together maka diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan cara setelah selesai pengolahan data dengan melihat hasil belajar kognitif dan perolehan jenjang masing-masing kognitifnya.

Untuk melihat perolehan jenjang pada kognitif maka diperlukan cara sebagai berikut:

Tabel 7 rekapitulasi persentase hasil belajar jenjang kognitif

NO INDIKATOR PENCAPAIAN MAKSIMUM PERSENTA

SE

Pada pencapaian adalah jumlah keseluruhan soal yang benar pada masing-masing jenjang kognitif.

Untuk mencari nilai maksimum dengan cara:

jumlah dari setiap kategori X skor jenjang kognitif X jumlah siswa

(54)

Penentuan kategori hasil belajar kognitif siswa menggunakan ketentuan dari Dinas Pendidikan Bandar Lampung (Kategori penilaian kognitif 2013:2) yaitu 80-100 (Memuaskan), 70-79 (Baik), 60-69 (Cukup), 0-59 (Kurang cukup) maka jumlah siswa dipersentasekan guna melihat kesimpulan hasil belajar kognitif setelah pembelajaran, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 8 rekapitulasi persentase hasil belajar kognitif siswa

NO KATEGORI JUMLAH

SISWA

1. 80-100 (Memuaskan)

2. 70-79 (Baik)

3. 60-69 (Cukup)

4. 0-59 (Kurang cukup)

(55)

REFERENSI

Chandwick, Bruce A.1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: FKIP Semarang Press. hlm. 91

Handari, Nawawi.1991. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.:Alfabeta. Hlm. 141

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm. 138.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm.121.

Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. hlm. 224

Suharsimi Arikunto. Op Cit. hlm. 118.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm. 60.

Suharsimi Arikunto. Op Cit. hlm. 172. Suharsimi Arikunto. Op Cit. hlm. 52.

Miftahul, Huda, M.Pd. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan/PPL. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm. 140.

Morgono. Op Cit. hlm. 155

Suharsimi Arikunto. Op Cit. hlm. 109.

Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.372.

Ibid. Hlm.389

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Rajo Grafindo Persada:Jakarta. hlm.43

(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran sejarah siswa kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil belajar kognitif siswa pada pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah pengetahuan (C1) rata-ratanya 70 masuk kategori baik.

2. Persentase hasil belajar kognitif siswa yang paling tinggi pada kategori nilai 70-79 (Baik) 43,75 %. Ini diperoleh dari jumlah keseluruhan 32 siswa yang telah diklasifikasikan kedalam 4 kategori sesuai nilainya yaitu memuaskan, baik, cukup, dan kurang cukup hasil akhirnya yang tertinggi pada kategori BAIK dengan jumlah 14 siswa.

5.2Saran

(57)

1. Pembelajaran menggunakan Model Kombinasi Two Stay Two Stray (TSTS) dan Numbered Heads Together (NHT) dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu model yang dapat diterapkan pada pelajaran sejarah.

2. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa dalam mengembangkan keterampilan kooperatifnya atau bekerjasama sehingga dapat menjadi salah satu sikap dalam kehidupan bermasyarakat.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asep Jihad & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multi Press.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Chandwick, Bruce A.1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: FKIP Semarang Press

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan.Bandung: Alfabeta Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Margono. 2010. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Oemar Hamalik. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Bumi Aksara. Roestiyah. 1986. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sarakan,Umu.1992.Business Reseach.Jakarta:Kencana

(59)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tabrani Rusyan dan Yani daryani. 1990. Penuntun Belajar yang Sukses. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PT. Nine Karya.

Tim Depdik. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung

W. S Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia.

Sumber-sumber lain:

Bloom dalam Sudjana (2006) hasil belajar kognitif

Tersedia di http://elearning.milaulas.com/mod/page/vew.php?id=23i (diunduh tanggal 3 Maret 2014, pukul 11.40)

Subhani, Armin. 2011. Pengertian Two Stay Two Stray,

Tersedia di coretanpenacianda.wordpress.com/.../model-pembelajaran-two-stay-two-stray/(diunduh tanggal 30 desember 2013, pukul 21.00).

Hanuri, Nurhadi.2011. Model pembelajaran cooperative

Gambar

Tabel
Tabel 1 populasi kelas XI IPS SMA
Tabel 2 sampel kelas XI IPS 2
Tabel 3 kisi-kisi soal posttest
+4

Referensi

Dokumen terkait

Anak terlantar adalah sebuah kondisi anak-anak yang diabaikan perawatannya, diakibatkan karena kelalaian dari pihak orang tua. Kelalaian disini berarti ada hak-hak

Kristi : Minggu bisa si tapi cuman dari jam 5an aja, soalnya jam 6.45 nya mau nonton. Kristi : Hai, gimana nih Valen, datanya masih kurang ya? Valen : Hehe. Iya bu masih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari bit dengan sari kuini memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai warna, viskositas, total padatan, kadar air, kadar

Toko Benang-benang Hobi yang bergerak dalam bidang kerajinan kristik mempunyai lebih dari 75 pelanggan tetap yang berada di luar daerah, maka dibutuhkan sistem

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas VII SMP Nurul Islam Ngemplak

Dalam hal terdapat segmen yang tidak memiliki data, maka LJK tetap melaporkan segmen tersebut yang hanya berisi informasi header dengan Jumlah Data File dan Jumlah Data

Pre test ini menggunakan instrument tes kebugaran jasmani ACSPFT (Asian Commite on the Standarization of Physical Fitnes Test). 6) Melaksanakan latihan atau memberikan

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS BERMAIN GAME ONLINE SISWA SMP NEGERI 14.. YOGYAKARTA TAHUN