• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI KITOSAN PADA BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DALAM KEMASAN PASIF UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI KITOSAN PADA BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DALAM KEMASAN PASIF UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

APLIKASI KITOSAN PADA BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DALAM KEMASAN PASIF UNTUK MEMPERPANJANG MASA

SIMPAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH

Oleh

M. Hibatur Rahman

Buah belimbing merupakan salah satu buah yang memiliki nilai komersial di Indonesia serta memiliki pasar dengan segmen tersendiri mulai dari pasar

tradisional hingga pasar modern. Namun salah satu kendala yang dihadapi adalah buah belimbing memiliki sifat yang mudah rusak karena kulit buah yang tipis dan langsung menempel pada daging buah sehingga setelah panen buah belimbing memerlukan penanganan khusus. Penanganan pascapanen yang praktis, aman, dan ekonomis untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan bahan pelapis, penggunaan kemasan atmosfer termodifikasi atau kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh aplikasi konsentrasi kitosan; aplikasi volume kemasan; dan untuk memperoleh kombinasi volume kemasan dan konsentrasi kitosan yang efektif dalam teknologi kemasan pasif untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah.

(2)

Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang disusun secara faktoral 4 x 4. Faktor pertama adalah dengan empat tingkat konsentrasi kitosan, yaitu 0, 1, 2, dan 3%. Faktor kedua adalah kemasan pasif dengan empat volume kemasan, yaitu 1.5, 3.0, 4.0, dan 5.0 L. Faktor-faktor tersebut diterapkan ke dalam teknologi MAP pasif. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Pengamatan yang dilakukan adalah masa simpan buah, susut bobot buah, kandungan padatan terlarut buah (oBrix), asam bebas buah, dan kekerasan buah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan kitosan, penggunaan kemasan pasif dan kombinasinya secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap masa simpan buah belimbing dibandingkan dengan kontrol, namun kombinasi perlakuan pelapisan kitosan 3% pada buah belimbing dapat digunakan pada kemasan pasif berbagai volume.

(3)

ABSTRACT

CHITOSAN APPLICATION ON STAR FRUIT (Averrhoa carambola L.) IN PASSIVE PACKAGING TO EXTEND THE FRUIT SHELF-LIFE AND

MAINTAIN THE QUALITY OF THE FRUIT

By

M. Hibatur Rahman

Star fruit is one of fruit that has a commercial value in indonesia and it also has a certain market with its own segments start from traditional markets until modern markets. However, there is one obstacle of star fruit that is it has characteristic of being easily damaged because the rind of the fruit which is thin and directly attached to the flesh, so that after the harvest star fruit needs special handling. Post-harvest handling that is practical, safe, and economical to extend the fruit shelf-life and maintain the quality of star fruit can be conducted by using a coating, the a modified atmosphere packaging or the combination of those treatments. The purpose of this research was to study the effects of the application of(I) chitosan concentrations; (II) packaging volumes; and (III) the interaction effects of packaging volume and chitosan concentration which is effective in the passive packaging technology to maintain the quality and extend the shelf-life of the fruit.

This reseach was conducted in the Horticulture Postharvest Laboratory,

(4)

1, 2, and 3% concentrations. The second factor was packaging volumes of 1.5, 3.0, 4.0, and 5.0 L. These factors were applied into the passive MAP technology. Each treatment combination consist of three replications. The observed variables were fruit shelf-life, fruit weight loss, fruit soluble solids, free acid contents and fruit hardness.

The result of this research indicated the chitosan coating treatment , the using of passive packaging and their combinations statistically did not affect to the star fruit shelf-life, but the treatment combination of 3 % chitosan coating on star fruit could be used on passive packaging in various volume.

(5)

APLIKASI KITOSAN PADA BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DALAM KEMASAN PASIF UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN

DAN MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH

Oleh

M. HIBATUR RAHMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Desember 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Yusri, S.E., M.M. dan Dra.

Syamsuryati. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Kautsar, Bandar Lampung pada tahun 1998 dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Al-Kautsar, Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun 2007, Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, sedangkan pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil alamiin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Aplikasi Kitosan pada Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) dalam Kemasan Pasif untuk Memperpanjang Masa Simpan dan Mempertahankan Mutu Buah” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A. selaku Pembimbing I atas bantuan penelitian, saran, motivasi, bimbingan, nasihat, serta kesabaran yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc. selaku Pembimbing II atas bantuan penelitian, saran, nasihat, dan bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

3. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan sebagai Penguji atas saran dan bimbingan yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

(11)

xi

5. Bapak Ir. Samsul Rizal, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, atas saran dan bimbingan yang diberikan;

6. Ayah, Ibu dan Adik-adikku tercinta (Rifka Humaida dan M. Abi Nubli) yang telah memberikan dukungan, motivasi, nasihat dan yang selalu menyertai Penulis dalam doa;

7. Keluarga angkatan 2010 AM dari A sampai Z yang telah memberikan cerita sendiri dalam kehidupan Penulis serta atas bantuan, keceriaan, persahabatan, dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Penulis berharap semoga Allah Subhanahu wa ta’ala membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Belimbing ... 8

2.2. Kitosan ... 9

2.3. Teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) Pasif ... 10

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ... 12

3.3. Metode ... 13

3.4. Pelaksanaan penelitian ... 13

3.5. Pengamatan ... 14

3.5.1. Masa simpan buah ... 15

3.5.2. Susut bobot buah ... 15

3.5.3. Kandungan padatan terlarut buah (oBrix) ... 15

3.5.4. Kandungan asam bebas buah ... 15

(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Masa Simpan Buah ... 17

4.2. Susut Bobot Buah ... 20

4.3. Kandungan Padatan Terlarut Buah (oBrix) ... 22

4.4. Kandungan Asam Bebas Buah ... 25

4.5. Kekerasan Buah ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 36

Hasil analisis SAS Masa Simpan Buah ... 37

Hasil analisis SAS Susut Bobot Buah ... 42

Hasil analisis SAS Kandungan Padatan Terlarut Buah (oBrix) ... 48

Hasil analisis SAS Kandungan Asam Bebas Buah ... 54

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh perlakuan pelapisan kitosan dan volume kemasan terhadap

masa simpan buah belimbing (Averrhoa carambola L.) ... 19 2. Pengaruh perlakuan pelapisan kitosan dan volume kemasan terhadap

susut bobot buah belimbing (Averrhoa carambola L.) ... 21 3. Pengaruh perlakuan pelapisan kitosan dan volume kemasan terhadap

kandungan padatan terlarut buah belimbing (Averrhoa carambola L.) 23 4. Pengaruh perlakuan pelapisan kitosan dan volume kemasan terhadap

kandungan asam bebas buah belimbing (Averrhoa carambola L.) .... 26 5. Pengaruh perlakuan pelapisan kitosan dan volume kemasan terhadap

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perlakuan kombinasi pelapisan kitosan dan pengemasan pasif pada

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara penghasil berbagai jenis buah yang sangat beragam, termasuk komoditi buah belimbing (Averrhoa carambola L.). Buah belimbing merupakan salah satu buah yang memiliki nilai komersial di Indonesia serta memiliki pasar dengan segmen tersendiri mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern. Namun salah satu kendala yang dihadapi adalah buah belimbing

memiliki sifat yang mudah rusak (perishable) karena buah belimbing tergolong tipe buah non-klimakterik berkulit tipis yang langsung menempel pada daging buah serta memiliki juring-juring yang rentan rusak sehingga setelah panen buah belimbing memerlukan penanganan khusus. Menurut Suyanti et al. (1999), penanganan pascapanen yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan hasil panen dan penurunan mutu pada buah.

Kerusakan pascapanen buah belimbing dapat terjadi pula karena masih berlangsungnya proses respirasi, transpirasi dan perubahan fisik selama penyimpanan yang menyebabkan masa simpan dan mutu buah belimbing

(17)

2 yang sangat penting dalam upaya memperpanjang masa simpan dan

mempertahankan mutu buah belimbing. Hal ini karena mutu buah belimbing setelah panen tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan sampai batas tertentu. Oleh karena itu, penanganan yang baik dengan cara menurunkan laju respirasi dan menghambat proses transpirasi serta mencegah kerusakan fisik dan mikrobiologis dapat memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing dalam waktu yang lebih lama, sehingga kesegaran buah dapat dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima oleh konsumen.

Teknologi penanganan pascapanen yang praktis, aman, dan ekonomis untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan bahan pelapis (coating), penggunaan kemasan atmosfer termodifikasi atau kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut.

(18)

Selain menerapkan pelapisan pada buah belimbing untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing diperlukan juga pengemasan buah. Salah satu pengemasan yang sering digunakan adalah teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif. Pengemasan Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif adalah suatu keadaan komposisi udara di sekitar bahan yang tersimpan dimodifikasi sehingga berbeda dengan komposisi udara di luar kemasan. Hal ini disebabkan oleh gas O2 di dalam kemasan terbatas sehingga gas CO2 yang dihasilkan semakin tinggi yang dapat menyebabkan laju respirasi pada buah menurun (Noor, 2007). Penggunanan teknologi kemasan Modified

Atmosphere Packaging (MAP) pasif telah terbukti dapat memperpanjang masa simpan serta mempertahankan mutu buah dan sayuran seperti halnya pengemasan pada jamur tiram (Pratiwi, 2011), pengemasan pada buah duku (Widodo et al., 2007a), dan pengemasan pada buah manggis (Azhar, 2007).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mempelajari pengaruh aplikasi beberapa konsentrasi kitosan dalam teknologi kemasan pasif.

(19)

4 3. Memperoleh volume kemasan dan konsentrasi kitosan yang efektif dalam

teknologi pengemasan pasif untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah belimbing

1.3 Kerangka Pemikiran

Buah belimbing (Averrhoa carambola L.) merupakan buah yang memiliki masa simpan pendek dan mudah mengalami kerusakan karena buah belimbing

tergolong tipe buah non-klimakterik berkulit tipis. Dari segi fisik, buah belimbing memiliki kulit tipis yang langsung menempel pada daging buah serta memiliki juring-juring yang rentan rusak sehingga buah belimbing merupakan komoditas yang paling beresiko mengalami kerusakan pascapanen. Selain itu, proses metabolisme seperti respirasi dan transpirasi pada buah belimbing masih berlangsung. Proses respirasi dan transpirasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada buah belimbing sehingga dapat berpengaruh terhadap masa simpan dan mempercepat penurunan mutu buah belimbing.

Proses fisiologis buah belimbing terjadi secara alami sehingga tidak dapat dicegah akan tetapi dapat diperlambat. Respirasi merupakan proses oksidasi senyawa karbohidrat dengan melepaskan CO2, uap air, dan energi. Secara sederhana proses respirasi dapat digambarkan dengan persamaan reaksi kimia berikut :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 674 kkal energi.

Proses respirasi dapat ditekan dengan menurunkan konsentrasi O2 dan menaikkan konsentrasi CO2 karena dalam proses respirasi O2 sangat berperan dalam

(20)

Selain itu proses metabolisme yang masih berlangsung pada buah belimbing adalah transpirasi. Proses transpirasi adalah proses kehilangan air dari dalam buah pada saat pascapanen. Proses transpirasi merupakan salah satu penyebab kerusakan dan penurunan mutu buah belimbing karena terjadinya penyusutan bobot buah serta penurunan penampakan buah seperti pelayuan dan pengerutan kulit buah. Menurut Widodo et al. (2001c), pada buah dengan kulit tipis dan daging buah berhubungan langsung dengan kulit, kehilangan air di kulit dapat langsung mempengaruhi mutu daging buah.

Penanganan pascapanen yang tepat sangat diperlukan untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing. Teknologi yang tepat untuk memodifikasi konsentrasi O2 dan CO2 pada proses respirasi dan menghambat proses transpirasi buah adalah dengan upaya melapisi buah menggunakan bahan yang mampu menghambat laju keduanya serta dengan cara memodifikasi udara yang ada pada kemasan.

(21)

6 menurunkan laju respirasi, menghambat pertumbuhan kapang, menghambat pematangan dengan mengurangi produksi etilen dan dapat menghambat kehilangan air pada saat proses transpirasi seperti halnya pada pemberian pelapisan kitosan pada tomat (Novita et al., 2012), buah stroberi (Karina et al., 2011), buah duku (Widodo et al., 2007a), buah jambu biji ‘Mutiara’ dan buah

pisang ‘Muli’ (Zulferiyennidan Widodo, 2010b). Polikationik alami dari kitosan

dapat menghambat pertumbuhan kapang Bohria cinerea dan Rhizopus stolonifer

pada buah stroberi (Ghaouth et al., 1994).

Salah satu cara menurunkan aktivitas laju respirasi pada buah belimbing adalah penggunaan kemasan Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif. Dengan MAP pasif, udara di sekeliling produk yang tersimpan dan udara di luarnya

dipisahkan dengan memberi pembatas fisik sehingga komposisi udara yang berada di sekitar bahan tersimpan berbeda dengan komposisi udara di luar kemasan. Melalui teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif, kandungan O2 di dalam kemasan akan menurun karena digunakan dalam proses respirasi. Dengan penurunan kandungan O2 di dalam kemasan laju respirasi produk akan menurun yang berakibat terhambatnya proses pematangan buah (Dewi, 2007). Teknologi

Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif pada buah tropis terbukti mampu memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah, diantaranya buah duku (Widodo dan Zulferiyenni, 2008) dan buah jambu biji ‘Mutiara’ (Aprilia, 2010).

Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa buah jambu biji ‘Mutiara’ yang

(22)

menggunakan kemasan Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif pada buah belimbing diharapkan memberikan hasil yang terbaik dalam menghambat proses respirasi dan transpirasi, sehingga dapat memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Terdapat konsentrasi kitosan yang efektif dalam memperpanjang masa simpan buah dan mempertahankan mutu buah belimbing.

2. Terdapat ukuran volume kemasan yang efektif dalam memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah belimbing.

3. Terdapat interaksi antara konsentrasi kitosan dengan ukuran volume kemasan dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Belimbing

Buah belimbing merupakan buah yang mudah di jumpai di lingkungan sekitar kita, yang dapat dengan mudah tumbuh di iklim tropis seperti di Indonesia.

Belimbing manis dalam ilmu botani dikenal dengan nama Averrhoa carambola L. dan berasal dari keluarga Oxalidaceae, berwarna kuning, berkulit licin dan tipis, berlekuk-lekuk, berpenampang sepertibintang (Sastrapradja, 1998).

Buah belimbing memiliki standar mutu yang harus dipenuhi agar dapat

dikonsumsi dan dipasarkan. Berdasarkan SNI nomor 4491:2009, buah belimbing manis segar utuh adalah buah belimbing yang berbentuk sempurna, tidak memar, keadaan fisik buah yang tidak menunjukkan keriput akibat berkurangnya

kandungan air, buah tidak busuk atau rusak, bebas kotoran dan sisa bagian tanaman yang lain, bebas dari bau dan rasa asing selain aroma atau bau dan rasa khas belimbing dan memiliki tingkat kematangan buah yang layak untuk dipanen.

(24)

kandungan kimia buah.

Kualitas buah belimbing cepat sekali menurun setelah pemanenan dan sering mengalami kerusakan sebelum sampai ke konsumen karena umur simpan buah belimbing hanya 3 - 4 hari. Kerusakan utama yang sering terjadi pada buah belimbing yang memiliki kulit buah yang tipis dan langsung menempel pada daging buah adalah terjadinya kerusakan fisik akibat benturan dan goresan sehingga dapat menyebabkan browning yang mengakibatkan buah berwarna coklat dan penurunan bobot yang disebabkan oleh kehilangan air sehingga kualitas buah belimbing menurun.

2.2 Kitosan

Kitosan merupakan polisakarida kationik alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin yang banyak terdapat di cangkang hewan crustaceae seperti udang, lobster, dan kepiting. Kitosan telah banyak dimanfaatkan secara komersial dalam bidang pertanian hingga bidang kesehatan. Dibidang pertanian, kitosan dapat

dimanfaatkan dalam pengawetan produk pertanian dan bahan pengemas. Kitosan termasuk salah satu jenis polisakarida yang dapat menjadi barrier (penghalang) yang baik karena dapat membentuk matriks yang kuat dan kompak (Krochta et al., 1994). Lapisan pelindung dengan menggunakan kitosan memiliki

(25)

10 dapat diturunkan. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa penggunaan pelapisan kitosan diketahui mampu menghambat pemasakan dan memperpanjang masa simpan berbagai buah seperti buah duku, apel, tomat, peach, pir jepang dan buah kiwi (Widodo dan Zulferiyenni,2008; Du et al., 1997).

Kitosan merupakan lapisan yang aman digunakan pada produk makanan serta memiliki senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan kapang. Kitosan memiliki struktur khusus dengan kelompok amino reaktif sehingga menjadi

senyawa bioaktif yang memperlihatkan fungsi antimikrobial (Kumar et al., 2004). Aktivitas antimikroba kitosan dapat menghambat pertumbuhan berbagai

mikroorganisme seperti bakteri dan cendawan (Sagoo et al., 2002). Menurut El Ghaouth et al. (1994), polikationik alami dari kitosan dapat menghambat pertumbuhan kapang Bohria cinerea dan Rhizopus stolonifer pada stroberi.

2.3 Teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) Pasif

Pengemasan teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah pengemasan dengan memodifikasi konsentrasi O2 dan CO2 dalam kemasan sehingga akan terjadi perubahan konsentrasi O2 dan CO2 yang menyebabkan konsentrasi O2 akan menurun dan konsentrasi CO2 akan meningkat sebagai akibat kegiatan laju respirasi buah yang tersimpan (Do dan Salunkhe, 1986).

(26)

Packaging (MAP) yaitu cara pasif dan aktif. Pengemasan teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif, kesetimbangan antara CO2 dan O2 didapat melalui pertukaran udara dalam kemasan dan hanya bergantung pada respirasi produk yang tersimpan, sedangkan pengemasan teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) aktif, udara dengan campuran gas-gas sesuai yang diinginkan dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan atau kemasan.

Penggunaan teknologi Modified Atmosphere Packaging (MAP) pasif mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah melalui penurunan konsentrasi O2 dan peningkatan konsentrasi CO2. Menurut Winarno dan

Wiranatakusumah (1981), dengan meningkatnya CO2 dalam ruang penyimpanan, maka proses pematangan akan terhambat. Selain itu juga konsentrasi CO2 yang cukup tinggi dapat memperpanjang umur simpan buah karena terhambatnya proses respirasi (Muchtadi, 1989).

Pada beberapa penelitian, penggunaan teknologi Modified Atmosphere Packaging

(MAP) pasif mampu memperpanjang dan mempertahankan mutu buah diantaranya buah duku (Widodo dan Zulferiyenni, 2008) dan buah jambu biji ‘Mutiara’ (Aprilia, 2010). Penggunaan teknologi Modified Atmosphere

(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus sampai dengan September 2013.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.), kultivar Wulan, yang berasal dari perkebunan

belimbing di Desa Sukabakti, Simpang Palas, Kalianda, Lampung Selatan. Buah belimbing dibawa langsung ke Laboratorium Pascapanen Hortikultura, disortir berdasarkan keseragaman ukuran dan tingkat kemasakan, kemudian diperlakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Bahan lain yang digunakan adalah kitosan, NaOH 0.1 N, fenolftalein, aquades, etanol, dan asam asetat 0.5%.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemasan (chamber) PP

(Polypropylene) dengan volume 1.5, 3.0, 4.0, 5.0 L, penetrometer FHM-5

(28)

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 4 x 4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 faktor, faktor pertama adalah 4 konsentrasi kitosan, yaitu 0%, 1%, 2%, 3 %. Faktor kedua adalah kemasan pasif dengan 4 volume 1.5, 3.0, 4.0, dan 5.0 L. Masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Semua data dianalisis dengan ANOVA. Analisis data dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% menggunakan SAS System For Windows 9.3.

[image:28.595.241.382.372.559.2]

3.4 Pelaksanaan penelitian

Gambar 1. Perlakuan kombinasi pelapisan kitosan dan pengemasan pasif pada buah belimbing

(29)

14 asetat 0.5% dilakukan dengan melarutkan 5 ml asam asetat ke dalam 1000 ml aquades. Buah belimbing dicelupkan kedalam larutan kitosan hingga permukaan kulit buah terlapisi secara merata lalu buah belimbing dikering-anginkan.

Selanjutnya buah belimbing dimasukkan ke dalam chamber dengan volume 1.5, 3.0, 4.0, 5.0 L. Setelah itu kemasan ditutup rapat dengan menggunakan selotip. Sebagai pembanding, langsung diamati buah belimbing tanpa perlakuan sebagai kontrol.

3.5 Pengamatan

[image:29.595.198.425.503.672.2]

Pengamatan dilakukan pada peubah masa simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut, dan asam bebas. Pengamatan dihentikan apabila terjadi 50% pencoklatan pada buah belimbing dimana penampakan mengarah pada pembusukan yang berarti buah tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Tingkat kekerasan buah diukur dengan alat penetrometer.

(30)

Buah belimbing yang telah diberi perlakuan diamati perubahan fisiknya setiap hari pada pagi hari. Masa simpan buah tersebut ditentukan dari hari pertama buah dimasukkan ke dalam kemasan (chamber) hingga buah harus dihentikan karena telah mengarah pada pembusukan.

3.5.2 Susut bobot buah

Susut bobot dihitung dari selisih bobot awal buah sebelum buah diberi perlakuan dengan bobot akhir buah setelah perlakuan dihentikan. Selisih bobot buah kemudian dibagi dengan bobot awal dan dikalikan dengan 100% (AOAC, 1984).

3.5.3 Penentuan kandungan padatan terlarut buah (o Brix)

Penentuan kandungan padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan hand refraktometer‘Atago’ pada sari buah belimbing yang telah diekstrak tanpa pengenceran (Widodo et al., 1996).

3.5.4 Kandungan asam bebas buah

Buah belimbing diekstrak dengan menggunakan jus ekstraktor. Sampel sari buah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan dibekukan di freezer hingga analisis berikutnya. Analisis asam bebas dilakukan dengan mengambil 1 ml hasil ekstraksi sari buah ditambah 9 ml aquades dan 1 tetes indikator

(31)

16 3.5.5 Kekerasan buah

Kekerasan buah diukur menggunakan alat penetrometer ‘fruit hardness’ (tipe

FHM-5 Takemura Electric Work, Lt.d, Jepang, dengan ujung tumpul berdiameter 0,5 cm dan tekanan maksimal 5 kg), masing-masing unit dan ulangannya

(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dapat kesimpulan sebagai berikut.

Perlakuan pelapisan kitosan, penggunaan kemasan pasif dan kombinasinya secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap masa simpan buah belimbing

dibandingkan dengan kontrol, namun kombinasi perlakuan pelapisan kitosan 3% pada buah belimbing dapat digunakan pada kemasan pasif berbagai volume.

5.2 Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1984. Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemist. Washington D. C. 1130 pp.

Aprilia, R. E. 2010. Aplikasi Kitosan Pada Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) cv. Mutiara Dalam Kemasan Pasif Pada Berbagai Volume Kemasan Untuk Memperpanjang Masa Simpan dan Mempertahankan Mutu. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 28 Hlm.

Azhar, K. S. 2007. Pengkajian Bahan Pelapis, Kemasan dan Suhu Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Manggis. (Skripsi). Institut Teknologi Bogor. Bogor. 58 Hlm.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Belimbing. SNI 4491:2009.

Campbell, C. A. 1985. Carambola production in florida. Proc. Fla. State Hort. 98(1): 145-149.

Dewi. N. K. 2007. Teknik atmosfir termodifikasi dalam penanganan buah dan sayuran segar. J. Mediagro. 3(1): 1-8.

Do, J. Y. dan D. K Salunkhe. 1986. Penyimpanan dengan Udara Terkendali, p.271-287. Dalam Er.B.Pantastico, ed. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan buah-buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta (terjemahan). Du, J., H. Gemma, dan S. Iwahori. 1997. Effects of chitosan coating on the

storage of peach, Japanese pear, and kiwifruit. J. Japan. Soc. Hort. Sci. 88(1): 15-22.

El Ghaouth, A., J. A. Grenier, N. Benhamon, A. Asselin, and Belenger. 1994. Effect of chitosan on cucumber plant phytium aphandenidermatum and induction of defence reaction. Phytopathology 84(3): 313-320.

(34)

Hendrawan, Y. dan H. S. Sumardi. 2005. Pengkajian karakteristik mutu buah belimbing manis (Averrhoa carambola l.) dengan teknik pengolahan citra. Jurnal Teknologi Pertanian. 6(2): 131-142.

Herista, M. I. S. 2010. Aplikasi Kitosan Pada Buah Pisang ‘Muli’ (Musa paradisiaca L.) Dalam Kemasan Aktif Pada Berbagai Volume Kemasan Untuk Memperpanjang Masa Simpan dan Mempertahankan Mutu Buah. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 33 Hlm.

Jiang dan G. Tsang. 2005. Lycopene in Tomatoes and Prostate Cancer. http://www. healthcastle.com. Diakses 15 Mei 2014.

Karina, A. R., S. Trisnowati, dan D. Indradewa. 2012. Pengaruh macam dan kadar kitosan terhadap umur simpan dan mutu buah stroberi (fragaria x ananassa duch.). Jurnal Vegetalika. 1(3): 163-169.

Kosenda. 2005. Pengaruh Pemberian Lapisan Lilin Terhadap Laju Respirasi Buah Alpukat. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Samratulangi. 58 Hlm. Krochta, J. M., E. A. Baldwin, dan M. N. Carriedo. 1994. Edible Coating and

Film to Improve Food Quality. Technomic Publishing Co. Inc. Lancaster.Basel. 417 pp.

Kumar, R., R. R. A. Muzzarelli, C. Muzzarelli, H. Sashiwa, dan A. J. Domb. 2004. Chitosan chemistry and pharmaceutical perspective. Journal of Chemistry Review. 104(12): 6017-6084.

Kusuma, D. W. 2013. Pengaruh Penambahan Benziladenin Pada Pelapis Kitosan Terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Jambu Biji ‘Crystal’. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 30.

Kurniawan, D., S. Trisnowati, S. Muhartini. 2013. Pengaruh macam dan kadar kitosan terhadap pematangan dan mutu buah sawo (Manilkara zapota L. van Royen). Jurnal Vegetalika. 2(2): 21-30.

Mardiana, K. 2008.Pemanfaatan Gel Lidah Buaya Sebagai Edible Coating Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.). (Skripsi). IPB. Bogor. 78 Hlm.

(35)

34 Mujiono. 1997. Kajian Pelapisan Lilin dan Kondisi Penyimpanan Buah Alpukat (Persea Americana Mill.) varietas West India. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian. IPB. Bogor. 58 Hlm.

Noor, Z. 2007. Perilaku selulase buah pisang dalam penyimpanan udara termodifikasi. Seminar Nasional Teknologi (SNT) Yogyakarta, 24 November 2007. Hlm A1-A8.

Novita, M., Satriana, Martunis, S. Rohaya, dan E. Hasmarita. 2012. Pengaruh pelapisan kitosan terhadap sifat fisik dan kimia tomat segar (lycopersicum pyriforme) pada berbagai tingkat kematangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 4(3): 1-8.

Park, H. J. 1997. Development of advanced edible coatings for fruit. J. Trend in Food Science and Technology. 10(8): 254-260.

Prasetyo, B. 2010. Aplikasi Kitosan Pada Buah Jambu biji (Psidium guajava L.) cv. Mutiara Dalam Kemasan Aktif Pada Berbagai Volume Kemasan Untuk Memperpanjang Masa Simpan dan Mempertahankan Mutu Buah. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 33 Hlm.

Pratiwi, R. W. 2011. Pengemasan Atmosfer Termodifikasi Pada Jamur Merang (Volvariella volvacea) Blansir. (Skripsi). Institut Teknologi Bogor. Bogor. 41 Hlm.

Rufiarti, R. K. 1990. Pengaruh Pelapisan Lilin Terhadap Daya Tahan Simpan Mangga (Mangifera indica L.) varietas Arumanis dan Indramayu. (Skripsi). Jurusan Teknologi Industri Pertanian. IPB. Bogor. 55 Hlm. Sagoo, S., R. Board, S. Roller. 2002. Chitosan inhibits grows of spoilage

microorganisms in chilled pork products. Journal of Food Microbiology. 19 (2-3): 175-182.

Sastrapadja, S. 1998. Buah-buahan. Balai Pustaka. Jakarta. 123 Hlm.

Sivalingan, P. M., dan S. V. Charless. 1995. Biopreservation on flocal fruits. SEAMEO-Jasper Fellowship monograph. http://ww.seameo.org vl library/welcome/publication/ebook/jasper/mono95.html. Diakses 15 Mei 2014.

Suyanti, A. B. S. T. Roosmani, dan Syaifullah. 1999. Pengaruh tingkat ketuaan terhadap mutu pasca panen buah mangis selama penyimpanan. J. Hort. 9(1): 51-58.

(36)

Widodo, S. E. dan Zulferiyenni. 2008. Aplikasi chitosan dalam teknologi pengemasan beratmosfir-termodifikasi buah duku. Prosiding Seminar Nasional Pangan 2008: Peningkatan Keamanan Pangan Menuju Pasar Global. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM Yogyakarta, 17 Januari 2008. Hlm. TP278-TP287.

Widodo, S. E., D. K. Abdullah, K. Setiawan, dan Zulferiyenni. 2007a. Teknologi modified atmoshere packaging buah duku berkitosan. Seminar Nasional Hortikultura Indonesia. Universitas Nasional Sebelas Maret, Surakarta, 17 November 2007. Hlm. 639-644.

Widodo, S. E., M. Shiraishi, dan S. Shiraishi. 1996. Stable, convenient-working extractants for the determination of L-ascorbic acid in citrus extracts. J. Fac. Agr. Kyushu Univ. 41(1&2): 35-38.

Widodo, S. E., Y. C. Ginting, Suroso, dan I. M. D. Subrata. 2001c. Non-destructive analyses for citrus and lanzone fruit quality using ANN. 2nd IFAC-CIGR Workshop on Intelligent Control for Agricultural Applications. 22 – 24 Agustus 2001 di Grand Bali Beach Hotel. Bali. Indonesia. Pp 238-241.

Widodo, S. E., Zulferiyenni, dan I. Maretha. 2012. Pengaruh penambahan indole acetic acid (IAA) pada pelapisan kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji (Psidium Guajava L.) ‘Crystal’. Jurnal Agrotropikal. 17(1) : 14-18.

Widodo, S. E., Zulferiyenni, dan R. Arista. 2013. Coating effect of chitosan and plastic wrapping on the shelf life and qualities of guava cv. ‘Mutiara’ and ‘Crystal’ guavas. J. ISSAAS. 19(1): 1-7.

Wills, R. H., B. McGlasson, D. Graham dan D. Joyce. 1998. Post Harvest, an Introduction to The Phisiology and Handling of Fruit, Vegetables and ornamentals. Cab International 198 Madison Ave. New York. 262 pp. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. 253 Hlm.

Winarno, F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Sastra Hudaya. Jakarta. 251 Hlm.

Gambar

Gambar 1. Perlakuan kombinasi pelapisan kitosan dan pengemasan pasif pada  buah belimbing
Gambar 2. Buah belimbing yang mengalami pembusukan

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi IBA yang ditambahkan ke dalam larutan pelapis kitosan diharapkan dapat meningkatkan penyerapan ZPT oleh buah, sehingga berpengaruh terhadap masa simpan

Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh pelapisan kitosan terhadap daya simpan buah pisang ambon dan terdapat konsentrasi kitosan yang optimal sebagai

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) perlakuan kitosa n 2,5% dapat memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari

Pelapisan lilin lebah dengan konsentrasi 2% dan 4% mampu memperpanjang masa simpan buah jambu ‘Kristal’ 9 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol.. Kata Kunci:

Dari hasil percobaan pelapisan buah stroberi menggunakan larutan kitosan, menunjukkan kondisi yang optimum dicapai pada pelapisan dengan konsentrasi 2% dan waktu

Kitosan udang tidak menghasilkan waktu pematangan dan umur simpan buah sawo yang berbeda nyata dengan kitosan kepiting, sebaliknya kadar kitosan berpengaruh nyata

penyimpanan pada suhu rendah mempengaruhi masa simpan dan kekerasan buah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot dan mutu kimia buah jambu biji ‘Mutiara’ (4)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul- kan bahwa (1) perlakuan kitosan 2,5% mampu mem- perpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ 2,56 dan 6,45 hari lebih lama