• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelapisan Buah dengan Kitosan dan Lilin Lebah untuk Memperpanjang Umur Simpan Pepaya

N/A
N/A
mama sayang

Academic year: 2023

Membagikan "Pelapisan Buah dengan Kitosan dan Lilin Lebah untuk Memperpanjang Umur Simpan Pepaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Tanaman Tropis Vol. 3 No. 3, Oktober 2016 www.j-tropical-crops.com

Pelapisan Buah dengan Kitosan dan Lilin Lebah untuk Memperpanjang Umur Simpan Pepaya

Yurisqi Mukdisari, Ketty Suketi*, Winarso Drajad Widodo

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jl Meranti, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680, Indonesia

* Penulis yang sesuai; email: kettysuketi@yahoo.com

Abstrak

Penelitian telah menunjukkan manfaat penggunaan bahan pelapis buah termasuk kitosan dan lilin lebah untuk memperpanjang umur simpan buah. Perez-Garaldo dkk. (2015) melaporkan bahwa pelapisan blackberry dengan lilin lebah memungkinkan terjadinya pertukaran gas (O

senyawa volatil yang terkait dengan metabolisme fermentasi buah. Chien di al. (2007) melaporkan bahwa pelapisan kitosan pada buah mangga efektif untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas buah.

Pepaya (Carica pepaya) merupakan buah klimakterik dengan peningkatan laju respirasi selama proses

pemasakan. Laju respirasi pepaya dapat dihambat dengan memberikan lapisan pada permukaan buah, antara lain kitosan, suatu polisakarida yang berasal dari limbah cangkang udang atau lilin lebah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelapisan kitosan dan lilin lebah terhadap umur simpan. dan kualitas buah pepaya callina selama penyimpanan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelapisan buah dengan kitosan dan lilin lebah dapat memperpanjang umur simpan pepaya Callina sebanyak empat sampai lima hari dibandingkan kontrol karena terhambatnya laju respirasi buah pepaya selama penyimpanan. Penggunaan kitosan dan lilin lebah bermanfaat untuk menjaga kualitas fisik dan kimia buah pepaya Callina.

dan CO ) dan mengurangi akumulasi

2 2

Lilin lebah berasal dari sarang lebah dan diproduksi dengan ekstraksi madu. Penelitian yang dilakukan Purwoko dan Fitradesi (2000) menunjukkan bahwa pelapisan lilin lebah pada konsentrasi 6% mampu menurunkan susut berat dan total padatan terlarut pepaya Solo cv Tainung dibandingkan kontrol setelah penyimpanan 14 hari. Dalam penelitian Purwoko dan Fitradesi (2000) emulsi lilin lebah dilakukan dengan menggunakan trietanolamin. Trietanolamin tidak dianjurkan dikonsumsi sesuai peraturan Kementerian Kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2008)

Kata Kunci: mutu kimia, mutu fisik, pemasakan

pascapanen, laju respirasi

dengan demikian emulsi lilin lebah yang menggunakan trietanolamin tidak dapat digunakan. Pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pengemulsi lain seperti asam oleat, namun penggunaan asam oleat akan membuat emulsi menjadi lebih pekat.

Oleh karena itu, dalam penelitian kami digunakan penerapan dengan melapisi atau mengolesi dengan kuas.

Perkenalan

Pepaya adalah buah tropis yang memiliki kepentingan komersial tinggi di Indonesia dan di seluruh dunia karena nilai gizi dan obatnya yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia mampu mengekspor lebih dari 25 ton pepaya ke negara-negara antara lain Thailand, Singapura, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain dan Belanda sebesar US$33732 (Kementerian Pertanian, 2014).

Pasar luar negeri membutuhkan buah pepaya yang berkualitas tinggi sehingga perlu dilakukan upaya

penghambatan kematangan untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas buah pepaya.

Pemanfaatan kitosan dalam peningkatan pascapanen buah dan sayur menjadi perhatian penting dalam industri pangan saat ini. Kitosan merupakan polisakarida yang berasal dari limbah cangkang udang (Crustaceae), kepiting, dan rajungan yang mampu menginduksi enzim kitinase pada jaringan tanaman sehingga mampu mendegradasi kitin penyusun dinding sel jamur. Novita dkk. (2012) melaporkan dalam penelitiannya bahwa kitosan dapat digunakan sebagai fungisida pada tomat.

Selain itu pelapisan kitosan sebesar 0,75% dapat digunakan untuk menekan serangan penyakit dan intensitas kerusakan serta menghambat kematangan buah pada pepaya selama enam hari pengamatan (Hamdayanty et al., 2012). Namun penelitian tersebut hanya mencatat umur simpan dan intensitas penyakit serta konsentrasi lilin lebah dan kitosan yang optimal untuk memperpanjang umur simpan pepaya, Salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan buah adalah

dengan memberikan lapisan tipis pada permukaan buah. Seperti dilansir Simson dan Straus (2010) pelapisan buah dapat memperpanjang masa pasca panen dengan menggantikan lilin alami yang hilang melalui pencucian dan memperbaiki luka ringan selama penanganan pascapanen. Terkini

(2)

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pelapisan kitosan dan lilin lebah terhadap umur simpan dan mutu pasca panen buah pepaya.

dalam indeks skala warna, umur simpan, indeks warna skala buah, dan laju respirasi, karakter fisik dan kimia buah. Penilaian umur simpan buah dimulai sejak buah dipanen (hari setelah panen, DAH) hingga buah mencapai indeks skala warna 6 atau hingga buah tidak layak konsumsi (Gambar 1).

Indeks skala warna buah dinilai setiap hari untuk mengetahui perubahan warna kulit buah. Penelitian kami sebelumnya (Suketi et al., 2015) menetapkan bahwa penggunaan indeks skala warna

4 dapat dijadikan acuan dalam menentukan umur simpan buah pepaya karena pada tahap inilah buah pepaya siap dikonsumsi. .

Bahan dan metode

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Maret 2015 di lahan percobaan Pusat Studi Hortikultura Tropis, Tajur, dan Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan

menggunakan buah pepaya (Carica pepaya) dipanen pada umur 120 hari setelah bunga mekar (DAA). Pemanenan buah dan perlakuan pelapisan dilakukan pada hari yang sama setelah buah dipanen. Lilin lebah dibuat menjadi emulsi 6% dengan cara memanaskan 60 g lilin lebah hingga meleleh, 160 ml asam oleat, dan 840 ml air suling.

Pepaya dicuci bersih dan ditiriskan terlebih dahulu sebelum dilapisi (dipoles) dengan emulsi lilin lebah, kemudian diangin-anginkan hingga buah kering.

Penilaian karakter fisik meliputi penyusutan bobot buah, kekerasan kulit buah, dan kekerasan daging buah.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial menggunakan tiga perlakuan dengan tiga ulangan, yaitu pelapisan dengan kitosan 0,75%, lilin lebah 6%, dan tanpa bahan pelapis sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat sembilan satuan percobaan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan perbandingan antar perlakuan dianalisis lebih lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 5%. Metode yang dijelaskan oleh Purwoko dan Fitradesi (2000) digunakan untuk produksi emulsi lilin lebah.

Gambar 1. Perubahan warna kulit pepaya (1)

hijau; (2) hijau dengan semburat kuning; (3) hijau kekuningan; (4) kuning kehijauan; (5) kuning dengan ujung hijau; (6) penuh kuning/oranye Penilaian sifat kimia meliputi total padatan terlarut (TSS), total asam yang dapat dititrasi (TTA), dan kandungan vitamin C. Laju respirasi diukur setiap hari sejak awal perlakuan hingga pepaya mencapai kematangan tahap keenam, atau menunjukkan tanda-tanda pembusukan.

Susut bobot, kekerasan kulit buah, kandungan TSS, TTA, dan vitamin C dinilai pada saat buah telah mencapai indeks kematangan enam.

Larutan kitosan dibuat menggunakan metode yang dijelaskan oleh Hamdayanty et al. (2012) yang melibatkan pelarutan 0,75 g kitosan dalam 100 ml asam asetat 10%

dan pH diatur hingga pH 5,0 dengan natrium hidroksida (NaOH). Buah pepaya dicuci terlebih dahulu dan

dikeringkan sebelum dilapisi dengan larutan kitosan. Buah pepaya kemudian dicelupkan ke dalam larutan kitosan selama 15 detik, ditiriskan, diangin-anginkan agar buah cepat kering dan terlapisi secara merata. Kemudian buah pepaya disimpan pada suhu ruangan (25-27°C).

Hasil dan Diskusi

Menjaga Mutu dan Indeks Skala Warna Buah

Pelapisan dengan lilin lebah atau kitosan memperpanjang umur simpan buah pepaya Callina (Tabel 1). Durasi penyimpanan terlama adalah pada buah yang diberi perlakuan

Menjaga kualitas dinilai dengan mencatat perubahan

Tabel 1. Umur simpan pepaya Callina yang diberi perlakuan lilin lebah atau kitosan pada berbagai tahap kematangan buah Umur (hari setelah panen)

Tahap 3 Tahap 4

4.00b

6.00

7.33a 8.67

8.00 pagi

9.00

Perawatan

Tahap 1

1 1 1

Tahap 2 2.67b

4.67a

6.00 pagi

Tahap 5 6.67b

Tahap 6 7.67b Kontrol

lilin lebah

Kitosan

11.00 pagi

10.33ab

rusak

11.33a Catatan:Nilai yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada α = 5%

(3)

dengan lilin lebah (12.33 DAH, Tabel 1). Umur simpan pepaya yang diberi perlakuan kitosan adalah 11,33 DAH, namun perbedaan tersebut tidak signifikan dengan buah yang diberi perlakuan lilin lebah. Pepaya kontrol (tidak dilapisi)

mempunyai umur simpan terpendek yaitu 7,67 DAH. Taris dkk.

(2015) melaporkan pepaya Callina yang tidak dilapisi memiliki umur simpan 6,5 DAH bila dipanen pada 120 hari setelah bunga mekar.

Gambar 2. Efek pelapisan buah dengan kitosan atau lilin lebah terhadap emisi karbon dioksida buah pepaya Callina selama penyimpanan.

Tidak terdapat perbedaan laju respirasi yang nyata pada buah pepaya yang diberi perlakuan lilin lebah dan yang dilapisi kitosan. Respirasi buah kontrol dan yang dilapisi kitosan meningkat hingga satu hari sebelum buah matang, ketika warna kulit buah mencapai skala enam, namun buah yang dilapisi lilin lebah masih melakukan respirasi hingga hari ke 12 dan tidak terjadi penurunan laju respirasi dibandingkan dengan buah yang dibalut kitosan. perawatan lainnya. Pada buah pepaya yang dilapisi lilin lebah diamati sebelum mencapai stadium enam sehingga diasumsikan buah pepaya belum mencapai puncak klimakterik dan belum terjadi penurunan laju respirasi.

Buah pepaya yang dilapisi membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kematangan tahap enam sehingga umur simpannya lebih lama, diduga karena respirasi dan transpirasi yang lebih rendah. Straus (2010) melaporkan bahwa buah yang tidak dilapisi memiliki laju transpirasi dan respirasi yang lebih tinggi sehingga meningkatkan metabolisme buah dengan cepat. Peningkatan metabolisme dapat mempengaruhi laju penuaan dan pada akhirnya mengurangi umur simpan buah.

Pelapisan kitosan pada buah duku mampu menghambat proses pematangan dengan mencegah pelepasan gas, uap air dan kontak dengan O , sehingga memperlambat proses pematangan (Trisnawati et al., 2013). Rendahnya respirasi ini disebabkan permukaan buah tidak bersentuhan dengan lingkungan sehingga menghambat penguapan air dalam buah. Buah pepaya yang dilapisi lilin lebah mulai

menunjukkan gejala infeksi penyakit yang ditandai dengan munculnya jamur dan rusak pada stadium lima., oleh karena itu penilaian kimiawi dilakukan sebelum buah mencapai tahap enam untuk menghindari kontaminasi. Tumbuhnya jamur pada buah yang dilapisi lilin lebah mungkin disebabkan oleh teknik pelapisan yang digunakan yang menyebabkan tingginya kelembapan di sekitar buah. Rini (2008) melaporkan bahwa kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan spora buah pepaya berkembang dan menyebar.

Perlakuan pelapisan berpengaruh terhadap laju respirasi buah pepaya; laju respirasi buah yang tidak dilapisi adalah 319,05 mg.kg-1.jam-1CO dengan puncak respirasi terjadi pada enam DAH, sedangkan yang dilapisi kitosan dan beewax sebesar 221,60 mg.kg-1.jam-1CO (tingkat

pernapasan puncak pada 11 DAH) dan 219,74 mg.kg-1.jam

-1CO masing-masing. Buah yang dilapisi lilin lebah tidak mengalami puncak klimakterik di lingkungan percobaan kami. Pelapisan dengan kitosan atau lilin lebah

menghambat respirasi sehingga meningkatkan umur simpan buah. Hasil serupa juga dilaporkan pada buah alpukat (Irmayanti, 2012) yaitu buah yang dilapisi lilin mengalami penurunan laju konsumsi O yang diikuti dengan penurunan laju produksi CO. Energi yang dilepaskan dari konversi gula menjadi pati dapat digunakan untuk melakukan proses respirasi.

2

2

2 2

2 2

Buah yang dilapisi kitosan mempunyai penampakan lebih baik dan halus serta bebas dari jamur. Kitosan memiliki sifat antimikroba yang mempunyai kemampuan menghambat patogen dan mikroorganisme pembusuk, termasuk jamur (Hafdani dan Sadeghinia, 2011). Penggunaan kitosan sebagai pelapis pada berbagai bahan pangan menghambat masuknya oksigen sehingga digunakan dalam kemasan pangan dan aman dikonsumsi (Azeredo et al., 2010).

Kualitas Fisik Buah

Pelapisan mengurangi penyusutan buah pepaya

dibandingkan buah kontrol, namun tidak mempengaruhi kekerasan kulit dan daging buah pepaya. Penyusutan berat tertinggi terdapat pada buah kontrol yaitu sebesar 8,54%, sedangkan penyusutan terendah terdapat pada buah pepaya yang dilapisi lilin lebah yaitu sebesar 5,71%

(Tabel 2). Temuan ini sejalan dengan laporan Purwoko dan Fitradesi (2000) dimana buah pepaya Solo kultivar Tainung mengalami penyusutan sebesar 9,2% pada 14 hari setelah diberi perlakuan pelapisan lilin lebah sebesar 6%. Taris dkk. (2015) melaporkan penurunan bobot buah skala enam berkisar antara 3,03 hingga 4,72%.

Tingkat Respirasi

Penilaian laju respirasi buah pepaya menunjukkan pola klimakterik, sehingga terjadi peningkatan laju respirasi seiring dengan pemasakan buah. Laju respirasi buah pepaya yang tidak dilapisi lebih tinggi dibandingkan buah pepaya yang dilapisi (Gambar 2).

Lapisan tersebut memberikan lapisan perlindungan pada kulit buah sehingga respirasi terjadi lebih lambat dan mengurangi penurunan bobot buah (Samson dan Straus, 2010). Kecepatan respirasi yang semakin tinggi akan meningkatkan kehilangan bobot buah selama penyimpanan.

(4)

Tabel 2. Mutu fisik buah pepaya Callina yang dilapisi lilin lebah atau kitosan

Kekerasan kulit

(mm.g-1detik-1)

Kekerasan buah (mm.g-1detik-1) Perlakuan Penurunan berat badan (%)

Kontrol lilin lebah

Kitosan

8.54a

5.71b 6.76b

0,16 0,14 0,14

0,27 0,24

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan

0,20

(DMRT) pada α = 5%.

Tabel 3. Mutu kimia buah pepaya yang dilapisi lilin lebah atau kitosan

Total padatan terlarut

(TTA; Brix)

Total asam yang dapat dititrasi

(TTA)

Kandungan vitamin C (mg per 100 gram)

Perlakuan

TSS/TTA

Kontrol lilin lebah

Kitosan tes F

10.61 9.83 10.07 ns

0,81 1.09 0,81 ns

61.01 73.53 61.01 ns

13.19 12.59 9.12

ns

Keterangan: ns = tidak signifikan menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada α = 5%.

Kekerasan kulit dan daging buah pada kedua perlakuan adalah sama; tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekerasan kulit buah yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Buah pepaya pada setiap perlakuan tidak mempunyai perbedaan TSS pada saat buah mencapai kematangan tahap enam, atau mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat jamur sehingga berbanding lurus dengan kekerasan buah.

Menurut Samson dan Straus (2010) buah tanpa lapisan tidak mampu menahan metabolisme selama penyimpanan sehingga proses konversi protopektin menjadi pektin larut terjadi lebih cepat.

Buah Kalina. Menurut Sjaifullah (1993) kandungan gula yang lebih tinggi pada buah dapat menyebabkan cepatnya pelunakan pada saat pemasakan.

Lapisan lilin lebah dan kitosan tidak berpengaruh terhadap sifat kimia buah pepaya. TTA buah yang dilapisi lilin lebah adalah 1,09 mg per 100 g, sedangkan buah kontrol dan buah yang diberi kitosan memiliki rata-rata yang sama yaitu 0,81 mg per 100 g. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan lilin lebah tidak mempengaruhi TTA dan rasio TSS/TTA-nya.

Terhambatnya respirasi melalui lapisan lilin lebah menyebabkan kandungan asam pada buah menjadi lebih tinggi. Kandungan asam yang tinggi menurunkan rasio TSS/

TTA buah yang dilapisi lilin lebah. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan pelapisan lilin lebah dan kitosan terhadap kandungan vitamin C. Berdasarkan temuan Suketi dkk. (2007) umur panen dapat mempengaruhi kandungan vitamin C, namun tidak

mempengaruhi umur simpan. Mladenoska (2012) melaporkan bahwa pelapisan memberikan penghalang yang baik untuk mencegah kontak kulit buah dengan oksigen di atmosfer, sehingga menekan proses oksidasi asam askorbat pada buah.

Aprikot yang dilapisi memiliki vitamin C lebih tinggi dibandingkan buah yang tidak diolah.

Kualitas Kimia Buah

Komposisi kimia mempengaruhi mutu kimia buah karena berkaitan dengan rasa buah. Mutu kimia akan menentukan kualitas buah sehingga perlu dijaga untuk memperpanjang umur simpan buah. Pada penelitian ini pepaya Callina tanpa pelapis memiliki kandungan TSS sebesar 10,61brix, TTA sebesar 0,81% dan vitamin C sebesar 61,01 mg (Tabel 3). Suketi dkk. (2010) melaporkan buah pepaya IPB-9 atau Callina memiliki TSS sebesar 11brix, TTA sebesar 0,146% dan kadar vitamin C sebesar 103,21 mg per 100 g bobot segar.

Buah pepaya dipanen pada tahap kematangan tahap dua yang ditandai dengan adanya 25% warna kuning pada kulit buah. Perbedaan waktu panen tidak mempengaruhi kualitas fisik buah namun dapat mempengaruhi kualitas kimia (Taris et al., 2015).

Kesimpulan

Buah yang dilapisi dengan kitosan 0,75%, atau lilin lebah 6% dapat menghambat laju respirasi buah pepaya Calina selama penyimpanan dan menunda kematangan empat hingga lima hari dibandingkan buah yang tidak dilapisi.

Penggunaan kitosan atau lilin lebah dapat menjaga sifat fisik dan kimia buah pepaya Callina; lama penyimpanan paling lama yaitu 12,33 hari setelah panen dengan pelapisan lilin lebah sebesar 6%. Kitosan dapat digunakan sebagai pengobatan pasca panen pada buah pepaya Lapisan buah tidak mempengaruhi TSS dan kandungan

vitamin C pepaya (Tabel 3) dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekerasan kulit dan buah pepaya antar perlakuan (Tabel 2). Hasil ini serupa dengan Hidayah (2013) dimana penggunaan wax sebesar 6%

dan 13°C tidak berpengaruh terhadap TSS buah pepaya

(5)

menjaga penampilan fisik buah dan menghambat infeksi jamur yang pada akhirnya menjaga kualitas dan umur simpan buah.

Novita, M., Satriana, Martunis, S., Rohaya, E., Hasmarita, dan Sudirman. (2012). Pengaruh pelapisan kitosan terhadap sifat fisik dan kimia tomat segar (Lycopersicum piriforme) pada berbagai tingkat kematangan.Jurnal Teknologi Industri Pertanian Indonesia4, 1-8.

Referensi

Azeredo, HMC, Britto, DD, dan Assis, OBG (2010). “Kitosan: Pembuatan, Sifat, dan Penggunaan”. 507 hal. Nova Science Publishers, Brasil.

Purwoko, BS, dan Fitradesi, P. (2000). Pengaruh

jenis bahan pelapis dan suhu simpan terhadap kualitas dan daya simpan buah pepaya.

Buletin Agron

om28,66-72.

Chien, PJ, Sheu, F., dan Yang, FH (2007). Efek

pengaruh lapisan kitosan terhadap mutu dan umur simpan irisan buah mangga.Jurnal Teknik Pangan78, 225-229.

Rini, P. (2008). “Pengaruh sekat dalam kemasan kardus terhadap masa simpan dan mutu pepaya IPB 9”. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Hafdani, FN, dan Sadeghinia, N. (2011). Sebuah ulasan

tentang penerapan kitosan sebagai antimikroba alami.Sains Akademi Dunia Insinyur dan Teknologi50,252-256.

Simson, SP, dan Straus, MC (2010). “Pasca panen Teknologi Tanaman Hortikultura”. 507 hal.

Perusahaan Buku Oxford/Mehra Offset Press, Delhi.

Hamdayanty, Yunita, R., Amin, NN, dan Damayanti, TA (2012). Pemanfaatan kitosan untuk mengendalikan antraknosa pada pepaya ( Colletotricum gloeosporioides

)

dan meningkatkan daya simpan buah.Jurnal Fitopatologi Indonesia8, 97-102.

Sjaifullah, S. (1993). Penelitian beberapa parameter penting dalam merancang penyimpanan buah salak bali dengan sistem atmosfer

termodifikasi.Jurnal Hortikultura Indonesia5, 79-85.

Suketi, K., Poerwanto, R., Sujiprihati, S., Sobir, dan Widodo, WD (2010). Studi karakter mutu buah pepaya IPB.Jurnal Hortikultura Indonesia1, 17-26.

Hidayah, T. (2013). “Kajian Pelilinan terhadap Kualitas

dan Daya Simpan Buah Pepaya Callina”. Tesis.

Institut Pertanian Bogor, Indonesia Irmayanti, R. (2012). “Optimasi pelilinan dan

suhu penyimpanan buah alpukat (Persea Amerika) menggunakanmetodologi permukaan respons(RSM)”. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Suketi, K., Widodo, WD, Dinarti, D., Prasetyo, HE,

dan HE Pratiwi. (2015). Efektivitas Oksidan Etilen terhadap Daya Simpan dan Kualitas

PascaPanenBuahPapayaCallinaDi dalam“Prosiding Seminar Nasional BuahTropika Nusantara II” (A.

Soemargono, Muryati, S. Hadiati, Martias, A.

Sutanto, NLP Indriyani dan Jumjunidang, eds.), pp 923-932, Bukittinggi, Indonesia.

Kementerian Kesehatan (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia. http:www.litbang.depkes.

go.id/sites/download/regulasi/uu/UUNo_

Tahun_2008_ttg_Penggunaan_Bahan_Kimia.

pdf [15 Maret 2015].

Suketi, K., Widodo, WD, dan Purba, KD (2007).

Kajian Daya Simpan Buah PepayaDalam “ Prosiding Simposium, Seminar dan Kongres IX Perhimpunan Agronomi Indonesia” (N.

Rostini, T. Nurmala, A. Karuniawan, A. Nuraini, S. Amien, D. Ruswandi and WA Qosim, eds.), pp 301-305, Bandung, Indonesia.

Kementerian Pertanian (2014). Ekspor Pepaya per Negara Periode Januari-Desember 2014.

http://www.aplikasi.deptan.go.id/eksim2013/

hasileksporKomoditi.asp . [9 Maret 2014]

Taris ML, Widodo, WD, dan Suketi, K. (2015).

Kriteria kemasakan buah pepaya (Carica pepayaL.) IPB Callina dari beberapa umur panen. Jurnal Hortikultura Indonesia6, 172- Mladenoska, I. (2012). Potensi penerapan 176.

pelapis lilin lebah baru yang dapat dimakan yang mengandung minyak kelapa dalam pengolahan buah yang minimal. Teknologi Maju1, 26-34.

(6)

Trisnawati, E., Andesti, D., dan Saleh, A. (2013).

Pembuatan kitosan dari limbah cangkang

kepiting sebagai bahan pengawet buah duku

dengan variasi lama pengawetan.Jurnal

Teknik Kimia19, 17-26.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “PENGENDALIAN BUSUK BUAH CABAI RAWIT (Capsicum frustescens) DENGAN TEKNOLOGI PELAPISAN LILIN LEBAH DAN PENYIMPANAN PADA SUHU

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan kitosan, penggunaan kemasan pasif dan kombinasinya secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap masa simpan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan jenis pelapis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total padatan terlarut buah salak sedangkan suhu simpan

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “PENGENDALIAN BUSUK BUAH CABAI RAWIT (Capsicum frustescens) DENGAN TEKNOLOGI PELAPISAN LILIN LEBAH DAN PENYIMPANAN PADA SUHU

Perlakuan pelapisan lilin lebah 9% dikombinasikan dengan ethepon 0 ppm menghasilkan buah dengan susut bobot terendah yaitu 16.6%, yang menunjukkan bahwa kombinasi

Memperpanjang Umur Simpan Buah Manggis Segar (Garcinia mangostana l.) dengan Kombinasi Proses Pre-cooling, Pelilinan, Stretch Film Single Wrapping pada Penyimpanan Dingin 5 o C..

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan jenis pelapis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total padatan terlarut buah salak sedangkan suhu simpan

Secara umum, perlakuan terbaik dalam memperpanjang masa simpan serta mempertahankan mutu buah pepaya ‘California’ adalah perlakuan K 0 W 1 (kitosan 0% dan plastic wrapping)