• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH TUK-TUK (Allium ascalonicum L.) DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH TUK-TUK (Allium ascalonicum L.) DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH TUK-TUK

(Allium ascalonicumL.) DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

(Skripsi)

Oleh NISYA ARYANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH TUK-TUK

(Allium ascalonicum L.) DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

Oleh NISYA ARYANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk vermikompos, pupuk pelengkap dan kombinasi terbaik terhadap pertumbuhan produksi dan dapat meningkatkan pH tanah, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicum L.) Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2015 hingga September 2015. di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Agroteknologi dan Laboraturium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(3)

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian vermikompos 80 g media tanam (4%) lebih baik dibandingkan dengan 40 g per media tanam (2%) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah serta terjadi peningkatan pH tanah,C-organik dan N-total pada tanah Ultisol. (2) Pemberian pupuk pelengkap dengan konsentrasi 0,5 g L-1 mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah serta terjadi peningkatan pH tanah dan N-total pada tanah Ultisol. (3) Terdapat interaksi antara pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap. Pada pemberian vermikompos 80 g per media tanam dan pupuk pelengkap dengan konsentrasi 0,5 g L-1 menghasilkan produksi tertinggi sebesar 112,97 g setara dengan 45 t ha-1. Jika konsentrasi pupuk pelengkap ditingkatkan, maka produksi menurun. Pada pemberian vermikompos 40 g per media tanam dengan konsentrasi pupuk pelengkap semakin tinggi sampai dengan 1,5 g L-1 semua variabel pengamatanakan meningkat.

(4)

PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH TUK-TUK

(Allium ascalonicumL.) DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

Oleh

NISYA ARYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Persemaian. ... 25

2. Aplikasi Vermikompos dan Tanah dalam Polybag. ... 26

3. Gambar Korelasi antara pH dan Tinggi Tanaman. ... 74

4. Gambar Korelasi antar pH dan Jumlah Daun. ... 74

5. Gambar Korelasi antar pH dan Diameter Umbi. ... 75

6. Gambar Korelasi antar pH dan Bobot Basah Umbi. ... 75

7. Gambar Korelasi antar pH dan Bobot Kering Angin Umbi. ... 76

8. Gambar Korelasi antara C-organik dan Tinggi Tanaman. ... 76

9. Gambar Korelasi antara C-organik dan Jumlah Daun. ... 77

10. Gambar Korelasi antara C-organik dan Diameter Umbi ... 77

11. Gambar Korelasi antara C-organik dan Bobot Basah Umbi. ... 78

12. Gambar Korelasi antara C-organik dan Bobot Kering angin Umbi. ... 78

13. Gambar Korelasi antara N-total dan Tinggi Tanaman. ... 79

14. Gambar Korelasi antara N-total dan Jumlah daun. ... 79

15. Gambar Korelasi antara N-total dan Diameter Umbi. ... 80

16. Gambar Korelasi antara N-total dan Bobot Basah Umbi. ... 80

(6)

xv

18. Gambar (a) benih baang merah tuk-tuk, (b) tempat

persemaian benih bawang merah. ... 82 19. Gambar (a) pupuk Vermikompos, (b) proses pengeringan

tanah Ultisol. ... 82 20. Gambar (a) tanaman bawang merah siap pindah tanam,

(b) tanaman bawang merah berumur satu minggu setelah

tanam. ... 82 21. Gambar (a) pupuk Plant catalyst yang akan diaplikasikan,

(b) tanaman bawang merah berumur sepuluh minggu yang

siap dipanen. ... 83 22. Gambar (a) pengukuran diameter umbi bawang merah,

(b) pengukuran bobot basah/bobot kering angin umbi. ... 83 23. Gambar (a) bawang merah tanpa perlakuan (kontrol),

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 6

1.4 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah ... 11

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah. ... 13

2.2.1 Iklim ... 13

2.2.2 Tanah ... 13

2.3 Tanah Ultisol ... 14

2.4 Vermikompos ... 16

2.5 Kegunaan Pupuk Pelengkap ... 17

2.6 Pengaruh Vermikompos dan Pupuk Pelengkap Terhadap Tanaman Bawang Merah ... 18

(8)

iii

2.6.2 Pemberian Pupuk Pelengkap (Plant Catalyst) ... 19

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.2.1 Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan ... 22

3.2.2 Hasil Analisis Vermikompos ... 22

3.3 Metode Penelitian ... 23

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

3.4.1 Persiapan Media Tanam ... 24

3.4.2 Persemaian ... 24

3.4.3 Aplikasi ... 25

3.4.3.1 Vermikompos ... 25

3.4.3.2 Pupuk Pelengkap ... 26

3.4.4 Penanaman ... 26

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman ... 27

3.5 Pengamatan ... 28

3.5.1 Variabel Utama ... 28

3.5.1.1 Tinggi Tanaman ... 28

3.5.1.2 Jumlah Daun ... 28

3.5.1.3.Diameter Umbi ... 28

3.5.1.4 Bobot Umbi Basah ... 28

3.5.1.5 Bobot Umbi Kering Angin ... 29

3.5.2 Variabel Pendukung ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil Penelitian ... 30

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 30

4.1.2 Jumlah Daun ... 31

4.1.3 Diameter Umbi ... 32

(9)

ix

4.1.5 Bobot Umbi Kering Angin ... 34

4.1.6 Hasil Analisis Tanah Setelah Perlakuan ... 36

4.1.7 Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Tanaman ... 37

4.2 Pembahasan ... 38

4.2.1 Pemberian Vermikompos ... 38

4.2.2 Pemberian Pupuk Pelengkap ... 41

4.2.3 Interaksi Vermikompos dan Pupuk Pelengkap ... 43

4.2.4 Sifat Kimia Tanah ... 44

4.2.5 Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

PUSTAKA ACUAN ... 50

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi unsur pupuk pelengkap. ... 22

2. Hasil analisis awal Tanah Ultisol Tanah Taman Bogo. ... 22

3. Hasil Analisis Vermikompos. ... 23

4. Kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk pelengkap. ... 27

5. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tinggi tanaman bawang merah pada tanah ultisol. ... 31

6. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap jumlah daun bawang merah pada tanah ultisol. ... 32

7. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap diameter umbi bawang merah pada tanah ultisol. ... 33

8. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap bobot basah umbi bawang merah pada tanah ultisol. ... 34

9. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap bobot kering angin umbi bawang merah pada tanah ultisol. ... 35

10. Hasil analisis sifat kimia tanah Ultisol Taman Bogo setelah perlakuan. ... 36

11. Uji korelasi antara sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 37

(11)

xi

13. Hasil uji homogenitas tinggi tanaman minggu ke-6 pengaruh pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.)

dan beberapa sifat kimia tanah. ... 55

14. Hasil analisis ragam tinggi tanaman pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa sifat kimia

tanah. ... 56

15. Hasil pengamatan jumlah daun minggu ke-7 pengaruh

pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa sifat

kimia tanah. ... 57

16. Hasil uji homogenitas jumlah daun minggu ke-7 pengaruh

pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa sifat

kimia tanah. ... 58 17. Hasil analisis ragam jumlah daun pengaruh pemberian

vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa

sifat kimia tanah. ... 59

18. Hasil pengamatan diameter umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa

sifat kimia tanah. ... 60

19. Hasil uji homogenitas diameter umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa

sifat kimia tanah. ... 61 20. Hasil analisis ragam diameter umbi pengaruh pemberian

vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa

sifat kimia tanah. ... 62

21. Hasil pengamatan bobot basah umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa

sifat kimia tanah. ... 63

(12)

xii

tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan

beberapa sifat kimia tanah. ... 64

23. Hasil analisis ragam bobot basah umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan beberapa sifat kimia

tanah. ... 65

24. Hasil pengamatan bobot kering angin umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan

beberapa sifat kimia tanah. ... 66

25. Hasil uji homogenitas bobot kering angin umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan

beberapa sifat kimia tanah. ... 67

26. Hasil analisis ragam bobot kering angin umbi pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap tanaman bawang merah tuk-tuk (A. asacalonicumL.) dan

beberapa sifat kimia tanah. ... 68

27. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan tinggi tanaman pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap

terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 69

28. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan jumlah daun pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap

terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 69

29. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan diameter umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap

terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 69

30. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot basah umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap

terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 70

31. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot kering angin umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang

merah. ... 70

(13)

xiii

pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang

merah. ... 70

33. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan jumlah daun pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 71

34. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan diameter umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 71 35. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot

basah umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang

merah. ... 71 36. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot

kering angin umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman

bawang merah. ... 72 37. Analisis ragam uji korelasi antara N-total dengan tinggi

tanaman pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman

bawang merah. ... 72

38. Analisis ragam uji korelasi antara N-total dengan jumlah daun pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 72

39. Analisis ragam uji korelasi antara N-total dengan diameter umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 73

40. Analisis ragam uji korelasi antara N-total dengan bobot basah umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

pelengkap terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. ... 73

41. Analisis ragam uji korelasi antara N-total dengan bobot kering angin umbi pada pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk

(14)
(15)
(16)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Almamater tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tempatku memperoleh ilmu untuk mewujudkan visi dalam hidupku

Kedua orangtuaku tercinta Hamzah Nuri dan Sunaini,

Yang selama ini telah banyak berkorban, menyemangati, dan selalu berdoa dan menantikan keberhasilanku

Kepada Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan mendoakanku

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gunung Tiga Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, 18 April 1993. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh saudara dari pasangan Bapak Hamzah Nuri dan Ibu Sunaini. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Gedong Dalam Batanghari Nuban Lampung Timur dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Metro, sedangkan pendidkan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2011 di MAN2 Metro.

Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Penulis memilih Ilmu Tanah sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Selama dibangku perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi seperti Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AGT) dan dipercaya sebagai bendahara umum pada tahun 2013

(18)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, sertanikmat yang tak terhingga. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsidengan judul “Pengaruh Pemberian Vermikompos dan Pupuk Pelengkap terhadap Produksi Tanaman Bawang Merah Tuk-tuk (Allium ascalonicumL.) dan beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol”.

Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku pembimbing utama yang telah memberikan ide, bimbingan, motivasi, arahan, dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku pembimbing kedua dan yang telah memberikan ide, bimbingan, motivasi, arahan, dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi.

(19)

vi

4.Bapak Muhammad Kamal, DR., IR, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih atas bimbingan, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Keluarga penulis, Bapak Hamzah Nuri, Ibu Sunaini, Kakak Edi Tabrani, Amir Hamzah, Indra Gunawan, Deni Ferda, Rita Fidyana, Zuherman serta kakar iparku yang telah memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.

7. Prayoga Eka Saputra, terima kasih atas arahan, saran, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teman seperjuangan penelitian sekaligus sahabat Prayoga Eka Saputra dan sahabat-sahabat yang selama ini selalu membantu penulis, Tri Fitriani,

S.P.,Peni Yulianti, S.P.,Tio P.R., Lilis R, Praditya, Husna, Irene Zaqyah, S.P., Mufli H.S, Nur Mutiara, Hidayati P.U.A dan semua teman-teman mahasiswa Agroteknologi 2011.

9. Keluarga Besar Formatin Crew, PERMA AGT, dan seluruh keluarga besar Agroteknologi 2008-2014.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2016

(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Bawang merah(Allium ascalonicumL.)atau yang sering disebut Brambang dalam bahasa (Jawa) adalah nama tanaman dari familiaAlliaceae. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang merah memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena hampir semua kalangan membutuhkan tanaman ini sebagai bahan tambahan untuk obat tradisional dan penyedap rasa. Budidaya tanaman bawang merah cukup rumit, sehingga tanaman bawang merah ini memiliki nilai ekonomi yang penting. Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu (Rahayu dan Berlian, 1999).

(22)

2

Produksi bawang merah tahun 2014 di Provinsi Lampung sebesar 943 ton. Produksi meningkat sebesar 723 ton dibandingkan dengan tahun 2013. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya produktivitas bawang merah sebesar 0,08 ton per hektar dan kenaikan luas panen sebesar 78 hektar, dibandingkan dengan tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2015).

Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013), produksi bawang merah per hektar 8-12 t ha-1dan produksi bawang merah umumnya di Indonesia pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat jauh dari 1.048.938 ton turun menjadi 893.124 ton pada tahun 2011, akan tetapi pada tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 960.072 ton.

Sepanjang tahun 2010 impor bawang merah di Indonesia tercatat sebesar 73.864 ton dalam tiga bulan pertama pada tahun 2011, impor bawang merah masih terus dilakukan di Indonesia mencapai 85.730 ton. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2004), konsumsi bawang merah di Indonesia 4,56 kg/kapita per tahun atau 0,38 kg/kapita per bulan, sehingga konsumsi nasional diperkirakan mencapai 1.608.000 t tahun-1. Hal tersebut membuktikan bahwa ketersediaan bawang merah dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan kebutuhan bawang merah yang sangat tinggi, dengan demikian produktivitas bawang merah di Indonesia perlu ditingkatkan lagi.

Ketersediaan bawang merah yang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat

(23)

3

Grumusol dengan pH 5, 5 ̶7 (Wibowo, 2007). Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, maka diperlukan perluasan area tanam di luar Pulau Jawa. Jenis tanah di luar Pulau Jawa sebagian besar adalah tanah Ultisol.

Tanah Ultisol merupakan tanah yang mempunyai sifat kimia yang kurang baik yang dicirikan oleh kemasaman tanah yang tinggi dengan pH < 5, kandungan bahan organik tanah rendah sampai sedang, kandungan hara N, P, K, Ca, Mg, Mo rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) lebih kecil dari 24 me 100 g-1.

Kelarutan Al, Mn, dan Fe tinggi, sehingga dapat meracuni tanaman

(Hardjowigeno, 2003). Tanah Ultisol dapat digunakan sebagai media untuk budidaya tanaman bawang merah melalui penerapan teknologi yang sesuai dengan budidaya bawang merah yaitu dengan pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik yang memadai.

Pemupukan adalah suatu tindakan memberikan unsur hara tambahan pada tanah langsung maupun tidak langsung sehingga dapat membantu memberikan nutrisi bagi tanaman. Pemupukan merupakan hal penting yang diberikan pada tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan hara di dalam tanah (Irvan, 2013).

(24)

4

(2014), vermikompos mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin dan auxin, serta unsur hara N, P, K, Mg, Ca danAzotobactersp yang merupakan bakteri penambat N nonsimbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Vermikompos juga mengandung berbagai unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman seperti Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan Mo (Mashur, 2001).

Selain pupuk organik yang diberikan pada tanaman bawang merah, dapat diberikan juga pupuk anorganik yaitu Pupuk Pelengkap Cair (PPC). Pupuk pelengkap adalah Pupuk Pelengkap Cair (PPC) yang diformulasikan mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro. Adanya

kandungan unsur hara mikro Fe, Mn, Cl, Cu, Zn, B dan Mo berfungsi untuk mengatasi kekurangan(latent deficiency) unsur hara mikro dalam tanah yang

terus‑menerus diserap tanaman, ataupun yang ketersediaannya dalam tanah sangat

rendah (PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001). Dengan dipenuhinya kebutuhan hara tanaman secara lengkap, maka tanaman akan tumbuh sehat, memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama penyakit dan perubahan cuaca serta memberikan hasil panen yang melimpah dan berkualitas.

Penggunaan kedua pupuk vermikompos dan pupuk pelengkap diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pernyataan sebagai berikut :

(25)

5

C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicumL.)?

2. Apakah pemberian pupuk pelengkap berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi serta dapat meningkatkan beberapa sifat kimia tanah yaitu, pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah

(A. ascalonicumL.)?

3. Apakah terdapat interaksi dari pemberian pupuk pelengkap serta dapat

meningkatkan beberapa sifat kimia tanah yaitu, pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicumL.)?

1.2 Tujuan

Berdasarkan dari rumusan masalah maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap pertumbuhan dan produksi serta dapat meningkatkan pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicum

L.).

2. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk pelengkap terhadap pertumbuhan dan produksi serta dapat meningkatkan pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicum

L.).

(26)

6

meningkatkan pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicumL.).

1.3 Kerangka Pemikiran

Ketersediaan bawang merah yang masih rendah disebabkan karena tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman bawang merah, digunakan secara terus

menerus tanpa memperhatikan kandungan unsur hara yang ada dalam tanah. Jenis tanah yang jarang digunakan untuk budidaya tanaman bawang merah salah

satunya yaitu jenis tanah Ultisol. Tanah Ultisol menghasilkan produksi tanaman yang rendah, dikarenakan memiliki kemasaman yang tinggi (pH rendah), bahan organik rendah, kandungan hara N, P, K, Ca, Mg, Mo rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) lebih kecil dari 24 me 100 g-1. Kelarutan Al, Mn, dan Fe tinggi, sehingga dapat meracuni tanaman (Hardjowigeno, 2003). Tanah Ultisol dapat produktif sebagai media untuk budidaya tanaman bawang merah apabila melalui penerapan teknologi yang sesuai dengan budidaya bawang merah yaitu dengan pemupukan.

Beberapa hal penting yang dapat diterapkan dalam budidaya tanaman terutama bawang merah adalah dengan melakukan pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan memberikan unsur hara tambahan yang dibutuhkan tanaman.

(27)

7

yang berpotensi untuk membantu pertumbuhan tanaman adalah pupuk vermikompos.

Vermikompos yang dihasilkan dari perombakan bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing tanah dari jenis cacingLumbricus rubellus

yaitu mengandung C 20,20%, N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg kg-1, K 21,80 mg kg -1

, Ca 34,99 mg kg-1, Mg 21,43 mg kg-1, S 15,70 mg kg-1, Fe 13,50 mg kg-1, Mn 6,15 mg kg-1, Al 5,00 mg kg-1, Na 15,40 mg kg-1, Cu 1,7 mg kg-1, Zn 33,55 mg kg -1

, Bo 34,37 mg kg-1, dan Ph 6,6-7,5. Ciri-ciri vermikompos yang berkualitas baik dapat dilihat dari warna gelap kecoklatan hingga hitam, sudah tidak berbau, dan memiliki tekstur yang remah (Mashur, 2001).

Ada beberapa penelitian yang telah dibuktikan dengan menggunakan

vermikompos pada tanaman pakcoy, bahwa vermikompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy serta dapat meningkatkan pH tanah dan kandungan hara tanah (Setiawan, 2014). Vermikompos dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, bahan organik dalam vermikompos dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga dapat meningkatkan daya serap air pada tanah. Kandungan mikroba dalam vermikompos juga berperan dalam

memperbaiki struktur tanah yang dapat meningkatkan daya serapan hara oleh akar kedalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fahrudin (2009), yang

(28)

8

Tanaman membutuhkan sedikitnya 16 unsur hara penting untuk pertumbuhannya yaitu tiga unsur C, H, dan O dapat diperoleh bebas di udara dan air dalam bentuk CO2, O2, dan H2O. Sedangkan 13 unsur lainnya diserap dari tanah, meliputi enam unsur hara makro (diperlukan dalam jumlah relatif banyak), yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, serta tujuh unsur hara mikro (diperlukan dalam jumlah relatif sedikit),

yaitu Fe, Mn, Cl, Cu, Zn, B, dan Mo. Unsur hara yang terus‑menerus diserap

dan digunakan tanaman, ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin lama semakin terkuras. Untuk itu diperlukan tambahan masukan dari luar melalui pemupukan. Namun hingga saat ini, pemupukan yang diberikan masih kurang lengkap akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi dengan optimal, karena beberapa unsur yang ada pada tanah berada dalam kondisi kritis.

Ketidakseimbangan komposisi unsur hara dalam tanaman dan dalam tanah, maka dapat dibantu dengan pupuk pelengkap yang memiliki komposisi unsur hara lengkap. Selain pemupukan yang digunakan untuk menambahkan unsur hara di dalam tanah, tanah juga perlu diperhatikan reaksi yang terdapat di dalam tanah tersebut. Pupuk pelengkap juga dapat membantu pertumbuhan umbi karena unsur yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur hara yang terkandung di dalam pupuk pelengkap adalah N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Cl, Mn, Cu, Zn, Mo, B, C, Na, Co (PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001).

(29)

9

Berdasarkan kelengkapan unsur hara yang dapat dipenuhi oleh vermikompos dan pupuk pelengkap pada tanah ultisol diharapkan dapat meningkatkan produksi baang merah serta mampu meningkatkan beberapa sifat kimia tanah yaitu pH, C-organik, dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami tanaman bawang merah.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk vermikompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta dapat meningkatkan pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah (A. ascalonicumL.).

Budidaya Tanaman Bawang Merah

Tanah kurang Subur

Pemberian vermikompos

Pemberian Pupuk pelengkap

Memenuhi unsur hara dalam tanah dan

memperbaiki kesuburaan tanah Meningkatkan produksi

(30)

10

2. Pemberian pupuk pelengkap dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta dapat meningkatkan pH, C-organik dan N-total pada tanah Ultisol yang ditanami bawang merah(A. ascalonicumL.).

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliaceae

Family : Liliales Genus : Allium

Species :Allium ascalonicumL.

Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegakdengan tinggi dapat mencapai 15 ̶50 cm dan membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang, karena sifat perakaran inilah bawang merah tidak tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999).

(32)

12

sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1995).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50 ̶200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

berkubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang mencapai 30-50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2̶0,6 cm (Wibowo, 2007).

Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari4 ̶15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah berumur 11 ̶35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat

(33)

13

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

2.2.1 Iklim

Bawang Merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataranrendah maupun dataran tinggi (0 ̶900 m dpl) dengan curah hujan 300 ̶ 2.500 mm/thn dan suhunya 25–32oC. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumusol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5,5–7

Tanaman bawang merah lebih optimum tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang maksimal.

Penanaman bawang merah sebaiknya ditanam pada suhu agak panas dan pada suhu yang rendah memang kurang baik. Pada suhu 22oC memang masih mudah untuk membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22oC bawang merah sulit untuk berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi. Bawang merah sebaiknya ditanam di dataran rendah yang bersuhu antara 25 ̶32oC dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-rata tahunnya adalah 30oC (Wibowo, 2007).

2.2.2. Tanah

(34)

14

(pH) tanah yang sesuai adalah sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995).

Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan drainasenya pun baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu (Wibowo, 2007).

Tanah-tanah yang masam atau basa kurang, tidak baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah. Jika tanahnya terlalu masam dengan pH di bawah 5,5, garam alumiunium yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun sehingga

pertumbuhan tanaman akan menjadi kerdil. Jika terlalu basa dengan pH di atas 7 atau di atas 6,5, garam mangan tidak dapat diserap oleh tanaman, akibatnya umbinya menjadi kecil dan hasilnya rendah. Tanah yang berupa tanah gambut memiliki pH di bawah 4, perlu pengapuran dahulu agar umbinya dipanen besar. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0 ̶6,8.

Keasaman dengan pH antara 5,5–7.0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah, tetapi yang paling baik adalah antara 6,0–6,8 (Wibowo, 2007).

2.3 Tanah Ultisol

(35)

15

sangat kuat tersebut menyebabkan P-tersedia bagi tanaman sangat rendah

(Santosa dkk., 2009 dalam Khamdanah, 2014). Hal itu menjadi salah satu kendala bagi budidaya tanaman di tanah Ultisol, karena hara P adalah salah satu hara makro esensial yang diperlukan oleh tanaman. Tanaman memperoleh hara P dari tanah, hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik, maupun pemupukan (Handayanto dan Hairiah, 2007 dalam Khamdana, 2014). Namun, kelarutan hara P yang berasal dari pupuk anorganik, seperti TSP dan SP-36, masih sangat lambat dan sebagian terfiksasi oleh Al, Fe dan Mn (Sumaryo dan Suryono, 2000; Kasno dkk., 2006 dalam Khamdana, 2014).

(36)

16

Pada umumnya tanah ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Warna tanah pada horizon argilik sangat bervariasi denganhue10YR hingga 10R,value

3 ̶6 danchroma4 ̶8. Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga merah. Semakin coklat warna tanah umumnya semakin tinggi kandungan geoethit dan semakin merah warna tanah maka semakin tinggi

kandungan hematit (Soepraptohardjo, 1961 dalam Setiawan, 2014).

2.4 Vermikompos

Vermikompos adalah pupuk yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya.

Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik, kehadiran cacing tanah justru membantu memperlancar proses dekomposisi, karena bahan yang akan diuraikan jasad renik, pengurai telah diuraikan terlebih dahulu oleh cacing tanah. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan istilah vermikomposting, sementara hasil akhirnya disebut vermikompos (Agromedia, 2007).

(37)

17

hormon pertumbuhan tanaman, menekan resiko akibat infeksi fatogen, sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai penyangga pengaruh negatif tanah (Sutanto, 2002).

Proses pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting yaitu sebagai dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease, lipase, amilase, selulose, dan kitin yang memberikan perubahan kimia secara cepat terhadap material selulose dan protein dari sampah organik. Aktivitas cacing tanah menunjukkan peningkatan dekomposisi dan penghancuran sampah secara alami (60% ̶80%). Hal ini sangat berpengaruh yaitu mempercepat waktu pengomposan

hingga beberapa minggu (Sinha dkk., 2002).

Vermikompos memiliki struktur yang halus, partikel-partikel humus yang stabil, porositas, kemampuan menahan air dan aerasi, kaya nutrisi, hormon, enzim dan populasi mikroorganisme (Lavelle dkk., 1999 dalam Setiawan, 2014).

Vermikompos yang dihasilkan berwarna hitam kecoklatan, tidak berbau dan mudah terserap air (Ismail, 1997 dalam Setiawan, 2014).

2.5 Kegunaan Pupuk Pelengkap

(38)

18

inti sel lemak dan protein. Kalium (K) berfungsi di dalam fotosintesis pembentukan protein dan karbohidrat, daya tahan terhadap hama penyakit tanaman dan kekeringan, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik. Calsium (Ca) sebagai aktivitas jaringan meristem terutama dari bagian akar, mengatur pembelahan sel. Magnesium (Mg) sebagai bahan penyusun molekul klorofil untuk fotosintesis, penyusun dinding sel, dan metabolisme karbohidrat dan gula. Sulphur (S) sebagai penyusun utama ion sulfat kandungan protein dan vitamin, membentuk bintil akar kacang-kacangan dan bulir-bulir hijau daun. Iron (Fe) sebagai pembentukan klorofil. Chlor (Cl) membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Manganese (Mn) merupakan penyusun struktur dan reaksi fotosintesis, berperan dalam perkecambahan biji dan pemasakan buah. Copper (Cu) sangat diperlukan pada tanah organik, tanah pasir dan tanah masam. Zinc (Zn) sebagai pengaturan sistem enzim, pembentukan protein, reaksi

glikolisis, dan respirasi. Boron (B) menigkatkan kualitas dan kuantitas hasil sayur dan buah-buahan (PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001).

2.6 Pengaruh Vermikompos dan Pupuk pelengkap Terhadap Tanaman Bawang Merah

2.6.1 Pemberian vermikompos

(39)

19

(2000), yang menyatakan bahwa selain mengandung unsur hara tersebut, kascing juga mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin, auksin masing-masing sebanyak 2,75; 1,05; 3,80 miliequivalen tiap gram bobot kering. Selain itu ditemukan sejumlah mikroba yang bersifat menguntungkan bagi tanaman. Vermikompos juga dapat membantu pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, dan bobot kering umbi per plot (Putri, 2012).

2.6.2 Pemberian Pupuk Pelengkap (Plant Catalyst)

Adapun penelitian yang menunjukkan bahwa pupuk pelengkap(plant catalyst)

dapat membantu meningkatkan produksi berbagai tanaman bukan hanya tanaman bawang merah. Salah satu penggunaan pupuk pelengkap dapat meningkatkan produksi pada tanaman sawi. Sudarman (2003), melaporkan bahwa produksi sawi dapat ditingkatkan sampai 150% dari produksi Nasional apabila diberi Plant Catalys dengan konsentrasi 7,5 g dengan media tanam diberi pupuk kandang ayam dengan dosis 20 t ha-1dan dipanen pada umur 36 hari setelah pindah tanam.

Beberapa manfaat pupuk pelengkap untuk tanaman yaitu, meningkatkan produksi per satuan luas dengan demikian meningkatkan produktifitas tanah, membuat jumlah anakan (tunas) lebih banyak, sehingga produksinya (ton ha-1) juga besar, meningkatkan kualitas produksi (buah lebih besar, biji lebih bernas, tahan

terhadap hama dan penyakit), ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah, kandungan unsur haranya lengkap (unsur hara makro dan mikro), mengatasi

(40)

20

busuk tengah umbu (hartrot), dan dapat digunakan untuk semua jenis tanaman (PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001).

Pada penelitian yang dilakukan Surtinah (2006), bahwa produksi tanaman sawi meningkat dengan menggunakan pupuk pelengkap (plant catalyst) dengan jumlah daun, lebar daun, bobot basah, dan bobot kering lebih dengan jumlah potensi hasil optimum sebesar 12.8056 t ha-1diperoleh dari konsentrasi pupuk pelengkap (Plant catalys) 1.5 g L-1.

(41)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman bawang merah dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September 2015.

3.2 Bahan dan Alat

(42)
[image:42.595.114.514.105.359.2]

22

Tabel 1. Komposisi Unsur Pupuk pelengkap

Unsur Kandungan Unsur Kandungan

Nitrogen (N) Fosfat (P2O5) Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Sulfur ( S) Ferrum (Fe) Chlor (Cl) 0,23% 12,70% 0,88% <0,05 ppm 25,92 ppm 0,02% 36,45 ppm 0,11% Mangan (Mn) Kuprum )Cu) Zink (Zn) Molibdenum (Mo) Boron (B) Carbon (C) Natrium (Na) Kobalt (Co) 2,37 ppm <0,03 ppm 11,15 ppm 35,37 ppm 0,25% 6,47% 27,42% 9,59 ppm

Sumber: PT Centranusa Insan Cemerlang (2001).

3.2.1 Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan

Berdasarkan hasil analisis tanah Ultisol Taman Bogo Lampung Timur sebelum ditanami tanaman bawang merah terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis awal tanah Ultisol Tanah Taman Bogo.

Sifat Kimia Kandungan

pH 4,69

C-organik% 0,66

N- Total% 0,17

3.2.2 Hasil Analisis Vermikompos

[image:42.595.112.513.542.647.2]
(43)
[image:43.595.113.516.103.212.2]

23

Tabel 3. Hasil analisis vermikompos .

Sifat Kimia Kandungan

pH 6,48

C-organik% 11,20

N- Total% 1,06

Peralatan yang dugunakan antara lain: Polybag, keranjang untuk penyemaian, alat tulis, timbangan, selang, ember, alat hitung, oven, tali rapia, gunting, dan meteran.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan faktor pertama dosis vermikompos dan faktor kedua konsentrasi pupuk pelengkap.

(44)

24

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol yang diambil pada kedalaman 20 cm.dan didapatkan dari Taman Bogo, Lampung Timur, dengan ciri-ciri kadar bahan organik <1%, kandungan unsur P, K, Ca, Mg, KB, dan nilai KTK rendah. Sampel tanah dari Taman Bogo dikeringanginkan, kemudian diayak dengan ayakan 2 mm dan dibersihkan dari akar-akar tanaman dan bebatuan. Tanah yang sudah dibersihkan kemudian dioven selama ± 24 jam, kemudian tanah diambil sebanyak 5 g untuk dianalisis beberapa sifat kimia tanah yaitu pH tanah, C-Organik dan N-Total. Kemudian dimasukkan kedalam polybag, tanah yang sudah siap untuk dijadikan sebagai media tanam sebanyak 2 kg pada setiap polybag dengan standar BKO. Vermikompos yang sudah ditimbang dengan takaran 40 g per media tanam dan 80 g per media tanam dicampurkan dengan tanah yang dimasukkan ke dalam polybag sesuai dengan standar BKO yaitu 2.000 g per media tanam dikurang dengan vermikompos yang sudah ditimbang sesuai takaran.

3.4.2 Persemaian

(45)

25

untuk mendapatkan pertumbuhan pada tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kemudian rak untuk semai ditutup dengan plastik selama lima hari agar benih cepat tumbuh. Peletakkan persemaian pada Gambar 1.

A B

C

[image:45.595.150.469.195.360.2]

Ket: Alas plastik untuk penyerapan air (A), keranjang/media persemaian (B), tanaman bawang merah (C)

Gambar 1. Letak Persemaian

3.4.3 Aplikasi

3.4.3.1 Vermikompos

Sampel tanah yang telah disiapkan akan diaplikasikan dengan cara, pada lapisan bawah polybag dimasukkan tanah Taman Bogo sebanyak 1 kg, kemudian lapisan kedua polybag, dimasukkan Vermikompos 20 g untuk dosis 40 g per media tanam dan 40 g untuk dosis 80 g per media tanam, selanjutnya lapisan atas polybag dimasukkan campuran tanah Taman Bogo 1 kg dan Vermikopos dengan

(46)

26

Tanah+Vermikompos Vermikompos

[image:46.595.181.440.100.230.2]

Tanah

Gambar 2. Aplikasi Vermikopos dan Tanah dalam Polybag

3.4.3.2 Pupuk pelengkap

Setelah tanaman bawang merah ditanam dilakukan aplikasi pupuk pelengkap dilakukan penyiraman setiap 1 minggu setelah tanam dengan dosis 0,5 g, 1 g, dan 1,5 g L-1per media tanam, selama 2,5 bulan (10 kali penyiraman).

3.4.4 Penanaman

(47)
[image:47.595.113.511.106.238.2]

27

Tabel 4. Kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk pelengkap

Perlakuan V0 V1 V2

P0 V0P0 V1P0 V2P0

P1 V0P1 V1P1 V2P1

P2 V0P2 V1P2 V2P2

P3 V0P3 V1P3 V2P3

Keterangan:

V0P0= Tanpa pupuk.

V0P1= Tanpa Vermikompos dan pupuk pelengkap dengan dosis 0,5 g L-1/ tanaman.

V0P2= Tanpa Vermikompos dan pupuk pelengkap dengan dosis 1 g L-1/ tanaman. V0P3= Tanpa Vermikompos dan pupuk pelengkap dengan dosis 1,5 g L-1/

tanaman.

V1P0= Pemberian Vermikompos = 40 g/ tanaman dan tanpa pupuk lengkap. V1P1= Pemberian Vermikompos = 40 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan

dosis 0,5 g L-1/ tanaman.

V1P2 =Pemberian Vermikompos = 40 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan dosis 1 g L-1/ tanaman.

V1P3 =Pemberian Vermikompos = 40 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan dosis 1,5 g L-1/ tanaman.

V2P0 =Pemberian Vermikompos = 80 g/ tanaman dan tanpa pupuk lengkap. V2P1 =Pemberian Vermikompos = 80 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan

dosis 0,5 g L-1/ tanaman.

V2P2 =Pemberian Vermikompos = 80 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan dosis 1 g L-1/ tanaman.

V2P3 =Pemberian Vermikompos = 80 g/ tanaman dan pupuk pelengkap dengan dosis 1,5 g L-1/ tanaman.

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman

(48)

28

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap pekan, sejak 1 minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan terhadap tanaman sampel yang telah ditentukan pada seminggu setelah pindah tanam. Parameter yang diamati atau diukur meliputi variabel utama dan dan variabel pendukung yaitu:

3.5.1 Variabel utama

3.5.1.1 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur sejak seminggu setelah pindah tanam sampai tanaman berproduksi. Tinggi tanaman yang diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman.

3.5.1.2 Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan pada perhitungan jumlah daun yang dilakukan sejak seminggu setelah pindah tanam.

3.5.1.3 Diameter Umbi

Pengukuran diameter umbi tanaman bawang merah dilakukan pada saat tanaman dipanen yaitu daun mulai menguning dan layu.

3.5.1.4 Bobot Umbi Basah

(49)

29

3.5.1.5 Bobot Umbi Kering Angin

Penimbangan bobot kering tanaman dilakukan setelah umbi tanaman panen terakhir. Tanaman yang diamati adalah tanaman yang telah menjadi sampel dengan cara umbi bawang dikeringanginkan tanpa terkena sinar matahari langsung.

3.5.2 Variabel pendukung

Variabel pendukung yang diamati yaitu pH Tanah sebelum perlakuan dan setelah perlakuan, C Organik Tanah Awal, N Total Tanah Awal, pH Tanah Setelah diberi Vermikompos dan Pupuk pelengkap, C Organik Tanah Setelah diberi

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian vermikompos 80 g per media tanam (4%) lebih baik dibandingkan dengan 40 g per media tanam (2%) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah serta terjadi peningkatan pH tanah,C-organik dan N-total pada tanah Ultisol.

2. Pemberian pupuk pelengkap dengan konsentrasi 0,5 g L-1mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah serta terjadi peningkatan pH tanah dan N-total pada tanah Ultisol.

(51)

5.2 Saran

(52)

PUSTAKA ACUAN

Agromedia, R. 2007.Petunjuk Pemupukan. Agromedia, Jakarta. Hlm 80-81

Ashari. 1995.Hortikultura Aspek Budidaya.UI-Press. Jakarta

Atiyeh, R.M.,S.Subler, C.A. Edwards, G. Bachman, J.D. Metzger, and W. Shuster. 2000. Effect of vermicompost and compost on plant grown in horticultural container media and soil.Pedobiologia, 44: 579-590.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2013.Produksi Bawang Merah. www. Litbang.deptan.go.id. diakses pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 21.00

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, Dan Bawang Merah.Berita Resmi Statistik. 11 (18) 1-7.

Balai Penelitian Tanah. 2005.Kriteria Pengukuran Harkat Sifat Kimia Tanah. www. Kendalkab.go.id. diakses pada tanggal 2 Desember 2015 pukul 05.12

Direktorat Jendral Hortikultura. 2004.Konsumsi Bawang Merah. www. Litbang.deptan.go.id. diakses pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 19.00

Fahrudin, F., 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hardjowigeno, S. 2003.Ilmu Tanah Ultisol.Edisi Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. Hlm 250.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan Rahayu. 2006.Sawi dan Selada.Penebar Swadaya. Jakarta, Hlm 41-49.

(53)

Khamdana.,T. Restu Amanda., dan J. Puran. 2014. Efektifitas Bakteri Pelarut Posfat Asal Tanah Ultisol Lebak Banten Terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glicine max).Prossiding Seminar Nasiona Pertanian Organik.Universitas Padjajaran. Bandung. 253 Hlm.

Khairuman dan K. Amri. 2010. Mengeruk Untung dari Beternak Cacing. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Mahanani, C.R.L. 2003. Pengaruh media tanam dan pupuk NPK terhadap produksi tanaman pak-choi (Brassica chinensis) varietas green pak-choi. (Skripsi) Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya. Institut Pertanian Bogor, 56 Hlm.

Mamta, K.A Wani and R.J. Rao, 2012. Effect of Vermicomposton Growth of Brinjal plant (Solanum melongena) under Field Conditions.J. New Biol.Rep., 1: 25-28.

Manivannan, S., M. Balamurugan, K. Parthasarathi, G. Gunasekaran, and L.S. Ranganathan. 2009. Effect of vermicompost on soil fertility and crop productivitybeans (Phaseolus vulgaris).J. Environ. Biol.30(2): 275-81

Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah). Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram. Mataram.

Nurmawati, S. dan A. Suhardianto. 2000. Studi Perbandingan Penggunaan Pupuk Kotoran Sapi dengan Pupuk Kascing Terhadap Produksi Tanaman Selada. Universitas Terbuka. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/ Biologi.

Pant, A., T. J. K. Radovich, N.V. Hue and N. Q. Arancon. 2011. Effect of Vemicompost Tea (Aqueous Extract) on Pak Choi Yield, Quality, and on Soil Biological Properties.Compost Sci.Util.19, (4): 279-292.

PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001.Pupuk Pelengkap Cair. Plant Catalyst 2006. Jakarta.

PT. Centranusa Insan Cemerlang, 2001.Mengapa Tanaman Membutuhkan Plant catalyst 2006. www. Wordpress.com. diakses pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 19.25

Putri, M. R Sipayung, dan M.Sinuraya. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium AscalonicumL.) Dengan Pemberian Vermikompos Dan Urine Domba. Agroekoteknologi1(1):124.

(54)

Romaniuk, R., L. Giuffre, dan R. Romero. 2011. A Soil Quality Index to Evaluate the Vermicompost Amendments Effect on Soil Properites.J. Agric. Sci. 2: 502-510

Rubatzky. V.E, dan Yamaguchi. M. 1998.Sayuran Dunia 2 Prinsip Produksi dan Gizi.Institut Teknologi Bandung. Bandung

Rukmana, R. 1995.Bawang Merah Budidaya dan pengelolaan Pasca Panen. Kansius. Jakarta, 18 Hlm.

Setiawan, I G P. 2014. Pengaruh Dosis Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy(Brassica rapa L.) danPerubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Taman Bogo. SkripsiUniversitas Lampung. Bandar

Lampung. 31 Hlm

Sinha, R. K., S. Agarwal, R. Asadi and E. Carretero. 2002. Vermicultureand Waste Management: Study of Action of Earthworms Elsinia foetida, Eudrilus eudinae and perionyx excavatus on Biodegradation of some Community Wastes in India and Australia. The Environmentalist. 22 (3): 90-94

Sudarman, D., 2003.Pengaruh Penggunaan Jenis Pupuk Kandang dan Plant Catalyst 2006 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea ). Skripsi Fakultas pertanian Unilak. Pekanbaru. 46 Hlm. Surtinah. 2006. Peranan Plant Catalyst 2006 Dalam Meningkatkan Produksi

Sawi( Brassica junceaL.). J. Ilmiah Pertanian3 (1). 10

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 Hlm.

Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan

Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan.Pengembangan Inovasi Pertanian

2(2): 131-147.

Tjitrosoepomo. G. 1993.Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2.  Hasil analisis awal tanah Ultisol Tanah Taman Bogo.
Tabel 3.  Hasil analisis vermikompos .
Gambar 1. Letak Persemaian
Gambar 2.  Aplikasi Vermikopos dan Tanah dalam Polybag
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti bahwa harga t empirik lebih kecil dari pada harga t teoritiknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

Dari data lab yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa semua pasien yang mengalami diare akut dehidrasi ringan hingga berat kesemuanya mendapatkan terapi oralit, hal

Mengetahui gambaran pola pemilihan obat yang meliputi pemilihan jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan obat pada pasien pediatri dengan penyakit gastroenteritis akut

Glok dan Stark (1966) membagi aspek religius dalam lima dimensi sebagai berikut: 1) Religius belief (aspek keyakinan), yaitu adanya keyakinan terhadap Tuhan dan

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Ada lima kecamatan di Kabupaten Jember yang tergolong daerah maju dan tumbuh dengan cepat yakni kecamatan Ajung dengan jumlah penduduk sebanyak 75.778 jiwa, serta jumlah

Salah satu sarana berkomunikasi dengan masyarakat luas adalah dengan legalitas kelembagaan dalam hal ini adalah pengakuan instansi terkait terhadap penyelenggaraan

Maka dari itu proses Islamisasi dengan cara adaptasi budaya memang memberikan kekayaan tradisi dan budaya di Tanah Jawa, namun disatu sisi banyak perpaduan tersebut