ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) TERHADAP AKTIVITAS
BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM
PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
SRI WIRAHAYU
Aktivitas belajar berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya
yaitu mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil
observasi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono, menunjukkan
bahwa aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran NHT dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi
oleh siswa.
iii
diperoleh melalui observasi serta data pendukung berupa deskripsi tanggapan
siswa terhadap penggunaan model pembelajaran NHT yang diperoleh melalui
penyebaran angket. Data kuantitatif diperoleh melalui pemberian pretes dan
postes, kemudian rata-rata nilai pretes, postes, dan
N-gain
dianalisis secara
statistik menggunakan uji t dan uji U dengan SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT
meningkatkan semua aspek aktivitas belajar dengan rata-rata peningkatan
berkriteria baik (78,89 ± 12,60). Pada aspek membentuk kelompok (92,22);
memberikan ide/pendapat (83,33); menjawab pertanyaan (77,78); dan
menanggapi jawaban pertanyaan (62,22). Penguasaan materi juga meningkat
dengan rata-rata nilai pretes (31,99); postes (72,22); dan
N-gain
(61,52). Besarnya
peningkatan penguasaan materi pada indikator C2 (58,37) dan C4 (63,15); dengan
rata-rata peningkatan (60,76 ± 3,38). Adapun kriteria peningkatan perbutir soal
pada indikator C2 dan C4 adalah sama, yaitu sangat tinggi (soal no. 4 dan 2);
tinggi (soal no. 5 dan 6); dan sedang (soal no. 3 dan 1). Selain itu, sebagian besar
siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran
NHT. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT
berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar dan berpengaruh signifikan
dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvii
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 5
C.
Tujuan Penelitian ... 5
D.
Manfaat Penelitian ... 5
E.
Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F.
Kerangka Pikir ... 7
G.
Hipotesis ... 9
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran Kooperatif (
Cooperatif Learning
) ... 10
B.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together
(NHT) ... 12
C.
Aktivitas Belajar Siswa ... 15
D.
Penguasaan Materi Belajar oleh Siswa ... 17
III.
METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
B.
Populasi dan Sampel ... 20
C.
Desain Penelitian ... 20
D.
Prosedur penelitian ... 21
E.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28
F.
Teknik Analisis Data ... 34
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ... 39
B.
Pembahasan ... 44
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 54
xiv
1.
Silabus ... 60
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 64
3.
Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 96
4.
Pretes dan Postes ... 112
5.
Angket Tanggapan Siswa ... 117
6.
Data-data Hasil Penelitian ... 118
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak
didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan di
Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Depdiknas, 2003: 4).
interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, selama proses belajar
mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun
berbuat.
Proses pendidikan di Indonesia terutama pendidikan formal (sekolah) dapat
dikatakan belum maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Trianto (2010: 5) mengungkapkan bahwa masalah utama saat ini adalah
masih rendahnya hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil kondisi
pembelajaran konvensional yang dalam proses pembelajaran memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang
secara mandiri. Menurut Sardiman (2008: 98-99) dominasi guru
mengakibatkan siswa menjadi lebih pasif, aktivitasnya terutama terbatas pada
mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan
pertanyaan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar semacam ini tidak dapat
mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan penguasaan
materi oleh siswa belum tercapai secara optimal. Hal tersebut diperkuat
dengan hasil ujian akhir semester genap siswa kelas XI IPA tahun pelajaran
2011/2012, khususnya untuk materi Sistem Pertahanan Tubuh hanya terdapat
sekitar 35 % siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
75. Selain itu, hanya terdapat sekitar 40 % siswa yang aktif dalam kegiatan
belajar, seperti mendengarkan, mencatat, bertanya, serta menjawab
menjadi pendengar, bahkan beberapa siswa melakukan kegiatan yang kurang
relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti membaca buku ketika guru
menjelaskan materi,
mengobrol, mengganggu teman, tiduran, dan
mencoret-coret buku atau meja.
Kurang optimalnya aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa di SMA
Negeri 1 Bandar Sribhawono terjadi karena cara penyampaian materi yang
diterapkan guru seperti metode ceramah belum mampu memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan aktivitas belajar dan meningkatkan pemahaman
materinya. Cara tersebut memungkinkan guru menjadi lebih dominan karena
perhatian siswa hanya terpusat pada guru (
teacher centered
). Meskipun guru
telah menerapkan beberapa cara penyampaian yang lain seperti metode tanya
jawab dan diskusi yang memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, dalam
praktiknya cara tersebut memiliki kelemahan yaitu kurangnya tanggung
jawab setiap siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas sehingga siswa yang
berkemampuan lebih tinggi dan rajin yang cenderung berperan aktif.
Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan lebih rendah, kepercayaan diri
kurang, dan cenderung malas akan tetap pasif selama kegiatan pembelajaran.
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran. Model pembelajaran NHT
juga dapat meningkatkan tanggung
jawab setiap siswa terhadap tugas yang diberikan pada kelompoknya, karena
pada saat fase menjawab guru akan memanggil salah satu siswa untuk
menjawab pertanyaan secara individual tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sehingga dengan langkah tersebut setiap siswa akan lebih termotivasi untuk
melakukan aktivitas belajar dalam rangka memahami materi pelajaran.
Penggunaan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan aktivitas belajar
dan penguasaan materi oleh siswa didukung oleh hasil penelitian Arbi (2006:
32) yang menyatakan bahwa melalui penerapan model pembelajaran tersebut,
siswa lebih aktif dalam belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi
Sistem Ekskresi Manusia mengalami peningkatan. Selain itu, hasil penelitian
Erika (2011: 51) menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada
materi Pencemaran Lingkungan.
Berdasarkan fakta tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
yang berjudul “
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together
(NHT) Terhadap Aktivitas Belajar dan
Penguasaan Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh oleh Siswa (Kuasi
Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan
tubuh?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh signifikan
dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok
sistem pertahanan tubuh?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1.
Pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.
2.
Pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran NHT dalam
meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok sistem
pertahanan tubuh.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
menggunakan model pembelajaran NHT.
2.
Bagi siswa yaitu memberikan pengalaman dan suasana belajar yang
berbeda sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan minat
belajar siswa.
3.
Bagi guru/calon guru yaitu memberikan informasi mengenai model
pembelajaran NHT sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih
model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran biologi.
4.
Bagi sekolah yaitu memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pembelajaran meningkat
khususnya mutu pembelajaran biologi.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 4 sintaks yaitu: (1) penomoran; (2) mengajukan
pertanyaan; (3) berpikir bersama; dan (4) menjawab pertanyaan (Trianto,
2010: 82-83).
2.
Aktivitas belajar siswa yaitu (1) membentuk kelompok; (2) memberikan
ide/pendapat; (3) menjawab pertanyaan; dan (4) menanggapi jawaban
pertanyaan.
4.
Materi pokok yang dipelajari adalah sistem pertahanan tubuh dengan
kompetensi dasar
“
menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupaantigen dan bibit penyakit”.5.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA
1(kelas eksperimen) dan
kelas XI IPA2 (kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2012/2013
di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono, Kabupaten Lampung Timur.
F.
Kerangka Pikir
Salah satu hal yang menjadi permasalahan bagi sebagian besar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran Biologi adalah rendahnya aktivitas belajar dan
penguasaan materi oleh siswa. Hal tersebut terjadi karena kegiatan belajar
mengajar yang cenderung berpusat pada guru (
teacher centered
). Kondisi
tersebut mengakibatkan siswa menjadi pasif dan lebih banyak mengandalkan
informasi/pengetahuan yang datang dari guru sehingga siswa masih sulit
untuk menemukan pemahaman sendiri mengenai materi pelajaran. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu metode atau model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa (
student centered
)
.
Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif tipe
Number Head Together
(NHT). Model ini memungkinkan
siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengontruksinya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman belajar sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dapat berasal dari berbagai sumber belajar
seperti buku dan lingkungan sekitar.
agar setiap anggota kelompok saling membantu dalam memahami materi
pelajaran sehingga hasil belajar setiap siswa menjadi tinggi. Setiap anggota
kelompok juga mempunyai nomor anggota yang berbeda, tujuannya agar
setiap siswa mampu menguasai materi karena salah satu nomor siswa akan
dipanggil secara acak untuk mewakili kelompoknya menjawab pertanyaan
sesuai dengan LKS. Cara tersebut dapat meningkatkan motivasi dan tanggung
jawab siswa pada saat bekerja dan berpikir bersama dalam menyelesaikan
pertanyaan dan memahami jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Selain itu, pertanyaan tersebut juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan membangun pemahamannya sendiri melalui kegiatan
belajar yang dilakukan sehingga siswa lebih aktif. Oleh karena itu,
diharapkan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa meningkat.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran NHT
dan variabel terikat adalah aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.
Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram
berikut.
Keterangan: X
= Model pembelajaran kooperatif tipe NHT; Y
1= aktivitas
belajar siswa; dan Y2 = penguasaan materi oleh siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
X
Y1
G.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem
pertahanan tubuh.
2.
H
0= Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penguasaan materi oleh
siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran Kooperatif (
Cooperatife Learning
)
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2010: 56-57).
Seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2005: 4) bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang
memungkinkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
dengan ukuran yang berbeda-beda.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan, menurut Johnson
dan Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ibrahim, dkk., (2000: 7-9), bahwa
pembelajaran kooperatif
mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Selain itu,
pembelajaran ini juga disusun dalam sebuah usaha meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar
belakangnya (Trianto, 2010: 58).
Pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prinsip yang membedakannya
dengan model pembelajaran lainnya serta menjadi konsep utama dari belajar
kooperatif. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 61) konsep utama tersebut
adalah sebagai berikut.
1.
Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
2.
Tanggung jawab individual, bermakna bahwa khususnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
3.
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
Adapun tahapan atau langkah-langkah utama pembelajaran kooperatif dalam
pengaplikasiannya selama kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran koopeatif
Fase
Peran Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase-6
Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk., (2000: 10)
B.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together
(NHT)
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, menurut Lie
(2008: 59) model pembelajaran NHT juga memberi kesempatan kepada
siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama
mereka.
Model pembelajaran NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa
yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang
akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok serta
berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha
memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang
disajikan oleh guru (Nur, 2005: 78).
Sintaks model pembelajaran NHT menurut Trianto (2010: 82-83) terdiri dari
struktur empat fase yaitu:
1.
Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok tiga sampai
lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara satu
sampai lima.
2.
Fase 2: Mengajukan pertanyaan
tanya atau berbentuk arahan.
3.
Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4.
Fase 4: Menjawab pertanyaan
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Ada beberapa manfaat model pembelajaran NHT bagi siswa yang hasil
belajarnya rendah seperti yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim,
dkk. (2000: 18), antara lain: rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki
kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang,
pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan
dan toleransi serta hasil belajar lebih tinggi.
C.
Aktivitas Belajar Siswa
Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan yang menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sendiri, karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat atau beraktivitas (Sardiman, 2008: 95). Seperti yang
diungkapkan oleh Harjanto (2008: 171) bahwa belajar merupakan kegiatan
transfer
of knowledge/skill
yang dilakukan oleh siswa. Sardiman (2008:
99-100) mengungkapkan lebih lanjut bahwa dalam kegiatan belajar tugas
pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat
mengembangkan bakat dan potensinya. Hal ini menunjukkan bahwa anak
didik yang harus melakukan aktivitas, berbuat dan aktif sendiri. Adapun yang
dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus
selalu terkait agar membuahkan aktivitas belajar yang optimal.
Salah satu tempat yang menjadi pusat kegiatan belajar dan dapat digunakan
sebagai arena untuk mengembangkan aktivitas adalah sekolah. Banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Diedrich (dalam
Hamalik, 2004: 172-173) membagi kegiatan belajar yang menunjukkan
adanya aktivitas dalam delapan kelompok sebagai berikut.
1.
Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
3.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4.
Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5.
Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.
6.
Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7.
Kegatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8.
Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan
overlap
satu
sama lain.
dengan pembelajaran maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat
dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.
Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) juga mengungkapkan bahwa
penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran, oleh karena:
1.
Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2.
Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3.
Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4.
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5.
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6.
Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru.
7.
Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis.
8.
Pengajaran di sekolah mengajari hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
D.
Penguasaan Materi Belajar oleh Siswa
sendiri yaitu kemampuan menyerap arti dari suatu bahan yang dipelajari.
Penguasaan bukan sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari
tetapi meguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan
mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).
Secara lebih spesifik, penguasaan materi dapat didefinisikan sebagai hasil
belajar dari ranah kognitif. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa
proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni
penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu
kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara umum, belajar boleh
dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
Hal ini menunjukkan bahwa proses interaksi adalah proses internalisasi dari
sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap
panca indera ikut berperan (Sardiman, 2008: 22).
Anderson dan Krathwohl (2000: 67-68), merumuskan bahwa hasil belajar
ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut.
1.
Remember
mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
2.
Understand
mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari.
4.
Analyze
mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5.
Evaluate
mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
6.
Create
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Keberhasilan penguasaan materi oleh siswa dapat diukur dan diketahui melalui
evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai
(Arikunto, 2008: 25). Adapun salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa
digunakan dalam evaluasi adalah tes.
III. METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.
B.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester
genap SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari empat kelas. Dari populasi yang ada diambil dua kelas (XI IPA1
dan XI IPA
2) sebagai sampel penelitian dengan cara
purposive sampling
.
Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen dari sampel tersebut adalah
kelas XI IPA1 sedangkan kelas XI IPA2 terpilih sebagai kelas kontrol.
C.
Desain Penelitian
Kemudian hasil pretes dan postes pada kedua subjek dibandingkan. Struktur
desainnya adalah sebagai berikut.
Kelas
Pretes
Perlakuan
Postes
I
O1
X
O2
II
O1
C
O2
Keterangan : I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 = Pretes, O2 =
Postes, X = Perlakuan dengan model NHT; dan C = Perlakuan
menggunakan metode diskusi.
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
(modifikasi dari Riyanto, 2001: 43)
D.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1.
Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a.
Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke fakultas untuk observasi
ke sekolah.
b.
Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi
subjek penelitian.
c.
Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
Kontrol.
e.
Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes untuk
pertemuan pertama dan pertemuan terakhir.
f.
Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa sesuai dengan sintaks
model pembelajaran NHT.
g.
Membuat angket tanggapan siswa terhadap penerapan model
pembelajaran NHT.
h.
Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen (berdasarkan tingkat
intelegensi dan jenis kelamin) pada kelas eksperimen berdasarkan nilai
akademik siswa semester ganjil.
2.
Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen, dan metode diskusi
untuk
kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
a.
Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran
NHT)
1)
Kegiatan Awal
a)
Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) mengenai materi pokok
sistem pertahanan tubuh (pertemuan I).
b)
Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan menanggapi pertanyaan
dan memperhatikan penjelasan dari guru.
untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”
2.
Pertemuan II: “Apakah diantara kalian ada yang pernah terkena penyakit cacar? Berapa kali kalian pernah mengalaminya? mengapa demikian? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”.3.
Pertemuan III:
“
Pernahkah kalian mendengar bahwa setelah
diimunisasi biasanya bayi akan demam? Mengapa hal tersebut
bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian
!”
c)
Siswa memperoleh motivasi dari guru.
1.
Pertemuan I:
“
Dengan mempelajari materi pertahanan tubuh
kita dapat mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat
komponen-komponen yang berperan dalam melindungi tubuh,
sehingga kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup
hingga saat ini. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diberikan
kepada kita
”
.
salah satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan yang
higienis
”
.
3.
Pertemuan III:
“Dengan pengetahuan mengenai sistem
pertahanan tubuh yang kita miliki, diharapkan agar kita tetap
menjaga kesehatan, karena jika sistem tersebut terganggu atau
diserang penyakit, maka akan berdampak negatif terhadap
kekebalan tubuh kita sehingga zat asing mudah menyerang
tubuh dan menimbulkan kelainan atau penyakit yang akan
berakibat fatal bagi kelangsungan hidup kita”
.
2)
Kegiatan Inti
a)
Guru mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok
yang heterogen, masing-masing terdiri dari lima orang. Kemudian
memberikan nama yang berbeda kepada setiap kelompok yaitu
kelompok merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu serta nomor
panggilan yang berurutan untuk setiap anggota yaitu mulai dari
nomor 1-5 (pertemuan I).
b)
Setiap kelompok memperoleh Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai
dengan jumlah anggotanya dan mendengarkan penjelasan guru
mengenai komponen dan tata cara mengerjakan LKS tersebut.
c)
Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.
e)
Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk menguraikan
jawaban salah satu pertanyaan dalam LKS kepada seluruh
anggota kelompok lainnya.
f)
Guru memanggil anggota kelompok lain yang bernomor sama
dengan siswa yang menguraikan jawaban sebelumnya untuk
memberikan tanggapan mengenai jawaban yang telah diuraikan
tersebut.
g)
Guru mengulang kembali langkah pada poin e dan f hingga
jawaban setiap soal selesai diuraikan seluruhnya.
h)
Setiap siswa mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.
i)
Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
3)
Kegiatan Penutup
a)
Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
b)
Siswa bersama guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
pada setiap pertemuan.
c)
Siswa diberikan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir.
d)
Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
b.
Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode Diskusi)
1)
Kegiatan Awal
sistem pertahanan tubuh (pertemuan I).
b)
Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan menanggapi pertanyaan
dan memperhatikan penjelasan dari guru.
1.
Pertemuan I: “
Kita semua pasti pernah mengalami sakit,
penyakit apa yang pernah kalian alami?
Apakah diantara kalian ada yang sering sakit atau jika sakit membutuhkan waktu untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”2.
Pertemuan II: ”Apakah diantara kalian ada yang pernah terkena penyakit cacar? Berapa kali kalian pernah mengalaminya? Mengapa demikian? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”.3.
Pertemuan III:
”Apakah kalian pernah mendengar bahwa
setelah diimunisasi biasanya bayi akan demam? Mengapa hal
tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat
kalian!”
c)
Siswa memperoleh motivasi dari guru.
1.
Pertemuan I
: “Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat
komponen-komponen yang berperan dalam melindungi tubuh, sehingga
kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup hingga saat ini.
Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala anugerah yang diberikan kepada kita”.
kekebalan tubuh dalam menghadapi setiap serangan antigen
berbahaya serta akibat yang ditimbulkan jika sistem kekebalan
tubuh kita tidak mampu menghadapi antigen tersebut. Oleh
karena itu, sebaiknya kita harus selalu menjaga tubuh agar
antigen tidak dapat masuk dan menyerang tubuh kita, salah
satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan yang higienis”.
3.
Pertemuan III
: “Dengan pengetahuan mengenai sistem
pertahanan tubuh yang kita miliki, diharapkan agar kita tetap
menjaga kesehatan, karena jika sistem tersebut terganggu atau
diserang penyakit, maka akan berdampak negatif terhadap
kekebalan tubuh kita sehingga zat asing mudah menyerang
tubuh dan menimbulkan kelainan atau penyakit yang akan
berakibat fatal bagi kelangsunga
n hidup kita”
.
2)
Kegiatan Inti
a)
Guru mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok
yang heterogen, masing-masing terdiri dari lima sampai enam
orang (pertemuan I).
b)
Setiap kelompok memperoleh Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai
dengan jumlah anggotanya dan mendengarkan penjelasan guru
mengenai komponen dan tata cara mengerjakan LKS tersebut.
c)
Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.
sehingga terjadi diskusi kelas.
e)
Setiap siswa mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.
f)
Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
3)
Kegiatan Penutup
a)
Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
b)
Siswa bersama guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
pada setiap pertemuan.
c)
Siswa diberikan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir.
d)
Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
E.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jenis Data
a.
Data Kualitatif
b.
Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu penguasaan materi oleh siswa diperoleh dari
hasil pretes dan postes. Kemudian nilai pretes dan postes ditinjau
berdasarkan perbandingan
gain
yang dinormalisasi atau
N-gain (g
)
dengan menggunakan rumus Hake (1999: 1) sebagai berikut.
N-gain =
x 100
Keterangan:
S
post= skor postes;
S
pre= skor pretes;
S
max= skor
maksimum.
Adapun persentase peningkatan pada tiap indikator penguasaan materi
dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut.
%peningkatan =
̅
N-gain
Keterangan:
̅
N-gain
= nilai rata-rata
N-gain
indikator penguasaan
materi yang dicari
Selanjutnya, untuk mengetahui rata-rata peningkatan penguasaan materi
siswa untuk tiap butir soal pretes dan postes digunakan rumus sebagai
berikut.
P = x 100
Keterangan: P = poin yang dicari;
f =
jumlah skor penguasaan materi
yang diperoleh oleh siswa; N = jumlah poin maksimum
untuk tiap indikator penguasaan materi
Setelah presentase dan poin peningkatan penguasaan materi diperoleh,
presentase dan poin tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai kriteria
S
post- S
preS
max- S
presesuai dengan Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria peningkatan penguasaan materi oleh siswa
Poin
Kriteria
80,1-100
60,1-80
40,1-60
20,1-40
0,0-20
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2008: 245)
2.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Setiap siswa
diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada
lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Adapun
pedoman penskoran setiap indikator aktivitas belajar siswa adalah
sebagai berikut.
1)
3 : jika semua kriteria muncul
2)
2 : jika ada dua kriteria yang muncul
Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
No.
Nama Siswa
Skor Aspek Aktivitas Belajar
Siswa yang Diamati
A
B
C
D
1
2
3
4
5
dst.
Jumlah skor
Skor maksimum
Persentase (%)
Kriteria
Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan kriteria penilaian.
Keterangan aspek aktivitas belajar siswa:
A.
Membentuk kelompok
1)
Berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai instruksi
guru.
2)
Menempatkan diri dalam kelompok sesuai dengan instruksi guru.
3)
Duduk dengan tenang dan teratur setelah kelompok terbentuk.
Cara mengamati:- Memeriksa kesesuaian nama siswa dengan kelompoknya berdasarkan data pembagian kelompok.
- Memeriksa posisi duduk siswa dalam kelompok berdasarkan data pembagian kelompok.
- Memperhatikan tingkah laku dan posisi duduk siswa.
B.
Memberikan ide/pendapat
1)
Menyampaikan ide/pendapat yang relevan untuk menjawab
pertanyaan dalam LKS.
2)
Menanggapi ide/pendapat yang disampaikan oleh anggota
kelompok.
3)
Mempergunakan dan menyusun kembali ide/pendapat yang
relevan untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.
Cara mengamati:
- Mendengarkan penyampaian ide/pendapat oleh siswa dan memeriksa catatan siswa mengenai idenya.
- Mendengarkan penyampaian tanggapan ide/pendapat oleh siswa dan memeriksa catatan siswa mengenai tanggapan anggota kelompok mengenai idennya.
C.
Menjawab pertanyaan
1)
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam LKS.
2)
Menyampaikan jawaban pertanyaan dalam LKS dengan benar
dan sistematis.
3)
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan komunikatif.
Cara mengamati:- Memeriksa jawaban pertanyaan dalam LKS.
- Memeriksa jawaban pertanyaan dan mendengarkan penyampaian jawaban dalam LKS oleh siswa serta membuat catatannya.
- Memeriksa jawaban pertanyaan dan memperhatikan penggunaan bahasa siswa selama menyampaikan jawaban dan membuat catatannya.
D.
Menanggapi jawaban pertanyaan
1)
Melengkapi jawaban yang diuraikan oleh anggota kelompok lain
dengan benar.
2)
Memberikan saran/pendapat dan pertanyaan yang relevan
mengenai jawaban yang telah diuraikan anggota kelompok lain
maupun cara penyampaiannya.
3)
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok lain
dengan benar.
Cara mengamati:
- Mendengarkan penyampaian jawaban pertanyaan dalam LKS maupun cara penyampaiannya.
- Memeriksa catatan siswa mengenai saran/pendapat dan pertanyaan yang disampaikan anggota kelompok lain.
- Memeriksa catatan siswa mengenai jawaban pertanyaan yang disampaikan anggota kelompok lain.
b.
Pretes dan Postes
Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Pretes
Berikut ini merupakan teknik penskoran hasil pretes dan postes.
S = x 100
Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor
maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112)
c.
Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang penerapan model
[image:41.595.162.513.473.735.2]pembelajaran NHT yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa tujuh
pernyataan, terdiri dari empat pernyataan positif dan tiga pernyataan
negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat
mereka pada lembar angket. Angket tersebut memiliki dua pilihan
jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Item pernyataan pada angket
No. Pernyataan-pernyataan S TS
1 Saya senang dan tertarik mempelajari materi pokok sistem pertahanan tubuh dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.
2 Saya lebih sulit memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.
3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif selama kegiatan pembelajaran.
4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan setiap pertanyaan dalam LKS. 6 Saya merasa sulit mengerjakan setiap soal dalam LKS
dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.
7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.
F.
Teknik Analisis Data
1.
Analisis Data Kualitatif
a.
Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran di kelas
eksperimen berlangsung merupakan data yang diambil melalui
observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.
1)
Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Persentase =
x 100%
[image:42.595.178.442.556.640.2]2)
Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa
sesuai kriteria pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa
Persentase (%)
Kriteria
87,50
–
100
75,00
–
87,49
50,00
–
74,99
0
–
49,99
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sumber: modifikasi dari Hidayati (2011: 17)
b.
Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan model pembelajaran NHT
Data tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran NHT dikumpulkan melalui penyebaran angket.
Angket tanggapan berisi tujuh pernyataan yang terdiri dari empat
pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket
dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
[image:43.595.173.436.263.336.2]1)
Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
ketentuan yang dimodifikasi dari Rahayu (2010:29) pada Tabel 6.
Tabel 6. Skor penjawaban angket
Sifat Pernyataan
Skor
1
0
Positif
S
TS
Negatif
TS
S
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju
2)
Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi
yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
NHT
No.
Pertanyaan
Angket
Pilihan
Jawaban
Nomor Responden
(Siswa)
Persentase
(%)
1
2
3
dst.
1
S
TS
2
S
TS
dst.
S
TS
[image:43.595.182.510.502.640.2]3)
Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Keterangan: P = Persentase jawaban siswa; f = frekuensi jawaban;
N = banyaknya jawaban (modifikasi dari Sudijono,
2004: 43).
[image:44.595.176.427.415.534.2]4)
Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap
penggunaan model pembelajaran NHT sesuai kriteria Hendro
(dalam Hastriani, 2006: 43) pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran NHT
Persentase (%)
Kriteria
100
76
–
99
51
–
75
50
26
–
49
1
–
25
0
Semuanya
Sebagian besar
Pada umumnya
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Tidak ada
2.
Analisis Data Kuantitatif
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan
N-gain
pada kelas
eksperimen dan kontrol dianalisis secara statistik menggunakan uji t dan
uji U dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji
prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji
Lilliefors
dengan
program SPSS versi 17.
1.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H
1= Sampel tidak berdistribusi normal
2.
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika L
hitung< L
tabelatau
p-value
> 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
b.
Uji
Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varians (uji
Fisher
) dengan menggunakan
program SPSS versi 17.
1.
Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
2.
Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F
hitung< F
tabelatau probabilitasnya
>
0,05 maka H
0diterima, jika F
hitung> F
tabelatau probabilitasnya <
0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).
c.
Pengujian Hipotesis
dengan menggunakan uji
Mann-Whitney U
(uji U).
a)
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1.
Hipotesis
H0 = Rata-rata
N-gain
kedua sampel sama.
H1 = Rata-rata
N-gain
kedua sampel tidak sama.
2.
Kriteria Pengujian
Jika
–
t
tabel< t
hitung< t
tabel, maka Ho diterima.
Jika t
hitung< -t
tabelatau t
hitung> t
tabelmaka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13).
b)
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1.
Hipotesis
H0 = rata-rata
N-gain
pada kelas eksperimen sama dengan kelas
kontrol.
H
1= rata-rata
N-gain
pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol.
2.
Kriteria Pengujian
Jika
–
t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t
hitung< -t
tabelatau t
hitung> t
tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 10).
c)
Uji
Man-Whitney U
1.
Hipotesis
H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama.
H
1= Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
tidak sama.
2.
Kriteria Pengujian
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1.
Penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.
2.
Penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan penguasaan materi pokok sistem pertahanan tubuh pada
indikator C2 dan C4.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut.
1.
Waktu pelaksanaan tiap sintaks model pembelajaran NHT selama
kegiatan pembelajaran sebaiknya diperhatikan dengan cermat sehingga
penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam
RPP.
3.
Apabila menggunakan LKS sebagai bahan ajar, guru sebaiknya
memberikan arahan yang jelas mengenai isi dan tujuan LKS agar siswa
tidak kesulitan dalam memahami dan menjawab LKS.
4.
Sebaiknya, sebelum melaksanakan penelitian guru terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. dan D.R. Krathwohl. 2000.
A Taxonomy For Learning, Teaching,
and Assessing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives,
Abridged Edition)
. Longman. New York.
Arbi, Z. 2006.
Penerapan Pembelajaran Tipe Kepala Bernomor Terhadap
Aktivitas dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi Manusia Pada Siswa
Kelas VIII di MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2005/2006.
(Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2003.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
. Edisi VI. Bina
Aksara. Jakarta.
. 2008.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
. Bumi Aksara. Jakarta.
Belina. W.W. 2008.
Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya
Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah
satu SMP Swasta di kota Bandung)
.
http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.
(08 Januari
2013, 10.20 WIB).
Daryanto, H. 1999.
Evaluasi Pendidikan
. Rineka Cipta. Jakarta
.
Depdiknas. 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
.
www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf
. (20 Februari 2013,
14.45 WIB).
Erika. 2011.
Pengaruh Media Audio -Visual melalui Model Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) terhadap Aktivitas dan Penguasaan
Konsep Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan.
(Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hamalik, O. 2004.
Proses Belajar Mengajar
. Bumi Aksara. Jakarta.
. 2006.
Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem
.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hertiavi, M. A., Langlang, H., dan Khanafiyah, S. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP
. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Hardjanto. 2008.
Perencanaan Pengajaran
. Rineka Cipta. Jakarta.
Hastriani, A. 2006.
Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP
. (Skripsi).
FPMIPA UPI. Bandung.
Hidayati, A.N. 2011.
Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning
Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru
. (Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar
Lampung.
Huda, M. 2011.
Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000.
Pembelajaran
Kooperatif.
University Press UNESA. Surabaya.
Lie, A. 2008.
Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas
.
Gramedia. Jakarta.
Nur, M. 2005.
Pembelajaran Kooperatif
. Depdiknas Ditjen Dikdasmen LPMP.
Jawa Timur.
Pratisto, A. 2004.
Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12
. Gramedia. Jakarta.
Purwanto, N. 2008.
Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
. Penerbit
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010
. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui
Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada
Kelas VII MTs Guppi Natar.
(Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.
Riyanto, Y. 2001
.
Metodologi Pendidikan
. SIC.
Jakarta.
Slameto. 2003.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Slavin, R.E. 2005.
Coopertive Learning : Teori, Riset dan Praktik
. Nusa Media.
Bandung.
Sudijono, A. 2004.
Pengantar Statistik Pendidikan
. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Thoha, M. C. 1994.
Teknik Evaluasi Pendidikan.
PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
SILABUS Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA N 1 Bandar Sribhawono
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/2 (Genap)
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit
1.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan
nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
2.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam
mempertahankan
1. Melalui model pembelajaran NHT, siswa mendiskusikan materi sistem pertahanan tubuh dengan bantuan LKS. 1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan
nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
2. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam Jenis: Tes tertulis Nontes Bentuk: Soal uraian LKS Lembar observasi aktivitas belajar siswa
2 x 45 menit 2x45 menit Sumber: Pratiwi, D.A dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Priadi, Arif.
2009. Biologi SMA Kelas XI. Yudistira. Jakarta. Alat: - Karakter : religius, jujur, toleransi, komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab. Keterampilan sosial: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
L
ampi
ran
1. S
il
a
b
u
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter tubuh terhadap
benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
3.Jenis-jenis kekebalan tubuh.
4.Contoh kelainan/ penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.
mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
3. Menjelaskan jenis-jenis kekebalan tubuh.
4. Menjelaskan kelainan/penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.
2x45 menit
Bahan: LKS berkomunikasi
dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.
Lampung Timur, Mei 2013
Guru Mitra Peneliti
Nurhayati, S.Pd. Sri Wirahayu
NIP 19740520 199802 2 001 NPM 0913024071
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
Drs. Khairul, M.M., M.Si. NIP 19661205 199303 1 007
SILABUS Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMA N 1 Bandar Sribhawono
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/2 (Genap)
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit
1.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan
nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
2.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam
mempertahankan
1. Siswa
mendiskusikan materi sistem pertahanan tubuh dengan bantuan LKS dan mempresentasi-kan hasilnya. 1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan
nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
2. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam Jenis: Tes tertulis Nontes Bentuk: Soal uraian LKS Lembar observasi aktivitas belajar siswa
2 x 45 menit
2 x 45 menit
Sumber: Pratiwi, D.A
dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Priadi, Arif.
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter tubuh terhadap
benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
3.Jenis-jenis kekebalan tubuh.
4.Contoh kelainan/ penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.
mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
3. Menjelaskan jenis-jenis kekebalan tubuh.
4. Menjelaskan kelainan atau penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.
2 x 45 menit berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik. SILABUS (Kelas Kontrol)
59
Lampung Timur, Mei 2013
Guru Mitra Peneliti
Nurhayati, S.Pd. Sri Wirahayu
NIP 19740520 199802 2 001 NPM 0913024071
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SMA N 1 Bandar Sribhawono
Kelas / Semester : XI (sebelas)/Semester Dua
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke- : 1
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi Dasar : 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap
benda asing berupa antigen dan bibit penyakit
I. Indikator 1) Kognitif
a. Produk:
1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
b. Proses:
1.
Menganalisis keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan tubuh nonspesifik.2.
Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.3.
Menyimpulkan ciri-ciri pertahanan tubuh nonspesifik. 2) Afektifa. Mengembangkan nilai karakter, meliputi: religius, jujur, toleransi, bersahabat/komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab.
b. Meningkatkan keterampilan sosial, meliputi: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.
II. Tujuan Pembelajaran
1) Kognitif
a. Produk:
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu:
1.
Menjelaskan fungsi kulit sebagai komponen pertahanan nonspesifik berdasarkan strukturnya.pertahanan tubuh nonspesifik berdasarkan strukturnya.
4.
Menjelaskan fungsi Natural Killer cell (NK cell) sebagai komponen sistem pertahanan nonspesifik berdasarkan strukturnya.5.
Menganalisis mekanisme respons pertahanan nonspesifik, misalnya respons peradangan.6.
Menyimpulkan empat ciri pertahanan tubuh nonspesifik.b. Proses:
Siswa mendiskusikan LKS mengenai pertahanan tubuh nonspesifik, dan diharapkan mampu:
1.
Menganalisis keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan tubuh nonspesifik.2.
Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.3.
Menganalisis ciri-ciri pertahanan tubuh nonspesifik.2) Afektif
a. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu mengembangkan nilai karakter, meliputi: religius, jujur, toleransi, bersahabat/komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab.
b. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan sosial, meliputi: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.
III. Materi Pembelajaran
Keterkaitan antara struktur, fungsi, dan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap serangan benda asing berupa antigen dan bibit penyakit yang meliputi beberapa komponen yaitu kulit, membran mukosa, sel darah putih fagositik, Natural Killer cell (NK cell) dan respons peradangan.
IV. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
V. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Skenario Pembelajaran Sintaks NHT Waktu
(menit) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan
a. Mengadakan pretes tentang materi sistem pertahanan tubuh.
b. Memberikan apersepsi: “Kita semua pasti pernah
a. Menjawab soal pretes dengan jujur dan disiplin.
b. Mendengar dan menjawab
mengalami sakit, penyakit apa yang pernah kalian alami? Apakah diantara kalian ada yang sering sekali sakit atau jika sakit membutuhkan waktu untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan
pendapat kalian!”.
c. Memberikan motivasi:
“Dengan mempelajari materi
ini kita dapat mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat organ-organ yang berperan dalam melindungi tubuh, sehingga tubuh kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup hingga saat ini. Oleh karena itu kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diberikan
kepada kita”.
pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan rasa ingin tahu dan penuh tanggung jawab.
c. Mendengarkan motivasi dari guru yang mengandung nilai religius.
2 Inti
a. Mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok yang heterogen masing-masing terdiri dari lima orang.
Kemudian memberikan nama yang berbeda kepada setiap kelompok yaitu kelompok merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu serta nomor
panggilan yang berurutan untuk setiap anggota mulai dari nomor 1-5 .
b. Membagikan LKS mengenai materi pertahanan tubuh nonspesifik.
c. Memberikan penjelasan dan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai komponen dalam LKS.
d. Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.
a. Membentuk kelompok dan menerima nama kelompok serta nomor anggota dengan disiplin dan penuh toleransi.
b. Menerima LKS yang diberikan oleh guru sebagai panduan selama pembelajaran berlangsung.
c. Memperhatikan penjelasan dari guru dan mengajukan pertanyaan dengan rasa ingin tahu.
e. Meminta setiap siswa membantu anggota
kelompoknya untuk memahami jawaban dalam LKS.
f. Memanggil salah satu nomor siswa secara bergantian untuk menguraikan jawaban salah satu nomor soal kepada seluruh anggota kelompok hingga seluruh soal terjawab.
g. Memanggil anggota kelompok lain yang bernomor sama dengan siswa yang menguraikan jawaban
sebelumnya untuk memberikan tanggapan mengenai jawaban yang telah diuraikan tersebut.
h. Mengulang kembali langkah pada poin f dan g hingga jawaban setiap soal selesai diuraikan seluruhnya.
i. Meminta siswa memberikan tepuk tangan kepada setiap