• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) TERHADAP AKTIVITAS

BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM

PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1

Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

SRI WIRAHAYU

Aktivitas belajar berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya

yaitu mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil

observasi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono, menunjukkan

bahwa aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Oleh

karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran NHT dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi

oleh siswa.

(3)

iii

diperoleh melalui observasi serta data pendukung berupa deskripsi tanggapan

siswa terhadap penggunaan model pembelajaran NHT yang diperoleh melalui

penyebaran angket. Data kuantitatif diperoleh melalui pemberian pretes dan

postes, kemudian rata-rata nilai pretes, postes, dan

N-gain

dianalisis secara

statistik menggunakan uji t dan uji U dengan SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT

meningkatkan semua aspek aktivitas belajar dengan rata-rata peningkatan

berkriteria baik (78,89 ± 12,60). Pada aspek membentuk kelompok (92,22);

memberikan ide/pendapat (83,33); menjawab pertanyaan (77,78); dan

menanggapi jawaban pertanyaan (62,22). Penguasaan materi juga meningkat

dengan rata-rata nilai pretes (31,99); postes (72,22); dan

N-gain

(61,52). Besarnya

peningkatan penguasaan materi pada indikator C2 (58,37) dan C4 (63,15); dengan

rata-rata peningkatan (60,76 ± 3,38). Adapun kriteria peningkatan perbutir soal

pada indikator C2 dan C4 adalah sama, yaitu sangat tinggi (soal no. 4 dan 2);

tinggi (soal no. 5 dan 6); dan sedang (soal no. 3 dan 1). Selain itu, sebagian besar

siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran

NHT. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT

berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar dan berpengaruh signifikan

dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 5

C.

Tujuan Penelitian ... 5

D.

Manfaat Penelitian ... 5

E.

Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F.

Kerangka Pikir ... 7

G.

Hipotesis ... 9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pembelajaran Kooperatif (

Cooperatif Learning

) ... 10

B.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Number Head Together

(NHT) ... 12

C.

Aktivitas Belajar Siswa ... 15

D.

Penguasaan Materi Belajar oleh Siswa ... 17

III.

METODE PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

B.

Populasi dan Sampel ... 20

C.

Desain Penelitian ... 20

D.

Prosedur penelitian ... 21

E.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

F.

Teknik Analisis Data ... 34

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian ... 39

B.

Pembahasan ... 44

V.

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 54

(8)

xiv

1.

Silabus ... 60

2.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 64

3.

Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 96

4.

Pretes dan Postes ... 112

5.

Angket Tanggapan Siswa ... 117

6.

Data-data Hasil Penelitian ... 118

(9)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan

sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak

didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan di

Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(Depdiknas, 2003: 4).

(10)

interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, selama proses belajar

mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun

berbuat.

Proses pendidikan di Indonesia terutama pendidikan formal (sekolah) dapat

dikatakan belum maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Trianto (2010: 5) mengungkapkan bahwa masalah utama saat ini adalah

masih rendahnya hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil kondisi

pembelajaran konvensional yang dalam proses pembelajaran memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang

secara mandiri. Menurut Sardiman (2008: 98-99) dominasi guru

mengakibatkan siswa menjadi lebih pasif, aktivitasnya terutama terbatas pada

mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan

pertanyaan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar semacam ini tidak dapat

mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1

Bandar Sribhawono menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan penguasaan

materi oleh siswa belum tercapai secara optimal. Hal tersebut diperkuat

dengan hasil ujian akhir semester genap siswa kelas XI IPA tahun pelajaran

2011/2012, khususnya untuk materi Sistem Pertahanan Tubuh hanya terdapat

sekitar 35 % siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu

75. Selain itu, hanya terdapat sekitar 40 % siswa yang aktif dalam kegiatan

belajar, seperti mendengarkan, mencatat, bertanya, serta menjawab

(11)

menjadi pendengar, bahkan beberapa siswa melakukan kegiatan yang kurang

relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti membaca buku ketika guru

menjelaskan materi,

mengobrol, mengganggu teman, tiduran, dan

mencoret-coret buku atau meja.

Kurang optimalnya aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa di SMA

Negeri 1 Bandar Sribhawono terjadi karena cara penyampaian materi yang

diterapkan guru seperti metode ceramah belum mampu memfasilitasi siswa

untuk mengembangkan aktivitas belajar dan meningkatkan pemahaman

materinya. Cara tersebut memungkinkan guru menjadi lebih dominan karena

perhatian siswa hanya terpusat pada guru (

teacher centered

). Meskipun guru

telah menerapkan beberapa cara penyampaian yang lain seperti metode tanya

jawab dan diskusi yang memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, dalam

praktiknya cara tersebut memiliki kelemahan yaitu kurangnya tanggung

jawab setiap siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas sehingga siswa yang

berkemampuan lebih tinggi dan rajin yang cenderung berperan aktif.

Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan lebih rendah, kepercayaan diri

kurang, dan cenderung malas akan tetap pasif selama kegiatan pembelajaran.

(12)

lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran. Model pembelajaran NHT

juga dapat meningkatkan tanggung

jawab setiap siswa terhadap tugas yang diberikan pada kelompoknya, karena

pada saat fase menjawab guru akan memanggil salah satu siswa untuk

menjawab pertanyaan secara individual tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sehingga dengan langkah tersebut setiap siswa akan lebih termotivasi untuk

melakukan aktivitas belajar dalam rangka memahami materi pelajaran.

Penggunaan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan aktivitas belajar

dan penguasaan materi oleh siswa didukung oleh hasil penelitian Arbi (2006:

32) yang menyatakan bahwa melalui penerapan model pembelajaran tersebut,

siswa lebih aktif dalam belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi

Sistem Ekskresi Manusia mengalami peningkatan. Selain itu, hasil penelitian

Erika (2011: 51) menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada

materi Pencemaran Lingkungan.

Berdasarkan fakta tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian

yang berjudul “

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together

(NHT) Terhadap Aktivitas Belajar dan

Penguasaan Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh oleh Siswa (Kuasi

Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar

Sribhawono Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran

(13)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan

tubuh?

2.

Apakah penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh signifikan

dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok

sistem pertahanan tubuh?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1.

Pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

2.

Pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran NHT dalam

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok sistem

pertahanan tubuh.

D.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

(14)

menggunakan model pembelajaran NHT.

2.

Bagi siswa yaitu memberikan pengalaman dan suasana belajar yang

berbeda sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan minat

belajar siswa.

3.

Bagi guru/calon guru yaitu memberikan informasi mengenai model

pembelajaran NHT sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih

model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran biologi.

4.

Bagi sekolah yaitu memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pembelajaran meningkat

khususnya mutu pembelajaran biologi.

E.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari 4 sintaks yaitu: (1) penomoran; (2) mengajukan

pertanyaan; (3) berpikir bersama; dan (4) menjawab pertanyaan (Trianto,

2010: 82-83).

2.

Aktivitas belajar siswa yaitu (1) membentuk kelompok; (2) memberikan

ide/pendapat; (3) menjawab pertanyaan; dan (4) menanggapi jawaban

pertanyaan.

(15)

4.

Materi pokok yang dipelajari adalah sistem pertahanan tubuh dengan

kompetensi dasar

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupaantigen dan bibit penyakit”.

5.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA

1

(kelas eksperimen) dan

kelas XI IPA2 (kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2012/2013

di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono, Kabupaten Lampung Timur.

F.

Kerangka Pikir

Salah satu hal yang menjadi permasalahan bagi sebagian besar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran Biologi adalah rendahnya aktivitas belajar dan

penguasaan materi oleh siswa. Hal tersebut terjadi karena kegiatan belajar

mengajar yang cenderung berpusat pada guru (

teacher centered

). Kondisi

tersebut mengakibatkan siswa menjadi pasif dan lebih banyak mengandalkan

informasi/pengetahuan yang datang dari guru sehingga siswa masih sulit

untuk menemukan pemahaman sendiri mengenai materi pelajaran. Oleh

karena itu, dibutuhkan suatu metode atau model pembelajaran yang berpusat

kepada siswa (

student centered

)

.

Salah satunya adalah model pembelajaran

kooperatif tipe

Number Head Together

(NHT). Model ini memungkinkan

siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengontruksinya dengan

pengetahuan yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman belajar sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dapat berasal dari berbagai sumber belajar

seperti buku dan lingkungan sekitar.

(16)

agar setiap anggota kelompok saling membantu dalam memahami materi

pelajaran sehingga hasil belajar setiap siswa menjadi tinggi. Setiap anggota

kelompok juga mempunyai nomor anggota yang berbeda, tujuannya agar

setiap siswa mampu menguasai materi karena salah satu nomor siswa akan

dipanggil secara acak untuk mewakili kelompoknya menjawab pertanyaan

sesuai dengan LKS. Cara tersebut dapat meningkatkan motivasi dan tanggung

jawab siswa pada saat bekerja dan berpikir bersama dalam menyelesaikan

pertanyaan dan memahami jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Selain itu, pertanyaan tersebut juga memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan dan membangun pemahamannya sendiri melalui kegiatan

belajar yang dilakukan sehingga siswa lebih aktif. Oleh karena itu,

diharapkan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa meningkat.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran NHT

dan variabel terikat adalah aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram

berikut.

Keterangan: X

= Model pembelajaran kooperatif tipe NHT; Y

1

= aktivitas

belajar siswa; dan Y2 = penguasaan materi oleh siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

X

Y1

(17)

G.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem

pertahanan tubuh.

2.

H

0

= Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak

berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penguasaan materi oleh

siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pembelajaran Kooperatif (

Cooperatife Learning

)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit

jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2010: 56-57).

Seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2005: 4) bahwa pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang

memungkinkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

(19)

dengan ukuran yang berbeda-beda.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan, menurut Johnson

dan Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) pembelajaran kooperatif bertujuan

untuk memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik

dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ibrahim, dkk., (2000: 7-9), bahwa

pembelajaran kooperatif

mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Selain itu,

pembelajaran ini juga disusun dalam sebuah usaha meningkatkan partisipasi

siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar

belakangnya (Trianto, 2010: 58).

Pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prinsip yang membedakannya

dengan model pembelajaran lainnya serta menjadi konsep utama dari belajar

kooperatif. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 61) konsep utama tersebut

adalah sebagai berikut.

1.

Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan.

2.

Tanggung jawab individual, bermakna bahwa khususnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

3.

Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

(20)

Adapun tahapan atau langkah-langkah utama pembelajaran kooperatif dalam

pengaplikasiannya selama kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran koopeatif

Fase

Peran Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase-6

Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok.

Sumber: Ibrahim, dkk., (2000: 10)

B.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together

(NHT)

(21)

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selain itu, menurut Lie

(2008: 59) model pembelajaran NHT juga memberi kesempatan kepada

siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang

paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama

mereka.

Model pembelajaran NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi

kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa

yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang

akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin

keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok serta

berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha

memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang

disajikan oleh guru (Nur, 2005: 78).

Sintaks model pembelajaran NHT menurut Trianto (2010: 82-83) terdiri dari

struktur empat fase yaitu:

1.

Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok tiga sampai

lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara satu

sampai lima.

2.

Fase 2: Mengajukan pertanyaan

(22)

tanya atau berbentuk arahan.

3.

Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4.

Fase 4: Menjawab pertanyaan

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Ada beberapa manfaat model pembelajaran NHT bagi siswa yang hasil

belajarnya rendah seperti yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim,

dkk. (2000: 18), antara lain: rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki

kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku

mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang,

pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan

dan toleransi serta hasil belajar lebih tinggi.

(23)

C.

Aktivitas Belajar Siswa

Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan yang menyediakan

kesempatan bagi siswa untuk belajar sendiri, karena pada prinsipnya belajar

adalah berbuat atau beraktivitas (Sardiman, 2008: 95). Seperti yang

diungkapkan oleh Harjanto (2008: 171) bahwa belajar merupakan kegiatan

transfer

of knowledge/skill

yang dilakukan oleh siswa. Sardiman (2008:

99-100) mengungkapkan lebih lanjut bahwa dalam kegiatan belajar tugas

pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat

mengembangkan bakat dan potensinya. Hal ini menunjukkan bahwa anak

didik yang harus melakukan aktivitas, berbuat dan aktif sendiri. Adapun yang

dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus

selalu terkait agar membuahkan aktivitas belajar yang optimal.

Salah satu tempat yang menjadi pusat kegiatan belajar dan dapat digunakan

sebagai arena untuk mengembangkan aktivitas adalah sekolah. Banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Diedrich (dalam

Hamalik, 2004: 172-173) membagi kegiatan belajar yang menunjukkan

adanya aktivitas dalam delapan kelompok sebagai berikut.

1.

Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2.

Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

(24)

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi, dan interupsi.

3.

Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4.

Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,

membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5.

Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.

6.

Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7.

Kegatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8.

Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan

dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan

overlap

satu

sama lain.

(25)

dengan pembelajaran maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat

dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.

Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) juga mengungkapkan bahwa

penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran, oleh karena:

1.

Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2.

Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3.

Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

4.

Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5.

Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6.

Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru.

7.

Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan

verbalistis.

8.

Pengajaran di sekolah mengajari hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

D.

Penguasaan Materi Belajar oleh Siswa

(26)

sendiri yaitu kemampuan menyerap arti dari suatu bahan yang dipelajari.

Penguasaan bukan sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari

tetapi meguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan

mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Secara lebih spesifik, penguasaan materi dapat didefinisikan sebagai hasil

belajar dari ranah kognitif. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa

proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni

penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu

kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara umum, belajar boleh

dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Hal ini menunjukkan bahwa proses interaksi adalah proses internalisasi dari

sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap

panca indera ikut berperan (Sardiman, 2008: 22).

Anderson dan Krathwohl (2000: 67-68), merumuskan bahwa hasil belajar

ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut.

1.

Remember

mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2.

Understand

mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

(27)

4.

Analyze

mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5.

Evaluate

mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

6.

Create

mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Keberhasilan penguasaan materi oleh siswa dapat diukur dan diketahui melalui

evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

kesimpulan. Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan

kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai

(Arikunto, 2008: 25). Adapun salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa

digunakan dalam evaluasi adalah tes.

(28)

III. METODE PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA Negeri 1 Bandar

Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

B.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester

genap SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

terdiri dari empat kelas. Dari populasi yang ada diambil dua kelas (XI IPA1

dan XI IPA

2

) sebagai sampel penelitian dengan cara

purposive sampling

.

Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen dari sampel tersebut adalah

kelas XI IPA1 sedangkan kelas XI IPA2 terpilih sebagai kelas kontrol.

C.

Desain Penelitian

(29)

Kemudian hasil pretes dan postes pada kedua subjek dibandingkan. Struktur

desainnya adalah sebagai berikut.

Kelas

Pretes

Perlakuan

Postes

I

O1

X

O2

II

O1

C

O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 = Pretes, O2 =

Postes, X = Perlakuan dengan model NHT; dan C = Perlakuan

menggunakan metode diskusi.

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen

(modifikasi dari Riyanto, 2001: 43)

D.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1.

Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a.

Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke fakultas untuk observasi

ke sekolah.

b.

Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi

subjek penelitian.

c.

Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

Kontrol.

(30)

e.

Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes untuk

pertemuan pertama dan pertemuan terakhir.

f.

Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa sesuai dengan sintaks

model pembelajaran NHT.

g.

Membuat angket tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran NHT.

h.

Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen (berdasarkan tingkat

intelegensi dan jenis kelamin) pada kelas eksperimen berdasarkan nilai

akademik siswa semester ganjil.

2.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen, dan metode diskusi

untuk

kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan

dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

a.

Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran

NHT)

1)

Kegiatan Awal

a)

Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) mengenai materi pokok

sistem pertahanan tubuh (pertemuan I).

b)

Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan menanggapi pertanyaan

dan memperhatikan penjelasan dari guru.

(31)

untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”

2.

Pertemuan II: “Apakah diantara kalian ada yang pernah terkena penyakit cacar? Berapa kali kalian pernah mengalaminya? mengapa demikian? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”.

3.

Pertemuan III:

Pernahkah kalian mendengar bahwa setelah

diimunisasi biasanya bayi akan demam? Mengapa hal tersebut

bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian

!”

c)

Siswa memperoleh motivasi dari guru.

1.

Pertemuan I:

Dengan mempelajari materi pertahanan tubuh

kita dapat mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat

komponen-komponen yang berperan dalam melindungi tubuh,

sehingga kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup

hingga saat ini. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diberikan

kepada kita

.

(32)

salah satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan yang

higienis

.

3.

Pertemuan III:

“Dengan pengetahuan mengenai sistem

pertahanan tubuh yang kita miliki, diharapkan agar kita tetap

menjaga kesehatan, karena jika sistem tersebut terganggu atau

diserang penyakit, maka akan berdampak negatif terhadap

kekebalan tubuh kita sehingga zat asing mudah menyerang

tubuh dan menimbulkan kelainan atau penyakit yang akan

berakibat fatal bagi kelangsungan hidup kita”

.

2)

Kegiatan Inti

a)

Guru mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok

yang heterogen, masing-masing terdiri dari lima orang. Kemudian

memberikan nama yang berbeda kepada setiap kelompok yaitu

kelompok merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu serta nomor

panggilan yang berurutan untuk setiap anggota yaitu mulai dari

nomor 1-5 (pertemuan I).

b)

Setiap kelompok memperoleh Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai

dengan jumlah anggotanya dan mendengarkan penjelasan guru

mengenai komponen dan tata cara mengerjakan LKS tersebut.

c)

Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

(33)

e)

Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk menguraikan

jawaban salah satu pertanyaan dalam LKS kepada seluruh

anggota kelompok lainnya.

f)

Guru memanggil anggota kelompok lain yang bernomor sama

dengan siswa yang menguraikan jawaban sebelumnya untuk

memberikan tanggapan mengenai jawaban yang telah diuraikan

tersebut.

g)

Guru mengulang kembali langkah pada poin e dan f hingga

jawaban setiap soal selesai diuraikan seluruhnya.

h)

Setiap siswa mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.

i)

Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa.

3)

Kegiatan Penutup

a)

Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

b)

Siswa bersama guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran

pada setiap pertemuan.

c)

Siswa diberikan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir.

d)

Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.

b.

Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode Diskusi)

1)

Kegiatan Awal

(34)

sistem pertahanan tubuh (pertemuan I).

b)

Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan menanggapi pertanyaan

dan memperhatikan penjelasan dari guru.

1.

Pertemuan I: “

Kita semua pasti pernah mengalami sakit,

penyakit apa yang pernah kalian alami?

Apakah diantara kalian ada yang sering sakit atau jika sakit membutuhkan waktu untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”

2.

Pertemuan II: ”Apakah diantara kalian ada yang pernah terkena penyakit cacar? Berapa kali kalian pernah mengalaminya? Mengapa demikian? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat kalian!”.

3.

Pertemuan III:

”Apakah kalian pernah mendengar bahwa

setelah diimunisasi biasanya bayi akan demam? Mengapa hal

tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan pendapat

kalian!”

c)

Siswa memperoleh motivasi dari guru.

1.

Pertemuan I

: “Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat

komponen-komponen yang berperan dalam melindungi tubuh, sehingga

kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup hingga saat ini.

Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala anugerah yang diberikan kepada kita”.

(35)

kekebalan tubuh dalam menghadapi setiap serangan antigen

berbahaya serta akibat yang ditimbulkan jika sistem kekebalan

tubuh kita tidak mampu menghadapi antigen tersebut. Oleh

karena itu, sebaiknya kita harus selalu menjaga tubuh agar

antigen tidak dapat masuk dan menyerang tubuh kita, salah

satunya yaitu dengan mengonsumsi makanan yang higienis”.

3.

Pertemuan III

: “Dengan pengetahuan mengenai sistem

pertahanan tubuh yang kita miliki, diharapkan agar kita tetap

menjaga kesehatan, karena jika sistem tersebut terganggu atau

diserang penyakit, maka akan berdampak negatif terhadap

kekebalan tubuh kita sehingga zat asing mudah menyerang

tubuh dan menimbulkan kelainan atau penyakit yang akan

berakibat fatal bagi kelangsunga

n hidup kita”

.

2)

Kegiatan Inti

a)

Guru mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok

yang heterogen, masing-masing terdiri dari lima sampai enam

orang (pertemuan I).

b)

Setiap kelompok memperoleh Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai

dengan jumlah anggotanya dan mendengarkan penjelasan guru

mengenai komponen dan tata cara mengerjakan LKS tersebut.

c)

Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

(36)

sehingga terjadi diskusi kelas.

e)

Setiap siswa mengumpulkan LKS yang telah selesai dikerjakan.

f)

Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa.

3)

Kegiatan Penutup

a)

Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

b)

Siswa bersama guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran

pada setiap pertemuan.

c)

Siswa diberikan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir.

d)

Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.

E.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Jenis Data

a.

Data Kualitatif

(37)

b.

Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu penguasaan materi oleh siswa diperoleh dari

hasil pretes dan postes. Kemudian nilai pretes dan postes ditinjau

berdasarkan perbandingan

gain

yang dinormalisasi atau

N-gain (g

)

dengan menggunakan rumus Hake (1999: 1) sebagai berikut.

N-gain =

x 100

Keterangan:

S

post

= skor postes;

S

pre

= skor pretes;

S

max

= skor

maksimum.

Adapun persentase peningkatan pada tiap indikator penguasaan materi

dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut.

%peningkatan =

̅

N-gain

Keterangan:

̅

N-gain

= nilai rata-rata

N-gain

indikator penguasaan

materi yang dicari

Selanjutnya, untuk mengetahui rata-rata peningkatan penguasaan materi

siswa untuk tiap butir soal pretes dan postes digunakan rumus sebagai

berikut.

P = x 100

Keterangan: P = poin yang dicari;

f =

jumlah skor penguasaan materi

yang diperoleh oleh siswa; N = jumlah poin maksimum

untuk tiap indikator penguasaan materi

Setelah presentase dan poin peningkatan penguasaan materi diperoleh,

presentase dan poin tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai kriteria

S

post

- S

pre

S

max

- S

pre
(38)
[image:38.595.164.364.152.256.2]

sesuai dengan Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kriteria peningkatan penguasaan materi oleh siswa

Poin

Kriteria

80,1-100

60,1-80

40,1-60

20,1-40

0,0-20

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2008: 245)

2.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Setiap siswa

diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada

lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Adapun

pedoman penskoran setiap indikator aktivitas belajar siswa adalah

sebagai berikut.

1)

3 : jika semua kriteria muncul

2)

2 : jika ada dua kriteria yang muncul

(39)
[image:39.595.163.513.113.301.2]

Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No.

Nama Siswa

Skor Aspek Aktivitas Belajar

Siswa yang Diamati

A

B

C

D

1

2

3

4

5

dst.

Jumlah skor

Skor maksimum

Persentase (%)

Kriteria

Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan kriteria penilaian.

Keterangan aspek aktivitas belajar siswa:

A.

Membentuk kelompok

1)

Berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai instruksi

guru.

2)

Menempatkan diri dalam kelompok sesuai dengan instruksi guru.

3)

Duduk dengan tenang dan teratur setelah kelompok terbentuk.

Cara mengamati:

- Memeriksa kesesuaian nama siswa dengan kelompoknya berdasarkan data pembagian kelompok.

- Memeriksa posisi duduk siswa dalam kelompok berdasarkan data pembagian kelompok.

- Memperhatikan tingkah laku dan posisi duduk siswa.

B.

Memberikan ide/pendapat

1)

Menyampaikan ide/pendapat yang relevan untuk menjawab

pertanyaan dalam LKS.

2)

Menanggapi ide/pendapat yang disampaikan oleh anggota

kelompok.

3)

Mempergunakan dan menyusun kembali ide/pendapat yang

relevan untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.

Cara mengamati:

- Mendengarkan penyampaian ide/pendapat oleh siswa dan memeriksa catatan siswa mengenai idenya.

- Mendengarkan penyampaian tanggapan ide/pendapat oleh siswa dan memeriksa catatan siswa mengenai tanggapan anggota kelompok mengenai idennya.

(40)

C.

Menjawab pertanyaan

1)

Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam LKS.

2)

Menyampaikan jawaban pertanyaan dalam LKS dengan benar

dan sistematis.

3)

Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan komunikatif.

Cara mengamati:

- Memeriksa jawaban pertanyaan dalam LKS.

- Memeriksa jawaban pertanyaan dan mendengarkan penyampaian jawaban dalam LKS oleh siswa serta membuat catatannya.

- Memeriksa jawaban pertanyaan dan memperhatikan penggunaan bahasa siswa selama menyampaikan jawaban dan membuat catatannya.

D.

Menanggapi jawaban pertanyaan

1)

Melengkapi jawaban yang diuraikan oleh anggota kelompok lain

dengan benar.

2)

Memberikan saran/pendapat dan pertanyaan yang relevan

mengenai jawaban yang telah diuraikan anggota kelompok lain

maupun cara penyampaiannya.

3)

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok lain

dengan benar.

Cara mengamati:

- Mendengarkan penyampaian jawaban pertanyaan dalam LKS maupun cara penyampaiannya.

- Memeriksa catatan siswa mengenai saran/pendapat dan pertanyaan yang disampaikan anggota kelompok lain.

- Memeriksa catatan siswa mengenai jawaban pertanyaan yang disampaikan anggota kelompok lain.

b.

Pretes dan Postes

Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Pretes

(41)

Berikut ini merupakan teknik penskoran hasil pretes dan postes.

S = x 100

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari

item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor

maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112)

c.

Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang penerapan model

[image:41.595.162.513.473.735.2]

pembelajaran NHT yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa tujuh

pernyataan, terdiri dari empat pernyataan positif dan tiga pernyataan

negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat

mereka pada lembar angket. Angket tersebut memiliki dua pilihan

jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan-pernyataan S TS

1 Saya senang dan tertarik mempelajari materi pokok sistem pertahanan tubuh dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.

2 Saya lebih sulit memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.

3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif selama kegiatan pembelajaran.

4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan setiap pertanyaan dalam LKS. 6 Saya merasa sulit mengerjakan setiap soal dalam LKS

dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi.

7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.

(42)

F.

Teknik Analisis Data

1.

Analisis Data Kualitatif

a.

Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran di kelas

eksperimen berlangsung merupakan data yang diambil melalui

observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.

1)

Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus

sebagai berikut.

Persentase =

x 100%

[image:42.595.178.442.556.640.2]

2)

Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa

sesuai kriteria pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa

Persentase (%)

Kriteria

87,50

100

75,00

87,49

50,00

74,99

0

49,99

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sumber: modifikasi dari Hidayati (2011: 17)

b.

Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan model pembelajaran NHT

Data tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran NHT dikumpulkan melalui penyebaran angket.

(43)

Angket tanggapan berisi tujuh pernyataan yang terdiri dari empat

pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket

dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

[image:43.595.173.436.263.336.2]

1)

Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan

ketentuan yang dimodifikasi dari Rahayu (2010:29) pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor penjawaban angket

Sifat Pernyataan

Skor

1

0

Positif

S

TS

Negatif

TS

S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju

2)

Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi

yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan

kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

NHT

No.

Pertanyaan

Angket

Pilihan

Jawaban

Nomor Responden

(Siswa)

Persentase

(%)

1

2

3

dst.

1

S

TS

2

S

TS

dst.

S

TS

[image:43.595.182.510.502.640.2]
(44)

3)

Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus

sebagai berikut.

Keterangan: P = Persentase jawaban siswa; f = frekuensi jawaban;

N = banyaknya jawaban (modifikasi dari Sudijono,

2004: 43).

[image:44.595.176.427.415.534.2]

4)

Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap

penggunaan model pembelajaran NHT sesuai kriteria Hendro

(dalam Hastriani, 2006: 43) pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan

model pembelajaran NHT

Persentase (%)

Kriteria

100

76

99

51

75

50

26

49

1

25

0

Semuanya

Sebagian besar

Pada umumnya

Setengahnya

Hampir setengahnya

Sebagian kecil

Tidak ada

2.

Analisis Data Kuantitatif

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan

N-gain

pada kelas

eksperimen dan kontrol dianalisis secara statistik menggunakan uji t dan

uji U dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji

prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

(45)

a.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji

Lilliefors

dengan

program SPSS versi 17.

1.

Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

H

1

= Sampel tidak berdistribusi normal

2.

Kriteria Pengujian

Terima Ho jika L

hitung

< L

tabel

atau

p-value

> 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

b.

Uji

Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varians (uji

Fisher

) dengan menggunakan

program SPSS versi 17.

1.

Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

2.

Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F

hitung

< F

tabel

atau probabilitasnya

>

0,05 maka H

0

diterima, jika F

hitung

> F

tabel

atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).

c.

Pengujian Hipotesis

(46)

dengan menggunakan uji

Mann-Whitney U

(uji U).

a)

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1.

Hipotesis

H0 = Rata-rata

N-gain

kedua sampel sama.

H1 = Rata-rata

N-gain

kedua sampel tidak sama.

2.

Kriteria Pengujian

Jika

t

tabel

< t

hitung

< t

tabel

, maka Ho diterima.

Jika t

hitung

< -t

tabel

atau t

hitung

> t

tabel

maka Ho ditolak (Pratisto,

2004: 13).

b)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1.

Hipotesis

H0 = rata-rata

N-gain

pada kelas eksperimen sama dengan kelas

kontrol.

H

1

= rata-rata

N-gain

pada kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol.

2.

Kriteria Pengujian

Jika

t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t

hitung

< -t

tabel

atau t

hitung

> t

tabel

, maka Ho ditolak (Pratisto,

2004: 10).

c)

Uji

Man-Whitney U

1.

Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama.

H

1

= Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

tidak sama.

2.

Kriteria Pengujian

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1.

Penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

2.

Penggunaan model pembelajaran NHT berpengaruh signifikan dalam

meningkatkan penguasaan materi pokok sistem pertahanan tubuh pada

indikator C2 dan C4.

B.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan

beberapa hal sebagai berikut.

1.

Waktu pelaksanaan tiap sintaks model pembelajaran NHT selama

kegiatan pembelajaran sebaiknya diperhatikan dengan cermat sehingga

penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam

RPP.

(48)

3.

Apabila menggunakan LKS sebagai bahan ajar, guru sebaiknya

memberikan arahan yang jelas mengenai isi dan tujuan LKS agar siswa

tidak kesulitan dalam memahami dan menjawab LKS.

4.

Sebaiknya, sebelum melaksanakan penelitian guru terlebih dahulu

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. dan D.R. Krathwohl. 2000.

A Taxonomy For Learning, Teaching,

and Assessing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives,

Abridged Edition)

. Longman. New York.

Arbi, Z. 2006.

Penerapan Pembelajaran Tipe Kepala Bernomor Terhadap

Aktivitas dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi Manusia Pada Siswa

Kelas VIII di MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2005/2006.

(Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2003.

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

. Edisi VI. Bina

Aksara. Jakarta.

. 2008.

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

. Bumi Aksara. Jakarta.

Belina. W.W. 2008.

Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya

Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah

satu SMP Swasta di kota Bandung)

.

http://digilib.upi.edu./pasca/available/etd-0519108-104827/.

(08 Januari

2013, 10.20 WIB).

Daryanto, H. 1999.

Evaluasi Pendidikan

. Rineka Cipta. Jakarta

.

Depdiknas. 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional

.

www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf

. (20 Februari 2013,

14.45 WIB).

Erika. 2011.

Pengaruh Media Audio -Visual melalui Model Pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) terhadap Aktivitas dan Penguasaan

Konsep Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan.

(Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(50)

Hamalik, O. 2004.

Proses Belajar Mengajar

. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2006.

Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem

.

Bumi Aksara. Jakarta.

Hertiavi, M. A., Langlang, H., dan Khanafiyah, S. 2010. Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa SMP

. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Hardjanto. 2008.

Perencanaan Pengajaran

. Rineka Cipta. Jakarta.

Hastriani, A. 2006.

Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP

. (Skripsi).

FPMIPA UPI. Bandung.

Hidayati, A.N. 2011.

Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning

Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru

. (Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar

Lampung.

Huda, M. 2011.

Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000.

Pembelajaran

Kooperatif.

University Press UNESA. Surabaya.

Lie, A. 2008.

Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas

.

Gramedia. Jakarta.

Nur, M. 2005.

Pembelajaran Kooperatif

. Depdiknas Ditjen Dikdasmen LPMP.

Jawa Timur.

Pratisto, A. 2004.

Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12

. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008.

Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran

. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010

. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui

Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada

Kelas VII MTs Guppi Natar.

(Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001

.

Metodologi Pendidikan

. SIC.

Jakarta.

(51)

Slameto. 2003.

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Slavin, R.E. 2005.

Coopertive Learning : Teori, Riset dan Praktik

. Nusa Media.

Bandung.

Sudijono, A. 2004.

Pengantar Statistik Pendidikan

. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Thoha, M. C. 1994.

Teknik Evaluasi Pendidikan.

PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

(52)

SILABUS Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SMA N 1 Bandar Sribhawono

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : XI/2 (Genap)

Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

Kompetensi

Dasar Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit

1.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan

nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

2.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam

mempertahankan

1. Melalui model pembelajaran NHT, siswa mendiskusikan materi sistem pertahanan tubuh dengan bantuan LKS. 1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan

nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

2. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam Jenis:  Tes tertulis  Nontes Bentuk:  Soal uraian  LKS  Lembar observasi aktivitas belajar siswa

2 x 45 menit 2x45 menit Sumber: Pratiwi, D.A dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Priadi, Arif.

2009. Biologi SMA Kelas XI. Yudistira. Jakarta. Alat: - Karakter : religius, jujur, toleransi, komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab. Keterampilan sosial: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

L

ampi

ran

1. S

il

a

b

u

(53)

Kompetensi

Dasar Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter tubuh terhadap

benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3.Jenis-jenis kekebalan tubuh.

4.Contoh kelainan/ penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.

mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3. Menjelaskan jenis-jenis kekebalan tubuh.

4. Menjelaskan kelainan/penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.

2x45 menit

Bahan: LKS berkomunikasi

dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.

Lampung Timur, Mei 2013

Guru Mitra Peneliti

Nurhayati, S.Pd. Sri Wirahayu

NIP 19740520 199802 2 001 NPM 0913024071

Mengetahui

Kepala SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono

Drs. Khairul, M.M., M.Si. NIP 19661205 199303 1 007

(54)

SILABUS Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SMA N 1 Bandar Sribhawono

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : XI/2 (Genap)

Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

Kompetensi

Dasar Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit

1.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan

nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

2.Keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam

mempertahankan

1. Siswa

mendiskusikan materi sistem pertahanan tubuh dengan bantuan LKS dan mempresentasi-kan hasilnya. 1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan

nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

2. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan spesifik (sistem kekebalan) dalam Jenis:  Tes tertulis  Nontes Bentuk:  Soal uraian  LKS  Lembar observasi aktivitas belajar siswa

2 x 45 menit

2 x 45 menit

Sumber: Pratiwi, D.A

dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Priadi, Arif.

(55)

Kompetensi

Dasar Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Pendidikan Karakter tubuh terhadap

benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3.Jenis-jenis kekebalan tubuh.

4.Contoh kelainan/ penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.

mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3. Menjelaskan jenis-jenis kekebalan tubuh.

4. Menjelaskan kelainan atau penyakit yang dapat terjadi dalam sistem pertahanan tubuh.

2 x 45 menit berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik. SILABUS (Kelas Kontrol)

59

Lampung Timur, Mei 2013

Guru Mitra Peneliti

Nurhayati, S.Pd. Sri Wirahayu

NIP 19740520 199802 2 001 NPM 0913024071

Mengetahui

Kepala SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono

(56)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : SMA N 1 Bandar Sribhawono

Kelas / Semester : XI (sebelas)/Semester Dua

Mata Pelajaran : Biologi

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Pertemuan ke- : 1

Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

Kompetensi Dasar : 3.8 Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap

benda asing berupa antigen dan bibit penyakit

I. Indikator 1) Kognitif

a. Produk:

1. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan nonspesifik dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

b. Proses:

1.

Menganalisis keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan tubuh nonspesifik.

2.

Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3.

Menyimpulkan ciri-ciri pertahanan tubuh nonspesifik. 2) Afektif

a. Mengembangkan nilai karakter, meliputi: religius, jujur, toleransi, bersahabat/komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab.

b. Meningkatkan keterampilan sosial, meliputi: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.

II. Tujuan Pembelajaran

1) Kognitif

a. Produk:

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu:

1.

Menjelaskan fungsi kulit sebagai komponen pertahanan nonspesifik berdasarkan strukturnya.
(57)

pertahanan tubuh nonspesifik berdasarkan strukturnya.

4.

Menjelaskan fungsi Natural Killer cell (NK cell) sebagai komponen sistem pertahanan nonspesifik berdasarkan strukturnya.

5.

Menganalisis mekanisme respons pertahanan nonspesifik, misalnya respons peradangan.

6.

Menyimpulkan empat ciri pertahanan tubuh nonspesifik.

b. Proses:

Siswa mendiskusikan LKS mengenai pertahanan tubuh nonspesifik, dan diharapkan mampu:

1.

Menganalisis keterkaitan antara struktur dan fungsi komponen penyusun pertahanan tubuh nonspesifik.

2.

Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

3.

Menganalisis ciri-ciri pertahanan tubuh nonspesifik.

2) Afektif

a. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu mengembangkan nilai karakter, meliputi: religius, jujur, toleransi, bersahabat/komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, dan tanggung jawab.

b. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan sosial, meliputi: mengemukakan ide/pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan menjadi pendengar yang baik.

III. Materi Pembelajaran

Keterkaitan antara struktur, fungsi, dan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik terhadap serangan benda asing berupa antigen dan bibit penyakit yang meliputi beberapa komponen yaitu kulit, membran mukosa, sel darah putih fagositik, Natural Killer cell (NK cell) dan respons peradangan.

IV. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

V. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Skenario Pembelajaran Sintaks NHT Waktu

(menit) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan

a. Mengadakan pretes tentang materi sistem pertahanan tubuh.

b. Memberikan apersepsi: “Kita semua pasti pernah

a. Menjawab soal pretes dengan jujur dan disiplin.

b. Mendengar dan menjawab

(58)

mengalami sakit, penyakit apa yang pernah kalian alami? Apakah diantara kalian ada yang sering sekali sakit atau jika sakit membutuhkan waktu untuk sembuh yang cukup lama? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jika ada yang tahu kemukakan

pendapat kalian!”.

c. Memberikan motivasi:

“Dengan mempelajari materi

ini kita dapat mengetahui bahwa di dalam tubuh kita terdapat organ-organ yang berperan dalam melindungi tubuh, sehingga tubuh kita tidak mudah sakit dan dapat bertahan hidup hingga saat ini. Oleh karena itu kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diberikan

kepada kita”.

pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan rasa ingin tahu dan penuh tanggung jawab.

c. Mendengarkan motivasi dari guru yang mengandung nilai religius.

2 Inti

a. Mengelompokkan seluruh siswa menjadi enam kelompok yang heterogen masing-masing terdiri dari lima orang.

Kemudian memberikan nama yang berbeda kepada setiap kelompok yaitu kelompok merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu serta nomor

panggilan yang berurutan untuk setiap anggota mulai dari nomor 1-5 .

b. Membagikan LKS mengenai materi pertahanan tubuh nonspesifik.

c. Memberikan penjelasan dan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai komponen dalam LKS.

d. Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

a. Membentuk kelompok dan menerima nama kelompok serta nomor anggota dengan disiplin dan penuh toleransi.

b. Menerima LKS yang diberikan oleh guru sebagai panduan selama pembelajaran berlangsung.

c. Memperhatikan penjelasan dari guru dan mengajukan pertanyaan dengan rasa ingin tahu.

(59)

e. Meminta setiap siswa membantu anggota

kelompoknya untuk memahami jawaban dalam LKS.

f. Memanggil salah satu nomor siswa secara bergantian untuk menguraikan jawaban salah satu nomor soal kepada seluruh anggota kelompok hingga seluruh soal terjawab.

g. Memanggil anggota kelompok lain yang bernomor sama dengan siswa yang menguraikan jawaban

sebelumnya untuk memberikan tanggapan mengenai jawaban yang telah diuraikan tersebut.

h. Mengulang kembali langkah pada poin f dan g hingga jawaban setiap soal selesai diuraikan seluruhnya.

i. Meminta siswa memberikan tepuk tangan kepada setiap

Gambar

Tabel 2. Kriteria peningkatan penguasaan materi oleh siswa
Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Tabel 4.  Item pernyataan pada angket
Tabel 5.  Kriteria persentase aktivitas belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh (devitalisasi) umbi bawang

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Jl. Patrol II No. 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung).

kredit, laba bersih dan harga saham perusahaan mengalami kenaikan, namun. return saham BBCA mengalami kenaikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Konsep dan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS HURUF LATIN PADA PESERTA DIDIK LOW VISION DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Para muslimah muda yang bukan anggota kom unitas “Hi jaber Community” pun bisa mendapatkan tips dan pengalaman terkait hijab dan islam melalui tutorial hijab di Youtube

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian