• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Novi Yolanda

i ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN

MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Novi Yolanda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar oleh siswa pada materi

pokok sistem ekosistem yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan NHT. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas

eksperimen I dan siswa kelas VIIc sebagai kelas eksperimen II yang dipilih secara

acak dengan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian berupa N- gain yang diperoleh dari nilai pretest pada pertemuan pertama dan nilai posttest pada pertemuan kedua. Analisis data menggunakan uji–U pada aktivitas belajar siswa

(3)

Novi Yolanda

ii Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perbedaan hasil belajar siswa pada

materi pokok ekosistem yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan NHT; (2) hasil belajar materi pokok ekosistem pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Jigsaw (N-gain 64,56) lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran NHT (N-gain 57,78); (3) aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan

pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat kesimpulan

yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw (77,00) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran NHT (71,00). Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar, aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 12

B. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 15

C. Model Pembelajaran Tipe NHT ... 17

D. Hasil Belajar ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

(8)

xiv

2. Pelaksanaan Penelitian ... 27

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Jenis Data ... .... 32

2. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... . 46

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN 1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69

3. Lembar Kerja Siswa ... 87

4. Soal Pretest dan Posttest ... 126

5. Data Hasil Penelitian ... 1 31 6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 145

7. Foto-Foto Penelitian ... 154

(9)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni

interaksi yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk

mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukati f harus

menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan

sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin

terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif (aktif, dalam

arti sikap, mental, dan perbuatan) (Djamarah, 2000:12). Pada kenyataannya,

dalam pembelajaran masih terjadi interaksi satu arah unsur guru aktif

mendominasi pembelajaran dan aktivitas anak didik pasif. Hal tersebut terjadi

pada kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 23 Bandar Lampung, diketahui

bahwa pemahaman kognitif siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem

tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat rendah dengan rata-rata 68, diketahui

bahwa mata pelajaran biologi terutama materi pokok ekosistem ini

(10)

Padahal materi tersebut mempunyai karakteristik khusus yaitu membahas

mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami. Sehingga

dengan penggunaan metode ceramah, pemahaman siswa hanya terbatas pada

konsep yang terajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan

tidak terapresiasi secara mendalam. Kondisi seperti ini mengakibatkan

suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya menunggu instruksi dari

guru tentang apa–apa yang harus dipelajari dan apa yang harus dilakukan.

Selain itu di SMP N 23 Bandar Lampung penggunaan media pembelajaran

seperti diskusi yang kurang kondusif. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar

siswa seperti turut serta dalam melakukan penyelidikan dan menemukan suatu

konsep jarang dilakukan. Padahal aktivitas tersebut merupakan salah satu

pengalaman belajar yang penting bagi siswa. Belajar sambil melakukan

aktivitas lebih banyak meningkatkan hasil belajar, sebab kesan yang

didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak

didik (Djamarah, 2000: 67). Apabila siswa tidak banyak dilibatkan dalam

proses pembelajaran, siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran, dan

hasil belajar siswa menjadi rendah

yaitu rata-rata 68. Dan nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 75. Siswa yang telah

mencapai KKM hanya 47% dari jumlah siswa kelas VII. Rendahnya

pemahaman kognitif siswa diduga akibat metode yang digunakan oleh guru

dalam pembelajaran kurang tepat, yaitu selama ini masih menggunakan

(11)

3

Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan model Jigsaw dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi

hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi

maksimal. Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah

siswa hanya menunjukkan sikap yang kurang berkeaktifan dan cenderung

pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses

pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari

siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh

guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk,

mengobrol dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran

yang lain. Metode diskusi informasi yang berlangsung selama ini kurang

efektif karena tidak melibatkan semua anggota kelompok untuk berkontribusi

memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat beberapa orang saja yang

mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota kelompok yang lain

pasif. Seharusnya dalam pembelajaran kooperatif menurut Lie (2002:12) dapat

memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk saling bekerjasama dan

membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan

pembelajaran.

Penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran NHT lebih cocok digunakan untuk mengajarkan konsep ekosistem. Pada materi pokok

ekosistem, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam beberapa hal, antara

(12)

satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan membedakan macam-macam

ekosistem.

Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran

Jigsaw dan model NHT. Dalam model pembelajaran ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari, beberapa anggota kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi dan mampu mengajarkan

bagian tersebut ke anggota kelompok lainnya (Harun, 2007:45).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas

dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal (Muhfahroyin,

2009:2).

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok

yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang

ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan

(13)

5

sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Setelah selesai

mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan

jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

disajikan (Muhfahroyin, 2009:2).

Dari hasil penelitian Riyanti (2009:47) diketahui bahwa penggunaan model

pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi. Serta dari hasil penelitian Muhfiroh (2006:50) diketahui

pula penggunaan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA biologi. Merujuk dari hasil tersebut, maka

peneliti tertarik untuk membandingkan kedua model pembelajaran tersebut

dalam penelitian ini. Diharapkan dengan perbandingan model pembelajaran

Jigsaw dan NHT , hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun 2012/2013 akan meningkat dan mengetahui model manakah

yang lebih besar penggaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar

(14)

2. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara

yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran NHT ?

3. Apakah ada perbedaan aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui

model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar

melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.

2. Peningkatan hasil belajar materi pokok ekosistem yang lebih tinggi antara

siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.

3. Perbedaan aktifitas belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar

melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa

(15)

7

2. Bagi sekolah

Memberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan

mutu sekolah itu sendiri serta hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat

dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi.

3. Bagi guru mitra

Memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi alternatif yang dapat

diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta

penelitian ini dapat memberikan variasi bagi guru tentang model pembelajaran

yang dapat digunakan dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan begitu

guru dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

Dapat lebih memahami penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan NHT sebagai alternatif pembelajaran sehingga menjadi bekal untuk menjadi guru

yang profesional dan untuk meningkatkan hasil belajar pada masa yang akan

datang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013 siswa kelas VII a sebagai kelas eksperimen I dan VIIc

sebagai kelas eksperimen II.

2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem dengan

kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen

(16)

3. Model pembelajaran Jigsaw Serta model pembelajaran NHT . Model

pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok

berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif

dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan

kepada kelompok asal. Serta model pembelajaran NHT merupakan proses pembelajaran dengan guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap

siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang

dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,

suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

4. Hasil Belajar adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan oleh nilai yang

diperoleh dari hasil tes setiap akhir pembelajaran.

5. Aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aspek

pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan secara

langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran

hafalan, namun juga membutuhkan pengaplikasian konsep-konsep sains. Pada

proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan

(17)

9

Model pembelajaran kooperatif itu sendiri adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa saling membantu

untuk memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegatan lain agar

semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Dengan adanya

interaksi dalam kelompok secara tidak lampung akan menuntut siswa menjadi

lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelompoknya.

Teknik belajar mengajar, tipe Jigsaw dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berlatih untuk menggali dan

menggelola informasi dari berbagai sumber, sehingga memunculkan

keacakapan personal yaitu kecakapan berpikir rasional. Dalam teknik tipe

Jigsaw, diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu

sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok

asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi

sederhana.

Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang

ahli di bidang lain untuk saling berbagi dan saling bertukar informasi. Dan

teknik model pembelajaran NHT, guru mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran dengan memanggil nomor yang menjadi indentitas siswa dalam

kelompoknya, sebagai ganti pertanyaan kepada seluruh kelas. Dengan

(18)

tanggung jawab, disiplin, dan bersikap jujur. Melalui langkah-langkah

kegiatan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Variabel pada penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan veriabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw (X1) dan model pembelajaran NHT (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), baik aspek kognitif. Hubungan antara variabel tersebut

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang

diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran

NHT.

X1

X2

Y

(19)

11

1

H : Ada perbedaan signifikan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran

NHT. Hipotesis Kedua

H0: Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih rendah daripada model pembelajaran NHT .

H1 : Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi daripada model pembelajaran NHT .

Hipotesis Ketiga

H : aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui model

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama

adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan

kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu

dalam memecahkan masalah bersama. “Pembelajaran kooperatif adalah

sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,

dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator” (Lie, 2004: 12).

Dengan demikian berarti pusat pembelajaran berada pada siswa, yaitu siswa

berkesempatan untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok dan guru

tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. “ Pembelajaran kooperatif

mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling

membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau

kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut memperoleh hasil

belajar yang tinggi” (Slavin, 1997: 284). Pengkondisian siswa dalam

kelompok-kelompok kecil dimaksudkan agar maksimalnya hasil belajar

(21)

13

Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen,

terutama dari segi kemampuannya dan keberagaman sifat untuk saling

mendukung satu dengan yang lain. Menurut Slavin (1995: 16) ada dua aspek

yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Aspek motivasi

Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian

penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas

keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi satu-satunya cara

bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan

mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini

mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong menyelesaikan tugas

dengan baik.

2. Aspek kognitif

Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar

siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa

tentang konsep-konsep penting.

Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar

siswa (Slavin,1997:17). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang

berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk belajar dari temannya

yang lebih memahami materi yang akan diajarkan. Siswa yang menguasai

materi dengan baik berkesempatan untuk menjadi tutor bagi temannya

(22)

Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004: 31) menyatakan bahwa,

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur model tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,

pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang

lain mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran

cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing kelompok

akan melaksanakan tanggung jawab kelompoknya.

c. Tatap muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang me-

nguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan

lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi

ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan

(23)

15

d. Komunikasi antar anggota

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu

mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok

juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mengutarakan

pendapat mereka. Proses ini merupakan proses yang sangat

bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman

belajar dan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya dapat bekerjasama dengan efektif.

B. Model Pembelajaran tipe Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai

1978. Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik

kelas yang sangat heterogen dari segi latar belakang sosial (Arends, 1999:25).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

(24)

Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas

dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal (Muhfahroyin,

2009).

Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk

terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan

kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar

sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut

kemudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di

kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di

bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi

(share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap siswa akan

merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain ((Muhfahroyin,

2009).

Pola distribusi siswa dalam kelompok Jigsaw adalah diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan

ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli.

Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi

tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di

(25)

17

ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan yang

diberikan guru (Muhfahroyin, 2009).

Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi ketergantungan positif

dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok

untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama.

Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat

rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab

permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat

setiap komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif. Tantangan

yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan

siswa meningkat.

C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah

ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian

besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi

(26)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam (Ibrahim,

2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap

isi pelajaran tersebut.

Menurut Ibrahim (2000:29) ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan

yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 29), dengan tiga

langkah yaitu :

a. Pembentukan kelompok;

b. Diskusi masalah;

(27)

19

D. Hasil Belajar

Belajar merupakan salah satu perilaku yang amat penting bagi kelangsungan

hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan

lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup

(survived). Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Menurut Sardiman

(2007:26-28) tujuan belajar ada tiga jenis yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan

berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak

dapat dipisahkan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan

konsep, juga memerlukan suatu keterampilan.

3. Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi

anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

Menurut Abdurrahman (1999:37) hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Gagne hasil belajar

adalah kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan pengetahuan,

sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 1999:4). Idealnya orang yang telah

belajar memiliki perubahan kemampuan dari tidak bisa menjadi bisa.

Sedangkan menurut Ahmadi (1984:4) “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai

dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi

belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap mengikuti tes.” Dampak

(28)

merupakan suatu transfer belajar. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat

berpengaruh kepada hasil belajar Sardiman (1994: 99).

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan

belajar dan dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh setelah tes.

Hasil belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti

dari usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar. Ketercapaian

suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dalam

penelitian ini, hasil belajar digambarkan oleh hasil tes yang diberikan

pada setiap akhir pembelajaran.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat

dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang

dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia,

kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan

sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi,

minat dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor

nonmanusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik (Veranica

: 2005)

1. Aspek kognitif

(29)

21

a. Remember, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

b. Understand mencakup kemampuan memahami arti dan makna hal yang dipelajari.

c. Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah nyata dan baru.

d. Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

f. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi (Arikunto,

2008:25) menyatakan untuk dapat mengukur sejauh mana ketercapaian

tersebut, maka diperlukan suatu teknik evaluasi hasil belajar. Menurut

Sudijono (2006:62) teknik evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai alat

yang dipergunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar.

Selanjutnya, Arikunto (2008:26) mengemukakan alat yang digunakan untuk

mengevaluasi hasil belajar dikenal dengan instrumen evaluasi.

Dalam konteks evaluasi hasil pembelajaran, dikenal adanya dua macam teknik

(30)

1. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dari segi ranah

kognitif. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan

penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan

yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh

peserta tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi

dari peserta tes.

Dibidang pendidikan, tes sebagai alat untuk mengukur tingkat

perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai peserta didik setelah

mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik dapat

dibedakan menjadi 6 golongan yaitu :

a. Tes seleksi

Tes ini sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk.

Tes seleksi digunakan untuk memilih calon peserta didik yang

tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

b. Tes awal (pretest)

Tes awal merupakan tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran

diberikan kepada peserta didik. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah

dapat dikuasai oleh para peserta didik.

c. Tes akhir (posttest)

Naskah tes akhir dibuat sama dengan tes awal, dengan demikian maka

(31)

23

dari tes awal. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah semua materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan

sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

d. Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mengetahui

apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang

merupakan landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya.

e. Tes formatif

Tes formatif biasa dikenal dengan istilah ulangan harian. Tes ini

dilaksanakan pada setiap kali subpokok materi berakhir.

f. Tes sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah

sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes ini

dikenal dengan istilah ulangan umum atau UAS.

Berdasarkan jenisnya, tes dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes lisan dan

tes tertulis. Tes tertulis terbagi menjadi 2 yaitu tes subjektif (uraian) dan

tes objektif (tes jawaban pendek). Tes hasil belajar dalam bentuk uraian

digunakan untuk mengungkap daya ingat, pemahaman peserta didik dan

untuk mengungkap kemampuan peserta didik dalam memahami berbagai

macam konsep berikut aplikasinya. Sedangkan tes objektif dapat

berbentuk benar-salah, menjodohkan, melengkapi, isian dan pilihan

(32)

2. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dari segi ranah afektif dan psikomotor. Teknik nontes dapat digolongkan

ke dalam 4 jenis yaitu : observasi, wawancara, angket dan pemeriksaan

dokumen.

a. Pengamatan (Observation)

Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah cara menghimpun data yang dilaksanakan dengan

melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan

dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

c. Angket (Questionaire)

Dengan menggunakan angket pengumpulan data bisa lebih praktis,

menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban yang diberikan

tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

d. Pemeriksaan dokumen (Documentary analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar

peserta didik teknik nontes juga dapat dilengkapi dengan cara

melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen misalnya riwayat

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap tahun pelajaran

2012/2013, di SMP Negeri 23 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap

Tahun Pelajaran 2012/2013 SMP Negeri 23 Bandar Lampung. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa dari 2 kelas pada 8 kelas yang ada. Sampel dipilih dari

populasi dengan teknik Purposive Sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas eksperimen I dan siswa kelas VIIc sebagai kelas eksperimen II.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Desain Eksperimen

(34)

Keterangan: I: kelompok eksperimen 1, II: kelompok eksperimen 2,

O: observasi, O1: pretest, O2: posttest, X1: perlakuan model Jigsaw,

X2: perlakuan model NHT.

Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok pre tes perlakuan pos tes

I O1 X1 O2

II O1 X2 O2

Gambar 2. Desain Penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut :

1. Prapenelitian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian adalah sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian untuk sekolah penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen

II.

d. Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembentukan

(35)

27

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Instruksi Kerja (LIK) dan Lembar

Kerja Kelompok (LKK).

f. Membentuk kelompok diskusi untuk model Jigsaw dan NHT dengan cara membagi siswa menjadi 8 kelompok kecil. Masing - masing kelompok terdiri

dari 4-5 siswa yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 1

siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai

rendah (Lie, 2004:42).

2. Pelaksanaan Penelitian.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran pada dua kelas akan digunakan dua model

pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen I menggunakan model

pembelajaran Jigsaw dan kelas eksperimen II menggunakan model

pembelajaran NHT. Pada setiap kelas dilakukan pembelajaran selama dua kali pertemuan.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

Pertemuan I: Membahas satuan-satuan dalam ekosistem (ekosistem sabana, ekosistem sawah, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air

laut, ekosistem air tawar, dan komponen penyusun ekosistem

(komponen biotik maupun abioktik)

(36)

Kelas Eksperimen I (Jigsaw) Pendahuluan

a. Guru memberikan pretest mengenai materi ekosistem pada pertemuan pertama.

b. Guru menjelaskan model pembelajaran Jigsaw yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

c. Guru memberikan pertanyaan awal:

Pertemuan I: ”Pernahkah kalian pergi ke kebun? apa saja yang dapat kalian temukan disana selain rumput?”

“Apakah makhluk hidup tergantung pada benda mati?”

Pertemuan II: ”Pernahkah kalian jalan-jalan di suatu taman? apa saja yang dapat kalian temukan disana?”

d. Guru memotivasi dengan meminta siswa menyebutkan contoh lain

ekosistem yang pernah dilihat di lingkungan sekitar mereka

Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok asal. 1 kelompok terdiri dari

4-5 orang.

b. Kemudian dari kelompok asal dipilih tim ahli untuk membahas materi

tim ahli.

c. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKK dengan model Jigsaw. d. Guru membagikan lembar kerja siswa.

e. Setiap siswa yang mendapat bagian materi yang sama dalam kelompok

ahli berkumpul untuk berdiskusi dan mengerjakan bagian materi

(37)

29

f. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok ahli yang

mengalami kesulitan.

g. Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan menjelaskan pada teman

satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan kelompok ahli.

Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara

yang satu dengan yang lainnya.

h. Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok asal memamerkan

hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain membandingkan dengan

hasil diskusi kelompoknya.

i. Kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok yang sedang

presentasi.

j. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKK yang telah

dipresentasikan.

Kegiatan Akhir

a. Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah

dipelajari.

b. Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang mendapat

nilai LKK tertinggi

c. Guru memberikan perintah kepada siswa agar mempelajari materi

selanjutkan.

(38)

Kelompok Eksperimen II (NHT). Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian

mengecek kehadiran siswa.

b. Guru memberikan pretest mengenai materi ekosistem pada pertemuan pertama.

c. Guru menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Guru membagi para siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis

kelamin dan kemampuan belajar.

d. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan:

”Pernahkah kalian pergi ke sawah?apa saja yang dapat kalian temukan

disana selain padi?”

“Apakah makhluk hidup tergantung pada benda mati?”

e. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan

”Apakah didalam suatu ekosistem selalu terdapat jaring-jaring

makanan?”

f. Guru memberikan motivasi dengan cara memberi tahu manfaat

mempelajari ekosistem kepada siswa.

“ tahukah kalian apa manfaat mempelajari ekosistem yang ada di

(39)

31

Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran melalui model NHT dan

menginformasikan siswa untuk duduk berkelompok sesuai pembagian

kelompok yang telah ditentukan.

b. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa

c. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda-beda.

d. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.

e. Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS dan memberi tahu

bahwa kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui

jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKK atau pertanyaan

yang telah diberikan oleh guru.

f. Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada

siswa di kelas. Siswa mempresentasikan hasil jawaban kepada

kelompok lain.

Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

b. Guru memberikan lembar soal posttest dalam bentuk jamak.

c. Guru membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

(40)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah

a) Jenis Data

Data penelitian ini yaitu data kuantitatif yang berupa data kognitif yang

diperoleh dari pretest dan posttest untuk mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar siswa.

b) Teknik Pengambilan Data a. Hasil Belajar

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan I dan posttest dilakukan pada pertemuan II. Soal pretest dan posttest ini diberikan dalam bentuk jamak. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun

kelas eksperimen II, sedangkan nilai posttest diambil setelah

pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II.

b. Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa

yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada proses

pembelajaran. Setiap siswa diamati pada saat proses pembelajaran dengan

cara memberi tanda (√) pada lembar observasi aktivitas siswa sesuai

dengan aspek yang telah ditentukan.

c. Angket tanggapan siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai

(41)

33

pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan

jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju

F. Teknik Analisis Data 1. Hasil Belajar

a. Uji Prasyarat

1) Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor Maksimum -

Keterangan : = Nilai rata-rata posttest

= Nilai rata-rata pretest (dimodifikasi dari Loranz, 2008:3) a) Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal

b) Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga

yang lainnya (Sudjana, 2005:466)

2) Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program

SPSS versi 17.

(42)

a) Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda

b) Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004:18).

b. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.

b) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

Bila data tidak normal dilakukan uji hipotesis dengan uji U Ho : μ1 = μ2

(43)

35

a) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama.

b) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)

1. Analisis Data Kualitatif

a. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa

dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus

sebagai berikut:

∑Xi n

[image:43.595.114.452.532.740.2]

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑Xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (9) (Sudjana, 2005 : 69).

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama Aspek yang diamati Xi

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3

Dst

Jumlah

x 100%

(44)

Keterangan :

A.Kemampuan mengemukakan pendapat atau ide dalam diskusi 1. Tidak mengemukakan pendapat atau ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat atau ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.

3. Mengemukakan pendapat atau ide dengan jelas dan benar sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.

B.Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan pertanyaan LKS : 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok ekosistem.

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok ekosistem.

C. Memperhatikan presentasi teman dari kelompok lain.

a) Tidak memperhatikan presentasi teman dari kelompok lain ( ribut) b) Memperhatikan presentasi dari teman tetapi tidak fokus

c) Memperhatikan presentasi dari teman dan fokus

D. Kemampuan Bertanya: 1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok ekosistem.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok ekosistem.

E. Kemampuan menjawab pertanyaan : 1. Tidak bisa menjawab pertanyaan.

(45)

37

Setelah memperoleh rata-rata skor aktivitas siswa kemudian menentukan

Indeks Aktivitas Siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: IAS= indeks aktivitas siswa

X = rata-rata skor aktivitas siswa tiap pertemuan SM = skor maksimal ideal (Sudjana, 2005:69).

Setelah memperoleh indeks aktivitas siswa kemudian menentukan atau

menafsirkan kategori indeks aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel

berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Aktivitas Siswa

Interval Kategori

0,00-29,99 Sangat Rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,49 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

90,00-100,00 Sangat Tinggi

(dimodifikasi dari Hake dalam Colleta dan Philips,1999:5)

1) Pengolahan Data Angket Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai

pengguanaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan

negatif. Pernyataan disajikan sebagai berikut : 100

SMI x

(46)
[image:46.595.126.516.127.569.2]

a) Membuat pernyataan angket tanggapan siswa

Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.

No. Pernyataan-pernyataan SS S TS STS

1. Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 2. Saya lebih mudah memahami materi yang

dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Saya bingung dalam menyelesaikan masalah

dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4. Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 5. Saya merasa bosan dalam proses belajar

dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6. Model pembelajaran yang diberikan kepada saya tidak berpengaruh terhadap hasil belajar. 7. Saya belajar menggunakan kemampuan

sendiri dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9. Saya merasa sulit mengerjakan tugas dengan menggunakan model pembelajaran diberikan oleh guru.

(47)

39

[image:47.595.120.486.143.443.2]

b) Membuat skor angket tanggapan siswa

Tabel 4. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.

keterangan : SS = Sangat setuju; S= Setuju; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat Tidak Setuju.

c) Mentabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang

dibuat.

Tabel 5. Tabulasi tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.

No Pilihan jawaban

Nomor responden (siswa) persentase

1 2 3 4 Dst

1 SS

S TS STS

2 SS

S TS STS Dst

(Dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31) No.

Soal

Sifat pernyataan Skor per soal angket

3 2 1 0

1 Positif SS S TS STS

2 Positif SS S TS STS

3 Negatif STS TS S SS

4 Positif SS S TS STS

5 Negatif STS TS S SS

6 Negatif STS TS S SS

7 Positif SS S TS STS

8 Negatif STS TS S SS

9 Negatif STS TS S SS

[image:47.595.128.507.569.744.2]
(48)

4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa

[image:48.595.136.471.237.326.2]

terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.

Tabel 6. Tafsiran kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.

Persentase Kriteria

> 70 30 ≤ x <70

< 30

tinggi

Sedang

Rendah

(49)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar materi pokok

ekosistem pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan NHT.

2. Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada model pembelajaran NHT pada materi pokok ekosistem.

3. Aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan

pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat

(50)

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Jigsaw dan NHT ialah model pembelajaran dengan sintaks yang memerlukan waktu yang lama, sehingga

hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok serta bisa

menekankan siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga

pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Agar alokasi waktu

tepat maka guru hendaknya memberikan penghargaan berupa hadiah

pada kelompok yang dapat menyelesaikan LKS dengan tepat waktu,

sehingga akan memotivasi siswa untuk serius dan bekerja sama dengan

baik.

2. Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan

penelitian yang serupa, sebaiknya pembagian jumlah anggota kelompok

terdiri dari 4 siswa saja, agar proses diskusi menjadi lebih efektif.

3. Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok

Ekosistem karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran

(51)

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta, Jakarta

Ahmadi, A. 1984. Strategi belajar mengajar. Pustaka setia, Bandung

Anderson, Ronald.H. 2000. Pemilihan dan Pengembangan Media Video Pembelajaran. Grafindo Pers, Jakarta

Anonim. 2009. Table Distribusi. Dari:http://anonim.wordpress.com/(25 Maret 2013, 14.00)

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta Colleta dan Philips. 1999. Student Actifiti. Bumi Aksara, Jakarta

Dasna dan Sutina. 2010. Permasalahan Dalam Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta Djamarah. 2000. Proses Pembelajaran Interaksi Edukatif. Bumi Aksara, Jakarta Falfalah. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup. Error! Hyperlink reference not valid. (Sabtu, 30 Oktober 2012, Pkl 17.34)

Ghufron, 2011. Penerapan Model JIGSAW Terhadap Hasil Belajar. Universitas Lampung, Bandar Lampung

(52)

Hake, O. 1999. Kriteria Tanggapan Siswa. Bumi Aksara, Bandung

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung Harun R dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. CV Wacana Prima,

Bandung

Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem

Pernapasan. Universitas Lampung, Lampung.

Ibrahim, M. 2007.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.

Lie, A. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo, Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf.(05 Januari 2012: 11.45)

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta Muhfahroyin. 2009. Metodologi Pembelajaran menggunakan metode Jigsaw.

Dari : http://muhfahroyin.blogspot.com/ (20 April 2013, 20.00 WIB)

Muhfiroh. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Aktifitas Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Nugraha, 2008. Penerapan Model Pembelajaran NHT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia, Jakarta

Rahayu, 2010. Tabulasi Tanggapan Siswa. Gramedia, Jakarta

Riyanti, 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Sadiman, A., R. Rahardjo., A. Haryono., dan Rahardjito. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(53)

64

Santoso. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT Tarsito, Bandung

Sardiman, A. M. 1994. Aktifitas Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Teori, Research dan Practise. Allyn Bacon, Boston.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo, Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito, Bandung

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.

(54)

Nama Sekolah : SMP N 23 Bandar Lampung Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : VII/2 (genap) Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.

Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

Waktu (menit) Sumber Belajar Nilai Karakteristik 1. Komponen-komponen penyusun ekosistem dan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem.

1.Melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tentang komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem dan macam-macam ekosistem

1. Menyebutkan komponen-komponen

penyusun ekosistem 2. Menjelaskan

satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 3. Membedakan

macam-macam ekosistem

Jenis:  Tes  Non Tes

Bentuk:  Pilihan Jamak  Lembar Observasi Siswa (LOS)

2 x 40’ Sumber:

 Purwoko dan Ari, S. 2009. IPA Terpadu SMP Kelas VII

Yudistira. Jakarta.  Purwanto, B

dan Arinto, N. 2008.

Eksplorasi Ilmu Alam 2 Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Platinum. Solo.

 Percaya diri  Rasa ingin tahu  Bersahabat/

(55)

2. Saling hubungan antarkomponen ekosistem.

2. Melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tentang saling hubungan

antarkomponen ekosistem.

1.Menjelaskan saling hubungan

antarkomponen ekosistem

2. Menyebutkan contoh diagram rantai makanan.

3.Membedakan macam-macam interaksi dalam ekosistem.

Jenis:  Tes  Non Tes Bentuk:  Pilihan Jamak  Lembar Observasi Siswa (LOS)

2 x 40’ Bahan:

 Lembar kerja siswa (LKS)

 Percaya diri  Rasa ingin tahu  Bersahabat/

komunikasi  Peduli lingkungan

Senang membaca

Bandar Lampung, 2013 Peneliti

(56)

Nama Sekolah : SMP N 23 Bandar Lampung Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : VII/2 (genap)

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.

Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

Waktu (menit)

Sumber Belajar Nilai

Karakteristik 3. Komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan macam-macam ekosistem. 1. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan

metode NHT untuk dapat mendiskripsikan : komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem dan macam-macam ekosistem

2.Menyebutkan komponen-komponen penyusun ekosistem

3.Menjelaskan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 4.Membedakan

macam-macam ekosistem.

Jenis:  Tes  Non Tes

Bentuk:

 Pilihan Jamak  Lembar

Observasi Siswa (LOS)

2 x 40’ Sumber:

 Purwoko dan Ari, S. 2009.

IPA Terpadu SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.

 Purwanto, B dan Arinto, N. 2008.

Eksplorasi Ilmu Alam 2 Untuk Kelas VII. SMP dan MTs. Platinum. Solo.

Bahan:

 Lembar kerja siswa (LKS)

 Percaya diri  Rasa ingin

(57)

4. Saling hubungan antarkomponen ekosistem. 2. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

NHT untuk dapat mendiskripsikan : tentang saling hubungan antarkomponen ekosistem.

4.Menjelaskan saling hubungan antarkomponen ekosistem

5. Menyebutkan contoh diagram rantai makanan. 6.Membedakan

macam-macam interaksi dalam ekosistem.

Jenis:  Tes  Non Tes Bentuk:

 Pilihan Jamak  Lembar

Observasi Siswa (LOS)

2 x 40’  Percaya diri

 Rasa ingin tahu  Bersahabat/ komunikasi  Peduli lingkungan Senang membaca

Bandar Lampung, 2013 Peneliti

(58)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : IPA Biologi

Materi Pokok : Ekosistem

Kelas/ Semester : VII /2

Pertemuan ke : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antar

komponen ekosistem.

A. Indikator

1. Menyebutkan komponen-komponen penyusun ekosistem 2. Menjelaskan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 3. Membedakan macam-macam ekosistem

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw maka :

1. Siswa dapat menjelaskankomponen-komponen abiotik dan biotik pada ekosistem.

2. Siswa dapat menjelaskan satuan-satuan ekosistem (Individu, populasi, komunitas, ekosistem, danbiosfer).

3. Siswa dapat membedakan ekosistem buatan dengan ekosistem alami.

NilaiKarakteristik :percaya diri, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikasi, peduli lingkungan, dan senang membaca.

C. Materi Pembelajaran

 Ekosistem  Uraian materi :

1. Komponen-komponen penyusun ekosistem yaitu komponen abiotik dan biotik.

2. Satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem terdiri atas individu, populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer.

3. Macam-macam ekosistem dibedakan menjadi ekosistem alamiah dan buatan.

(59)

70

E. Langkah-LangkahKegiatanPembelajaran

No Skenario Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintak Jigsaw Alokasi Waktu/ Menit 1. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Siswa mendengarkan atau membaca indikator, SK, serta KD yang dibacakan atau di tuliskan oleh guru di papan tulis.

15 menit

30 menit Guru memberikan soal

pretes berupa soal pilihan jamak pada siswa

mengenai satuan kehidupan dalam ekosistem, komponen-komponen penyusun ekosistem, dan macam-macam ekosistem.

Siswa mengerjakan soal pretes

Tes

Guru memberikan apersepsi dengan

memberikan pertanyaan ” Pernahkah kalian pergi ke kekebun? Apa saja yang dapat kalian temukan selain rumput disana?”.

Siswa menjawab Pertanyaan guru.

Guru memberikan motivasidengan

mengajukan pertanyaan “Guru memotivasi dengan meminta siswa

menyebutkan contoh lain dari ekosistem yang pernah dilihat di lingkungan sekitar mereka?”

Siswa menjawab Pertanyaan guru.

KegiatanInti

a. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok asal dimana 1 kelompok terdiri dari 4 orang, dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya berdasarkan kemampuan akademik siswa.

a. Siswa membentuk 8 kelompok asal yang beranggotakan 4 orang siswa tim ahli.

(60)

b. Guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang akan dilaksanakan di dalam proses

pembelajaran bahwa bagian materi

pertamaakan dberikan kepada siswa yang

pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima materi yang kedua, demikian seterusnya sampai siswa yang ke4.

c. Guru membagikan lembar ahli dalam bentuk

LKS untuk tiap siswa di dalam kelompok asal

d. Guru memberikan arahan kepada siswa tentang pengisian lembar kerja tersebut.

e. Guru membimbing dan mengawasi kerja kelompok ahli.

f. Guru meminta siswa untuk kembali kekelompok asal dan menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli kepada teman

sekelompoknya.

b. Siswa mendengar akan petunjuk guru

c. Siswa menerima LKS dan mempelajarinya, setiap siswa yang mendapat materi yang sama dan memiliki kartu nama yang sama (kelompok ahli) berkumpul untuk erdiskusi

d. Siswa mendengarkan arahan guru tentang pengisian lembar ahli.

e. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli dan mengerjakan bagian materi mereka.

(61)

72

g.Guru meminta kelompok asal untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain akan membandingkan hasil diskusi mereka untuk menambahkan informasi dan melengkapi jawaban.

h.Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang disampaikan

i. Guru membahas kembali LKS dan membenahi jawaban yang telah diberikan oleh siswa

g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa lain

membandingkan hasil diskusinya.

h. Siswa memberikan sanggahan atas jawaban soal yang dibahas oleh kelompok tersebut

i. siswa mendengarkan dan memahami penjelasan guru

Mempresentasi kan hasil diskusi.

20 menit

3. Penutup

a. Guru memberikan pujian kepada kelompok terbaik

a. Siswa dengan kelompok terbaik mendapatkan penghargaan

Penghargaan kelompok

15menit

b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran

b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran

F. Sumber dan bahan pembelajaran Sumber:

 Purwoko dan

Gambar

Tabel 1.  Lembar observasi aktivitas siswa
Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas
Tabel 5.  Tabulasi tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas
Tabel 6.  Tafsiran kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT menggunakan simulasi PhET dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan STAD pada materi Ekosistem di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan NHT pada materi struktur dan

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.. Universitas

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads,Together (NHT) Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SDN

“Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan Tipe Jigsaw pada Materi Pokok

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT menggunakan simulasi PhET dan

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi Virus kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) berbantuan Flipbook dan