Novi Yolanda
i ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN
MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh Novi Yolanda
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar oleh siswa pada materi
pokok sistem ekosistem yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan NHT. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas
eksperimen I dan siswa kelas VIIc sebagai kelas eksperimen II yang dipilih secara
acak dengan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian berupa N- gain yang diperoleh dari nilai pretest pada pertemuan pertama dan nilai posttest pada pertemuan kedua. Analisis data menggunakan uji–U pada aktivitas belajar siswa
Novi Yolanda
ii Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perbedaan hasil belajar siswa pada
materi pokok ekosistem yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan NHT; (2) hasil belajar materi pokok ekosistem pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Jigsaw (N-gain 64,56) lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran NHT (N-gain 57,78); (3) aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan
pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat kesimpulan
yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw (77,00) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran NHT (71,00). Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar, aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 12
B. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 15
C. Model Pembelajaran Tipe NHT ... 17
D. Hasil Belajar ... 19
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
xiv
2. Pelaksanaan Penelitian ... 27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Jenis Data ... .... 32
2. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan ... . 46
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN 1. Silabus ... 65
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69
3. Lembar Kerja Siswa ... 87
4. Soal Pretest dan Posttest ... 126
5. Data Hasil Penelitian ... 1 31 6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 145
7. Foto-Foto Penelitian ... 154
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni
interaksi yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk
mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukati f harus
menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan
sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)
Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin
terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif (aktif, dalam
arti sikap, mental, dan perbuatan) (Djamarah, 2000:12). Pada kenyataannya,
dalam pembelajaran masih terjadi interaksi satu arah unsur guru aktif
mendominasi pembelajaran dan aktivitas anak didik pasif. Hal tersebut terjadi
pada kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 23 Bandar Lampung, diketahui
bahwa pemahaman kognitif siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem
tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat rendah dengan rata-rata 68, diketahui
bahwa mata pelajaran biologi terutama materi pokok ekosistem ini
Padahal materi tersebut mempunyai karakteristik khusus yaitu membahas
mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami. Sehingga
dengan penggunaan metode ceramah, pemahaman siswa hanya terbatas pada
konsep yang terajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan
tidak terapresiasi secara mendalam. Kondisi seperti ini mengakibatkan
suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya menunggu instruksi dari
guru tentang apa–apa yang harus dipelajari dan apa yang harus dilakukan.
Selain itu di SMP N 23 Bandar Lampung penggunaan media pembelajaran
seperti diskusi yang kurang kondusif. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar
siswa seperti turut serta dalam melakukan penyelidikan dan menemukan suatu
konsep jarang dilakukan. Padahal aktivitas tersebut merupakan salah satu
pengalaman belajar yang penting bagi siswa. Belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak meningkatkan hasil belajar, sebab kesan yang
didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak
didik (Djamarah, 2000: 67). Apabila siswa tidak banyak dilibatkan dalam
proses pembelajaran, siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran, dan
hasil belajar siswa menjadi rendah
yaitu rata-rata 68. Dan nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 75. Siswa yang telah
mencapai KKM hanya 47% dari jumlah siswa kelas VII. Rendahnya
pemahaman kognitif siswa diduga akibat metode yang digunakan oleh guru
dalam pembelajaran kurang tepat, yaitu selama ini masih menggunakan
3
Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan model Jigsaw dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi
hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi
maksimal. Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah
siswa hanya menunjukkan sikap yang kurang berkeaktifan dan cenderung
pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses
pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari
siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh
guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk,
mengobrol dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran
yang lain. Metode diskusi informasi yang berlangsung selama ini kurang
efektif karena tidak melibatkan semua anggota kelompok untuk berkontribusi
memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat beberapa orang saja yang
mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota kelompok yang lain
pasif. Seharusnya dalam pembelajaran kooperatif menurut Lie (2002:12) dapat
memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk saling bekerjasama dan
membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.
Penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran NHT lebih cocok digunakan untuk mengajarkan konsep ekosistem. Pada materi pokok
ekosistem, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam beberapa hal, antara
satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan membedakan macam-macam
ekosistem.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran
Jigsaw dan model NHT. Dalam model pembelajaran ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari, beberapa anggota kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi dan mampu mengajarkan
bagian tersebut ke anggota kelompok lainnya (Harun, 2007:45).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas
dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal (Muhfahroyin,
2009:2).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok
yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan
5
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Setelah selesai
mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan (Muhfahroyin, 2009:2).
Dari hasil penelitian Riyanti (2009:47) diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi. Serta dari hasil penelitian Muhfiroh (2006:50) diketahui
pula penggunaan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA biologi. Merujuk dari hasil tersebut, maka
peneliti tertarik untuk membandingkan kedua model pembelajaran tersebut
dalam penelitian ini. Diharapkan dengan perbandingan model pembelajaran
Jigsaw dan NHT , hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun 2012/2013 akan meningkat dan mengetahui model manakah
yang lebih besar penggaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar
2. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara
yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran NHT ?
3. Apakah ada perbedaan aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui
model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar
melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.
2. Peningkatan hasil belajar materi pokok ekosistem yang lebih tinggi antara
siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.
3. Perbedaan aktifitas belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar
melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
7
2. Bagi sekolah
Memberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan
mutu sekolah itu sendiri serta hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi.
3. Bagi guru mitra
Memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi alternatif yang dapat
diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta
penelitian ini dapat memberikan variasi bagi guru tentang model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan begitu
guru dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Peneliti
Dapat lebih memahami penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan NHT sebagai alternatif pembelajaran sehingga menjadi bekal untuk menjadi guru
yang profesional dan untuk meningkatkan hasil belajar pada masa yang akan
datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2012/2013 siswa kelas VII a sebagai kelas eksperimen I dan VIIc
sebagai kelas eksperimen II.
2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem dengan
kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen
3. Model pembelajaran Jigsaw Serta model pembelajaran NHT . Model
pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok
berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif
dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan
kepada kelompok asal. Serta model pembelajaran NHT merupakan proses pembelajaran dengan guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
4. Hasil Belajar adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan oleh nilai yang
diperoleh dari hasil tes setiap akhir pembelajaran.
5. Aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aspek
pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan secara
langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran
hafalan, namun juga membutuhkan pengaplikasian konsep-konsep sains. Pada
proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk
pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan
9
Model pembelajaran kooperatif itu sendiri adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa saling membantu
untuk memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegatan lain agar
semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Dengan adanya
interaksi dalam kelompok secara tidak lampung akan menuntut siswa menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelompoknya.
Teknik belajar mengajar, tipe Jigsaw dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berlatih untuk menggali dan
menggelola informasi dari berbagai sumber, sehingga memunculkan
keacakapan personal yaitu kecakapan berpikir rasional. Dalam teknik tipe
Jigsaw, diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu
sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok
asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi
sederhana.
Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang
ahli di bidang lain untuk saling berbagi dan saling bertukar informasi. Dan
teknik model pembelajaran NHT, guru mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran dengan memanggil nomor yang menjadi indentitas siswa dalam
kelompoknya, sebagai ganti pertanyaan kepada seluruh kelas. Dengan
tanggung jawab, disiplin, dan bersikap jujur. Melalui langkah-langkah
kegiatan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Variabel pada penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan veriabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw (X1) dan model pembelajaran NHT (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), baik aspek kognitif. Hubungan antara variabel tersebut
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang
diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran
NHT.
X1
X2
Y
11
1
H : Ada perbedaan signifikan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran
NHT. Hipotesis Kedua
H0: Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih rendah daripada model pembelajaran NHT .
H1 : Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi daripada model pembelajaran NHT .
Hipotesis Ketiga
H : aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui model
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama
adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu
dalam memecahkan masalah bersama. “Pembelajaran kooperatif adalah
sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,
dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator” (Lie, 2004: 12).
Dengan demikian berarti pusat pembelajaran berada pada siswa, yaitu siswa
berkesempatan untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok dan guru
tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. “ Pembelajaran kooperatif
mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling
membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau
kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut memperoleh hasil
belajar yang tinggi” (Slavin, 1997: 284). Pengkondisian siswa dalam
kelompok-kelompok kecil dimaksudkan agar maksimalnya hasil belajar
13
Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen,
terutama dari segi kemampuannya dan keberagaman sifat untuk saling
mendukung satu dengan yang lain. Menurut Slavin (1995: 16) ada dua aspek
yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Aspek motivasi
Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian
penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas
keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi satu-satunya cara
bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan
mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini
mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong menyelesaikan tugas
dengan baik.
2. Aspek kognitif
Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar
siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa
tentang konsep-konsep penting.
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar
siswa (Slavin,1997:17). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang
berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk belajar dari temannya
yang lebih memahami materi yang akan diajarkan. Siswa yang menguasai
materi dengan baik berkesempatan untuk menjadi tutor bagi temannya
Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004: 31) menyatakan bahwa,
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur model tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,
pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran
cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing kelompok
akan melaksanakan tanggung jawab kelompoknya.
c. Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang me-
nguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan
lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi
ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
15
d. Komunikasi antar anggota
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok
juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mengutarakan
pendapat mereka. Proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya dapat bekerjasama dengan efektif.
B. Model Pembelajaran tipe Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai
1978. Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik
kelas yang sangat heterogen dari segi latar belakang sosial (Arends, 1999:25).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas
dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal (Muhfahroyin,
2009).
Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar
sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut
kemudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di
kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di
bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi
(share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap siswa akan
merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain ((Muhfahroyin,
2009).
Pola distribusi siswa dalam kelompok Jigsaw adalah diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan
ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli.
Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi
tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di
17
ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan yang
diberikan guru (Muhfahroyin, 2009).
Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi ketergantungan positif
dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok
untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama.
Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat
rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab
permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat
setiap komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif. Tantangan
yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan
siswa meningkat.
C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam (Ibrahim,
2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
Menurut Ibrahim (2000:29) ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 29), dengan tiga
langkah yaitu :
a. Pembentukan kelompok;
b. Diskusi masalah;
19
D. Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu perilaku yang amat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup
(survived). Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Menurut Sardiman
(2007:26-28) tujuan belajar ada tiga jenis yaitu :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan
berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak
dapat dipisahkan.
2. Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan
konsep, juga memerlukan suatu keterampilan.
3. Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Menurut Abdurrahman (1999:37) hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Gagne hasil belajar
adalah kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan pengetahuan,
sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 1999:4). Idealnya orang yang telah
belajar memiliki perubahan kemampuan dari tidak bisa menjadi bisa.
Sedangkan menurut Ahmadi (1984:4) “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi
belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap mengikuti tes.” Dampak
merupakan suatu transfer belajar. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat
berpengaruh kepada hasil belajar Sardiman (1994: 99).
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan
belajar dan dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh setelah tes.
Hasil belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti
dari usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar. Ketercapaian
suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dalam
penelitian ini, hasil belajar digambarkan oleh hasil tes yang diberikan
pada setiap akhir pembelajaran.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang
dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia,
kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan
sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi,
minat dan kebiasaan belajar.
b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor
nonmanusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik (Veranica
: 2005)
1. Aspek kognitif
21
a. Remember, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
b. Understand mencakup kemampuan memahami arti dan makna hal yang dipelajari.
c. Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah nyata dan baru.
d. Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
f. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi (Arikunto,
2008:25) menyatakan untuk dapat mengukur sejauh mana ketercapaian
tersebut, maka diperlukan suatu teknik evaluasi hasil belajar. Menurut
Sudijono (2006:62) teknik evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai alat
yang dipergunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar.
Selanjutnya, Arikunto (2008:26) mengemukakan alat yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar dikenal dengan instrumen evaluasi.
Dalam konteks evaluasi hasil pembelajaran, dikenal adanya dua macam teknik
1. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dari segi ranah
kognitif. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
peserta tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi
dari peserta tes.
Dibidang pendidikan, tes sebagai alat untuk mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
Tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik dapat
dibedakan menjadi 6 golongan yaitu :
a. Tes seleksi
Tes ini sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk.
Tes seleksi digunakan untuk memilih calon peserta didik yang
tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
b. Tes awal (pretest)
Tes awal merupakan tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada peserta didik. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik.
c. Tes akhir (posttest)
Naskah tes akhir dibuat sama dengan tes awal, dengan demikian maka
23
dari tes awal. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
d. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang
merupakan landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya.
e. Tes formatif
Tes formatif biasa dikenal dengan istilah ulangan harian. Tes ini
dilaksanakan pada setiap kali subpokok materi berakhir.
f. Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes ini
dikenal dengan istilah ulangan umum atau UAS.
Berdasarkan jenisnya, tes dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes lisan dan
tes tertulis. Tes tertulis terbagi menjadi 2 yaitu tes subjektif (uraian) dan
tes objektif (tes jawaban pendek). Tes hasil belajar dalam bentuk uraian
digunakan untuk mengungkap daya ingat, pemahaman peserta didik dan
untuk mengungkap kemampuan peserta didik dalam memahami berbagai
macam konsep berikut aplikasinya. Sedangkan tes objektif dapat
berbentuk benar-salah, menjodohkan, melengkapi, isian dan pilihan
2. Teknik Nontes
Teknik nontes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah afektif dan psikomotor. Teknik nontes dapat digolongkan
ke dalam 4 jenis yaitu : observasi, wawancara, angket dan pemeriksaan
dokumen.
a. Pengamatan (Observation)
Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara menghimpun data yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
c. Angket (Questionaire)
Dengan menggunakan angket pengumpulan data bisa lebih praktis,
menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban yang diberikan
tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
d. Pemeriksaan dokumen (Documentary analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik teknik nontes juga dapat dilengkapi dengan cara
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen misalnya riwayat
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap tahun pelajaran
2012/2013, di SMP Negeri 23 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap
Tahun Pelajaran 2012/2013 SMP Negeri 23 Bandar Lampung. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa dari 2 kelas pada 8 kelas yang ada. Sampel dipilih dari
populasi dengan teknik Purposive Sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas VIIa sebagai kelas eksperimen I dan siswa kelas VIIc sebagai kelas eksperimen II.
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Desain Eksperimen
Keterangan: I: kelompok eksperimen 1, II: kelompok eksperimen 2,
O: observasi, O1: pretest, O2: posttest, X1: perlakuan model Jigsaw,
X2: perlakuan model NHT.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kelompok pre tes perlakuan pos tes
I O1 X1 O2
II O1 X2 O2
Gambar 2. Desain Penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut :
1. Prapenelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian untuk sekolah penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II.
d. Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembentukan
27
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Instruksi Kerja (LIK) dan Lembar
Kerja Kelompok (LKK).
f. Membentuk kelompok diskusi untuk model Jigsaw dan NHT dengan cara membagi siswa menjadi 8 kelompok kecil. Masing - masing kelompok terdiri
dari 4-5 siswa yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 1
siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, 1 siswa dengan nilai
rendah (Lie, 2004:42).
2. Pelaksanaan Penelitian.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran pada dua kelas akan digunakan dua model
pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen I menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan kelas eksperimen II menggunakan model
pembelajaran NHT. Pada setiap kelas dilakukan pembelajaran selama dua kali pertemuan.
Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
Pertemuan I: Membahas satuan-satuan dalam ekosistem (ekosistem sabana, ekosistem sawah, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air
laut, ekosistem air tawar, dan komponen penyusun ekosistem
(komponen biotik maupun abioktik)
Kelas Eksperimen I (Jigsaw) Pendahuluan
a. Guru memberikan pretest mengenai materi ekosistem pada pertemuan pertama.
b. Guru menjelaskan model pembelajaran Jigsaw yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
c. Guru memberikan pertanyaan awal:
Pertemuan I: ”Pernahkah kalian pergi ke kebun? apa saja yang dapat kalian temukan disana selain rumput?”
“Apakah makhluk hidup tergantung pada benda mati?”
Pertemuan II: ”Pernahkah kalian jalan-jalan di suatu taman? apa saja yang dapat kalian temukan disana?”
d. Guru memotivasi dengan meminta siswa menyebutkan contoh lain
ekosistem yang pernah dilihat di lingkungan sekitar mereka
Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok asal. 1 kelompok terdiri dari
4-5 orang.
b. Kemudian dari kelompok asal dipilih tim ahli untuk membahas materi
tim ahli.
c. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKK dengan model Jigsaw. d. Guru membagikan lembar kerja siswa.
e. Setiap siswa yang mendapat bagian materi yang sama dalam kelompok
ahli berkumpul untuk berdiskusi dan mengerjakan bagian materi
29
f. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok ahli yang
mengalami kesulitan.
g. Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan menjelaskan pada teman
satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan kelompok ahli.
Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara
yang satu dengan yang lainnya.
h. Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok asal memamerkan
hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain membandingkan dengan
hasil diskusi kelompoknya.
i. Kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok yang sedang
presentasi.
j. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKK yang telah
dipresentasikan.
Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah
dipelajari.
b. Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang mendapat
nilai LKK tertinggi
c. Guru memberikan perintah kepada siswa agar mempelajari materi
selanjutkan.
Kelompok Eksperimen II (NHT). Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian
mengecek kehadiran siswa.
b. Guru memberikan pretest mengenai materi ekosistem pada pertemuan pertama.
c. Guru menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar.
d. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan:
”Pernahkah kalian pergi ke sawah?apa saja yang dapat kalian temukan
disana selain padi?”
“Apakah makhluk hidup tergantung pada benda mati?”
e. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan
”Apakah didalam suatu ekosistem selalu terdapat jaring-jaring
makanan?”
f. Guru memberikan motivasi dengan cara memberi tahu manfaat
mempelajari ekosistem kepada siswa.
“ tahukah kalian apa manfaat mempelajari ekosistem yang ada di
31
Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran melalui model NHT dan
menginformasikan siswa untuk duduk berkelompok sesuai pembagian
kelompok yang telah ditentukan.
b. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa
c. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda-beda.
d. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
e. Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS dan memberi tahu
bahwa kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKK atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru.
f. Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas. Siswa mempresentasikan hasil jawaban kepada
kelompok lain.
Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
b. Guru memberikan lembar soal posttest dalam bentuk jamak.
c. Guru membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah
a) Jenis Data
Data penelitian ini yaitu data kuantitatif yang berupa data kognitif yang
diperoleh dari pretest dan posttest untuk mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar siswa.
b) Teknik Pengambilan Data a. Hasil Belajar
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan I dan posttest dilakukan pada pertemuan II. Soal pretest dan posttest ini diberikan dalam bentuk jamak. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun
kelas eksperimen II, sedangkan nilai posttest diambil setelah
pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II.
b. Aktivitas siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa
yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada proses
pembelajaran. Setiap siswa diamati pada saat proses pembelajaran dengan
cara memberi tanda (√) pada lembar observasi aktivitas siswa sesuai
dengan aspek yang telah ditentukan.
c. Angket tanggapan siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai
33
pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju
F. Teknik Analisis Data 1. Hasil Belajar
a. Uji Prasyarat
1) Uji normalitas data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
–
Skor Maksimum -
Keterangan : = Nilai rata-rata posttest
= Nilai rata-rata pretest (dimodifikasi dari Loranz, 2008:3) a) Rumusan hipotesis
H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal
b) Kriteria pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga
yang lainnya (Sudjana, 2005:466)
2) Uji kesamaan dua varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
a) Rumusan Hipotesis
H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda
b) Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004:18).
b. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.
b) Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).
Bila data tidak normal dilakukan uji hipotesis dengan uji U Ho : μ1 = μ2
35
a) Hipotesis
Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama.
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama.
b) Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig< 0,05
Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)
1. Analisis Data Kualitatif
a. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa
dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus
sebagai berikut:
∑Xi n
[image:43.595.114.452.532.740.2]Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑Xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (9) (Sudjana, 2005 : 69).
Tabel 1. Lembar observasi aktivitas siswa
No Nama Aspek yang diamati Xi
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
Dst
Jumlah
x 100%
Keterangan :
A.Kemampuan mengemukakan pendapat atau ide dalam diskusi 1. Tidak mengemukakan pendapat atau ide (diam saja)
2. Mengemukakan pendapat atau ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.
3. Mengemukakan pendapat atau ide dengan jelas dan benar sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.
B.Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan pertanyaan LKS : 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).
2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok ekosistem.
3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja pada materi pokok ekosistem.
C. Memperhatikan presentasi teman dari kelompok lain.
a) Tidak memperhatikan presentasi teman dari kelompok lain ( ribut) b) Memperhatikan presentasi dari teman tetapi tidak fokus
c) Memperhatikan presentasi dari teman dan fokus
D. Kemampuan Bertanya: 1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok ekosistem.
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok ekosistem.
E. Kemampuan menjawab pertanyaan : 1. Tidak bisa menjawab pertanyaan.
37
Setelah memperoleh rata-rata skor aktivitas siswa kemudian menentukan
Indeks Aktivitas Siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: IAS= indeks aktivitas siswa
X = rata-rata skor aktivitas siswa tiap pertemuan SM = skor maksimal ideal (Sudjana, 2005:69).
Setelah memperoleh indeks aktivitas siswa kemudian menentukan atau
menafsirkan kategori indeks aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel
berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Aktivitas Siswa
Interval Kategori
0,00-29,99 Sangat Rendah
30,00-54,99 Rendah
55,00-74,49 Sedang
75,00-89,99 Tinggi
90,00-100,00 Sangat Tinggi
(dimodifikasi dari Hake dalam Colleta dan Philips,1999:5)
1) Pengolahan Data Angket Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai
pengguanaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan
negatif. Pernyataan disajikan sebagai berikut : 100
SMI x
a) Membuat pernyataan angket tanggapan siswa
Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.
No. Pernyataan-pernyataan SS S TS STS
1. Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 2. Saya lebih mudah memahami materi yang
dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Saya bingung dalam menyelesaikan masalah
dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.
4. Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 5. Saya merasa bosan dalam proses belajar
dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.
6. Model pembelajaran yang diberikan kepada saya tidak berpengaruh terhadap hasil belajar. 7. Saya belajar menggunakan kemampuan
sendiri dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.
8. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
9. Saya merasa sulit mengerjakan tugas dengan menggunakan model pembelajaran diberikan oleh guru.
39
[image:47.595.120.486.143.443.2]b) Membuat skor angket tanggapan siswa
Tabel 4. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.
keterangan : SS = Sangat setuju; S= Setuju; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat Tidak Setuju.
c) Mentabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang
dibuat.
Tabel 5. Tabulasi tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.
No Pilihan jawaban
Nomor responden (siswa) persentase
1 2 3 4 Dst
1 SS
S TS STS
2 SS
S TS STS Dst
(Dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31) No.
Soal
Sifat pernyataan Skor per soal angket
3 2 1 0
1 Positif SS S TS STS
2 Positif SS S TS STS
3 Negatif STS TS S SS
4 Positif SS S TS STS
5 Negatif STS TS S SS
6 Negatif STS TS S SS
7 Positif SS S TS STS
8 Negatif STS TS S SS
9 Negatif STS TS S SS
[image:47.595.128.507.569.744.2]4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa
[image:48.595.136.471.237.326.2]terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.
Tabel 6. Tafsiran kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan model Jigsaw dan NHT dalam pembelajaran di kelas.
Persentase Kriteria
> 70 30 ≤ x <70
< 30
tinggi
Sedang
Rendah
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar materi pokok
ekosistem pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan NHT.
2. Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada model pembelajaran NHT pada materi pokok ekosistem.
3. Aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas mengemukakan
pendapat, bertanya, bekerja sama, bertukar informasi, dan membuat
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Jigsaw dan NHT ialah model pembelajaran dengan sintaks yang memerlukan waktu yang lama, sehingga
hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok serta bisa
menekankan siswa tentang tugasnya pada saat diskusi sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Agar alokasi waktu
tepat maka guru hendaknya memberikan penghargaan berupa hadiah
pada kelompok yang dapat menyelesaikan LKS dengan tepat waktu,
sehingga akan memotivasi siswa untuk serius dan bekerja sama dengan
baik.
2. Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan
penelitian yang serupa, sebaiknya pembagian jumlah anggota kelompok
terdiri dari 4 siswa saja, agar proses diskusi menjadi lebih efektif.
3. Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok
Ekosistem karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta, Jakarta
Ahmadi, A. 1984. Strategi belajar mengajar. Pustaka setia, Bandung
Anderson, Ronald.H. 2000. Pemilihan dan Pengembangan Media Video Pembelajaran. Grafindo Pers, Jakarta
Anonim. 2009. Table Distribusi. Dari:http://anonim.wordpress.com/(25 Maret 2013, 14.00)
Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta Colleta dan Philips. 1999. Student Actifiti. Bumi Aksara, Jakarta
Dasna dan Sutina. 2010. Permasalahan Dalam Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta Djamarah. 2000. Proses Pembelajaran Interaksi Edukatif. Bumi Aksara, Jakarta Falfalah. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup. Error! Hyperlink reference not valid. (Sabtu, 30 Oktober 2012, Pkl 17.34)
Ghufron, 2011. Penerapan Model JIGSAW Terhadap Hasil Belajar. Universitas Lampung, Bandar Lampung
Hake, O. 1999. Kriteria Tanggapan Siswa. Bumi Aksara, Bandung
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung Harun R dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. CV Wacana Prima,
Bandung
Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Pernapasan. Universitas Lampung, Lampung.
Ibrahim, M. 2007.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Lie, A. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo, Jakarta.
Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf.(05 Januari 2012: 11.45)
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta Muhfahroyin. 2009. Metodologi Pembelajaran menggunakan metode Jigsaw.
Dari : http://muhfahroyin.blogspot.com/ (20 April 2013, 20.00 WIB)
Muhfiroh. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Aktifitas Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung
Nugraha, 2008. Penerapan Model Pembelajaran NHT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung
Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia, Jakarta
Rahayu, 2010. Tabulasi Tanggapan Siswa. Gramedia, Jakarta
Riyanti, 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Universitas Lampung, Bandar Lampung
Sadiman, A., R. Rahardjo., A. Haryono., dan Rahardjito. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
64
Santoso. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT Tarsito, Bandung
Sardiman, A. M. 1994. Aktifitas Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Teori, Research dan Practise. Allyn Bacon, Boston.
Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo, Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito, Bandung
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Nama Sekolah : SMP N 23 Bandar Lampung Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VII/2 (genap) Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu (menit) Sumber Belajar Nilai Karakteristik 1. Komponen-komponen penyusun ekosistem dan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem.
1.Melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tentang komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem dan macam-macam ekosistem
1. Menyebutkan komponen-komponen
penyusun ekosistem 2. Menjelaskan
satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 3. Membedakan
macam-macam ekosistem
Jenis: Tes Non Tes
Bentuk: Pilihan Jamak Lembar Observasi Siswa (LOS)
2 x 40’ Sumber:
Purwoko dan Ari, S. 2009. IPA Terpadu SMP Kelas VII
Yudistira. Jakarta. Purwanto, B
dan Arinto, N. 2008.
Eksplorasi Ilmu Alam 2 Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Platinum. Solo.
Percaya diri Rasa ingin tahu Bersahabat/
2. Saling hubungan antarkomponen ekosistem.
2. Melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tentang saling hubungan
antarkomponen ekosistem.
1.Menjelaskan saling hubungan
antarkomponen ekosistem
2. Menyebutkan contoh diagram rantai makanan.
3.Membedakan macam-macam interaksi dalam ekosistem.
Jenis: Tes Non Tes Bentuk: Pilihan Jamak Lembar Observasi Siswa (LOS)
2 x 40’ Bahan:
Lembar kerja siswa (LKS)
Percaya diri Rasa ingin tahu Bersahabat/
komunikasi Peduli lingkungan
Senang membaca
Bandar Lampung, 2013 Peneliti
Nama Sekolah : SMP N 23 Bandar Lampung Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VII/2 (genap)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu (menit)
Sumber Belajar Nilai
Karakteristik 3. Komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan macam-macam ekosistem. 1. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode NHT untuk dapat mendiskripsikan : komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem dan macam-macam ekosistem
2.Menyebutkan komponen-komponen penyusun ekosistem
3.Menjelaskan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 4.Membedakan
macam-macam ekosistem.
Jenis: Tes Non Tes
Bentuk:
Pilihan Jamak Lembar
Observasi Siswa (LOS)
2 x 40’ Sumber:
Purwoko dan Ari, S. 2009.
IPA Terpadu SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.
Purwanto, B dan Arinto, N. 2008.
Eksplorasi Ilmu Alam 2 Untuk Kelas VII. SMP dan MTs. Platinum. Solo.
Bahan:
Lembar kerja siswa (LKS)
Percaya diri Rasa ingin
4. Saling hubungan antarkomponen ekosistem. 2. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
NHT untuk dapat mendiskripsikan : tentang saling hubungan antarkomponen ekosistem.
4.Menjelaskan saling hubungan antarkomponen ekosistem
5. Menyebutkan contoh diagram rantai makanan. 6.Membedakan
macam-macam interaksi dalam ekosistem.
Jenis: Tes Non Tes Bentuk:
Pilihan Jamak Lembar
Observasi Siswa (LOS)
2 x 40’ Percaya diri
Rasa ingin tahu Bersahabat/ komunikasi Peduli lingkungan Senang membaca
Bandar Lampung, 2013 Peneliti
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : IPA Biologi
Materi Pokok : Ekosistem
Kelas/ Semester : VII /2
Pertemuan ke : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antar
komponen ekosistem.
A. Indikator
1. Menyebutkan komponen-komponen penyusun ekosistem 2. Menjelaskan satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem 3. Membedakan macam-macam ekosistem
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw maka :
1. Siswa dapat menjelaskankomponen-komponen abiotik dan biotik pada ekosistem.
2. Siswa dapat menjelaskan satuan-satuan ekosistem (Individu, populasi, komunitas, ekosistem, danbiosfer).
3. Siswa dapat membedakan ekosistem buatan dengan ekosistem alami.
NilaiKarakteristik :percaya diri, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikasi, peduli lingkungan, dan senang membaca.
C. Materi Pembelajaran
Ekosistem Uraian materi :
1. Komponen-komponen penyusun ekosistem yaitu komponen abiotik dan biotik.
2. Satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem terdiri atas individu, populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer.
3. Macam-macam ekosistem dibedakan menjadi ekosistem alamiah dan buatan.
70
E. Langkah-LangkahKegiatanPembelajaran
No Skenario Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintak Jigsaw Alokasi Waktu/ Menit 1. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa mendengarkan atau membaca indikator, SK, serta KD yang dibacakan atau di tuliskan oleh guru di papan tulis.
15 menit
30 menit Guru memberikan soal
pretes berupa soal pilihan jamak pada siswa
mengenai satuan kehidupan dalam ekosistem, komponen-komponen penyusun ekosistem, dan macam-macam ekosistem.
Siswa mengerjakan soal pretes
Tes
Guru memberikan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan ” Pernahkah kalian pergi ke kekebun? Apa saja yang dapat kalian temukan selain rumput disana?”.
Siswa menjawab Pertanyaan guru.
Guru memberikan motivasidengan
mengajukan pertanyaan “Guru memotivasi dengan meminta siswa
menyebutkan contoh lain dari ekosistem yang pernah dilihat di lingkungan sekitar mereka?”
Siswa menjawab Pertanyaan guru.
KegiatanInti
a. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok asal dimana 1 kelompok terdiri dari 4 orang, dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya berdasarkan kemampuan akademik siswa.
a. Siswa membentuk 8 kelompok asal yang beranggotakan 4 orang siswa tim ahli.
b. Guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang akan dilaksanakan di dalam proses
pembelajaran bahwa bagian materi
pertamaakan dberikan kepada siswa yang
pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima materi yang kedua, demikian seterusnya sampai siswa yang ke4.
c. Guru membagikan lembar ahli dalam bentuk
LKS untuk tiap siswa di dalam kelompok asal
d. Guru memberikan arahan kepada siswa tentang pengisian lembar kerja tersebut.
e. Guru membimbing dan mengawasi kerja kelompok ahli.
f. Guru meminta siswa untuk kembali kekelompok asal dan menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli kepada teman
sekelompoknya.
b. Siswa mendengar akan petunjuk guru
c. Siswa menerima LKS dan mempelajarinya, setiap siswa yang mendapat materi yang sama dan memiliki kartu nama yang sama (kelompok ahli) berkumpul untuk erdiskusi
d. Siswa mendengarkan arahan guru tentang pengisian lembar ahli.
e. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli dan mengerjakan bagian materi mereka.
72
g.Guru meminta kelompok asal untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain akan membandingkan hasil diskusi mereka untuk menambahkan informasi dan melengkapi jawaban.
h.Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang disampaikan
i. Guru membahas kembali LKS dan membenahi jawaban yang telah diberikan oleh siswa
g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa lain
membandingkan hasil diskusinya.
h. Siswa memberikan sanggahan atas jawaban soal yang dibahas oleh kelompok tersebut
i. siswa mendengarkan dan memahami penjelasan guru
Mempresentasi kan hasil diskusi.
20 menit
3. Penutup
a. Guru memberikan pujian kepada kelompok terbaik
a. Siswa dengan kelompok terbaik mendapatkan penghargaan
Penghargaan kelompok
15menit
b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran
b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran
F. Sumber dan bahan pembelajaran Sumber:
Purwoko dan