• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Bentuk Bedog Perkakas Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Bentuk Bedog Perkakas Sunda"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BENTUK

BEDOG PERKAKAS SUNDA

DK 38315/ Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Siti Setiawati NIM :

51907093 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Allhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir dengan judul “Perancangan Media Informasi Bentuk Bedog Perkakas Sunda”. Susunan laporan pengantar proyek tugas akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Dalam penyusunan laporan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang secara aktif membantu penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan pengantar proyek tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Segala kesalahan dan pengalaman yang dialami membuat penulis semakin terpacu untuk tetap belajar. Penulis sangat berharap semoga laporan pengantar proyek tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Juli 2011

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan nilai budaya dan benda-benda warisan leluhur yang secara turun-temurun diwariskan kapada generasi berikutnya. Salah satu benda warisan budaya yang masih ada dan masih digunakan pada saat ini adalah bedog. Bedog merupakan benda pakai yang digunakan oleh

masyarakat Sunda untuk bertani, menyembelih hewan, mencincang daging dan pekerjaan lainnya yang membutuhkan benda tajam berukuran besar yang sulit bila menggunakan pisau biasa. Bukan itu saja bedog ada juga yang digunakan sebagai senjata bagi para pendekar silat, khususnya di perguruan silat yang ada di daerah Jawa Barat.

(4)

2

Lebih jauh lagi pada saat ini bedog digunakan sebagai senjata untuk tawuran oleh siswa-siswa di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang fungsi bedog, dan kurang tepatnya metode pengenalan tentang bedog kepada anak. Seperti media televisi yang menyajikan tontonan yang lebih memperkenalkan bedog sebagai senjata sehingga menjadi contoh yang kurang baik untuk anak-anak.

Berdasarkan perkembangan masyarakat Sunda pada saat ini, yang mengkiblat pada era modernisasi, maka dibutuhkan sebuah media informasi yang praktis dan dapat dilihat kapan saja dan dimana saja. Agar informasi yang disampaikan dapat mudah diterima, maka informasi yang dikemaspun harus mudah dipahami dan menarik perhatian anak-anak untuk mengetahui isi informasinya. Informasi akan bedog dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan tentang budaya.

(5)

3 1.2. Identifikasi Masalah

Bedog yang merupakan warisan budaya masyarakat Sunda

pada masa silam memiliki bentuk yang beragam untuk dipelajari namun pada saat ini telah bergesernya fungsi dari sebagai perkakas menjadi senjata sehingga identik dengan fungsi yang negatif, melihat latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penulisan laporan ini, yaitu:

1. Karena bedog merupakan benda tajam, maka diperlukan media yang aman untuk dipelajari oleh anak-anak.

2. Tidak adanya media kreatif yang menyampaikan tentang fungsi bedog untuk anak-anak.

3. Mengubah citra bedog yang identik dengan kekerasan menjadi benda yang mempunyai fungsi yang berguna.

1.3. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka fokus masalah adalah: “Bagaimana menginformasikan bedog sebagai perkakas yang mempunyai berbagai macam fungsi dengan media penyampaian yang aman untuk anak-anak.”

1.4. Tujuan Perancangan

1. Memberikan pengetahuan mengenai fungsi bedog kepada anak-anak.

(6)

4

BAB II

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI

BENTUK BEDOG PERKAKAS SUNDA

2.1. Pengertian Bedog Dalam Bahasa Indonesia

Bedog diterjamahkan dalam bahasa Indonesia adalah golok.

Bedog adalah alat pekakas untuk memotong. Biasanya digunakan

untuk berkebun. Bedog bukan hanya terkait pada wilahnya saja melainkan harus memakai perah dan sarangka.

Melengkapi pengertian golok dari kamus dan ensiklopedi, secara fisik golok (bedog dalam bahasa Sunda, bendo dalam bahasa jawa, parang bahasa melayu) adalah nama alat yang termasuk ke dalam perkakas dan senjata tajam, ukuran bedog Sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih kurang 30 cm sampai dengan 40 cm, namun ada pula bilah bedog yang berukuran pendek atau kurang dari 30 cm. Bedog Sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari 40 cm disebutkolewang atau gobang.

Berdasarkan kegunaan bedog sunda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bedog pakai/bedog gawé/pakakas, selanjutnya disebut dengan bedog gawé, dan bedog sorén/bedogsilat/pakarang, selanjutnya disebut bedog pakarang. Bedog yang berupa pakarang digunakan untuk beladiri/berkelahi (silat) atau setidaknya sebagai ganggaman (pegangan) yang di-sorén dipinggang oleh para pendekar

(7)

5

sarangka (sarung). Sedangkan bedog yang berupa pakakas ada yang

memakai sarangka dan ada pula yang tidak.

Bedog terdiri dari tiga bagian utama yaitu: bilah (wilah),

gagang (perah), dan sarung (sarangka). Adapun ornamen pelengkap lain yaitu simeut meuting dan wanda sambung atau gado atau tutup (Sasmita, 2008:49).

2.2. Bedog Menurut Sejarah

Den, ari lalaki lembur mah kamamana teh tara lesot bedog. Da

bedog teh sami sareng calana” tembalna deui “Mun lalaki lesot bedog,

lain lalaki deui ngaranna” (Kalau lelaki di kampung kemana-mana tidak pernah ketinggalan membawa golok. Golok itu sama dengan celana, katanya lagi, kalau lelaki tidak membawa golok itu bukan lelaki namanya). Itulah sepenggal dialog didalam buku “Si Bedog Panjang” karya Ki Umbara, terbit cetakan kedua tahun 1983 oleh penerbit Rachmat Cijulang, cetakan pertama terbit tahun 1967. Dari dialog tersebut bisa dimaknai pada waktu dulu bahwa bedog bukan saja sebagai alat praktis, tetapi juga punya makna simbolis, setidaknya sebagai simbol kejantanan.

Bedog (bahasa Sunda) sering diterjemahkan sebagai golok

(8)

6

tetapi didalam naskah-naskah Sunda kuno kata bedog tidak ditemukan hal ini ditandai dengan tidak adanya kata bedog didalam Kamus Bahasa Naskah dan Prasasti Sunda karya Elis Suryani dkk (2001). Nampaknya kata bedog lebih dikenal dikalangan rakyat, sedangkan kata golok dikalangan raja, walaupun artinya itu-itu juga. Disini mungkin terjadi perubahan fungsi bedog yang tadinya sebagai alat perang raja, menjadi bedog sebagai alat praktis dikalangan rakyat biasa. Bedog adalah sebuah alat untuk memotong, menetak atau membacok berupa bilah logam besi atau baja yang salah satu sisinya diasah tajam, lebih besar dan kokoh dibanding pisau (terjemahan bebas dari beberapa kamus bahasa Sunda).

2.3. Bentuk Bedog

Bagian utama dari sebuah bedog adalah bilah (wilah) dan penamaan bedog umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja.

(9)

7

Gambar 2.1 Bagian Bilah Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Punggung bilah bedog Sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah sunda bentik.

Gambar 2.2 Dasar Bentuk Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari penampangnya bedog mempunyai tiga bagian yaitu tonggong (punggung), runcang dan beuteung (bagian perut). Bagian

tonggong bedog di bagi menjadi tiga jenis yaitu tonggong kuya,

tonggong munding, dan tonggong rata. Pada bagian beuteung

(10)

8

Gambar 2.3 Penampang Bilah Bedog Sumber: Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari bentuk bedog, terbagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Leumpeung (lurus), badan bedog jika dilihat dari gurat lurus antara tonggong dan bagian tajamnya terlihat gurat sejajar.

2. Tirus (mengecil) kebelakang, tonggong lurus, badan bedog diukur dari bagian yang tajam makin kebelakang makin mengecil. 3. Gayot/Bentelu, badan bedog terlihat mengembung pada bagian

yang tajam, bagian yang mengembung ada yang tidak seberapa dan ada juga yang ekstrim, tonggong lurus.

4. Bentik, tonggong bedog tidak lurus tetapi agak lentik ke atas. 5. Campuran, varian dari rupa bedog yang empat.

(11)

9

No Bentuk Badan Bedog

Leumpeung Tirus Bentelu Bentik Campur

1 SalamNunggal Jongol Petok Hambalan Gula Sabeulah

Tabel 2.1 Bentuk Badan Bedog

Sumber: Bedog Pakarang Orang Sunda

(12)

10

nunggal, atau antara bedog cacag daging dan bedog hambalan. Hal ini terjadi karena tidak ada patokan yang berlaku dan juga pasar bedog yang campur aduk dari beberapa sentra bedog yang setiap

daerah mempunyai nama yang berbeda-beda walaupun bentuk bedognya sama. Contohnya bedog kuda laut atau bedog arwana,

bentuknya hampir sama dengan bedog paut nyere, karena wanda sarangka dan perah seperti kuda laut, atau seperti ikan arwana.

Gambar 2.4 Bentuk Bedog

(13)

11

2.4. Arti Nama Bedog

1. Nama bedog yang berkaitan dengan nama tumbuhan:

Sintung bening, paut nyere, salam nunggal, jambe sapasi, sogokiwung, kembang kacang, malapah gedang, janur, gula sabeulah, beubeut nyere.

2. Nama bedog yang berkaitan dengan nama hewan:

Simeut meuting, simeut pelem, buntut lubang, tambak(ang). 3. Nama bedog yang berkaitan dengan nama pekerjaan:

Pamilikan (pabilikan), pamoroan, pameuncitan atawa pamotongan, sadap, nyacag daging, soto.

4. Nama bedog yang berdasarkan rupanya:

Betekok, petok, gayot, bentelu. 5. Nama bedog lainya:

Hambalan, jonggol, sulangkar.

(14)

12

pisan, mugi-mugi sing tepi paneda kami, nelahna Salam

Nunggalâ”. Kata salam didalam bahasa Sunda bisa diartikan

sebagai nama pohon yang daunnya untuk penambah aroma sayuran, arti lain adalah doa untuk keselamatan, sedangkan nunggal dari kata dasar tunggal. Makna salam nunggal pada bedog adalah walaupun kita mempunyai atau membawa

bedog, tetapi keselamatan tetap harus berserah diri kepada

Yang Maha Tunggal, Allah Swt. Untuk itu menggunakan bedog harus mempunyai tujuan yang pasti, yang diridhoi oleh Allah Swt.

Salam nunggal juga adalah nama sebuah desa di Leles Garut. Bentuk bedog salam nunggal berpunggung lurus begitu juga bagian yang tajam, diujung (congo) melengkung dari bagian yang tajam menyerupai seperempat bulatan ke arah punggung. Ukuran panjang dan lebar tidak ada ukuran baku hampir untuk semua jenis bedog, tergantung ketersediaan bahan tetapi tetap berbentuk harmonis antara panjang dan lebar.

2.4.2. Paut Nyere

(15)

13

Nama bedog paut nyere kadang kadang tertukarkan dengan nama salam nunggal.

Arti paut nyere pada dasarnya adalah menarik lidi dari sebuah ikatan, seperti menarik sebuah lidi dari ikatan sapu lidi. Semakin sering mencabut lidi dari ikatannya yang akan semakin melonggarkan sebuah ikatan, semakin tak bermakna ikatan tersebut. Bedog dan sarangka tiada bedanya dengan lidi dalam ikatan. Begitu semakin sering mencabut bedog, semakin memperlihatkan lemahnya penguasaan diri, apalagi mencabut bedog tanpa tujuan yang pasti. Bedog adalah senjata tajam

yang bermanfaat apabila dipergunakan untuk kebaikan dan sebaliknya akan sangat berbahaya bila digunakan untuk kejahatan. Disinilah diperlukannya penguasaan diri dari setiap pemakainya (Sasmita, 2008:56).

2.4.3. Ujung Turun

(16)

14

supaya tidak mencelakakan diri sendiri. Apabila dirasa tidak mampu jangan memaksakan diri, di ujung kehidupan suatu saat akan terpaksa turun (Sasmita, 2008:58).

2.5. Bedog Berdasarkan Fungsi

1. Bedog Beubeut Nyere, berfungsi sebagai perkakas jagal seperti`untuk menyembelih kerbau, sapi atau domba.

2. Bedog Hambalan, berfungsi untuk memotong bambu, membelah bambu atau sering disebut juga bedog untuk membuat bilik.

3. Bedog Gula Sabeulah, berfungsi untuk membelah layaknya seperti kapak.

4. Bedog Soto, berfungsi untuk mencincang daging. 2.6. Bagian Pelengkap Bedog

Bedog belum bisa disebut bedog apabila belum ada perah (pegangan) dan sarangkanya (sarung) karena fungsi dari perah dan sarangka sangat peting adanya apabila bedog ini akan digunakan.

2.6.1. Gagang (Perah) Bedog

Bedog Sunda umumnya memiliki bentuk gagang atau

perah yang melengkung dan memiliki ujung yang berbentuk

(17)

15

Ukuran perah rata-rata panjangnya 13,5 cm sampai 15 cm, dan bulatnya rata-rata berdiameter 3,5 cm - 4 cm. Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan permintaan.

Gambar 2.5 Perah Bedog

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari bentuknya, perah bedog dikatagorikan menjadi empat bagian yaitu :

1. Tumbuhan

Belimbing, Eluk Paku, Pendul, Kembang, Potongan kai,

Sopak Lodong, Jejengkolan.

2. Binatang

Buhaya, Ekek, Soang, Jawer Hayam, Cinghol (kucing

Nongol), Ping-ping Hayam, Kucuit, Simeut Bako, Meong,

Monyet, Lauk Cai, Kuda Laut, Garuda, Mear (Mear adalah

(18)

16

3. Wayang

Kresna, Arjuna, Cepot, Semar. 4. Lain-lain

Mantri Diuk, Puri, Priaman, Makara, Naga, Golong Tambang.

Gambar 2.6 Bentuk Perah Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

(19)

17

nyere. Selain itu juga ada pola daun, yang disatukan dengan pola ringkel atau ombak, dan pola sulur.

Gambar 2.7 Bentuk Ukiran Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Pola hias beubeut nyere yang mengelilingi dibulatan perah melambangkan ikatan lidi, yang berarti hidup harus sauyunan, seperti sapu lidi yang bersatu yang berfungsi dikarenakan satu ikatan. Ikatan yang dimaksud adalah agama dan pemerintah (Sasmita, 2008:70-71).

(20)

18

Biasanya bentuk perah yang pokok adalah bentuk perah bedog jejengkolan, baik jengkol utuh atau jengkol sebelah, dan

yang lainnya adalah varian, jika lebih ngeluk disebutnya golok tambang, dan jika lebih menengadah disebut sopal.

Perpaduan antara perah dan bedog tidak ada aturanya, maksudnya bedog apa saja bisa dipakaikan perah apa saja, tergantung pada yang membuat bedog atau tergantung orang yang memesan.

Perah bedog dasarnya berupa eluk, ini memberi arti bahwa jika membawa bedog atau memegang bedog jangan sombong, dikhawtirkan akan melindas diri sendiri, takut celaka karena perilaku sendiri. Jika hidup harus seperti perah bedog maksudnya harus rendah hati tetapi banyak keahlian, sama seperti arti dari ilmu padi. Adapaun arti dari hiasan yang ada seperti ringkel, ombak, dan suluran melambangkan tumbuhan yang tumbuh di air yang melambangkan suci bersih yang membawa ketentraman (Sasmita, 2008:71).

2.6.2. Sarung (Sarangka) Bedog

(21)

19

Seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang. Sarangka yang dilengkapi dengan aksesoris tambahan berupa gelang-gelang pengikat (simpay) yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut dengan barlen.

Gambar 2.9 Dasar Bentuk Sarangka

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

(22)

20

Gambar 2.10 Sarangka

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog a) Simeut Meuting

Simeut meuting adalah bagian kecil pada sarangka

untuk menyematkan tali. ukuran simeut meuting rata-rata antara 7 cm x 1,5 cm, besarnya disesuaikan dengan besarnya sarangka.

Macam-macam nama simeut meuting, pada dasarnya tetap ada dari nama tumbuh-tumbuhan, binatang kecil dan sebagainya (Sasmita, 2008:68)

Nama simeut meuting dari tumbuhan :

Eluk paku, daun lake, pendul eceng, godobos, sopak,

lodong, kembang eceng, kucubung, eluk paku tuntung, eluk

paku puhu.

Nama simeut meuting dari binatang :

Simeut bako, papatongenteup, simeut batu, simeut salam,

simeut bentelu, simeut daun papageran, simeut daun awi,

(23)

21

Nama simeut meuting lainya :

Huruf S, jojodog, poleng rusak, cacag buah, kujang, bahan

logam, oko-oko, biku-biku.

Gambar 2.11 Macam-macam Simeut Meuting dan Gado

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog b) Gado

Gado adalah bagian bawah dari sarangka yang

menjadi ornamen pemanis agar sarangka bedog tidak terlihat polos. Selain itu gado berfungsi sebagai penutup agar terlihat bagian bawah sarangka agar bila digenggam tidak jatuh.

2.7. Sunda

(24)

22

Jawa Barat. Pada kenyataannya secara etnis kelompok masyarakat Sunda (pemakai bahasa Sunda) tidak hanya menempati wilayah Jawa Barat tetapi juga menempati daerah selatan Jawa Tengah bagian barat (daerah Majenang). Sebaliknya diwilayah utara Jawa Barat bagian timur (Indramayu, Cirebon) merupakan wilayah masyarakat pemakai bahasa Jawa. Meskipun demikian istilah Sunda sering dianggap dengan Jawa Barat (Jubiantono, 2008:241).

Sunda pada masa klasik, pada masa ini sekitar pada abad ke-VII M hingga abad ke-X M di daerah Jawa Barat telah mengenal jaman kerajaan. Kerajaan yang berada di Jawa Barat adalah Kerajaan Taruma Negara dan Kerajaan Sunda (Jubiantono,2008:243).

(25)

23

2.8. Media Informasi

Media Informasi adalah suatu instrumen perantara informasi. Pada jaman sekarang media informasi sangat berkembang. Berkembangnya media informasi dikarenakan adanya pengaruh pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ditambah dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Masyarakat mulai berperan aktif dalam mendapatkan, mencari, dan menyebarkan informasi lewat media informasi. Bahkan sekarang media informasi telah menjadi salah satu instrumen penting dalam membangun kekuatan baik itu kekuatan ekonomi suatu wilayah atau negara, kekuatan politik, hingga kekuatan militer. Sehingga media informasi bisa dikategorikan suatu instrumen yang memiliki dampak kepada seluruh hajat hidup orang banyak (http://arifdjuwarno.wordpress.com/).

(26)

24

2.9. Buku Bergambar

Menurut Web Page Wikipedia Indonesia. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut halaman.

Pengertian buku menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah beberapa helai kertas yang terjilid berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi.

Gambar adalah tiruan barang, orang, tumbuhan dan lain sebagainya, yang dibuat dengan cat, tinta, coret potret dan sebagainya. Sedangkan bergambar adalah yang dihiasi dengan gambar.

Buku bergambar merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dengan bentuk teks disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku.

Buku bergambar merupakan buku dengan gambar yang saling berhubungan (kecuali buku yang tidak memakai teks). Menurut Perry Nodelman, buku bergambar mengandung tiga cerita. Yaitu cerita dari teks, cerita dari gambar, dan cerita dari kombinasi keduanya. Kombinasi sukses antara gambar dan teks berhasil dengan baik bila gambar terlihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari teks.

(27)

25

A. Baby Books

Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana, permainan dengan jari, atau sekedar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-up books (buku yang halamanya berbentuk tiga dimensi), lift the flaps atau buku-buku khusus yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu.

B. Picture Books

(28)

26

menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spectrum usianya. Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya.

C. Early Picture Books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board books untuk melebarkan jangkuan pembacanya. The Very

Hungry Caterpillar (Philomel Publishing) karya Eric Carle salah

satu contohnya. Easy readers. Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak

yang baru mulai membaca sendiri (usia 6-8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih “dewasa”: ukuran trim per halaman

(29)

27

(satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2-5 kalimat di tiap halaman. Seri 1 Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.

D. Transition Books

Kadang disebut juga sebagai “Chapter books tahap

awal”, untuk anak usia 6-9 tahun. Merupakan jembatan

penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman. Serial The Kids of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearling Publishing) dan Sesri Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House

masuk dalam kelompok genre ini. E. Chapter Books

(30)

28

terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.

F. Middle Grade

Untuk usia 8-12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100-150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak diusia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topic-topik multi budaya.

G. Young Adult

Naskahnya antara 130-200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet”

(31)

29

genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu

ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10-14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku dikelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun keatas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah (http://www.vision.net.id).

2.10. Buku Pop-Up

Buku pop-up adalah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau berunsur 3 dimensi. Buku pop-up memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser hingga bagian yang dapat berubah bentuk. Buku ini juga memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan

(32)

30

Gambar 2.12 Buku Pop-up

2.11. Analisa Masalah

2.11.1. Bedog di Masyarakat

Menurut analisa yang telah dilakukan di lapangan, bedog pada saat ini lebih identik dengan senjata untuk

melukai seseorang atau untuk merusak sesuatu. Padahal jika diarahkan bedog dapat berfungsi sebagai perkakas yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2.11.2. Kurangnya Pengenalan Bedog Terhadap Anak-anak

(33)

31

Buku-buku atau media lain yang menjelaskan bedog untuk anak-anak pun bisa dikatakan tidak ada sehingga pengenalan tentang bedog pada saat ini masih kurang.

2.12. Penyelesaian Masalah

Bedog merupakan benda tajam yang bisa digunakan sebagai

senjata dan perkakas. Maka dari itu dibutuhkannya suatu media informasi yang dapat memperkenalkan bentuk dan fungsi bedog Sunda. Terutama untuk anak-anak agar mengetahui tentang bedog sebagai perkakas dan mencegah penggunaan bedog yang tidak sesuai dengan fungsinya, dan mengenal bedog sebagai benda budaya yang bermanfaat. Dengan demikian kelak anak-anak akan menggunakan bedog sesuai fungsinya dan akan menjaga bedog dari punahnya warisan budaya leluhur yang menjadi jati diri budaya.

2.13. Media Informasi Yang Digunakan

Media informasi yang akan digunakan untuk memperkenalkan bedog kepada masyarakat adalah berupa sebuah buku bergambar

dengan menggunakan teknik pop-up dan flip-up.

(34)

32

Selain itu buku yang dikemas dengan menggunakan ilustrasi dengan teknik pop-up dan flip-up bertujuan agar tidak bosan ketika dibaca sehingga isi informasi dalam buku dapat lebih mudah tersampaikan dan mudah untuk difahami.

2.14. Segmentasi

Berdasarkan pengguna dan peminat bedog yang berpotensi dalam mencari informasi mengenai bedog maka target khalayak sasaran yang dituju adalah:

1. Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Usia : 8-10 tahun

Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SD

Status Ekonomi : Kalangan menengah dan menengah atas 2. Geografis:

Masyarakat yang berada di kota maupun kabupaten Bandung. 3. Psikografis:

(35)

33

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Strategi yang akan dirancang dalam membuat informasi mengenai fungsi-fungsi bedog Sunda bagi anak-anak dengan membuat perancangan berupa media informasi buku illustrasi

“Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, buku ini

bertujuan untuk mengajak anak-anak, khususnya anak SD untuk lebih mengenal tentang jenis bedog Sunda khususnya bedog perkakas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Perancangan akan dibuat berdasarakan segmentasi yang akan dituju yaitu anak-anak usia 8 hingga 10 tahun, maka media penyampainya akan dibuat menarik dan tidak membosankan ketika dipelajari.

3.1.1. Strategi Komunikasi

(36)

34

3.1.2. Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan dalam buku

“Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”

berisikan mengenai penjelasan jenis-jenis bedog, bagian-bagian bedog, cara pembuatan bedog, dan fungsi bedog perkakas yang pada saat ini masih sering digunakan.

3.1.3. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang disampaikan dalam media informasi buku ilustrasi ini, bertujuan memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang jenis, bagian, cara pembuatan, dan fungsi bedog agar khalayak sasaran dapat mengetahui dan memahami bedog sebagai perkakas yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

3.1.4. Strategi Kreatif

(37)

35

A. Strategi Visual

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan media informasi buku ilustrasi ini adalah dengan menyajikan gambar dengan warna-warna yang cerah serta menarik, Materi disampaikan dalam bentuk ilustrasi berdasarkan keterangan informasi yang disampaikan. Gambar disajikan dalam bentuk vektor yang sederhana, dengan menggunakan karakter seorang anak yang bernama Si Ujang sebagai pengantar pemaparan informasi dengan teknik pop-up dan flip-up.

B. Startegi Verbal

(38)

36

3.2. Konsep Visual

Konsep visual yang dipakai dalam perancangan media informasi buku dalam “Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, terdiri dari beberapa penjelasan konsep mengenai, format desain, tata letak, huruf, ilustrasi, dan juga warna.

3.2.1. Tata Letak

Unsur-unsur grafis yang dipakai dalam media informasi dengan mengatur penempatan berbagai unsur komposisi, seperti teks, garis, warna, bidang, gambar dan sebagainya.

Posisi tata letak landscape dengan teks berada pada halaman sebelah kiri dan gambar pada halaman sebelah kanan.

(39)

37

Gambar 3.2 Tata letak Halaman Isi

Teks berada di sebelah kiri dan gambar di sebelah kanan, format ini dipertimbangkan karena orang Indonesia membaca dari kiri ke kanan, dan tujuan lain dari format tata letak ini adalah apabila diceritakan oleh pendamping maka diceritakan teksnya dahulu lalu menceritakan mengenai gambarnya.

Pada setiap halaman menggunakan ilustrasi berupa pop-up dan flip-up yang disesuaikan dengan kebutuhan

(40)

38

3.2.2. Font

Jenis font yang digunakan pada perancangan media informasi “Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, menggunakan jenis font yang sesuai dengan karakter anak-anak.

Gambar 3.3 Font Babe Bamboo

Bentuk dari font ini tidak terlalu kaku sehingga cocok dengan karakter anak-anak. Selain itu jenis font ini tebal sehingga unsur keterbacaannya sangat jelas dan tegas. Sesuai dengan karakter bedog.

Font ini diaplikasikan pada judul Buku, Body teks, serta media penunjang yang lain.

3.2.3. Studi Ilustrasi

Ilustrasi yang ditampilkan disesuaikan dengan media informasi. Menggunakan gaya visual vektor. Hal tersebut mewakili dunia anak-anak yang kaya akan imajinasi dan kaya akan warna.

(41)

39

dimaksud adalah orang Sunda yang berada di daerah pedesaan. Karakter yang menjadi reverensi adalah gambar-gambar yang menjadi karakter untuk hal yang berhubungan dengan orang Sunda.

Gambar 3.4 Gambar Referensi

A. Studi Latar Belakang

(42)

40

Gambar 3.5 Studi Latar Belakang

B. Studi Karakter

(43)

41

Gambar 3.6 Karakter Si Ujang

Si Ujang adalah seorang anak keturunan Sunda dan anak dari seorang panday besi yang sangat tertarik pada bedog, sehingga ia tahu banyak mengenai bedog. Karena

keluarganya adalah keluarga panday besi yang sudah turun temurun sehingga ilmu yang didapatnya adalah warisan budaya yang diceritakan dari kakek buyutnya.

1. Karakter Ujang

Gambar 3.7 Referensi Karakter

(44)

42

2. Ikat Kepala

Gambar 3.8 Referensi Ikat Kepala

Ikat kepala terinspirasi dari ikat kepala yang sering digunakan si Cepot, karena si Cepot merupakan tokoh pewayangan yang terkenal dari Jawa Barat.

3. Motif Batik

Gambar 3.9 Referensi Gambar Batik

Batik yang digunakan adalah batik rereng putih. Karena motif batik ini merupakan motif batik yang ada di Jawa Barat.

4. Bedog

(45)

43

Bedog dengan sarangka jenis ini yang digunakan

karena sarangka ini yang sering digunakan sebagai sarangka bedog perkakas.

5. Selendang

Gambar 3.11 Referensi Gambar Selendang

Selendang pada karakter si Ujang merupakan bentuk penyederhanaan dari sarung, yang dihilangkan motifnya Sehingga menjadi kain polos berwarna biru.

Maksud dari hal ini adalah agar gambar tampak lebih sederhana dan tidak terlalu banyak motif, karena pada ikat kepala sudah cukup memakai motif batik yang padat.

C. Studi Properti

(46)

44

Gambar 3.12 Studi Properti Bedog

Gambar 3.13 Studi Properti Bilik

Gambar 3.14 Studi Properti Daging

(47)

45

3.2.4. Warna

Warna merupakan suatu komponen penting dalam ilustrasi pembuatan media sebuah buku bergambar. Warna memiliki karakteristik tertentu, dalam hal ini adalah sifat-sifat khas yang dimiliki suatu warna.

Pemilihan warna menggunakan warna-warna dasar yang cerah, yang dekat dengan nuansa anak-anak.Untuk hasil akhir, warna yang akan dicetak menggunakan kalibrasi CMYK pada computer.

a. Warna Pada Karakter

Gambar 3.16 Komposisi Warna Pada Karakter Si Ujang

b. Warna Pada Latar Belakang

(48)

46

3.3. Strategi Media

Strategi media adalah sebuah alat untuk menyampaikan isi pesan kepada target sasaran. Agar pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti.

3.3.1 Pemilihan Media

Untuk menyampaikan isi pesan tersebut kepada khalayak sasaran dan mencapai tujuan seperti yang diinginkan, haruslah mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang tepat. Media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media utama dan media pendukung.

Pendekatan yang dilakukan penulis adalah dengan cara mengemas informasi kedalam sebuah media ditambah media pendukung dan media promosi

A. Media Utama

Media utama merupakan buku bergambar dengan teknik pop-up dan flip-up dengan materi pesan informasi tentang pengenalan bedog perkakas Sunda.

B. Media Pendukung

(49)

47

C. Media Promosi

Media promosi ini digunakan pada saat buku telah dipublikasikan kepasaran agar dapat diketahui masyarakat antara lain X-banner, flag chain, danposter.

3.4. Strategi Distribusi

Pendistribusian akan dilakukan melalui toko buku seperti gramedia dan toko gunung agung yang telah menjalin kerja sama dengan PT. Mizan Bunaya Kreativa. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dimana buku ini tersedia dan lebih terorganisir dalam penempatan medianya.

Pendistribusian akan dilakukan pada saat mendekati HUT Kota Bandung, karena merupakan moment yang tepat untuk mempromosikan tentang budaya Sunda. promosi di Book store

Pendistribusian buku

Peluncuran buku dan promosi Tabel 3.1

3.4.1. Ilustrasi Harga

(50)

48

(51)

49

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Tercetak

Media yang dipilih adalah media buku sebagai media utama dalam perancangannya. Selain itu disertai dengan media pendukung. Dengan begitu tujuan dari memperkenalkan perkakas bedog Sunda ini dapat mencapai tujuan yang direncanakan.

4.2 Teknik dan Material Produksi Media

Teknik yang dilakukan dalam proses pembuatan media utama yaitu buku ilustrasi pop-up atau flip-up dan media pendukung dibuat menggunakan softwere komputer, untuk membantu proses pembuatan perancangan media tersebut menggunakan software Corel Draw X3 dan Adobe Photoshop CS.

Adapun material yang digunakan pada perancangan media utama dan media pendukung tertera seperti rincian di bawah ini. 1. Buku Ilustrasi

(52)

50

Media utama merupakan sebuah buku bergambar, yang diprint di atas material kertas art paper 210 gr untuk halaman isi, serta untuk cover diprint di atas kertas art paper yang dilapisi kertas hard cover 3 mm. Berukuran tinggi 24,5 cm dan lebar 18,5 cm. Dan teknis setelah diprint adalah pemasangan pop-up dan flip-up.

Buku ini berisi tentang keterangan bedog beserta jenis- jenisnya. Informasi disajikan dengan penjelasan keterangan gambar yang berbentuk pop-up dan flip-up yang bertujuan agar tidak jenuh saat membaca isi dari buku ini.

2. Poster

Gambar 4.2 Poster

(53)

51

3. X Banner

Gambar 4.3 X-Banner

Media x-banner ini diproduksi menggunakan digital laser printing dengan material flexi berukuran 160 cm x 60 cm.

Media ini berfungsi sebagai media promosi ditempatkan di depan pintu masuk book store.

4. Flag Chain

Gambar 4.4 Flag Chain

(54)

52

dan tinggi 22,0 cm. Flag chain ini berfungsi sebagai media promosi yang ditempatkan di atas langit-langit book store. 5. Stiker

Gambar 4.5 Stiker

Media stiker ini diproduksi menggunakan digital laser printing di atas kertas stiker ukuran disesuaikan.

Stiker ini berfungsi sebagai media pengingat pada anak tentang jenis-jenis bedog Sunda agar tidak lupa. karena bersifat mobile sehingga dapat dijangkau.

6. Tempat Pensil

Gambar 4.6 Tempat Pensil

(55)

53

dan hitam, dan menggunakan bahan spons berwarna abu-abu berukuran 30 cm dan lebar 5 cm.

Media ini dibuat bertujuan sebagai media pendukung, untuk mengingat bagian-bagian pada bedog.

7. Gantungan Kunci

Gambar 4.7 Gantungan Kunci

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame gantungan kunci, berbentuk bulat dan berdiameter 5 cm.

(56)

54

8. Pin

Gambar 4.8 Pin

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame Pin, berbentuk bulat dan berdiameter 5,8 cm. Media ini berfungsi sebagai media pengingat dan media promosi.

9. T-Shirt

Gambar 4.9 T-Shirt

(57)

55

10. Game Board

Gambar 4.10 Game Board

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper 210 gr berukuran lebar 29.7 cm dan panjang 21 cm. Game board ini bertujuan untuk media evaluasi tentang jenis-jenis bedog yang telah dibaca pada buku ilustrasi.

11. Paper Toys

Gambar 4.11 Paper Toys

(58)

56

Daftar Pustaka

Sasmita, Mamat. (2008). Kujang, Bedog & Topeng dan Kajian Lainnya Mengenai

Budaya Sunda. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda.

Rohaedi, Ayat. (2005). Sundakala; Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan

Naskah-Naskah ”Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, S. (1995). Kebudayaan Sunda; Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Hidayat, H., & Haesy, N. (2004). Sangkakala Padjadjaran. Jakarta: Bina Rena

Pariwara.

Jubiantono. (2008). Ki Sunda, Bandung: Pusat Studi Sunda

Gerungan,W.A. (2004).Psikologi Sosial.Bandung: Refika Aditama.

Dendi, Sudiana. (1985).Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remaja Karya.

Angkat, Guntur,SS.n. Selintas Sejarah Komik Indonesia.

http://artikel.us/art05-72.html 2 Agustus 2011.

Thulab, Al. Peran Media Informasi Dalam Mempengaruhi Perspektif Masyarakat

Terhadap Dunia Islam. http://arifdjuwarno.wordpress.com/ 2 Agustus 2011.

Putri, Ciptanti. Pustaka - Memahami Genre Buku Cerita Anak.

http://www.vision.net.id/detail.php?id=2130 2 Agustus 2011.

Dzuanda, B. Perancangan Buku Cerita Anak Pop-up Tokoh-tokoh Wayang Berseri,

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Siti Setiawati

Alamat : Jl. Gending Jati 4 Blok G No.10 RT

04/12 Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujung Berung Bandung

Kode Post : 40616

Nomor Telepon : (022) 92411023

Email : Sifter_powergals@yahoo.co.id

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juli 1989

Status Marital : Kawin

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Jenjang Pendidikan :

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Badan Bedog
Gambar 2.4 Bentuk Bedog
Gambar 2.6 Bentuk Perah Bedog
Gambar 2.9 Dasar Bentuk Sarangka
+7

Referensi

Dokumen terkait

desain. Hasil dari penelitian pada Sekolah PPPK Petra dilakukan perancangan media komunikasi dan informasi dalam bentuk aplikasi smartphone berbasis

penelitian ini secara jangka panjang memiliki tujuan untuk memberi tahu masyarakat betapa susahnya hidup nelayan, khususnya nelayan di pantai Pandeglang, Banten, Jawa Barat pada

Orang tua dapat membantu anaknya yang mengalami kesulitan belajar sehingga pendidikan tidak diserahkan pada guru saja, namun harus adanya kerjasama antara orang tua dan

Sebagai mahluk halus yang ada pada kebudayaan Sunda, Jurig memiliki banyak keragaman dalam pecitraanya oleh masyarakat Sunda, diantaranya ada yang berupa buruk rupa, cantik,

Namun, pada kampung seni belum terdapat media informasi yang memadai, maka dari itu dibuatlah Perancangan Environmental Graphic Design EGD dalam bentuk peta kawasan Kampung Seni dan