• Tidak ada hasil yang ditemukan

Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Jus Buah Yang Dijual Di Jalan H. M. JHONI Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Jus Buah Yang Dijual Di Jalan H. M. JHONI Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

HIGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JUS BUAH YANG DIJUAL

DI JALAN H. M. JHONI KECAMATAN TELADAN MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

EVI TRISNA SITUMORANG NIM: 071000032

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HIGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JUS BUAH YANG DIJUAL

DI JALAN H. M. JHONI KECAMATAN TELADAN MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

EVI TRISNA SITUMORANG NIM. 07100032

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Jus buah merupakan minuman sari buah segar yang banyak dikomsumsi masyarakat karena selain segar, jus buah juga mengandung banyak vitamin C yang sangat baik bagi kesehatan manusia. Minuman ini diolah tanpa proses pemasakan/ pemanasan, pengolahan yang tidak saniter sangat berperan membuat minuman ini mengandung bakteri Escherichia coli.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui higiene sanitasi pengolahan dan kandungan bakteri Escherichia coli pada minuman jus buah yang dijual di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi pengolahan jus buah melalui observasi yang dilakukan terhadap penjual minuman tersebut. Dan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bakteri

Escherichia coli melalui analisa laboratorium terhadap minuman jus buah yang

dijual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi pengolahan jus buah yang dijual di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan tahun 2011, beberapa tidak memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan. Beberapa sampel (Air pencucian, air pencampuran dan jus buah) positif mengandung bakteri Escherichia coli pada kisaran 5 sampai 38 dalam 100 ml sampel. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa secara keseluruhan penjual jus buah belum bebas dari kandungan bakteri Escherichia coli. Hal ini karena secara keseluruhan para penjual tidak menerapkan prinsip higiene sanitasi yang benar. Disarankan kepada para produsen dalam melakukan proses pengolahan minuman jus buah lebih memperhatikan lagi sanitasinya. Kepada Instansi terkait (BPOM dan Dinkes Medan) agar memberikan pengawasan dan penyuluhan kepada para penjual.

(5)

ABSTRACT

Fruit juices are fresh fruit beverage which many peoples consume beside freshness, fruit juices also contains vitamin C which is very good for human’s health.These beverages are processed without cooking / heating, the unsanitary processing takes a very important role in containing of Escherichia coli.

The purpose of this research is to discribe the hygieneand sanitation of processing and Escherichia coli contents on fruit juice beverage which is being sold atJalan H. M. Jhoni Teladan distric Medan. The research method used was descriptive study, which is to discribe the hygiene sanitation of fruit juices processing by observations done on the merchant and to know existenced of Escherichia coli bacteria by laboratory analysis on the fruit juice being sold.

The results shows that hygiene sanitation of fruit juices processing which is being sold at Jalan H. M. Jhoni Teladan distric Medan in 2011, some did not meet health requirementbeased on to Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 about requirements of hygiene sanitation of snacks.Some samples (washing fruit water, mixed water and fruit juices) positively contain Escherichia coli in the range of 5 to 38 in 100 ml of sample.

The conclusion obtained from the results of the research is that the merchant of fruit juices are not free from Escherichia coli content over all.It it because of these merchants did not apply the right hygiene sanitation principle. It issuggested for merchant to attention to the sanitation of fruit juices processing. To the goverment instance (BPOM and Official of Healthy Medan) to do supervision and promotion of good hygiene sanitation to the merchants.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evi Trisna Situmorang

Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, 05 Mei 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : BelumKawin

Anak ke : 5 dari 5 Bersaudara

Alamat Rumah : Jalan R. A. Kartini No. 5 Tarutung Tapanuli Utara - 21422

Riwayat Pendidikan:

Tahun 1995 - 2001 : Sekolah Dasar (SD) Negeri 07100031 Tarutung

Tahun 2001 - 2004 : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tarutung

Tahun 2004 - 2007 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta HKBP I Tarutung

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan rahmat-Nya

yang telah memberkati penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul

‘’Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011’’. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Sumatera Utara (USU).

Tersusunnya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan dukungan dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh

kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan dukungan dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh

kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan yang

(8)

5. Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Ratna Tamangena, S.Si selaku Kepala Seksi Pelayanan Mikrobiologi sekaligus

Pembimbing Laboratorium Mikrobiologi BalaiLaboratorium Kesehatan Medan.

7. Kepada seluruh Staf Pengajar FKM USU, Staf Pengajar Departemen Kesehatan

Lingkungan, Staf Administrasi dan perlengkapan FKM USU.

8. Teristimewa kepada orang tua tercinta dan terbaik Ayahanda T. Situmorang, BA

dan Ibunda R. Nainggolan yang selalu mendukung dan mendoakan penulis,

memberikan dukungan moril, sampai terselesainya skripsi ini.

9. Kepada abangku Bangso Situmorang, S.I.P, Henry T. Situmorang, Amp. K dan

kakakku Nathalin Situmorang, S.Si, Irene Situmorang, S.P dan kakak dan iparku

Nora Santry, S.Ip yang tidak pernah bosan memberikan perhatian, dukungan

moril, dukungan materil dan doa, perhatian dan dukungannya, hingga

terselesainya skripsi ini.

10. Sahabat – sahabatku terkasih Grace Manuella, Fitri Teresia dan Rafika Aruan

yang terlebih dahulu mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

terima kasih atas dukungan, bantuan, masukan dan doanya, canda, tawa, sedih

dan curahan hati dari awal kuliah sampai terselesainya skripsi ini kita selalu

bersama.

11. Buat teman terdekatku Candra Manurung, Amd. terimakasih atas perhatian,

dukungan, dan doanya sampai terselesainya skripsi ini.

12. Buat teman- teman stambuk 2007 yang tidak tersebut namanya satu per satu dan

(9)

abangku Arnold terimakasi atas kebersamaan dan dukungannya hingga

terselesainya skripsi ini.

13. Buat adik Stambuk 2008 ada Amja, Edy, Johannes, Caprin, Grace, AL Huda dan

yang lainnya terimakasih buat senyum dan semangatnya didetik terakhir skripsi

ini.

14. Terima kasih semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini

hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, April 2012

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan dan Minuman .... 8

2.3.1 Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan ... 9

2.3.2 Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan ... 11

2.3.3 Prinsip 3 : Pengolahan Makanan ... 13

2.3.4 Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Masak ... 17

2.3.5 Prinsip 5 : Pengangkutan Makanan ... 18

2.6.2 Penentuan CCP (Critical Control Point) Pada Jus Buah .. 23

2.7 Persyaratan Kualitas Air Minuman ... 26

2.8 Peranan Air Terhadap Kesehatan ... 27

2.9 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman ... 28

2.10 Indikator Pencemaran Air ... 29

2.11 Escherichia coli ... 30

2.12 Kerangka Konsep ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

(11)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.5.1 Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 36

3.5.2 Peralatan dan Bahan ... 36

3.5.3 Cara Pelaksanaan Pemeriksaan ... 37

3.6 Defenisi Operasional ... 39

4.1.3 6 (Enam) Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Jus Buah ... 43

4.1.3.1 Pemilihan Bahan Jus Buah ... 44

4.1.3.2 Penyimpanan Bahan Baku Jus Buah ... 44

4.1.3.3 Pengolahan Jus Buah ... 45

4.1.3.4 Penyimpanan Jus Buah ... 48

4.1.3.5 Pengangkutan Jus Buah ... 48

4.1.3.6 Penyajian Jus Buah ... 49

4.1.3.7 Fasilitasi Sanitasi ... 50

4.2.2 Higiene Sanitasi pada Penjual Jus Buah ... 51

4.2.3 Hasil Penelitian Bakteri Escherichia coli ... 54

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Karakteristik penjual Jus Buah ... 55

5.2 Observasi 6 Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Jus buah ... 55

5.3 Higiene Sanitasi pada Penjual Jus Buah ... 59

5.3 Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penyimpanan Bahan Makanan Mentah ... 12 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis) ... 25 2.3 Ciri-ciri Infeksi yang disebabkan oleh Escherichia coli... 30 4.1 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku

Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan

Medan Tahun 2011 ... 45 4.2 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Penyimpanan Bahan

Baku Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan

Teladan Medan Tahun 2011 ... 46 4.3 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Pengolahan Jus Buah

yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan

Tahun 2011 ... 47 4.4 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Penyimpanan Jus Buah

yang Dijual di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan

Tahun 2011 ... 49 4.5 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Pengangkutan Jus Buah

yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan

Tahun 2011 ... 49 4.6 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Penyajian Jus Buah yang

Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun

2011 ... 50 4.7 Distribusi Penjual Jus Buah Berdasarkan Fasilitas Sanitasi Jus

Buah yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan

Medan Tahun 2011 ... 51 4.8 Distribusi Higiene Sanitasi Penjual Jus Buah yang Dijual Di Jalan

H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011 ... 52 4.9 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Air Pencucian,

Air Pencampuran Buah dan Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi pada Penjual Jus Buah Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011

Lampiran2 Data Hasil Observasi Higiene Sanitasi pada Penjual Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian Di Balai Laboratorium Kesehatan Medan Tahun 2011

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Balai Laboratorium Kesehatan Medan

Lampiran 6 Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli Pada Jus Buah yang Dijual Di Jalan H. M Jhoni Kecamatan Teladan Tahun 2011

Lampiran 6 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

(14)

ABSTRAK

Jus buah merupakan minuman sari buah segar yang banyak dikomsumsi masyarakat karena selain segar, jus buah juga mengandung banyak vitamin C yang sangat baik bagi kesehatan manusia. Minuman ini diolah tanpa proses pemasakan/ pemanasan, pengolahan yang tidak saniter sangat berperan membuat minuman ini mengandung bakteri Escherichia coli.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui higiene sanitasi pengolahan dan kandungan bakteri Escherichia coli pada minuman jus buah yang dijual di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi pengolahan jus buah melalui observasi yang dilakukan terhadap penjual minuman tersebut. Dan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bakteri

Escherichia coli melalui analisa laboratorium terhadap minuman jus buah yang

dijual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi pengolahan jus buah yang dijual di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan tahun 2011, beberapa tidak memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan. Beberapa sampel (Air pencucian, air pencampuran dan jus buah) positif mengandung bakteri Escherichia coli pada kisaran 5 sampai 38 dalam 100 ml sampel. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa secara keseluruhan penjual jus buah belum bebas dari kandungan bakteri Escherichia coli. Hal ini karena secara keseluruhan para penjual tidak menerapkan prinsip higiene sanitasi yang benar. Disarankan kepada para produsen dalam melakukan proses pengolahan minuman jus buah lebih memperhatikan lagi sanitasinya. Kepada Instansi terkait (BPOM dan Dinkes Medan) agar memberikan pengawasan dan penyuluhan kepada para penjual.

(15)

ABSTRACT

Fruit juices are fresh fruit beverage which many peoples consume beside freshness, fruit juices also contains vitamin C which is very good for human’s health.These beverages are processed without cooking / heating, the unsanitary processing takes a very important role in containing of Escherichia coli.

The purpose of this research is to discribe the hygieneand sanitation of processing and Escherichia coli contents on fruit juice beverage which is being sold atJalan H. M. Jhoni Teladan distric Medan. The research method used was descriptive study, which is to discribe the hygiene sanitation of fruit juices processing by observations done on the merchant and to know existenced of Escherichia coli bacteria by laboratory analysis on the fruit juice being sold.

The results shows that hygiene sanitation of fruit juices processing which is being sold at Jalan H. M. Jhoni Teladan distric Medan in 2011, some did not meet health requirementbeased on to Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 about requirements of hygiene sanitation of snacks.Some samples (washing fruit water, mixed water and fruit juices) positively contain Escherichia coli in the range of 5 to 38 in 100 ml of sample.

The conclusion obtained from the results of the research is that the merchant of fruit juices are not free from Escherichia coli content over all.It it because of these merchants did not apply the right hygiene sanitation principle. It issuggested for merchant to attention to the sanitation of fruit juices processing. To the goverment instance (BPOM and Official of Healthy Medan) to do supervision and promotion of good hygiene sanitation to the merchants.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, salah satu upaya adalah dengan mengkomsumsi makanan

dan minuman yang memiliki kandungan gizi seimbang dan bebas dari cemaran

mikroba/food borne desease.

Keamanan produk terutama pada makanan dan minuman merupakan suatu

tuntutan yang telah dikemukakan sejak munculnya gangguan kesehatan manusia

akibat adanya mikroorganisme. Produk yang tercemar mikroorganisme tersebut dapat

memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit (Pratiwi,

2008).

Makananmempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan

masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah konsumen makanan itu

sendiri dan yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari beberapa

aspek, diantarannya aspek kelezatan, cita rasa, kandungan zat gizi dalam makanan

dan aspek kualitas makanan, baik secara bakteriologis, kimia dan fisik harus selalu

diperhatikan. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak

berarti sama sekali jika tidak aman untuk dikonsumsi, ini dapat disebabkan karena

makanan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan

(17)

Jus buah merupakan minuman jajanan yang dijual tanpa kemasan khusus oleh

pedagangdan proses pembuatan/pengolahan buah tanpa pemasakan/pemanasan atau

makanan mentah yang dapat tercemar bakteriEscherichia colisekaligus sumber utama

infeksi pada makanan mentah, makanan yang kurang matang dan kontaminasi silang,

yaitu apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau

peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas pemotong) dan diperlakukan dengan

tidak higienis (Asmira, 2004).

Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman tindakan higiene

sanitasi yang merupakan bagian dari kesehatan lingkungan juga analisis bahaya dan

titik pengendalian kritis (HACCP: Hazard Analysis Critical Control Point)

merupakan salah satu upaya untuk menghindari pencemaran terhadap proses

produksi. Yang dalam proses pengolahannya terdapat enam (6) prinsip higiene dan

sanitasi yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan makanan, penyimpanan bahan

makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan

makanan dan penyajian makanan (Depkes RI, 2004).

Demikian halnya dalam penyajian jus buah, yang disajikan tanpa proses

pemasakan dan disajikan tanpa kemasan khusus memungkinkan jus buah dapat

tercemar bakteri.

Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negatif, dan

termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Escherichia coli merupakan penghuni

normal di dalam usus semua jenis hewan, termasuk manusia. Apabila digunakan

metode pembiakan, makaEscherichia coli merupakan spesies dominan yang

(18)

menyebabkan penyakit pada manusia melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Di

antaranya, strain-strain penghasil racun pada saluran pencernaan/ enterotoxigenic

(ETEC) (Terang Uli dkk, 2009).

Untuk mengetahui apakah makanan dan minuman telah tercemar bakteri

patogen, dapat dilakukan pemeriksaan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit

yakni bakteri golongan koliform. Bakteri Escherichia coli ini kerap sekali

dihubungkan sebagai petunjuk atau indeks yang cukup dipercaya dalam tingkat

keamanan secara bakteriologi, sebab bakteri ini secara alami (normal) terdapat dalam

jumlah yang cukup besar pada air yang telah tercemar (polluted water) oleh tinja

manusia maupun hewan.

Penelitian Kristofel (2003), menemukan bahwa es campur yang dijual

pedagang kaki lima di Pasar Minggu Kelurahan Belakang Pondok Kecamatan Gading

Cempaka Bengkulu, diketahui bahwa kandungan Escherichia coli dalam es campur

tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis, sebab hasil dari pemeriksaan

laboratorium 9 dari 10 sampel es campur yang diteliti tercemar oleh Escherichia coli

sebanyak 4 sampai 7 sampel/100 ml sampel dan 1 sampel tidak tercemar Escherichia

coli.

Penelitian Munthe (2006) diketahui bahwa kandungan Escherichia coli dalam

air tebu di Pasar Kota Medan tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air

minum karena dari 16 sampel, semuanya mengandung Escherichia coli. Dalam air

tebu yang tidak diberi es batu berkisar 7/100 ml air tebu.

Hasil Penelitian Hanum (2008) pada es jagung yang dijual di Kecamatan

(19)

menunjukkan 3 sampel minuman jagung mengandung Escherichia coli sebanyak 8,8

sampai 15 dalam 100 ml sampel dan 7 sampel jagung tidak mengandung Escherichia

coli.

Di Kecamatan Teladan banyak dijumpai pedagang yang menjual makanan dan

minuman, salah satunya adalah pedagang jus buah di jalan H. M. Jhoni Medan berada

di pinggir jalan raya dekat dengan selokan/parit besar yang mudah dijangkau dan

banyak dikomsumsi masyarakat seharusnya memenuhi syarat kesehatan sesuai

dengan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010tentang Persyaratan dan

Pengawasan Kualitas Air minum dan sejalan dengan Kepmenkes RI No.

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan.

1.2 Perumusan Masalah

Jus buah merupakan minuman yang banyak dijual oleh pedagang makanan

dan minuman. Minuman ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena selain segar

juga mengandung banyak vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun tidak

menutup kemungkinan jus buah tersebut mengandung mikroorganisme,seperti

Escherichia coli yang merupakan indikator polusi. Demikian juga dengan jus buah di

Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan, mungkin juga mengandung

mikroorganisme, seperti Escherichia coli. Hal ini dapat terjadi pada semua tahap

yang dilalui oleh air, baik itu pada proses pengolahan, penyajian maupun pada proses

(20)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan Escherichia coli pada jus buah dan higiene

sanitasi pengolahannya di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui higiene sanitasi pemilihan bahan baku jus buah.

2. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyimpanan bahan baku jus buah.

3. Untuk mengetahui higiene sanitasi pengolahan jus buah.

4. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyimpanan jus buah.

5. Untuk mengetahui higiene sanitasi pengangkutan jus buah.

6. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyajian jus buah.

7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada Air

pencucian buah

8. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada air

pencampuran buah

9. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada jus buah

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam

mengkomsumsi jus buah

2. Sebagai masukan bagi dinas yang terkait untuk meningkatkan upaya

penyehatan bahan makanan dan minuman

3. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

timbulnya serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin

pemeliharaan kesehatan.Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan

tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi makanan secara keseluruhan (Depkes

RI, 2004).

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup

yang menyenangkan dan menguntungkan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud juga

dengan sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan

pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah

(22)

Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena

memiliki hubungan yang erat. Misalnya higienenya sudah baik karena mau mencuci

tangan,tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih,

maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

2.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh

manusia, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan baik untuk

pertumbuhan maupun pertahanan kehidupan. Makanan memberikan energi dan

bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan yang rusak,

untuk bekerja dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit (Adams,

2004).

Makanan dapat mengakibatkan orang menjadi sehat atau sakit. Sehingga

harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.

Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan dan

minuman berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene sanitasi makanan (Depkes

RI, 2004).

Jus buah adalah minuman sari buah segar jenis jajanan dengan bahan dasar

dari buah-buahan yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat luas karena kandungan

gizi dan vitaminya yang sangat baik bagi kesehatan. Buah segar jenis jajanan yang

diproduksi tanpa pengolahan pemasakan/ pemanasan, buah segar dibersihkan dengan

air bersih (air mengalir), dipotong-potong, diblender (dihaluskan) dengan

(23)

biologi baik dalam tahap pemilihan bahan baku sampai tahap penyajian. Untuk itu

perlu diperhatikan aspek higiene sanitasi dan HACCP (Hazard Analysis Critical

Control Point).

Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya mengendalikan faktor

makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene sanitasi adalah

ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan

restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis,

kimia dan fisika (Depkes RI, 2003).

2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan dan Minuman

Pada dasarnya pengolahan makanan dan minuman mempunyai prinsip higiene

sanitasi upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan

yang dapatatau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan

makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu

(Depkes RI, 2004) :

1. Pemilihan Bahan Makanan

2. Penyimpanan Bahan Makanan

3. PengolahanMakanan

4. Pengangkutan Makanan Masak

(24)

2.3.1 Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan

mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan

yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan

kima seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

2.3.1.1 Ciri-ciri bahan makanan yang baik. 1. Buah-buahan

a) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor.

b) Isi masih terbungkus kulit dengan baik.

c) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna

buatan(karbitan) dan warna lain selain warna buah.

d) Tidak berbau busuk, bau asam/ basi atau bau yang tidak segar lainnya.

e) Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

2. Sayuran

a) Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu.

b) Kulit buah atau umbi utuh tidak rusak/pecah

c) Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia

d) Tidak ada bagian sayuran yang ternoda atau berubah warnanya.

(25)

3. Susu a) Alami

Susu langsung diambil dari puting susu sapi, kerbau atau kambing,

susu ini mesti steril. Pencemaran terjadi karena tangan pemerah, infeksi kulit

atau peralatan yang digunakan.

b) Pasteurisasi dan Sterilisasi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu secara berulang pada suhu

600Cuntuk membebaskan susu dari kuman pathogen. Dengan cara ini susu

tidak mengalami perubahan tetapi kuman patogennya mati.

Sterilisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 1000C atau lebih untuk

memusnahkan semua jenis kuman patogen. Dengan cara ini patogen mati

tetapi susunya mengalami perubahan berupa pemecahan dan penggumpalan

protein.

c) Ciri-ciri susu yang baik

1) Warna putih susu dan kental

2) Cairannya konstan dan tidak mengumpal.

3) Aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau amis.

4) Kalau dituangkan dari gelas masih menempel didinding gelas.

5) Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam)

(26)

4. Makanan Olahan Pabrik.

a) Terdaftar di badan pengawasan obat dan makanan, ditandai dengan

adanyakode nomor :

ML : untuk makanan luar negeri (import) dan

MD : untuk makanan dalam negeri.

b) Kemasan masih baik, utuh tidak rusak, bocor atau kembung.

c) Belum habis masa pakai (Kadaluwarsa)

d) Sefel penutup masih terpasang dengan baik.

e) Mempunyai merk dan label yang jelas nama pabrik pembuatnya.

2.3.1.2 Sumber Bahan Makanan yang Baik.

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui

sumber-sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah kita

temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui

jaringan perdagangan pangan (Depkes RI, 2004). Adapun sumber bahan makanan

yang baik adalah :

1. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang

dikendalikan dengan baik (swalayan).

2. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah

daerah dengan baik.

2.3.2 Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan.

Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah

(27)

dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah

dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan

dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri

melainkan menghambat pertumbuhan (berkembang biak). Apabila makanan

dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka bakteri akan

mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan

disimpan pada temperatur di bawah 30C (Moehyi, 1992).

Dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan

memenuhi syarat.

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga :

a) Mudah untuk mengambilnya.

b)Tidak menjadi tempat bersarang/ bersembunyi serangga dan tikus.

c) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah

membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

d)Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk

riwayat kelur masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu

(Depkes RI, 2004) :

1. Penyimpanan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 100 C – 150 C untuk

(28)

2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C – 100 C untuk

bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.

3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00 C – 40 C

untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.

4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <00 C untuk bahan

makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24 jam.

Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1Penyimpanan Bahan Makanan Mentah Jenis Bahan

Sumber : Mukono, 2000

2.3.3 Prinsip 3 : Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang

mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene sanitasi (Depkes RI, 2004). Dalam proses

pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan higiene sanitasi terutama menjaga

kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur

(29)

2.3.3.1 Penjamah makanan

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah mulai dari

persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian makanan.

Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah memegaruhi kualitas makanan

yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam dan diare sebaiknya tidak

dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan. Jika terjadi luka penjamah

harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya, plester atau sarung tangan

plastik (Kusmayadi, 2008).

Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003) :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza,

diare, penyakit perut sejenisnya.

2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)

3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

4. Memakai celemek dan tutup kepala.

5. Mencucu tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas

tangan.

7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian

lainnya)

8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau

(30)

2.3.3.2 Persiapan Tempat Pengolahan

Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar dan

persyaratan higiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.

Beberapa hal yang penting dalam persiapan tempat pengolahan adalah :

1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan

sempurna.

2. Lantai,dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan

pencemaran terhadap makanan.

3. Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan

tidak masuk kedalam makanan.

4. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa

sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.

5. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang

cukup potensial pada makanan.

2.3.3.3 Peralatan Masak

Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan,

seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan (Depkes,

2004):

1. Bahan peralatan

Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperticadmium,

plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun

(31)

2. Keutuhan peralatan

Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak

karena akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak

utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber

kontaminasi.

3. Fungsi

Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan

dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai

fungsinya, karena peralatan yang digunakan bercampur baur akan

menimbulkan kontaminasi makanan.

4. Letak

Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat

masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan

waktu mempergunakannya/mengambil.

2.3.3.4 Peralatan Makanan dan Minuman

Peralatan Makanan dan Minuman dapat dipergunakan seperti : piring, gelas,

mangkuk, sendok atau garpu harus dalam keadaan bersih. Beberapa hal yang harus

diperhatikan (Depkes, 2004) adalah :

1. Bentuk peralatan utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak

rata.

2. Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang di bagian tempat makanan,

minuman atau menempel dimulut, karena akan terjadi pencemaran

(32)

3. Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain dapat menimbulkan

kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran

karena tidak akan dicuci sempurna.

4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk

sekali pakai.

2.3.3.5 Wadah Penyimpanan Makanan dan Minuman

Wadah penyimpanan baskom, panci, harus dalam keadaan bersih, wadah

penyimpanan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar dan teliti untuk setiap

jenis makanan yang berada di dalam ruangan tempat penyimpanan. Makanan kering

dan bahan makanan basah serta makanan matang dan makanan mentah.

2.3.4 Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Masak

Menyimpanan makanan dan minuman yang sudah masak perlu diperhatikan

(Depkes, 2004) yaitu :

a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup

b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan

c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air

d. Apabila disimpan di ruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan

ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lain

e. Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki

penyangga atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa dan hewan lainya

(33)

2.3.4.1 Waktu Tunggu (Holding Time)

1. Makanan masak disajikan panas harus tetap berada dalam keadaan di atas

600C.

2. Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu

di bawah 100C

3. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 100C harus dipanaskan

kembali (Reheating).

2.3.4.2 Suhu

1. Makanan kering disimpan dalam suhu kamar (250C – 300C)

2. Makanan basah harus segera disajikan pada suhu di atas 600C

3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu 100C.

Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada

pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu di bawah 100C atau di atas 600C. Suhu

100C -600C sangat berbahaya, maka disebut danger zone.

2.3.5 Prinsip 5 : Pengangkutan Makanan

Pengangkuatan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah

terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi

resikonnya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu titik berat

pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses

pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan,

(34)

2.3.5.1 Pengangkutan Bahan Makanan

Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran

fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya adalah membuang atau setidaknya

mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran dengan cara :

1. Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya

dan beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan berbahaya lainnya.

2. Kendaraan pengangkutan makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut

bahan lain seperti untuk mengangkut orang, hewan, atau barang-barang.

3. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap

akan digunakan untuk makanan selalu dalam keadaan bersih.

4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau

pestisida walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran.

5. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama

pengangkutan, seperti perlakuan makanan yang ditumpuk, diinjak dan

dibanting.

6. Kalau mungkin gunakanlah kendaraan pengangkutan bahan makanan yang

mengunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan

jangkauan yang lebih jauh, tetapi tentu saja biayannya akan menjadi jauh

(35)

2.3.5.2 Pengangkutan Makanan Siap Santap

Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu yang

ekstra hati-hati. Oleh karena itu dalam prinsip penggangkutan makanan siap santap

perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.

2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan

makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor.

3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap

panas 600C atau tetap dingin 40C.

4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam

keadaan tertutup sampai di tempat penyaji.

5. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk

keperluan mengangkut bahan lain.

2.3.6 Prinsip 6 : Penyajian Makanan

Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam

menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai

cara asalkan memperhatikan kaidah higiene sanitasi yang baik. Penggunaan

pembungkus seperti plastik, kertas atau kotak plastik harus dalam keadaan bersih dan

tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.

Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan

(36)

menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan

makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).

2.4 Jus Buah

Jus buah merupakan bentuk minuman sari buah yang diperoleh dari proses

pemerasan (mesin juicer) tanpa ampas yang merupakan satu cara olahan buah yang

dilakukan agar penampilan dan cita rasanya menjadi lebih menarik dan menggugah

selera (Anonimus, 2010).

Sangat disarankan memperbanyak dan mengkonsumsi jus buah karena di

dalam jus kita bisa memperoleh sumber cairan, sumber vitamin, sumber mineral, dan

sumber senyawa fitokimia. Jus juga menjadi sumber serat yang bermanfaat untuk

memperlancar proses pencernaan, mengikat racun dalam tubuh dan memberikan rasa

kenyang, hal ini juga sangat baik bagi orang yang sedang menjalankan diet. Jus buah

dan sayuran juga mengandung beragam mineral, seperti kalsium, magnesium, fosfor,

besi dan potassium. Walaupun diperkuat dalam jumlah kecil, mineral ini bermanfaat

untuk menjaga kesehatan tubuh.

2.5 Proses Pembuatan Jus Buah

Jus buah dikreasikan dari buah-buahan yang disajikan dengan menggambil

sari-sari buah dengan proses sebagai berikut (Anonimous, 2010):

1. Pemilihan

Memilih buah yang masih segar, tidak kusam, kulit tampak tidak keriput

(37)

2. Pemotongan

Sebelum buah di kupas, buah dicuci terlebih dahulu dan dikupas dengan

pisau yang bersih, lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah

penghalusan buah.

3. Penghalusan

Buah dihaluskan dengan blender atau juicer dengan menambahkan air

yang matang dan gula sebagai pemanis secukupnya.

4. Penyajian

Buah yang sudah halus disaring, ampas dan sarinya di pisahkan. Lalu

disajikan dalam gelas yang bersih.

2.6 HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) 2.6.1 Konsep dan Pengertian Metode HACCP

Konsep HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) atau Analisis

Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis (ABTPK) sudah sangat lama dikembangkan

sebagai suatu sistem untuk menyakinkan keamanan produk pangan. Prinsip dasar

melandasi konsep ini adalah pengendalian pencegahan aspek-aspek kritis produksi

pangan.

HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) atau Analisis Bahaya dan

Titik Pengendalian Kritis (ABTPK) adalah sebuah konsep pendekatan sistematis

terhadap identifikasi dan penilaian bahaya dan resiko yang berkaitan dengan

pegolahan, distribusi dan penggunaan produk makanan, termasuk pendefinisian cara

(38)

HACCP dan titik pengendalian kritis terdiri dari 7 (tujuh) elemen, sebagai

berikut:

1. Identifikasi bahaya dan penilaian tingkat bahaya dan resiko (analisis bahaya)

2. Penentuan titik pengendalian kritis (CCP: Critical Control Point) yang

dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya.

3. Spesifikasi batas kritis yang dapat menunjukkan bahaya suat proses dapat

dikendalikan pada titik pengendalian kritis (CCP) tertentu.

4. Penyusunan dan penetapan sistem pemantauan.

5. Pelaksanaan tindakan perbaikan ketika batas kritis tidak tercapai.

6. Verifikasi suatu sistem, dilakukan untuk menguji kearifan suatu sistem.

7. Pengujian data atau dokumen, dilakukan agar informasi yang diperoleh dari studi

analisis bahaya atau titik pengendalian (HACCP).

Analisis bahaya pada jus buah, yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti E.Coli,

Salmonella. spp, dan bakteri lainnya.

2. Bahaya Kimia yang berasal dari penggunaan pestisida, desinfektan, bahan

tambahan makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia sukar dihilangkan dan

kadarnya harus di bawah batas yang ditentukan.

2.6.2 Penentuan CCP (Critical Control Point) Pada Jus Buah

CCP (Critical Control Point) atau titik pengendalian kritis dapat berupa bahan

mentah, lokasi, praktek, prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat

(39)

untuk menentukan apakah terdapat suatu titik pengendalian bersifat kritis atau bahaya

dapat dikendalikan.

Bagan keputusan/ Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari

Thaheer, (2005) yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/ bahan mentah Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku jus buah mengandung bahaya pada

tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan minuman jus buah termasuk cara penggunaan

oleh konsumen dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya

sampai pada tingkat yang dapat diterima?

Tidak bukan titik pengendalian kritis

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/ komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak

diterima?

Ya

Pertanyaan 4 : Apakah pada tahap pengupasan dan pengirisan buah bahaya dapat

muncul atau bertambah sampai tingkat yang tidak diterima?

Tidak

Pertanyaan 5 : Apakah pengolahan selanjutnya yaitu tahap pencampuran irisan

buah dengan air matang 1000C dapat menjamin hilangnya/

(40)

Ya CCP= titik pengendalian kritis

Pertanyaan 6 : Apakah penyaringan/ pemisahan ampas buah bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

Tidak

Gambar 2.1 Diagram HACCP pada pengolahan Jus Buah

Keterangan :

= CCP1 (Titik Kendali Kritis 1) Jus Buah

Buah

Pengupasan dan Pengirisan

Penyaringan/ pemisahan

Penyajian Air Pencampuran Gula

Air Pencucian buah

(41)

Tabel 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)

Jus Buah E.coli Penyajian

menguna-2.7 Persyaratan Kualitas Air Minuman

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas

dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air minum memenuhi

persyaratan kuantitas apabila mencukupi kebutuhan keluarga.

Sedangkan air yang memenuhi persyaratan air minum menurut Kepmenkes RI

No.907/Menkes/SK.VII/2002/, secara garis besar persyaratan kualitas air dapat

(42)

1. Syarat fisik

Air minum yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, dan tidak

berwarna (15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksinal ±

3oC dari udara sekitar.

2. Syarat kimia

Air minum yang dikomsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik

melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimun dan minimum

(6,5-8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan

kesehatan.

3. Syarat bakteriologis

Air minum yang digunakan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi

E.coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100ml air minum.

4. Zat radioaktif

Air minum harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi radiasi radioaktif

yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan.

2.8 Peranan Air Terhadap Kesehatan

Air dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap

kesehatan. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat

pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan

masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk

listrik, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan

(43)

tergantung kualitas air tersebut. Air mempunyai peranan besar dalam penularan

beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit adalah

disebabkan keadaan air sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan

mikrobiologis.

Air dapat bertindak sebagai tempat berkembangbiak mikrobiologis dan juga

sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis berpindah

kepada manusia (Soemirat, 2002).

2.9 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman

Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman disebut

sebagai food-and milk-borne desease (penyakit bawaan makanan dan susu).

Penyakit-penyakit tersebut dapat disebabkan oleh (Chandra, 2006) :

1. Parasit, misalnya Taenia saginata, Taenia solium, dan sebagainya. Parasit

tersebut masuk ke dalam tubuh melalui daging sapi, daging babi, atau ikan yang

terinfeksi yang dikomsumsi manusia.

2. Mikroorganisme, misalnya Salmonella typhii, Richettsia, dan virus hepatitis yang

menggunakan makanan sebagai media perantaranya.

3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokus memproduksi enterotiksin. Di sini

makanan berfungsi sebagai media pembiakan.

4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan secara sengaja (karena ketidaktahuan)

dimasukkan ke dalam makanan, misalnya zat pengawet dan zat-zat pewarna,

ataupun secara tidak sengaja, misalnya insektisida (suatu bahan yang beracun

(44)

5. Penggunaan makanan yang sudah beracun, misalnya jamur, singkong, tempe,

bongkrek dan jengkol.

2.10 Indikator Pencemaran Air

Pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi kontaminasi air

oleh kotoran manusia adalah pemeriksaan bakteriologis. Mikroorganisme yang paling

sering diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain :

1. Organisme koliform

Contoh tipikal koliform tinja adalah E. coli. Keberadaan E. coli dalam sumber

air merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa

alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya

kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terjadi di saluran

pencernaan, antara lain :

a. Jumlah mikroorganisme koliform cukup banyak dalam usus manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi dibanding tipe kuman patogen lainnya.

c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman atau patogen

lainnya.

2. Streptokokus tinja

Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan Escherichia

coli. Streptokokus tinja dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktian

adanya kontaminasi tinja manusia.

3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii.

(45)

2.11 Escherichia coli

Eschericia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup

secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga

koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman - tanaman

mati disebut koliform non fekal. Escherichia coli adalah bakteri bersifat gram negatif,

berbentuk batang dan tidak membentuk spora (Fardiaz, 1992).

Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0 – 6,0, tersusun tunggal,

berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu udara 100C – 400C, dengan suhu

optimum 370C, pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5. Bakteri ini sangat

sensitif terhadap panas (Supardi, 1999). Bakteri yang secara tipikal mesofilik ini juga

dapat tumbuh pada suhu sekitar 70C – 100C. Jika disimpan dibawah 100C maka

bakteri tipe mesofilik juga akan tumbuh sangat lambat (Adams, 2004).

Keberadaan Escherichia coli dalam air atau makanan dianggap memiliki

korelasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan. Dengan

ditemukannya Escherichia coli pada badan air, maka dapat dikatakan adanya

pencemaran air oleh feces. Jika di dalam 100 ml air minum terdapat 500 sel bakteri

Escherichia coli maka dimungkinkan akan terjadi gastroenteritis yang segera diikuti

oleh demam typhusEscherichia coli yang pada keadaan tertentu dapat mengalahkan

mekanisme pertahanan tubuh sehingga selanjutnya Escherichia coli dapat

menyebabkan diare ataupun penyakit lainnya (Rahayu, 2007).

Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic

Escherichia coli (EPEC). Dosis infektif EPEC 108 – 1010 sel mampu menimbulkan

(46)

manusia. Golongan pertama di sebut Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC) yang

mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit

dengan gejala diare, muntah-muntah, dehidrasi serupa dengan kolera. Waktu inkubasi

penyakit ini 8– 24 jam (Nurwantoro, 1997).

Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare

pada wisatawan dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di

negara berkembang. Beberapa strain Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC)

memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas thermolabil (LT)

dan stabil terhadap panas thermostabil (ST) (Brooks dkk, 2001).

Golongan kedua disebut Entero Invasive Esherichia Coli (EIEC), dimana

sel-sel Escherichia coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitus

(radang usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8 – 44 jam (rata-rata

26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah

(47)

Tabel 2.3 Ciri-ciri infeksi yang disebabkan oleh Escherichia

EPEC : Enteropathogenic Escherichia Coli

ETEC : Enterotoxigenic Escherichia Coli

EIEC : Enteroinvasive Escherichia Coli

(48)

2.12 Kerangka Konsep

1. Pemilihan bahan baku jus buah

2. Penyimpanan bahan jus buah

3. Pengolahan jus buah

4. Penyimpanan jus buah

5. Pengangkutan jus buah

6. Penyajian jus buah

Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis survei bersifat deskriptif dengan

melihat gambaran higiene sanitasi pengolahan dan analisa laboratorium untuk

mengetahui kandungan Eschericia colipada jus buah yang dijual di jalan H. M. Jhoni

Kecamatan Teladan Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Pengambilan sampel dan observasi terhadap penjual jus buah dilaksanakan di

Jalan H.M Jhoni Kecamatan Teladan Medan. Lokasi pemeriksaan sampel dilakukan

di Balai Laboratorium Kesehatan Medan. Adapun alasan memilih lokasi penelitian

tersebut adalah:

a. Jumlah komsumen dan penjual cukup banyak

b. Kondisi yang ramai dikunjungi konsumen serta berdekatan dengan

stadion dan taman kota

c. Tempat berjualan berdekatan dengan jalan raya, dekat denganselokan

sehingga mudah terkontaminasi.

3.2.2 Waktu Penelitian

(50)

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual jus buah yang ada di

jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah penjual yang menyediakan jus buah di sekitara

Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan sebanyak 5 penjual. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dengan objek penelitian sebanyak 15

yaitu pada air pencucian buah, air pencampuran buah dan pada jus buah yakni jus

buah alpukat, kuini, martabe, terong belanda dan wortel. Adapun alasan pemilihan jus

buah ini adalah jenis buah yang paling banyak digemari oleh komsumen. Dan

pemeriksaan sampel dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Kota Medan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap jus buah

yang dijual di Jalan H.M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan untuk mengetahui jumlah

kandungan bakteri Escherichia coli. Observasi dan wawancara juga dilakukan

langsung terhadap penjamah yang menjual jus buah.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur lain yang mendukung

(51)

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti keperluan alat

tulis, catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi pengambilan sampel

dan tanggal pengambilan dan beaker glass tempat sampel.

2. Beaker glass disterilisasi ke dalam autoclave dengan suhu 1210C selama 10

menit.

3. Minta/pesan minuman jus buah, Sambil menunggu pesanan dilakukan

observasi.

4. Sampel jus buah ditaruh kedalam beaker glass yang dilengkapi dengan

penutup dan diberi kode sampel.

5. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam termos es dengan teratur.

6. Pengiriman dilakukan secepatnya harus sudah sampai di laboratorium.

3.5.2 Peralatan dan Bahan

a. Peralatan untuk pemeriksaan sampel

1. Autoclave

2. Inkubator : 370C dan 44 0C

3. Timbangan analitik

4. Labu erlemeyer

5. Rak tabung reaksi

6. Tabung reaksi

7. Tabung durham

(52)

9. CawanPetri dish

10. Pipet 1 cc dan 10 cc

11. Kawat ose

12. Spidol

13. Kapas

14. Thermometer

15. Beaker glass

16. Termos es

b. Bahan (media dan regensia ) untuk pemeriksaan sampel

1. Billiant Gree Lactosa Bile Broth (BGLB)

2. Lactose Broth (LB)

3. Media nutrient agar

4. Alkohol 99 %

3.5.3 Cara Pelaksanaan Pemeriksaan.

Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) (Depkes RI, 1991). Pemeriksaan

MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan

menggunakan metode tabung ganda yang terdiri dari :

(5 x 10 ml) : ( 1 x 1 ml) : (1 x 0,1 ml ).

Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari :

1. Tes Pendahuluan (Presumtive Test)

(53)

I. Test Pendahuluan (Presumtive Test)

Media yang biasa digunakan adalah lactose broth.

Cara Pemeriksaan :

1. Siapkan 7 tabung reaksi dan masing-masing berisi tabung durham dan media

lactose broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi,

masing-masing tabung diberi tanda: nomor urut, tanggal pemeriksaaan, volume.

2. Dengan pipet steril ambil sampel yang akan dipemeriksa yang telah disiapkan

yaitu jus buah. Masukkan ke dalam tabung 1 s/d 5 masing-masing 10 ml, tabung

ke - 6 sebanyak 1 ml dan tabung ke -7 sebanyak 0,1 ml, tabung digoyang-goyang

agar specimen dan media tercampur.

3. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 – 48 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan

gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactose

(pembentukan gas). Pembentukan gas pada tabung durham pada tes pendahuluan

dinyatakan test (+)positif dan dilanjutkan dengan test penegasan. Bila test negatif

berarti coliform negatif dan tidak perlu dilakukan test penegasan.

II. Test Penegasan (Comfirmative Test)

Media yang digunakan : Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%. Test ini

untuk menegaskan hasil positif dari test pendahuluan.

Cara Pemeriksaan :

1. Dari tiap-tiap presumative yang positif, dipindahkan 1 – 2 ose ke dalam tabung

confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2 %. Dari masing-masing tabung

(54)

2. Satu seri tabung BGLB 2 % diinkubasikan pada 35 – 370C selama 24 – 48 jam

untuk memastikan adanya coliform dan satu seri yang lain diinkubasikan pada

suhu 440C selama 24 – 48 jam untuk memastikan adanya coliform tinja.

3. Satu pembacaan dilakukan setelah 24 – 48 jam dengan melihat jumlah tabung

BGLB 2 % yang menunjukkan positif gas.

III. Pembacaan Hasil Test Penegasan.

Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah

tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung yang diinkubasikan pada

suhu 440C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan

diperoleh indeks MPN coliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan

indeks MPN E.coli untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C.

3.6 Defenisi Operasional

1. Jus buah merupakan bentuk minuman sari buah yang diperoleh dari proses

pemerasan tanpa ampas dengan tambahan air dan gula sebagai pemanis

yang dijual di jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan.

2. Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk

mengendalikan faktor makanan,orang, tempat, dan perlengkapan makanan

yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau

keracunan makanan dengan menerapkan enam prinsip higiene sanitasi

(55)

3. Pemilihan bahan minuman adalah proses menentukan bahan-bahan

dengan kondisi segar, masih utuh dan diperoleh dari sumber yang resmi

untuk digunakan dalam proses pengolahan jus buah.

4. Penyimpanan bahan minuman adalah menaruh bahan minuman pada

tempat yang aman dan sehingga tidak mengurangi kualitas kadar gizi

bahan makanan.

5. Pengolahan minuman adalah proses pengubahan bentuk dari bentuk

asalnya menjadi minuman yang siap saji.

6. Penyimpanan minuman jadi adalah menaruh minuman yang sudah siap

saji pada tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat dijangkau

tikus, serangga dan binatang pengganggu lainnya.

7. Pengangkutan minuman adalah memindahkan bahan dan minuman dari

tempat pengolahan ke tempat penyajian.

8. Penyajian minuman adalah menghidangkan minuman siap santap (jus

buah) di tempat yang telah disediakan dengan menggunakan peralatan

bersih dan penyajian berpakaian bersih.

9. Air pencucian buah adalah air yang digunakan untuk mencuci buah

sebelum diolah dengan air bersih mengalir.

10.Air Pencampuran buah adalah air yang sudah dimasak dengan suhu 1000C

yang digunakan untuk mencampurkan buah dengan gula.

11.Pemeriksaan Eschericia coli adalah pemeriksaan jumlah Escherichia coli

dalam jus buah secara laboratorium yang merupakan indikator

(56)

Escherichia coli dalam minuman tersebut sesuai dengan Permenkes RI

No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0 dalam 100 ml sampel.

12.Kandungan Escherichia coli dalam minuman jus buah adalah banyaknya

Escherichia coli yang ditemukan pada minuman jus buah dari hasil

pemeriksaan laboratoium yang merupakan indikator pencemaran,

sesuai.Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Memenuhi syarat

apabila 0 dalam 100 ml sampel (negatif), tidak memenuhi syarat apabila >

0 dalam 100 ml sampel (positif).

3.7 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah melihat gambaran higiene sanitasi pembuat jus

buah yang dijual di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan yang meliputi pemilihan

buah, penyimpanan bahan jus buah, pengolahan jus buah, penyimpanan jus buah,

pengangkutan jus buah, dan penyajian jus buah. Jika salah satu pertanyaan dari

observasi pada enam tahap higiene sanitasi tidak sesuai Kepmenkes RI No.

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

maka makanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Jika dalam hasil

pemeriksaan diperoleh data yang menunjukkan bahwa terdapat bakteri Escherichia

coli dalam jus buah, maka makanan jajanan tersebut tidak memenihi syarat kesehatan

(57)

3.7.1 Observasi.

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa

pertanyaan yang menyajikan 2 jawaban “Ya“ dan “Tidak“, yaitu :

1. Yang termasuk jawaban Ya (a). Merupakan jawaban yang sesuai dengan

ketentuan dari Kepmenkes RI. No. 942/Menkes/SK/VII/2003 (terlampir).

2. Yang termasuk jawaban tidak (b).

Jika salah satu pertanyaan dari observasi tersebut tidak sesuai dengan

Kepmenkes RI. No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan, maka kriteria tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.

3.8 Analisa Data

Data diperoleh dari hasil observasi higiene sanitasi pembuat jus buah yang

telah diolah akan dianalisa secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dengan mengacu pada

Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003.Dan data hasilpemeriksaan

laboratorium bakteri Escherichia coli diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Karakteristik Penjual Jus Buah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jenis

kelamin penjual jus buah bervariasi, yaitu laki-laki berjumlah 3 orang (60%) dan

perempuan berjumlah 2 orang (40%). Golongan umur penjual jus buah juga

bervariasi, yaitu berumur 31-35 tahun berjumlah 1 orang (20%), berumur 36-40 tahun

(40%) dan berumur 41-45 tahun 2 orang (40%)

Berdasarkan pendidikan terakhir, diketahui bahwa penjual memiliki latar

belakang pendidikan yang bervariasi, yaitu pendidikan SMA berjumlah 3 orang

(60%), Diploma berjumlah 1 orang (20%) dan Sarjana berjumlah 1 orang (20%).

Berdasarkan lama berjualan, diketahui bahwa para penjual telah berjualan selama

bertahun, yaitu 3-6 tahun 4 orang (80%) dan 7-10 tahun 1 orang (20%).

4.1.3 6 (Enam)Prinsip Higiene Sanitasi pengolahan Jus Buah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap

penjual jus buah tentang 6 (enam) prinsip dasar higiene sanitasi pengolahan jus buah

yang dijual di Jalan H. M. Jhoni Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011, disajikan

Gambar

Tabel 2.1Penyimpanan Bahan Makanan Mentah
Gambar 2.1 Diagram HACCP pada pengolahan Jus Buah
Tabel 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)
Tabel  2.3 Ciri-ciri infeksi yang disebabkan oleh Escherichia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa bakteri Coliform dan identifikasi Escherichia Coli pada sop buah yang dijual di Jalan Dr Mansur Medan tahun 2013. Saya yang bertanda tangan dibawah

Arnis Putri Rosyani, J500120030, 2012, HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KAWASAN UNIVERSITAS

2012 Higiene Sanitasi dan Analisa Escherichia coli Pada Minuman Es Kelapa Muda yang dijual di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012.. Skripsi FKM

Sanitasi Tempat Kandungan bakteri E. coli pada jajanan es buah yang dijual di sekitar pusat Kota Temanggung. Tabulasi Silang Antara Kandungan bakteri koliform pada

Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri Escherichia Coli pada Minuman Cincau Hijau yang Dijual di Pasar Raya Kota Padang Tahun 2009.Fakultas Kesehatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DI WARUNG SEPANJANG JALAN KEDUNG SROKO SURABAYA.. Apabila suatu saat

Tabel 3.4 Makanan Olahan Berdasarkan Hasil Uji Kelaikan Fisik Higiene Sanitasi Jasaboga dan Kandungan Bakteri E.coli ………. 34 Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan E.coli