UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA
S I S W A K E L A S V I I I D I S M P S I N A R
HUSNI MEDAN T.A. 2015/2016
Oleh:
Sri Wahyuni NIM. 4123311051
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan berkatNya yang telah memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Kubus Dan Balok Dengan Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Sinar Husni Medan T.A. 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr.Mukhtar, M.Pd, Dra. N. Manurung,M.Pd, dan Dr. W. Rajagukguk, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana peneltian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Yasifati Hi,M.Si selaku Pembimbing Akademik, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sekolah SMP Sinar Husni Medan, atas izin yang diberikan untuk mengadakan penelitian, serta kepada Bapak Drs. H. Juliardi selaku Kepala Sekolah SMP Sinar Husni Medan, Ibu Wardiana,S.Pd selaku guru matematika SMP Sinar Husni Medan, guru dan staf pegawai SMP Sinar Husni Medan yang namanya tidak memungkinkan penulis menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
vi
menyelesaikan studi di UNIMED. Terima kasih juga buat sahabat saya : Nanda, Netty, Khairun, Riani, Jumedi, Ridha, Yohanna, Lionita, Berna, Rifka, Hani, Siti dan kelas Ekstensi B 2012, dan seluruh teman-teman jurusan matematika 2004 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih buat doa dan kerjasamanya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya sktipsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 8 Juni 2016 Penulis,
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA
SISWA KELAS VIII DI SMP SINAR HUSNI MEDAN T.A. 2015/2016
SRI WAHYUNI (4123311051)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Menentukan tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada pokok bahasan kubus dan balok, (2) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkat pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Sinar Husni Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi kubusdan balok di kelas VIII SMP Sinar Husni Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Siswa kelas VIII SMP Sinar Husni Medan Tahun Ajaran 2015/2016 terdiri dari 3 kelas paralel. Dari 3 kelas dipilih satu kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas VIII-2 yang berjumlah 35 siswa.
Prosedur penelitian ini yang pertama adalah memberi tes kemampuan awal kepada kelas yang diteliti, guna untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematika awal siswa. Kedua mengadakan pembelajaran dengan penerapan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan materi kubus dan balok. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Bentuk soal untuk setiap tes adalah uraian. Sebelum tes diujikan, terlebih dahulu divalidkan dengan arahan validator.
vi 2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika 17 2.1.3. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 18 2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran 21
2.1.5. Model Quantum Teaching 23
2.1.5.1. Pengertian Quantum Teaching 23 2.1.5.2. Asas Utama Quantum Teaching 26 2.1.5.3. Prinsip-prinsip Quantum Teaching 26 2.1.5.4. Kerangka Pembelajaran Quantum Teaching 28 2.1.5.5. Penerapan Model Quantum Teaching 31 2.1.5.6. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Teaching 31
2.1.6. Materi Kubus dan Balok 33
vii
2.1.6.4. Penerapan dan Pelaksanaan Quantum Teaching
dalam Pembelajaran Kubus dan Balok 39
2.2. Penelitian yang Relevan 49
2.3. Kerangka Konseptual 49
2.4. Hipotesis Penelitian 51
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 52
3.2.1. Subjek Penelitian 52
3.2.2. Objek Penelitian 52
3.3. Jenis Penelitian 52
3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 53
3.4.1. Siklus I 54 3.6. Teknik Analisis Data 59 3.6.1. Analisis Hasil Tes 59 3.6.2. Analisis Hasil Observasi 61 3.7. Indikator Keberhasilan 61
3.8. Paparan Data 62
3.9. Penarikan Kesimpulan 62
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian 63 4.1.1. Hasil Penelitian Siklus I 63 4.1.1.1. Tahap Perencanaan Tindakan 69 4.1.1.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan 69 4.1.1.3. Tahap Pengamatan 72 4.1.1.4. Analisis Data Hasil Siklus I 73
4.1.1.5. Refleksi 77
viii
4.1.2.2.Tahap Pelaksanaan Tindakan 80
4.1.2.3.Tahap Pengamatan 83
4.1.2.4.Analisis Data Hasil Siklus II 84
4.1.2.5.Refleksi 89
4.2. Pembahasan dan Hasil Penelitian 90
4.3. Temuan Penelitian 93
4.4. Rekap Tindakan 95
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan 102
5.2.Saran 102
x
x DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Quantum Teaching 27 Tabel 2.2 Penerapan Model Quantum Teaching pada Kubus dan Balok 40 Tabel 2.3. Langkah-langkah Pembelajaran Model Quantum Teaching melalui
Kerangka TANDUR 43
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar 57 Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Pemecahan Masalah Siswa 60 Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Hasil Observasi Pembelajaran 61 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada
Tes Kemampuan Awal 64
Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Awal 64
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Awal 65 Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Awal 66 Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus I 72
Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa memahami masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 73 Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 74 Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan 75 Tabel 4.9. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melmeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan 76 Tabel 4.10.Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus II 83
Tabel 4.11.Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa memahami masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 85 Tabel 4.12.Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 85 Tabel 4.13.Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 86 Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah II 87
Tabel 4.15. Tingkat Penguasaan Siswa pada Siklus I dan Siklus II 91 Tabel 4.16. Perbandingan Nilai Ketuntasan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II 92 Tabel 4.18 Rekap Tindakan
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 2.1 Macam-macam Bangun Ruang 33
Gambar 2.2 Kubus dan Balok 33
Gambar 2.3 Diagonal Balok 35
Gambar 2.4 Jaring-jaringKubus dan Balok 36
Gambar 2.5 Kubus 37
Gambar 2.6 Balok 37
Gambar 2.7 Volume Kubus dan Balok 38 Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas Menurut Raka Joni 53 Grafik. 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Awal 67 Grafik 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 68 Grafik 4.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 76 Grafik 4.4. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 77 Grafik 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 88 Grafik 4.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 88 Gambar 4.1.Deskripsi Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas Pada Tes
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 106
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa I 111
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 118
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa II 125
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 128
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa III 135
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 137
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV 143
Lampiran 9 Kisi-kisi Tes Awal 145
Lampiran 10 Lembar Validitas Kemampuan Awal 147
Lampiran 11 Tes Kemampuan Awal 150
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Kemampuan Awal 153 Lampiran 13 Pedoman Penskoran Nilai Tes Kemampuan Awal 157 Lampiran 14 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 158 Lampiran 15 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 159 Lampiran 16 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 162 Lampiran 17 Alternatif Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 165 Lampiran 18 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 170 Lampiran 19 Lembar Validitasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II171 Lampiran 20 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 174 Lampiran 21 Alternatif Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 176 Lampiran 22 Pedoman Penskoran Nilai Tes Matematika 181 Lampiran 23 Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal (Pretes) 182 Lampiran 24 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 183 Lampiran 25 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 184 Lampiran 26 Tabel Penentuan Presentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori Pada Tes
Kemampuan awal (Pretes) 185
Lampiran 27 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I 188
Lampiran 28 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II 191
Lampiran 29 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 194 Lampiran 30 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 202
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menjamin perubahan kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat membangun dan memajukan negara sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan massa depan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Bebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan. Namun, indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakan upaya dalam perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut siswa untuk berwawasan luas.
2
Di dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetetif. Seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (1982:1):
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Mathematics is regarded by most people as being essential (matematika dianggap penting oleh kebanyakan orang), (2) Mathematics is only one of many subjects which are included in the school curriculum (matematika merupakan salah satu dari banyak mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum sekolah), (3) Mathematics provides a means of communication which is powerful, concise and unambiguous (matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas), (4) Mathematics can be used to present information in many ways (matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara), (5) Develop powers of logical thinking, accuracy, and spatial awareness (meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan).
Namun pada kenyataannya dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2012:252) bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar’’.
3
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memecahkan masalah. Perkembangan pendidikan matematika sekarang ini menekankan pentingnya pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk menggunakan segala pengetahuan yang diperolehnya untuk dapat memecahkan suatu masalah matematika. Seperti yang dikemukakan Lenner (1985:448) mengemukakan bahwa : “kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.
Sependapat dengan pendapat tersebut pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
4
mencari hasil itu dengan cara yang lain, melihat apakah hasilnya dapat dilihat dengan sekilas dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.
Sedemikian pentingnya kemampuan ini, sehingga menjadikan siswa kompeten dalam memecahkan masalah dipandang sebagai tujuan utama dari pengajaran matematika. Hal ini berarti pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika semakin ditekankan. Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa.
Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan matematika masih memprihatinkan dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Mutu akademik antarbangsa melalui Programme For International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 39 dari 41 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah (Kunandar, 2009:1).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki siswa untuk melatih agar siswa terbiasa menghadapi berbagai permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks. Oleh sebab itu, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus dilatih sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.
5
Siswa cenderung mendengar, melihat dan tidak banyak mau bertanya selama proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan pertanyaan, siswa pada umumnya tidak mampu menjawab. Selain itu, hasil belajar siswa pun masih kurang. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai tugas atau pekerjaan rumah yang diperoleh setelah diperiksa oleh guru. Sebagaimana diungkapkan Ibu Wardiana selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII bahwa, “Hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan mengajar (KKM) yaitu 65. Hal ini disebabkan sebagian besar siswa mempunyai minat belajar yang rendah, mendengar kata matematika saja mereka sudah takut. Selain itu pengetahuan dasar siswa sangat kurang, sehingga guru harus bekerja ekstra keras dalam menyampaikan materi agar dipahami siswa. Tapi jika hanya guru yang berusaha mengajari sedangkan siswanya tidak berusaha untuk belajar, hasilnya akan sama saja. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah ini masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Selain model pembelajaran konvensional, model pembelajaran lain yang pernah diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Tergantung dari materi yang akan disampaikan.”
Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes diagnostik diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik adalah:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya dari soal yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal ke dalam kalimat matematika (membuat model)
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui dengan apa yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
6
Deskripsi Hasil Test Identifikasi Masalah
Soal Nomor 1
Pak Agus akan membeli tanah untuk dikebuni jagung. Tanah yang akan dibeli berbentuk persegi panjang dengan luas 625m2. Tanah tersebut akan dipagari dengan 3 lapis kawat yang harga kawat per meter Rp 3.500,00. Berapakah jumlah uang yang paling sedikit dikeluarkan Pak Agus?
a. Tuliskan apa yang kamu ketahui dan ditanyakan pada soal di atas!
b. Langkah apa saja yang kamu lakukan agar dapat menyelesaikan permsalahan tersebut?
c. Tentukan harga beli tanah tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah kamu tuliskan pada bagian sebelumnya!
7
Luas tanah = p x l = 30m x 15m = 450 m2
Jumlah uang yang harus dibayarkan Pak Agus: = 450 m2 x Rp.100.000,-
= Rp.45.000.000,- Memeriksa kembali
Soal Nomor 2
Atap rumah Pak Abdul terdiri dari dua buah bangun berbentuk persegi panjang berukuran sama dengan panjang 10m dan lebar 8m. Jika tiap m2 atap tersebut membutuhkan 12 buah genteng, berapa banyakkah genteng yang dibutuhkan untuk menutup atap rumahnya tersebut?
a. Tuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanya dari data di atas!
b. Langkah apa saja yang kamu lakukan agar memperoleh banyak genteng yang dibutuhkan untuk menutup atap rumah Pak Abdul tersebut?
c. Hitunglah banyak genteng yang dibutuhkan untuk menutup atap rumah Pak Abdul sesuai dengan langkah-langkah yang telah kamu tuliskan pada bagian sebelumnya!
8
genteng yang dibutuhkan untuk menutupi atap rumah Bu Dewi?
a. Tuliskan informasi apa saja yang diketahui dan ditanya dari data di atas!
b. Langkah apa saja yang kamu lakukan untuk mengetahui panjang sisi kolam ikan yang baru?
c. Hitunglah panjang sisi kolam ikan yang baru! d. Jika Pak Radit memiliki kolam ikan dengan
9
Faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika menurut Slameto (2013 : 65) yaitu “Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas belajar dan menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja”. Menurut Abdurrahman (2012 : 42) dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar. Pembelajaran matematika disekolah juga belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pada umumnya pembelajaran matematika disekolah masih menggunakan metode atau model pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga guru lebih mendominasi proses aktivitas pembelajaran dikelas dibandingkan siswa, selain itu juga latihan yang diberikan lebih banyak soal-soal yang bersifat rutin sehingga kurang melatih daya nalar siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran. Model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
10
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2013 : 1).
Sedangkan Slameto (2013:65) menyatakan bahwa: “metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar”.
Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu mengaktifkan siswa selama peroses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu dari pembelajaran yang terpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran terpusat pada siswa agar kemampuan kognitif siswa dapat berkembang. Salah satu alternatif untuk mengubah pembelajaran tersebut yakni dengan model pembelajaran Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Menurut DePorter, dkk (2010 : 32) menyatakan “Hubungan dinamis yang tercipta berguna untuk menarik keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.”
11
DePorter,dkk (2010 : 122) mengemukakan bahwa :
Quantum teaching terletak pada kemampuan anda untuk menjembatani jurang antara dunia kita dan dunia mereka. Hal ini akan memudahkan anda membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan
Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi ilmu yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang pembelajaran, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Menurut Deporter,dkk (2010 : 37) bahwa :
Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Jika Anda menonton sebuah simfoni, ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik anda. Kita dapat membagi unsur- unsur tersebut menjadi dua kategori : konteks dan isi.
Quantum Teaching adalah pembelajaran yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang mempengaruhi proses dan pemahaman pemecahan masalah siswa. Lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan serta munculnya emosi positif sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga akan memberikan kepercayaan diri untuk mencetuskan ide-ide kreatif atau gagasan dari hasil pemikirannya.
Deporter,dkk ( 2010 : 32) mengungkapkan bahwa :
12
Dengan melihat model pembelajaran tersebut, salah satu materi yang cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model Quantum Teaching adalah kubus dan balok. Karena kubus dan balok merupakan materi yang erat kaitannya dengan lingkungan sekitar. Kubus dan balok merupakan materi kelas VIII SMP semester genap. Adapun sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada materi kubus dan balok ini meliputi mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok, membuat jaring-jaring kubus dan balok dan menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok. Siswa sering kali mengalami kesulitan dalam mengidentikasi sifat-sifat kubus dan balok serta masih sulit menerjemahkan kalimat matematika dari soal cerita untuk mencari luas permukaan dan volume kubus dan balok. Kurangnya minat belajar juga mempengaruhi sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang antusias dalam mempelajari ataupun menyelesaikan soal-soal mengenai kubus dan balok sehingga apa yang disampaikan dan diharapakan guru pada pembelajaran kubus dan balok seringkali tidak tercapai.
Menyadari hal tersebut, perlu adanya suatu pembaharuan dalam model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat mempelajari materi pelajaran lebih mudah, lebih cepat dimengerti, lebih bermakna, efektif dan menyenangkan sebagai upaya meningkatkan nilai mata pelajaran matematika salah satunya adalah model pembelajaran “Quantum Teaching” . Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul : “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Kubus Dan Balok Dengan Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Sinar Husni Medan T.A. 2015/2016”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
13
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi yang didominasi oleh guru.
3. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan sehari-hari kedalam model matematika.
4. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
1.3Batasan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar peneliti menjadi lebih efektif, jelas dan terarah, masalah dibatasi pada penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Sinar Husni Medan.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus pemasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Sinar Husni Medan Tahun Ajaran 2015/2016?”
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP Sinar Husni MedanTahun Ajaran 2015/2016?”
1.6Manfaat Penelitian
14
1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah variasi model pembelajaran dan menambah pengetahuan guru mengenai model Quantum Teaching sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.
2. Bagi siswa, diharapkan melalui model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika dan siswa dapat menjadi lebih aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.
4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui pembelajaran Quantum Teaching dan untuk bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam melaksanakan praktik mengajar yang sesungguhnya.
1.7Defenisi Operasional
Peneliti ini berjudul “Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Kubus dan Balok dengan model Quantum Teaching pada siswa kelas VIII Di SMP Sinar Husni Medan T.A. 2015/2016”.” Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut:
a. Model Quantum Teaching adalah pembelajaran yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan serta munculnya emosi positif sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi kepada seseorang sehingga akan memberikan kepercayaan dirinya sendiri. b. Pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum
15
hanya sekedar hasil.Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan dasar dalam belajar matematika.Langkah kerja pemecahan masalah menurut Polya adalah :
Pemahaman Pada masalah
Membuat rencana pemecahan masalah
Melaksanakan rencana penyelesaian
Meninjau kembali solusi yang didapatkan
c. Kubus adalah bangunan ruang yang semua sisi-sisinya berbentuk persegi. d. Balok adalah bangun ruang yang sisi-sisinya berhadapan berbentuk persegi
102 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
Berdasarkan hasil tes awal (pretes), diperoleh informasi rata-rata bahwa
siswa memiliki tingkat kemampuan memecahkan masalah masih rendah
dengan nilai rata-rata kelas 67,05. Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I,
tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai
rata-rata kelas 78 dengan 27 siswa atau 77,14 % dari seluruh siswa telah
mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu. Selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa memecahkan
masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 83,29 dengan jumlah siswa
yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31
orang atau 88,56 % dari seluruh siswa. Berdasarkan analisis penelitian,
diperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran pada materi kubus
dan balok di kelas VIII SMP Sinar Husni Medan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Dimana
peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Sinar Husni
Medan, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar karena pembelajaran ini lebih inovatif. Untuk itu disarankan
hendaknya guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching sebagai alternatif.
2. Kepada siswa SMP Sinar Husni Medan disarankan lebih berani dalam
103
perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif
karena guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3. Kepada Kepala SMP Sinar Husni Medan, agar dapat mengkoordinasikan
guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan
inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Sehingga penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching sebagai salah satunya.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Quantum
Teaching pada pokok bahasan kubus dan balok ataupun pokok bahasan
104
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arends, Richard, (2008), Belajar Untuk Mengajar, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Asmani, Jamal Ma’mur., Tips Pintar PTK : Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Laksan, Jogjakarta.
Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.
Dimyanti, dan Mudjiono, (2013), Belajar & Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
DePorter,Bobbi., Reardon, Mark., and Norie,Singer Sarah, (2010), Quantum Teaching : Orchestrating Student Success. Terjemahan Ary Nilandari. Penerbit PT Mizan Pustaka, Bandung .
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. FMIPA Unimed, Medan.
Hamdani, (2010), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.
Harahap, Miska Aini, (2015), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menerapkan Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas X SMK Swasta AL-BUKHARY RantauPrapat Tahun Ajaran 2014/2015, Skripsi, FMIPA UNIMED , Medan.
Hudojo, H, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.
Kunandar, (2009), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikat Guru, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Lerner, Janet W, (1985), Learning Disabilities: Theorities, Diagnosis, and Teaching Strategies, Houghton Mifflin Company, Boston.
105
Rusman, (2014), Model-Model pembelajaran : Mengembangkan Profesional Guru, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Sanjaya, Wina, (2013), Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Penerbit Penerbit Rajawali Press, Jakarta.
Sahara, Lisa, (2013), Penerapan Metode Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas VII MTsN 2 MEDAN T.A. 2013/2014, Skripsi. FMIPA UNIMED, Medan.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Slameto, (2013), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana, Jakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Meid Persada, Medan.