• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

DWI NATA SYAHPUTRA 052408109

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

KEAMANAN KENDARAAN TERKONEKSI

HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER

AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : DWI NATA SYAHPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa : 052408109

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2008

Diketahui/Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua,

(DR.Marhaposan Situmorang) (Ir. Junaidi)

(3)

PERNYATAAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT KEAMANAN KENDARAAN TERKONEKSI HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2008

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwata’ala, sang penguasa langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sesuai waktu yang telah ditetapkan.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah

Sallallahu’alaihiwassalam sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan

teladan bagi penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, ketua departemen Fisika Bapak DR.Marhaposan Situmorang, Ketua Jurusan DIII Fisika Instrumentasi Bapak Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc. Sekretaris Jurusan Departemen Fisika Ibu Dra.Yustinon,M.Si. Dan khusus kepada Bapak Ir.Junaidi selaku Dosen Pembimbing penulis dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini yang telah banyak membantu dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Serta kepada seluruh staf dan Dosen pengajar di Departemen Fisika FMIPA USU yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.

Tak lupa penulis berikan penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Juga kepada teman-teman, Bang Bryan Habsyah atas segala bantuan dan kerja samanya semoga Allah membalasnya dengan pahala terbaik, Citra, Abdi & Wahyu teman seperjuangan dalam pelaksanaan praktek proyek, kepada seluruh teman-teman di jurusan Fisika Instrumentasi (Ari, Vikri, Ilham, Eko dan semuanya), kepada anak-anak AsTra Thank’s atas segala masukannya dan kepada YoeLina yang selalu memotivasi penulis agar sesegera mungkin menyelesaikan penulisan dan penyusunan tugas akhir ini serta kepada seluruh teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan disini. Semoga Allah Subhanahuwata’ala melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada kalian semua.

(5)

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Batasan Masalah 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan 2

1.4 Metode Pengumpulan Data 2

1.5 Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Mkrokontroler 5

2.1.1 Konstruksi AT89S51 6

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51 8

2.2 Relay 10

2.3 Penguat Operasional 12

2.3.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional 12

2.3.2 Penguat non-Inverting 12

2.3.3 Penguat Inverting 12

(7)

2.3.6 Penguat Jumlah (summing amplifier) 14

2.4 Transistor 14

2.5 Regulator Tegangan 17

2.5.1 Regulator Tegangan Positif 17

2.5.2 Regulator Tegangan Negatif 20

2.6 Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) 21

2.7 Bahasa Assembly MCS-51 23

2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 27

2.9 Software Downloader 27

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Rangkaian Power Supplay ( PSA ) 29

3.2 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder 30

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31

3.4 Rangkaian Relay Lampu 33

3.5 Rangkaian Alarm 34

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan 35

3.7 Perancangan Software 36

BAB IV ANALISA RANGKAIAN DAN SOFTWARE

4.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Rangkaian 38

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 39

4.3 Pengujian Rangkaian Penguat 40

4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder 41

4.5 Pengujian Rangkaian Relay Lampu 42

4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer 43

4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan 44

4.8 Analisa Software 45

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 8

2. Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 11

3. Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat non-inverting 12

4. Gambar 2.4 Rangkaian dasar penguat inverting 13

5. Gambar 2.5 Rangkaian dasar penguat differensial 14 6. Gambar 2.6 Rangkaian dasar penguat jumlah (summing amplifier) 14

7. Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ON 15

8. Gambar 2.8 Karakteristik daerah saturasi pada transistor 16

9. Gambar 2.9 Transistor Sebagai Saklar OFF 16

10. Gambar 2.10 Bentuk IC Regulator dan Simbol Rangkaian 17

11. Gambar 2.11 Rangkaian Catu Daya dengan IC Regulator 19

12. Gambar 2.12 Rangkaian Negatif 21

13. Gambar 2.13 Kombinasi nada DTMF 22

14. Gambar 2.14 IC-IC DTMF buatan Mitel 23

15. Gambar 2.15 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 27

16. Gambar 2.16 ISP-Flash Programmer 3.a 28

17. Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA) 29

18. Gambar 3.2 Rangkaian DTMF Dekoder 30

19. Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31

20. Gambar 3.4 Rangkaian Relay 33

21. Gambar 3.5 Rangkaian Alarm 34

22. Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Tegangan 35

23. Gambar 4.1 Diagram blok rangkaian 38

(11)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan bermotor, dan

pencurian kendaraan bermotor yang semakin marak. Alat keamanan standart yang

dimiliki setiap kendaraan sudah tidak efisien karena sudah tidak dapat lagi

melindunginya dari aksi pencurian. Hal ini membuat manusia semakin maju dalam

berpikir untuk merancang alat-alat pangamanan dari aksi tersebut dan yang saat ini

banyak berkembang di masyarakat adalah berupa alarm kendaraan. Dimana cara kerja

dari alat ini cukup sederhana yaitu, saat mesin kendaraan dimatikan dan alarm

diaktifkan, alarm tersebut akan berbunyi apabila mesin kendaraan dihidupkan atau

alarm tersebut akan bunyi apabila terjadi guncangan-guncangan keras pada kendaraan.

Dan dalam pengembangan dari alat keamanan ini diharapkan dapat lebih

memudahkan pengguna dalam mengatasi aksi pencurian, dengan digunakannya alat

komunikasi berupa handphone pada alat ini. Dimana, handphone yang terhubung pada

alat digunakan untuk menerima perintah-perintah langsung dari handphone pemilik,

dengan program yang telah dirancang dan diisi pada mikrokontroler, maka

(12)

1.2 Batasan Masalah

Untuk memberi batasan dalam pembahasan dan penulisan tugas akhir ini, maka tugas

akhir ini dibatasi dengan pembahasan dan penulisan tentang perancangan dan

pembuatan alat keamanan kendaraan terkoneksi handphone berbasis mikrokontroler

AT89S51. Adapun sistem pengendalian alat dirancang otomatis akan berjalan setelah

mendapat perintah-perintah dari handphone pemilik, program pada mikrokontroler

akan mengeksekusi perintah-perintah tersebut untuk menjalankan sistem.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan secara nyata

dan aplikatif.

2. Untuk menjalankan alat dengan menggunakan program yang diisikan pada

mikrokontroler.

3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada

Program Diploma III di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh melalui beberapa

metode. Adapun metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

(13)

1. Studi kepustakaan.

Pada metode ini, penulis mengumpulkan data dan teori yang dibutuhkan dalam

penulisan tugas akhir melalui buku-buku dan berbagai referensi lainnya yang

berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Lembar data (Datasheet) komponen yang digunakan pada peralatan.

Lembar data (Datasheet) merupakan data-data yang dikeluarkan oleh produsen

komponen elektronika mengenai fungsi, karakteristik dan data-data penting

lainnya tentang suatu komponen hasil produksi dari produsen komponen

elektronika yang bersangkutan

3. Pengujian Alat.

Data yang diperoleh melalui metode ini didapat setelah alat yang dibuat diuji

dan diambil kesimpulan setelah dilakukan pengujian tersebut.

4. Berkonsultasi dengan Dosen pembimbing.

Pada metode ini, penulis melakukan konsultasi dengan berdiskusi dan bertanya

secara langsung pada Dosen pembimbing penulis mengenai segala

permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini

adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir, metode pengumpulan data untuk penulisan tugas

(14)

BAB II TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori, dalam bab ini menjelaskan tentang teori

pendukung yang digunakan untuk pembuatan alat, dan

karakteristik dari komponen-komponen pendukung, serta cara

kerja dari rangkaian alat yang dibuat.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bab ini dipaparkan mengenai rangkaian-rangkaian yang

digunakan, serta program yang digunakan untuk menjalankan

alat.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SOFTWARE

Bab ini berisi mengenai software yang digunakan, serta

penjelasan mengenai program yang telah diuji untuk

menjalankan alat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan

dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran

apakah rangkaian dapat dibuat secara efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem

(15)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran

Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data

per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program pada

mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa

set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan. Beberapa

fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :

a. Sebuah Central Processing Unit 8 bit

b. Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu

c. RAM internal 128 byte

d. Flash memori 4 Kbyte + 2Kbyte EEprom

e. Daya tahan 1000 kali baca/tulis

f. Tiga level kunci memori progam

g. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

h. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan

buah jalur I/O

i. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

j. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

k. Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

(16)

2.1.1 Konstruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan

1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini

AT89S51 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

Mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only

Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai

dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini

dinamakan sebagai memori program. Random Access Memory (RAM) isinya akan

sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat

program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai

memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk Mikrokontroler dengan program yang sudah baku

dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC

Mikrokontroler dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu Mikrokontroler

menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah

(17)

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash

PEROM, program untuk mengendalikan Mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89C4051 flash PEROM Programmer.

Memori data yang disediakan dalam chip AT*(S51 sebesar 128 kilo byte) meskipun

hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang

biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri

(RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2

dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock

penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang

diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0

dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah

sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan

dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur input/output paralel

kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang secara

(18)

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 :

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini

dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai

(19)

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

(20)

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat

selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)

selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika

kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12

Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.2 Relay

Untuk memutuskan dan menghubungkan suatu rangkaian primer dengan sekunder,

diperlukan sebuah alat yaitu relay. Relay adalah sebuah saklar dengan

elektromagnetik yang dapat mengubah kontak-kontak saklar dari normally open (NO)

menjadi normally close (NC) dan sebaliknya, sewaktu alat ini menerima arus listrik.

Pada dasarnya, relay terdiri dari lilitan kawat (kumparan,koil) yang terlilit pada

suatu inti dari besi lunak. Kalau kumparan ini dilalui arus maka inti menjadi magnet

(21)

sedangkan kontak antara B dan C akan menutup. Jenis relay ini dikenal dengan nama

relay jenis kontak luar.

Macam-macam relay yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

a. Normaly Open (NO), saklar akan terbuka bila dialiri arus

b. Normaly Close (NC), saklar akan tertutup bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya

tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke

terminal A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung

ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat

basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat

menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.

Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan

induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga

arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus

yang mengalir pada gulungan kawat. Bentuk relay yang digunakan dan bentuk relay

dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver

Vcc

Tr VB

Dioda

(22)

2.3 Penguat Operasional

2.3.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional

Suatu Op-Amp ideal memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Hambatan masukan Ri = ∞

b. Hambatan keluaran Ro = 0

c. Bati tegangan Av = -∞

d. Lebar pita = ∞

e. Keseimbangan sempurna: Vo = 0 bilamana V1 = V2

f. Karakteristik tidak berubah dengan suhu.

2.3.2 Penguat non-inverting

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada

gambar 2.3 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat

melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan

satu fasa dengan tegangan inputnya.

Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat non-inverting

2.3.3 Penguat Inverting

Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4,

(23)

namanya, bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan

dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpan balik negatif di bangun melalui resistor

R2.

Gambar 2.4 Rangkaian dasar penguat inverting

Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal

masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui

adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.

2.3.4 Penguat diffrensial

Penguat Differensial bisa mengukur maupun memperkuat sinyal-sinyal kecil yang

terbenam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Empat tahanan presisi (1 %) dan

sebuah penguat operasional membentuk sebuah penguat differensial, seperti terlihat

pada gambar 2.5 terminal inputnya ada dua, input (-) dan (+), dihubungkan dengan

terminal penguat operasional yang terdekat.

Sumber masukan penguat differensial ada 2, yaitu E1 dan E2. Jika E2 dihubung

singkat, maka E1 mendapat penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena

tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE1.

Jika E1 dihubung singkat, maka E2 akan terbagi antara R dan mR, sehingga

terminal positif dari penguat operasional menerima tegangan sebesar mendapat

penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah

(24)

Gambar 2.5 Rangkaian dasar penguat differensial

2.3.5 Penguat jumlah (summing amplifier)

Penguat operasional sering digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal.

Berikut ini adalah gambar dari summing amplifier.

Gambar 2.6 Rangkaian dasar penguat jumlah (summing amplifier)

Rangkaian summing amplifier mempunyai penguatan tegangan sebanyak dua

penguatan tegangan.

2.4 Transistor

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di

satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya.

Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.

Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian

analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio.

Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai sakelar elektronik

(25)

Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu dipakai pada

basis transistor, yang mana kolektor dan emiter sebagai penghubung untuk pemutus

(short) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan/prosedur transistor sebagai berikut:

a. Pada transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emiter,

menyebabkan hubungan kolektor ke emiter terhubung singkat, yang

menyebabkan transistor aktif (on). Memberikan tegangan negatif atau 0 V

dari basis ke emiter menyebabkan hubungan kolektor dan emiter terbuka,

yang disebut transistor mati (off).

b. Pada transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emiter ini

akan menyalakan transistor (on). Dan memberikan tegangan positif atau 0 V

dari basis ke emiter ini akan membuat transistor mati (off).

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching)

dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off)

yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara

ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan

ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi

pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor

sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar

Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ON

(26)

Pada gambar dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat)

adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan

pada lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada

arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.8

dikenal sebagai daerah saturasi.

Gambar 2.8 Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara

ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).

Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber (Vcc).

Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus

bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar,

transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.9 Transistor Sebagai Saklar OFF

(27)

2.5 Regulator Tegangan

Regulator tiga terminal adalah “Integrated Voltage Regulator Circuit“ yang dirancang

untuk mempertahankan tegangan outputnya tetap dan mudah untuk dirangkai.

Keuntungannya adalah :

1. Membutuhkan penambahan komponen luar yang sangat sedikit, ukuran kecil.

2. Mempunyai proteksi terhadap arus hubung singkat.

3. Mempunyai automatic thermal shutdown.

4. Mempunyai tegangan output yang sangat konstan.

5. Mempunyai arus rendah.

6. Mempunyai ripple output yang sangat kecil.

7. Pembiayaan rendah.

2.5.1 Regulator Tegangan Positif

Gambar 5.1 memperlihatkan contoh IC regulator Tegangan Positif tiga terminal MC

7805.

(28)

Seri LM 78XX adalah regulator dengan tiga terminal, dapat diperoleh dengan

berbagai tegangan tetap. Beberapa IC regulator mempunyai kode yang dibuat oleh

pabrik pembuat komponen, sebagai contoh; IC LM.7805 AC Z yang artinya sebagai

berikut:

LM Linear Monolithic

78L Bagian nomor dasar yang menyatakan tegangan positif

06 Tegangan output

AC Standar ketepatan

Z Tipe pembungkus , ZTO-92 Plastik

Seri LM 78XXC dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 alumunium, arus keluaran

(output) 1A, boleh lebih asalkan IC regulator dilengkapi dengan pendingin (heatsink).

Regulator LM 78XXC mudah dipakai dan tambahan komponen-komponen luar tidak

banyak. Sifat-sifat IC regulator LM 78XX adalah sebagai berikut :

1. Arus keluaran melebihi 1A

2. Pengamanan pembebanan lebih termik

3. Tidak diperlukan komponen tambahan

4. Ada pengamanan untuk transistor keluaran ( output )

5. Dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 aluminium

Contoh rangkaian lengkap catu daya menggunakan regulator tiga terminal IC 7805

(29)

Gambar 2.11 Rangkaian Catu Daya dengan IC Regulator

Tegangan dc untuk satu gelombang penuh adalah:

Vdc = m V 2

Di dapat dari, Persamaan-persamaan berikut:

v0 = Vm sin t 0t

= -Vmsin t t2

Tanda minus tampak pada persamaan kedua, sebab selama setengah siklus gelombang

yang kedua adalah sinusoidal, tetapi membalikkan. Rata-rata atau nilai tegangan dc

(30)

Vdc =

2. Perbedaan antara tegangan input dan output atau disebut diferensial input

output.

3. Arus beban.

2.5.2 Regulator Tegangan Negatif

Pada rangkaian operational amplifier dan microprocessor dibutuhkan catu daya yang

membutuhkan dua polaritas sumbertegangan, misal +5V dan -5V. Seri LM 79XXC,

LM 79LXX adalah regulator tegangan negatif 3 terminal. Seri LM 79XXC dikemas

dalam kemasan daya TO-200 dan mampu mengeluarkan arus 1,5 A. Sifat-sifat

regulator LM79XXC adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai pengaman daerah, hubung singkat dan termik.

2. Penindasan kerut (ripple) tinggi.

3. Arus keluaran 1,5 A.

4. Tegangan keluaran diatur mula 4%.

Untuk seri LM79LXX AC, piranti ini telah dirancang untuk mengeluarkan tegangan

tetap dan dapat diperoleh dalam kemsan TO-92 dengan 3 kawat. Sifat-sifat regulator

ini adalah sebagai berikut :

1. Arus keluaran 100 mA.

2. Mudah dikompensasi dengan kodensator kapasitas kecil 0,1 µA.

(31)

4. Penyimpangan tegangan keluaran diatur ± 5 %.

Gambar berikut memperlihatkan regulator negatif tiga terminal yang tegangan

outputnya dapat diatur.

Gambar 2.12 Regulator Negatif

2.6 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)

Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik mengirimkan angka-angka

pembentuk nomor telepon yang dikodekan dengan 2 nada yang dipilih dari 8 buah

frekuensi yang sudah ditentukan. 8 frekuensi tersebut adalah 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz,

941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz dan 1633 Hz, seperti terlihat dalam Gambar 2.13

angka 1 dikodekan dengan 697 Hz dan 1209 Hz, angka 9 dikodekan dengan 852 Hz

dan 1477 Hz. Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bisa dipakai untuk mengkodekan 16

(32)

Gambar 2.13 Kombinasi nada DTMF

Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan cara

memutar piringan angka, tapi secara teknis lebih sulit diselesaikan. Alat pengirim

kode DTMF merupakan 8 rangkaian osilator yang masing-masing membangkitkan

frekuensi ‘aneh’ di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur frekuensi untuk

mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan penerima kode DTMF lebih rumit lagi,

dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya.

Beberapa pabrik membuat IC khusus untuk keperluan DTMF, diantaranya yang

banyak dijumpai adalah MC145436 buatan Motorola, MT8870, MT8880 dan MT8888

buatan Mitel Semikonductor.

MC145436 dan MT8870 merupakan penerima DTMF, menerima sinyal dari

saluran telepon kalau ternyata sinyal yang diterima tadi merupakan kombinasi nada

yang sesuai dengan ketentuan DTMF, mengeluarkan kode biner sesuai dengan

kombinasi nada tersebut. MT8880 dan MT8888 merupakan penerima dan pengirim

DTMF, selain bisa berfungsi sebagai penerima DTMF, bisa pula dipakai untuk

membangkitkan nada DTMF sesuai dengan angka biner yang diterimanya.

Saluran data (data bus) dan sinyal-sinyal kontrol MT8880 dirancang sesuai

dengan karakteristik mikrokontroler buatan Motorola (misalnya MC68HC11),

(33)

AT80C51). Tapi untuk AT89C2051 yang memang tidak punya saluran data (data bus)

perbedaan kedua IC itu tidak ada artinya, mengingat saluran data dan sinyal

kontrolnya disimulasikan lewat program.

Gambar 2.14 IC-IC DTMF buatan Mitel

2.7 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa

ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi-instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ...

(34)

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

(35)

TUNDA:

... RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

... ... JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop ...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

(36)

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan

instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

DEC R0 R0 = R0 – 1 ...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

INC R0 R0 = R0 + 1 ...

(37)

2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah

editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti gambar

berikut:

Gambar 2.15 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

2.9 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler

(38)

Tampilannya seperti gambar berikut:

Gambar 2.16 ISP- Flash Programmer 3.a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file

heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan

(39)

BAB III

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt dan

(–) 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian,

keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-) 12 volt

untuk mensupplay tegangan negatip Op-Amp. Rangkaian tampak seperti gambar di

bawah ini:

Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 15 volt AC akan disearahkan dengan

menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 15 volt DC akan diratakan oleh kapasitor

(40)

dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED

hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini

berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian,

sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh

arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung dihasilkan oleh regulator

tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh regulator tegangan

LM7912.

3.2 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit data biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar berikut ini :

(41)

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini merupakan IC

DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data

biner. Jika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari rangkaian ini adalah 0001,

tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010, demikian

seterusnya. Output dari rangkaian ini akan dihubungkan ke mikrokontroler sehingga

mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk

kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi selanjutnya

Input rangkaian ini dihubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone) yang

berasal dari HP akan diinputkan ke pin 2 dari IC ini. Rangkaian penguat ini berfungsi

untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel speaker pada hansfree).

Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga dibutuhkan penguat.

Komponen utama dari rangkaian penguat ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC

penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :

2 220.000

tan 733

1 300 R

Pengua A kali

R

   

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.

(42)

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroler AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke

tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.

Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik

tegangan ) agar output dari mikrokontroler dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai

8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.

Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan

sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan

(43)

3.4 Rangkaian Relay Lampu

Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan

lampu dengan kunci. Gambar rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.4

berikut ini:

Gambar 3.4 Rangkaian relay

Output dari relay yang satu dihubungkan ke kunci dan yang lainnya dihubungkan

ke lampu, hubungan yang digunakan adalah normally close. Prinsip kerja rangkaian

ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan

atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler port 0.1 (P0.1). Pada

saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias

dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif

(saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan

menyebabkan sakar pada relay menjadi terbuka, sehingga hubungan kunci ke lampu

(44)

sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri

arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay tertutup, sehingga kunci dengan

lampu akan terhubung, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu akan menyala.

3.5 Rangkaian Alarm

Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan

sumber tegangan 12 volt dengan buzzer. Gambar rangkaian alarm ini ditunjukkan

pada gambar 3.5 berikut ini:

Gambar 3.5 Rangkaian alarm

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang

lainnya dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open.

Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai

saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari

mikrokontroler port 0.0 (P0.0). Pada saat logika pada port 0.0 adalah tinggi (high),

maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias

ini maka transistor akan aktif (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke

kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup,

(45)

akan berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.0 adalah rendah (low)

maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus,

sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak

berbunyi.

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan

Rangkaian ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke mikrokontroler jika kunci

diaktifkan. Gambar rangkaian sensor tegangan tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Tegangan

Tegangan 12 volt yang berasal dari baterei diturunkan dengan menggunakan

pembagi tegangan. Sesuai dengan rumus pembagi tegangan, maka outputnya adalah:

1 2 2

Tegangan 2,1 Volt ini kemudian diinputkan ke basis transistor sehingga transistor

C945 menjadi aktif. Aktifnya transistor akan mengakibatkan kolektor yang terhubung

dengan P0.2 mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Sinyal low (tegangan 0 volt)

inilah yang kemudian dideteksi oleh mikrokontroler sebagai sinyal ketika kunci

(46)

3.7 Perancangan Software

Perancangan software merupakan kunci utama dalam mengendalikan perangkat keras

yang ada di dalam sistem. Software ini berupa program dalam bahasa assembly untuk

MCS-51. Hasil dari perancangan program tersebut diisikan ke dalam komponen

mikrokontroler AT89S51 melalui software downloader ISP- Flash Programmer 3.0a.

(47)
(48)

BAB IV

ANALISA RANGKAIAN DAN SOFTWARE

4.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Rangkaian

Didalam merancang dan membuat suatu sistem, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan blok diagram hingga skema rangkaian keseluruhan agar menghasilkan

sistem yang baik. Diagram blok merupakan hubungan berurutan satu atau lebih

komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri.

Gambar 4.1 : Diagram blok rangkaian

(49)

blok rangkaian DTMF, didalam DTMF sinyal tadi diubah menjadi data digital yang

akan masuk ke mikrokontroler AT89S51, didalam mikrokontroler data digital tadi

dproses dan sesuai dengan program yang dibuat, perintah dari Hp(R) akan dieksekusi,

sehingga alat dapat berjalan sesuai dengan perintah yang diberi.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator,

dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati

LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED

akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733,

dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika

low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika

high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28

(P2.7). Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler

AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :

(50)

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang waktu

tunda. Jika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga

sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.

Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika

high akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program

ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip terus

menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler

telah berfungsi dengan baik.

4.3 Pengujian Rangkaian Penguat

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada

input dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat nilai

tegangan sebagai berikut :

Kondisi Input Output

Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV

Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tegangan input OP-Amp

Dari data yang ada, didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian sebesar 191

kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk kondisi ketika ada

(51)

4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input dari

rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan kabel

speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari

hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut :

Table 4.2 Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone

Tombol LED1 LED2 LED3 LED4

1 ON OFF OFF OFF

2 OFF ON OFF OFF

3 ON ON OFF OFF

4 OFF OFF ON OFF

5 ON OFF ON OFF

6 OFF ON ON OFF

7 ON ON ON OFF

8 OFF OFF OFF ON

9 ON OFF OFF ON

0 OFF ON OFF ON

* ON ON OFF ON

(52)

4.5 Pengujian Rangkaian Relay Lampu

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0

volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,

transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif

jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan

relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan lampu dengan

kunci, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close (NC), dengan

demikian jika relay aktif maka hubungan lampu ke kunci akan terputus, sebaliknya

jika relay tidak aktif, maka lampu dengan kunci akan terhubung.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,

jika relay aktif dan hubungan lampu dengan kunci terputus, maka rangkaian ini telah

berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini

ke mikrokontroler pada P0.1, kemudian memberikan program sederhana pada

mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.1

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan

mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor

C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan hubungan lampu dengan kunci terputus.

Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya

(53)

Clr P0.1

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan

mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor

C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan hubungan lampu dengan kunci

terhubung.

4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer

Sama seperti pada rangkaian relay lampu, pengujian rangkaian relay dapat dilakukan

dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor

C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis

diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt.

Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan

untuk memutuskan hubungan buzzer dengan sumber tegangan 12 volt, dimana

hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay

aktif maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika

relay tidak aktif, maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terputus.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,

jika relay aktif dan buzzer berbunyi, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke

mikrokontroler pada P0.0, kemudian memberikan program sederhana pada

mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.0

(54)

Perintah tersebut akan memberikan logika high pada P0.0, sehingga P0.0 akan

mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor

C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan buzzer berbunyi. Berikutnya memberikan

program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.0

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.0, sehingga P0.0 akan

mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor

C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan buzzer tidak berbunyi.

4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan kunci, sehingga

tegangan 12 volt dari baterei akan terhubung dengan rangakaian, kemudian mengukur

tegangan output dari rangkaian tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan pada saat

kunci tidak diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 4,7 volt. Ketika kunci

diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 0 volt. Dengan demikian rangkaian

ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya adalah dengan menghubungkan rangkaian ini dengan

rangkaian mikrokontroler pada P0.2, kemudian memberikan program sederhana pada

mikrokontroler.

Program sebagai berikut :

(55)

Program di atas akan menunggu adanya sinyal low yang dikirimkan rangkaian

sensor tegangan, dimana sensor tegangan tersebut dihubungkan dengan P0.2. Program

akan terus menunggu sampai ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor

tegangan. Jika ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor tegangan, maka

program akan menghidupkan LED indikator yang dihubungkan ke P0.1.

4.8 Analisa Software

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 ini adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa

assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler,

Simulator (IDE). Setelah program selesai ditulis, kemudian save dan kemudian

di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan

kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam

penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki

terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi. Software 8051IDE ini

berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal,

proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah

yang akan dikirimkan ke mikrokontroler. Untuk mengirimkan bilangan-bilangan

heksadesimal ini ke mikrokontroler digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a.

(56)
(57)

tunda:

mov r7,#255 tnd:

mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret delay:

mov r7,#2 dly:

mov r6,#255 dl:

(58)

Mulai 4.9 Flowchart dari program alat keamanan kendaraan

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan perencanaan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem,

maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:

1. Saat alat dalam keadaan stand by, kendaraan akan hidup setelah menekan

tombol 2 dan * dari handphone, tetapi apabila kendaraan dicoba hidupkan

tanpa menekan tombol tersebut terlebih dahulu maka alarm akan berbunyi.

2. Dari program yang dibuat didapat, untuk mematikan alarm ditekan tombol #

pada handphone, lalu matikan kunci kontak kendaraan.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran

untuk penelitian lebih lanjut, yaitu:

1. Dalam pengembangan selanjutnya, agar rangkaian yang digunakan tidak

terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan

terlindungi, sehingga penggunaannya dapat lebih efektif.

2. Dalam pengembangannya alat ini dapat digunakan untuk sistem kontrol

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55/ Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gava Media.

Bhisop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga

Budiharto Widodo, Firmansyah. 2005. Elektronika Digital Dan Mikroprosesor. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=24&fname=semua.htm. Diakses Tanggal 23 Juli 2008

http://www.electroniclab.com/index.php?action=doclist&poinID=5&doctitle=LabMik ro. Diakses tanggal 29 Juli 2008

http://iddhien.com/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=10&id =21&Itemid=106. Diakses tanggal 31 Juli 2008

Gambar

Gambar 2.1  IC Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.2  Simbol Relay dan Rangkaian Driver
gambar 2.3 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat
Gambar 2.4  Rangkaian dasar penguat inverting
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Secara historis, arus pendidikan Islam Indonesia pada awal abad ke- 20 mengalami diferensiasi dan pembelahan yang tajam, yaitu dengan kehadiran gerakan modern Islam

Semoga perubahan dan pergeseran paradigma seni pertunjukan teater yang terus menerus terjadi mampu menjadi cara untuk membaca pendidikan seni budaya di Indonesia khususnya dan

Salah satu bentuk matsuri yang masih diselenggarakan oleh masyarakat Jepang terdapat dalam bidang pertanian, yakni ritual panen yang sudah ada sejak ribuan tahun

Hal terakhir yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi. Setiap karyawan yang bekerja memiliki motivasi tersendiri. Motivasi terbesar adalah mendapatkan gaji yang

Alhamdullillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Perubahan kadar T4 bebas pada kelompok perlakuan setelah intervensi 6 bulan dibandingkan data awal mengalami penurunan yang signifikan secara statistik (p=0.000), sedangkan

Dari keseluruhan aturan asosiasi kuat yang dihasilkan dari penerapan algoritma Apriori pada percobaan I, dapat disimpulkan bahwa produk-produk yang sering dibeli dan