KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR.R.M.DJOELHAM BINJAI TAHUN 2006
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 031000088 NURFITRIANA DEBI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR.R.M.DJOELHAM BINJAI TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan Seagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM : 031000088 NURFITRIANA DEBI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR.R.M.DJOELHAM BINJAI TAHUN 2006
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM : 031000088 NURFITRIANA DEBI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Agustus 2007 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH
NIP : 130365296 NIP : 132148484
dr. Fazidah A. Siregar, MKes
Penguji II Penguji III
Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH
NIP : 130702002 NIP : 132163519
dr. Rahayu Lubis, MKes
Medan, 15 September 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Sampai saat ini penyakit gastroenteritis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di dunia terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare (Cause Spesific Death Rate) sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita (Age Spesific Death Rate) sebesar 75 per 100 ribu balita. Sementara di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai, proporsi pada balita dari seluruh kasus gastroenteritis sebesar 42,01% dan CFR (Case Fatality Rate) sebesar 3,12%.
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik balita penderita gastroentreitis yang dirawat inap di RSUD Dr R.M.Djoelham Binjai tahun 2006, bersifat deskriptif dengan desain case series, menggunakan data sekunder. Populasinya adalah seluruh balita penderita gastroentritis yang dirawat inap pada tahun 2006 sebanyak 229 orang, dan sampel sebesar 146 orang yang diambil secara Simple Random Sampling..
Dari hasil penelitian ditemukan balita penderita diare paling banyak pada umur 12-<36 bulan (47,3%), laki-laki (56,8%), pekerjaan orang tua wiraswasta (69,2%), status gizi baik (62,3%), derajat dehidrasi ringan (64,4%), komplikasi (14,4%), lama rawatan rata-rata selama 3,43 hari dan pulang dalam keadaan sembuh (70,5%).
Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi (Χ2 = 5,882 ; p = 0,053). Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur (F = 0,887 ; p = 0,414), tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi (F = 1,419 ; p = 0,24), tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi (F = 2,555 ; p = 0,81).
Kepada pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan kualitas pelyanan serta melengkapi catatan pada kartu status mengenai pengukuran tinggi badan balita, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identita diri
Nama : Nurfitriana Debi
Tempat Tanggal Lahir : Binjai 16 Juni 1985
Agama : Islam
Status : Belum kawin
Alamat : Jl Datuk Bakar no 12C Binjai Sumatera Utara
Riwayat Pendidikan
1. 1991-1997 : SD Negeri 024766 Binjai
2. 1997-2000 : SLTP Negeri 2 Binjai
3. 2000-2003 : SMU Negeri 2 Binjai
4. 2003-2007 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin kata pertama yang ingin penulis ucapkan kepada Allah SWT sebagai ungkapan syukur yang mendalam atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Balita Penderita Gastrooenteritis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006”.
Sepanjang perjalanan perkuliahan penulis, khususnya dalam penyelesaian
skripsi ini banyak pihak yang telah turut berperan dengan tulus memberikan
dukungan baik moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Prof.dr.Nersari Barus,MPH selaku dosen pembimbing 1, dan Ibu
dr.Fazidah A. Siregar, M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini. Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH selaku
dosen penguji 1 serta Ibu dr.Rahayu Lubis, M.Kes selaku dosen penguji 2.
Untuk itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada
:
1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Siti Khadijah, M.Kes selaku pembimbing akademik.
3. Bapak dr.H.T.Murad El Fuad Sp.A selaku Kepala Badan Pengelola
RSUD.Dr.R.M.Djoelham Binjai yang telah memberikan izin kepada
4. Kepala Bagian serta staf pegawai rekam medis
RSUD.Dr.R.M.Djoelham Binjai, Ibu Rubini, Ibu Butet, dan Bang Aziz
yang telah membantu penulis dalam penelitian.
5. Rasa hormat dan terima kasih yang paling dalam untuk keluarga besar
Bapak dr.Zulkarnain Tala,SpOG dan Ibu Asmah (Pa’wo-Ma’wo) atas
semua bantuannya baik moril maupun materil, semoga mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
6. Rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada keluarga besar Bapak
Drs.Zainal Arifin Darza,MM dan Ibu Nurmali Malisie (Om-Mom)
yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menjadi lebih
baik. Buat uwo tersayang yang selalu mendengarkan semua keluh
kesah penulis ucapkan terima kasih atas perhatian dan kasih
sayangnya. Buat Bang Viko dan Kak Iwid, Bang Affan dan Kak Dini,
Bang Yonk dan Kak Owi, Bang Feri dan Kak Liza yang menjadi
inspirasiku untuk menggapai sukses, terima kasih untuk canda tawanya
selama ini yang membuat hidup terasa lebih hidup.
7. Sahabat-sahabatku tempat bercerita berbagi suka maupun duka, Nila,
Meri, Riza, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.
8. Abang dan kakak yang sudah kuanggap sebagai saudaraku, Bang Ipan,
Bang Muara, Azmi, Kak Ikhda, dan Kak Uli terima kasih atas
dukungan dan semangatnya. Semoga dapat tetap menjalin silaturrahmi.
9. Semua teman-teman yang tergabung dalam komunitas Departemen
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang
masih hasus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan yang sifatnya
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Skripsi ini kupersembahkan untuk keluarga besarku tercinta yang menjadi
motivasiku untuk menggapai masa depan yang cerah dan bahagia. Untuk
Ayahanda Bakri Koto (Alm), maaf Debi terlambat untuk bisa berbagi
kebahagiaan bersama ayah. Ibunda Nurhasna tersayang yang sudah menjadi
wanita paling kuat dan tangguh dalam menghidupi dan menyekolahkan kami.
Untuk saudara-saudaraku Bang Ariko Akbar, Kak Destrimila, dan Adikku Deva
Oktalima, serta si kembar Ariki Abdullah dan Arika Aminah tetap semangat
untuk meraih cita – cita.
Medan, Agustus 2007 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1. Pengertian ... 7
2.2. Epidemiologi ... 7
2.2.1 Distribusi ... 7
2.2.2 Frekuensi ... 8
2.2.3 Determinan ... 9
2.3. Tanda dan Gejala ... 12
2.4. Komplikasi ... 13
2.5. Penatalaksanaan ... 15
2.6. Pencegahan ... 16
2.6.1 Pencegahan Primer ... 16
2.6.2 Pencegahan Sekunder ... 19
2.6.3 Pencegahan Tersier... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP 21 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2. Defenisi Operasional ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24
4.1. Jenis Penelitian ... 24
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
4.3. Populasi dan Sampel ... 24
4.3.1. Populasi ... 24
4.3.2. Sampel ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... . 27
5.1. Profil RSUD.DR.R.M.Djoelham Binjai ... 27
5.2. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis ... 29
5.2.1 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Umur ... 29
5.2.2 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29
5.2.3 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Pekerjaan Orang tua ... 30
5.2.4 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Status Gizi ... 30
5.2.5 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 31
5.2.6 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Komplikasi ... 32
5.2.7 Lama Rawatan Rata-rata Balita Penderita Gastroentritis ... 33
5.2.8 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 34
5.3. Analisa Statistik ... 35
5.3.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 35
5.3.2 Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 36
5.3.3 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi ... 37
5.3.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Derajat Dehidrasi ... 38
5.3.5 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi ... 39
5.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ... 40
5.3.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi ... 40
5.3.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 41 BAB 6 PEMBAHASAN ... 43
6.1.Distribusi Balita Penderita Gastroenteritis ... 43
6.1.1 Umur ... 43
6.1.2 Jenis Kelamin ... 44
6.1.3 Pekerjaan Orang Tua ... 45
6.1.4 Status Gizi ... 46
6.1.5 Derajat Dehidrasi ... 47
6.1.6 Komplikasi ... 49
6.1.7 Lama Rawatan Rata-rata ... 50
6.2.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat
Dehidrasi ... 51
6.2.2 Distribusi Proporsi Derajat Dehidrasi Berdasarkan Status Gizi ... 52
6.2.3 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi ... 53
6.2.4 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 54
6.2.5 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi ... 55
6.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ... 56
6.2.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi... 57
6.2.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 58
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
7.1. Kesimpulan ... 60
7.2. Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 29
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD Dr
R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 29
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang tua yang Dirawat Inap di
RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 30
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Status Gizi yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 30
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 31
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 31
Tabel 5.7 Lama Rawatan Rata-rata Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun
2006 ... 32
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di
RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 32
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD
Dr R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 33
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasar yang
Dirawat Inap di RSUD Dr R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 34
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Berdasarkan Derajat Dehidrasi Pulang Balita Penderita Gastroenteritis yang
Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 38
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat
Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 39
Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 40
Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD
Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 40
Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 43
Gambar 6.2. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 44
Gambar 6.3. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang tua yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 45
Gambar 6.4. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Status Gizi yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 46
Gambar 6.5. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 47
Gambar 6.6. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 49
Gambar 6.7. Diagram Pie Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 50
Gambar 6.8. Diagram Bar Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 51
Gambar 6.9. Diagram Bar Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasar yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 52
Gambar 6.10. Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 53
Gambar 6.12. Diagram Bar Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 55
Gambar 6.13. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD DRR.M Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 56
Gambar 6.14. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006 ... 57
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam
lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal.(1)
Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatkan secara
bermakna umur harapan hidup, menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
menurunkan angka kematian akibat penyakit, menurunan angka kecacatan,
meningkatkan status gizi masyarakat serta menurunkan fertilitas.
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa derajat kesehatan di
Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan makin meningkatnya umur harapan
hidup, menurunnya angka kematian ibu dan meningkatnya status gizi masyarakat
disamping menurunnya angka kematian bayi dan balita dimana berdasarkan hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 didapatkan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang relatif tinggi di Indonesia yaitu sebesar 46 per 1000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 58 per 1000
sudah mengalami penurunan menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup dan 46 per
1000 kelahiran hidup. (2,3)
Namun berdasarkan data WHO 2003, derajat kesehatan Indonesia masih
jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti
Malaysia dan Singapura, dimana AKB dan AKBA di Malaysia sudah mencapai 8
per 1000 kelahiran hidup sementara AKB di Singapura sudah mencapai 3 per
1000 kelahiran hidup dan AKBA mencapai 4 per 1000 kelahiran hidup.(4)
Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan
dimana masih dihadapi meningkatnya beberapa penyakit menular disamping
penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif dan munculnya penyakit baru.
Salah satu program yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam
Rencana Strategis Departemen Keseharan RI Tahun 2005 – 2009 adalah program
pemberantasan penyakit menular. Sampai saat ini penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak di Indonesia adalah gastroenteritis atau juga sering disebut diare.
(3,5)
Kegiatan penanggulangan penyakit gastroenteritis sudah di mulai sejak
tahun 1961. Peningkatan pemberantasan berdasarkan kenyataan pelaksanaan di
lapangan serta selaras dengan resolusi World Health Assembly tahun 1978 yang
mengharapkan bahwa setiap negara anggota WHO dapat mengembangkan
pemberantasan penyakit gastroenteritis sehingga angka morbiditas dan
Berdasarkan data WHO tahun 2000 – 2003 diare merupakan penyebab
kematian nomor tiga pada balita baik didunia maupun di Asia Tenggara dengan
Proportional Mortality Ratio (PMR) masing – masing sebesar 17% dan 18%. (7)
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan
angka kematian akibat diare (Cause Spesific Death Rate) sebesar 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita (Age Spesific Death Rate) sebesar 75 per 100 ribu
balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten dari 16 propinsi melaporkan
terjadi KLB diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52% dari 10.980
kasus yang dilaporkan.(8)
Berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, terjadi
peningkatan kasus diare di Rumah Sakit setiap tahunnya. Hal ini berdasarkan data
yang dihimpun pada tahun 2003 dan tahun 2004 yang menunjukkan bahwa
banyaknya angka kesakitan diare tahun 2003 sebesar 4.533 kasus dengan proporsi
penderita pada balita sebesar 42% dan tahun 2004 angka kesakitan diare sebesar
5.636 kasus, dengan proporsi penderita pada balita sebesar 56,03%. Sementara
untuk tahun 2006 dilaporkan bahwa telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 2
Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Asahan dengan ttack
Rate secara berurutan sebesar 82 per 10.000 penduduk dan 4 per 10.000
penduduk serta CFR sebesar 3,23% dan 4%.(9)
Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2005 menunjukkan angka kesakitan
diare di kota Medan berdasarkan 39 Puskesmas adalah 42.688 kasus dengan
Bardasarkan data Profil Kesehatan Kota Binjai tahun 2006 angka kejadian
diare pada balita cukup tinggi. Dilaporkan dari 8 puskesmas, terdapat 2.609 kasus
dengan proporsi diare pada balita sebesar 66,34% (1.731 kasus).(11)
Rumah Sakit Umum Daerah Dr R.M Djoelham adalah salah satu rumah
sakit yang menyediakan ruang rawat inap anak-anak. Penyakit gastroenteritis juga
merupakan penyebab anak dibawa untuk berobat. Sejak tahun 1998 sampai
dengan tahun 2006, gastroenteritis menempati urutan pertama berdasarkan data 10
besar morbiditas pasien rawat inap. Tahun 2005 dilaporkan terdapat 507 kasus
dengan proporsi pada balita sebesar 40,82% (207 kasus) dan mengalami
peningkatan pada tahun 2006 dengan proporsi pada balita sebesar 42,01% (229
orang) dari 545 kasus. Sementara mortalitas gastroenteritis menempati urutan
kelima berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang mengakibatkan kematian
dengan CFR sebesar 3,12%. Oleh sebab itu perlu diketahui karakteristik balita
penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD dr.R.M Djoelham Binjai.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik balita penderita gastroenteritis yang
dirawat inap di RSUD dr.R.M Djoelham Binjai.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik balita penderita gastroenteritis yang
dirawat inap di RSUD Dr.R.M Djoelham Binjai.
1.3.2 Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan jenis kelamin.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan pekerjaan orang tua.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan. status gizi waktu masuk rumah sakit.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan derajat dehidrasi.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan komplikasi penyakit.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan lama rawatan rata – rata.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita gastroenteritis
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan derajat
dehidrasi.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status gizi berdasarkan derajat
dehidrasi.
k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang
berdasarkan status gizi.
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang
berdasarkan derajat dehidrasi.
m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang
n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata – rata berdasarkan status
gizi.
o. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata – rata berdasarkan
umur.
p. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata – rata berdasarkan
derajat dehidrasi.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan kepada rumah sakit terhadap peningkatan
pelayanan dan penatalaksanaan terhadap balita penderita gastroenteritis.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang gastroenteritis.
c. Sebagai bahan referansi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan
usus halus ditandai dengan gejala diare, muntahdan demam ringan disertai
hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.(12,13)
Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih
dalam 1 hari).(6)
Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa
berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang
disebabkan oleh infeksi usus. (14)
2.2 Epidemiologi Gastroenteritis
2.2.1 Distribusi
a. Distribusi Berdasarkan Orang
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi
diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan
perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia
dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi.(5,14)
Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan
rendah dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan
b. Distribusi Berdasarkan Tempat
Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi didaerah
tropis. Di negara yang sedang berkembang, kejadian gastroenteritis lebih tinggi
pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju
dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh
lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak
dan sebagian lagi oleh karena faktor pencegahan imunologik dari pada ASI.(5,16)
c. Distribusi Berdasarkan Waktu
Di Amerika, infeksi rotavirus dan astrovirus terjadi selama musim dingin
setiap tahun (Oktober – April), sedangkan infeksi norovirus muncul sepanjang
tahun.(17)
Di negara-negara yang beriklim empat musim, diare yang disebabkan oleh
bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus
terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh rotavirus
dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada pertengahan musim
kemarau (Juli-Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada
pertengahan musim hujan (Januari-Februari). (18)
2.2.2. Frekuensi(14,15)
Di Amerika tiap tahun terjadi sebanyak 90 juta kasus dari beberapa juta
kunjungan berobat dan kunjungan rumah sakit. Berdasarkan data Pusat
Pengawasan dan Pencegahan Penyakit, 3,5 juta kasus gastroenteritis berasal dari
Sejak tahun 1981 sampai tahun 1994 dilaporkan terjadi 333 kasus infeksi
Vibrio vulnificus di Florida. Dua diantaranya meninggal dunia karena
gastroenteritis.
Pada tahun 2002, Norovirus ditandai sebagai penyebab 9 dari 21 KLB
gastroenteritis akut yang dilaporkan oleh Pusat Pengawasan dan Pencegahan
Penyakit. Norovirus menyebabkan sebanyak 23 juta kasus gastroenteritis akut tiap
tahunnya dan merupakan penyebab utama KLB gastroenteritis.
Pada Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat di RSUD Dr.
Soetomo dengan dehidrasi ringan sebanyak 227 orang (19,56%), dehidrasi sedang
sebanyak 668 orang (57,59%) dan dehidrasi berat sebanyak 116 orang (10%).
2.2.3 Determinan
a. Pejamu (Host)(18,19)
Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan
kerentanan pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain :
a.1 Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.
a.2 Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).
Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena
gastroenteritis meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan
BBLR.
a.3 Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh)
a.4 Campak ; Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau
anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini
b. Agen (Agent)
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
b.1 Faktor infeksi
Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) meliputi (6):
b.1.1 Bakteri : Escherchia coli, Salmonella Typhi, Salmonella
paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella Flexneri, Vibrio Cholera, Vibrio Eltor, Vibrio Parahemolyticus, Clostridium Perfringens, Campilobacter, Staphylococcus sp, Coccidiosis.
b.1.2 Parasit dan protozoa : Entamuba Histolytica, Giardia Lamblia,
Trichomonas Hominis, Isospora sp, Ascaris Lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma Duodenale, Trichuris Trichuria, Taenia Solium, Taenia Saginata, Oxylorus Vermicularis, S.Srercoralis.
b.1.3 Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus yang
yang lebih dikenal dengan Sapporo virus yag merupakan famili
dari Calicifiridiae virus.
b.2 Faktor Malabsorbsi
b.2.1 Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa ; monosakarid ( intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak adalah intoleransi laktosa.
b.2.2 Malabsorbsi lemak
b.3 Faktor makanan, seperti makanan yang tercemar, makanan laut yang
terkontaminasi dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi
makanan.(12)
b.4 Efek samping penggunaan obat, misalnya obat antasid yang mengandung
magnesium dalam jumlah besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan
obat pencahar.(20)
c. Lingkungan (Environment)
Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Lingkungan memiliki pengaruh besar tehadap terjadinya gastroenteritis. Dua
faktor yang dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat.
Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab
gastroenteritis antara lain : (21)
a) Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dn memenuhi syarat
kesehatan.
b) Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.
c) Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
d) Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.
e) Belum ditanganinya higene dan sanitasi industri secara intensif.
f) Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan
lingkungan.
g) Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
2.3 Tanda dan Gejala(22,23)
Tanda dan gejala gastroenteritis pada balita secara umum antara lain : anak
menjadi cengeng, sering menagis dan gelisah, kadang – kadang demam,
mengalami gangguan minum, dan nafsu makan berkurang, Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan oleh lambung yang meradang dan
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Pada bayi penderita
gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna susu. Tinja cair dan dapat
disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu..
Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain :
mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva
menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis,
turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyaknya air kemih berkurang,
gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan
Kuszmaull (pernapasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak
terlihat kurang meresponi keadaan sekitarnya (apatik).
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi: (24)
a. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5%) dengan
gejala berupa :
a.1 Keadaan umum baik dan sadar.
a.2 Mata normal dan air mata tidak ada.
a.5 Turgor normal (cubitan kulit cepat kembali)
b. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan
gejala berupa :
b.1 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.
b.2 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun.
b.3 Mata dan ubun – ubun cekung.
b.4 Mulut dan lidah kering..
b.5 Nadi lebih cepat dari normal
b.6 Turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali)
c. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala
fisik berupa :
c.1 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.
c.2 Sangat lemah hingga kesadaran menurun.
c.3 Mata dan ubun – ubun sangat cekung.
c.4 Bibir dan lidah sangat kering.
c.5 Nadi sangat cepat.
c.6 Turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat kembali).
Berat ringannya dehidrasi akan menentukan jenis terapi dan mati hidupnya
anak serta pertumbuhannya dikemudian hari.
2.4 Komplikasi(5)
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
b. Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)
c. Hypoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah).
Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg%
pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma.
Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup/baik, hipoglikemia jarang terjadi,
lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sudah menederita
KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal initerjadi karena :
i. Persediaan glikogen dalam hati terganggu
ii. Adanya gangguan absorbsi glukosa
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Gangguan gizi, sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan karena :
f.1 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan memberikan
air teh saja.
f.2 Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran, dan
diberikan dalam jangka waktu yang lama.
f.3 Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
g. Gangguan Sirkulasi
h. Terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, dan kesadaran
menurun.
2.5 Penatalaksanaan
Prinsip tata laksana penderita gastroenteritis (diare) adalah :
a. Mencegah terjadinya dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan
minum lebih banyak atau cairan pengganti seperti air tajin, kuah sayur
dan air sup.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi, pengobatan yang cepat dan tepat adalah pemberian
oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberi cairan
intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Memberikan makanan
Anak yang masih minum ASI jangan dihentikan, justru dianjurkan agar
lebih sering diberi ASI. Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi
yang cukup selama diare terutama anak dengna gizi kurang, karena
pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.
Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan
gastroenteritis dapat dilakukan sebagai berikut :
Pada keadaan ini dapat ditangani oleh ibu atau kader kesehatan dengan cara
memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup dan kuah sayur.
Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebanyak 180ml/kg.
b. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi sedang
Pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya
didampingi oleh petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi sedang sebanyak
220ml/kg.
c. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi berat
Pada keadaan ini penderita harus segera di infus karena sudah
mengalami banyak kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah
menurun Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat melalui intravena. Bila
kesadaran penderita mulai membaik maka segera berikan oralit. Kebutuhan
cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat sebesar 260ml/kg.
Pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat
justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya
cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.(5)
2.6 Pencegahan Gastroenteritis
2.6.1 Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-patogenesis
dengan tujuan menghilangkan faktor resiko terhadap gastroenteritis. Sasaran pada
Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini antara lain
:
a. Health Promotion
Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya mencegah
terjadinya gastreoenteritis dapat berupa :
a.1 Pemberian ASI
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan
yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya
perlindungnan baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI
memberikan zat-zat kekebalan yang belum di buat oleh bayi tersebut. Sehingga
bayi yang minum ASI lebih jarang sakit , terutama pada awal dari
kehidupannya.(25)
Dengan adanya komponen- komponen zat anti infeksi yang terkandung
dalam ASI, maka bayi yang minum ASI akan terlindung dari berbagai macam
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya.
ASI merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya gastroenteritis.
Berikan ASI selama 6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan
lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun.(13)
a.2 Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia diatas 6 bulan.
mengganggu sistem pencernaan bayi, karena pembentukan organ tubuh bayi
belum sempurna. Pada tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.(6)
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :
1) Melengkapi zat – zat gizi yang kurang yang terdapat dalam ASI.
2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bernagai macam
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4) Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
yang tinggi.
Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteriris. Ada beberapa hal
yang penting agar pemberien makanan pendamping ASI lebih baik antara lain :
i) Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan sambil tetap
memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik sebanyak 4 – 6 kali sehari dan
teruskan pemberian ASI bila masih memungkinkan sampai anak berusia 2
tahun.
ii) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau bubur untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan, kacang –
kacangan, buah –buahan, dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
iii) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
iv) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengna benar sebelum diberikan pada anak.
a.3 Penggunaan Air Bersih
Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara penularannya
melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya gastroenteritis adalah dengan
penggunaan air yang bersih. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga
mendidih.
a.4. Membuang Tinja Bayi Secara Benar
Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila
tidak ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun.(26)
a.5. Mencuci Tangan
Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah terjadinya
gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah
membersihkan anak ketika buang air besar, dan mencuci tangan baik dilakukan
sebelum makan dan sesudah buang air besar.
b. Spesific Protection
Kegiatan spesific protection (perlindungan spesifik) dalam upaya
mencegah terjadinya gatroenteritis pada anak dapat berupa pemberian imunisasi
campak.
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi
segera setelah anak berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada
anak – anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.(19)
2.6.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua diberikan pada masa patogenesis dengan tujuan
mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini adalah
penderita gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi yang
berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini berupa Early
Diagnosis and Prompt Treatment yaitu diagnosa dan pengobatan secepatnya.
Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada penderita gastroenteritis
adalah memberikan cairan oralit secepatnya untuk mencegah kehilangan banyak
cairan. Sementara pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare
secara cepat justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan
kuman.(5)
2.6.3 Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan pada
pencegahan tingkat ketiga ini berupa Limitation of Ability (pembatasan kecacatan)
dan Rehabilitation (rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
tetap memberikan nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh anak tidak berkurang
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
a. Karakteristik balita adalah ciri-ciri balita berdasarkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan orang tua, status gizi, derajat dehidrasi, komplikasi,
lama rawatan rata – rata, dan keadaan sewaktu pulang.
b. Gastroenteritis adalah penyakit yang didiagnosa oleh dokter Rumah
Sakit Umum Dr. R.M Djoelham Binjai.
c. Umur adalah usia penderita yang tercatat dalam kartu status pasien yang
dikelompokkan atas 3 kategori yaitu :
1. 0 – <12 bulan
2. 12 – <36 bulan
3. 36 – <60 bulan
KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA GASTROENTERITIS
1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan orang tua 4. Status gizi
5. Derajat dehidrasi 6. Komplikasi
d. Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang tercatat dalam kartu
status dibedakan atas :
1. Laki – laki
2. Perempuan
e. Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan orang tua penderita yang tertulis
dalam kartu status yang dikelompokkan atas 4 kategori yaitu :
1. TNI/POLRI
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3. Pegawai Negeri Swasta
4. Wiraswasta
5. Buruh
f. Status gizi adalah keadaan gizi penderita yang dilihat dari umur dan
berat badannya kemudian dikelompokkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan R.I Nomor : 920 / Menkes / SK / VIII / 2002 yang
dikelompokkan atas 4 kategori yaitu :
1. Gizi lebih (Z_score terletak > +2 SD)
2. Gizi baik (Z_score terletak dari > -2 SD s/d +2 SD)
3. Gizi kurang (Z_score terletak dari < -2 SD sampai > -3 SD)
4. Gizi buruk (Z_score terletak < -3 SD)
g. Derajat dehidrasi adalah keadaan penderita pertama kali masuk kerumah
sakit, yang dikelompokkan berdasarkan diagosa dari dokter dengan 3
kategori yaitu :
3.Dehidrasi berat
h. Komplikasi adalah penyakit yang menyertai pada balita penderita
gastroenteritis yang dibedakan atas 2 kategori antara lain :
1. Ada
2. Tidak ada
i. Lama rawatan rata – rata adalah rata lamanya penderita menjalani
perawatan di rumah sakit, dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai
dengan tanggal keluar seperti yang tercatat dalam kartu status.
j. Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan dokter tentang penderita
ketika selesai dirawat atau keluar dari rumah sakit, yang dikelompokkan
atas 3 kategori yaitu :
1. Sembuh
2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan
desain Case Series, dilanjutkan dengan analisa statistik.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr.R.M Djoelham Binjai
dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Dr. R.M Djoelham Binjai
melayani penderita gastroenteritis baik rawat inap. Setiap tahun gastroenteritis
menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit dengan proporsi balita penderita
gastroenteritis yang tinggi yaitu sebesar 42,01%. Selain itu belum pernah
dilakukan penelitian mengenai karakteristik balita penderita gastroenteritis.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada Januari 2007 – Juli 2007
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita penderita
gastroenteritis rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. R.M Djoelham Binjai tahun
2006 yaitu sebanyak 229 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari balita penderita gastroenteritis yang
Dari 229 populasi dalam penelitian maka untuk menentukan besarnya
sampel digunakan rumus sebagai berikut (27)
N
n =
1 + N (d2)
229
n =
1 + 229 (0,05)2
n = 145,62 ∞ 146
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan (0,05)
Dari rumus diatas diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
146 orang.
4.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara Simple
Random Sampling. Sampel dipilih secara acak sederhana dengan menggunakan
undian. Pertama –tama semua nomor identitas kartu status dicatat di atas kertas
kecil. Kemudian kertas tersebut diambil secara acak sebanyak 146 kali. Nomor
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari kartu
status pasien dibagian rekam medis Rumah Sakit Umum Dr. R.M Djoelham
Binjai.
4.5 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer. Kemudian
data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dan Anova.
Selanjutnya hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram bar
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Profil RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai
RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai merupakan rumah sakit pemerintah kota
Binjai dengan tipe C yang masih dalam proses akreditasi, memiliki luas areal
4.229 m2 dan luas bangunan 3.159 m2.
Pada awal berdirinya, rumah sakit ini bernama RSU Binjai yang berdiri
sejak ± tahun 1927, didrikan oleh Tengku Musa yang memiliki satu gedung
dengan fasilitas sederhana sekali dengan hanya memiliki satu orang dokter yang
bertugas.
Tahun 1976-1980 status RSU Binjai merupakan rumah sakit pembantu
dalam klasifikasi rumah sakit tipe D, yang melaksanakan pelayanan kesehatan
dasar dimana RSU Tanjung Pura saat itu sebagai rumah sakit induknya. Tahun
1981-1985 merupakan periode proses dimana RSU Binjai menuju RSUD kelas C
dengan program sistem paket dokter spesialis awal dari penyelenggaraan
pelayanan empat spesialistik/dasar sebagai syarat. Selanjutnya, tahun 1985-1987
Departemen Kesehatan RI menempatkan tenaga dokter spesialis untuk
mewujudkan hal tersebut dan juga sebagai upaya memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat kota Binjai terhadap pelayanan medik spesialistik. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan R.I No.303/Menkes/SK/1V/1987 maka ditetapkan
perubahan kelas RSU Kota Binjai dari kelas D menjadi kelas C.
Pada tanggal 18 Mei 1992 nama RSU Kota Binjai berubah nama menjadi
upaya penghormatan dan mengenang jasa besar tokoh di bidang kemanusiaan dan
kesehatan khususnya kedokteran yang juga merupakan tokoh perjuangan di kota
Binjai.
RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai dalam menjalankan tugas-tugasnya
memiliki visi dan misi yaitu :
a. Visi yaitu terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas menuju
Binjai sejahtera dan Indonesia Sehat 2010.
b. Misi yaitu :
1) Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas
dalam rangka mewujudkan kepuasan pelanggan.
2) Menyelenggarakan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan menjunjung tinggi etika, norma dan hukum sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
3) Menyelenggarakan pengelola manajemen rumah sakit secara
operasional.
4) Menyelenggarakan pemanfaatan sumber daya rumah sakit untuk
mendukung upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
5) Menyelenggarakan upaya penelitian dan pengembangan rumah
sakit dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
5.2 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis
5.2.1 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroentritis Berdasarkan Umur
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan umur dapat dilihat
[image:44.595.117.516.251.348.2]pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Umur (bulan) n Proporsi (%)
1 0 – <12 66 45,2
2 12 – <36 69 47,3
3 36 – <60 11 7,5
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa umur balita penderita
gastroenteritis yang terbanyak adalah 12-<36 bulan sebanyak 69 orang (47,3%),
umur 0-<12 bulan sebanyak 66 orang (45,2%), dan umur 36-<60 bulan sebanyak
11 orang (7,5%).
5.2.2 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Jenis kelamin n Proporsi (%)
1 Laki – laki 83 56,8
2 Perempuan 63 43,2
[image:44.595.113.520.611.685.2]Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat dlihat bahwa jenis kelamin balita
penderita gastroenteritis terbanyak adalah laki-laki sebanyak 83 orang (56,8%),
dan perempuan sebanyak 63 orang (43,2%).
5.2.3. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang tua
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan orang tua
[image:45.595.111.517.332.457.2]dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Pekerjaan orang tua n Proporsi (%)
1 TNI/POLRI 3 2,1
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 18 12,3
3 Pegawai Swasta 21 14,4
4 Wiraswasta 101 69,2
5 Buruh 3 2,1
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan orang tua
balita penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 101
orang (69,2%), pegawai swasta sebanyak 21 orang (14,4%), PNS sebanyak 18
orang (12,3%), TNI/POLRI dan buruh masing-masing sebanyak 3 orang (2,1%).
5.2.4 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Status Gizi
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan status gizi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
NO Staus gizi n Proporsi (%)
1 Lebih 2 1,4
2 Baik 91 62,3
3 Kurang 40 27,4
4 Buruk 13 8,9
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa status gizi balita penderita
gastroenteritis yang terbanyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 91 orang
(62,3%), status gizi kurang sebanyak 40 orang (27,4%), status gizi buruk
sebanyak 13 orang (8,9%), dan status gizi lebih sebanyak 2 orang (1,4%).
5.2.5 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan deajat dehidrasi
[image:46.595.117.517.85.173.2]dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Derajat dehidrasi n Proporsi (%)
1 Ringan 94 64,4
2 Sedang 41 28,1
3 Berat 11 7,5
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa derajat dehidrasi penderita
penderita gastroenteritis terbanyak adalah dehidrasi ringan yaitu sebanyak 94
orang (64,4%), derhidrasi sedang sebanyak 41 orang (28,1%), dan dehidrasi berat
sebanyak 11 orang (7,5%).
5.2.6 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Komplikasi n Proporsi (%)
1 Ada 21 14,4
2 Tidak ada 125 85,6
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa balita penderita
gastroenteritis yang mengalami komplikasi adalah sebanyak 21 orang (14,4%),
dan yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 125 orang (85,6%)
5.2.7 Lama Rawatan Rata - rata Balita Penderita Gastroenteritis
[image:47.595.109.531.362.579.2]Lama rawatan rata-rata balita penderita gastroentritis dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.7. Lama Rawatan Rata – Rata Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
Lama rawatan (hari)
Rata – rata 3,43
95% Confidence Interval 3,11 – 3,75
Standar Deviasi 1,975
Coefisisens of Variation 57,58
Minimum 1
Maksimum 14
Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata
balita penderita gastroenteritis adalah 3,43 hari dengan 95% Confidence Interval
3,11 – 3,75 hari, Standar Deviasi 1,975 hari, dan nilai koefisien variasi sebesar
bervariasi dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 14
hari.
5.2.8 Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi balita penderita gastroenteritis berdasarkan keadaan sewaktu
[image:48.595.115.519.319.434.2]pulang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Balita Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Keadaan sewaktu pulang
n Proporsi (%)
1 Sembuh 103 70,5
2 PAPS 36 24,7
3 Meninggal 7 4,8
Jumlah 146 100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa keadaan sewaktu pulang
balita penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah sembuh yaitu sebanyak 103
orang (70,5%), PAPS sebanyak 36 orang (24,7%), dan meninggal sebanyak 7
orang (4,8%).
5.3 Analisa Statistik
5.3.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Distribusi proporsi umur berdasarkan derajat dehidrasi pada balita
penderita gastroenteritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
NO
Umur (bulan)
Derajat dehidrasi
Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
n % n % n %
1 0 – <12 39 41,5 20 48,8 7 63,6
2 12 – <36 47 50,0 18 43,9 4 36,4
3 36 – <60 8 8,5 3 7,3 0 0
Jumlah 94 100 41 100 11 100
Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 balita penderita
gastoenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, umur 12-<36 bulan sebanyak 47
orang (50%), umur 0-<12 bulan sebanyak 39 orang (41,5 %), dan umur 36-<60
bulan sebanyak 8 orang (8,5 %). Sementara dari 41 penderita yang mengalami
dehidrasi sedang, umur 0-<12 bulan sebanyak 20 orang (48,8%), umur 12-<36
bulan sebanyak 18 orang (43,9%), dan umur 36-<60 bulan sebanyak 3 orang
(7,3%). Dari 11 penderita yang mengalami dehidrasi berat, umur 0-<12 bulan
sebanyak 7 orang (63,3%), dan umur 12-<36 bulan sebanyak 4 orang (36,4%).
Terdapat 3 sel (3,33%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5
sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.
5.3.2 Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Distribusi proporsi status gizi berdasarkan derajat dehidrasi dapat dilihat
[image:49.595.115.531.85.192.2]pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO
Status gizi
Derajat dehidrasi
1 Lebih 2 2,1 0 0 0 0
2 Baik 56 59,6 28 68,3 7 63,6
3 Kurang 28 29,8 10 24,4 2 18,2
4 Buruk 8 8,5 3 7,3 2 18,2
Jumlah 94 100 41 100 11 100
Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 balita penderita
gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, penderita dengan status gizi baik
sebanyak 56 orang (59,6%), status gizi kurang sebanyak 28 orang (29,8 %), status
gizi buruk sebanyak 8 orang (8,5%), dan status gizi lebih sebanyak 2 orang
(2,1%). Sementara dari 41 orang penderita yang mengalami dehidrasi sedang,
status gizi baik sebanyak 28 orang (68,3%), status gizi kurang sebanyak 10 orang
(24,4 %), status gizi buruk sebanyak 8 orang (7,3%). Sedangkan dari 11 penderita
yang mengalami dehidrasi berat, status gizi baik sebanyak 7 orang (63,6%), status
gizi kurang sebanyak 2 orang (18,2%), dan status gizi buruk sebanyak 2 orang
(18,2%).
Terdapat 6 sel (50%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5
sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.
5.3.3 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi
Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status gizi dapat
[image:50.595.113.530.85.160.2]dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.11.Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Keadaan pulang
Status gizi
Lebih Baik Kurang Buruk
n % n % n % n %
2 PAPS 1 50,0 23 25,3 9 22,5 3 23,1
3 Meninggal 0 0 3 3,3 2 5,0 2 15,4
Jumlah 2 100 91 100 40 100 13 100
Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat dilihat bahwa dari 2 balita penderita
gastroenteritis yang memiliki status gizi lebih, pulang dalam keadaan sembuh
sebanyak 1 orang (50%), dan PAPS sebanyak 1 orang (50%). Sementara dari 91
penderita yang memiliki status gizi baik, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak
65 orang (71,4%), PAPS sebanyak 23 orang (25,3%), dan meninggal sebanyak 3
orang (3,3%). Sedangkan dari 40 penderita yang memiliki status gizi kurang,
pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 29 orang (72,5%), PAPS sebanyak 9
orang (22,5%), dan meninggal sebanyak 2 orang (5%). Dari 13 penderita yang
memiliki status gizi buruk, 8 orang (61,5%) pulang dalam keadaan sembuh, PAPS
sebanyak 3 orang (23,1%), dan meninggal sebanyak 2 orang (15,4).
Terdapat 7 sel (58,3%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5
sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.
5.3.4 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan derajat dehidrasi
[image:51.595.114.529.84.130.2]dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.12.Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Keadaan
pulang
Derajat dehidrasi
Ringan Sedang Berat
n % n % n %
1 Sembuh 61 64,9 36 87,8 6 54,5
Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa dari 94 balita penderita
gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, pulang dalam keadaan sembuh
sebanyak 61 orang (64,9 %), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 32 orang
(34%), dan meninggal sebanyak 1 orang (1,1%). Sementara dari 41 penderita
yang mengalami dehidrasi sedang, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 36
orang (87,8%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 4 orang (9,8%) dan
meninggal sebanyak 1 orang (2,4%). Sedangkan dari 11 penderita yang
mengalami dehidrasi berat, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 6 orang
(54,5%), dan meninggal sebanyak 5 orang (45,5%).
Terdapat 4 sel (44,4%) memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5
sehingga analisa menggunakan Chi-square tidak dapat dilakukan.
5.3.5 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi
Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi dapat
[image:52.595.112.531.580.703.2]dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Keadaan pulang Komplikasi
Ada Tidak ada
n % n %
1 Sembuh 18 85,7 85 68,0
2 PAPS 1 4,8 35 28,0
3 Meninggal 2 9,5 5 4,0
Jumlah 21 100 125 100
X2 = 5.882 df = 2 p = 0,053
sebanyak 18 orang (85,7%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 1 orang
(4,8%), dan meninggal sebanyak 2 orang (9,8%). Sementara dari 125 penderita
yang tidak memiliki komplikasi, pulang dalam keadaan sembuh sebanyak 85
orang (68%), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 35 orang (28%), dan
meninggal sebanyak 5 orang (4%).
Analisa menggunakan Chi-square diperoleh p > 0,05 yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
[image:53.595.113.518.359.506.2]5.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur
Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Umur Pada Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Umur (bulan) Lama rawatan
n X SD
1 0 – <12 66 3,67 2,283
2 12 – <36 69 3,26 1,677
3 36 – <60 11 3,09 1,700
F = 0,887 df = 2 p = 0,414
Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat dilihat bahwa dari 66 penderita yang
berumur 0-<12 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,67 hari dengan SD =
2,283 hari. Sementara dari 69 orang yang berumur 12-<36 bulan, lama rawatan
rata-ratanya adalah 3,26 hari dengan SD = 1,667 hari, dan dari 11 orang penderita
yang berumur 36-<60 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,09 hari dengan
SD = 1,7 hari.
Hasil uji statistik dengan Anova nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak
5.3.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi
Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Status gizi Pada Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO Status Gizi Lama rawatan
n X SD
1 Lebih 2 3,00 ,000
2 Baik 91 3,24 1,809
3 Kurang 40 3,98 2,337
4 Buruk 13 3,15 1,864
F = 1.419 df = 3 p = 0,240
Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat dilihat bahwa dari 2 orang balita yang
memiliki status gizi lebih, lama rawatan rata-ratanya adalah 3 hari dengan SD =
0,000 hari. Sementara dari 91 orang yang memiliki status gizi baik, lama rawatan
rata-ratanya adalah 3,24 hari dengan SD = 1,809 hari. Sedangkan dari 40 orang
yang memiliki status gizi kurang, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,98 hari
dengan SD = 2,337 hari, dan dari 13 orang yang memliki status gizi buruk,
lama rawatan rata-ratanya adalah 3,15 hari dengan SD = 1,864 hari.
Hasil uji statistik dengan Anova nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata – rata berdasarkan status gizi.
5.3.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Tabel 5.16 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi Pada Balita Penderita Gastroenteritis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai Tahun 2006
NO
Derajat dehidrasi Lama rawatan
n X SD
1 Dehidrasi ringan 66 3,67 2,283
2 Dehidrasi sedang 69 3,26 1,677
3 Dehidrasi berat 11 3,09 1,700
F = 2.555 df = 2 p =
[image:54.595.114.521.629.717.2]mengalami dehidrasi ringan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,67 hari dengan
SD = 2,283 hari. Sementara dari 69 orang yang mengalami dehidrasi sedang, lama
rawatan rata-ratanya adalah 3,26 hari dengan SD = 1,677 hari, dan dari 11 orang
yang mengalami dehidrasi berat, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,09 hari
dengan SD = 1,7 hari.
Hasil uji statistik dengan Anova nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata – rata berdasarkan derajat
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Distribusi Balita Penderita Gastroenteritis
[image:56.595.157.457.239.442.2]6.1.1 Umur
Gambar 6.1 Diagram Pie Balita Pende