• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr.H.KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2007-2008

SKRIPSI Oleh:

ROMAULI NIM. 051000152

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr.H.KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2007-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

ROMAULI NIM. 051000152

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr.H.KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2007-2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : ROMAULI

NIM. 051000152

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 31 Agustus 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Prof.dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 194904171979021001 NIP. 195908181985032002

Penguji II Penguji III

Dr. Achsan Harahap, MPH Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 130318031 NIP. 196404041992031005

Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yang bersifat tidak reversibel. Di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane tahun 2007-2008 proporsi penderita GGK, 2007 18,3%, dan 2008 sebesar 16,6%.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008, dilakukan penelitian bersifat deskriftif dengan desain case series. Populasi dan sampel 148 penderita (data penderita). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dan Anova.

Proporsi tertinggi penderita GGK pada kelompok umur 53-61 tahun (30,4%), laki-laki (53,4%), agama Islam (62,7%), pendidikan SLTP (11,5%), pekerjaan PNS/Pensiunan (21,6%), daerah asal dari Tebing Tinggi (54,7%), gejala keluhan utama mual+muntah (27,7%), riwayat penyakit terdahulu Hipertensi (42,6%), sumber biaya Jamkesmas (58,1%), pengobatan obat + diet (66,2%). Lama rawatan rata-rata 6,26 hari (6 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (70,3%). Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur, lama rawatan rata-rata berdasarkan pengobatan, dan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Bagi pihak rumah sakit agar memberikan penyuluhan kepada pasien yang menderita faktor risiko penyebab GGK, seperti Hipertensi dan DM tentang cara menghindari GGK, dan diharapkan kepada bagian rekam medik melengkapi pencatatan data pada kartu status penderita terutama suku, pendidikan, dan pekerjaan.

(5)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is defined as an irreversible reduction in glomerular filtration rate (GFR). In RSUD Dr.H.Kumpulan Pane 2007-2008 proportion of CRF is 18,3% in 2007, and 16,6% in 2008.

The purpose of research was done to know the characteristic of CRF patients in RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi in 2007-2008, descriptive study was done by using case series design. Population and sample are 148 CRF patients (total sampling). Data analyzed by using Chi-Square and Anova.

The highest proportion of the patient with CRF is in the age 53-61 years old (30,4%), male (53,4%), Moslems (62,7%), junior high school (11,5%), civil servant/retired (21,6%), come from Tebing tinggi (54,7%), symptoms with nausea+vomistus (27,7%), diseases history of hypertention (42,6%), Jamkesmas (58,1%), medicine+diet (66,2%), average length of stay 6,26 days, clinical recovery out patient (70,3%). Based on Anova statistic analyze p>0,05, there was no difference between average length of stay with age, average length of stay with medicine, average length of stay with out patient condition.

RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi should given information to patient with CRF`s risk factor especially Hypertention, Diabetes Mellitus to avoid CRF. It was also suggested to RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi for completing data patients in card status especially ethnic, education, and employment.

Keywords: Chronic Renal Failure (CRF), the characteristic of patients, RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Romauli

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/7 April 1987 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 7 (Tujuh) orang

Alamat Rumah : Jl. Baja No.5 Tebing Tinggi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1993-1999 : SD Negeri No. 163092 Padang Hilir 2. 1999-2002 : SLTP Negeri 4 Tebing Tinggi 3. 2002-2005 : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan hormat hanya kepada Tuhan Yang Maha ESA atas limpahan kasih, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua tercinta “Ayahanda M. Nainggolan dan Ibunda T. Simbolon ” yang telah setia membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, membimbing, dan selalu memberi dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku dosen pembimbing serta kepada Bapak dr. Achsan Harahap, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku dosen pembanding skripsi, yang telah banyak memberi ilmu, kritik maupun saran sehingga ini menjadi lebih baik.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Saudaraku B’Jerry, D’Deka, Rudi, Dessy dan Adik-adik Kelompok Kecil (Arda, Ester, May, Rani, dan Cahaya) yang selalu memberikan dukungan doa, semangat dan perhatian bagi penulis.

5. teman KTB penulis (K’Veronika, Erna, Henida, dan Srimelva), Teman-teman PBL (K’Netty, Dian, Rolina, Srimelfa dan B’Yesayas) dan LKP (K’Vivi, Fina, Yunni, dan Yanti) yang menemani dalam doa dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh mahasiswa Peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan Teman-teman sepelayanan POMK FKM USU yang selalu memberikan semangat dan masukan yang membangun bagi penulis.

Penulis sadar skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, September 2009

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... iia ABSTRACT... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik ... 7

2.2. Anatomi dan Fungsi Ginjal ... 8

2.2.1. Anatomi Ginjal... 8

2.2.2. Fungsi Ginjal... 9

2.3. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ... 11

2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik ... 12

2.4.1. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik ... 12

2.4.2. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik ... 14

2.5. Gambaran Umum Perjalanan Klinis GGK... 17

2.6. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik ... 19

2.7. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik ... 22

2.7.1. Pencegahan Primer... 22

2.7.2. Pencegahan Sekunder... 23

2.7.3. Pencegahan Tersier ... 29

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Model Kerangka Konsep ... 30

3.2. Definisi Operasional... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

(10)

4.2.2. Waktu Penelitian ... 34

4.3. Populasi dan Sampel ... 34

4.3.1. Populasi ... 34

4.3.2. Sampel... 35

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...35

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Rumah sakit... 36

5.1.1.Gambaran Umum RSUD.Dr.H.Kumpulan Pane T.Tinggi...36

5.1.2.Visi dan Misi RSUD.Dr.H.Kumpulan Pane T.Tinggi……..37

5.2. Sosiodemografi Penderita GGK... 38

5.3. Keluhan Utama Penderita GGK... 40

5.4. Riwayat Penyakit Terdahulu Penderita GGK...41

5.5. Sumber Biaya Penderita GGK. ... 42

5.6. Pengobatan Penderita GGK ... 43

5.7. Lama Rawatan rata-rata Penderita GGK... 43

5.8. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK ... 44

5.8.1. Case Fatality Rate (CFR) Berdasarkan Umur ... 47

5.8.2. Case Fatality Rate (CFR) Berdasarkan Sumber Biaya... 47

5.9. Analisis Statistik 5.9.1. Lama Rawatan Berdasarkan Umur ... 48

5.9.2. Lama Rawatan Berdasarkan Pengobatan ... 49

5.9.3. Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 49

5.9.4. Pengobatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 50

6.1.6. Pendidikan yang Tercatat... 56

6.1.7. Pekerjaan ... 57

6.1.8. Pekerjaan yang Tercatat ... 58

6.1.9. Daerah Asal... 59

(11)

Sewaktu Pulang... 67 6.8. Analisa Statistik

6.8.1. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur... 68 6.8.2. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Pengobatan ... 69 6.8.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang... 70 6.8.4. Pengobatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 71 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 73 7.2. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data Penderita GGK Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 3 : Surat Ijin Melakukan Penelitian dari FKM USU

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... ...37 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sosiodemografdi RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... ...38 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keluhan Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keluhan Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Riwayat Penyakit Terdahulu di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Pengobatan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008... 42 Tabel 5.8. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Lama

Rawatan Rata-rata di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 43 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 43 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita GGK

(13)

Tabel 5.11. Case Fatality Rate (CFR) Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 46 Tabel 5.12. Case Fatality Rate (CFR) Penderita GGK yang Dirawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 46 Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita GGK

yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 47 Tabel 5.14. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Pengobatan Penderita

GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 48 Tabel 5.15. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 49 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Pengobatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal... 8 Gambar 6.1. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 51 Gambar 6.2. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di

RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008... 53 Gambar 6.3. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pendidikan

di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008... 54 Gambar 6.4. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pendidikan

yang Tercatat di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 55 Gambar 6.5. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di

RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008... 56 Gambar 6.6. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan

yang Tercatat di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 57 Gambar 6.7. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Daerah Asal

di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008... 58 Gambar 6.8. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan

Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 59 Gambar 6.9. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan

Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 60 Gambar6.10. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat

Penyakit Terdahulu di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 61 Gambar 6.11.Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber

Biaya di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 62 Gambar 6.12. Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan

(15)

Gambar 6.13 Distribusi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 65 Gambar 6.14 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat

Inap Berdasarkan Umur di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 67 Gambar 6.15 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat

Inap Berdasarkan Pengobatan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 68 Gambar 6.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat

Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2007-2008 ... 69 Gambar 6.17 Distribusi Proporsi Pengobatan Penderita GGK yang Dirawat Inap

(16)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yang bersifat tidak reversibel. Di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane tahun 2007-2008 proporsi penderita GGK, 2007 18,3%, dan 2008 sebesar 16,6%.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008, dilakukan penelitian bersifat deskriftif dengan desain case series. Populasi dan sampel 148 penderita (data penderita). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dan Anova.

Proporsi tertinggi penderita GGK pada kelompok umur 53-61 tahun (30,4%), laki-laki (53,4%), agama Islam (62,7%), pendidikan SLTP (11,5%), pekerjaan PNS/Pensiunan (21,6%), daerah asal dari Tebing Tinggi (54,7%), gejala keluhan utama mual+muntah (27,7%), riwayat penyakit terdahulu Hipertensi (42,6%), sumber biaya Jamkesmas (58,1%), pengobatan obat + diet (66,2%). Lama rawatan rata-rata 6,26 hari (6 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (70,3%). Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur, lama rawatan rata-rata berdasarkan pengobatan, dan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Bagi pihak rumah sakit agar memberikan penyuluhan kepada pasien yang menderita faktor risiko penyebab GGK, seperti Hipertensi dan DM tentang cara menghindari GGK, dan diharapkan kepada bagian rekam medik melengkapi pencatatan data pada kartu status penderita terutama suku, pendidikan, dan pekerjaan.

(17)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is defined as an irreversible reduction in glomerular filtration rate (GFR). In RSUD Dr.H.Kumpulan Pane 2007-2008 proportion of CRF is 18,3% in 2007, and 16,6% in 2008.

The purpose of research was done to know the characteristic of CRF patients in RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi in 2007-2008, descriptive study was done by using case series design. Population and sample are 148 CRF patients (total sampling). Data analyzed by using Chi-Square and Anova.

The highest proportion of the patient with CRF is in the age 53-61 years old (30,4%), male (53,4%), Moslems (62,7%), junior high school (11,5%), civil servant/retired (21,6%), come from Tebing tinggi (54,7%), symptoms with nausea+vomistus (27,7%), diseases history of hypertention (42,6%), Jamkesmas (58,1%), medicine+diet (66,2%), average length of stay 6,26 days, clinical recovery out patient (70,3%). Based on Anova statistic analyze p>0,05, there was no difference between average length of stay with age, average length of stay with medicine, average length of stay with out patient condition.

RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi should given information to patient with CRF`s risk factor especially Hypertention, Diabetes Mellitus to avoid CRF. It was also suggested to RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi for completing data patients in card status especially ethnic, education, and employment.

Keywords: Chronic Renal Failure (CRF), the characteristic of patients, RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan yang ingin dicapai adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah masyarakat industri memberi andil terhadap perubahan pola kehidupan yang pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.1 Perubahan pola penyakit tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular.2

Menurut WHO (World Health Organization ), pada tahun 2005 proporsi kesakitan dan kematian di dunia yang disebabkan penyakit tidak menular sebesar 47% kesakitan dan 54% keamatian, dan diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kesakitan ini akan meningkat menjadi 60% dan proporsi kematian menjadi 73%.3 Pada tahun 1990 di wilayah Afrika dilaporkan bahwa proporsi kesakitan penyakit tidak menular sebesar 28% dan proporsi kematian sebesar 35%, dan diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kesakitan ini akan meningkat menjadi 60% dan proporsi kematian menjadi 65%.4

(19)

cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ).5

Menurut data yang diperoleh, di Amerika Serikat penderita gagal ginjal kronik dari 166.000 penderita pada tahun 1990 menjadi 372.000 penderita tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2010 angka penderita ini akan menjadi 650.000 penderita. Di Jepang, penderita GGK dari tahun 1996 sampai 2000 meningkat dari 167.000 penderita yang menerima terapi pengganti ginjal menjadi lebih dari 200.000 penderita. Di Benua Afrika prevalensi GGK diestimasi 3-4 kali lipat dari negara maju. Cause Spesific Death Rate GGK diperkirakan mencapai 200/1.000.000 penduduk Afrika.6

Penyebab terjadinya gagal ginjal kronik bermacam-macam dan dapat menyerang setiap umur. Namun terdapat tiga penyebab utama GGK pada anak yaitu kelainan kongenital, kelainan herediter, dan kelaianan glomerulonefritis. Pada tahun 1999 di Amerika Serikat prevalensi GGK pada anak yang mengalami terapi pengganti ginjal sebesar 53/1.000.000 anak.7 Menurut data yang diperoleh dari

United States Renal Data System (USRDS) , dari tahun 1990 sampai 2001 di

Amerika Serikat prevalensi GGK yang disebabkan diabetes meningkat dari 171/1.000.000 penduduk menjadi 503/1.000.000 penduduk.8

Pada studi di Rumah Sakit Yonsei Korea tahun 2001 didapatkan angka 5-years survival rate pada pasien transplantasi ginjal 72,0%. Sedangkan pada hemodialisa 28,8% dan pada terapi dialisa peritoneal sebesar 19,8 %.9

(20)

psikologi. Penderita GGK cenderung mengalami perasaan tertekan, rendah diri, dan stress karena masalah yang lainnya seperti memikirkan biaya untuk pengobatan. Faktor penyulit di Indonesia bagi pasien ginjal terutama GGK selain aspek ekonomi dan psikologi yaitu terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai sekarang, jumlah ahli ginjal di Indonesia kurang dari 80 orang. Dan sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki Fakultas Kedokteran.6

Menurut Survei Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia pada tahun 1990-1992 menunjukkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 pasien rawat inap di Rumah Sakit seluruh Indonesia menderita gagal ginjal dan hipertensi.10

Pada tahun 2008 di RSUP H. Adam Malik terdapat sebanyak 87 penderita kasus gagal ginjal, di RSUD Dr. Pirngadi sebanyak 109 penderita kasus gagal ginjal dan di RS Swasta (RS Rasyida) sebanyak 78 penderita kasus gagal ginjal. Pada akhirnya untuk melepaskan ketergantungan pasien terhadap terapi hemodialisa seumur hidup, maka diperlukan tindakan difinitif berupa transpalantasi ginjal (pencangkokan ginjal).11

Hasil penelitian Sinabariba (2002) di RSUP. Adam Malik Medan selama periode tahun 2000-2001 terdapat 158 orang penderita GGK.12 Di RSUP. Adam Malik tahun 2004 terdapat 144 penderita GGK yang dirawat inap serta merupakan peringkat ke 6 (12,17%) dari 10 penyakit utama penderita rawat inap di rumah sakit tersebut.13

(21)

355 penderita GGK serta merupakan penyebab kematian ke 7 (3,48%) dari seluruh kematian di rumah sakit tersebut.13

Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD.Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008 didapatkan penderita GGK sebanyak 148 penderita yaitu 80 penderita pada tahun 2007, 68 penderita pada tahun 2008. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2007-2008

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita GGK rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2007-2008.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita GGK rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2007-2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan daerah asal ).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan keluhan utama pada saat masuk rumah sakit.

(22)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan sumber biaya. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan pengobatan

yang diberikan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan lama menderita penyakit.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan lama penderita telah hemodialisa.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan berapa kali mengalami hemodialisa rata-rata penderita GGK.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita GGK.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis kelamin. l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan umur.

m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan pengobatan yang diberikan.

n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

(23)

1.4 Manfaat Peneltian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD. Dr.H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi tentang karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di rumah sakit tersebut sehingga dapat mendukung upaya penatalaksanaan yang lebih baik terhadap penderita GGK.

1.4.2. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit GGK dan sebagai salah satu prasyarat menyelesaikan studi di FKM USU Medan .

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/ menit.2 GGK juga merupakan keadaan kerusakan ginjal yang dapat berakhir fatal pada uremia (kelebihan urea dan sampah nitrogen lain di dalam darah) dan komplikasinya jika dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal.Biasanya penyakit ini menghasilkan sedikit tanda dan gejala sampai kira-kira 75% fungsi ginjal sudah hilang.15

Gagal ginjal kronik ditandai dengan penurunan penyaringan glomerulus. Dengan menurunnya kecepatan penyaringan ini, kadar urea darah meningkat dan nefron yang masih berfungsi yang tersisa akan mengalami hipertrofi. Dengan naiknya kadar urea darah dan meningkatnya proses penyaringan oleh nefron yang mengalami hipertrofi tersebut, muatan yang sampai ke dalam masing-masing tubulus yang masih berfungsi akan menjadi lebih besar daripada keadaan normalnya. Salah satu konsekuensi dari keadaan ini adalah poliuria akibat ketidakmampuan sel-sel tubulus untuk memekatkan filtrat dengan sempurna. Penurunan kemampuan pemekatan pada ginjal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah urea dalam filtrat.16

2.2. Anatomi dan Fungsi Ginjal 2.2.1. Anatomi ginjal

(25)

ketiga. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri karena hati menekannya ke bawah.17

Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Masing-masing ginjal mempunyai panjang sekitar 11-12 cm, lebar 5-7,5cm, dan tebal 2,5-3cm. Berat ginjal pada laki-laki dewasa adalah 125-170 gram dan pada wanita dewasa adalah 115-155 gram. Ginjal terbenam dalam dasar lemak yang disebut lemak perirenal.18 Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna biru tua, lapisan luar terdapat lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medula (substansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid.19

(26)

Anatomi ginjal dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal 2.2.2. Fungsi Ginjal

Ginjal merupakan organ vital bagi kehidupan manusia yaitu sebagai organ pengatur dalam tubuh karena memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Ekskresi

a.1. Mempertahankan osmolitas plasma dengan mengubah ekskresi air.

(27)

a.3. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+.

a.4. Mengekskresikan produksi akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat, dan kreatinin.

b. Fungsi Non Ekskresi

b.1. Menghasilkan renin yang terpenting untuk pengaturan tekanan darah. b.2. Menghasilkan eritropoetin yang merupakan faktor penting dalam

stimulasi produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang. b.3. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif.

b.4. Mengatur kadar insulin. b.5. Menghasilkan prostaglandin.19

(28)

2.3. Klasifikasi Diagnosis Penyakit GGK

Berdasarkan persentase LFG yang tersisa, Gagal Ginjal diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan yaitu :20

2.3.1. Gagal ginjal dini

Ditandai dengan berkurangnya sejumlah nefron sehingga fungsi ginjal yang ada sekitar 50-80% dari normal (100 ml/menit/1,73 m2). Dengan adanya adaptasi ginjal dan respon metabolik untuk mengkompensasi penurunan faal ginjal maka tidak tampak gangguan klinis.

2.3.2. Insufisiensi ginjal kronik

Pada tingkat ini fungsi ginjal berkisar antara 25-50% dari normal. Gejala mulai dengan adanya gangguan elektrolit, gangguan pertumbuhan dan keseimbangan kalsium dan fosfor. Pada tingkat ini LFG berada di bawah 89 ml/menit/1,73 m2.

2.3.3. Gagal ginjal kronik

Pada tingkat ini fungsi ginjal berkurang hingga 25% dari normal dan telah menimbulkan berbagai gangguan seperti asidosis metabolik, osteodistrofi ginjal, anemia, hipertensi dan sebagainya. LFG pada tingkat ini telah berkurang menjadi di bawah 30ml/menit/1,73m2.

2.3.4. Gagal ginjal terminal

(29)

2.4. Epidemiologi Penyakit GGK

2.4.1. Distribusi Frekuensi Penyakit GGK

Distribusi Frekuensi GGK dibagi berdasarkan : a. Distribusi Frekuensi GGK Berdasarkan Orang

GGK lebih sering ditemukan pada usia lanjut disebabakan penurunan laju filtrasi glomerulus. Setelah usia 30 tahun, nilai LFG menurun dengan kecepatan sekitar 1 ml/menit/tahun. Pada proses penuaan, jumlah nefron berkurang dan berkurangnya kemampuan untuk menggantikan sel-sel yang mengalami kerusakan. Penurunan faal ginjal ini bisa sampai 50% pada usia mencapai 60 tahun.19

Menurut Ginting F. (2004) di RSUP.H.Adam Malik Medan , penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 45-59 tahun (43,1%).21 Menurut Siregar (2003) di RSU St. Elisabeth Medan, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur >45 tahun (69,8%).22 Menurut Sinabariba R. (2002) di RSUP.H.Adam Malik Medan, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 49-57 tahun (23,4%).12 Menurut Yulinda (2002) di RS.Pirngadi, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur >45 (64,4) tahun.14

(30)

GGK lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dikarenakan hormon estrogen yang dimiliki oleh wanita bersifat anti oksidan.24 Dari studi komparatif Choi dkk. (2001) terhadap penderita Nefropati Diabetik tahap akhir di RS. Yonsei Korea, penderita pria lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 3:2.9

Penelitian di Canada pada tahun 2001 menunjukkan bahwa penderita terbanyak penyakit gagal ginjal kronik adalah pria.25 Kasus gagal ginjal kronik di RS. Dr. Moh.Hoesin Palembang tahun 2002 sebanyak 179 orang. Dari jumlah tersebut 63,68% merupakan pasien pria.26

Menurut Ginting F. (2004) di RSUP.H.Adam Malik Medan , penderita GGK terbanyak pada laki-laki (63,8%).21 Menurut Siregar (2003) di RSU St. Elisabeth Medan, penderita GGK terbanyak pada laki-laki (56,2%).22 Menurut Sinabariba R. (2002) di RSUP.H.Adam Malik Medan, penderita GGK terbanyak pada laki-laki (64,6%).12 Menurut Yulinda (2002) di RS.Pirngadi, penderita GGK terbanyak pada laki-laki (62,5%) .14

Di Amerika Serikat, GGK akibat nefropati diabetika lebih banyak ditemukan pada kelompok minoritas yaitu penduduk asli Amerika, orang Amerika yang berasal dari Afrika dan orang Hispanik. Gagal ginjal tahap akhir akibat hipertensi lebih sering ditemukan pada orang Amerika yang berasal dari Afrika daripada orang yang berkulit putih.19

b. Distribusi Frekuensi GGK Berdasarkan Tempat dan Waktu

(31)

2001 di Amerika Serikat prevalensi GGK akibat hipertensi meningkat dari 166/1.000.000 penduduk menjadi 331/1.000.000 penduduk. Prevalensi GGK akibat faktor risiko lainnya meningkat dari 360/1.000.000 penduduk menjadi 590/1.000.000 penduduk.27 Angka statistik menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus yang terkena penyakit ginjal di Indonesia. Pada tahun 1983 dilaporkan bahwa 8,3% dari semua penderita Gagal ginjal Terminal (GGT) disebabkan oleh nefropati diabetic di Indonesia .Sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1993, angka ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu 17% dari semua penderita Gagal Ginjal Terminal (GGT) disebabkan oleh nefropati diabetic.24

2.4.2. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab. Penyebab penyakit GGK yang sering ditemukan antara lain :

a. Glomerulonefritis

(32)

Menurut hasil penelitian Choi dkk (1999) terhadap penderita GGK yang menjalani hemodialisis kronik di RS.St. Coloumban, Mokpo, Korea, ditemukan bahwa 6,8% penderita GGK disebabkan oleh penyakit glomerulonefritis.28

b. Pielonefritis kronik

Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan kelainan parenkimal yang disebabkan oleh infeksi berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal. Pielonefritis kronik terjadi pada pasien dengan infeksi saluran kemih yang juga mempunyai kelainan anatomi utama pada saluran kemihnya.19

Menurut hasil penelitian Ginting (2004) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP.H.Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 1,1% penderita GGK disebabkan oleh infeksi saluran kemih.21

c. Penyakit ginjal polikistik

Penyakit ginjal polikistik merupakan gangguan herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal yang dapat berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan.19

(33)

d. Nefrosklerosis hipertensif

Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama GGK.19

Menurut hasil penelitian Ginting (2004) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP.H.Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 31,3% penderita GGK disebabkan oleh hipertensi.21

e. Nefropati diabetik

Nefropati diabetik atau penyakit ginjal diabetik, adalah suatu komplikasi penyakit diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik. Nefropati diabetik terjadi karena kadar gula darah yang tinggi pada menderita diabetes mellitus tidak terkontrol dengan baik. Kondisi ini yang mengakibakan timbulnya kelainan pada pembuluh darah halus ginjal. Apabila berada pada stadium lanjut, kondisi nefropati diabetik ini akan mengakibatkan penderita GGK memerlukan pengobatan pengganti dengan cuci darah (hemodialisis). Hampir 20-30% penderita diabetes mellitus akan mengalami nefropati diabetik.24

Menurut hasil penelitian ginting (2004) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP.H.Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 16 % penderita GGK disebabkan oleh diabetes melitus.21

f. Nefropati Analgetik

(34)

penyakit ginjal yang mudah dicegah. Bahan yang dapat menyebabkan timbulnya nefropati adalah kombinasi aspirin dan fenasetin, karena insufisiensi ginjal jarang terjadi pada penderita yang hanya menelan aspirin, fanasetin atau asetomnofen (metabolik utama dari fenasetin). Biasanya makan aspirin dan fanasetin setiap hari dalam 3 tahun bertutut-turut menimbulkan penyakit ginjal secara klinis.19

2.5. Gambaran Umum Perjalanan Klinis GGK

Gambaran umum perjalanan gagal ginjal kronik dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dan LFG sebagai persentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) dengan rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik.19

Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu :19 2.5.1. Stadium I

Stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal (10-20 mg per 1000ml ), dan penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti test pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test LFG yang teliti.

2.5.2. Stadium II

(35)

Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila penderita misalnya mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada stadium insufisiensi ginjal ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons terhadap stress dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala-gejala ini.

2.5.3. Stadium III

(36)

glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

2.6. Manifestasi Klinis GGK

Penyakit GGK akan menimbulkan gangguan pada berbagai sistem atau organ tubuh, antar lain :

2.6.1. Gangguan pada sistem gastrointestinal.

a. Anoreksia dan nause yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat–zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta sembabnya mukosa usus.

b. Ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah oleh bakteri dimulut menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.Akibat yang lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.

c.Cegukan yang belum diketahui penyebabnya.2

2.6.2. Gangguan pada sistem Hematologi

a. Anemia, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor lain :

(37)

ii. Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik.

iii. Defisiensi besi dan asam folat akibat nafsu makan yang berkurang. iv. Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit.

v. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisma skunder. b. Gangguan fungsi trombosit dan trombosotopenia yang mengakibatkan perdarahan.

c. Gangguan fungsi leukosit, di mana fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.

2.6.3. Gangguan pada sistem kardiovaskuler

a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam b. Nyeri dada dan sesak nafas

c. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit dan klasifikasi metastatik.

d. Edema akibat penimbunan cairan.2 2.6.4. Gangguan pada sistem saraf dan otot

a. Restless leg syndrome, di mana pasien merasa pegal pada kakinya sehingga

selalu digerakkan.

b. Feet syndrome, yaitu rasa semutan dan seperti terbakar terutama di

telapak kaki.

(38)

d. Miopati, yaitu kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal.2

2.6.5. Gangguan pada sistem endokrin.

a. Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.

b. Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin yang menghambat masuknya glukosa ke dalam sel dan gangguan sekresi insulin.GGK disertai dengan timbulnya intoleransi glukosa.

c. Gangguan metabolisme lemak, biasanya timbul hiperlipidemia yang bermanifestasi sebagai hipertrigliserida, peninggian VLDL (very low density lipoprotein) dan penurunan LDL ( low density lipoprotein ). Hal ini terjadi karena meningkatnya produksi trigliserida di hepar akibat menurunnya fungsi ginjal.

d. Gangguan metabolisme vitamin D. 2.6.6 Gangguan pada kulit

a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan gatal-gatal akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.

b. Uremic frost yaitu jika kadar BUN sangat tinggi, maka pada bagian kulit yang banyak keringat timbul kristal-kristal urea yang halus dan berwarna putih.2 2.6.7. Gangguan pada Tulang

(39)

2.6.8. Gangguan metabolik

a. Asidosis metabolik ter jadi akibat ketidakmampuan pengeluaran ion hidrogen atau asam endogen yang dibentuk.20

2.6.9. Gangguan cairan-elektrolit

a. Gangguan asam-basa mengakibatkan kehilangan natrium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia.15 2.6.10.Gangguan fungsi psikososial

a. Perubahan kepribadian dan prilaku serta perubahan proses kognitif.15

2.7. Pencegahan Penyakit GGK 2.7.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial pada penderita GGK dimaksudkan memberikan keadaan pada masyarakat umum yang memungkinkan faktor predisposisi terhadap GGK dapat dicegah dan tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup, dan faktor risiko lainnya.1 Misalnya dengan menciptakan prakondisi sehinggga masyarakat merasa bahwa minum 8 gelas sehari untuk menjaga kesehatan ginjal merupakan hal penting, berolahraga teratur, konsumsi makanan yang berlemak dan garam yang berlebihan merupakan kebiasaan kurang baik yang pada akhirnya masyarakat diharapkan mampu bersikap positif terhadap konsumsi yang sehat.29 2.7.2. Pencegahan Primer

(40)

karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.30 Pencegahan primer terhadap penyakit GGK dapat berupa :

a. Penghambatan hipertensi dengan menurunkan tekanan darah sampai normal untuk mencegah risiko penurunan fungsi ginjal

b. Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia c. Penghentian merokok

d. Pengendalian berat badan.30

e. Banyak minum air putih agar urine tidak pekat dan mampu menampung/ melarutkan semua garam agar tidak terjadi pembentukan batu.31

f. Konsumsi sedikit garam, makin tinggi konsuumsi garam, makin tinggi ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya kristalisasi.

g. Mengurangi makanan yang mengandung protein tinggi dan kolestrol tinggi.29

2.7.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan skunder berupa penatalaksanaan konservatif terdiri atas pengobatan penyakit-penyakit komorbid (penyakit penyerta) untuk menghambat progresifitas, mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.1 Penatalaksanaan pencegahan skunder dapat dibagi 2 golongan :

a. Pengobatan Konservatif

(41)

ginjal sedini mungkin.20 Pengobatan konservatif penyakit Gagal ginjal Kronik (GGK) terdiri dari :

i. Deteksi dini dan terapi penyakit primer

Identifikasi (deteksi dini) dan segera memperbaiki (terapi) penyakit primer atau faktor-faktor yang dapat memperburuk faal ginjal sangat penting untuk memperlambat laju progresivitas gagal ginjal menjadi gagal ginjal terminal.32

ii. Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan (i). Protein

Diet protein yang tepat akan memperlambat terjadinya keracunan ureum. Pembatasan protein dimulai pada saat permulaan terjadinya penyakit ginjal dengan masukan protein sebesar 0,5-0,6 g/kg BB/hari, dengan nilai biologik yang tinggi.33 Pembatasan protein dalam makanan pasien GGK dapat mengurangi gejala anoreksia, mual, dan muntah, dan apabila diberikan secara dini dapat menghambat progresifitas penyakit.19

(ii). Kalium

(42)

kadar kaliumnya seperti ekspektoran, kalium sitrat, sup, kurma, pisang, dan sari buah murni.19

(iii). Natrium

Pengaturan diet natrium penting pada penderita gagal ginjal. Jumlah natrium yang dianjurkan adalah 40 sampai 90 mEq/hari (1 sampai 2 gr natrium).Asupan natrium maksimum harus ditentukan secara tersendiri untuk tiap penderita agar hidrasi yang baik dapat tetap dipertahankan. Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru-paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.17

(iv). Cairan

Asupan cairan yang diminum penderita GGK harus diawasi dengan seksama. Asupan cairan yang terlalu bebas mengakibatkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, edema dan intoksitasi air. Sedangkan asupan yang terlalu sedikit mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.19

iii. Pengobatan Komplikasi (i). Hipertensi

(43)

farmakologi. Tindakan farmakologi dapat langsung diberikan bila hipertensi disertai gejala kerusakan organ atau peningkatan tekanan darah sangat cepat. Obat-obat yang sering digunakan adalah diuretika, beta-blocker adrenergic, agnosis adrenergic alfa, dan vasodilator perifer.

(ii). Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi paling serius pada penderita uremia. Hiperkalemia pada penderita gagal ginjal dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intervena yang akan memasukkan K+ ke dalam sel.19

(iii). Anemia

Penyebab utama anemia pada GGK adalah berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya). Anemia pada pasien dapat dikoreksi dengan pemberian eritropoietin rekombinan dan responnya tergantung dari dosis yang diberikan.2

(iv). Asidosis Metabolik

(44)

(v). Hiperurisemia

Obat yang digunakan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit GGK adalah alopurino. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.19

(vi). Pengobatan segera pada infeksi

Penderita GGK memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap serangan infeksi, terutama infeksi saluran kemih. Karena semua jenis infeksi dapat memperkuat proses katabolisme dan mengganggu nutrisi yang adekuat, keseimbangan cairan dan elektrolit, maka infeksi harus segera diobati untuk mencegah gangguan fungsi ginjal lebih lanjut.19

(vii). Obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat proteinuria dan penurunan fungsi ginjal.30

b. Pengobatan Pengganti

Pengobatan pengganti yang dilakukan bertujuan menghindari kematian dengan melakukan persiapan Renal Replacement Therapy (hemodialisis dan dialisis peritoneal ).10

(45)

Hemodialisis adalah dialisa yang dilakukan dengan menggunakan membran sintetik semipermeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisis pada ginjal buatan. Proses ini dirangkai dalam mesin hemodialisis yang berfungsi mencampur air dengan konsentrat dialisis, memompa darah keluar tubuh dan memompa darah masuk ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis akan mengeluarkan dari dalam tubuh air, natrium, kalium, dan ion H+, juga toksin uremik. Masalah akut yang terjadi saat hemodialisa seperti emboli udara dapat diatasi dengan adanya monitor pada mesin hemodialisa.29

ii. Dialisa peritoneal

Dialisis peritoneal dilakukan dengan menggunakan membran peritoneum yang bersifat semipermeabel dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialisis ke dalam abdomen melalui kateter. Dialisat tetap berada dalam abdomen untuk waktu yang berbeda-beda dan kemudian dikeluarkan dengan gravitasi ke dalam wadah yang diletakkan di bawah pasien. Setelah pengeluaran selesai, dialisat yang baru dimasukkan dan siklus berjalan kembali.19

(46)

2.7.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian, tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa.1 Pencegahan ini dilakukan pada pasien GGK yang telah atau sedang menjalani tindakan pengobatan atau terapi pengganti berupa: 17

a. Mengurangi stress, menguatkan system pendukung social atau keluarga untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penyakit GGK.

b. Meningkatakan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi Karena hal tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang. Dan untuk membantu meyakinkan tingkat aktivitas yang aman, perlu dilakukan pengkajian gaya berjalan pasien, rentang gerak dan kekuatan otot.

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.

(47)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik 1. Sosiodemografi :

3. Riwayat Penyakit Terdahulu 4. Sumber Biaya

5. Pengobatan yang diberikan 9. Lama rawatan rata-rata 10. Keadaan sewaktu pulang

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita GGK adalah penderita yang dinyatakan menderita GGK berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008 .

(48)

3.2.3. Jenis kelamin adalah ciri-ciri khas yang dimiliki penderita GGK sesuai dengan yang tercatat dikartu status, dikatagorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh penderita GGK sesuai dengan yang tercatat dikartu status dikategorikan atas :

1. Islam 2. Kristen 3. Budha 4. Hindu

3.2.5. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari penderita GGK sesuai yang tercatat dikartu status, dikatagorikan atas:

1. SD 2. SLTP 3. SLTA

4. Akademi/Sarjana

3.2.6. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita GGK untuk mempertahankan hidup dengan tujuan mendapat imbalan ekonomi yang sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikatagorikan atas:

1. PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga 6. Tidak Bekerja 7. Tidak Tercatat

3.2.7. Daerah asal adalah tempat dimana penderita GGK tinggal menetap sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikatagorikan atas:

(49)

3.2.8. Keluhan utama adalah keadaan yang dialami oleh setiap penderita GGK yang menyebabkan datang berobat dan dirawat inap sesuai yang tercatat dikartu status, dikatagorikan atas:

1. Muntah + mual 2. Sesak nafas

3. Penurunan Kesadaran 4. Sakit pingggang 5. Edema

6. Demam 7. BAK sedikit

8. lebih dari satu keluhan utama

3.2.9. Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita oleh setiap penderita sebelum menderita GGK yang merupakan faktor risiko GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikatagorikan atas :

1. Hipertensi

2. Diabetes Militus (DM)

3. Penyakit Ginjal Obstruksi Infeksi (PGOI) 4. Batu Ginjal

5. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

6. Lebih dari 1 riwayat penyakit terdahulu 7. Tidak ada riwayat penyakit terdahulu

3.2.10. Sumber biaya adalah orang atau instansi yang menanggung biaya pengobatan GGK sesuai dengan yang tercatat dikartu status, dikatagorikan atas :

1. Biaya sendiri 2. Askes

(50)

3.2.11. Pengobatan adalah jenis pengobatan yang diberikan kepada penderita GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status penderita, dikategorikan atas : 1. Obat + Diet

2. Obat + Diet + Hemodialisa 3. Obat + Diet + Tranfusi

4. Obat + Diet + Transfusi + Hemodialisa

3.2.12. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari penderita GGK dirawat inap di rumah sakit dimulai dari hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan sesuai dengan yang tercatat di kartu status penderita.

3.2.13. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita GGK ketika keluar atau pulang setelah menjalani rawat inap di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status penderita, dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi . Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi memiliki fasilitas penegakan diagnosa dan pengobatan GGK, tersedianya data penderita GGK dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita GGK di Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Januari sampai Agustus 2009, yang dimulai dengan survei awal, pencarian literatur, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, pengolahan data, dan penulisan skripsi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(52)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita GGK yang dirawat inap dibagian penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008, besar sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita GGK yang dirawat inap, kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Rumah Sakit

5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane berlokasi di Jalan Dr.H.Kumpulan Pane No. 226 Kotamadya Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas C sesuai dengan SK Menkes No. 233/Menkes/SK/VI/1983. Rumah sakit ini mulai berfungsi sejak tahun 1958 mempunyai dua ruangan dengan kapasitas 40 tempat tidur.

(54)

5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

1. Visi

Menjadikan RSUD. Dr.H.Kumpulan Pane Rumah Sakit yang terpercaya, dengan pelayanan kesehatan yang professional, terkini, aman, nyaman dan terjangkau menuju masyarakat sehat 2010.

2. Misi

a Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit dengan di dasari komitmen tinggi dan partisipasi seluruh pegawai.

b Menjadi rumah sakit yang mampu meningkatkan mutu SDM melalui pelatihan yang berkelanjutan.

c Mengembangkan pelayanan unggulan spesialis obgyn, spesialis penyakit dalam bidang Hemodialisa.

d Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit dengan dukungan peningkatan sarana dan prasarana yang mengikuti perkembangan ilmu kesehatan dan teknologi.

e Meningkatkan sistem administrasi dan keuangan.

f Penghargaan profesional kerja dengan peningkatan kesejahteraan pegawai.

(55)

5.2. Sosiodemografi Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSUD. Dr.H.Kumpulan Pane tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Tahun 2007-2008

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

Umur (tahun)

f % f % f %

17-25 0 0 3 2,0 3 2,0

26-34 3 2,0 4 2,7 7 4,7

35-43 12 8,1 10 6,8 22 14,9

44-52 18 12,2 14 9,4 32 21,6

53-61 25 16,9 20 13,5 45 30,4

62-70 16 10,8 13 8,8 29 19,6

> 70 5 3,4 5 3,4 10 6,8

(56)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sosiodemografi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tingg Tahun

2007-2008

(57)

Pekerjaan penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang tercatat yaitu 64,2% sedangkan yang tidak tercatat 35,8%. Dari data yang tercatat, pekerjaan penderita GGK tertinggi adalah Pegawai Negri yaitu 21,6% dan yang terendah adalah Pegawai Swasta yaitu 3,4%. Daerah asal penderita GGK tertinggi adalah Tebing Tinggi yaitu 54,7% sedangkan Luar Tebing Tinggi yaitu 45,3%.

5.3. Keluhan Utama Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan keluhan utama yang tercatat yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.3. di bawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Keluhan Utama Frekuensi Proporsi (%) Mual+Muntah

Sesak nafas BAK sedikit Sakit pinggang Penurunan kesadaran Lebih dari 1 keluhan utama Edema

(58)

muntah + penurunan kesadaran, dan sesak nafas + penurunan kesadaran) 8,8%, edema 6,8%, dan terendah adalah demam yaitu 2,0%.

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Keluhan Utama (n=148) Frekuensi Proporsi (%) Mual+Muntah

Pada tabel 5.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita GGK berdasarkan keluhan utama yang tertinggi adalah mual+muntah 29,3% dan terendah demam 3,0%.

5.4. Riwayat Penyakit Terdahulu Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan riwayat penyakit terdahulu yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Riwayat Penyakit Terdahulu Frekuensi Proporsi Hipertensi

Diabetes Mellitus

Tidak ada riwayat penyakit terdahulu Infeksi saluran kemih (ISK)

Batu Ginjal

Lebih dari 1 riwayat penyakit terdahulu Penyakit Ginjal Obstruksi Infeksi (PGOI)

(59)

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa riwayat penyakit terdahulu penderita GGK yang tertinggi adalah Hipertensi sebanyak 42,6%, Diabetes Melitus (DM) 23,6%, Tidak ada riwayat penyakit terdahulu 12,8, Infeksi Saluran Kemih (ISK) 9,5%, Batu Ginjal 5,4%, lebih dari 1 Riwayat Penyakit terdahulu 4,1%, dan terendah adalah PGOI yaitu 2,0%.

5.5. Sumber Biaya Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan sumber biaya yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.6. di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Sumber Biaya Frekuensi Proporsi (%) Biaya Sendiri

Askes Jamkesmas

14 48 86

9,5 32,4 58,1

Total 148 100

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat sumber biaya penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi tertinggi adalah Jamkesmas sebanyak 58,1%, kemudian Askes 32,4%, dan terendah adalah biaya sendiri yaitu 9,5%.

(60)

Proporsi penderita GGK berdasarkan pengobatan yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.7. di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Pengobatan Frekuensi Proporsi (%)

Obat + Diet Obat + Diet + HD Obat + Diet Transfusi

Obat + Diet + HD + Transfusi

98 29 10 11

66,2 19,6 6,8 7,4

Total 148 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pengobatan penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane tertinggi adalah obat + diet yaitu 66,2%, kemudian obat+diet+HD 19,6%, obat+diet+HD+transfusi 7,4%, dan terendah adalah obat + diet + transfusi yaitu 6,8%.

5.7. Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK

Distribusi penderita GGK berdasarkan lama rawatan rata-rata yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.8. di bawah ini.

(61)

Lama Rawatan (Hari)

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi adalah 6,26 hari. Standard Deviation (SD) 5,01 hari dengan Coefisien of Variation 80,03%, yang menunjukkan bahwa lama rawatan penderita GGK bervariasi. Minimum lama rawatan adalah 1 hari dan maksimum adalah 40 hari.

5.8. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.9. di bawah ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Keadaan Sewaktu Pulang Frekuensi Proporsi (%) Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal

(62)

Distribusi penderita GGK yang meninggal berdasarkan karakteristik penderita (sosiodemografi, keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu, sumber biaya, dan pengobatan) di RSUD. Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.10. di bawah ini.

Tabel 5.10. Distribusi penderita GGK yang meninggal berdasarkan karakteristik penderita di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

No Sosiodemografi Frekuensi

1. Umur

8. Riwayat Penyakit Terdahulu

Hipertensi

Diabetes Melitus (DM)

(63)

Total 7

9. Sumber Biaya

Askes Jamkesmas

2 5

Total 7

10. Pengobatan

Obat + Diet Obat + Diet + HD Obat + Diet + Transfusi Obat + Diet + HD + Transfusi

3 2 1 1

Total 7

Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat bahwa penderita GGK yang meninggal tertinggi pada kelompok umur 53-61 tahun yaitu 3 orang, laki-laki 6 orang, agama Islam 5 orang, suku, pendidikan tidak tercatat 5 orang sedangkan dari yang tercatat SLTA 2 orang, pekerjaan tidak tercatat 4 orang sedangkan dari yang tercatat Pegawai Negri 2 orang, daerah asal Tebing Tinggi 5 orang, keluhan utama mual+muntah 3 orang, riwayat penyakit terdahulu Hipertensi 4 orang, sumber biaya Jamkesmas 5 orang, dan pengobatan obat+diet 3 orang.

5.8.1 Proporsi Kematian Berdasarkan Umur

(64)

Tabel 5.11. Proporsi Kematian Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa Proporsi kematian GGK yang dirawat inap di RSUD. Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tertinggi adalah pada kelompok umur 62-70 tahun yaitu 6,9%, kemudian kelompok umur 53-61 tahun 6,7%, dan terendah pada kelompok umur 44-52 tahun 6,3%.

5.8.2. Proporsi Kematian Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi kematian GGK berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel 5.12 di bawah ini

Tabel 5.12. Proporsi Keamtian Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Sumber Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa Proporsi kematian penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang tertinggi adalah dengan Jamkesmas yaitu 5,9%, dan Askes 4,0%.

(65)

5.9.1. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan umur penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.13. di bawah ini.

Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Lama Rawatan Umur (tahun)

N X SD

17-25 3 8,00 6,083

26-34 7 6,14 5,521

35-43 22 6,32 4,369

44-52 32 4,78 2,574

53-61 45 7,24 6,357

62-70 29 5,76 5,047

>70 10 7,40 4,719

F=0,946 df=6 p=0,464

Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 3 orang yang berumur 17-25 tahun adalah 8 hari, lama rawatan rata-rata 7 orang yang berumur 26-34 tahun adalah 6,14 hari , lama rawatan rata-rata 22 orang yang berumur 35-43 tahun adalah 6,32 hari , lama rawatan rata-rata 32 orang yang berumur 44-52 tahun adalah 4,78 hari, lama rawatan rata-rata 45 orang yang berumur 53-61 tahun adalah 7,24 hari, lama rawatan rata-rata 29 orang yang berumur 62-70 tahun adalah 5,76 hari, lama rawatan rata-rata 10 orang yang berumur >70 adalah 7,40 hari,

Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p > 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur.

(66)

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan pengobatan penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.14. di bawah ini.

Tabel 5.14. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Pengobatan Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Berdasarkan tabel 5.14. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 98 orang dengan pengobatan obat + diet adalah 6,48 hari, lama rawatan rata-rata 29 orang dengan pengobatan obat + diet + HD adalah 5,34 hari, lama rawatan rata-rata 10 orang dengan pengobatan obat + diet + transfusi adalah 6,90 hari, dan lama rawatan 11 orang dengan pengobatan obat + diet +HD + transfusi adalah 6,09 hari.

Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p > 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan pengobatan.

5.9.3. Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.15. di bawah ini.

Tabel 5.15. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

(67)

N X SD

Berdasarkan tabel 5.15. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 104 orang yang Pulang Berobat Jalan (PBJ) adalah 6,31 hari, lama rawatan rata-rata 37 orang yang Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) adalah 6,62 hari, dan lama rawatan rata-rata 7 orang yang meninggal adalah 3,57 hari .

Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p > 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan pengobatan.

5.9.4. Pengobatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi pengobatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita GGK yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 5.16. di bawah ini.

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Pengobatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008

Pengobatan

(68)

pengobatan obat + diet + HD, 8,7% dengan pengobatan obat + diet + transfusi, dan 5,8% dengan pengobatan obat + diet + HD + transfusi. Dari 37 orang yang Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terdapat 70,3% dengan pengobatan obat + diet, 18,9% dengan pengobatan obat + diet + HD, tidak ada dengan pengobatan obat + diet + transfusi, dan 10,8% dengan pengobatan obat + diet + HD + transfusi. Dari 7 orang yang meninggal terdapat 42,8% dengan pengobatan obat + diet, 28,6% dengan pengobatan obat + diet + HD, 14,3% dengan pengobatan obat + diet + transfusi, dan 14,3% dengan pengobatan obat + diet + HD + transfusi.

Terdapat 6 sel (50%) expected count yang besarnya kurang dari 5 sehingga uji

Chi-square tidak dapat dilakukan

BAB 6 PEMBAHASAN

(69)

6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita GGK berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 dapat dilihat pada gambar 6.1. di bawah ini :

Gambar 6.1. Distribusi Proposi Penderita GGK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-2008 Dari gambar 6.1. dapat diketahui bahwa proporsi penderita GGK yang tertinggi pada kelompok umur 53-61 tahun 30,4%, dengan proporsi laki-laki 16,9% dan perempuan 13,5% dan terendah adalah pada kelompok umur 17-25 tahun yaitu 2%. Rata-rata umur penderita GGK adalah 53,45 tahun (53 tahun) dan rata-rata umur penderita GGK 53-61 tahun adalah 56,96 tahun.

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di  RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di  RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tingg Tahun
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan  Keluhan Utama di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi 2007-
+7

Referensi

Dokumen terkait

topic:numbers and calculations with numbersGrades 10, 11 and 12 suggested teaching time: Grade 10: 4−5 weeksrecommended texts and/or resources: • Textbooks • “Basic Skills for

Penerapan good governance dalam pemerintahan desa akan berkaitan dengan hubungan antara kepala desa dengan kepala daerah, dalam kasus kepala desa dolok huluan, hubungan

Dijumpai hubungan level parameter hematologi rutin dengan outcome , dimana level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan.. terhadap skor

Biaya pakan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama

Sri Hildayati: Sistem Akuntansi Penjualan pada CV... Sri Hildayati: Sistem Akuntansi Penjualan

[r]

A 47 years old lady, P5 comes to the outpatient clinic with chief complaint of post-coital bleeding since 6 months ago.. No history of contraceptive

hidup dan kehutanan telah ditetapkan Keputusan Menteri Lingkugan Hidup dan Kehutanan Nomor S.24/Menhut-II/2015 tentang Tim Penanganan Pengaduan Kasus- kasus Lingkungan

[r]