• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media informasi menggugah minat ibu untuk menyusui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media informasi menggugah minat ibu untuk menyusui"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Kankan Muhammad Maliki Tempat / Tgl Lahir : Bandung, 12 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Rumah : Cihanjuang Rahayu No.291 RT001/RW006 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Alamat Sekarang : Cihanjuang Rahayu No.291 RT001/RW006 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Telepon : 085722422042

Email : kan2m2@live.com

Pendidikan Formal

1994 - 1996 : TK Bintang bintang Bandung 1996 - 2002 : SD Salman Al-Farisi Bandung 2002 - 2005 : SMP Salman Al-Farisi Bandung 2005 – 2008 : SMAPU Al-Bayan Sukabumi

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGGUGAH MINAT IBU UNTUK MENYUSUI

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2013-2014

Oleh :

Kankan Muhammad Maliki 51908026

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan pengantar Tugas Akhir. Pada kesempatan ini penulis menyusun laporan dengan judul “Perancangan Media Informasi Menggugah Minat Ibu untuk Menyusui”. Penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir untuk jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Hasil dari laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan saya sendiri sebagai penulis, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dan pengambangan dimasa yang akan datang.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala sumbang asih dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang telah membimbing, membantu dan memberikan motivasi sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan laporan ini, hal itu disebabkan keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Do’a penulis semoga Allah SWT menjadikan amal sholeh atas budi baik semuanya. Akhir kata, dengan segala keterbatasan penulis, semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri, amin.

Bandung, Januari 2014

(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... ii

KATA PENGANTAR ... iii I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II PEMBAHASAN PERMASALAHAN MENGENAI KESULITAN IBU YANG MEMBERIKAN ASI II.1 ASI Eksklusif III.1.1 Keuntungan ASI untuk Bayi ... 5

III.1.2 Keuntungan ASI untuk Ibu ... 6

II.2 Pemberian ASI Eksklusif ... 8

II.3 Ibu Menyusui dan Bekerja ... 8

II.4 Alat Bantu ASI ... 10

II.5 Sejarah Poster ... 10

II.6 Visualisasi Pada Media Informasi ASI Bagi Ibu Menyusui ... 11

II.7 Analisa Masalah ... 13

(8)

vii

BAB III PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGGUGAH MINAT IBU UNTUK MENYUSUI

III.5.2 Tata Letak (Layout) ... 26

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Candra,Asep. 2011. Pemerintah Resmi Sahkan PP ASI. Tersedia di www.kompas.com.

---. 2010.Inilah Keuntungan ASI untuk Ibu dan Bayi. Tersedia di www.kompas.com.

---. 2010. ASI Eksklusif Wajib. Tersedia di www.kompas.com.

Dr. Dra. Jafar, Nurhaedar, Apt,M.Kes, 2011. ASI Eksklusif. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

HSP USAID leaflet. 2007. Kesehatan Bayi Baru Lahir, Kesehatan Anak.

Kus Anna, Lusia. 2011. Rendah, Jumlah Bayi yang Dapat ASI Eksklusif. Tersedia di www.kompas.com.

Ransum, Ullya Prastika, Aminuddin Syam, Hendrayati, 2010. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasanuddin bagian Gizi dan Fisioterap. Politeknik Kesehatan Makkasar.

Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda, Group Puspa Swara IKAPI.

---. 2008. Inisiasi Menyusui Dini plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda, Group Puspa Swara.

---. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

(10)

Universitas Binus, Tersedia di:

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012201801DSBab2001/ page1.html

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling utama yang harus diberikan oleh ibu kepada bayinya. Selain itu banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh ibu dan bayi dari pemberian ASI. Banyak nutrisi yang terkandung di dalam ASI, oleh karena itu bayi membutuhkan ASI sebagai makanan utama.

(12)

2

Pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang medis menghasilkan alat bantu menyusui yang seharusnya dapat memudahkan ibu dalam memberikan ASI secara khususnya bagi yang memiliki faktor-faktor permasalahan tertentu, namun tetap saja persentase ibu bekerja dan ibu rumah tangga yang memberikan ASI terus menurun. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor dari permasalahan yang dihadapi oleh ibu dalam memahami tatalaksana dalam memberikan ASI.

Cara dan teknik pemberikan ASI bagi ibu yang bekerja ataupun ibu rumah tangga sebenarnya sudah banyak dilakukan atau dibuat oleh pemerintah ataupun lembaga swasta dalam bentuk sosialisasi dan media, salah satunya adalah dalam bentuk buku dan poster. Sudah banyak buku-buku yang memuat tentang cara atau tips bagaimana memberikan ASI bagi ibu, yang berisi manfaat ASI bagi ibu dan bayi, cara memberikan ASI beserta tekniknya. Namun informasi tersebut masih belum memberikan dampak positif terhadap kenaikan persentase ibu menyusui.

Pemerintah sudah melakukan berbagai usaha selain dengan penambahan ruang laktasi dibeberapa tempat umum, juga mengkampanyekan pro ASI dengan poster-poster billboard dibeberapa tempat yang cukup strategis seperti di rumah bersalin, puskesmas dan rumah sakit. Pemerintah memberikan informasi berupa teknis seperti, cara menyusui yang baik dan benar, cara menggunakan alat bantu menyusui bagi ibu yang kesulitan dalam memberikan ASI nya, dan tips-tips bagi ibu rumah tangga yang juga bekerja. Semua pernah ada dan dilakukan oleh pemerintah, tetap belum bisa membantu meningkatkan persentase jumlah ibu menyusui.

I.2 Identifikasi Masalah

(13)

3

1. Banyaknya faktor sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya.

2. Kurangnya sarana laktasi di berbagai tempat umum, kantor, mall. 3. Media informasi yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan

lembaga swasta mesih belum cukup membatu dalam menaikan persentasi ibu menyusui ASI.

4. Ibu kurang memahami tatalaksana dalam memberikan ASI.

5. Informasi yang diberikan oleh pemerintah masih berupa teknis dan masih belum bisa menggugah ibu untuk menyusui.

I.3 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan identifikasi masalah, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana menumbuhkan minat ibu untuk menyusui bayinya. 2. Bagaimana membuat seorang ibu benar-benar memahami tanggung

jawab dan peran seorang ibu atas pentingnya menyusui.

3. Bagaimana caranya memperbaiki komunikasi yang baik pada media informasi yang akan diberikan, agar memunculkan minat ibu untuk menyusui.

I.4 Batasan Masalah

(14)

4 I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan media informasi tentang pemberian ASI bagi ibu bekerja adalah:

(15)

5 BAB II

PEMBAHASAN PERMASALAHAN MENGENAI KESULITAN IBU YANG MEMBERIKAN ASI

II.1 ASI Ekskulsif

ASI eksklusif (seperti dikutip Roesli, Utami. 2009) adalah pemberian ASI selama enam bulan tanpa diselingi , minuman, makanan, nutrisi berupa apapun. Banyak sekali manfaat yang akan diperoleh bagi ibu dan bayi dari kegiatan menyusui. Tubuh seorang wanita diciptakan untuk memproduksi ASI guna memenuhi kebutuhan bayinya. Susu formula merupakan pengganti yang tidak dianjurkan dan hanya digunakan jika ibu bekerja benar-benar tidak dapat memberikan ASInya. ASI mengandung banyak sekali nutrisi yang dibutuhkan untuk bayi, dimana hampir 100 jenis nutrisi yang terkandung di dalamnya. Dalam waktu nol sampai enam bulan bayi membutuhkan nutrisi ASI. dan tubuh seorang ibu akan bereaksi dengan hal tersebut dengan produksi ASI yang lebih.

II.1.1 Keuntungan ASI Untuk Bayi :

1. ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh seorang ibu. Antibodi tersebut membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Telah terbukti bahwa bayi yang diberi ASI lebih kuat dan terhindar dari beragam penyakit seperti asma, pneumonia, diare, infeksi telinga, alergi, “SIDs”, kanker anak, multiple scleroses, penyakit Crohn, diabetes, radang usus buntu, dan obesitas.

(16)

6

3. Menyusui membantu perkembangan otak. Bayi yang diberi ASI rata-rata memiliki IQ enam poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

4. Menyusui secara psikologis baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu. Jika seorang sedang membaca atau mengecek email saat menyusui, bayi tetap mendapat manfaat dari kehangatan dan keamanan karena meringkuk ke tubuh ibunya.

(Roesli, Utami. 2009)

II.1.2 Keuntungan ASI Untuk Ibu :

1. Cara paling mudah untuk menurunkan berat badan. Menyusui membakar ekstra kalori sebanyak 200-250 per hari. Biarkan wanita lain berkeringat di tempat senam, semua yang perlu lakukan adalah hanya berpelukan dengan bayi Anda. Penelitian di brazil pada 405 perempuan selama enam sampai sembilan bulan setelah melahirkan untuk membuktikan hubungan antara pengurangan berat badan dan menyusui. Perempuan yang lebih berat badan 20% dan menyusui 180 hari dibandingkan menyusui 30 hari, setiap bulan berat badannya berkurang 0,44 kg.

2. Menyusui itu lebih ekonomis. Biaya untuk susu formula selama seminggu bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Dan biaya selama setahun untuk susu formula mencapai lebih dari jutaan rupiah . Dan lebih dari itu harus membeli perlengkapan seperti dot, botol dan peralatan sejenisnya kemudian harus menjaga barang-barang tersebut tetap bersih.

3. ASI selalu siap tersedia. Tidak perlu mencampur susu formula atau menunggu menghangatkan, sementara bayi menjerit tak bisa ditenangkan. Tidak perlu khawatir kehabisan ketika tengah malam atau tidak cukup membawa susu formula tersebut ketika sedang berpergian.

(17)

7

5. Mengurangi resiko kanker payudara (ca mamma). Peneliti dari Inggris mengevaluasi hubungan antara terjadinya kanker dan menyusui. Penelitian ini melibatkan hampir 4.000 orang dewasa yang disurvei dari tahun 1937 – 1939. Menyusui mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi, alergi, dan autoimunitas pada bayi.

6. Mengurangi resiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker rahim (ca endomentrium). Penelitian besar di Itali pada 1.301 wanita yang mengidap kanker indung telur ephithelial dibandungkan dengan 2.411 perempuan dengan kondisi non-neoplastic akut yang beresiko menderita kanker indung telur. Hasilnya menunjukan tren terbalik terhadap resiko terkena kanker indung telur dengan meningkatkan durasi menyusui dan jumlah ada yang menyusui.

7. Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis). Penelitian mengindikasi bahwa perempuan dengan banyak anak dan periode menyusui yang panjang memiliki kepadatan mineral tulang lebih tinggi/sama dan risiko patah lebih rendah/sama dibandingkan dengan yang tidak pernah melahirkan dan menyusui (Karlsson MK, Ahlborg HG, Karlsson C, 2005).

8. Metode KB paling aman. Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di Nigeria untuk mengetahui dampak menyusui dengan jarak kelahiran anak secara alami. Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara esklusif daripada yang tidak.

(18)

8

depresi dan kemarahan yang lebih rendah daripada ibu dengan susu formula.

(Roesli, Utami. 2009)

II.2 Pemberian ASI Eksklusif

ASI eksklusif dapat diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Diberi langsung, yaitu dengan cara bayi menyusu pada ibunya langsung tanpa alat bantu apapun. Sementara menyusu ASI eksklusif yang tidak langsung adalah bayi yang mendapat asupan ASI ekslusif dari perahan ASI ibu bisa melalui botol dot atau gelas disendokkan, ataupun melalui selang makanan pada bayi-bayi tertentu yang dirawat.

Meski menyusui merupakan kejadian alamiah, namun untuk keberhasilannya tetap memerlukan pengetahuan tentang ASI dan tatalaksananya. Khususnya kepada ibu yang menyusui bayinya.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selain disebabkan minimnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI juga minimnya pengetahuan ibu mengenai tatalaksana memberikan ASI itu sendiri. Meski setiap ibu pasti sudah memberikan hal yang menurutnya terbaik, tetapi selalu saja terdapat hambatan atau kendala yang dihadapi seorang ibu.

Kunci sukses untuk memberikan ASI secara eksklusif adalah ibu dan keluarga memiliki manajemen ASI yang baik. Manajemen ASI yang baik tidak hanya ibu mengetahui cara menyusui atau memerah ASInya saja, namun ibu dan keluarga saling mendukung dan bekerjasama disaat sang ibu sedang bekerja atau beraktivitas terpisah dari bayinya. Dimulai dari persiapan di rumah akan pergi bekerja, saat bekerja, dan saat pulang kerja.

II.3 Ibu Menyusui dan Bekerja

(19)

9

Beban yang dihadapi ibu bekerja dengan ibu rumah tangga jelas berbeda, banyak faktor yang membuat ibu bekerja kesulitan dalam memberikan ASI eksklusif. Ada perusahaan yang tidak mengizinkan pegawainya membawa anak ketempat kerja, sehingga bayi harus ditinggal dirumah. Tidak ada sarana ruang laktasi di tempat kerja, sehingga ibu harus menitipkan bayinya di Tempat Penitipan Anak (TPA) di area tempat kerja. Itupun jika ada, karena tidak disemua perusahaan memiliki atau berdekatan dengan Tempat Penitipan Anak. Hanya sebagian kecil perusahaan yang menyediakan sarana ruang laktasi, itupun perusahan-perusahaan menengah keatas. Bahkan fasilitasnyapun tidak memenuhi standar ruang laktasi seperti tidak adanya fasilitas pendingin di tempat kerja, sehingga ibu bekerja tidak bisa menabung ASInya dan hal itu akan lebih mempersulit proses pemberian ASI ekskluif karena tidak semua ibu bekerja bisa memberikan ASI secara langsung. Tidak ada teman kerja yang sama sebagai ibu bekerja yang menyusui bayinya, sehingga motivasi ibu bekerja goyah akhirnya tidak memberikan ASI eksklusifnya.

(20)

10 II.4 Alat Bantu ASI

Alat bantu ASI adalah sebuah alat untuk membantu ibu agar lebih mudah dalam mengumpulkan dan memberikan ASI kepada bayinya. Banyak sekali jenis-jenis alat bantu ASI diantaranya breastpump atau pompa ASI, lactation aid/supply line/alat bantu menyusui, dot, botol dan lain-lain.

Faktanya alat bantu ASI ini sangat membantu ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya khususnya bagi ibu yang bekerja. Sebelum ibu akan terjadi Lecet. lactation aid/supply line/alat bantu menyusui digunakan bila terjadi lecet pada puting, puting masuk, bayi yang dirawat dan lain-lain. Ketika seorang ibu bekerja memerah ASInya secara manual dengan cara yang salah maka kelecetan bisa terjadi, dan pada saat ibu pulang bekerja dan ingin memberikan ASI secara langsung kepada bayinya lactation aid/supply line/alat bantu menyusu ini sangat membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Dengan lactation aid/supply line/alat bantu menyusu ini itu yang sedang mengalami lecet tidak perlu memaksakan untuk memberikan ASI eksklusif secara langsung.

II.5 Sejarah Poster

Poster adalah lembaran cetakan berukuran besar berisi komposisi gambar dan aksara, digunakan sebagai media informasi (pesan) yang dipasang pada dinding dan bidang vertikal lain seperti panil atau booth.

Karena berukuran besar, sering divisualisasikan secara atraktif atau memiliki impact yang tinggi (visual striking).

(21)

11

(konser, film, teater, pameran, olah raga), politik, lingkungan hidup, kesejahteraan, pariwisata, perjalanan dan lomba atau kompetisi.

Sejarah Awal

1. Munculnya poster karena adanya tuntutan industri dan bisnis untuk media informasi pada 1880-an.

2. Pameran poster pertama di Paris, 1884.

3. Didukung teknik lithografi (offset) yang berkembang pada 1870-an, memungkinkan untuk produksi massa dan pengembangan warna cetak (teknik cetak pertama ditemukan di Jerman oleh Alois Snefelder pada 1796, dan ditemukan cetak litho 1851).

4. 1890-an, teknik dan pengembangan warna dalam pencetakan tersebar ke seluruh Eropa, terutama Perancis dan Jerman.

5. 1890-an, poster telah masuk pada galeri-galeri seni (yang sedang berkembang saat itu Impresionisme dan Post-Impresionisme) dan juga dipasang di jalan-jalan. Permintaan yang besar untuk kesuksesan komersial seni kebudayaan dan kebutuhan bintang-bintang seni pertunjukan pada teater.

6. 1890 akhir, seni poster sudah menyebar penggunaannya disebagian besar Eropa untuk kebutuhan advertising.

7. Tiga tokoh yang dijuluki sebagai kakek desain poster dunia (saat itu masih disebut artis poster), yaitu Henri de Toulouse-Lautrec, Jules Cheret dan Alphonse Mucha. Ketiganya berkarya pada masa Art Nouveau dengan gaya pendekatan artistik yang berbeda-beda.

(Sumber: http://dgi-indonesia.com/desain-poster-dari-masa-ke-masa/)

II.6 Visualisasi Pada Media Cetak (Poster) yang Sudah Ada pada Tema Perancangan Media Informasi Menggugah Minat Ibu untuk Menyusui

(22)

12

Gambar II.1 Ilustrasi cara sukses menyusui

Sumber: Panduan Praktis Menyusui (2009)

Gambar II.2 Memerah ASI dengan pompa listrik

(23)

13

Gambar II.3 Refleks pengaliran ASI

Sumber: Panduan Praktis Menyusui (2009)

Dari gambar-gambar diatas terdapat 3 jenis visual yaitu ilustrasi dan fotografi. Gambar diatas adalah salah satu buku dengan ilustrasi dan gambar-gambar yang baik. Karena informasi yang diberikan sederhana, singkat dan ditambah dengan gambar yang mendukung informasinya. Namun hal itu belum mampu memberikan hasil yang signifikan.

II.7 Analisia Masalah

(24)

14

Gambar II.4 Refleks pengaliran ASI

Sumber: Hesti Widuri (2013) dan Panduan Praktis Menyusui (2009)

Gambar II.5 Poster tentang dukungan ASI eksklusif oleh pemerintah dan Swasta

Sumber: google

(25)

15

terjadi karena kurang pahamnya dalam memahami informasi yang terdapat didalam buku, sehingga informasi yang dipahami kurang tepat dan berujung kegagalan.

Statemen yang menyatakan bahwa penurunan jumlah persentase ibu yang memberikan ASI:

1. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Indonesia hanya 15,3 persen. Budiharja, Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan mengatakan, masalah utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat. (www.Kompas.com, Editor: Asep Candra)

2. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, angka ibu yang memberikan ASI eksklusif untuk bayi 6 bulan turun menjadi 15,3 persen dari yang semula 39 persen pada tahun 2007. Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan angka cakupan pemberian ASI eksklusif ini, diantaranya adalah ibu menyusui yang bekerja. Data stastistik menunjukan bahwa wanita bekerja yang berperan ganda saat ini meningkat tajam dari tahun ke tahun, terutama mereka yang hidup di kota-kota besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003 menunjukan pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 orang dimana 64,6% pekerja laki-laki dan 35,4 % pekerja wanita. Masalah yang terjadi di Kementerian PP-PA adalah belum optimalnya pemanfaatan ruang ASI oleh ibu menyusui yang bekerja walaupun sudah didukung oleh fasilitas dan kebijakan nasional yang ada di lingkup Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak. (www.Kompas.com, Editor: Asep Candra)

(26)

16

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini. ASI adalah makanan berstandar emas yang tidak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun. ASI mengandung zat kekebalan (kolostrum) yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit (Anwar, 2003).

Masalah pemberian ASI eksklusif di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997, cakupan ASI Eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,70%.. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balit bangkes dan Heler Keller International di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% (Depkes RI, 2004).

(27)

17

makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai umur 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin. Angka cakupan menurut data dari Riskesdas lebih rendah dibanding data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 sebesar 61,5%. Secara nasional dan khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 77,15%.

Dinkes Kota Makassar (2011) cakupan ASI eksklusif terendah terdapat di 5 Puskesmas yakni Puskesmas kappasa (46,4%), Puskesmas Pertiwi (45,7%), Puskesmas Barabaraya (42,7%), Puskesmas Bira (37,6%) dan yang paling rendah yaitu Puskesmas Antang Perumnas yakni hanya 33, 3%. Kendala yang dihadapi dalam praktek ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu dan dukungan dari lingkungan, pemberian makanan dan minuman terlalu dini, serta maraknya promosi susu formula untuk bayi. Kepercayaan tradisional, tingkat pendidikan ibu dan sikap ibu terhadap ASI yang rendah, serta perbedaan wilayah tempat tinggal menjadi kendala yang berpengaruh terhadap keberlangsungan pemberian ASI (Rachmadewi dan Khomsan, 2009). (Sumber: Ullya Prastika Ransum, Aminuddin Syam, Hendrayati, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasanuddin bagian Gizi dan Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makkasar)

(28)

18

Sumber data cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia antara lain dari SDKI, laporan program dan Riskesdas 2010. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data cakupan pemberian ASI eksklusif SDKI 2002 dan 2007 adalah metode recall 24 jam dengan batasan umur 0-5 bulan. Menurut SDKI 2002 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan adalah 40,0 persen dan pada tahun 2007 turun menjadi 32,0 persen. 15,17 Angka tersebut adalah angka rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan. Selain disajikan dalam angka rata-rata, data cakupan pemberian ASI eksklusif SDKI 2007 juga disajikan menurut kelompok umur.

Gambar II.6 Grafik 1Persentase Pemberian ASI Eksklusif Bayi 0-5 menurut Kelompok Umur

Data pada Grafik 1 menunjukkan bahwa persentase cakupan pemberian ASI eksklusif menurut kelompok umur cenderung menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Cakupan tertinggi terdapat pada bayi kelompok umur 0-1 bulan dan terendah pada bayi kelompok umur 4-5 bulan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur 4-5 bulan adalah angka estimasi pemberian ASI eksklusif di populasi.

(29)

19

2003 sampai 2007, berturut-turut adalah 43,42 persen, 54,28 persen, 58,25 persen, 54,92 persen, dan 74,2 persen. Data yang disajikan pada tabel cakupan indikator SPM tidak dijelaskan metode pengumpulan data cakupan pemberian ASI eksklusif. (Yekti Widodo Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor)

5. Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010).

Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun 2007 57,05% (Profil kesehatan Sul-Sel, 2008), sedangkan di kota parepare, prevalensi ASI eksklusif sampai 6 bulan rata-rata perbulan tahun 2011 yaitu 6,48% dan prevalensi IMD 27,4% (Dinas Kesehatan Kota Parepare). (Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes, program studi ilmu gizi fakultas kesehatan masyarakat universitas hasanuddin).

(30)

20

2008 di Jakarta, persentasenya terus menurun. Tercatat turunnya persentase sebesar 10% dari tahun 2006 hingga 2008.

Pemerintah menetapkan cuti melahirkan sesuai UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 yaitu selama 3 bulan. Cuti menyusui hanya dilakukan oleh sedikit institusi bagi pekerjanya. Kebijakan mengenai cuti ibu menyusui atau mengenai keluangan waktu untuk menyusui belum mendapatkan perhatian yang serius. Di samping itu lahirnya Peraturan Pemerinah Nomor 33 Tentang Pemberian ASI Eksklusif dirasa tidak konsisten dengan pendeknya cuti melahirkan. Dimana pemberian ASI Eksklusif berlangsung selama 6 bulan.

Hasil penelitian yang dilakukan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, sebesar 79% ibu bekerja di Jakarta hanya mampu memberikan ASI secara eksklusif selama 4 bulan. Penelitian yang juga pernah dilakukan oleh Ross Lab Mother Survey di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI oleh ibu bekerja menurun pada bulan ke 5-6. Berikut adalah tabel hasil survey.

Persentase Waktu Bekerja

69% Full Time

72,9% Part Time

69% Tidak Bekerja

Tabel II.1 Waktu Bekerja Ibu dan Menyusui (usia 0-4 bulan)

Persentase Waktu Bekerja

27,1% Full Time

36,8% Part Time

35,2% Tidak Bekerja

Tabel II.2 Waktu Bekerja Ibu dan Menyusui (usia 5-6 bulan)

(Sumber: Universitas

(31)

21 II.8 Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisa data yang sudah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa banyak upaya Pemerintah yang telah dilakukan dan lebih menonjolkan sisi teknis bagaimana cara-cara menyusui bayi dengan benar dan tips yang seharusnya. Akan tetapi sisi emosional kurang ditonjolkan, sehingga terjadi missing pada pendekatan kepada terget. Sehingga hasil yang diharapkan kurang maksimal.

(32)

22 BAB III

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGGUGAH MINAT IBU UNTUK MENYUSUI

III.1 Strategi Perancangan Visual

Berdasarkan permasalahan yang diambil mengenai Perancangan Media Informasi Menggugah Minat Ibu untuk Menyusui, solusi yang diambil dari permasalahan tersebut yaitu menggambarkan atau membuat perancangan visual dengan pendekatan emosional menggunakan kata-kata motivasi agar ibu tersentuh hatinya dan memberikan kesadaran untuk menyusui. Pertimbangan tersebut digunakan sebagai strategi perancangan dan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:

III.1.1 Target Audien

Target audien adalah kelompok sasaran yang dituju secara khusus. Pemilihan target audien dalam perancangan “meningkatkan nilai motivasi seorang ibu untuk menyusui” kedalam media poster ini dipilih karena beberapa hal, berdasarkan pertimbangan isi dari media cetak ini harus dapat dipahami oleh kalangan ibu yang sedang menyusui bayinya. Target audien memiliki permasalahan-permasalahan dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal-hal tersebut secara spesifik dapat dibagi berdasarkan beberapa segi:

Demografis

(33)

23

mengingat ilmu yang tinggi membuat pola pikir yang lebih baik dan bijaksana.

Geografis

Pemilihan target audien berdasarkan geografis ditujukan kepada ibu

yang bertempat tinggal didaerah perkotaan padat penduduk dimana

masyarakat telah mengalami perubahan gaya hidup khususnya dalam

sisi perioritas. Daerah yang menjadi target dari perancangan ini adalah

daerah kota besar.

Psikografis

Secara psikografis target audien yang dituju dari media poster ini adalah ibu yang memiliki kesulitan dalam menejemen dan motivasi dalam pemberian menyusui. Dan juga ibu yang baru akan memulai debutnya dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

III.2 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi yang dilakukan adalah menyampaikan kedalam media cetak poster dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Materi Pesan

(34)

24 2. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dari perancangan media poster ini adalah:

1. Menggugah hati seorang ibu untuk menyusui dengan

komunikasi yang lebih baik dari sebelumnya yang telah ada. 2. Membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri pada seorang

ibu.

3. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang akan disajikan dalam perancangan poster ini adalah, menggunakan bahasa dengan pendekatan emosional. Memberikan motivasi dan kalimat positif dengan konsep berupa pujian, sanjungan, penghargaan, bukan menuduh, jastifikasi dan lain-lain. Untuk menggugah minat seorang ibu untuk menyusui. Seperti ‘Setiap air susu ibu adalah sentuhan dan pelukan yang diberikan oleh ibu kepada anaknya’, ‘Wanita adalah makhluk yang mulia karena wanita diberi anugerah untuk melahirkan dan menyusui’ dan 'Menyusui adalah kehidupan terindah bagi seorang ibu’.

4. Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang dirancang dalam media informasi ini menggunakan gambar bunga anggrek berwarna pink-ungu yang memiliki filosofi kasih sayang yang murni, cinta, cantik, keindahan, perhatian, perbaikan, Chinese symbol untuk banyak anak.

(35)

25 III.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan adalah dengan merancang sebuah poster. Poster dengan teks. Dimana teks berperan penting dalam mempengaruhi target. Teks yang digunakan adalah kata-kata motivasi berupa pujian, penghargaan dan keindahan.

III.4 Strategi Media

1. Media utama (Poster)

Media utama yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah media berupa poster yang menampilkan teks berupa kata-kata yang dapat menggugah hati seorang ibu. Media poster dipilih karena bisa memuat informasi yang singkat, jelas, efektif, komunikatif, informatif dan menarik perhatian.

2. Media pendukung

Media pendukung lainnya adalah berupa benda-benda yang sering kali ditemukan dalam keseharian. Dengan media seperti itu ibu kerap diingatkan bila menggunakan media tersebut akan tanggung jawabnya. Media lainnya yaitu, pembatas buku, gantungan, tote bag, sticker, mug dan mini note book.

III.5 Konsep Visual III.5.1 Format Desain

(36)

26

Gambar III.1 Format buku (potrait)

III.5.2 Tata Letak

(37)

27

Gambar III.2 Poster 1

III.5.3 Tipografi

(38)

28

ini didasar dari tingkat keterbacaan, sehingga dipilihlah tiga font ini sebagai teks yang akan digunakan dimedia utama. Tiga font yang berbeda dimaksudkan untuk menambah nilai estetik dan agar orang tidak bosan dalam membaca informasinya. Font yang melengkung ini memberikan kesan elok, indah, feminim, kelembutan, kasih sayang dan ketulusan. Font ini telah berubah bentuk dari bentuk semula, karena telah ada pengurangan dan penambahan kemiringan, tingkat kerapatan dan spasi dengan program Adobe Ilustrator CS6.

Dari kalimat ‘Wanita adalah makhluk yang mulia karena wanita diberi anugerah untuk melahirkan dan menyusui’, font yang digunakan adalah Wisdom Script AI. Memiliki lengkung yang tidak begitu ekstreme, memberikan kesan elok dan sederhana.

‘Setiap air susu ibu adalah sentuhan dan pelukan yang diberikan oleh ibu kepada anaknya’, font yang digunakan adalah Simple Ronde Regular. Font huruf sambung yang tipis dan sederhan, memberikan kesan yang nyaman dan rileks.

'Menyusui adalah kehidupan terindah bagi seorang ibu’, font yang digunakan adalah Heather. Dengan jenis garis dan lengkung yang berkarakter lipatan, font ini memberikan kesan sebuah kehidupan yang berlipat-lipat. Hidup kadang berjalan lancar seperti yang diharapkan dan terlipat, apa yang kita harapkan tidak semudah yang dipikirkan atau mengalami kegagalan.

(39)

29

Gambar III.4 Teks1

Gambar III.5 Teks 2

(40)

30 III.5.4 Ilustrasi

Konsep yang digunakan dalam ilustrasi pada poster ini adalah bunga anggrek. Diambil dengan teknik fotografi bukan ilustrasi vektor ataupun lukisan, agar terkesan lebih realistis dengan sosok bunga aslinya sehingga target langsung tau bahwa ini adalah bunga anggrek.

Disetiap media memiliki foto anggrek yang berbeda guna menguragi tingkat kebosanan target juga menambah nilai estetika.

Setiap media memiliki sebuah keterkaitan atau benang merah, selain gambar bunga dan warnanya yang serupa, media ini memiliki icon yaitu kelopak bunga anggrek yang mekar. kelopak bunga angrek adalah bagian mudah diingat dan diterka selain itu karaktery yang kuat berada di kelopak bunga anggrek ini.

Dan dari semua media yang ada memiliki konsep yang sama yaitu lebih menonjolkan sisi estetikanya agar target yaitu seorang ibu dapat dengan nyaman dalam membaca dan memahami informasi yang ada.

III.5.5 Warna

(41)

31

(42)

32 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media utamanya dipilih berupa sebuah poster teks berupa kalimat motivasi dengan bunga anggrek sebagai penguat dan hiasan, dimana isi dari poster ini bertujuan untuk membantu memotivasi seorang wanita khususnya seorang ibu agar meningkatkan keinginan dan kesadaran akan pentingnya menyusui. Pengerjaan dilakukan dengan proses pemotretan dilanjutkan di program Adobe Photoshop CS6 dan Adobe Ilustrator CS6. Dan tahap akhir dicetak berukuran 40x30.

Gambar IV.1Desain Poster 1

Ukuran: 29,7 x 40 cm

Material: art papper 320

(43)

33 IV.2 Media Pendukung

Media pendukung merupakan media yang berfungsi sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi maupun kampanye.

IV.2.1 Mini Note Book

Gambar IV.2 Desain mini note book

Desain cover dengan konsep feminim dengan teks yang dominan. Kalimat memotifasi ibu dan mengingatkan bahwa dirinya mampu dan harus terus berjuang untuk hal apapun khususnya memberikan ASI eksklusif.

Ukuran: 10x14cm Material 1: Wood stock Material 2: Gloria

(44)

34 IV 2.3 Gantungan

Gambar IV.3 Desain Gantungan

Gantungan multi-fungsi, dengan desain yang feminim gantungan ini bisa di gantungkan dimana saja, di tas, kunci, dan lain-lain. Gantungan ini memiliki wangi bunga-bungaan untuk menjadikan media ini menarik. Gantungan ini diharapkan mampu membantu ibu dalam mengingatkan ibu untuk terus berjuang dan dibuat untuk mereda emosional dengan wangi-wangian ini.

Ukuran: 4x10 cm Material: Gloria

(45)

35 IV 2.4 Pembatas

Gambar IV.4 Desain Pembatas Buku

Pembatas buku atau bookmark ini berfungsi sebagai pembatas buku bacaan apapun. Ibu akan terus diingatkan ketika akan dan setelah beraktifitas membaca.

Ukuran: 4x9 cm Maaterial: Pappy 120

(46)

36 IV 2.5 Tote bag

Gambar IV.5 Desain tote bag

Tote bag atau tas merupakan media pendukung yang dibuat dengan tujuan sebagai tas multi-fungsi, dibawa belanja, kantor, jalan-jalan, dan lain-lain.

Ukuran: 48x59 cm Material: Kanvas

(47)

37 IV 2.6 Mug

Gambar IV.6 Desain Mug

Mug adalah media yang mudah dijumpai saat beraktivitas didalam rumah. Dengan kalimat motifasi yang ada diharapkan mampu untuk merubah dan menambah semangat juang ibu dalam kehidupannya khususnya ibu yang menyusui.

Ukuran: 8x14 cm Material: Keramik

(48)

38 IV 2.7 Stiker

Gambar IV.7 Desain Stiker

Media stiker merupakan media yang umum dan sering kali digunakan dalam media promosi dan kampanye.

Ukuran 1: 5x5 cm Ukuran 2: 14x26 cm

Material: vinyl

Gambar

Gambar II.1 Ilustrasi cara sukses menyusui
Gambar II.3 Refleks pengaliran ASI
Gambar II.5 Poster tentang dukungan ASI eksklusif oleh pemerintah dan Swasta
Gambar II.6 Grafik 1Persentase Pemberian ASI Eksklusif Bayi 0-5 menurut Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data klinik berupa data pendaftaran pasien, data pasien, data dokter, data anggota, data obat, data supplier obat, data obat masuk dan data obat keluar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir maksimum kala ulang 5, 20, 50 tahun dan 2 harian maksimum tahunan di Sungai Bakalan, mengetahui volume simpanan kolam

Hal ini mungkin terjadi apabila laporan yang disajikan oleh perusahaan dianggap tidak berkualitas dan reliable oleh investor sehingga investor akan menggunakan informasi dari

Suatu external entity atau entitas merupakan orang, kelompok, departemen, atau sistem lain di luar sistem yang dibuat dapat menerima atau memberikan informasi

Oleh karena itu, program persiapan pranikah sepatutnya membantu pasangan memiliki berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pernikahan.Menjawab hal

 Dalam konteks inilah perlu dilakukan integrasi pola pemanfaatan ruang daratan dan perairan PPK yang didasarkan pada analisis kesesuaian dan daya dukung ekologis,

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan dalam instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan

Pemeliharaan dan perawatan barang IT pada setiap bagian di lingkungan STKIP Siliwangi merupakan tanggung jawab bagian IT (dalam koordinasi Wakil Ketua II)