ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
BEKATUL (
STABILIZED RICE
BRAN
) PADA UPT
F-TECHNOPARK IPB
MONA INAYAH PRATIWI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Mona Inayah Pratiwi
ABSTRAK
MONA INAYAH PRATIWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengembangan usaha bekatul UPT F-Technopark IPB dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial, menganalisis sensitivitas kelayakan usaha bekatul, serta menentukan harga pokok produksi bekatul. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara aspek finansial dan non finansial pengembangan usaha bekatul layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi didapatkan NPV sebesar Rp133.278.943, IRR sebesar 33,54%, Net B/C sebesar 1,61, rata-rata BEP sebesar Rp78.068.404 dan PBP selama 2 tahun 4 bulan 20 hari. Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan penjualan hingga 15%. Pada skenario 2 usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan penjualan hingga 11% dan kenaikan biaya variabel hingga 11%. Pada skenario 3 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan kadar kandungan bekatul dari bahan baku (dedak) atau rendemen sebesar 21%. Harga pokok produksi bekatul yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah Rp4.944,43 per unit.
Kata kunci: analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas, full costing, process costing, stabilized rice bran
ABSTRACT
MONA INAYAH PRATIWI. Feasibility Studies of Stabilized Rice Bran at UPT F-Technopark IPB. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
The purpose of this research is to analyze the business development of stabilized rice bran case studies at UPT F-Technopark IPB that views from financial aspects and non-financial aspects, analyze the sensitivity of business against the most influential variables, and calculating the cost of production. The results of this research indicate that views from financial and non-financial aspects, business development of stabilized rice bran is feasible to developed. Based on calculations of investment criteria analysis, NPV is Rp133.278.943, IRR is 33,54%, Net B/C is 1,61, average of BEP is Rp78.068.404 and PBP is 2 year 4 months 20 days. The results of sensitivity analysis in scenario 1 shows that the business is still feasible on sales revenue decreased by 15%. In scenario 2 shows that the business is still feasible on sales revenue decreased to 11% and an increase in variable costs by up to 11%. In scenario 3 shows that the business is still feasible on rendement decreased by 21%. Cost of production obtained from the calculation is Rp4.944,43 per unit.
RINGKASAN
MONA INAYAH PRATIWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI.
Usaha bekatul berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu usaha yang lebih besar, karena bekatul dapat dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif. Saat ini F-Technopark belum melakukan studi kelayakan usaha terhadap produk bekatul yang diproduksinya. Agar pengembangan usaha bekatul ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB dengan pertimbangan-pertimbangan dari berbagai aspek, baik itu dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) F-Technopark IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial, (2) Menganalisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul (stabilized rice bran)
terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh, (3) Menetapkan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran) menggunakan metode full costing
dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing. Penelitian ini dilakukan di UPT F-Technopark IPB. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara langsung dengan pihak manajemen, serta penyebaran kuesioner untuk melihat preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa informasi dari fungsi yang terkait dengan kelayakan pengembangan usaha, gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan. Data sekunder juga didapatkan dari literatur atau buku-buku serta sumber lain yang mendukung penelitian yang dilakukan.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
BEKATUL (
STABILIZED RICE
BRAN
) PADA UPT
F-TECHNOPARK IPB
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB
Nama : Mona Inayah Pratiwi NIM : H24090081
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr beserta staf UPT F-Technopark IPB yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman Manajemen IPB 46, teman-teman satu bimbingan, teman-teman UF, teman-teman 21, teman-teman
Centre of Management 2011-2012 atas doa dan dukungannya.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, April 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Tinjauan Teoritis 3
Tinjauan Penelitian Terdahulu 4
METODE PENELITIAN 4
Kerangka Pemikiran Penelitian 4
Penentuan Lokasi 5
Teknik Pengumpulan Data 5
Metode Pengolahan dan Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Gambaran Umum UPT F-Technopark 8
Gambaran Umum Usaha 9
Analisis Kelayakan Usaha 9
Analisis Sensitivitas 19
Penetapan Harga Pokok Produksi 20
Implikasi Manajerial 21
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
DAFTAR TABEL
1 Rincian biaya investasi 16
2 Rincian biaya variabel 16
3 Rincian biaya tetap 17
4 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja 17
5 Rincian proyeksi produksi 17
6 Rincian proyeksi pendapatan 18
7 Hasil analisis kriteria investasi 18
8 Analisis sensitivitas skenario 1 19
9 Analisis sensitivitas skenario 2 19
10 Analisis sensitivitas skenario 3 20
11 Penetapan harga pokok produksi 20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 5
2 Tahapan proses produksi bekatul 13
3 Struktur organisasi UPT F-Technopark 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan laba rugi usaha 24
2 Laporan arus kas 25
3 Arus kas pada skenario 1 26
4 Arus kas pada skenario 2 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mendengar kata bekatul mungkin sebagian orang langsung mengaitkannya dengan bahan untuk pakan ternak. Namun tim F-Technopark Fakultas Teknologi Pertanian IPB telah mengombinasikan agar bekatul ini dapat diterima masyarakat. Bekatul yang distabilkan menjadi stabilized rice bran (SRB) dengan mesin ekstruder dan dikemas dengan aluminium foil ternyata tahan terhadap kerusakan dan dapat bertahan selama enam bulan hingga satu tahun. Di samping itu, SRB juga dapat dijadikan campuran bahan makanan yang lezat. Bekatul dapat dicampur dengan gula dan bubuk cokelat untuk meningkatkan citarasanya. Selain itu, bekatul dapat dikembangkan menjadi cookies (rice bran cookies), sereal sarapan (rice bran cereal) dan bubur instan (rice bran porridge). Bekatul yang merupakan hasil samping dari penggilingan padi ini mengandung sejumlah nutrisi yang luar biasa menyehatkan seperti karbohidrat, serat, vitamin B kompleks, protein, tiamin, niasin, lemak tidak jenuh tinggi, tokoferol, dan tokotrienol (Auliana, 2011).
F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang berhubungan dengan akademik, ekspektasi, dan kompetensi utama Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. F-Technopark IPB merupakan suatu unit yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan daya saing UKM Agroindustri melalui kerja sama dan pendanaan dari pemerintah terkait, sehingga unit ini memang tidak menonjolkan sifat komersil layaknya unit usaha lainnya yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Pihak F-Technopark IPB saat ini hanya menitipkan produk bekatulnya ke “Serambi Botani”, yaitu sebuah gerai toko herbal yang menjual aneka produk atau hasil buah tangan IPB.
2
Perumusan Masalah
Usaha bekatul berpotensi untuk dikembangkan menjadi unit usaha yang lebih besar. Namun F-Technopark saat ini hanya menjual produk bekatulnya pada satu gerai toko herbal saja yaitu Serambi Botani. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha karena saat ini F-Technopark belum melakukan studi kelayakan terhadap produk bekatul. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat disusun permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
1. Bagaimana pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) F-Technopark IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial?
2. Bagaimana analisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul (stabilized rice bran) terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh? 3. Bagaimana penetapan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran)
menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) F-Technopark IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial.
2. Menganalisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul (stabilized rice bran) terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh. 3. Menetapkan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran)
menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing.
Manfaat Penelitian
3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di UPT F-Technopark IPB yang menghasilkan produk bekatul dengan melakukan wawancara pada pihak manajemen dan melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan analisis kelayakan pengembangan usaha. Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami penelitian ini, penulis membatasi pembahasannya hanya pada analisis kelayakan pengembangan usaha produk bekatul UPT F-Technopark IPB dan penetapan harga pokok produksi bekatul menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2009). Studi kelayakan bisnis menurut Subagyo dalam Suliyanto (2010) adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.
Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis dan Analisis Sensitivitas
4
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Tujuan analisis ini adalah menilai perubahan yang akan ditunjukkan oleh hasil analisis kelayakan suatu kegiatan usaha apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain. “Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Bogor”
merupakan judul penelitian yang dilakukan oleh Amelia Putri Saadiah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku, menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi, serta menganalisis perbandingan usaha pada kondisi normal dan dengan pengembangan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis kriteria investasi diperoleh NPV sebesar Rp778.901.000, IRR sebesar 41,97%, Net B/C sebesar 3,729, Gross B/C sebesar 1,174, PI sebesar 6,341, dan PBP selama 3 tahun 9 bulan. Pada hasil kriteria investasi pada saat kondisi normal tanpa pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp222.947.000, IRR sebesar 23,9%, Net B/C sebesar 1,804, Gross B/C sebesar 1,057, PI sebesar 2,774, dan PBP selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan pada kondisi pengembangan adalah 23,29% dan 18,12% pada saat kondisi normal. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Syarif (2011) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi), Bogor”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha dan menganalisis tingkat kepekaan pada Marun Aromaterapi. Penelitian ini menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp659.100.845, IRR sebesar 79,50%, Net B/C sebesar 2,50, BEP Rp133.149.038, dan PBP 1,25 tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 10% menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak.
Kekhasan penelitian dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah produk yang menjadi objek penelitian ini merupakan produk baru, penulis melakukan survei lapang kepada konsumen dengan menyebarkan kuesioner untuk menggambarkan preferensi konsumen terhadap produk bekatul, dan dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan harga pokok produksi bekatul.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
5 pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan (AMDAL). Analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat diketahui usaha bekatul ini layak atau tidak untuk terus dikembangkan. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di UPT F-Technopark IPB yang terletak di Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Maret 2013.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen F-Technopark yaitu dengan melakukan kunjungan ke kantor. Sebagai tambahan, data primer juga diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Dalam
UPT F-Technopark Institut Pertanian Bogor
Analisis Kelayakan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran)
Aspek non Finansial:
1) Aspek pasar dan pemasaran 2) Aspek teknis dan teknologi 3) Aspek manajemen
4) Aspek hukum
5) Aspek sosial dan ekonomi 6) Aspek lingkungan
Layak Tidak
Pengembangan usaha Evaluasi rencana usaha Aspek Finansial:
1) Kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, BEP, dan PBP)
2) Analisis sensitivitas
6
penelitian ini, responden yang digunakan adalah para pengunjung “Serambi
Botani”. Hasil kuesioner ini digunakan untuk memperkuat hasil analisis kelayakan
pengembangan usaha bekatul khususnya pada aspek pasar dan pemasaran. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data berupa informasi dari fungsi yang terkait dengan kelayakan pengembangan usaha (laporan keuangan), gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan. Data sekunder juga didapatkan dari literatur atau buku-buku serta sumber lain yang mendukung penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan teknik antara lain: (1) dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti laporan keuangan yang akan digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha bekatul F-Technopark, (2) wawancara yang dilakukan secara langsung kepada tim manajemen F-Technopark, (3) observasi yang digunakan untuk mendapatkan data yang belum terungkap melalui teknik dokumentasi, (4) kuesioner yang diajukan oleh peneliti untuk mengetahui respon dari konsumen mengenai preferensi mereka terhadap produk bekatul.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Agar data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha tersebut. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis kualitatif
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan usaha bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark layak atau tidak untuk dikembangkan. Adapun aspek-aspek yang digunakan dalam analisis deskriptif kualitatif adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Penulis juga mengidentifikasi karakteristik dan proses pengambilan keputusan konsumen bekatul dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Hasil analisis preferensi konsumen ini akan memperkuat analisis kelayakan pengembangan usaha pada aspek pasar dan pemasaran.
2. Analisis kuantitatif
Alat analisis yang digunakan adalah analisis kriteria investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C, PBP, BEP dan analisis sensitivitas dengan bantuan
software Microsoft Excel 2007. Alat analisis ini akan menjelaskan kelayakan usaha produk bekatul.
a. Analisis kriteria investasi 1) Metode NPV
Rumus:
n CFt
NPV = ∑ - I0 t=1
7 dimana:
CFt = aliran kas pertahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate) Kriteria:
jika NPV > 0, maka usaha layak jika NPV < 0, maka usaha tidak layak
jika NPV = 0, maka usaha tidak untung ataupun rugi 2) Metode IRR
Rumus:
IRR = i1+ ���
1
���1−���2(i2– i1)
dimana:
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria:
IRR discount rate, maka usaha layak IRR discount rate, maka usaha tidak layak 3) Metode Net B/C
Rumus:
�− �
(1+�)� �
�=1 (Bt – Ct) > 0
�− �
(1+�)� �
�=1 (Bt – Ct) < 0 dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%)
t = Tahun
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak Net B/C < 1, maka usaha tidak layak 4) Metode Break Even Point
Rumus:
Biaya Tetap
Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit 5) Metode Payback Period
Rumus:
Nilai Investasi x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Kriteria:
PBP < periode maksimum, maka usaha layak PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak b. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Dengan demikian, analisis sensitivitas tersebut
Net B/C =
BEP =
8
dapat membantu manajemen untuk menentukan pengembangan usaha bekatul layak atau tidak untuk dikembangkan.
c. Penetapan harga pokok produksi
Metode penetapan harga pokok produksi adalah cara menghitung unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah full costing
dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx +
Harga pokok produksi xxx
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum UPT F-Technopark
F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang berhubungan dengan akademik, ekspektasi, dan kompetensi utama Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA), Institut Pertanian Bogor. F-Technopark terletak di Jl. Puspa No.1 Kampus IPB Dramaga Bogor. Pendirian F-Technopark berawal dari ide pengembangan bisnis cerdas untuk mewadahi kiprah sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Fakultas Teknologi Pertanian IPB dalam mengomersialisasikan temuan teknologi khususnya yang menyangkut bidang teknologi pertanian ke dunia industri. F-Technopark melakukan kegiatan riset dan pengembangan produk ataupun proses, serta mengembangkan dan meningkatkan daya saing UKM (Usaha Kecil Menengah) Agroindustri melalui kerja sama dan pendanaan dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah terkait. Di samping sumber daya manusia dengan berbagai bidang keahlian dan ditunjang oleh pengalaman melakukan riset baik di dalam maupun di luar negeri, F-Technopark didukung juga oleh tersedianya fasilitas fisik yang lengkap dan modern dalam bentuk laboratorium, ruang kuliah dan pelatihan, perpustakaan, bengkel, pilot-plant,
farming model serta fasilitas pusat penelitian yang terkait yang ada di lingkungan FATETA. Adapun visi, misi, dan tujuan UPT F-Technopark IPB akan dipaparkan dibawah ini.
Visi:
Techno park yang bermutu internasional dalam upaya industrialisasi pertanian dengan menerapkan komersialisasi teknologi melalui pengembangan bisnis cerdas. Misi:
9 2. Membangun jaringan bisnis dengan berbagai kelembagaan baik di dalam
maupun di luar negeri. Tujuan:
1. Mengembangkan teknologi yang tepat sasaran untuk penguatan teknologi UKM Agroindustri untuk mendukung pengembangan Agroindustri pedesaan. 2. Mengingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pelaku UKM Agroindustri
dalam rangka meningkatkan daya saing UKM Agroindustri.
3. Meningkatkan technical skill, entrepreneurial skill mahasiswa, khususnya di bidang Agroindustri.
Gambaran Umum Usaha
Usaha yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah usaha bekatul (stabilized rice bran). Bekatul adalah bagian luar dari beras yang terlepas menjadi serbuk halus pada proses penggilingan beras. Beras yang saat ini kita konsumsi sudah terlalu bersih sehingga nutrisi yang terkandung di dalamnya sudah banyak yang terbuang. Sebagian besar masyarakat hanya menggunakan bekatul sebagai pakan ternak. Namun pada kenyataannya, bekatul memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari beras dan berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pangan alternatif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh UPT F-Technopark IPB adalah bekatul yang diolah dengan teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder, sehingga meminimalkan kerusakan komponen aktif yang dikandungnya. Untuk bahan baku produk ini adalah bekatul dari beras organik atau fresh rice bran tanpa campuran bahan baku lainnya. Bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark ini sudah terjamin keamanan dan kehigienisannya, serta dapat bertahan hingga kurang lebih satu tahun tanpa bahan pengawet. Berdasarkan hal tersebut, produk bekatul F-Technopark memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk bekatul hasil olahan industri lainnya. Saat ini F-Technopark hanya menitipkan produk bekatulnya pada “Serambi Botani” yaitu gerai toko herbal yang menjual aneka produk atau hasil buah tangan IPB.
Analisis Kelayakan Usaha
Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan (AMDAL) serta aspek finansial. Berikut akan dipaparkan hasil dari analisis kelayakan usaha bekatul dari berbagai aspek.
Aspek Pasar dan Pemasaran
a. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran
10
belum mengetahui manfaat dan kegunaan dari produk ini. Selama ini F-Technopark memproduksi bekatul hanya untuk memenuhi pesanan dari
“Serambi Botani” dan hampir tidak pernah memproduksi bekatul untuk
persediaan. Penawaran produk bekatul sama dengan permintaannya karena F-Technopark hanya memproduksi bekatul sesuai dengan pesanan.
b. Pangsa Pasar (Market Share) dan Persaingan
Pasar yang belum diraih oleh pengusaha bekatul masih terbilang luas karena masih banyak masyarakat yang belum disentuh oleh pengusaha bekatul. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang manfaat kesehatan dan kandungan gizi yang dapat diberikan oleh bekatul, serta promosi bekatul yang masih sangat minim (belum booming). Berdasarkan hasil survei lapang yang peneliti lakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara ke beberapa konsumen Serambi Botani, dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bekatul, manfaatnya, dan cara mengonsumsinya agar bisa lebih lezat di lidah. Bahkan masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa bekatul hanya sebagai produk untuk pakan ternak dan tidak untuk dikonsumsi.
Usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari manfaatnya yang sangat baik untuk kesehatan dan juga ketersediaan bahan baku bekatul yang berlimpah dan berbanding lurus dengan produksi beras. Selain produk utama berupa beras sebesar 60-66%, penggilingan padi selama ini menghasilkan produk samping berupa bekatul antara 8-12%. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2012 produksi beras kurang lebih 69 juta ton yang berarti padi yang digiling berkisar 115 juta ton, sehingga bekatul yang dihasilkan pada tahun 2012 adalah 9,2-12,5 juta ton. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku bekatul sangat memadai untuk dijadikan suatu peluang usaha dan jumlahnya akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi beras. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2011 persentase penduduk yang menggunakan obat herbal adalah 23,63%. Selanjutnya, pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk kelompok makanan di Indonesia tahun 2011 adalah 51,08%, dari angka tersebut yang merupakan pengeluaran rata-rata per kapita per bulan pada kelompok makanan padi-padian adalah sebesar 9,14%. Dari data tersebut, usaha bekatul masih memiliki peluang untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas yaitu penduduk yang menggunakan obat herbal untuk menjaga kesehatannya dan penduduk yang mengonsumsi makanan padi-padian seperti sereal. Pesaing dari produk bekatul F-Technopark masih terbilang sedikit karena belum banyak pengusaha yang melihat adanya peluang untuk mengembangkan usaha tersebut. Produk bekatul F-Technopark masih lebih unggul dari pesaingnya karena produk yang dihasilkan merupakan bekatul yang berasal dari beras organik dan diolah dengan proses ekstrusi. c. STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
11 dan mengomunikasikan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke dalam benak konsumen. F-Technopark memosisikan produknya sebagai produk bekatul organik yang sehat, higienis dan berkualitas.
d. Bauran Pemasaran (4P)
Setelah menetapkan segmentasi, pasar sasaran, dan posisi pasar, maka hal terpenting selanjutnya adalah menetapkan strategi bauran pemasaran atau biasa disebut marketing mix. Produk bekatul dikemas dengan alumunium foil dan kemudian dikemas kembali dengan dus agar tahan terhadap kerusakan dan tahan tembusan air. Dalam kemasan bekatul dicantumkan informasi seperti nama produsen, kode produksi, tanggal kadaluarsa, kandungan, manfaat, dan cara konsumsi. Harga yang ditetapkan oleh F-Technopark untuk setiap dus 150 gram bekatul adalah Rp10.000. Penentuan harga tersebut didasarkan pada biaya penggunaan bahan baku, upah tenaga kerja, dan keuntungan yang ingin diperoleh. Strategi harga yang dilakukan oleh F-Technopark adalah menetapkan harga awal produk setinggi-tingginya dengan tujuan meciptakan
brand image produk yang memiliki kualitas yang tinggi, atau biasa disebut dengan strategi skimming pricing.
UPT F-Technopark yang menjadi tempat produksi bekatul terletak di Jl. Puspa No.1 Kampus IPB Dramaga Bogor. Untuk saluran distribusi, F-Technopark tidak menggunakan saluran distribusi langsung, melainkan menggunakan jasa perantara, yaitu gerai toko herbal “Serambi Botani”. Strategi promosi yang dilakukan oleh F-Technopark sampai saat ini masih melalui word of mouth. Terbukti dari hasil survei kepada konsumen yang dilakukan oleh peneliti. Sebagian besar konsumen bekatul mempromosikan kembali produk tersebut setelah membeli dan banyak pula konsumen yang mendapatkan informasi tentang produk bekatul ini dari keluarga dan teman mereka. Selain itu, F-Technopark juga mempromosikan produknya melalui pameran-pameran seperti Expo tentang IPB dan lainnya. Saat ini dalam menjual produknya, F-Technopark hanya membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan unit bisnis yang memang tertarik untuk memasarkan dan menjual produk hasil olahan F-Technopark.
e. Preferensi Konsumen Terhadap Produk Bekatul
Peneliti telah melakukan survei lapang ke gerai toko herbal “Serambi
Botani” dengan membagikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada
beberapa konsumen produk bekatul. Dari beberapa konsumen yang menjadi
responden peneliti, sebagian besar membeli bekatul bukan di toko “Serambi
Botani”, melainkan di supermarket dan toko herbal yang lain. Ada juga
beberapa pelanggan yang membeli produk bekatul langsung di tempat pembuatan bekatul. Konsumen bekatul umumnya masyarakat berusia 36-50 tahun dan lebih dari 50 tahun. Sebagian besar konsumen produk bekatul ini adalah masyarakat yang memiliki pendapatan diatas Rp7 juta per bulan.
12
dari majalah kesehatan, internet, dokter atau therapist. Konsumen mempertimbangkan pembelian berdasarkan manfaat tertentu dari solusi produk. Pada umumnya konsumen merencanakan terlebih dahulu apabila akan membeli produk bekatul. Konsumen merasa puas dengan produk bekatul yang mereka konsumsi, dan sebagian besar konsumen menyatakan tidak akan beralih jika terjadi kenaikan harga pada batas yang wajar karena khasiatnya yang memang baik untuk kesehatan.
Aspek Teknis dan Teknologi a. Lokasi Usaha
Lokasi usaha ditentukan dengan mempertimbangkan kemudahan akses bagi para tim manajemen yang merupakan perwakilan dari setiap departemen di Fakultas Teknologi Pertanian untuk mengelola unit ini. Selain itu, lokasi yang berada di dalam kampus menjadi pilihan yang tepat bagi F-Technopark karena tenaga kerja langsung yang digunakan adalah pegawai kampus IPB yang berprofesi sebagai petugas kebersihan yang bekerja paruh waktu. Setelah pegawai tersebut menyelesaikan pekerjaannya sebagai petugas kebersihan kampus, mereka dapat langsung ke F-Technopark untuk membantu proses produksi. Sarana dan prasarana yang disediakan di tempat tersebut juga sangat memadai. Berbagai mesin dan peralatan sudah menggunakan teknologi yang cukup baik (semi-automatic) dan sudah terjamin kehigienisannya.
b. Teknologi Produksi
Teknologi yang digunakan pada proses pembuatan bekatul ini adalah teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder. Keuntungan proses ekstrusi di antaranya adalah produktivitas tinggi, tekstur produk yang sangat halus, serta biaya dan pemakaian energi per satuan produksi proses ekstrusi rendah. Produk bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark memiliki mutu produk yang tinggi dan kerusakan gizinya rendah karena bahan baku dimasak pada suhu tinggi dalam jangka waktu yang pendek sehingga efeknya menyerupai efek suhu ultra-tinggi.
c. Bahan Baku Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk ini adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi (bekatul) yang berasal dari beras organik. Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi. F-Technopark memperoleh bahan baku tersebut dari petani di daerah Karawang. Mereka sengaja memilih untuk membeli bahan baku di Karawang karena kualitas padi disana sangat baik, sehingga F-Technopark dapat menghasilkan produk bekatul yang berkualitas tinggi. Bekatul memiliki sifat mudah “tengik” sebagai akibat dari peruraian lemak menjadi komponen sederhana seperti asam lemak dan peroksida oleh lipase yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu bahan baku harus segera diolah dengan menggunakan teknologi
ekstrusi agar produk bekatul tidak “tengik” dan dapat bertahan lama sampai
kurang lebih satu tahun. Bahan baku dan bekatul yang sudah diolah disimpan di dalam ruangan bersuhu dingin (ruangan ber-AC).
d. Standar Operasional dan Mutu Produk
13 (glove karet). Mereka juga harus mandi dan mencuci bersih tangan terlebih dahulu sebelum melakukan proses produksi. F-Technopark sangat menjaga mutu produknya sehingga bahan baku yang dipilih adalah bekatul dari beras organik dengan kualitas yang sangat baik. Agar bahan baku bekatul tetap fresh
atau tidak bau “tengik”, maka setiap bahan baku yang baru datang segera
diolah.
e. Proses Produksi
Adapun tahapan proses produksi bekatul adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Tahapan proses produksi bekatul 1. Penimbangan Bahan Baku
Tahap pertama adalah menimbang bahan baku yang akan diproduksi. Hanya sekitar 25% dari bahan baku yang dapat dihasilkan menjadi bekatul yang siap dikonsumsi (stabilized rice bran).
2. Penyangraian Kontinu
Bahan baku yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam mesin penyangrai kontinu. Mesin ini yang akan mengolah bahan baku menjadi produk bekatul dengan teknologi high temperature short time. Kapasitas mesin ini adalah 15 kilogram per jam dan 80 kilogram per hari.
3. Pendinginan
Setelah bekatul disangrai secara kontinu oleh mesin penyangrai kontinu, bekatul perlu didinginkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan. 4. Penyaringan
Apabila bekatul sudah didinginkan, langkah selanjutnya adalah melakukan penyaringan dengan menggunakan mesin vibrating screen. Proses penyaringan ini dilakukan agar tekstur dari bekatul menjadi sangat halus dan mudah larut ketika akan dikonsumsi.
5. Pengemasan
Setelah melalui proses penyaringan selanjutnya bekatul dikemas dalam kantung alumunium foil dan kemudian dikemas kembali ke dalam dus. Setiap dus berisi lima kantung alumunium foil dengan berat 30 gram per kantungnya. Apabila bekatul tidak langsung dikemas, maka disimpan terlebih dahulu ke dalam plastik bening besar yang ditutup rapat dan disimpan di dalam ruangan bersuhu dingin.
Aspek Manajemen
Saat ini F-Technopark dipimpin oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr, yaitu Direktur Utama F-Technopark, dan dibantu oleh tiga
Penimbangan bahan baku
Proses penyangraian kontinu dengan mesin ekstrusi
Pendinginan Proses penyaringan
dengan mesin
vibrating screen
14
Wakil Direktur yang masing-masing terdiri dari perwakilan setiap Departemen yang berada di Fakultas Teknologi Pertanian IPB. F-Technopark memiliki dua karyawan administrasi dan lima karyawan produksi. Adapun struktur organisasi F-Technopark ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Struktur organisasi UPT F-Technopark
Dalam proses produksi bekatul, F-Technopark hanya melibatkan dua orang tenaga kerja langsung. Karyawan hanya bekerja pada hari senin sampai dengan jumat, itu artinya karyawan hanya bekerja 20 hari dalam satu bulan. Sistem perekrutan karyawan tidak melalui proses yang formal dan tidak mensyaratkan tingkat pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Seluruh karyawan diberikan pelatihan terlebih dahulu sehingga dapat melakukan proses produksi dengan baik dan benar. Sistem kompensasi di F-Technopark adalah sistem bulanan yaitu Rp800.000 per bulan. Deskripsi pekerjaan untuk masing-masing posisi juga sudah ditentukan dengan jelas. Direktur bertanggung jawab atas proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi serta memastikan berjalannya peraturan dan kebijakan yang sesuai dengan tujuan F-Technopark. Wakil direktur bertugas membantu Direktur dalam menjalankan seluruh tugasnya. Karyawan administrasi bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi dan keuangan F-Technopark. Karyawan produksi bertugas untuk melakukan proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku sampai pengemasan produk serta membersihkan mesin dan ruangan setelah produksi selesai dilakukan. Produktivitas sumber daya manusia di F-Technopark sudah cukup baik, tetapi untuk karyawan produksi masih sangat memerlukan motivasi yang tinggi. Menurut hasil wawancara dengan direktur F-Technopark, para karyawan yang bekerja di bagian produksi terkadang hanya memiliki semangat kerja yang tinggi jika direktur melakukan pengawasan langsung terhadap pekerjaan mereka. Penelitian dan pengembangan dilakukan oleh direkturnya sendiri, yaitu Bapak Slamet yang selalu melakukan penelitian untuk terus menciptakan inovasi terhadap produk-produk F-Technopark.
Aspek Hukum
Unit Pelaksana Teknis F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang berdiri di bawah naungan Direktorat Bisnis dan Kemitraan Institut Pertanian Bogor dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang tergabung dalam
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
ADMINISTRASI
15 Satuan Usaha Akademik (SUA) IPB. Pelaksanaan kegiatan operasional F-Technopark dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Bisnis dan Kemitraan IPB.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Dilihat dari aspek ekonomi, F-Technopark telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat khususnya pegawai IPB karena F-Technopark telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk meningkatkan pendapatannya dengan menjadi karyawan produksi di F-Technopark. Pada aspek sosial, dampak yang diberikan oleh F-Technopark adalah meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat dengan memberikan lapangan pekerjaan, membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran yang ada dan membawa dampak positif dengan membantu pemerintah dalam meningkatkan daya saing UKM Agroindustri.
Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL)
Usaha bekatul ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan hanya hasil dari penyaringan bekatul yang teksturnya kasar dan biasanya dijual atau diberikan kepada pengumpul yang membutuhkan bekatul untuk dijadikan pakan ternak.
Aspek Finansial
a. Asumsi untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi untuk menilai kelayakan usaha. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap unit usaha bekatul yaitu F-Technopark dan beberapa informasi yang diperoleh dari pustaka. Adapun asumsi tersebut merujuk pada:
1. Periode analisis adalah 5 tahun, hari kerja per bulan adalah 20 hari dan bulan kerja per tahun adalah 12 bulan.
2. Harga seluruh input diasumsikan tetap dan perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas. Harga bahan baku adalah Rp3.300 per kilogram, harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim.
3. Produksi bekatul sebanyak 2.000 dus per bulan dengan harga jual Rp10.000 untuk setiap dus 150 gram.
4. Kadar kandungan bekatul dari bahan baku (dedak) yang dapat dijadikan
stabilized rice bran sebesar 25%. Dalam proses produksi diasumsikan tidak terdapat cacat produk sehingga persentase cacat produk adalah 0%. 5. Penyusutan menggunakan metode garis lurus.
6. Sumber modal yang digunakan adalah modal yang bersumber dari kredit sebesar 70% dan modal sendiri sebesar 30%. Jangka waktu kredit untuk investasi adalah 5 tahun dan untuk modal kerja adalah 1 tahun.
16
8. Pajak yang digunakan adalah PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya yang mendapatkan fasilitas pengurangan tarif apabila peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar yaitu 12,5%.
9. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam analisis sensitivitas adalah penurunan penerimaan, kenaikan biaya variabel yang disertai dengan penurunan penerimaan, serta penurunan rendemen bekatul.
b. Biaya Investasi
Tabel 1 diatas merupakan rincian biaya investasi pada usaha bekatul. Biaya investasi yang dibutuhkan di antaranya adalah biaya perizinan, biaya bangunan, biaya tanah, biaya mesin penyangrai kontinu (ekstruder), biaya mesin vibrating screen, biaya investasi air conditioner, serta biaya investasi mobil pick up. Total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp219.650.000. Nilai sisa yang dihasilkan pada akhir periode usaha ini sebesar Rp35.783.333. dapat dilihat pada Tabel 1.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya overhead pabrik lainnya, biaya bahan pengemasan, dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tetap, biaya listrik, biaya telepon, biaya ATK dan biaya pemeliharaan. Total biaya variabel dan biaya tetap per tahun adalah Rp105.875.600 dan Rp26.574.000 seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Rincian biaya variabel
Komponen biaya Jumlah fisik Biaya per Jumlah biaya satuan (Rp) per tahun (Rp)
Bahan baku
Dedak (kg) 1.200 3.300 47.520.000
Overhead pabrik lainnya
Masker (buah) 40 1.500 720.000
Glove karet (buah) 80 550 528.000
Plastik besar (buah) 40 240 115.200
Bahan pengemasan
Alumunium foil (kg) 23 50.000 13.680.000
Kardus (dus) 2.000 1000 24.000.000
Pad stempel (buah) 1 7.000 7.000
Stempel tanggal (buah) 1 37.000 37.000
Tinta permanen (botol) 1 5.700 68.400
Tenaga kerja langsung
Produksi dan pengemas (orang) 2 800.000 19.200.000
Total biaya variabel 105.875.600
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 1 Rincian biaya investasi
Komponen biaya Jumlah fisik
Harga Jumlah Umur Nilai Nilai sisa
perolehan
(Rp) biaya (Rp)
ekonomis (tahun)
penyusutan (Rp)
akhir periode (Rp)
Perizinan 1 2.200.000 2.200.000
Bangunan (m2) 42 1.500.000 63.000.000 10 2.100.000 10.500.000 Tanah (m2) 53 150.000 7.950.000 7.950.000 Mesin penyangrai
kontinu (unit) 1
30.000.000 30.000.000 10 1.000.000 5.000.000 Mesin vibrating
screen (unit) 1 20.000.000 20.000.000 10 666.667 3.333.333
Air conditioner (unit) 1 2.500.000 2.500.000 5 450.000 0
Mobil pick up (unit) 1 94.000.000 94.000.000 8 3.000.000 9.000.000
Jumlah 219.650.000 7.216.667 35.783.333
17
d. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Pembiayaan investasi dan modal kerja yang digunakan untuk usaha bekatul ini bersumber dari dana sendiri dan bersumber dari kredit. Persentase untuk pembiayaan usaha bekatul ini adalah 70% bersumber dari kredit dan 30% bersumber dari dana sendiri. Total pembiayaan usaha bekatul yang bersumber dari kredit sebesar Rp161.509.460, sedangkan total pembiayaan usaha bekatul yang bersumber dari dana sendiri sebesar Rp69.218.340. Rincian komponen sumber pembiayaan investasi dan modal kerja ini dapat dilihat pada Tabel 4.
e. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Produksi bekatul untuk setiap tahunnya adalah 24.000 dus. Penerimaan yang akan diperoleh dari usaha bekatul pada tahun 1 adalah Rp216.000.000 dengan asumsi di tahun 1 penjualan yang terserap hanya 90%. Asumsi ini ditentukan berdasarkan data penjualan produk bekatul di F-Technopark yang pada tahun awal produksi baru terserap 90%. Selanjutnya pada tahun 2 sampai tahun 5 diasumsikan 100% penjualan telah terserap karena F-Technopark memproduksi bekatul untuk memenuhi pesanan, sehingga penerimaan yang diperoleh sebesar Rp240.000.000. Perincian proyeksi produksi dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 3 Rincian biaya tetap
Komponen biaya Jumlah fisik Biaya per satuan (Rp)
Jumlah biaya per tahun (Rp)
Tenaga kerja tetap
Administrasi (orang) 1 1.500.000 18.000.000 Listrik (bulan) 1 327.000 3.924.000 Telepon (bulan) 1 200.000 2.400.000
ATK (bulan) 1 50.000 600.000
Biaya pemeliharaan:
Mesin penyangrai kontinu (4 bulan) 1 300.000 900.000 Mesin vibrating screen (4 bulan) 1 200.000 600.000
Air conditioner (4 bulan) 1 50.000 150.000
Total Biaya Tetap 26.574.000
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 5 Rincian proyeksi produksi
Produk Volume per tahun (unit) Harga jual (Rp) Penjualan per tahun (Rp)
Produksi bekatul 24.000 10.000 240.000.000
Kerusakan -
Produksi terjual 24.000 10.000 240.000.000
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 4 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja
Komponen biaya proyek Persentase (%) Toyal biaya (Rp)
Biaya investasi
Bersumber dari kredit 70 153.755.000
Dari dana sendiri 30 65.895.000
Total biaya bnvestasi 219.650.000
Biaya modal kerja
Bersumber dari kredit 70 7.754.460
Dari dana sendiri 30 3.323.340
Total biaya modal kerja 11.077.800
Total dana proyek
Bersumber dari kredit 70 161.509.460
Dari dana sendiri 30 69.218.340
Jumlah dana proyek 230.727.800
18
f. Analisis Kriteria Investasi
Kriteria yang digunakan dalam penilaian kelayakan pengembangan usaha bekatul adalah Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Break Even Point dan Payback Period. Hasil perhitungan dari analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7, dan perhitungan arus kas terlampir pada Lampiran 2.
1. NPV
Net present value merupakan selisih antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Nilai NPV pada usaha bekatul ini adalah Rp133.278.943. Perhitungan NPV ini didasarkan pada rata-rata tingkat suku bunga kredit di bank Mandiri, BRI, dan BNI. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha. Oleh karena nilai NPV > 0, maka usaha bekatul ini layak untuk dikembangkan.
2. IRR
Internal rate of return merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Usaha ini layak untuk dikembangkan karena nilai IRR yaitu 33,54% > discount rate (12,45%).
3. Net B/C
Nilai net B/C pada usaha ini lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,61. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek akan memberikan nilai manfaat sebesar Rp1,61 pada tingkat suku bunga 12,45%, sehingga penerimaan yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran yang harus dikorbankan dan usaha ini layak untuk dikembangkan.
4. BEP
Metode break even point merupakan suatu keadaan dimana pendapatan mencapai titik impas, yang berarti tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Rata-rata nilai BEP dalam rupiah adalah Rp78.068.404 dan rata-rata nilai BEP dalam unit adalah 7.807 unit, sehingga dapat diartikan bahwa unit usaha bekatul harus memproduksi bekatul melebihi nilai tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Hasil perhitungan BEP dapat dilihat pada laporan laba rugi usaha yang terlampir pada Lampiran 1.
Tabel 7 Hasil analisis kriteria investasi
Kriteria kelayakan Nilai Justifikasi kelayakan
NPV (Rp) 133.278.943 > 0
IRR (%) 33,54 > 12.45
Net B/C Ratio 1,61 > 1
BEP (Rp) 78.068.404
BEP (unit) 7.807
PBP (tahun) 2,39 < 5
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 6 Rincian proyeksi pendapatan
Uraian Tahun
1 2 3 4 5
Kapasitas (%) 50590 100 100 100 100
Penerimaan (Rp) 216.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000
19 5. PBP
Metode payback period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu usaha. Nilai PBP pada usaha ini adalah 2,39 tahun atau dapat diartikan investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat kembali dalam kurun waktu 2 tahun 4 bulan 20 hari. Usaha ini layak untuk dikembangkan karena angka tersebut lebih kecil dari periode usahanya yaitu 5 tahun (PBP < 5).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji seberapa sensitif usaha yang akan dilaksanakan terhadap perubahan jumlah dan harga dari input ataupun output produksi. Dalam analisis sensitivitas terhadap usaha bekatul ini digunakan tiga skenario. Skenario 1 adalah penurunan penerimaan penjualan yang dapat disebabkan oleh penurunan harga jual bekatul, permintaan akan bekatul ataupun jumlah produksi bekatul. Pada skenario 1, biaya investasi dan biaya operasional diasumsikan tetap. Usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan penjualan hingga 15%. Apabila penurunan penerimaan lebih besar dari 15% maka usaha tersebut tidak layak. Seperti yang tertera di Tabel 8, pada saat penurunan penerimaan sebesar 16% menyebabkan IRR lebih kecil dari 12,45% yaitu 12,42% dan NPV negatif. Perhitungan arus kas skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Skenario 2 yaitu penerimaan penjualan mengalami penurunan dan biaya variabel mengalami kenaikan. Pada skenario ini, biaya investasi diasumsikan tetap. Usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan penjualan dan kenaikan biaya variabel hingga 11%. Apabila penurunan penerimaan dan kenaikan biaya variabel lebih besar dari 11% maka usaha tersebut tidak layak. Seperti yang tertera di Tabel 9 pada saat penurunan penerimaan dan kenaikan biaya variabel sebesar 12% menyebabkan IRR lebih kecil dari 12,45%, NPV negatif dan Net B/C < 1. Perhitungan arus kas skenario 2 ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 8 Analisis sensitivitas skenario 1
Perubahan variabel Basic Skenario 1
Penurunan penerimaan (%) 0 15 16
Penurunan variable cost (%) 0 0 0
Perubahan IRR, NPV, Net B/C, PBP
IRR (%) 33,54 13,83 12,42
NPV (Rp) 133.278.943 8.152.612 (189.144) Net B/C 1,61 1.04 1,00 PBP (tahun) 2,39 3.76 3,92
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 9 Analisis sensitivitas skenario 2
Perubahan variabel Basic Skenario 2
Penurunan penerimaan (%) 0 11 12 11
Kenaikan variable cost (%) 0 11 11 12
Perubahan IRR, NPV, Net B/C, PBP
IRR (%) 33,54 12,63 11,21 12,00
NPV (Rp) 133.278.943 1.040.167 (7.301.589) (2.639.785) NET B/C 1,61 1,00 0,97 0.99 PBP (tahun) 2,39 3,89 4,04 3,96
20
Skenario 3 yaitu penurunan kadar kandungan bekatul atau rendemen. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas dedak yang kurang baik, bekatul yang lolos tahap penyaringan lebih sedikit, dan faktor lain seperti banyaknya bekatul yang terjatuh pada saat memindahkan bekatul ke gudang. Pada skenario ini, biaya tetap dan biaya variabel diasumsikan tetap. Usaha tetap layak pada penurunan rendemen hingga 21%. Apabila penurunan tersebut lebih kecil dari 21% maka usaha ini tidak layak, seperti yang tertera pada Tabel 10, pada saat penurunan rendemen sebesar 20% menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak. Perhitungan arus kas skenario 3 ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penjabaran hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa usaha bekatul cukup sensitif terhadap penurunan penerimaan, kenaikan biaya variabel yang disertai penurunan penerimaan, serta penurunan kadar kandungan bekatul.
Penetapan Harga Pokok Produksi
Tabel 11 Penetapan harga pokok produksi
Komponen biaya Jumlah
fisik Biaya per unit (Rp) per bulan (Rp) Total biaya
Biaya bahan baku
Dedak (kg) 1.200 3.300 3.960.000
Total biaya bahan baku 3.960.000
Biaya tenaga kerja langsung
Karyawan produksi (orang) 1
800.000 800.000 Karyawan pengemasan (orang) 1 800.000 800.000
Total biaya tenaga kerja langsung 1.600.000
Biaya overhead pabrik variabel
Alumunium foil (kg) 23 50.000 1.140.000
Kardus (dus) 2.000 1.000 2.000.000
Pad stempel (buah) 1 7.000 583
Stempel tanggal (buah) 1 37.000 3.083
Tinta permanen (botol) 1 5.700 5.700
Masker (buah) 40 1.500 60.000
Glove karet (buah) 80 550 44.000
Plastik besar (buah) 40 240 9.600
Total biaya overhead pabrik variabel 3.262.967
Biaya overhead pabrik tetap
Listrik (bulan) 1
327.000 327.000 Biaya pemeliharaan (4 bulan):
Mesin penyangrai kontinu 1 300.000 75.000 Mesin vibrating screen 1 200.000 50.000
Air conditioner 1 50.000 12.500
Biaya penyusutan (bulan) 601.389
Total biaya overhead pabrik tetap 1.065.889
Total biaya overhead pabrik 4.328.856
Perhitungan HPP full costing 9.888.855,56 Harga pokok produksi bekatul 4.944,43
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 10 Analisis sensitivitas skenario 3
Perubahan variabel Basic Skenario 3
Penurunan kadar bekatul (%) 25 21 20
Kenaikan variable cost (%) 0 0 0
Kenaikan fixed cost (%) 0 0 0
Perubahan IRR, NPV, Net B/C, PBP
IRR (%) 33,54 15,23 10,27
NPV (Rp) 133.278.943 16.494.367 (12.701.777) NET B/C 1,61 1,08 0,94 PBP (tahun) 2,39 3,62 4.10
21 Harga pokok produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memproduksi suatu produk. Tabel 11 menunjukkan perhitungan dalam penentuan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi dengan metode process costing. Pada perhitungan tersebut diperoleh harga pokok produksi bekatul sebesar Rp4.944,43.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi yang dapat digunakan oleh tim manajemen dalam pengambilan langkah strategis dan pengambilan keputusan dalam mengelola usahanya. Berikut implikasi kebijakan yang berkaitan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini:
1. Sejauh ini apabila terjadi penurunan persentase kadar kandungan bekatul (rendemen), F-Technopark belum terlalu mempertimbangkan dampaknya terhadap penerimaan yang akan diperoleh, dengan mengacu pada hasil penelitian ini diharapkan pihak manajemen dapat meminimalisir faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap penurunan rendemen tersebut, sehingga persentasenya tidak akan lebih kecil dari 21% dan usaha akan tetap layak. 2. Mengacu pada hasil penetapan harga pokok produksi yang dilakukan pada
penelitian ini, diharapkan F-Technopark dapat menentukan harga jual produk secara tepat, yaitu di atas Rp4.944,43.
3. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti pada pengunjung toko
“Serambi Botani”, dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui keberadaan produk bekatul di pasar. Dari hasil tersebut, diharapkan F-Technopark dapat meningkatkan kegiatan promosi secara lebih signifikan, seperti meningkatkan intensitas keikutsertaan pada pameran-pameran produk herbal atau sejenisnya.
4. F-Technopark perlu meningkatkan product knowledge atau pengetahuan akan produk bekatul di benak masyarakat. Langkah nyata yang dapat dilakukan oleh F-Technopark seperti saat kegiatan perkenalan mahasiswa baru yang berkisar 800 mahasiswa setiap tahunnya. Pada kegiatan tersebut F-Technopark dapat membagikan sampel produk secara gratis dan menjelaskan manfaat bekatul serta cara menyajikannya. Dengan melakukan hal tersebut, masyarakat yang mengenal produk bekatul akan semakin bertambah bahkan akan berlipat ganda apabila mahasiswa tersebut menjelaskan kembali manfaat produk bekatul kepada keluarga dan teman-teman mereka.
5. Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa konsumen yang berhenti mengonsumsi bekatul karena rasanya yang hambar, sehingga F-Technopark perlu melakukan inovasi seperti membuat produk bekatul sebagai minuman sereal siap seduh (sudah terdapat gula atau bahan perasa lainnya seperti jahe) yang lebih praktis untuk dikonsumsi.
22
pelatihan, memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi dan mengadakan kegiatan khusus untuk membangun kekeluargaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa secara aspek non finansial usaha bekatul layak untuk dikembangkan. Hasil dari analisis kriteria investasi yaitu, NPV sebesar Rp133.278.943, IRR sebesar 33,54%, Net B/C sebesar 1,61, rata-rata nilai BEP dalam rupiah sebesar Rp78.068.404, rata-rata nilai BEP dalam unit sebesar 7.807 unit, dan PBP selama 2 tahun 4 bulan 20 hari. Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan hingga 15%. Pada skenario 2, usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan hingga 11% yang diiringi dengan kenaikan biaya variabel hingga 11%. Pada skenario 3 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan kadar kandungan bekatul (rendemen) sebesar 21%. Hasil tersebut menyatakan bahwa secara aspek finansial pengembangan usaha bekatul layak untuk dikembangkan dan cukup sensitif terhadap penurunan penerimaan, kenaikan biaya variabel yang disertai penurunan penerimaan, dan penurunan kadar kandungan bekatul. Harga pokok produksi bekatul yang ditetapkan dengan metode full costing dan dengan pengumpulan biaya produksi dengan metode process costing adalah Rp4.944,43.
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Auliana R. 2011. Manfaat Bekatul dan Kandungan Gizinya [internet]. [diunduh
2013 Jan 2]. Tersedia pada:
http://staffhttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20BEKATU L%20%20DHARMA%20WANITA.pdf.
Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta (ID): PT. Graha Ilmu.
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta (ID): Aditya Media.
Nurmalina, dkk. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Saadiah AP. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor Pada UKM Batik Tradisiku Bogor[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Jakarta (ID): CV. Andi Offset.
Syarif K. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
24
Lampiran 1 Laporan laba rugi usaha
Uraian
Tahun
Rata-rata
1 2 3 4 5
Total penerimaan (Rp)
a. Biaya variabel (Rp)
c. Depresiasi (Rp)
d. Angsuran bunga (Rp)
Total pengeluaran (Rp)
L/R sebelum pajak (Rp)
Laba setelah pajak (Rp)
Break even point (Rp)
Break even point (unit)
25 Lampiran 2 Laporan arus kas
Uraian
Cummulative cash flow (Rp)
Cummulative PV (Rp)
26
Lampiran 3 Arus kas pada skenario 1 Penerimaan turun 15%
Uraian Tahun
Cummulative cash flow (Rp)
Discount factor
Cummulative PV (Rp)
27 Lampiran 3 (lanjutan)
Penerimaan turun 16%
Uraian Tahun
Cummulative cash flow (Rp)
Cummulative PV (Rp)
28
Lampiran 4 Arus kas pada skenario 2 Penerimaan turun 11%
VC meningkat 11%
Uraian Tahun
Cummulative cash flow (Rp)
Discount factor
Cummulative PV (Rp)
29 Lampiran 4 (lanjutan)
Penerimaan turun 12% VC meningkat 11%
Uraian Tahun
Cummulative cash flow (Rp)
Cummulative PV (Rp)
30
Lampiran 4 (lanjutan) Penerimaan turun 11% VC meningkat 12%
Uraian Tahun
Cummulative cash flow (Rp)
Cummulative PV (Rp)
31 Cummulative cash flow
(Rp)
Cummulative PV (Rp)
32
Lampiran 5 (lanjutan) Rendemen 20% Cummulative cash flow
(Rp)
Cummulative PV (Rp)
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mona Inayah Pratiwi yang dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1992 di Bekasi, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Ir. Nodwi Pazillah dan Ibu Ir. Nurhayati. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bekasi pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Islam Panglima Besar Soedirman Bekasi pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor).
Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Direktorat Human Resources pada Himpunan Profesi Departemen Manajemen, Centre of Management (COM@) periode 2011-2012. Penulis juga berpartisipasi di beberapa kegiatan kepanitiaan, seperti International Scholarship Education Expo
(ISEE) 2012, Economic Contest 2012, Unilever Goes to Campus 2012, COMIC