• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha death by chocolate (DBC) & spageti restaurant kota Bogor Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha death by chocolate (DBC) & spageti restaurant kota Bogor Jawa Barat."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH H34066092

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH. Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan RATNA WINANDI)

Kebutuhan konsumsi pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk, serta pada hakikatnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan akan pangan meningkat antara lain seperti meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya nilai gizi suatu pangan yang dikonsumsi, salah satu usaha yang bergerak dalam bidang makanan adalah Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Jalan Ceremai no 22 kota Bogor.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah usaha yang sudah berjalan sekitar dua tahun, merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka pangan snack dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Hingga saat ini yang terjadi pada usaha yang sedang berjalan yaitu penjualan yang mengalami keadaan berfluktuatif per bulannya dan perusahaan hingga saat ini belum menganalisis kelayakan usaha. Selain itu permasalahan yang terjadi, manajemen perusahaan belum mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perhitungan rugi-laba dengan melihat penjualan per bulan yang fluktuatif (2) menganalisis aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial (3) menganalisis kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant (4) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan usaha terhadap perubahan-perubahan harga pada biaya dan penjualan terhadap kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Penelitian ini juga akan melihat karagaan usaha DBC & Spageti Restaurant apabila dilihat dari aspek non-finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan aspek sosial dari perusahaan tersebut. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisa sejauh mana tingkat kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Dalam menganalisa suatu usaha, biasanya menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sampai berapa persen usaha yang dilakukan mengalami kondisi yang tidak layak, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dilihat dari kriteria NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan Analisis sensitivitas menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan dan menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif.

(3)

mendapatkan manfaat bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 32,90 juta penjualan mengalami peningkatan, dan mendapatkan rata-rata laba bersih untuk periode dua tahun yang meningkat

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto tujuh persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 632,62 juta (positif) atau lebih besar dari nol, Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 3 nilai tersebut menunjukan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 satu satuan unit akan menghasilkan manfaat sebesar 3 kali dari biaya yang dikeluarkan, nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27 persen (IRR>7 persen) artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama enam tahun tujuh bulan. Kriteria NPV, IRR, Net B/C Dan Payback Period kelayakan yang dilakukan, menunjukan bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant adalah layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas diketahui perusahaan ini tidak sensitif terhadap perubahan penurunan jumlah ouput hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 18 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,15 kemudian payback period Sembilan tahun empat bulan sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan. Peningkatan harga input hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,38 kemudian payback period delapan tahun tiga bulan menjadikan usaha ini tidak sensitif terhadap perubahan kenaikan harga input. Penurunan harga output 5 persen menjadikan kelayakan tidak sensitif terhadap perubahan yang ada, karena nilai IRR sebesar 20 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,33 kemudian payback period delapan tahun lima bulan.

Hingga saat ini perubahan yang terjadi baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat terhadap usaha yang telah dijalankan tidak berpengaruh kepada nilai penjualan maupun laba perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus selalu mengetahui tingkat perubahan variabel-variabel tersebut agar perusahaan dapat terus melaksanakan aktifitasnya dengan tidak merugikan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perkembangan perusahaan menunjukan bahwa perusahaan akan menjadi tidak layak.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT

KOTA BOGOR JAWA BARAT

NISHKA AULIA H H 34066092

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate

(DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Nama Mahasiswa : Nishka Aulia Heidyningsih

NIM : H34066092

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP. 130.687.506

Diketahui :

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 131 415 082

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate (DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung, pada Tanggal 7 November 1985. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Endang Tachyat dan Ibu Yulia Hadiaty.

Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman kanak-kanak Nurani Bogor, Sekolah Dasar Negeri Pengadilan III Bogor pada Tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Bogor pada Tahun 2000, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 8 Bogor pada tahun 2003.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Pada Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini bertujuan menganalisis laporan rugi-laba perusahaan dan mengevaluasi kelayakan usaha yang tepat untuk dijalankan oleh perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif.

Penulis menyadari, kemungkinan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atau dari apa yang diharapkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat.Penulis mendapatkan banyak saran serta kritik demi perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena atas segala izin, serta keridhaan–Nyalah penulis mampu menjalankan segala kegiatan dalam rangka penyusunan laporan. 2. Keluarga Bapak Endang Tachyat (Papa, Mama, Day F, serta adik-ku

Bani) terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, doa serta kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. Sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta waktunya kepada penulis dalam penyusunan laporan.

4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Dra yusalina, Ms yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staff Departemen agribisnis.

6. Bapak Harsono selaku Supervisor DBC & Spageti Restaurant, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis selama berada di tempat praktek kerja. Beserta seluruh karyawan DBC & Spageti Restaurant.

7. Rekan-rekan AGB angkatan I serta semua pihak yang telah membantu dalam proses praktek kerja penulis, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . iii

DAFTAR GAMBAR ... . iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... . 1

1.2. Perumusan Masalah ... . 3

1.3. Tujuan ... . 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... . 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... . 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Definisi Restoran ... 9

2.1.1. Jenis-jenis Restoran ... . 10

2.1.2. Klasifikasi Restoran ... . 12

2.2. Cokelat ... 12

2.3. Spageti ... 14

2.4. Penelitian Terdahulu ... 14

2.5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... . 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... . 19

3.1.1. Analisis Biaya Manfaat ... 19

3.1.2. Studi Kelayakan proyek ... 20

3.1.3. Aspek-aspek Kelayakan Usaha ... 21

3.1.3.1. Aspek Pasar ... 22

3.1.3.2. Aspek Teknis ... . 22

3.1.3.3. Aspek Manajemen ... . 22

3.1.3.4. Aspek Sosial ... . 23

3.1.3.5. Aspek Finansial ... . 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... . 27

IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2. Data dan Instrumentasi ... 30

4.3. Pengolahan dan analisis Data ... 31

4.3.1. Analisis Kelayakan Usaha ... 32

4.3.1.1. Analisis Aspek Pasar ... 33

4.3.1.2. Analisis Aspek Teknis ... 33

4.3.1.3. Analisis Aspek Manajemen ... 33

4.3.1.4. Analisis Aspek Sosial ... 34

4.3.1.5. Analisis Aspek Finansial ... 34

4.3.1.6. Analisis Sensitivitas ... 37

(11)

KOTA BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH H34066092

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH. Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan RATNA WINANDI)

Kebutuhan konsumsi pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk, serta pada hakikatnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan akan pangan meningkat antara lain seperti meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya nilai gizi suatu pangan yang dikonsumsi, salah satu usaha yang bergerak dalam bidang makanan adalah Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Jalan Ceremai no 22 kota Bogor.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah usaha yang sudah berjalan sekitar dua tahun, merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka pangan snack dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Hingga saat ini yang terjadi pada usaha yang sedang berjalan yaitu penjualan yang mengalami keadaan berfluktuatif per bulannya dan perusahaan hingga saat ini belum menganalisis kelayakan usaha. Selain itu permasalahan yang terjadi, manajemen perusahaan belum mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perhitungan rugi-laba dengan melihat penjualan per bulan yang fluktuatif (2) menganalisis aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial (3) menganalisis kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant (4) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan usaha terhadap perubahan-perubahan harga pada biaya dan penjualan terhadap kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Penelitian ini juga akan melihat karagaan usaha DBC & Spageti Restaurant apabila dilihat dari aspek non-finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan aspek sosial dari perusahaan tersebut. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisa sejauh mana tingkat kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Dalam menganalisa suatu usaha, biasanya menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sampai berapa persen usaha yang dilakukan mengalami kondisi yang tidak layak, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dilihat dari kriteria NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan Analisis sensitivitas menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan dan menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif.

(13)

mendapatkan manfaat bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 32,90 juta penjualan mengalami peningkatan, dan mendapatkan rata-rata laba bersih untuk periode dua tahun yang meningkat

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto tujuh persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 632,62 juta (positif) atau lebih besar dari nol, Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 3 nilai tersebut menunjukan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 satu satuan unit akan menghasilkan manfaat sebesar 3 kali dari biaya yang dikeluarkan, nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27 persen (IRR>7 persen) artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama enam tahun tujuh bulan. Kriteria NPV, IRR, Net B/C Dan Payback Period kelayakan yang dilakukan, menunjukan bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant adalah layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas diketahui perusahaan ini tidak sensitif terhadap perubahan penurunan jumlah ouput hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 18 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,15 kemudian payback period Sembilan tahun empat bulan sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan. Peningkatan harga input hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,38 kemudian payback period delapan tahun tiga bulan menjadikan usaha ini tidak sensitif terhadap perubahan kenaikan harga input. Penurunan harga output 5 persen menjadikan kelayakan tidak sensitif terhadap perubahan yang ada, karena nilai IRR sebesar 20 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,33 kemudian payback period delapan tahun lima bulan.

Hingga saat ini perubahan yang terjadi baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat terhadap usaha yang telah dijalankan tidak berpengaruh kepada nilai penjualan maupun laba perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus selalu mengetahui tingkat perubahan variabel-variabel tersebut agar perusahaan dapat terus melaksanakan aktifitasnya dengan tidak merugikan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perkembangan perusahaan menunjukan bahwa perusahaan akan menjadi tidak layak.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT

KOTA BOGOR JAWA BARAT

NISHKA AULIA H H 34066092

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate

(DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Nama Mahasiswa : Nishka Aulia Heidyningsih

NIM : H34066092

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP. 130.687.506

Diketahui :

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 131 415 082

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate (DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung, pada Tanggal 7 November 1985. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Endang Tachyat dan Ibu Yulia Hadiaty.

Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman kanak-kanak Nurani Bogor, Sekolah Dasar Negeri Pengadilan III Bogor pada Tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Bogor pada Tahun 2000, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 8 Bogor pada tahun 2003.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Pada Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini bertujuan menganalisis laporan rugi-laba perusahaan dan mengevaluasi kelayakan usaha yang tepat untuk dijalankan oleh perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif.

Penulis menyadari, kemungkinan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atau dari apa yang diharapkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat.Penulis mendapatkan banyak saran serta kritik demi perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena atas segala izin, serta keridhaan–Nyalah penulis mampu menjalankan segala kegiatan dalam rangka penyusunan laporan. 2. Keluarga Bapak Endang Tachyat (Papa, Mama, Day F, serta adik-ku

Bani) terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, doa serta kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. Sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta waktunya kepada penulis dalam penyusunan laporan.

4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Dra yusalina, Ms yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staff Departemen agribisnis.

6. Bapak Harsono selaku Supervisor DBC & Spageti Restaurant, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis selama berada di tempat praktek kerja. Beserta seluruh karyawan DBC & Spageti Restaurant.

7. Rekan-rekan AGB angkatan I serta semua pihak yang telah membantu dalam proses praktek kerja penulis, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . iii

DAFTAR GAMBAR ... . iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... . 1

1.2. Perumusan Masalah ... . 3

1.3. Tujuan ... . 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... . 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... . 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Definisi Restoran ... 9

2.1.1. Jenis-jenis Restoran ... . 10

2.1.2. Klasifikasi Restoran ... . 12

2.2. Cokelat ... 12

2.3. Spageti ... 14

2.4. Penelitian Terdahulu ... 14

2.5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... . 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... . 19

3.1.1. Analisis Biaya Manfaat ... 19

3.1.2. Studi Kelayakan proyek ... 20

3.1.3. Aspek-aspek Kelayakan Usaha ... 21

3.1.3.1. Aspek Pasar ... 22

3.1.3.2. Aspek Teknis ... . 22

3.1.3.3. Aspek Manajemen ... . 22

3.1.3.4. Aspek Sosial ... . 23

3.1.3.5. Aspek Finansial ... . 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... . 27

IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2. Data dan Instrumentasi ... 30

4.3. Pengolahan dan analisis Data ... 31

4.3.1. Analisis Kelayakan Usaha ... 32

4.3.1.1. Analisis Aspek Pasar ... 33

4.3.1.2. Analisis Aspek Teknis ... 33

4.3.1.3. Analisis Aspek Manajemen ... 33

4.3.1.4. Analisis Aspek Sosial ... 34

4.3.1.5. Analisis Aspek Finansial ... 34

4.3.1.6. Analisis Sensitivitas ... 37

(21)

V DESKRIPSI PERUSAHAAN ... 39

5.1. Sejarah dan Perkembangan DBC & Spageti Restaurant ... 39

5.1.2. Tujuan Perusahaan ... 40

5.2. Sumber Daya Perusahaan ... ... 41

5.2.1. Sumber Daya Fisik ... 41

5.2.2. Sumber Daya Manusia ... 42

5.3. Permodalan ... ... 43

5.4. Bahan Baku ... 44

VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN DAN ASPEK SOSIAL ... 45

6.1. Aspek Pasar ... 45

6.1.2. permintaan ... ... 45

6.1.3. Penawaran .. ... 46

6.1.4. Strategi Pemasaran ... 47

6.2. Aspek Teknis ... 48

6.2.1. Lokasi Proyek ... 48

6.2.2. Proses Produksi ... 50

6.2.3. Hasil Analisis Aspek Teknis ... 52

6.3. Aspek Manajemen ... 53

6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 55

6.4. Aspek Sosial... 55

6.4.1. Hasil Analisis Aspek Sosial ... 56

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 57

7.1 Analisis Rugi-laba ... 57

7.2 Aspek Finansial Usaha DBC & Spageti Restaurant .. ... 58

7.2.1. Arus Tunai ... 59

7.2.1.1. Arus Penerimaan ... 59

7.2.1.2. Arus Pengeluaran ... 63

7.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial... 68

7.2.3. Analisis Sensitivitas ... 69

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

8.2. Kesimpulan ... 71

8.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Restoran Di Kota Bogor Tahun

2004-2008.. ... 2 2. Data Penjualan produk DBC & SpagetiRestaurant (per bulan)

Tahun 2007-2008... ... 5 3. Jenis dan Sumber Data Penelitan ... 31 4. Karakteristik karyawan DBC & Spageti Restaurant berdasarkan

umur dan pendidikan terakhir tahun 2008... ... 42 5. Divisi dan Jumlah Karyawan DBC & Spageti Restaurant ... 49 6. Data Laporan Rugi-laba Perusahaan tahun 2007... 57 7. Data Laporan Rugi-laba Perusahaan tahun 2008... 58 8. Produksi Kelayakan Usaha DBC & SpagetiRestaurant... 60 9. Penjualan Kelayakan Usaha DBC & SpagetiRestaurant... 61 10. Komponen Biaya Investasi Kelayakan Usaha DBC & Spageti

Restaurant... 64 11. Biaya reinvestasi Usaha DBC & Spageti restaurant... 66 12. Biaya Operasional Usaha DBC & Spageti Restaurant... 67 13. Tarif Pajak Penghasilan Usaha... 68 14. Hasil kelayakan Finansial DBC & Spageti Restaurant... 68 15. Hasil Analisis Sensitivitas DBC & Spageti Restaurant... 70

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Perkembangan Penjualan Satu Tahun Terakhir

Tahun 2008.. ... 6 2. Kerangka Pemikiran Operasional... 29 3. Data Potensi Permintaan Pasar Tahun 2007-2008... 45 4. Proses Produksi Death by Chocolate ………. ... 51 5. Proses Produksi frittata dan Spageti ... 52 6. Struktur Organisasi dari DBC & Spageti Restaurant

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Produksi Usaha DBC & Spageti Restaurant ... 75

2. Perhitungan penjualan……….. 78

3. Perbandingan GAP Total Produksi dengan penjualan

Tahun 2006-2007……….. 81

4. Target Penjualan Perusahaan Tahun 2007……… .. 82 5. Perhitungan Harga Rata-rata Produk……… 84

6. Perhitungan Biaya Operasional……… 88

7. Perhitungan Arus Tunai (cashflow) usaha

DBC & Spageti restaurant... ... 90 8. Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Penurunan jumlah

Output sebesar 7 persen………... ... 92 9. Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Kenaikan harga

Input sebesar 7 persen………... ... 94 10. Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Penurunan harga

Output sebesar 5 persen……… 96 11. layout DBC & Spageti Restaurant……… 98 12. Gambar Produk-Produk Death By Chocolate

(25)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan berada didaerah iklim tropis yang kaya akan sumber daya alam, baik nabati maupun hewani. Pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia, menunjukan adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pola konsumsi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.

Kebutuhan konsumsi pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk, serta pada hakikatnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan akan pangan meningkat antara lain seperti meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya nilai gizi suatu pangan yang dikonsumsi.

Bogor adalah salah satu tempat pariwisata atau transit bagi para wisatawan asing maupun lokal, kunjungan wisatawan dapat mendukung pertumbuhan usaha-usaha yang menunjang sektor pariwisata. Usaha yang dapat menunjang sektor pariwisata diantaranya hotel, pusat perbelanjaan, perawatan tubuh, restoran. Di daerah perkotaan, masyarakat banyak yang bekerja di perkantoran sehingga biasanya mereka tidak memiliki waktu yang cukup luang untuk menyiapkan makanan atau sekedar snack untuk sarapan, karena tingkat mobilitas mereka yang tinggi. Selain itu peningkatan pendapatan, pendidikan serta kemudahan dalam memperoleh informasi, menjadikan masyarakat yang hidup di daerah perkotaan menyukai segala sesuatu untuk dikonsumsi yang terbilang baru.

(26)

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor Tahun 2004-2008

Tahun Restoran Rumah Makan

2004 64 124

2005 86 136

2006 91 157

2007 93 176

2008 88 123

Sumber : Dinas Informasi Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor (2008)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah restoran di kota Bogor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008 jumlah restoran dan rumah makan di kota Bogor mengalami penurunan, karena ada sebagian restoran dan rumah makan yang mengalami gulung tikar. Perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir mengindikasikan bahwa berwirausaha di bidang makanan merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup berpotensial dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, terutama di kota Bogor.

Restoran pada umumnya sudah dikenal dan menjadi suatu hal yang biasa bagi masyarakat, biasanya menyediakan makanan siap santap dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup. Saat ini restoran yang menjual hanya makanan penutup (dessert) saja, merupakan suatu peluang baru dalam dunia bisnis makanan sehingga menjadi pusat perhatian bagi calon pembeli. Salah satu dessert

yang menjadi perhatian konsumen dari mulai anak kecil hingga dewasa ialah produk olahan dari cokelat.

(27)

mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena coklat juga mengandung polifenol 6 persen yang berfungsi sebagai antioksi dan pencegah ketengikan2.

Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka makanan dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Permasalahan yang dialami pada perusahaan adalah manajemen tidak memenuhi target penjualan yang ingin dicapai oleh perusahaan dan belum melakukan perhitungan keuangan pada nilai penjualan secara terperinci, tetapi perhitungan yang dilakukan perusahaan hingga saat ini hanya secara sederhana seperti perhitungan hasil pendapatan yang dilakukan setiap bulan saja tanpa memperhitungkan kelayakan dari usaha yang sedang dijalankan.

Selain itu masalah yang terjadi restoran ini memiliki pesaing lain yang serupa yaitu toko kue dan roti seperti rumah cokelat yang menghasilkan produk subtitusi dari produk-produk yang ditawarkan di Death By Chocolate & Spageti Restaurant dan restoran-restoran yang meyajikan menu spageti. Akan tetapi perbedaannya pada restoran DBC & Spageti ini tidak hanya menawarkan produk dengan berbahan baku cokelat saja tetapi banyak variasi produk lainnya untuk menambah daftar menu, berbeda dengan rumah cokelat yang hanya menyediakan kue-kue cokelat ataupun produk dengan olahan cokelat saja.

1.2. Perumusan Masalah

Restoran yang terletak di Jalan Ceremai No 22 kota Bogor, yaitu Death by Chocolate & Spageti menawarkan berbagai menu dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Restoran ini bisa dikatakan terbilang baru karena didirikan pada tanggal 18 Agustus 2006. Restoran ini merupakan salah satu unit bisnis usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group (APG) seperti Pia Apple Pie (PAP),

Macaroni Panggang (MP) yang diprakarsai oleh Ibu Baby Ahnan, Ibu Tintin Kuraesin dan Ibu Susi Gunadi.

Salah satu keunggulan dari DBC & Spageti Restaurant adalah salah satu produk yang bernama Death by Chocolate (DBC), jenis pangan tersebut berupa

(28)

kue yang sebagian besar berbahan dasar cokelat dengan berbentuk kuburan oval. Meskipun produk cokelat tergolong ke dalam makanan yang cukup mahal, namun orang tetap mengkonsumsi produk olahan cokelat karena rasanya yang lezat dan bergizi, sehingga produk olahan cokelat ini masih sangat diminati oleh masyarakat.

Pasar sasaran yang diterapkan oleh restoran ini memilih pasar dengan golongan ekonomi menengah-atas. Untuk produk DBC & Spageti Restaurant

terdapat tiga menu utama yang diminati yaitu DBC, Frittata dan spageti, ditunjukan dengan harga yang ditetapkan untuk produk DBC Rp 35.000,00; untuk

Frittata Rp 24.000,00; sedangkan Spageti Rp 33.000,00; Selain itu DBC memiliki produk lain seperti Flower by Chocolate, Chocolate Stick dan cokelat berbentuk telur khusus untuk Hari Raya Paskah.

Tabel 2. Data Penjualan Produk DBC & Spagheti Restaurant (per bulan) Tahun 2007-2008

No Bulan Penjualan

Tahun 2007

Penjualan Tahun 2008

1 Januari 28,000,200 44,000,000

2 Februari 32,000,200 46,020,000

3 Maret 31,050,000 43,020,000

4 April 25,360,000 38,050,000

5 Mei 30,000,000 42,020,000

6 Juni 29,050,000 41,000,650

7 Juli 31,033,000 43,032,000

8 Agustus 28,000,020 40,020,000

9 September 30,066,000 43,016,000

10 Oktober 31,055,000 44,050,600

11 November 32,020,000 45,036,600

12 Desember 33,080,000 46,106,600

Rata-rata Penjualan per bulan 30,059,535 42,947,704 Sumber : DBC & SpagetiRestaurant (2007-2008)

(29)

Tabel 2 yang terjadi yaitu mengalami keadaan penjualan yang meningkat dua tahun terakhir dari tahun 2007-2008.

Tabel 2 menunjukan bahwa penjualan DBC & SpagetiRestaurant dengan nilai rata-rata penjualan tahun 2008 Rp 42.947.704,00. Data perkembangan penjualan dapat dilihat adanya penjualan produk yang fluktuatif dari awal Januari 2008 hingga periode akhir Desember 2008 berdasarkan data produksi satu tahun terakhir tercantum pada Lampiran 2. Keadaan yang terlihat dari data penjualan terjadi kenaikan penjualan jika di hari raya seperti di bulan Desember dan Februari. Akan tetapi pada bulan biasa dengan tidak adanya perayaan hari raya atau hari libur panjang penjualan usaha ini cenderung menurun, seperti terlihat pada bulan April 2008 penjualan hanya sebesar Rp 38.050.000,00. Grafik perkembangan penjualan dapat dilihat pada Gambar 1.

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000 50000000

Penjualan (Rp)

2008 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Gambar 1. Grafik Perkembangan Penjualan Satu Tahun Terakhir Sumber: DBC & SpagetiRestaurant 2008

(30)

merayakan valentine yang biasanya memberi kepada pasangannya hadiah yaitu cokelat, selain itu terlihat pada bulan Desember perayaan natal sehingga usaha DBC & Spageti restaurant mengalami nilai penjualan yang meningkat. Berbeda jika dibandingkan dengan bulan biasa tanpa adanya hari raya atau perayaan seperti bulan April terlihat penjualan yang menurun, sehingga dapat dikatakan penjualan DBC & Spageti restaurant sangat tergantung kepada hari raya besar atau perayaan.

Permasalahan yang terjadi pada DBC & Spageti restaurant walaupun terjadinya peningkatan penjualan dari tahun 2007-2008 yang cukup baik, tetapi manajemen perusahaan belum memenuhi target penjualan optimal yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pendapatan pada tahun 2008 dalam setahun hanya mencapai penjualan sebesar Rp 515.376.000,00 seharusnya target yang ingin dicapai oleh perusahaan sebesar Rp 667.200.000,00. Target penjualan perusahaan DBC dapat dilihat pada Lampiran 4.

Melihat kondisi yang telah dijelaskan, yaitu usaha yang belum mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan dan faktor lainnya dengan kondisi adanya persaingan dengan jenis restoran yang sama. Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis mengevaluasi analisis kelayakan usaha yang belum mencapai target penjualan apakah menguntungkan dan layak untuk diteruskan. Dengan demikian pihak manajemen perusahaan dapat mengambil segala keputusan yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perhitungan laporan rugi-laba perusahaan ?

2. Bagaimana mengevaluasi usaha dengan melihat Aspek-aspek non finansial seperti Aspek Pasar, Teknis, Manajemen dan Sosial?

(31)

4. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant dengan menggunakan analisis sensitivitas?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis Laporan rugi-laba perusahaan.

2. Menganalisis Aspek-aspek non finansial seperti Aspek Pasar, Teknis, Manajemen dan Sosial.

3. Menganalisis kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant dilihat dari aspek finansial.

4. Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan usaha terhadap perubahan-perubahan harga pada biaya dan penjualan yang akan dilakukan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi DBC & Spageti Restaurant

sebagai bahan pertimbangan dalam pengusahaan restoran cokelat dan Spageti. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat memberikan kesempatan untuk belajar dan menambah pengalaman serta media penerapan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai studi kelayakan usaha restoran dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

DBC & SpagetiRestaurant memproduksi berbagai menu dengan berbahan dasar cokelat. Penelitian ini terbatas kepada bagaimana usaha DBC & Spageti Restaurant yang sekarang sedang berjalan dua tahun apakah sudah layak untuk diusahakan. Kriteria kelayakan usaha yang digunakan hanya Net Present Value

(NPV), Internal Rata Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C),

(32)

sensitivitas. Kelima kriteria tersebut lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan tertentu (Kadariah et.al,1976).

(33)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi restoran

Asal kata restoran adalah restaurer dari bahasa perancis yang berarti ”tempat untuk menyediakan makanan”. Ragam makanan yang lengkap mencakup makanan pembuka, utama dan makanan penutup atau sering disebut dengan makanan pencuci mulut. Jenis usaha restoran merupakan penyedia ragam makanan yang lengkap serta merupakan kegiatan yang berskala besar dan kompleks, biasanya memiliki jenis makanan yang dihidangkan lebih bervariasi sehingga pelanggan dapat dengan leluasa memilih dan menikmati makanan yang dikehendakinya (Moehyi, 1992).

Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang terorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman (Marsum, 2003). Restoran berarti suatu usaha untuk mendapatkan penghasilan, maka disini peran pengelola harus dapat membuat semua para pengunjung senang dan puas sehingga mereka selalu berkeinginan untuk menjadi pelanggan restoran. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan dan membuat pus para tamu yang berkunjung (Atmodjo, 2005).

Restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengolahan dan penyajian makanan siap santap, menempati sebagian atau seluruh bangunan permanen yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan bagi umum (Simatupang, 2004). Definisi lain mengenai restoran mencakup kegiatan usaha yang menyediakan makanan dan minuman jadi, pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk ke dalam restoran seperti bar, kantin warung, rumah makan, katering dan lain-lain3.

(34)

2.1.1 Jenis- jenis Restoran

Torsina (2000) membagi sepuluh jenis restoran orisinil3. Terbagi ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan target segmen pasar sasaran, tujuan utama, dekorasi tempat, lokasi, serta jenis makanan maupun minuman yang ditawarkan yaitu :

1) FamilyConventional

Restoran tradisi untuk keluarga yang lebih mementingkan rasa makanan, suasana dan harga yang bersahabat. Restoran ini menyediakan pelayanan dan dekorasi yang terlihat biasa-biasa saja tidak terlalu ramai.

2) FastFood

Restoran jenis ini erat kaitannya dengan eat-in (makan di restoran) dan

take-out (dibungkus untuk makan di luar restoran). Restoran ini lebih mengutamakan menu siap atau segera tersedia, jenis menu yang ditawarkan relatif terbatas, dekorasi tempat dengan warna-warna utama dan terang, harga yang ditawarkan relatif tidak mahal dan lebih mengutamakan banyak pelanggan.

3) Kafetaria

Restoran jenis ini terdapat di dalam gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah dan pabrik-pabrik. Menu seperti di rumah yang agak terbatas dan biasa berganti-ganti menurut hari, harga murah sesuai dengan target konsumen di lingkungan berada.

4) Gourment

(35)

3

www. Google. Com. Torsina 2000. Jenis restoran. 11 Agustus 2008

5) Etnic

Menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) yang spesifik, misalnya masakan Jawa Timur,Padang, Manado, India, Cina dan lain-lain. Dekorasi biasanya disesuaikan etnik yang bersangkutan bahkan termasuk seragam para karyawannya.

6) Buffet

Ciri utamanya adalah berlaku satu harga untuk makan sepuasnya berbagai jenis menu makanan yang disajkan oleh buffet tersebut. Peragaan dan

display makanan sangat penting untuk promosi, karena langsung menjual produk makanannya.

7) CoffeeShop

Jenis ini ditandai dengan pelayanan secara cepat pergantian tempat duduk. Pelayanan pesanan makanan yang cepat, lokasi dan tempat utama di gedung perkantoran, pabrik-pabrik dan pusat perbelanjaan. Banyak seating

menempati counter service untuk menekan suasana informal

8) Snack Bar

Restoran ini ditunjukan untuk orang-orang yang ingin jajanan dan makanan kecil. Banyak menawarkan pesanan take-out. Dekorasi tempat sederhana serta ukuran kecil hanya untuk beberapa orang.

9) Drive indrive thru or parking

Para pembeli yang memakai mobil dan tidak perlu turun dari mobilnya. Pesanan diantar hingga ke mobil untuk konsumen ’eat-in’ dan ’take away’

(sementara parkir). Jenis makanan harus bisa dikemas secara praktis. Restoran harus menyediakan tempat parkir mobil atau motor.

10) Speciality Restaurants

(36)

2.1.2 Klasifikasi Restoran

Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk ke dalam restoran jenis Speciality Restaurants, karena memiliki ciri-ciri seperti produk yang unik dengan penyajian yang unik juga (menu dengan sensasi cokelat), selain itu dengan pangsa pasar untuk menengah ke atas. Sebagian besar konsumen adalah para remaja dan keluarga yang ingin menyantap menu yang disajikan sekaligus untuk berkumpul dan bersantai, menawarkan harga yang relatif mahal karena produk yang dihasilkan berkualitas, unik dan bergizi. Konsumen yang berkunjung ke restoran ini selain berasal dari Bogor ternyata banyak yang berasal dari luar kota Bogor seperti Jakarta, Bandung, Cianjur, Sukabumi dan lain-lain.

2.2. Cokelat

Tumbuhan cokelat (Theobrama cocoa. L) berasal dari hutan di selatan Amerika (Mexico). Tumbuhan ini kepemilikan keluarga Sterculiaceae yang biasanya ditanam oleh orang Indian suku Aztec, kata cokelat berasal dari xocoatl

(bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit, kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak, cokelat kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1560 cokelat dikenalkan ke Sulawesi Indonesia oleh orang Spanyol dan tahun 1765 didirikan pabrik cokelat di Massachusetts AS (Khomsan, 2002).

Produk Cocoa atau Kakao biasa disebut tanaman cokelat dalam bentuk masih utuh atau berbentuk tepung cokelat atau bentuk mentega (Cocoa butter), termasuk komoditi ekspor yang berkembang cukup pesat di Indonesia terutama di pulau Sulawesi, Sumatra, Jawa dan irian sebagai tanaman perkebunan dan rakyat. Akan tetapi proses diproduksi menjadi sebuah cokelat berasal dari negara Eropa dan Amerika Serikat3.

Manfaat cokelat untuk kesehatan tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai oleh semua golongan umur dikarenakan rasanya yang

3

(37)

enak. Katekin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam cokelat, salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Menurut peneliti dari Heinrich-Heine University cokelat mengandung epicathecin flavonol yang bermanfaat untuk kesehatan jantung.

Penelitian lainnya juga dilakukan pada suku Indian kuno yang tinggal di pulau San Blas, dekat pantai Panama. Penduduk suku tersebut jarang memiliki tekanan darah yang tinggi maupun tanda-tanda lainnya dari penyakit jantung cukup jarang ditemui pada kaum mereka karena mereka mengonsumsi flavonol

yang terkandung dalam cokelat, sebanyak 3 sampai dengan 4 gelas setiap hari. Pada sisi lain, orang-orang Kuna di kota Panama hanya mengonsumsi cokelat 4 gelas per minggu, memiliki kandungan nitrogen oksida dua kali lebih besar dari mereka yang tinggal di Pulau San Blas.

Nitrogen oksida adalah kandungan kimia yang berperan untuk aliran darah dalam arteri, penelitian itu menunjukkan bahwa epicathecin mempengaruhi sirkulasi dalam kesehatan jantung4. Dalam penelitian yang melibatkan subyek manusia, ditemukan bahwa konsumsi lemak cokelat (Cocoa butter)menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak sapi. Walaupun sama-sama mengandung lemak jenuh tetapi ternyata efek kolesterol yang dihasilkan berbeda.

Kandungan stearat yang tinggi pada cokelat menjadi penyebab mengapa lemak cokelat tidak sejahat lemak hewan, sepertiga lemak yang terdapat dalam cokelat adalah asam oleat yaitu asam lemak tak jenuh, asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun.

Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positif oleat

bagi kesehatan jantung. Coklat juga mengandung theobromine dan kafein, kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek baik bagi yang mengkonsumsinya, oleh karena itu ketika kita merasa lelah atau mengantuk, dengan makan cokelat akan membuat tubuh kita kembali merasa segar.

4

(38)

2.3. Spageti

Spageti adalah mie ala Italia yang berbentuk panjang seperti lidi. Pada umumnya spageti dimasak selama 9-12 menit didalam air mendidih hingga al dente. Al dente artinya tidak lengket di gigi, tidak terlalu mentah atau terlalu matang. Cara memakannya bervariasi tetapi yang sangat dikenal adalah spaghetti alla bolognese yaitu dengan saus daging cincang lalu di taburi keju parmesan parut.

Spageti merupakan salah satu jenis pasta yang dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Spageti terbuat dari tepung yang dihasilkan oleh mereka pada saat itu lalu di olah dengan sedikit air dan telur menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Setelah itu, pasta di giling tipis menjadi lembaran-lembaran, yang merupakan induk pasta yang dikenal sebagai Lasagna. Saat ini telah berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne, Tagliatelle.

Frittata yaitu menu lain dari spageti, merupakan salah satu menu yang di sajikan atau di tawarkan di Death By Chocolate & Spageti Restaurant. Berbahan dasar spageti di campur dengan daging, sayuran, keju dan susu yang kemudian di bakar. Menu frittata ini lebih di kenal dengan sebutan spageti bakar. Itu yang membedakan antara frittata dengan spageti pada umumnya.

2.4. Penelitian Terdahulu

Purihito (2005) Analisis Pengembangan Usahatani Sayuran di Sentul Farm bertujuan untuk menganalisis usahatani sayuran dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.

(39)

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji perubahan pada penurunan produksi sayuran sebesar 20 persen. Kenaikan harga input produksi mencapai 7.7 persen dan penurunan harga jual output sebesar 30 persen. Dari hasil analisis sensitivitas maka proyek layak untuk dilaksanakan hanya pada saat terjadi kenaikan harga input produksi 7.7 persen sedangkan pada dua kondisi yang lainnya proyek tidak layak dilakukan.

Hendratno (2006) dalam penelitiannya mengenai Kelayakan Finansial Pengembangan usahatani Salak lokal menjadi salak pondoh, menyimpulkan bahwa investasi pengusahaan pengembangan usahatani salak pondoh menunjukan bahwa salak pondoh tidaklah layak untuk dikembangkan di Waringinkurung. Hal ini ditunjukan dengan nilai NPV, IRR, dan Net B/C secara berturut-turut adalah Rp 43.818.375,00. 15.72 persen dan 1.7566. Melihat dari hasil analisis tersebut pengembangan usahatani salak pondoh di Waringinkurung dapat menutupi biaya investasi tetapi selama kurun waktu sepuluh tahun, sehingga dirasa tidak layak dilaksanakan.

Dari hasil penggembangan yang telah dilakukan dilihat nilai kelayakan finansial menunjukan bahwa proyek ini tidak memberikan keuntungan seperti salak yang telah ada, sehingga ada baiknya salak lokal lebih dioptimalkan kembali dalam pengusahaanya. Proyek ini dapat dilanjutkan bila prasarana pendukung telah tersedia terutama pasar dan harga input yang bersaing.

Tresnawati (2005) dalam penelitiannya tentang Analisis Kelayakan Usaha Industri Kerajinan Sepatu Sandal pada CV Semart Bogor, bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha industri kerajinan sepatu sandal CV Semart dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Selain itu dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C, payback period dan analisis sensitivitas jika terjadi perubahan biaya bahan baku.

(40)

bahwa pada umumnya usaha pembuatan sepatu sandal CV Semart layak dilaksanakan apabila terjadi peningkatan harga bahan baku sebesar 16 persen.

Abriyanti (2007) mengenai Analisis Kelayakan Pengusahaan Sayuran Organik dengan Membuka Lahan Baru untuk Menambah Greenhouse (kasus di Matahari Farm, Kecamatan Cisarua. Kabupaten Bogor). Bertujuan menganalisis rencana biaya investasi yang besar sehingga matahari farm mengahadapi pilihan dalam penggunaan modal sendiri atau dari luar (Bank dan perorangan) dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net B/C dan payback period.

Penelitian yang dilakukan menggunakan tiga skenario modal untuk investasi. Skenario pertama yaitu dengan modal yang digunakan sendiri, kedua modal yang berasal dari pinjaman bank dan skenario ketiga kombinasi antara skenario pertama dan kedua dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman.

Berdasarkan kriteria analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto 9,75 persen pada skenario pertama dengan modal sendiri, maka pengusahaan sayuran organik (caisim, pakcoy, kalian dan kangkung) kasus di matahari farm, kecamatan cisarua. Kab Bogor layak untuk diusahakan. Melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 430.587.215,00. nilai Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.89 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 797 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu tiga tahun enam bulan.

Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto (suku bunga) 14 persen pada skenario kedua berasal dari pinjaman bank, layak untuk diusahakan melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 77.739.717,00. nilai

Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.23 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 36 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu sembilan tahun lima bulan.

Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto (suku bunga) 12 persen pada skenario ketiga berasal dari dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman layak untuk diusahakan, melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 241.985.717,00 nilai

(41)

diperoleh sebesar 135 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu lima tahun dua bulan. Maka dapat disimpulkan dengan melihat ketiga skenario yang dianalisis maka usaha ini layak untuk dijalankan.

Widianthi (2007) mengenai Analisis Kelayakan Finansial penambahan Mesin Vacuum Frying Usaha Pengolahan Kacang pada PD. Barokah Cikijing. Majalengka, Jawa barat. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi jika terjadi penambahan mesin vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial.

Secara finansial kelayakan usaha mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali dinyatakan layak, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pada tingkat diskonto (suku bunga) 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.405.678.570,00. Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.98 nilai IRR yang diperoleh sebesar 32.22 persen dan nilai payback period (PBP) yaitu tiga tahun sepuluh bulan.

Aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha yang dimulai dari nol dan belum memiliki asset sama sekali, hal ini dapat dilihat dengan nilai NPV yaitu sebesar Rp 553.843.037,00. Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 2.76 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 47.70 persen. Nilai payback period (PBP) yaitu dua tahun enam bulan.

2.5. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan alat analisis data yang serupa seperti metode NPV, IRR, Gross B/C, Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi dan analisis sensitivitas.

(42)

Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif untuk melihat apakah usaha ini nantinya akan layak untuk terus dijalankan atau tidak.

(43)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Biaya Manfaat

Kebutuhan biaya, adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada awal pelaksanaan suatu usaha. Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional.

Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, berupa pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode tahun yang akan datang. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama umur proyek (Gittinger , 1986).

1) Biaya (Cost)

Biaya proyek adalah apa saja yang mengurai persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek, biaya yang dimasukan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek.

(44)

biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.

2) Manfaat atau penerimaan (Benefit)

Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu (Sukirno, 2003). Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits,

dan Intangible benefits. Direct benefits berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek. Sedangkan Intangible benefits yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.

3.1.2. Studi Kelayakan Proyek

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.

(45)

gagasan usaha atau proyek. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan di antara keduanya, terdapat faktor-faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain:

1. Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu suatu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau setelah selesainya suatu proyek.

2. Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari suatu proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek.

3. Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode evaluasi dalam studi kelyakan. Evaluasi dalam studi kelaykan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.

3.1.3. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha

(46)

3.1.3.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Analisis aspek pasar dilakukan dengan mengamati kecenderungan permintaan suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka luas.

Analisis pemasaran dari suatu usaha adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha (Gittinger, 1986). Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan nilai. Kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan (Kottler, 1997).

3.1.3.2 Analisis Aspek Teknis

Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Analisis ini sangat penting, oleh karena itu kerangka kerja suatu usaha harus dibuat dengan jelas agar analisis secara teknis dapat dilaksanakan secara teliti.

Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek teknis antara lain (1) lokasi proyek, (2) besar skala operasi/ luas produksi, (3) kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama, (4) proses produksi dan lay-out tempat yang dipilih, (5) jenis teknologi, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial. Aspek teknis disini teknis yang akan di analisis disini adalah kesesuaian tempat usaha ini dilaksanakan.

3.1.3.3 Analisis Aspek Manajemen

(47)

mengelola proyek. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000).

Menurut Kadariah et.al, (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

3.1.3.4 Analisis Aspek Sosial

Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat. Pertimbangan analisis ini, dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan proyek, sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan mengenai penciptaan lapangan kerja, kualitas masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.

3.1.3.5 Analisis Aspek Finansial

(48)

Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka waktu umur ekonomis yang panjang. Oleh karena itu, studi kelayakan proyek bertujuan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dan menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar.

Menurut Gittinger (1986), rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak.

Metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh di masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya pada masa sekarang” (Gittinger, 1986). Ada beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penilaian kelayakan suatu proyek, yaitu :

1. NPV (Net Present Value)

NPV atau Net Present Value manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang menunjukan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan merupakan jmlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka waktu tertentu (Gray et al., 1978).

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor           Tahun 2004-2008
Tabel 2.  Data Penjualan Produk DBC & Spagheti Restaurant (per bulan)      Tahun 2007-2008
Gambar 1.  Grafik Perkembangan Penjualan Satu Tahun Terakhir                      Sumber: DBC & Spageti Restaurant 2008
Gambar 2.  Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial perluasan kandang, menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing tanpa

Studi kelayakan usaha juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan usaha, baik menolak atau menerima rencana usaha, dan

diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan (limit

Peningkatan biaya variabel seperti harga pakan masuk dalam permasalahan karena biaya variabel (pakan) merupakan biaya utama yang dikeluarkan dalam Usaha lele ini. Kenaikan harga

Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha jamur tiram putih menunjukkan bahwa ketiga skenario yaitu yaitu kondisi Kumbung Jamur D & D

Dengan adanya kekuatan di KPS Bogor, yaitu struktur organisasi sudah berjalan dengan efektif, hubungan yang baik antara pengurus, dengan peluang adanya impor yang banyak di dalam

Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh, sehingga diperlukan suatu analisis kelayakan pengembangan usaha untuk mengetahui apakah usaha budidaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan Bioplus dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan dan analisis kelayakan usaha penggemukan ternak kambing di kelompoktani