• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis finansial usahatani paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis finansial usahatani paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PAPRIKA PADA PT

SAUNG MIRWAN DI KECAMATAN MEGAMENDUNG

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DINA MAS EIRENE WARUWU H34060066

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

RINGKASAN

DINA MAS EIRENE WARUWU. Analisis Finansial Usahatani Paprika pada

PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Skripsi.

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Sayuran merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Salah satu komoditas sayuran yang penting dan terus dikembangkan adalah paprika. Tanaman ini selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri pangan dan obat-obatan. Disamping itu, paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena permintaan akan paprika baik dari dalam dan luar negeri selalu meningkat. Konsumen paprika dalam negeri adalah penduduk asing yang menetap di Indonesia dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang meminta komoditas paprika ini antaralain swalayan, hotel, restoran dan katering. Jawa barat merupakan sentra produksi paprika di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kondisi lahan dan iklimnya yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman paprika. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan besar yang memproduksi paprika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan, menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan finansial usahatani paprika di PT Saung Mirwan. Penelitian dilakukan di PT Saung Mirwan di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer wawancara langsung dengan pihak manajemen usaha, sementara data sekunder diperoleh dari data-data (arsip ) PT Saung Mirwan, serta data lain yang relevan terhadap penelitian. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2010. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi (NPV,IRR, Net B/C, payback period) dan Analisis R/C Ratio. Pengolahan data komputer menggunakan Microsoft Excel dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

PT. Saung Mirwan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Agribisnis tepatnya sebagi produsen dan Trading Company di bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayur-sayuran dengan menerapken teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti Tomat Beef, Tomat Cherry, ketimun Jepang (Kyuuri), cabe Jepang (Shisito) dan Paprika. Adapun tahapan dalam budidaya paprika pada PT Saung Mirwan antaralain persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemasangan tali ajir, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

Usahatani paprika yang dijalankan oleh PT Saung Mirwan menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Rata-rata pendapatan usahatani paprika atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse

seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Sementara nilai R/C yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 1,498 atau lebih besar dari satu.

(3)

3 penjualan yang dicapai oleh PT Saung Mirwan yaitu sebesar Rp. 291.060.000 dengan hasil produksi sebanyak 9900 kg, maka usahatani ini menguntungkan karena hasil penjualan berada di atas titik impas produksi.

Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang dihasilkan usahatani paprika di PT Saung Mirwan pada tingkat suku bunga 8,74 % adalah sebesar 628.241.033 yaitu lebih besar dari nol. Artinya selama 25 tahun investasi usahatani paprika di PT Saung Mirwan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.628.241.033. Nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16%. Nilai Net B/C yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,628 dan masa pengembalian investasi kurang dari umur usaha yaitu 9 tahun 6 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak dan menguntungkan untuk dijalankan.

(4)

4

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PAPRIKA PADA PT

SAUNG MIRWAN DI KECAMATAN MEGAMENDUNG

KABUPATEN BOGOR

DINA MAS EIRENE WARUWU H34060066

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

5 Judul Penelitian : Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di

Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Nama : Dina Mas Eirene Waruwu

NRP : H34060066

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Joko Purwono, MS

NIP. 1960 0606 198601 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1002

(6)

6

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, Juni 2011

(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dina Mas Eirene Waruwu, dilahirkan di Haranggaol pada tanggal 21 Februari 1989. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elizaro Waruwu (Alm) dan Ibu Elminar Damanik.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 091358 Haranggaol pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SMP swasta GKPS 6 Haranggaol pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 4 Pematangsiantar diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2006. Penulis mengikuti Tingkat Persiapan Bersama selama setahun dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan segala keajaiban di dunia tempat manusia berpijak. Kekayaan alam dan keindahan panorama yang ada bagai anugerah bagi makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud kasih-Nya akan dunia ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya wajib menjaga dan melestarikan alam dan segala isinya, sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.

Penelitian ini menganalis pendapatan usahatani pada PT Saung Mirwan. Selain itu dianalisis juga kelayakan investasi usahatani paprika di lokasi penelitian.

Dengan segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor” ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

(9)

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Joko Purwono, Ms selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Burhanuddin, MM dan Ir. Harmini, M.Si sebagai dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Harmini, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas bimbingan dan perhatiannya selama masa perkuliahan.

4. Kedua orangtua, abang-abang; Memory M. Waruwu, Imanuel G. Waruwu, Junias H. Waruwu, dan keluarga besar untuk setiap doa, dukungan, perhatian, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.

5. Segenap dosen dan staff Departemen Agribisnis serta Departemen Agribisnis yang memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan.

6. Pihak PT Saung Mirwan Bagian Produksi yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

7. Sahabat-sahabat (Prita, Wiwi, Anica, Corry, Yomi, Dwi Novita, Silvia, Debora, Kartika, Desma, Poppy, Alda) atas motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Agribisnis angkatan 43, 44, dan 45 atas semangat dan kenangan selama masa perkuliahan, serta abang, teman, dan adik-adik di PMK IPB khususnya Komisi Pelayanan Khusus atas doa dan dukungannya, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

(10)

10

3.1.1 Konsep Pendapatan Usahatani ... 13

3.1.2. Analisis Proyek ... 14

3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi ... 15

3.1.4. Analisis Finansial ... 16

3.1.5. Analisis Sensistivitas ... 18

3.2. Kerangka Operasional ... 19

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani ... 22

4.5.2. Analisis Kelayakan Investasi ... 24

4.5.3. Analisis Sensitivitas ... 27

4.5.4. Asumsi Dasar ... 27

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29

5.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 29

5.2. Sejarah Perusahaan ... 30

(11)

11

5.3.1. Penggunaan Input Produksi ... 32

5.3.2. Teknik Budidaya Paprika ... 37

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

6.1. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan ... 42

6.2. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Paprika ... 46

6.3 Analisis Switching Value ... 49

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

7.1. Kesimpulan ... 51

7.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(12)

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

Periode Tahun 2003-2006 ... 1 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di

Pulau Jawa Tahun 2008-2009 ... 3 3. Kandungan Gizi Paprika dalam setiap 100 gram Bahan

yang Dapat Dimakan... 7 4. Rincian Tenaga Kerja pada budidaya paprika di PT

Saung Mirwan ... 36 5. Hasil Penerimaan Paprika Selama Satu Musim Tanam

Dari Greenhouse seluas 4800 m2 ... 43 6. Rincian Biaya yang dikeluarkan dalam produksi paprika

selama satu periode tanam ... 44 7. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika pada PT Saung

Mirwan untuk satu periode tanam... 45 8. Titik Impas Produksi Usahatani Paprika di PT

Saung Mirwan ... 46 9. Analisis Kelayakan Finansial Paprika di PT Saung Mirwan

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Produksi Paprika PT Saung Mirwan (kg) Bulan

Nopember 2009-Maret 2010 ... 5 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20 3. Bentuk Bangunan Greenhouse Budidaya Paprika di

PT Saung Mirwan ... 33 4. Tangki penampung nutrisi, kolam penampungan air,

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Cashflow Usahatani Paprika ... 56 2. Analisis Sensitivitas pada saat penurunan produksi

(NPV=0) ... 58 3. Analisis Sensitivitas pada saat kenaikan harga pupuk

(15)

15

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini disebabkan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia bergerak di sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, Sebesar 41.18 persen penduduk Indonesia memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor ini. Pada tahun 2008, sektor pertanian menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDB Indonesia, yaitu sebesar 14,4 persen (BPS 2009).

Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor, yaitu subsektor pangan, hortikultura dan perkebunan. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Subsektor hortikultura ini meliputi sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka atau obat-obatan. Berdasarkan data dari Direktorat Hortikultura Departemen Pertanian RI (2008), nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dari subsektor Hortikultura selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2003 sampai 2006 seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun 2003-2006

No Kelompok Komoditas Nilai PDB (juta rupiah)

2003 2004 2005 2006 1 Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448 2 Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694 3 Biofarmaka 565 722 2.806 3.762 4 Tanaman Hias 4.501 4.609 4.662 4.734 Total Hortikultura 53.885 56.844 61.792 68.639 Sumber : Dirjen Hortikultura (2008)

(16)

16 kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Sayuran memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia seperti serat, vitamin, kalsium, zat besi, dan gizi lainnya yang dapat mencegah kehadiran penyakit (Tim Penulis PS 2008).

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan pangan yang semakin bertambah pula. Termasuk dalam hal ini adalah sayuran yang merupakan bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan akan sayuran dari dalam negeri. Selain di pasar domestik, permintaan produk sayuran untuk ekspor dari Indonesia juga cenderung meningkat. Kecenderungan tersebut terlihat pada negara-negara maju di belahan dunia subtropis yang sangat antusias mengonsumsi sayuran tropis. Peranan penting dari sayuran dan permintaannya yang terus meningkat menunjukkan pentingnya pengembangan produk sayuran di Indonesia.

Salah satu komoditas sayuran yang penting dan terus dikembangkan adalah paprika. Paprika merupakan tanaman sayuran yang umumnya dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Tanaman ini selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman. Disamping itu, paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena permintaan akan paprika baik dari dalam dan luar negeri selalu meningkat. Konsumen paprika dalam negeri adalah penduduk asing yang menetap di Indonesia dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang meminta komoditas paprika ini antaralain swalayan, hotel, restoran dan katering (Cahyono, 2003).

(17)

17 usaha paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen paprika di Pulau Jawa pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Pulau Jawa

Tahun 2008-2009

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2010)

Keterangan : *Angka Sementara

Tabel 2 menjelaskan pada tahun 2009 hanya dua provinsi yang memproduksi paprika yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil paprika terbesar di Pulau Jawa yang selanjutnya diikuti oleh Jawa Timur. Potensi pengembangan paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 197,37 persen dari tahun 2008, sedangkan Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 417,65 persen dari tahun 2008.

Jawa Barat merupakan sentra produksi paprika di Indonesia. Tahun 2008, provinsi Jawa Barat memproduksi 1.674 ton paprika atau 79,19 persen dari produksi paprika nasional dengan produktivitas 44,5 ton per heltar. Beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang menjadi sentra paprika adalah Kabupaten Bandung, Garut, Cianjur, dan Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi lahan dan iklim di Jawa Barat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman paprika. Oleh karena itu pengembangan tanam paprika di Jawa Barat masih potensial dan memiliki prospek yang baik.

No Provinsi

(18)

18 PT. Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan besar di Bogor yang memproduksi paprika disamping berbagai sayuran lainnya dan bunga-bungaan. Sebagian besar kebutuhan paprika supermarket dan restoran di kota Bogor dan sekitarnya dipasok PT. Saung Mirwan. Kemampuan PT Saung Mirwan untuk memenuhi permintaan pasar akan paprika dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan tersebut dalam memproduksi paprika. Paprika yang di produksi perusahaan tersebut merupakan paprika yang dibudidayakan di bawah naungan (greenhouse) sehingga kondisi lingkungan dan nutrisi dapat terkontrol. Sementara untuk membangun greenhouse diperlukan investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kajian finansial usaha paprika menjadi sangat strategis.

1.2 Perumusan Masalah

Paprika merupakan komoditas yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena selain permintaan pasar baik lokal maupun ekspor masih cukup tinggi. Selain itu paprika juga termasuk sayuran yang bernilai ekonomis tinggi karena selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, paprika juga digunakan untuk industri pengolahan. Namun, budidaya paprika di Indonesia masih tergolong sedikit. Hal ini disebabkan oleh syarat hidup tanaman ini yang menuntut budidaya dilakukan di daerah tertentu seperti dataran tinggi dengan suhu optimum 16-25 derajat Celsius dan kelembaban udara sekitar 80 sampai 90 persen.

(19)

19

Gambar 1. Produksi Paprika PT Saung Mirwan (kg) Bulan Nopember 2009-Maret 2010 Sumber : Laporan Bulanan Divisi Produksi PT Saung Mirwan (diolah)

Dalam pengembangan agribisnis paprika, faktor kuantitas, kualitas dan kontinuitas pasokan menjadi suatu persyaratan keberhasilan suatu usaha. Namun, permasalahan yang terjadi pada PT Saung Mirwan salah satunya adalah tidak terpenuhinya permintaan akan paprika dari segi kuantitas. Adapun permintaan paprika untuk pasar lokal adalah 1 ton per minggu. Namun rata-rata produksi paprika di PT Saung Mirwan selama ini adalah 730 kg per minggu. Sementara untuk meningkatkan produksi guna memenuhi gap Permintaan pasar, diperlukan investasi yang besar berupa greenhouse. Selain itu, untuk membudidayakan paprika juga diperlukan nutrisi serta kondisi lingkungan seperti cuaca, pengendalian hama dan penyakit serta keterampilan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini antara lain :

1) Bagaimanakah gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan?

2) Bagaimanakah tingkat pendapatan usahatani paprika pada Divisi Produksi PT Saung Mirwan?

(20)

20

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan. 2) Menganalisis pendapatan usahatani paprika pada Divisi Produksi PT Saung

Mirwan.

3) Menganalisis kelayakan finansial usahatani paprika di PT Saung Mirwan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pengembangan usahatani paprika.

2) Bagi masyarakat atau investor, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam mempertimbangkan investasi di usaha paprika.

3) Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai studi kelayakan agribisnis.

1.5 Ruang Lingkup

(21)

21

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tanaman Paprika

Tanaman paprika (Capcisum annum var grossum) merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Umumnya paprika diproduksi oleh petani modern dan sebagian diantaranya menanam paprika dengan sistem hidroponik. Di Indonesia tanaman paprika baru berkembang di daerah Dieng (Jawa Tengah), Puncak dan Lembang (Jawa Barat), serta Brastagi (Sumatera Utara)

Tanaman paprika buahnya besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, rasa buah tidak pedas dan seperti yang tertera pada Tabel 2 paprika kaya akan karoten, vitamin B serta vitamin C. Buah cabe umumnya mengandung Capcaisin yang menyebabkan rasa pedas pada cabe, namun zat ini hampir tidak ada dalam cabe paprika sehingga rasa cabe itu tidak pedas (Cahyono, 2003).

(22)

22 Tanaman paprika merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, perakarannya menyebar horizontal dan sangat eksentif. Batang utama tegak, halus, pangkalnya berkayu dan bercabang banyak. Daun tunggal, berbentuk bulat telur mengkilat serta ujungnya runcing dengan berbagai ukuran. Bunga paprika tunggal, menunduk, kelopak bunga berbentuk soliter, mahkota bunga berwarna putih, benang sari lima buah dan bunga muncul dari ketiak daun. Tanaman menyerbuk sendiri dan dapat juga terjadi penyerbukan silang.

Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, tanaman paprika banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim, topografi, dan kesuburan tanah. Tanaman Paprika memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 18-230C. Pada suhu diatas 230C akan mempengaruhi proses pembentukan buah.

Dengan kelembaban udara berkisar 80 persen, tanaman paprika merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paprika, sehingga untuk menanggulanginya dibutuhkan naungan. Dengan diberikan naungan maka hasilnya akan lebih baik selama pertumbuhannya, bobot buah lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tanpa menggunakan naungan.

Budidaya paprika dengan sistem naungan atau rumah kaca (greenhouse) memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Cahyono, 2003) :

1) Dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

2) Menciptakan lingkungan yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil (buah).

3) Melindungi tanaman dari curahan air hujan yang deras sehingga dapat mencegah gugur bunga dan bakal buah.

4) Melindungi tanaman dari sengatan cahaya matahari. 5) Mencegah serangan hama dan penyakit.

6) Dapat mengurangi defisit air.

7) Mengatur temperatur dan kelembaban tanah sehingga sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

(23)

23 Ketinggian yang optimal untuk tanaman paprika ratarata berkisar 700 -1.500 m dpl, dalam ketinggian tersebut suhu udara dan kelembabannya sangat baik. Namun kemudian tidak menutup kemungkinan paprika dapat ditanam di dataran rendah dengan sistem rumah kaca yang terkontrol atau naungan plastik untuk menghindari teriknya sinar matahari yang berlebihan. Untuk daerah Jawa banyak ditanam di daerah Dieng, Puncak dan Lembang, Tawangmangu, dan Malang.

Tanaman paprika memerlukan kondisi tanah yang subur, gembur, drainase baik, bebas dari hematoda, bakteri dan cendawan. Penanaman dapat dilakukan pada dataran tinggi dan dataran rendah. Paprika banyak tumbuh pada banyak jenis tanah, dari pasir sampai liat berat dan yang paling baik adalah pada tanah lempung berpasir. Ukuran pH tanah yang cocok untuk paprika berkisar 5,5-6,5 (Iman, 1996 dalam Kartikasari, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini akan dianalisis pendapatan usahatani dan kelayakan finansial usahatani paprika. Beberapa penelitian yang meneliti tentang pendapatan usahatani paprika antara lain Nadhwatunnaja (2008) yang menganalisis pendapatan usahatani dan faktor-daktor yang memepengaruhi produksi paprika hidroponik di desa Pasir Langu, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Ningsih (2005) yang menganalisis usahatani hidroponik paprika di desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung.

(24)

24 Kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik di desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Bandung menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena hasil R/C yang diperoleh dari kedua penelitian tersebut lebih dari satu. Keuntungan yang diperoleh dapat dilihat dari penerimaan yang lebih besar dari biaya total.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian dan analisis perhitungan pendapatannya yang menggunakan analisis usahatani yang juga menghitung nilai rasio antara penerimaan dan biaya totalnya. Perbedaannya adalah teknik budidayanya dimana pada penelitian sebelumnya meneliti paprika hidroponik sementara dalam penelitian ini meneliti paprika yang diusahakan dengan media tanam tanah. Perbedaan lainnya terdapat pada pemilihan responden dimana penelitian sebelumnya meneliti petani sebagai responden sementara dalam penelitian ini respondennya adalah perusahaan.

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang kelayakan usahatani paprika antara lain Badrutamam (2005) yang meneliti tentang pengembangan usahatani cabai paprika pada tiga sistem hidroponik di PD. Lima Bersaudara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat serta Ginting (2009) yang menganalisis kelayakan investasi pengusahaan paprika dan timun jepang hidroponik pada PT. Horti Jaya Lestari di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian yang dilakukan oleh Badrutamam (2005) lebih berfokus pada membandingkan kelayakan dari tiga sistem usahatani paprika hidroponik, yaitu sistem penyiraman manual, sistem irigasi tetes, dan sistem NFT. Sementara penelitian Ginting (2009) fokus pada membandingkan kelayakan investasi usaha paprika dan timun jepang hidroponik dengan dua skenario yaitu menggunakan modal sendiri dan menggunakan modal pinjaman.

Kedua penelitian tersebut menggunakan kriterian NPV, IRR, Net B/C dan

payback period sebagai kriteria kelayakan finansial investasi usahatani paprikanya. Keduanya juga menganalisis sensitivitas usaha dengan menggunakan analisis switcing value.

(25)

25 paling layak adalah sistem NFT karena menghasilkan nilai Net B/C terbesar, masa pengembalian investasi yang lebih cepat dan memiliki tingkat keberhasilan serta produktivitas yang lebih tinggi. Sementara hasil penelitian Ginting (2009) menunjukkan bahwa dari dua skenario yang diteliti hanya satu skenario yang dinyatakan layak yaitu skenario investasi dengan menggunakan modal sendiri karena menghasilkan NPV yang positif sebesar 13239689, Net B/C yang lebih besar dari satu (3,087 ) dan IRR sebesar 26% atau lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku . Skenario dengan menggunakan modal pinjaman dinyatakan tidak layak karena menghasilkan NPV yang negatif.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan kedua penelitian terdahulu diatas. Persamaanya adalah objek penelitian dan kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas usaha menggunakan analisis

(26)

26

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Usahatani adalah setiap organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di bidang pertanian. Ketatalaksanaan organisasi ini berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau oleh sekumpulan orang-orang segolongan sosial-baik yang berikatan geneologis maupun teritorial sebagai laksanawannya (Tjakrawiralaksana,1985).

Mosher (1989) dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat atau bagian permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Dalam usahatani, tanaman yang diusahakan tidak terbatas pada suatu macam tanaman tertentu tetapi dapat terdiri atas berbagai macam tanaman, ternak, dan ikan.

Berdasarkan deinisi usahatani diatas, maka terdapat empat unsur utama dalam usahatani yang lebih dikenal sebagai faktor produksi dan penggunaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Keempat unsur tersebut yaitu lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan atau manajemen (Tjakrawiralaksana,1985).

Lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi, yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian dan tempat pemukiman keluarga tani. Lahan untuk usahatani dapat diperoleh dengan bermacam cara antara lain membeli, menyewa, membagi hasil/menyakap, menggadai, diberi dalam hubungan warisan atau hadiah, serta pinjam dengan hak pakai. Lahan memiliki sifat-sifat khusus seperti luas yang relatif tetap, tidak dapat dipecah-pecahkan sehingga relatif sulit diubah oleh petani dalam proses produksi.

(27)

27 Modal adalah uang atau barang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain menghasilkan barang-barang. Modal dalam usahatani sering diklasifikasikan ke dalam: modal tetap (fixed capital), seperti lahan dan bangunan; modal kerja/usaha (working capital) seperti alat-alat, mesin, tanaman di lapangan dan ternak produksi yang dipelihara; dan modal lancar/berubah (current/variable capital) seperti bibit/benih tanaman, pupuk, obat-obatan dan makanan ternak, serta uang tunai untuk upah buruh.

Pengelolaan adalah unsur produksi yang sifatnya tidak berbentuk, akan tetapi peranannya penting dalam produksi. Pengelolaan yaitu faktor yang menggerakkan unsur-unsur produksi lainnya dalam tujuan menghasilkan produk yang diinginkan. Dalam usahatani, peran pengelolaan biasanya dibawakan oleh orang yang disebut petani.

Budidaya paprika termasuk ke dalam kegiatan usahatani karena di dalamnya terdapat unsur-unsur usahatani yaitu adanya tanaman yang diusahakan berupa paprika, petani sebagai pengelola atau pemilik, lahan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi, dan biaya sebagai modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan produk pertanian pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih biaya dan penerimaan disebut dengan pendapatan usahatani.

3.1.1 Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dapat digambarkan sebagai balas jasa dari penggunaan faktor produksi. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani.

Besarnya pendapatan usahatani tergantung dari penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang digunakan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang dihasilkan dengan harga satuan produk yang dimaksud. Sedangkan pengeluaran adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan sarana produksi yang bersangkutan.

(28)

28 1. Biaya tetap, yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan bunga pinjaman;

2. Biaya variabel, merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan, yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya: pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman.

3. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman. Sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga;

4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan), yaitu biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri, (biaya tetap) dan tenaa kerja keluarga. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dibandingkan metode produksi lainnya apabila menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk tingkatan korbanan marjinal yang sama atau dapat mengurangi input untuk memperoleh output yang sama. Ukuran efisiensi usahatani dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C

ratio). Perbandingan tersebut menggambarkan penerimaan yang diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Usahatani dikatakan efisien apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C ratio, maka usahatani yang dilakukan semakin efisien.

3.1.2 Analisis Proyek

(29)

29 Studi kelayakan proyek adalah suatu analisis terhadap proyek tertentu baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang, dan selsesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu:

1. manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Artinya apakah proyek yang bersangkutan dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.

2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara (sering juga disebut manaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi

ekonomi suatu negara.

3. Manfaat sosial proyek yang bersangkutan bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.

Tujuan dilaksanakannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Pengeluaran modal memiliki arti yang sangat penting karena (Husnan dan Suwarsono,1994):

1. pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang;

2. pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah yang sangat besar; 3. komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah. Pasar untuk

barang modal bekas, mungkin tidak ada terutama untuk barang-barang modal yang sangat khusus sifatnya. Karena itu sulit untuk mengubah keputusan pengeluaran modal.

3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi

Dalam suatu kegiatan investasi, keputusan menanam modal adalah suatu keputusan yang mengandung risiko besar. Untuk melihat besarnya manfaat yang diterima dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi perlu dilakukan analisis kelayakan investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek.

(30)

30

value of money. Pengukuran kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan perhitungan berdiskonto maupun tidak berdiskonto. Perbedaan antara keduanya adalah konsep time value of money yang diterapkan pada perhitungan berdiksonto.

Diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya” pada

masa sekarang (Gittinger,1986). Sedangkan perhitungan tanpa diskonto belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima.

Konsep time value of money mempunyai arti bahwa sejumlah uang yang tersedia pada saat ini akan lebih berarti dibandingkan sejumlah uang yang sama beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh dua unsur yaitu time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan datang), dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et.al, 1976).

3.1.4. Analisis Finansial

Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam

proyek. Hasil finansial sering disebut “private returns”. Analisis finansial dalam

studi kelayakan proyek dapat menggunakan kriteria-kriteia penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio), dan Payback Period. Metode penilaian investasi tersebut digunakan untuk menilai suatu proyek menguntungkan atau tidak.

3.1.4.1.Net Present Value (NPV)

NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisish antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria kelayakan berdasarkan metode NPV yaitu :

(31)

31 2. NPV=0, proyek yang bersangkutan mampu mengembalikan persis sebesar

social opportunity cost faktor produksi modal. Proyek dikatakan tidak untung dan tidak rugi;

3. NPV<0, proyek tidak menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan atau proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3.1.4.2.Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. Atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari discount rate yang ditentukan maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR menggambarkan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

3.1.4.3.Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)

Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika Net B/C = 1 maka proyek hanya mampu mengembalikan sebesar opportunity cost-nya, jika Net B/C>1 maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan jika Net B/C<1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah.

3.1.4.4.Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)

Tingkat pengembalian investasi merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Oleh karena itu satuan hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika periode

(32)

32 Beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek yaitu: 1. Umur ekonomis aset, yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut

dapat meminimumkan biaya tahunannya;

2. Umur teknis aset, biasanya pedoman ini digunakan untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali.

3.1.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Proyek-proyek pertanian umumnya sensitif terhadap perubahan-perubahan empat variabel yaitu:

1. harga jual output

2. keterlambatan pelaksanaan 3. kenaikan biaya

4. hasil produksi

Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen cashflow

(inflow atau outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kriteria investasi.

Tujuan analisis sensitivitas adalah :

1. memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan; 2. memperbaiki disain proyek sehingga dapat meningkatkan NPV;

3. mengurangi risiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil.

(33)

33 masih dapat diterima. Atau dicari sampai NPV=0, Net B/C =1, dan IRR= tingkat

discount factor yang digunakan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

PT Saung Mirwan merupakan salah satu produsen paprika di Bogor. Perusahaan ini membudidayakan paprika karena tanaman tersebut merupakan komoditi yang potensial karena permintaannya yang terus meningkat. Jawa barat merupakan sentra produksi paprika, namun di Kabupaten Bogor usahatani paprika masih tergolong sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor Tahun 2009 luas panen tanaman paprika di Kabupaten Bogor hanyalah sebanyak 2 Ha dan produksinya hanya sebesar 4,6 ton atau 0,38 persen dari total produksi tanaman sayuran di Kabupaten Bogor.

PT Saung Mirwan juga menghadapi permintaan yang tinggi terhadap paprika. Rata-rata permintaan paprika yang diterima oleh PT Saung Mirwan adalah 1 Ton per minggu. Namun perusahaan tersebut hanya dapat memenuhi sekitar 730 kg paprika setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani paprika di PT Saung Mirwan masih perlu untuk dikembangkan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian dari sisi finansial usahatani paprika. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui efisiensi usahatani yang dijalankan dan kelangsungan usahataninya di masa mendatang.

Analisis finansial usahatani yang dikaji adalah mengenai analisis pendapatan (nilai R/C, Titik Impas Produksi (TIP)) untuk mengetahui tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani yang dijalankan. Kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial usahatani melalui analisis beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Selain itu dilakukan analisis switching value untuk melihat berapa persen perubahan pada variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga proyek dikatakan masih dapat diterima. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelangsungan usahatani di masa mendatang.

(34)

34

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Saung Mirwan

Usaha Budidaya Paprika

Analisis Pendapatan Usahatani: Analisis R/C Titik Impas Produksi (TIP)

Rekomendasi Pengembangan Usaha

Gap permintaan dan hasil produksi

Analisis Kelayakan Usahatani:

NPV IRR Net B/C

Payback Period Switching Value

Layak/Tidak Layak

(35)

35

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan yang bergerak di bidang bunga dan sayuran yaitu PT Saung Mirwan di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar yang memproduksi dan memasok kebutuhan paprika di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Agustus 2010.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian dengan metode deskriptif dengan jenis metode kasus atau studi kasus. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dan suatu kelas peristiwa. Sedangkan metode studi kasus merupakan prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Objek penelitian ini adalah PT Saung Mirwan dan yang menjadi subjek adalah orang-orang yang menjadi kunci di dalam perusahaan dan pihak-pihak yang dapat mendukung dalam pemerolehan data serta informasi.

4.3 Data dan Instrumentasi

(36)

36 Jendral Hortikultura (Ditjen Hortikultura), Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan world wide web.

Instrumentasi yang digunakan adalah dengan daftar pertanyaan, dan alat pencatat. Daftar pertanyaan digunakan sebagai bantuan bagi penulis dalam menentukan alur pertanyaan dalam wawancara terhadap subyek yang diteliti sehingga memudahkan dalam proses analisis, sedangkan alat pencatat merupakan alat pembantu bagi peneliti untuk menuangkan hasil wawancara dan analisis yang didapatkan selama pengumpulan data.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan, merupakan cara untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dilakukan pada pihak-pihak yang potensial dalam memberikan keterangan mengenai biaya dan penggunaan faktor-faktor produksi paprika diantaranya Kepala Divisi Produksi dan Kordinator Humas PT Saung Mirwan.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam peneliatian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan usahatani paprika di lokasi penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani paprika. Data dan informasi yang diperoleh disusun dalam bentuk tabulasi agar lebih mudah untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator serta aplikasi komputer Ms Excel.

4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani

(37)

37

Variable Cost). TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat. Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Tingkat pendapatan suatu usaha dapat dirumuskan sebagai berikut :

Q = Jumlah produk yang dihasilkan TFC = Total Fixed Cost

TVC = Total Variable Cost

Untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh oleh petani untuk setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan dapat diketahui dengan nilai R/C. Imbangan penerimaan dengan biaya (revenue- cost ratio atau R/C) adalah perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Ratio = TR/TC

Secara teoritis nilai R/C = 1 menggambarkan keadaan usahatani yang tidak untung dan tidak rugi. Usahatani dapat dikatakan untung apabila nilai R/C >1 (R>C). sebaliknya jika R/C <1 (R<C) maka usahatani itu rugi. Semakin besar nilai R/C maka usahatani yang dilakukan semakin menguntungkan.

(38)

38 maka biaya yang dikeluarkan harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, serta harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah dalam

range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap.

Hasil penjualan dikurangi biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Rasio antara margin dan hasil penjualan disebut dengan marginal income ratio. Dalam keadaan impas labanya adalah nol, maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan marginal income ratio-nya, akan diperoleh tingkat penjualan (dalam rupiah) yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita rugia ataupun memperoleh laba. Titik impas dalam rupiah dapat ditentukan dengan rumus (Munawir, 1995):

Titik impas (dalam rupiah) =

Untuk mengetahui kelayakan budidaya paprika maka akan dibandingkan antara manfaat dan biaya untuk menghitung beberapa kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, net B/C, dan tingkat pengembalian investasi (payback period).

4.5.2.1Net Present Value (NPV)

(39)

39

NPV =

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp) Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)

n = umur proyek (tahun)

i = tingkat suku bunga per tahun

Nilai NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari proyek/usaha selama umur proyek pada discount rate tertentu. Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV > 0.

4.5.2.2Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang, atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Cara menghitung IRR adalah dengan cara mencari tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif, selanjutnya dicari lagi tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Husnan dan Suwarsono, 1999). Perkiraan IRR diperoleh dengan interpolasi berdasarkan perhitungan tingkat buang dan NPV yang sudah dilakukan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

IRR =

Keterangan :

i1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

(40)

40

4.5.2.3Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika

net B/C > 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan. Net B/C dapat dihitung biaya tambahan manfaat bersih yang akan dihasilkan adalah sebesar nilai net B/C.

4.5.2.4Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)

Payback period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali karena itu satuan hasilnya bukan presentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan dan layak dilaksanakan.

Perhitungan payback period dilakukan dengan metode discounted payback period dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikumulatifkan dari tahun ke tahun. Dengan demikian akan didapatkan tahun-tahun ketika manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif dan tahun-tahun-tahun-tahun ketika manfaat bersih bernilai positif, yang menadakan bahwa investasi sudah kembali (Ibrahim 1998 dalam Yunus 2005).

(41)

41

4.5.3 Analisis Sensitivitas

Variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis). Dalam analisis nilai pengganti, dicari berapa banyak elemen yang kurang baik yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Variabel yang diduga dapat menyebabkan perubahan terhadap kelayakan investasi paprika di PT Saung Mirwan adalah upah tenaga kerja dan produksi paprika.

Pengujian dengan menggunakan nilai pengganti yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan berapa besarnya proporsi penurunan produksi paprika dan proporsi kenaikan upah tenaga kerja tetap akibat manfaat sekarang neto menjadi nol. Nilai nol itu tentu saja akan membuat perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu.

4.5.4 Asumsi Dasar

Dasar-dasar perhitungan yang berfungsi sebagai asumsi dasar yang digunakan dalam analisis pendapatan usahatani dan analisis kelayakan finansial antara lain :

1. Umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis greenhouse yaitu 25 tahun. Pertimbangannya adalah bangunan greenhouse merupakan aset yang paling penting dalam budidaya paprika serta aset dengan umur ekonomis yaang

3. Tingkat kontaminasi atau kegagalan pertumbuhan adalah sebesar 10 persen. 4. Modal yang digunakan adalah modal sendiri.

5. Tingkat diskonto yang dipakai adalah 8,74 persen. Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka 12 bulan beberapa bank hasil olahan PIPU per november 2008.

6. Rata-rata produksi paprika dalam satu musim tanam adalah 2 kg per pohon. 7. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang terjadi pada saat

(42)
(43)

43

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Perusahaan

PT. Saung Mirwan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Agribisnis tepatnya sebagi produsen dan “Trading Company” di bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayur-sayuran dengan menerapken teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti Tomat Beef, Tomat Cherry, ketimun Jepang (Kyuuri), cabe Jepang (Shisito) dan Paprika.

Visi PT Saung Mirwan adalah Menjadi Salah Satu Leader di Bidang Agribisnis dengan Menerapkan Teknologi Tepat Guna untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pertanian. Sedangkan Misi perusahaan ini antara lain :

 Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar.

 Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan.

 Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.

 Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis.

Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya stek bunga Krisant, bunga Pot Krisant, Bunga Potong dan juga dengan menggunakan Greenhouse. PT. Saung Mirwan memulai kegiatannya pada tahun 1984 dengan mengambil domisili di desa Sukamanah Kecamatan megamendung, kabupaten Bogor. luas areal yang dimilikinya saat ini kurang lebih 11 ha dimana hampir seluas 4 ha terdiri dari bangunan greenhouse dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern seperti irigasi tetes dengan segala sarana penunjangnya. Lokasinya berada pada ketinggian 670 m d.p.l dan cukup strategis karena hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam perjalanan dengan kendaraan dari Jakarta.

(44)

44 pemilik PT Saung Mirwan dengan pakar-pakar pertanian di negeri Belanda yang unggul dengan produk-produk pertaniannya memberikan keuntungan tersendiri kepada PT. Saung Mirwan karena seringnya mereka berkunjung ke PT. Saung Mirwan untuk memberikan konsultasi atas berbagai hal mulai dari masalah teknologi, informasi pasar, koperasi dan juga kemitraan. Hingga saat ini PT. Saung Mirwan telah mengadakan kerjasama dengan tidak kurang dari 250 mitra yang tersebar di berbagai darah seperti sekitar Bogor, Sukabumi, Bandung, Lembang, Cipanas, dan Garut.

5.2Sejarah Perusahaan

Sejarah Singkat Saung Mirwan 1984-1987

PT. Saung Mirwan memulai kegiatannya diawali dengan kegemaran pemilik perusahaan terhadap tanaman. Tatang (Theo) Hadinata adalah pemilik dan pimpinan PT.Saung Mirwan yang pada awalnya adlah seorang pengusaha konstruksi. Dengan bantuan beberapa orang karyawan T. Hadinata mulai menanam melon diatas lahan terbuka. Pada akhir tahun 1985 dengan cara menyewa lahan seluas 7 ha di daerah Cipanas, Cianjur, T. Hadinata mulai menanam Bawang Putih dengan bantuan 100 orang karyawan. Di tempat yang sama juga mulai ditanam berbagai jenis sayuran lain. Usaha tersebut mengalami penurunan pada tahun terakhir sehingga T. Hadinata memutuskan untuk mengembalikan usaha di sekitar Sukamanah.

1988-1991

T. Hadinata mulai mencoba usaha tanaman di dalam Greenhouse dengan sistem tetes irigasi. Hasil percobaan pertama menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga ia memutuskan untuk memperbesar usaha ini dengan jenis tanaman melon, paprika, tomat kyuuri, dan shisito. Pada akhir tahun 1991 luas area

greenhouse telah mencapai sekitar 1,5 ha.

1991-1994

(45)

45 memproduksi stek Krisant yang sudah berakar (Rooted Cutting), yang kemudian dilanjutkan dengan produksi bunga potong. Hasil percobaan yang memuaskan mendorong PT. Saung mirwan untuk membentuk divisi Bunga dan mulai memproduksinya secara komersil untuk pasar lokal.

1995-sekarang

Pengembangan usaha penanaman bunga sehingga mencapai luasan greenhouse

sekitar 1,4 ha, sedangkan greenhouse sayur mencapai 2 ha. Tuntutan pasar memaksa PT Saung Mirwan untuk mengingkatkan produksi sayur, namun karena keterbatasan Sumberdaya Manusia PT. Saung Mirwan melakukannya dengan sistem kemitraan. Mula-mula dimulai dengan petani kecil di sekitar Sukamanah, yang kemudian meluas sampai ke daerah Bandung dan sekitarnya sehingga mencapai sekitar 250 orang. Pada tahun 1999 PT. Saung Mirwan bekerjasama dengan Deliflor Chrysanthen B.V. melakukan percobaan ekspor unrooted cuttings Chrysanemum dengan membuka lahan produksi tambahan.

5.3. Keragaan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan

Penanaman paprika di PT Saung Mirwan dimulai sejak tahun 1988 di kebun Cipanas. Namun untuk budidaya paprika di Kebun Lemah Nendeut baru dimulai pada tahun 2009 karena sebelumnya kebun di Lemah Nendeut difokuskan untuk budidaya bunga. Jumlah greenhouse yang digunakan sebanyak tiga bangunan dengan luas lahan total 14256 m2.

Masing-masing greenhouse memiliki luas yang berbeda. Greenhouse A memiliki luas 3696 m2 dan dibagi menjadi 16 lokasi . Greenhouse B memiliki luas 4800 m2 dan dibagi menjadi 20 lokasi. Greenhouse C memiliki luas 5760 m2 dan dibagi menjadi 24 lokasi. Masing-masing lokasi terdiri dari lima bedeng untuk penanaman.

(46)

46 biasanya jarak waktu penanaman antar greenhouse berkisar satu sampai enam minggu.

Melalui ketiga greenhouse tersebut, hingga saat ini PT Saung Mirwan telah berproduksi sebanyak 18 kali tanam. Paprika yang dihasilkan adalah paprika berwarna hijau, merah, dan kuning. Paprika hijau merupakan paprika merah atau kuning yang masih muda, sedangkan buah paprika merah dan kuning merupakan buah matang dari paprika.

5.3.1. Penggunaan Input Produksi

Dalam mengusahakan produk pertanian dibutuhkan sumberdaya yang dapat mendukung terciptanya suatu produk. Sumberdaya yang digunakan saat faktor produksi dikenal dengan sebutan input. Terdapat beberapa input produksi yang digunakan oleh PT Saung Mirwan dalam mengusahakan paprika, diantaranya bangunan greenhouse, sistem irigasi, benih, nutrisi, pestisida, media tanam, tenaga kerja, pupuk, dan input lain yang mendukung proses budidaya paprika hidroponik. Uraian mengenai masing-masing input tersebut dijelaskan pada bagian berikut.

A. Bangunan Greenhouse

Rumah plastik atau yang lebih dikenal dengan nama greenhouse

diperlukan bila mengusahakan tanaman paprika secara komersial. Greenhouse

yang dimiliki PT Saung Mirwan terdiri dari dua jenis, yaitu greenhouse

penyemaian dan pembibitan serta greenhouse budidaya. Kedua jenis greenhouse

(47)

47

Gambar 3. Bentuk Bangunan Greenhouse Budidaya Paprika di PT Saung

Mirwan

Gambar 3 memperlihatkan bahwa greenhouse budidaya dibuat permanen dengan tiang besi sebagai penyangga sehingga dapat digunakan berulang kali serta lebih lama umur teknisnya dibandingkan dengan kerangka jenis kayu dan bambu. Atap greenhouse dibuat dari plastik transparan atau yang dapat menghalangi cahaya masuk secara langsung sehingga jumlah sinar yang masuk dapat dikurangi serta kain kassa dengan kerapatan satu millimeter sebagai penutup samping agar udara dapat tetap masuk kedalam greenhouse. Bagian dalam

greenhouse memerlukan lantai yang steril sehingga lantai disemen dan dibuat juga saluran kecil untuk mengalirkan air sisa irigasi yang menetes agar tidak terjadi genangan di lantai.

B. Sistem Irigasi atau Penyiraman

(48)

48

Gambar 4. Tangki penampung nutrisi, kolam penampungan air, Pompa dan pipa

irigasi, dan selang/pipa penyalur

Gambar 4 menunjukkan beberapa alat penting pada sistem irigasi budidaya paprika dalam greenhouse yang digunakan PT Saung Mirwan. Air yang terdapat pada kolam penampungan lalu ditampung dalam tangki penampung nutrisi yang berkapasitas 8000 liter. Air dalam tangki tersebut kemudian dicampurkan dengan larutan nutrisi dan diaduk dengan pompa pengaduk. Selanjutnya, larutan nutrisi tersebut didistribusikan ke tanaman melalui pipa-pipa penyalur yang terdapat di masing-masing bedeng penanaman.

C. Benih

(49)

49 bentuk buah dari kedua varietas ini lebih disenangi. Varietas Edison dan Sunny dapat menghasilkan buah paprika dengan bobot kurang lebih 200 gram per buah. Bentuk yang dihasilkan adalah berbentuk lonceng dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk Paprika yang Dihasilkan PT Saung Mirwan

D. Nutrisi dan Pupuk

Pemberian nutrisi pada budidaya paprika secara mempunyai peranan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan nutrisi bagi tanaman akan dipenuhi dengan baik apabila zat-zat hara sebagai nutrisi tanaman selalu tersedia dipermukaan akar pada kondisi siap serap dan komposisi yang tepat. Ketersediaan unsur hara dipengaruhi oleh dua hal yaitu jumlah unsur hara yang cukup dan kepekatan yang tepat. Jumlah unsur hara yang cukup artinya setiap unsur yang dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi dan tersedia, sedangkan kepekatan yang tepat berhubungan dengan konsentrasi larutan yang akan diserap tanaman.

Pupuk atau nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk siap pakai yang terdiri atas dua campuran yaitu pupuk A dan B, disebut dengan AB Mix. Pupuk A mengandung unsur Kalsium (Ca) sehingga dalam keadaan pekat tidak boleh dicampur dengan Sulfat dan Fosfat yang terdapat dalam pupuk B. Pupuk A dan B yang tercampur dalam keadaan pekat akan mengalami proses pengendapan sehingga unsur-unsur tidak dapat diserap oleh tanaman.

(50)

50 pupuk dapat diencerkan menjadi kurang lebih 18.000 liter larutan nutrisi siap siram.

E. Pestisida

Seperti halnya tanaman lain, paprika membutuhkan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit. Jenis pestisida yang digunakan adalah Folicur dan Imidacloprit. Jumlah dan waktu pemberian pestisida yang digunakan dalam satu musim tanam disesuaikan dengan jumlah hama dan penyakit yang menyerang. Biasanya PT Saung Mirwan melakukan penyemprotan pestisida sebanyak satu kali seminggu dengan dosis 150-300 ml pestisida per minggu dimana setiap 0,75-1 ml pestisida dicampur dengan satu liter air.

F. Media Tanam

Media yang digunakan PT. Saung Mirwan dalam budidaya paprika adalah media tanah. Saat penyemaian, media yang digunakan adalah arang sekam.

G. Tenaga Kerja

PT Saung mirwan mempekerjakan tenaga harian dan tenaga borongan untuk melakukan budidaya paprika disamping kepala produksi dan penanggung jawab masing-masing greenhouse sebagai pengelola dan pengawas. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang setiap hari mamantau dan memelihara tanaman dimana setiap orang diberi tanggung jawab untuk memelihara 2000 tanaman atau empat lokasi. Sementara tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang yang dipekerjakan untuk melakukan kegiatannya tertentu dan diupah berdasarkan banyak bedeng yang dikerjakan. Rincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Tenaga Kerja pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan

Jenis Tenaga Kerja Jumlah Satuan Harga Nilai

Tenaga Kerja Harian 3 Rp/minggu 288.000 7.488.000 Borongan ngored 300 Rp/bedeng 3.500 1.050.000 Borongan Wiwil 400 Rp/bedeng 7.500 3.000.000 Borongan Olah Tanah 100 Rp/bedeng 7.500 750.000 Borongan Spraying 960 Rp/bedeng 1.500 1.440.000

(51)

51

H. Input Lain

Input produksi lain digunakan untuk mendukung kelangsungan proses produksi paprika hidroponik. Input lain tersebut meliputi power sprayer, sprayer

gendong, termometer, drum besar, batu bata, kawat lilit, timbangan elektrik, silet, benang kasur, bensin, handsprayer, sikat lantai, dan sabut colek. Power sprayer,

sprayer gendong, dan handsprayer digunakan untuk menyemprot pestisida. Drum besar berkapasitas 200 liter digunakan untuk menyimpan nutrisi dan mencuci

polybag sedangkan batu bata digunakan untuk alas polybag agar tidak langsung menyentuh lantai, satu polybag menggunakan dua batu bata. Kawat lilit digunakan sebagai penyangga batang bawah tanaman dan penghubung benang kasur sebagai penyangga batang tanaman agar tanaman tidak tumbuh rebah. Silet digunakan untuk kegiatan pewiwilan, sedangkan bensin digunakan sebagai bahan bakar power sprayer untuk penyemprotan pestisida yang dilakukan seminggu sekali.

5.3.2 Teknik Budidaya Paprika

Pembudidayaan paprika meliputi persemaian, penyiapan lahan,penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen.

1. Persemaian

Persemaian terhadap biji paprika dilakukan untuk menekan tingkat kerusakan benih/bibit karena penanaman secara langsung memiliki risiko kerusakan yang tinggi. Selain itu, tanaman yang baru tumbuh sangat rentan terhadap lingkungan atau cuaca yang ekstrim sehingga berisiko banyak tanaman (bibit) yang mati. Oleh sebab itu, sebelum ditanam di kebun, sebaiknya biji disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Selama awal pertumbuhan, lingkungan tempat tumbuh benih/bibit dapat diatur sehingga pada saat ditanam di kebun, pertumbuhan tanaman dapat lebih terjamin dan seragam.

(52)

52 0,5-1 cm. Setelah benih dimasukkan, kotak persemaian tersebut ditutup dengan tisue atau koran dan disemprot air (dikabut) setiap 2 jam atau tergantung cuaca. Koran/ tissue penutup tersebut dapat dibuka setelah umur benih satu minggu. Setelah umur 10 hari, persemaian disiram 3-5 kali sehari dengan larutan nutrisi sampai umur 30 hari.

2. Persiapan lahan tanam

Lahan untuk budidaya paprika harus disiapkan dengan baik agar tercipta kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Penyiapan lahan untuk budidaya paprika meliputi sanitasi lahan, pengolahan tanah, pengapuran tanah, pemupukan dasar, sterilisasi lahan pemasangan mulsa,. Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan greenhouse dari rumput dan sisa tanaman yang tidak diinginkan. Setelah itu tanah diolah dengan cara digemburkan dan dibuat bedengan. Pembuatan bedengan harus memperhatikan arah yaitu membujur dari timur ke barat agar penerimaan cahaya matahari merata ke seluruh tanaman.

Pengapuran tanah bertujuan untuk menaikkan nilai pH tanah supaya sesuai dengan yang kebutuhan tanaman. Selain itu pengapuran tanah juga bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah, mendorong aktivitas jasad renik tanah dalam proses nitrifikasi dan penguraian bahan organik tanah, menurunkan kandungan zat-zat yang bersifat racun, memperbaiki pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas tanaman.

Pemupukan dasar adalah pemberian pupuk kandang yang dilakukan setelah pengolahan tanah. Pupuk kandang disebarkan secara merata pada permukaan tanah bedengan , kemudian tanah dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm sampai pupuk kandang tercampur rata. Pemberian pupuk kandang berguna untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan bahan organik (zat hara) dalam tanah, dan meningkatkan kehidupan organisme tanah. Pemberian pupuk kandang pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan adalah sebanyak 10 karung untuk setiap bedeng atau kurang lebih 60 tanaman.

Gambar

Tabel 1.  Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun 2003-2006
Tabel 2.  Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Pulau Jawa Tahun  2008-2009
Gambar 1.  Produksi Paprika PT Saung Mirwan (kg) Bulan Nopember 2009-Maret 2010    Sumber : Laporan Bulanan Divisi Produksi PT Saung Mirwan (diolah)
Tabel 3. Kandungan Gizi Paprika dalam setiap 100 gram Bahan yang Dapat Dimakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

lainnya, maka negara tersebut tidak dapat digolongkan sebagai negara. 4) Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenol yang terdapat pada ekstrak sarang semut ( Myrmecodia pendens Merr. Perry) dan ekstrak kencur (

sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat..

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “ Pembangunan Sistem Pelacakan dan Penelusuran Device Mobile berbasis GPS (Global Positioning System) pada platform mobile

Makmum dalam sholat berjamaah adalah orang yang dipimpin oleh seorang imam dam menjadi pengikut di dalam sholat atau orang yang ikut

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Tinjauan Pustaka .... Hasil Belajar

Eksraksi dengan HCl 2% dan ekstraksi dengan kapur tohor memberikan hasil yang lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dengan cara ekstraksi air pada variabel tinggi

Namun perlu diperhatikan bahwa kenaikan yang terjadi pada kedua komponen keuangan tersebut tidak sama, dan rata-rata kenaikan yang dialami oleh hutang lancar perusahaan lebih