• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlas Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlas Tangerang"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN DANA BIMBINGAN HAJI PADA KBIH NURUL

FAWZ DAN KBIH AL-IKHLASH

TANGERANG

oleh

Angga Wicaksana

105046101666

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Kerangka Konseptual ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) A. Haji ... 1. Pengertian Haji ... 15

2. Dasar Hukum Haji ... 18

3. Sejarah Penyelenggaraan Haji... 21

B. KBIH ... 1. Pengertian KBIH ... 26

(3)

3. Fungsi dan Peranan KBIH... 29

C. Kebijakan Haji di Indonesia ... 1. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Haji ... 31

2. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Bimbingan Haji ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH AL-IKHLASH A. KBIH Nurul Fawz ... 1. Sejarah Berdirinya KBIH Nurul Fawz... 42

2. Visi dan Misi KBIH Nurul Fawz... 43

3. Struktur Organisasi ... 44

B. KBIH Al-Ikhlash... 1. Sejarah Berdirinya KBIH Al-Ikhlash... 46

2. Visi dan Misi KBIH Al-Ikhlash ... 47

3. Struktur Organisasi ... 48

4. Program Kerja ... 49

BAB IV PEMBAHASAN A.Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Pada Kelompok BimbinganIbadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash... 51

(4)

C. Strategi ke Depan Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Dalam

Pemberian Layanan Prima Pada Jamaah Haji ... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 67

B. Saran... 68

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGELOLAAN DANA BIMBINGAN HAJI PADA KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH

AL-IKHLASH KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Angga Wicaksana

Nim : 105046101666

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Euis Amalia, M.Ag Dr.H.M. Asrorunni’am,S.Ag,M.A

NIP : 197107011998032002 NIP : 197605312000031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Maha Penyayang atas segala petunjuk, rahmat dan hidayahNya Penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Pengelolaan Dana Bimbingan Haji

pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash”

Dalam menyelesaikan skripsi ini sangat banyak bantuan, bimbingan dan

pertolongan yang Penulis terima dari berbagai pihak. Adalah suatu hal yang tidak

mungkin rasanya bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya

bantuan itu semua.

Kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH., MA.,

MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, kepada yang terhormat Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku

Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai Pembimbing I skripsi ini Penulis

mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas segala petunjuk dan bimbingan

yang diberikan dengan tulus ikhlas.

Kepada yang terhormat Bapak Dr. Asrorunni’am, M.A selaku Pembimbing II

skripsi ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan, perhatian,

petunjuk dan bimbingan yang diberikan dengan penuh ketelitian, kecermatan dan

kesabaran. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui menuliskan ini semua sebagai

(7)

Terima kasih Penulis ucapkan pula kepada segenap pengurus Perpustakaan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pengurus Perpustakaan

Universitas Indonesia Depok yang telah meminjamkan buku-buku referensi yang

sangat diperlukan.

Pada waktu penelitian lapangan di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

Nurul Fawz Kota Tangerang, Penulis sangat dibantu oleh Ibu Yani pengurus KBIH

Nurul Fawz dan rekan beliau Bapak Anas ( Aceng ) yang telah menyediakan waktu

dan fikiran mencarikan data yang diperlukan. Semoga itu semua menjadi amal shaleh

yang mendapat ganjaran yang tidak putus-putusnya dari Allah yang Maha Pengasih.

Bantuan dan pertolongan yang luar biasa telah Penulis terima pula dari Ibu

Hj. Lusianne, M.Psi., selaku bendahara KBIH Al-Ikhlash Kota Tangerang yang telah

memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh Penulis. Semoga Allah Yang

Maha Pengasih membalas semua yang telah beliau lakukan.

Ucapan terima kasih yang tulus pula dari Penulis kepada Bapak dan Ibu

Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membekali Penulis dengan berbagai disiplin ilmu yang bermanfaat.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidaklah sempurna, karena

keterbatasan kemampuan Penulis sendiri di segala bidang, sehingga segala bentuk

kritik dan saran sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati.

Penulis,

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haji merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati dan dicermati,

ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim

yang mampu hanya sekali seumur hidupnya, tetapi tetap saja menjadi idaman

bagi setiap muslim sehingga jumlah jamaah haji tetap ada bahkan bertambah

banyak.

Keislaman seseorang baru bisa dikatakan sempurna apabila ia

menyatakan syahadat, mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan, membayar

zakat, dan juga melaksanakan ibadah haji 1

Sebagai agama yang paling sempurna Islam merupakan rahmat bagi

seluruh alam, implikasinya kemudian Islam harus disampaikan kepada semua

umat di muka bumi ini dengan cara-cara yang baik dan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan hukum syariah. Ali syariati yang dikutip oleh Ahmad

Nizham A.latif Hasan memandang semangat haji sebagai berikut :

“ jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual, maka

rukun-rukun islam yang terpenting yang memberikan motivasi pada nation

1

(9)

muslim dan yang membantu warga-warganya sadar, merdeka, terhormat serta

memiliki tanggung jawab social yaitu diantaranya haji ” 2

Semua amal ibadah dalam Islam, termasuk dalam haji dan umrah yang

terbaik adalah yang terkumpul di dalamnya 2 hal :3

1. Dikerjakan semata-mata karena Allah, artinya yang menjadi satu-satunya pendorong dilakukannya ibadah itu adalah mengharapkan ridho Allah SWT, tidak terkait di dalamnya harapan untuk mendapat pujian orang, gengsi dan lain sebagainya.

2. Dikerjakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, karena selain Rasulullah SAW, tidak seorangpun yang mengetahui cara beribadah yang diridhoi oleh Allah SWT.

Indonesia merupakan Negara yang mayoritas penduduknya beragama

islam, data statistic menyebutkan sekitar 80% penduduk Indonesia adalah

muslim, karena itu Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat potensial

dalam hal haji, setiap tahunnya tidak kurang dari 200 ribu jamaah

diberangkatkan dari Indonesia ke Tanah Suci Mekkah untuk melaksanakan

ibadah haji4

Untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang begitu banyak maka

Menteri Agama beserta Departemen Agama mengeluarkan beberapa

2

Iberahimsjah,” Berhaji Dari Masa ke Masa “, Sabili, no.20 TH.XVI 23 April 2009/27 Rabiul Akhir 1430, h.18

3

Habib Thohir bin Abdillah, “ Rahasia Haji Mabrur “ Alkisah, no.21, Jakarta : PT Dian Rakyat Jakarta, 2008, h.28

4

(10)

kebijakan mengenai penyelenggaraan haji, pengelolaan dananya dan

sebagainya.

Penyelenggaraan pelaksanaan ibadah haji telah lama menjadi satu isu

penting yang mengundang banyak perhatian masyarakat. Perhatian tersebut

terutama berkisar pada masalah penyelenggaraan yang dinilai kurang optimal.

Tumbuhnya kritik atas pelaksanaan haji bukan tanpa alasan. Kasus-kasus

yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan penyelenggaraan haji dewasa

ini kemudian memunculkan kritik tajam yang tidak hanya mempertanyakan

tingkat profesionalisme pengelola, tapi juga mendorong lahirnya berbagai

pandangan yang menghendaki perubahan pola penyelenggaraan pelaksanaan

haji yang selama ini menjadi kewenangan Departemen Agama. Sebagian

respons masyarakat terkesan mengesampingkan aspek lain dari haji, yaitu

perangkat perundang-undangannya yang jarang tersosialisasi dengan baik.

Fakta menyebutkan bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji merupakan proses awal dari upaya

Pemerintah dalam melakukan perbaikan dan perubahan penyelenggaraan haji.

Namun, dalam kurun waktu 10 tahun setelah proses reformasi politik

berlangsung, penyelenggaraan ibadah haji terkesan masih kurang memenuhi

aspirasi reformasi, terutama pada aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan,

perlindungan, dan keadilan dalam berhaji. Belum lagi persoalan transparansi

(11)

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) merupakan suatu

organisasi yang membantu pemerintah dalam hal penyelenggaraan ibadah

haji, saat ini hampir semua orang yang ingin menunaikan ibadah haji

menggunakan jasa KBIH, karena dengan KBIH mereka bisa mendapat

berbagai kemudahan, mulai dari pendaftaran sampai kepulangan dari Tanah

Suci Mekkah, mereka pun mendapat bimbingan tentang ibadah Haji secara

intensif. Oleh karena itu KBIH pun dalam melaksanakan kegiatannya

diperlukan pengelolaan dana yang baik, karena dana yang masuk tidaklah

sedikit, dan mengingat bahwa ibadah haji adalah ibadah

yang sangat sakral, dimana setiap kesalahan yang dilakukan walaupun sedikit

akan mendapat balasannya secara langsung.

Pemerintah dalam melaksanakan tugas nasional sangat menyadari dan

berbesar hati dengan adanya dukungan masyarakat dan lembaga sosial Islam

yang secara langsung atau tidak langsung ikut berpartisipasi dalam

kepentingan perhajian, sebagai sebuah kekuatan ekstra dan partner kerja

dalam mewujudkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap

calon/jamaah haji.

Salah satu dari lembaga tersebut adalah lembaga KBIH yang berkiprah

dalam panggung bimbingan kepada calon/jamaah haji sejak tahun 1989 yang

(12)

keberadaan mereka benar-benar sangat membantu pemerintah5. Walaupun

tidak dapat pula menutup mata, adanya sekelompok oknum lembaga ini yang

belum memahami secara sempurna kebijakan pemerintah dalam perhajian,

sehingga terkadang menimbulkan kesan kurang searah dan seirama. Untuk

menciptakan kesenadaan tersebut maka dibentuklah peraturan tentang Hak

dan Kewajiban Kelompok Bimbingan Ibadah Haji yang telah terealisasi

melalui Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 396 Tahun

2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 371 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh

dengan memperhatikan perspektifnya di masa yang akan datang untuk turut

dan berintegrasi dalam pembimbingan jamaah untuk memperoleh haji yang

mabrur.

KBIH adalah mitra Departemen Agama dalam hal bimbingan haji,

karena Departemen Agama menyadari bahwa tidak mungkin semua calon

jamaah haji Indonesia dapat dibimbing secara baik mengingat jumlah

pembimbing dari Departemen Agama terbatas. Untuk itulah Departemen

Agama membutuhkan KBIH sebagai mitra yang membantu calon jamaah

5

(13)

untuk mendapatkan bimbingan tentang ibadah haji baik di dalam maupun

diluar negeri.6

Dalam prakteknya, KBIH membutuhkan dana untuk bimbingan

tersebut. biaya operasional bimbingan yang diambil oleh KBIH dari tiap calon

jamaah haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh

Menteri Agama. Dana yang didapat oleh KBIH tidaklah sedikit, semakin

banyak calon jamaah yang ikut dalam KBIH tersebut maka makin besar pula

dana yang masuk. KBIH merupakan lembaga independent. Departemen

Agama tidak ada sangkut pautnya dengan KBIH kecuali yang berkaitan

dengan regulasi, segala pengaturan, pengelolaan dana bimbingan haji KBIH

itu sendiri yang mengatur, bahkan Departemen Agama tidak memberikan

dana subsidi sedikitpun untuk KBIH.

Berangkat dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba

untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai pengelolaan dana bimbingan haji

tersebut. Hal ini mengingat bahwa jika pengelolaannya baik maka

pelaksanaannya pun akan baik. Untuk itu penulis ingin membuat skripsi

tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah

Haji ( KBIH ).

6

(14)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan, skripsi ini hanya akan

membahas tentang kebijakan pengelolaan dana haji di Indonesia terkait

dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh Departemen Agama kemudian

tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah

Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash yang ada di kota Tangerang,

serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaannya

tersebut.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi yaitu “ Pengelolaan Dana Bimbingan Haji pada KBIH Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash Kota Tangerang ”, pemasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul Fawz dan

KBIH Al-Ikhlash?

2. Apa saja persoalan yang dihadapi KBIH kaitannya dengan kebijakan

pengelolaan dana bimbingan haji di Indonesia ?

3. Bagaimana stategi ke depan pengelolaan dana bimbingan haji dalam

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah hasil yang hendak

dicapai dalam penulisan skripsi ini sehingga timbul kejelasan dari

permasalahan yang ada. Hasil yang hendak dicapai itu merupakan tujuan

penulisan skripsi. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul

Fawz dan KBIH Al-Ikhlash Tangerang.

2. Untuk menganalisis persoalan yang dihadapi KBIH kaitannya dengan

pengelolaan dana bimbingan haji di Indonesia

3. Untuk menganalisis strategi pengelolaan dana bimbingan haji ke depan

Manfaat penulisan adalah kegunaan yang di peruntukkan bagi para

akademisi dan praktisi. Manfaat untuk akademisi adalah berupa pengetahuan

yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya tentang Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ), sedangkan

manfaat yang diperoleh para praktisi adalah berupa sumbang pikiran dalam

membuat kebijakan yang pro masayarakat.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi yang metodologis, sistematis dan konsisten.7 Tujuan

7

(16)

yang ingin dicapai dalam penelitian adalah pengungkapan kebenaran secara

sistematis, metodologis dan konsisten pula. Melalui penelitian data primer,

yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dari bahan pustaka akan dapat diperoleh dan

dikumpulkan.8

Penulis akan meneliti masalah ini dengan pendekatan normative

karena masalah yang akan diteliti oleh penulis berkaitan dengan

perundang-undangan dan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Agama. Jenis

penelitian yang akan dipakai dalam masalah ini adalah penelitian lapangan

yaitu terjun langsung ke tempat-tempat yang berhubungan dengan skripsi ini

kemudian penelitian kepustakaan untuk mencari data sekunder tentang

masalah yang ada dalam skripsi ini. Data yang akan digunakan oleh penulis

dalam skripsi ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat

dengan menggunakan tekhnik atau metode wawancara dengan narasumber

yang relevan dengan masalah dalam skripsi ini, sedangkan data sekunder

didapat dengan menggunakan study kepustakaan yaitu dengan membaca

jurnal, buku, majalah, internet yang relevan dengan judul skripsi ini.

Dalam skripsi ini, yang menjadi objek permasalahan adalah masalah

pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (

KBIH ), apakah ada persoalan dalam pengelolaannya atau tidak, merujuk

8

(17)

kepada objek permasalahan tersebut, yang menjadi subjek penelitian penulis

adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH

Al-Ikhlash karena dua KBIH ini merupakan KBIH paling laris di kota

Tangerang.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam study pendahuluan ini penulis mengeksplorasi beberapa karya

ilmiah sebagai berikut :

Judul dan penulis Temuan Metode

Dewi Siti Fatimah, Skripsi, 2006

“ Kajian Hukum Islam Terhadap Tabungan Haji pada Bank Konvensional “

Diperbolehkan menabung di bank konvensional jika dalam keadaan darurat seperti tidak adanya bank syariah di daerah tersebut

Library research dan field research

Zafrullah Hidayat, tesis, 2006

“ Akad Qard Dana

Talangan Haji dan Ijarah

Pengurusan Pendaftaran

Haji Sebagai Perjanjian Kredit Pada Bank Syariah “

• Adanya klausul yang

berlawanan dengan

syarat sahnya ijab kabul

• Kedudukan nasabah

sangat lemah dalam perjanjian akad qard bank syariah mandiri

Wawancara dan data kepustakaan

Syarifudin Mahfudz, tesis, 1998

“ Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kinerja

KBIH Dalam

Penyelenggaraan dan

Pembinaan Haji di DKI Jakarta “

Kondisi kelembagaan KBIH

tidak dapat dikatakan

berpengaruh terhadap kinerja KBIH dalam penyelenggaraan dan pembinaan haji

Statistic sederhana (

tabulasi frekuensi,

tabulasi silang ) dan teknik analisis kualitatif

(18)

Perbedaan / distingsi karya ilmiah saya dengan karya-karya ilmiah

yang tersebut di atas adalah saya akan lebih membahas tentang pengelolaan

dana bimbingan haji pada KBIH yang menjadi tempat penelitian saya,

kemudian permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh KBIH yang

berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen

Agama dalam pengelolaan dana bimbingan haji tersebut.

F. Kerangka Konseptual

Lahirnya UU RI nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji memberikan tiga isu penting yaitu :

1. Manajemen Pengelolaan dan Pengembangan Aset dari biaya

penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)

2. Manajemen pengelolaan dana abadi umat (DAU)

3. Badan baru yang akan mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan

ibadah haji, yaitu Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI).

Ketiga isu itu perlu mendapat perhatian ekstra, terutama dari cara

Departemen Agama merumuskan tujuan, indikator, dan mekanisme

pengelolaan dana serta lembaga tersebut dalam skema implementasi yang

sesuai dengan Undang-Undang9

9

“ Undang-Undang Haji pro publik “Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari

(19)

Jika ketiga isu itu dikelola secara baik dalam sebuah kerangka

manajemen yang transparan dan akuntabel, sebagai sebuah kebijakan publik

haji diharapkan dapat dilaksanakan dengan mengacu pada asas dan tujuan,

sebagaimana diterakan dalam UU Nomor 13 Tahun 2008. Karena itu,

kerangka manajemen kebijakan penyelenggaraan ibadah haji yang akan

dituangkan dalam produk hukum turunannya berupa Peraturan Pemerintah,

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Agama, dan Peraturan Daerah harus

mengacu pada asas dan tujuan tersebut.

Transparansi dalam pengelolaan dana haji yang begitu besar sangat

diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan, besarnya dana haji bisa

membuat orang tergiur untuk menyelewengkannya. Setiap tahun kuota yang

disediakan oleh Departemen Agama adalah sebanyak 210.000 porsi10, jika

satu orang dikenakan biaya BPIH sebesar Rp.35.000.000,00 maka akan ada

dana sebesar Rp.7.350.000.000.000, belum lagi dana jamaah yang mengendap

selama beberapa tahun karena tidak kebagian porsi, tentunya dana tersebut

sudah masuk, oleh karena itu agar tidak terjadi fitnah maka kita harus

mengetahui kebijakan pengelolaan dana haji tersebut. Kemudian tentang

pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (

KBIH ) yang merupakan mitra dari Departemen Agama dalam hal bimbingan

10

(20)

tentang ibadah haji, dalam pelaksanaannya bimbingan membutuhkan biaya

yang dipungut dari tiap calon jamaah haji yang ikut dalam KBIH tersebut,

selama ini orang beranggapan bahwa KBIH mendapatkan untung yang sangat

besar dari pungutan biaya untuk bimbingan tersebut, padahal belum tentu

KBIH mendapatkan keuntungan yang besar, bahkan bisa saja malah

mendapatkan kerugian.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Sebagai pendahuluan diuraikan apa yang menjadi latar belakang

permasalahan sehingga dapat dijadikan dasar dalam melakukan

penelitian guna mendapat data yang diperlukan. Kemudian

diuraikan apa yang menjadi pokok permasalahan yang kemudian

untuk menjawab pokok permasalahan yang dimaksud maka

diperlukan tujuan penulisan skripsi serta dalam bab ini dijelaskan

pula metode penelitian yang dipergunakan dan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI

( KBIH )

Menguraikan tinjauan umum tentang haji itu sendiri, mulai dari

(21)

Indonesia, lalu tentang Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH

) yang berperan sebagai mitra dari Departemen Agama dalam hal

penyelenggaraan haji, di sini dijelaskan tentang KBIH itu mulai

dari pengertian, dasar hukum pendiriannya, sampai fungsi dan

peranan dari KBIH tersebut.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN

IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH

AL-IKHLAASH KOTA TANGERANG

Bab ini menjelaskan tentang KBIH yang bersangkutan yaitu KBIH

Nurul Fawz yang ada di kota Tangerang, dari latar belakang

pendiriannya, visi dan misinya, struktur organisasinya serta dasar

legalitasnya.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang

kebijakan pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul

Fawz dan KBIH Al-Ikhlash, digunakan untuk apa saja dana

bimbingan haji tersebut dan membahas tentang

persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan dana bimbingan haji

tersebut, apa saja yang menjadi kendala lalu yang terakhir

membahas tentang strategi apa yang akan dilakukan ke depan

(22)

BAB V : PENUTUP

Pada bab terakhir penulis mengambil kesimpulan dari apa yang

telah ditulis dan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI

( KBIH ) DAN HAJI DI INDONESIA

A. Haji

1. Pengertian haji

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Haji adalah rukun Islam yang

kelima ( kewajiban ibadah yang harus dilakukan oleh orang Islam yang

mampu dengan mengunjungi Ka’bah pada bulan haji dan mengamalkan

amalan-amalan haji seperti ihram, tawaf, sa’I, wukuf dan umrah )11

Dalam buku fiqh praktis, Muhammad Bagir Al-Habsyi menyatakan

bahwa haji ( dalam bahasa Indonesia ) berasal dari bahasa arab hajj atau hijj,

yang berarti menuju atau mengunjungi sesuatu ( biasanya digunakan untuk

mengunjungi sesuatu yang dihormati )12.

Sedangkan menurut istilah agama adalah mengunjungi ka’bah dan

sekitarnya di kota Makkah untuk mengerjakan ibadah tawaf, sa’I dan wukuf

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai pustaka, 1995 )

12

(24)

di arafah dan sebagainya, semata-mata demi melaksanakan perintah Allah

SWT dan meraih keridhaan-Nya.13

Menurut H.Baihaqi AK, dalam bukunya fiqh ibadah, menyatakan

bahwa haji menurut istilah adalah mengunjungi ka’bah untuk beribadah

kepada Allah SWT dengan syarat-syarat tertentu dan rukun-rukun serta

beberapa kewajiban tertentu dalam melaksanakannya dalam waktu tertentu.14

Ulama mazhab berbeda pendapat di dalam memberikan pengertian

haji. Hal ini disebabkan karena visi pandang yang berbeda di dalam

menafsirkan dalil-dalil yang menjadikan wajibnya haji. Namun demikian,

mereka tetap sependapat terhadap rukun dan syarat wajib haji yang utama.

Berikut ini adalah pengertian haji yang diberikan oleh masing-masing

mazhab, yaitu :15

a. Imam Abu Hanifah berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja

suatu perbuatan. Sedangkan menurut istilah adalah berkunjung ke

baitullah ( ka’bah ) untuk mengerjakan ibadah dengan cara, tempat dan

dalam masa tertentu.

b. Imam Maliki berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja.

Sedangkan menurut syara’ adalah wukuf di padang arafah pada malam

13

Muhammad Baqir Al-Habsyi, Fiqh Praktis, ( Bandung : Mizan,1999 ), H.378

14

H.Baihaqi A.K, Fiqh Ibadah, ( Bandung : M2S Bandung,1996 ), Cet.ke-1 H.153

15

(25)

kesepuluh dari bulan dzulhijjah, tawaf di ka’bah 7 kali, sa’I 7 kali,

semuanya itu dikerjakan menurut cara-cara tertentu.

c. Imam Syafi’I berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja.

Sedangkan menurut syara’ adalah sengaja mengunjungi ka’bah untuk

melaksanakan manasik haji.

Pengertian haji menurut mazhab ini, tidak mencakup semua

rukun-rukun haji. Karena ia membatasi pengertian hanya dengan menyengaja

mengunjungi ka’bah dan tidak menyebutkan wukuf di arafah, sa’I

antara bukit safa dan marwah atau mencukur rambut. Padahal hal itu

termasuk rukun menurut mazhab syafi’i.

d. Imam Hambali berkata : haji menurut bahasa artinya menyengaja.

Sedangkan menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Makkah untuk

satu perbuatan tertentu seperti tawaf dan sa’I, termasuk wukuf di

arafah. Karena Arafah ikut bagian dari Makkah dan dalam waktu

tertentu pula.

Pengertian yang lebih tepat adalah haji menurut bahasa artinya

sengaja melakukan suatu perbuatan. Menurut istilah adalah sengaja

mengunjungi Bait Allah dan tempat-tempat lainnya untuk

melaksanakan tawaf, sa’I, wukuf dan semua perbuatan yang ada

(26)

panggilan Allah SWT dan mencari ridha-Nya pada waktu tertentu dan

dengan niat tertentu.16

2. Dasar Hukum Haji

Ibadah haji merupakan ibadah besar yang tidak setiap saat orang dapat

menunaikannya, karena membutuhkan kekuatan fisik di samping kekuatan

dana bagi orang-orang yang jauh dari kota makkah, oleh karena itu Allah

SWT hanya mewajibkan bagi orang-orang yang mampu saja baik lahir

maupun bathin untuk melaksanakan ibadah haji.

Ibadah haji yang pertama kali bagi seorang muslim hukumnya wajib.

Syariat islam mewajibkan haji atas setiap mukallaf, sekali dal seumur hidup.

Seluruh ulama sepakat menetapkan, bahwasanya haji itu tidak berulang-ulang,

diwajibkan sekali saja untuk seumur hidup. Terkecuali jika di nazarkan.

Selain dari satu kali yang wajib, maka yang lebih dari satu kali dipandang

sunah.17

Para Imam Mazhab sepakat atas kewajiban haji, karena itu orang yang

mengingkari kefarduannya berarti ia kafir. Allah mewajibkan haji kepada

umat islam yang mampu, mengandung beberapa hikmah, diantaranya bahwa

dengan haji umat islam dapat berkumpul di satu tempat dalam suasana

beribadah kepada Allah yang Maha Esa, dengan mengikhlaskan agama yang

16

Abd. Majdi, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, ( Surabaya : Mutiara Ilmu, 1999 ), edisi Revisi, H.18

17

(27)

lurus kepada-Nya sebagai pangkal keberuntungan dan keberhasilan di dunia

dan akhirat.

Ibadah haji dan umrah merupakan penutup segala urusan dan

penyempurna keislaman seseorang. Bagi yang mampu maka wajib untuk

melaksanakannya,

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 97 :

!

"

#

$%

& &

'()*

++

,

-. #

/01 

3

45

6

63

7"

8

9 :;<

6= 3

>)= ?&<

@

"

#

)A)*

' B

C.

DEG)H

7" 

IJ K0L &M63

7NOP

Artinya : “ padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, ( diantaranya ) maqam Ibrahim ; barangsiapa memasukinya ( baitullah itu ) menjadi amanlah dia ; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu ( bagi ) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah ; barangsiapa mengingkari ( kewajiban haji ), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya ( tidak memerlukan sesuatu ) dari semesta alam. ( QS. : Ali Imran :97 )

Hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :

!"# $ %#

" #&

'( ) # *+ ,

(28)

6"7ﻝ 8 9ی $ 2+";ﻝ

<ﻡ * &$ =% ﻝ >?ﺡ$ 2

A $

!#Bﻡ

dari Abdullah bin Umar ra berkata :

Rasulullah SAW bersabda : islam itu ditegakkan atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya nabi Muhamad itu adalah utusan Allah, mengerjakan shalat lima waktu, membayar zakat, mengerjakan haji dan berpuasa pada bulan

Ramadhan.” ( H.R. Muslim )18

Menurut Menteri Agama RI, istita’ah berarti mampu yang mana maksud

mampu disini adalah mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah ditinjau

dari segi :

a. Jasmani

Sehat dan kuat agar tidak sulit melaksanakan ibadah haji dan umrah.

b. Rohani

• Mengetahui manasik haji dan umrah

• Berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk

melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan perjalanan jauh

c. Ekonomi

• Mampu membayar ONH ( Ongkos naik haji )

• ONH bukan sumber kehidupan yang apabila dijual

menyebabkan kemadharatan bagi diri sendiri dan keluarga. d. Keamanan

• Aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji dan

umrah

• Aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan

tanggung jawab yang ditinggalkan dan tidak terhalang / mendapat izin untuk melaksanakan ibada haji dan umrah. 19

18

Abil Husain Muslim bin Hajjaji Qusaeri Annasaiburi, Shahih Muslim, juz 2, ( Beirut : Daarul Fikr,1414/1993 M ), H 32

19

(29)

3. Sejarah Haji

Ibadah haji adalah ibadah yang hampir sama tuanya dengan ibadah

shalat, puasa dan zakat. Ibadah yang diwajibkan atas manusia pertama, Adam.

Sebuah riwayat, bahkan menuturkan, sebelum diperintahkan kepada Adam,

haji merupakan ibadah yang diperintahkan Allah kepada para malaikat. Allah

memerintahkan malaikat untuk membangun ka’bah di Bakkah ( sekarang

lebih dikenal dengan nama Makkah ), dan kemudian melakukan thawaf (

berputar mengelilingi Ka’bah ).20

Abu al Hasan ar ridha pernah ditanya tentang waktu haji,” kenapa

waktunya ditetapkan pada tanggal 10 Zulhijah ?” imam menjawab, “ yang

pertama kali melaksanakan haji di Baitullah adalah para malaikat, dan mereka

bertawaf disana pada waktu tersebut, maka Allah SWT menetapkan itu

sebagai sunah dan waktu pelaksanaan haji sampai hari kiamat. Para nabi

seperti nabi Adam as,. Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Isa as., Nabi

Musa as., dan Nabi Muhammad saw., juga melaksanakan haji pada waktu

tersebut, lalu dijadikan sunah untuk anak-cucu keturunan mereka sampai hari

kiamat.21

4. Sekilas Tentang Perjalanan Penyelenggaraan Haji Indonesia

20

“ Perintah Allah untuk berhaji “, Panduan Haji, Republika, Jakarta, h.11, t.th

21

(30)

Pengaturan penyelenggaraan haji Indonesia telah dilakukan sejak

zaman penjajahan hingga saat ini. Bedanya, kalau di zaman penjajahan

mengandung nuansa politik yang sangat kental, yaitu di satu sisi untuk

mengambil hati kaum Muslimin Indonesia di sisi lain dimaksudkan untuk

mengawasi dan mengendalikan para hujjaj agar tidak merugikan kepentingan

kolonial. Untuk maksud tersebut, pemerintah Belanda antara lain menetapkan

ketentuan-ketentuan yang memberatkan kepada para jamaah dan membuka

kantor Konsulat di Jeddah pada tahun 1872.22 Sedangkan pada zaman

kemerdekaan pengaturan penyelenggaran haji dimaksudkan untuk memberi

kemudahan dan perlindungan terhadap jamaaah haji. Hanya saja dari waktu ke

waktu penyelenggaraan haji tersebut tetap tidak sepi dari persoalan. Persoalan

itu pada umumnya disebabkan oleh ulah pihak-pihak yang ingin mengambil

keuntungan pribadi atau kelompok, baik melalui penipuan, pemerasan,

penyimpangan dari ketentuan yang berlaku atau cara-cara lain yang

merugikan jamaah.

Sebagai ilustrasi mengenai persoalan yang pernah timbul dalam

penyelenggaraan haji sejak masa kemerdekan :

1. Sejalan dengan penyempurnaan penyelenggaraan haji pada waktu lalu,

didirikan PT Arafat, perusahaan angkutan jamaah haji dengan kapal

22

(31)

laut. Namun dalam perjalanannya, ditemukan adanya kelemahan,

penyimpangan dan penipuan, sehingga banyak jamaah haji yang

dirugikan dan bahkan tidak dapat melaksanakan ibadah haji.

Terjadinya penyimpangan, penipuan dan kericuhan antara lain

disebabkan oleh adanya sistem kuota, seleksi dan undian. Selain itu,

muncul pula persaingan yang tidak sehat antara penyelenggara haji

swasta dan kesulitan tehnis administrasi.

2. Ikut sertanya yayasan-yayasan yang tidak berpengalaman juga turut

memperburuk persoalan penyelenggaraan haji. Kasus Mukersa Haji

dengan Oriental Queen mengenai pembayaran biaya carter kapal yang

tidak lunas dan kasus Yayasan Al Ikhlas yang memberangkatkan haji

tanpa dokumen lengkap dan pengurusan dana yang tidak benar, serta

Kasus Yayasan Mu’awanah Lil Muslimin (YAMU’ALIM) di

Semarang merupakan contoh kasus yang muncul dalam

penyelenggaraan haji masa lalu.

3. Sedangkan penelantaran jamaah haji ONH Plus di Arab Saudi pada

beberapa tahun belakangan ini karena tidak dibekali dengan tiket

pulang dan atau ditempatkan di pemondokan yang tidak layak

merupakan salah satu contoh kasus yang terjadi di masa kini.

4. Kasus-kasus menonjol lainnya yang pernah terjadi di Arab Saudi,

seperti permainan calo/perantara dalam pengadaan rumah

(32)

banyak lagi persoalan yang yang tidak dapat disebut satu-persatu

dalam paparan ini.

Pengaturan penyelenggaraan ibadah haji paska kemerdekaan

mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan situasi dan tuntutan

pada zamannya, yang dapat diurut sebagai berikut :

TAHUN PENGATURAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

1949/1950 Pemberangkatan haji pertama ke Arab Saudi

1950-1962 Penyelenggaraan haji dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah dan Yayasan Perjalanan Haji Indonesia ( YPHI ) yang didirikan tanggal 21 Januari 1950 dengan pengurusya terdiri dari para pemuka Islam berbagai golongan

1962-1964 Pemerintah membentuk dan menyerahkan penyelenggaraan haji Indonesia kepada Panitia Perbaikan Perjalanan Haji ( P3H ). Pada periode inilah dimulai penyelenggaraan haji Indonesia dengan suatu panitia yang bersifat inter-departemental ditambah dengan wakil-wakil Badan/Lembaga Non Departemen, yang kemudian ditingkatkan menjadi tugas nasional, yang dimasukkan dalam tugas dan wewenang Menko Kompartimen Kesejahteraan, dengan demikian, urusan haji yang tadinya berbentuk Panitia Negara P3H berubah menjadi Dewan Urusan Haji ( DUHA )

1965-1966 Dewan Urusan Haji menjadi Departemen Urusan Haji dipimpin oleh seorang Menteri dibantu oleh beberapa Deputi Menteri. Pada tahun 1966 Departemen ini digabungkan ke Departemen Agama menjadi Direktorat Jenderal Urusan Haji Departemen Agama dan sejak tahun 1979 hingga sekarang menjadi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan haji

1969 Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.22 tahun 1969 dan instruksi Presiden No.6 tahun 1969 yang mengatur penyelenggaraan haji hanya oleh Pemerintah, yang dilaksanakan Departemen-Departemen dan Lembaga-Lembaga lain yang terkait di bawah koordinasi Departemen Agama

(33)

1999 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji yang merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan haji Indonesia

2008 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji sebagai pengganti Undang-Undang No.17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji

Kaum Muslimin Indonesia memahami haji sebagai suatu urusan ibadah yang

mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Pandangan seperti

itu memengaruhi interpretasi calon haji dan merupakan suatu motivasi baginya untuk

melaksanakan ibadah haji. Oleh karena perjalanan haji memerlukan biaya yang tidak

sedikit dan pelaksanaan haji harus sesuai dengan petunjuk agama maka calon haji

harus bekerja keras mengumpulkan biaya dan belajar manasik haji.

Perjalanan haji pada abad XX lebih baik dibandingkan dengan abad-abad

sebelumnya. Fasilitas perjalanan dan pelaksanaan haji dibenahi dan ditata oleh

pemerintah Hindia Belanda maupun pemerintah di Hijaz. Kondisi perjalanan haji

yang demikian merupakan salah satu faktor bertambahnya jumlah jamaah haji. Akan

tetapi, peraturan-peraturan tentang perjalanan haji yang dikeluarkan oleh pemerintah

Hindia Belanda dianggap menyulitkan jama’ah haji, peraturan-peraturan tersebut

tertuang dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie no 318 tanggal 12 Agustus 1902,

yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan beberapa staatsblad

Nederlandsch-Indie sesudahnya, keputusan-keputusan tersebut berisi ketentuan-ketentuan pokok

sebagai berikut :

1. Kewajiban jamaah haji memiliki pas-haji

(34)

3. Pemberian visa

4. Sanksi terhadap yang melanggar aturan 5. Pembayaran pas-haji

6. Tiket haji pergi pulang23

Oleh karena itu, mereka memandang perjalanan haji melalui pelabuhan

embarkasi yang berada dalam wilayah jajahan Inggris jauh lebih murah dan mudah

dibandingkan dengan berangkat dari pelabuhan embarkasi di Hindia Belanda.

B. KBIH

1. Pengertian KBIH

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) adalah organisasi,

yayasan, majelis taklim, atau lembaga keagamaan islam sejenis yang

menyelenggarakan bimbingan ibadah haji. Dasar pendiriannya adalah Surat

Keputusan Menteri Agama ( SKMA ) No.374-A Tahun 1995.24

Sesuai namanya, tugas KBIH adalah memberikan bimbingan ibadah haji

kepada masyarakat calon jamaah haji agar mampu melaksanakan ibadah haji

secara sah dan sempurna serta mandiri dalam rangka memperoleh haji mabrur.

2. Latar belakang keterlibatan KBIH

Sebelum orde baru, umat islam yang akan menunaikan ibadah haji

23

M. Shaleh Putuhena, Historiografi Haji Indonesia, ( Yogyakarta : LKIS Yogyakarta, 2007 ) H. 156

24

(35)

banyak mengalami kesulitan karena terbatasnya sarana dan prasarana yang

diperlukan. Di samping itu, jumlah orang yang akan pergi haji juga dibatasi

dengan sistim undian, sehingga seseorang harus menunggu nasib

bertahun-tahun, bahkan di antaranya telah meninggal dunia sebelum mendapat undian.

Sambil menunggu mendapatkan kotum haji mereka berkelompok di bawah

bimbingan ustadz atau gurunya, diantaranya untuk mempelajari ilmu manasik

haji serta diskusi masalah keagamaan lainnya.

Setelah era orde baru, yang pada saat itu dikatakan memperjuangkan

kepentingan masyarakat, diusahakan berbagai kemudahan dan pelayanan haji

yang sebaik-baiknya, sehingga semangat dan keinginan umat islam untuk

menunaikan ibadah haji semakin meningkat. Namun demikian,

penyelenggaraan urusan haji belum sepenuhnya ditangani oleh pemerintah,

yang dalam hal ini oleh Yayasan Perjalanan Haji Indonesia ( YPHI ), yang

didalamnya termasuk kelompok Majelis Taklim atau Yayasan Keagamaan25.

Dalam kaitannya dengan penanganan kegiatan manasik haji,

diupayakan pola pelaksanaan yang “ dari masyarakat untuk masyarakat “ .

dengan pola ini diharapkan dapat dihasilkan pelayanan yang lebih baik dan

terarah terhadap keinginan umat islam yang ingin menunaikan ibadah haji.

Untuk itu kemudian dibentuk kelompok-kelompok bimbingan ibadah haji,

25

(36)

yang lebih dikenal dengan KBIH. Kelompok ini biasanya dipimpin oleh

seorang ustadz yang akan memberikan bimbingan manasik haji. Dari hari ke

hari KBIH ini tumbuh semakin banyak.

Dengan munculnya jumlah KBIH yang semakin banyak tersebut maka

kemudian muncul persaingan yang cukup tajam di antara mereka. Semangat

yang menonjol bukan lagi ukhuwwah ( persaudaraan ), tetapi lebih mengarah

kepada orientasi bisnis. Dengan dalih ibadah, tidak sedikit di antara KBIH

yang saling bersaing secara “ kurang sehat “ dengan cara menampilkan

janji-janji fasilitas yang “ lebih “, meskipun fasilitas yang tersebut sesungguhnya

telah diberikan/disediakan oleh pemerintah. Melihat kenyataan ini maka

pemerintah berusaha untuk melakukan pembinaan terhadap KBIH agar

terarah dan tidak berkembang menjadi sebuah eksklusivitas yang

mementingkan kelompoknya masing-masing.26

Pada awalnya organisasi KBIH telah tumbuh dan berkembang secara

simultan dengan perkembangan penyelenggaraan urusan haji. Sebagaimana

kita ketahui, pertumbuhan berlangsung secara pelan namun pasti, dan

memberikan makna terhadap syiar agama Islam.

Semula, kegiatan KBIH lebih banyak diwarnai oleh orientasi pada

bimbingan manasik haji, dan umumnya berpangkalan di pesantren-pesantren

26

(37)

atau yayasan-yayasan pendidikan islam. Kemudian, kegiatan yang semula

hanya manasik haji di tanah air ini berkembang hingga berbagai bentuk

bimbingan lainnya di tanah suci, seperti ziarah, dan sebagainya. Begitu

berkembangnya kegiatan ini, sampai-sampai para kolektor haji yang

sesungguhnya “ tidak menguasai “ juga ikut-ikutan mendirikan KBIH. Dari

sinilah kemudian muncul berbagai fenomena ke “ tidak professional “ an

pelayanan oleh KBIH, dan bahkan cenderung mengabaikan semangat

ukhuwah islamiyah. Untuk itulah kemudian diterbitkan Surat Keputusan

Menteri Agama ( SKMA ) No.374-A Tahun 1995, yang pada prinsipnya

semakin mengukuhkan kelembagaan KBIH dengan harapan mampu

mengantarkan kelompok-kelompok bimbingan yang telah sedemikian tumbuh

dan berkembang di tengah-tengah masyarakat semakin terbina dan terarah,

sesuai dengan tuntutan masyarakat

3. Fungsi dan Peranan KBIH

Sesuai namanya, tugas KBIH adalah memberikan bimbingan haji

kepada masyarakat calon jamaah haji agar mampu melaksanakan ibadah haji

secara sah dan sempurna serta mandiri dalam rangka memperoleh haji mabrur.

Fungsi dan peranan dari KBIH ini pada dasarnya adalah :

a. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan manasik haji bagi calon jamaah

(38)

b. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan terhadap pelayanan pemeriksaan

kesehatan bagi masyarakat calon jamaah haji

c. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan manasik haji yang ada di

kelompoknya selama di tanah suci

d. Memberikan laporan atas pelaksanaan kegiatan bimbingan dan tuntunan

terhadap jamaah haji atau calon jamaah haji yang menjadi tanggung

jawabnya.

Ketentuan-ketentuan Pokok yang Berkaitan dengan KBIH27

Secara teknis administratif, KBIH terikat dengan beberapa ketentuan pokok

sebagai berikut :

1. Setiap KBIH membimbing minimal 50 orang dan maksimal 480 orang (

satu kloter )

2. Peserta haji di KBIH dibagi menjadi rombongan dan regu, dimana tiap

rombongan terdiri atas 50 orang dan tiap regu terdiri atas 10 orang, yang

masing-masing dipimpin oleh ketua rombongan ( karom ) dan ketua regu

3. Setiap rombongan dipimpin minimal oleh pembimbing ibadah haji, dan

setiap 250 orang jamaah dilayani oleh minimal seorang dokter.

4. Materi bimbingan manasik haji berpedoman pada buku bimbingan

manasik haji yang diterbitkan Departemen Agama.

27

(39)

5. Pembimbing manasik haji adalah mereka yang telah mengikuti penataran

manasik haji yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.

6. Setiap KBIH tidak boleh mengutamakan identitas kelompok.

7. Setiap KBIH dapat membebankan biaya kepada jamaah haji diluar ONH

maksimal sebesar Rp 2.000.000,- dan minimal sebesar Rp 500.000,-

C. Kebijakan Haji di Indonesia

1. Kebijakan tentang pengelolaan dana haji

Ongkos naik haji ( ONH ) 28 adalah salah satu syarat utama seseorang

dapat menunaikan haji karena menurut Menteri Agama Republik Indonesia

kemampuan ekonomi seseorang harus kuat untuk dapat menunaikan ibadah

haji. Jangan sampai ongkos naik haji seseorang itu didapat dari sesuatu yang

haram seperti judi, mencuri dan sebagainya atau dari sumber kehidupan yang

apabila dijual akan mendatangkan mudharat bagi diri sendiri dan keluarga29.

Besarnya Ongkos Naik Haji ( ONH ) atau Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji ( BPIH ) ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah

mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) komisi VIII

dengan berbagai pertimbangan seperti kurs yang berlaku saat itu, harga

minyak dunia dan lain-lain.

28

Belakangan istilah ONH diganti oleh Departemen Agama menjadi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ( BPIH )

29

(40)

Besarnya BPIH untuk tiap embarkasi atau daerah berbeda-beda,

Pemerintah dan DPR dalam rapat kerja Menteri Agama Muhammad Maftuh

Basyuni dengan komisi VIII DPR-RI, Senin (15/6) malam menyepakati

besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2009 dengan perhitungan

rata-rata terjadi kenaikan pada komponen US dollar 38 USD, dan penurunan

komponen rupiah sebesar Rp 401.000,-, jika dibandingkan dengan BPIH

tahun lalu, ada beberapa embarkasi yang mengalami kenaikan, berikut data

BPIH tahun 2008 dan 2009 :

Data Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ( BPIH )30

embarkasi 2008 2009

Aceh USD 3,528 USD 3,243

Medan USD 3,292 USD 3,333

Batam USD 3,292 USD 3,409

Padang USD 3,258 USD 3,329

Palembang USD 3,379 USD 3,377

30

“ Pemerintah dan DPR sepakati BPIH “Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari

(41)

Jakarta USD 3,430 USD 3,444

Solo USD 3,379 USD 3,407

Makassar USD 3,517 USD 3,575

Sedangkan untuk biaya operasional dalam negeri tahun lalu sebesar Rp

501.000,- dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp 100.000,-, karena biaya

tersebut disubsidi melalui dana optimalisasi setoran awal jemaah haji kecuali

asuransi. Asuransi sebesar Rp.100.000,00 untuk semua embarkasi31

Komponen biaya haji terbagi menjadi 2 yaitu direct cost dan indirect cost,

direct cost adalah biaya langsung untuk kepentingan jamaah yang harus dibayar oleh

jamaah, termasuk dalam komponen ini adalah sewa pemondokan, konsumsi, dan

dokumen haji. Sedangkan indirect cost adalah pembiayaan tidak langsung yang harus

ditanggung oleh pemerintah seperti sewa kantor haji di Madinah, sewa jasa

31

Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Biaya Penyelenggaraan Haji Tahun 2009 M

Surabaya USD 3,430 USD 3,512

Banjarmasin USD 3,517 USD 3,508

(42)

pengacara, biaya penerbangan petugas nonkloter, dan rehab beberapa asrama haji di

dalam negeri.

Untuk rincian BPIH yang dipergunakan untuk penyelengaraan ibadah haji

meliputi komponen sebagai berikut

1. Biaya Penerbangan Haji

Biaya penerbangan haji sebesar 54,0%, meliputi harga tiket dari

masing-masing embarkasi di Indonesia ke Jeddah p.p, biaya airport tax di Arab Saudi,

dan surcharge bagi jemaah haji yang mendarat di atau terbang dari Madinah.

2. Biaya Operasional di Arab Saudi

Biaya yang dipergunakan jemaah haji selama di Arab Saudi sebesar 44,4%,

meliputi :

1) Maslahah Ammah (general service) adalah biaya wajib yang dibayarkan

kepada pemerintah Arab Saudi, meliputi : pelayanan maktab wukala di

Jeddah, muasassah Thawafah, Maktab Zamazimah di Makkah dan

Muasassah Adilah di Madinah, biaya perkemahan di Arafah dan Mina.

2) Naqabah adalah biaya angkutan darat (transportasi) antar kota perhajian

Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah Mina, Tempat transit/pemondokan

ke Airport KAIA Jeddah/Airport AMMA Madinah, ongkos bongkar muat

barang di tempat transit/Madinah/Makkah, dan pencetakan stiker

(43)

3) Akomodasi adalah biaya penyewaan perumahan di Makkah, Madinah,

tempat transit, dan tempat pelayanan dan kemah.

4) Konsumsi adalah biaya makan selama di Madinah 2 kali 9 hari, tempat

transit 4 kali, terminal hijrah 2 kali, masa kedatangan dan kepulangan di

bandara Jeddah, Armina, safari wukuf 11 kali, konsumsi jemaah haji sakit

dan jemaah sesat.

5) Konsumsi Armina adalah biaya konsumsi dan pelayanan jemaah haji

selama di Arafah Mina.

6) Living cost adalah biaya hidup jemaah haji selama di Arab Saudi sebesar

SR 1.500.00 yang dikembalikan kepada jemaah haji di asrama haji

embarkasi pada saat keberangkatan.

3. Biaya Operasional Dalam Negeri

Biaya yang dipergunakan untuk jemaah haji selama di tanah air sebesar 1,6%,

meliputi:

1) Perbekalan haji adalah biaya untuk pengadaan kebutuhan jemaah haji

berupa: paspor, paket manasik, blanko SPPH/SPMA/nominatif, stiker

pengaman paspor, gelang identitas, dan pengiriman barang.

2) Konsumsi adalah biaya makan selama di asrama haji embarkasi 3 kali

makan 2 kali snack.

3) Akomodasi adalah bantuan biaya kebersihan dan pelayanan di asrama haji

(44)

4) Kegiatan operasional haji adalah biaya untuk penyelesaian paspor dan

pemvisaan haji, pembinaan jemaah haji, pelaksanaan qur’ah maktab dan

rumah Makkah.

5) Passanger Service Charge (PSC) adalah biaya pelayanan jasa penumpang

pesawat udara di bandara embarkasi.

6) Asuransi.

4. Biaya yang menjadi tanggungan calon jamaah haji diluar komponen BPIH

Kegiatan-kegiatan pendukung pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji yang

tidak termasuk komponen BPIH menjadi tanggungan jemaah haji

masing-masing yang besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah, meliputi :

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum masuk asrama haji embarkasi.

2. Perjalanan dari tempat tinggal ke asrama haji embarkasi/debarkasi pergi

pulang.

3. Biaya ziarah ke tempat bersejarah di Makkah.

4. Biaya Dam, diharapkan dapat disalurkan ke Islamic Development Bank

melalui Bank Ar-Rajhi secara sukarela sesuai himbauan pemerintah Arab

Saudi.

(45)

6. Pakaian seragam.32

2. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Pada KBIH

Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa KBIH

merupakan mitra dari Departemen Agama dalam hal bimbingan para calon

jama’ah haji, KBIH berperan untuk memberikan bimbingan seputar

pelaksanaan haji agar para calon jamaa’ah haji tidak melakukan kesalahan

pada saat pelaksanaan haji di Makkah, karena bimbingan yang diberikan oleh

Departemen Agama bisa dikatakan kurang maksimal, keterbatasan jumlah

pembimbing menjadi kendala dalam membimbing para calon jama’ah haji

se-Indonesia.

Dalam hal ini, Departemen Agama telah menetapkan kepada seluruh

KBIH untuk memungut biaya sebesar Rp.2.500.000,00 dari setiap calon

jama’ah sebagai biaya bimbingan haji, dana tersebut diharapkan dapat

digunakan secara maksimal oleh seluruh KBIH khususnya dalam hal

bimbingan, bagi KBIH yang memungut lebih dari itu akan dikenakan sanksi

yang berlaku. Biaya tersebut digunakan untuk keperluan pembuatan seragam,

32

(46)

biaya pembimbing, makanan ringan selama bimbingan dan biaya operasional

lainnya33.

Beberapa peraturan-peraturan yang mengatur tentang hal ini adalah :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008

Dalam Undang-Undang ini khususnya Bab VII Pembinaan, pasal 30

ayat 1 yaitu : ” Dalam rangka pembinaan Ibadah Haji, masyarakat dapat

memberikan bimbingan Ibadah Haji, baik dilakukan secara perseorangan

maupun dengan membentuk kelompok bimbingan.”34

Pasal ini didasari oleh adanya kepentingan masyarakat banyak

khususnya dalam hal bimbingan haji. Tujuannya adalah untuk membantu

Pemerintah agar para calon jamaah haji mendapatkan bimbingan dan

penyuluhan yang maksimal, mengingat Ibadah Haji merupakan ibadah yang

sangat sakral.

2. Keputusan Menteri Agama ( KMA ) Nomor 396 Tahun 2003

Dalam KMA pasal 32 ayat 1 disebutkan : ” KBIH berkewajiban

melakukan bimbingan haji kepada jamaahnya baik di Tanah Air maupun di

Arab Saudi. ”

33

Wawancara pribadi dengan H.Alimin Idris selaku wakil ketua KBIH Nurul Fawz, Tangerang, 26 oktober 2009

34

(47)

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2008 pasal 30 ayat 1 bahwa bimbingan haji dapat dilakukan oleh

perseorangan atau oleh kelompok bimbingan35. KBIH atau Kelompok

Bimbingan Ibadah Haji merupakan lembaga atau yayasan yang kegiatannya

melakukan bimbingan haji kepada calon jamaah haji.

Kemudian peraturan yang mengatur tentang keabsahan KBIH

memungut biaya bimbingan tercantum dalam Keputusan Menteri Agama ini

pasal 32 ayat 4 yaitu : ” Untuk melaksanakan bimbingan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), KBIH tidak dibenarkan memungut biaya kecuali

biaya bimbingan dan atas dasar kesepakatan dengan peserta bimbingan.”36

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa KBIH boleh memungut biaya dari

para calon jamaah haji diluar komponen BPIH atas dasar kesepakatan dan

hanya untuk kepentingan bimbingan. Untuk besarnya biaya yang boleh

diambil diatur dalam peraturan lain.

3. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/406

Tahun 2008

35

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasal 30 ayat 1

36

“Keputusan Menteri Agama Nomor 396 Tahun 2003”, diakses pada tanggal 05 Desember dari

http://www.ariessoftware.net/depagmalang/images/data/kma_396_tahun_2003.pdf

(48)

Selain dari peraturan tersebut diatas, ada beberapa ketentuan lain yang

berhubungan dengan KBIH yaitu37 :

a. Melaporkan pelaksanaan bimbingan manasik haji setelah pelaksanaan

b. Melaporkan jumlah peserta bimbingan

c. Melaporkan rencana program pembimbingan manasik haji;

d. Melaporkan kesepakatan pungutan biaya dan tambahan bimbingan dan

rincian penggunaannya sebanyak-banyaknya Rp. 2.500.000,- (dua juta lima

ratus ribu rupiah) per orang dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah

masing-masing

e. Sejak dari Embarkasi sampai ke Arab Saudi tidak boleh memasang identitas

dan atribut KBIH seperti memasang spanduk, bendera dan memakai pakaian

seragam

f. Sejak dari Embarkasi tidak ada lagi kelompok/golongan kecuali kelompok

terbang yang dipimpin oleh seorang ketua kloter

g. Tidak boleh melaksanakan langkah-langkah eksklusif dalam mempengaruhi

jamaah dan mengabaikan Petugas Operasional yang menyertai jamaah,

PPIH di Arab Saudi dan pihak muassasah

h. Tidak ikut campur dalam penentuan kloter, pengaturan dalam penerbangan

dan bus, serta penempatan jamaah di pemondokan di Arab Saudi

37

(49)

i. Tidak menarik dana tambahan di luar dari kesepakatan yang telah disetujui

oleh Kepala Kantor Wilayah setempat.

Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/406

Tahun 2008 ini menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan KBIH. Salah satunya

adalah mengenai batas maksimal biaya yang boleh dipungut oleh KBIH sebagai biaya

bimbingan yaitu sebesar Rp 2.500.000,- ( dua juta lima ratus ribu rupiah ), tapi tidak

menutup kemungkinan KBIH mengambil biaya lebih dari batas maksimal tersebut,

tentunya dengan kesepakatan dan tidak memberatkan para calon jamaah haji yang

kemudian dilaporkan dan di izinkan oleh Kantor Wilayah masing-masing.

Bagi KBIH yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut diatas maka akan

dikenakan sanksi seperti pencabutan izin operasional. Seperti yang dialami oleh

KBIH NH di Sumatera Utara. Departemen Agama daerah Sumatera Utara akan

segera membekukan izin operasional KBIH tersebut karena terlibat kasus penipuan

62 calon jamaah haji Sumatera Utara. Pemberian sanksi tersebut dilakukan karena

KBIH NH telah melanggar tugas dan fungsinya. KBIH hanya bertugas memberikan

bimbingan, pembinaan kepada calon jamaah haji, sedangkan KBIH NH ini

melakukan pendaftaran haji.38

38

(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN AL-IKHLASH KOTA TANGERANG

A. KBIH Nurul Fawz 1. Sejarah berdirinya

Berdirinya KBIH Nurul Fawz ini berangkat dari kekhawatiran,

kekhawatiran akan orang-orang yang lebih mementingkan kehidupan

dunianya ketimbang urusan akhiratnya, ketika seseorang ditanya mengapa

belum berangkat haji pasti jawabannya adalah karena belum ada dana,

padahal untuk urusan dunianya mereka jungkir balik untuk

mendapatkannya walau berhutang kepada orang lain, pemikiran yang

seperti inilah yang ingin coba dirubah. Kemudian tentang adat tradisi dan

salah kaprah serta bid’ah yang dicampur adukkan didalam pelaksanaan

ibadah haji, ibadah haji adalah ibadah yang suci dan sangat sacral, banyak

orang yang melakukan bid’ah dalam pelaksanaannya seperti pelepasan

jamaah haji dengan menggunakan azan dan iqamat, pemikiran bahwa

(51)

mempermudah mencium hajar aswad, dan lain-lain.39 Dengan

didirikannya KBIH Nurul Fawz ini para Pembina mencoba untuk

mengubah pandangan-pandangan seperti itu, serta untuk membantu

pembinaan di tanah air dan tanah suci Makkah karena banyak

petugas-petugas dari Departemen Agama yang kewalahan dalam membina jamaah

yang begitu banyak sehingga jamaah tidak terbina secara baik, padahal

para jamaah butuh sekali pembinaan baik di tanah air maupun di tanah

suci Makkah.

Maksud dan Tujuan berdirinya KBIH Nurul Fawz40

a. Menampung dan membantu mendaftar jamaah untuk mendapatkan quota

haji melalui siskohat Departemen Agama

b. Membimbing jamaah dengan ilmu manasik sesuai sunnah Rasul

c. Membimbing ibadah di tanah suci masjidil haram dan Madinatul

Munawaroh

d. Menyiapkan perlengkapan jamaah agar terkesan mudah dan berkwalitas

e. Membimbing ibadah haji dan umroh jamaah agar tidak terkontaminasi

dengan adat dan tradisi yang tidak cocok dengan hokum syariah

f. Diharapkan dapat meraih haji mabrur dan dapat merubah sikap serta

perilaku kea rah yang positif sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.

39

KBIH Nurul Fawz, company profile, 2009 40

(52)

2. Visi dan Misi KBIH Nurul Fawz

Visi

ikhlas, sabar dan syukur dalam amal dan ibadah

Misi

a. Menanamkan jiwa yang ikhlas dalam amal dan ibadah

b. Membiasakan menghadapi setiap masalah dengan sikap sabar dan

teliti

c. Berusaha menghafal bacaan dalam manasik

d. Selalu sujud dan shalat sunat syukur setiap mendapat nikmat

e. Selalu shalat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebagai

wujud perilaku syukur nikmat

f. Memperbanyak ibadah thawaf sunat di Masjidil Haram

g. Melatih diri untuk bersedekah setiap saat sesuai kemampuan

h. Melakukan ziarah ke tempat bersejarah

i. Selalu menjalin silaturahmi pada saat dan pasca haji melalui Forum

Majelis Taklim

j. Membentuk koperasi lumbung haji sebagai media komunikasi dan

ekonomi umat.

3. Struktur Organisasi 41

41

(53)

Organisasi KBIH Nurul Fawz bernaung di bawah panji Yayasan Nurul

Fawz sebagai payung hukum, kegiatan yayasan Nurul Fawz sebagai

organisasi social agama dan pendidikan meliputi :

a. Majelis taklim An-Nur

b. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH )

c. Santunan sosial janda dan anak yatim

d. Warung koperasi haji sederhana

e. Kontrakan dan property

Struktur Organisasi42 KBIH Nurul Fawz

42

KBIH Nurul Fawz, Struktur Organisasi, 2009

Hj. Nurbaity, BA Ketua Umum

H. Ilyas Idris, SH Wakil Ketua

Nurhayati Idris Bendahara Hj.Lia Purnama Sari, S.Ak

Sekretaris

Hj. Kartini, S.Pd Wakil Bendahara Hj. Siti Zulaikha, Sm.Ak

Wakil Sekretaris

(54)

B. KBIH Al-Ikhlash

1. Sejarah berdirinya

Tahun 1999 merupakan langkah awal pembentukan KBIH Al-

Ikhlash yang bermula dari keinginan beberapa murid Hj. Rohani Ardi selaku

dewan pendiri KBIH Al-Ikhlash untuk menemani dan membimbing mereka

dalam melaksanakan ibadah haji. Dari banyaknya permintaan itu maka

timbullah niat untuk membentuk suatu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (

KBIH ) yang pada saat itu belum diberi nama.

Untuk pemberian nama ini K.H Darma Setiawan dan Hj. Rohani Ardi

mengajukan beberapa usulan nama kepada Bapak Walikota Tangerang H.M

Thanrin untuk member nama Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH )

tersebut. Dari sekian banyak nama akhirnya terpilihlah nama Al-Ikhlash untuk Drs. H. A. Umar Bachrum

H. Ilyas Idris, SH Seksi Binroh

Sukroni Bermawi Gaos Dr. Rahmat Wiyadi

Seksi Kesehatan

Hidayat Idris

H.M.Fadhli Rabbani Seksi keamanan dan

transportasi

Hj. Siti Maani, S.Ag Drs. H. Nurdin M. Saleh Latifah

Seksi Humas dan Publikasi

Drs. H. Rustam

(55)

KBIH tersebut dengan harapan agar pengurus KBIH ini ikhlash menjalankan

tugasnya karena Allah SWT.43

Setelah nama KBIH tersebut disepakati, maka terbentuklah sebuah

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Al-Ikhlash. KBIH ini kemudian

disahkan oleh SK. Kanwil Depag Propinsi Jawa Barat.

No.Wi/Hj.01/KPTS/345/1999 Tgl.23 Agustus 1999.44

KBIH Al-Ikhlash ini tepatnya berdiri pada tanggal 22 Maret 1999 dan

memiliki kantor secretariat yang bertempat di perumahan KORPRI Blok I Nc

6 Kelurahan Kedaung Wetan Kotamadya Tangerang. KBIH Al-Ikhlash ini

diketuai oleh K.H Darma Setiawan selaku pimpinan yayasan dan pimpinan

KBIH Al-Ikhlash. Hingga tahun 2007 KBIH ini telah memiliki alumni

sebanyak 998 jama’ah.

2. Visi dan Misi KBIH Al-Ikhlash45

Visi

Menjadi lembaga terdepan dalam pelayanan dan bimbingan ibadaha

haji dan umroh

Misi

43

KBIH al-Ikhlash, Company Profile, 2009

44

Surat Keputusan Kanwil Depag Propinsi Jawa Barat Tentang Izin Operasional KBIH Al-Ikhlash

45

(56)

1. Memastikan pelaksanaan ibadah haji dan umroh sah secara hokum dan

agama

2. Membimbing dan melayani jama’ah secara optimal

3. Mempersiapkan jama’ah mandiri dalam beribadah.

3. Struktur Organisasi KBIH Al-Ikhlash46

46

KBIH al-Ikhlash, Struktur Organisasi, 2009

Pembina

Dra.Hj. Rohani Ardi, M.Si

Penasehat Drs.H.Moch.Thamrin

Ketua H.Darma Setiawan

Pembimbing 1. H.Darma

Setiawan 2. Dra.Hj.Rohani

Ardi M.Si 3. Hj.Dorita,

(57)

4. Program Kerja KBIH Al-Ikhlash47

Program kerja berarti daftar rancangan kegiatan suatu acara.

Sedangkan pengertiannya adalah suatu rencana yang telah diolah dengan

memperhitungkan factor-faktor ruang dan waktu serta urutan-urutan

penyelenggaraan secara tegas dan teratur ( Dept. Hankam, 1970 ).

Adapun program kerja KBIH Al-Ikhlash sebagai berikut :

a. Program kerja pra haji

1. Membuat brosur, stiker, block note, formulir pendaftaran dan surat

pernyataan tentang kesediaan calon jamaah haji untuk bergabung

dengan KBIH Al-Ikhlash.

2. Menyediakan spanduk dan bendera KBIH sebagai tanda untuk tempat

tinggal para jamaah haji di Saudi Arabia

3. Mengadakan pelajaran manasik haji meliputi teori da praktek serta

materi tentang akhlakul karimah dan persiapan perjalanan ibadah haji.

4. Pemeriksaan kesehatan di KBIH Al-Ikhlash.

5. Membuat pakaian seragam dan atribut KBIH Al

Gambar

Tabel diatas adalah jadwal kegiatan bimbingan haji selama di dalam

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Manajemen Pelatihan Bimbingan Manasik (Bimsik) Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Darul Ulum Kabupaten Bogor Tahun 2015 M ” yang

Skripsi ber.judul ANALISIS PELAYANAN KBIH TERHADAP TINGKAT KEPUASAN JAMAAH HAJI PADA KBIH BAITUL ATIQ TEGAL TAHUN 2014 telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas

Dari hasil penelitian dengan menganalisis kegitan bimbingan manasik haji dengan mengimplementasiknya ke dalam tahapan-tahapan pengawasan seperti Penatapan Standar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembinaan yang dilakukan KBIH Nurul Huda adalah merupakan strategi korporasi yang diwujudkan dengan pelaksana atau

KBIH Al-Rahmah merupakan salah satu perusahaan yang menyelenggarakan bimbingan ibadah umrah dan haji yang terletak di Jalan Raya Mojosari – Trawas Km. KBIH Al-Rahmah dibimbing

Suatu lembaga atau organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), yang langsung berhubungan dengan calon jamaah haji sebagai langkah

Dalam pelaksanaan bimbingan, baik di tanah air (sebelum berangkat), di Arab Saudi, dan juga di tanah Air (Paska ibadah haji) KBIH NU Kota Semarang juga

Aspek jamaah haji adalah merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam menentukan kinerja KBIH Nurul Huda. Sebab jamaah haji merupakan sasaran yang