PENGELOLAAN DANA BIMBINGAN HAJI PADA KBIH NURUL
FAWZ DAN KBIH AL-IKHLASH
TANGERANG
oleh
Angga Wicaksana
105046101666
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7
D. Metode Penelitian ... 8
E Tinjauan Kepustakaan ... 9
F. Kerangka Konseptual ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) A. Haji ... 1. Pengertian Haji ... 15
2. Dasar Hukum Haji ... 18
3. Sejarah Penyelenggaraan Haji... 21
B. KBIH ... 1. Pengertian KBIH ... 26
3. Fungsi dan Peranan KBIH... 29
C. Kebijakan Haji di Indonesia ... 1. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Haji ... 31
2. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Bimbingan Haji ... 37
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH AL-IKHLASH A. KBIH Nurul Fawz ... 1. Sejarah Berdirinya KBIH Nurul Fawz... 42
2. Visi dan Misi KBIH Nurul Fawz... 43
3. Struktur Organisasi ... 44
B. KBIH Al-Ikhlash... 1. Sejarah Berdirinya KBIH Al-Ikhlash... 46
2. Visi dan Misi KBIH Al-Ikhlash ... 47
3. Struktur Organisasi ... 48
4. Program Kerja ... 49
BAB IV PEMBAHASAN A.Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Pada Kelompok BimbinganIbadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash... 51
C. Strategi ke Depan Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Dalam
Pemberian Layanan Prima Pada Jamaah Haji ... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 67
B. Saran... 68
LEMBAR PENGESAHAN
PENGELOLAAN DANA BIMBINGAN HAJI PADA KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH
AL-IKHLASH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Angga Wicaksana
Nim : 105046101666
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Euis Amalia, M.Ag Dr.H.M. Asrorunni’am,S.Ag,M.A
NIP : 197107011998032002 NIP : 197605312000031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala petunjuk, rahmat dan hidayahNya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Pengelolaan Dana Bimbingan Haji
pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash”
Dalam menyelesaikan skripsi ini sangat banyak bantuan, bimbingan dan
pertolongan yang Penulis terima dari berbagai pihak. Adalah suatu hal yang tidak
mungkin rasanya bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya
bantuan itu semua.
Kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH., MA.,
MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, kepada yang terhormat Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku
Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai Pembimbing I skripsi ini Penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas segala petunjuk dan bimbingan
yang diberikan dengan tulus ikhlas.
Kepada yang terhormat Bapak Dr. Asrorunni’am, M.A selaku Pembimbing II
skripsi ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan, perhatian,
petunjuk dan bimbingan yang diberikan dengan penuh ketelitian, kecermatan dan
kesabaran. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui menuliskan ini semua sebagai
Terima kasih Penulis ucapkan pula kepada segenap pengurus Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pengurus Perpustakaan
Universitas Indonesia Depok yang telah meminjamkan buku-buku referensi yang
sangat diperlukan.
Pada waktu penelitian lapangan di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
Nurul Fawz Kota Tangerang, Penulis sangat dibantu oleh Ibu Yani pengurus KBIH
Nurul Fawz dan rekan beliau Bapak Anas ( Aceng ) yang telah menyediakan waktu
dan fikiran mencarikan data yang diperlukan. Semoga itu semua menjadi amal shaleh
yang mendapat ganjaran yang tidak putus-putusnya dari Allah yang Maha Pengasih.
Bantuan dan pertolongan yang luar biasa telah Penulis terima pula dari Ibu
Hj. Lusianne, M.Psi., selaku bendahara KBIH Al-Ikhlash Kota Tangerang yang telah
memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh Penulis. Semoga Allah Yang
Maha Pengasih membalas semua yang telah beliau lakukan.
Ucapan terima kasih yang tulus pula dari Penulis kepada Bapak dan Ibu
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membekali Penulis dengan berbagai disiplin ilmu yang bermanfaat.
Akhirnya Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidaklah sempurna, karena
keterbatasan kemampuan Penulis sendiri di segala bidang, sehingga segala bentuk
kritik dan saran sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati.
Penulis,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati dan dicermati,
ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
yang mampu hanya sekali seumur hidupnya, tetapi tetap saja menjadi idaman
bagi setiap muslim sehingga jumlah jamaah haji tetap ada bahkan bertambah
banyak.
Keislaman seseorang baru bisa dikatakan sempurna apabila ia
menyatakan syahadat, mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan, membayar
zakat, dan juga melaksanakan ibadah haji 1
Sebagai agama yang paling sempurna Islam merupakan rahmat bagi
seluruh alam, implikasinya kemudian Islam harus disampaikan kepada semua
umat di muka bumi ini dengan cara-cara yang baik dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan hukum syariah. Ali syariati yang dikutip oleh Ahmad
Nizham A.latif Hasan memandang semangat haji sebagai berikut :
“ jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual, maka
rukun-rukun islam yang terpenting yang memberikan motivasi pada nation
1
muslim dan yang membantu warga-warganya sadar, merdeka, terhormat serta
memiliki tanggung jawab social yaitu diantaranya haji ” 2
Semua amal ibadah dalam Islam, termasuk dalam haji dan umrah yang
terbaik adalah yang terkumpul di dalamnya 2 hal :3
1. Dikerjakan semata-mata karena Allah, artinya yang menjadi satu-satunya pendorong dilakukannya ibadah itu adalah mengharapkan ridho Allah SWT, tidak terkait di dalamnya harapan untuk mendapat pujian orang, gengsi dan lain sebagainya.
2. Dikerjakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, karena selain Rasulullah SAW, tidak seorangpun yang mengetahui cara beribadah yang diridhoi oleh Allah SWT.
Indonesia merupakan Negara yang mayoritas penduduknya beragama
islam, data statistic menyebutkan sekitar 80% penduduk Indonesia adalah
muslim, karena itu Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat potensial
dalam hal haji, setiap tahunnya tidak kurang dari 200 ribu jamaah
diberangkatkan dari Indonesia ke Tanah Suci Mekkah untuk melaksanakan
ibadah haji4
Untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang begitu banyak maka
Menteri Agama beserta Departemen Agama mengeluarkan beberapa
2
Iberahimsjah,” Berhaji Dari Masa ke Masa “, Sabili, no.20 TH.XVI 23 April 2009/27 Rabiul Akhir 1430, h.18
3
Habib Thohir bin Abdillah, “ Rahasia Haji Mabrur “ Alkisah, no.21, Jakarta : PT Dian Rakyat Jakarta, 2008, h.28
4
kebijakan mengenai penyelenggaraan haji, pengelolaan dananya dan
sebagainya.
Penyelenggaraan pelaksanaan ibadah haji telah lama menjadi satu isu
penting yang mengundang banyak perhatian masyarakat. Perhatian tersebut
terutama berkisar pada masalah penyelenggaraan yang dinilai kurang optimal.
Tumbuhnya kritik atas pelaksanaan haji bukan tanpa alasan. Kasus-kasus
yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan penyelenggaraan haji dewasa
ini kemudian memunculkan kritik tajam yang tidak hanya mempertanyakan
tingkat profesionalisme pengelola, tapi juga mendorong lahirnya berbagai
pandangan yang menghendaki perubahan pola penyelenggaraan pelaksanaan
haji yang selama ini menjadi kewenangan Departemen Agama. Sebagian
respons masyarakat terkesan mengesampingkan aspek lain dari haji, yaitu
perangkat perundang-undangannya yang jarang tersosialisasi dengan baik.
Fakta menyebutkan bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji merupakan proses awal dari upaya
Pemerintah dalam melakukan perbaikan dan perubahan penyelenggaraan haji.
Namun, dalam kurun waktu 10 tahun setelah proses reformasi politik
berlangsung, penyelenggaraan ibadah haji terkesan masih kurang memenuhi
aspirasi reformasi, terutama pada aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan,
perlindungan, dan keadilan dalam berhaji. Belum lagi persoalan transparansi
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) merupakan suatu
organisasi yang membantu pemerintah dalam hal penyelenggaraan ibadah
haji, saat ini hampir semua orang yang ingin menunaikan ibadah haji
menggunakan jasa KBIH, karena dengan KBIH mereka bisa mendapat
berbagai kemudahan, mulai dari pendaftaran sampai kepulangan dari Tanah
Suci Mekkah, mereka pun mendapat bimbingan tentang ibadah Haji secara
intensif. Oleh karena itu KBIH pun dalam melaksanakan kegiatannya
diperlukan pengelolaan dana yang baik, karena dana yang masuk tidaklah
sedikit, dan mengingat bahwa ibadah haji adalah ibadah
yang sangat sakral, dimana setiap kesalahan yang dilakukan walaupun sedikit
akan mendapat balasannya secara langsung.
Pemerintah dalam melaksanakan tugas nasional sangat menyadari dan
berbesar hati dengan adanya dukungan masyarakat dan lembaga sosial Islam
yang secara langsung atau tidak langsung ikut berpartisipasi dalam
kepentingan perhajian, sebagai sebuah kekuatan ekstra dan partner kerja
dalam mewujudkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap
calon/jamaah haji.
Salah satu dari lembaga tersebut adalah lembaga KBIH yang berkiprah
dalam panggung bimbingan kepada calon/jamaah haji sejak tahun 1989 yang
keberadaan mereka benar-benar sangat membantu pemerintah5. Walaupun
tidak dapat pula menutup mata, adanya sekelompok oknum lembaga ini yang
belum memahami secara sempurna kebijakan pemerintah dalam perhajian,
sehingga terkadang menimbulkan kesan kurang searah dan seirama. Untuk
menciptakan kesenadaan tersebut maka dibentuklah peraturan tentang Hak
dan Kewajiban Kelompok Bimbingan Ibadah Haji yang telah terealisasi
melalui Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 396 Tahun
2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 371 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh
dengan memperhatikan perspektifnya di masa yang akan datang untuk turut
dan berintegrasi dalam pembimbingan jamaah untuk memperoleh haji yang
mabrur.
KBIH adalah mitra Departemen Agama dalam hal bimbingan haji,
karena Departemen Agama menyadari bahwa tidak mungkin semua calon
jamaah haji Indonesia dapat dibimbing secara baik mengingat jumlah
pembimbing dari Departemen Agama terbatas. Untuk itulah Departemen
Agama membutuhkan KBIH sebagai mitra yang membantu calon jamaah
5
untuk mendapatkan bimbingan tentang ibadah haji baik di dalam maupun
diluar negeri.6
Dalam prakteknya, KBIH membutuhkan dana untuk bimbingan
tersebut. biaya operasional bimbingan yang diambil oleh KBIH dari tiap calon
jamaah haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh
Menteri Agama. Dana yang didapat oleh KBIH tidaklah sedikit, semakin
banyak calon jamaah yang ikut dalam KBIH tersebut maka makin besar pula
dana yang masuk. KBIH merupakan lembaga independent. Departemen
Agama tidak ada sangkut pautnya dengan KBIH kecuali yang berkaitan
dengan regulasi, segala pengaturan, pengelolaan dana bimbingan haji KBIH
itu sendiri yang mengatur, bahkan Departemen Agama tidak memberikan
dana subsidi sedikitpun untuk KBIH.
Berangkat dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba
untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai pengelolaan dana bimbingan haji
tersebut. Hal ini mengingat bahwa jika pengelolaannya baik maka
pelaksanaannya pun akan baik. Untuk itu penulis ingin membuat skripsi
tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji ( KBIH ).
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang permasalahan, skripsi ini hanya akan
membahas tentang kebijakan pengelolaan dana haji di Indonesia terkait
dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh Departemen Agama kemudian
tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash yang ada di kota Tangerang,
serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaannya
tersebut.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul skripsi yaitu “ Pengelolaan Dana Bimbingan Haji pada KBIH Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash Kota Tangerang ”, pemasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul Fawz dan
KBIH Al-Ikhlash?
2. Apa saja persoalan yang dihadapi KBIH kaitannya dengan kebijakan
pengelolaan dana bimbingan haji di Indonesia ?
3. Bagaimana stategi ke depan pengelolaan dana bimbingan haji dalam
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah hasil yang hendak
dicapai dalam penulisan skripsi ini sehingga timbul kejelasan dari
permasalahan yang ada. Hasil yang hendak dicapai itu merupakan tujuan
penulisan skripsi. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul
Fawz dan KBIH Al-Ikhlash Tangerang.
2. Untuk menganalisis persoalan yang dihadapi KBIH kaitannya dengan
pengelolaan dana bimbingan haji di Indonesia
3. Untuk menganalisis strategi pengelolaan dana bimbingan haji ke depan
Manfaat penulisan adalah kegunaan yang di peruntukkan bagi para
akademisi dan praktisi. Manfaat untuk akademisi adalah berupa pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ), sedangkan
manfaat yang diperoleh para praktisi adalah berupa sumbang pikiran dalam
membuat kebijakan yang pro masayarakat.
D. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi yang metodologis, sistematis dan konsisten.7 Tujuan
7
yang ingin dicapai dalam penelitian adalah pengungkapan kebenaran secara
sistematis, metodologis dan konsisten pula. Melalui penelitian data primer,
yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari bahan pustaka akan dapat diperoleh dan
dikumpulkan.8
Penulis akan meneliti masalah ini dengan pendekatan normative
karena masalah yang akan diteliti oleh penulis berkaitan dengan
perundang-undangan dan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Agama. Jenis
penelitian yang akan dipakai dalam masalah ini adalah penelitian lapangan
yaitu terjun langsung ke tempat-tempat yang berhubungan dengan skripsi ini
kemudian penelitian kepustakaan untuk mencari data sekunder tentang
masalah yang ada dalam skripsi ini. Data yang akan digunakan oleh penulis
dalam skripsi ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat
dengan menggunakan tekhnik atau metode wawancara dengan narasumber
yang relevan dengan masalah dalam skripsi ini, sedangkan data sekunder
didapat dengan menggunakan study kepustakaan yaitu dengan membaca
jurnal, buku, majalah, internet yang relevan dengan judul skripsi ini.
Dalam skripsi ini, yang menjadi objek permasalahan adalah masalah
pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (
KBIH ), apakah ada persoalan dalam pengelolaannya atau tidak, merujuk
8
kepada objek permasalahan tersebut, yang menjadi subjek penelitian penulis
adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Nurul Fawz dan KBIH
Al-Ikhlash karena dua KBIH ini merupakan KBIH paling laris di kota
Tangerang.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam study pendahuluan ini penulis mengeksplorasi beberapa karya
ilmiah sebagai berikut :
Judul dan penulis Temuan Metode
Dewi Siti Fatimah, Skripsi, 2006
“ Kajian Hukum Islam Terhadap Tabungan Haji pada Bank Konvensional “
Diperbolehkan menabung di bank konvensional jika dalam keadaan darurat seperti tidak adanya bank syariah di daerah tersebut
Library research dan field research
Zafrullah Hidayat, tesis, 2006
“ Akad Qard Dana
Talangan Haji dan Ijarah
Pengurusan Pendaftaran
Haji Sebagai Perjanjian Kredit Pada Bank Syariah “
• Adanya klausul yang
berlawanan dengan
syarat sahnya ijab kabul
• Kedudukan nasabah
sangat lemah dalam perjanjian akad qard bank syariah mandiri
Wawancara dan data kepustakaan
Syarifudin Mahfudz, tesis, 1998
“ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja
KBIH Dalam
Penyelenggaraan dan
Pembinaan Haji di DKI Jakarta “
Kondisi kelembagaan KBIH
tidak dapat dikatakan
berpengaruh terhadap kinerja KBIH dalam penyelenggaraan dan pembinaan haji
Statistic sederhana (
tabulasi frekuensi,
tabulasi silang ) dan teknik analisis kualitatif
Perbedaan / distingsi karya ilmiah saya dengan karya-karya ilmiah
yang tersebut di atas adalah saya akan lebih membahas tentang pengelolaan
dana bimbingan haji pada KBIH yang menjadi tempat penelitian saya,
kemudian permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh KBIH yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen
Agama dalam pengelolaan dana bimbingan haji tersebut.
F. Kerangka Konseptual
Lahirnya UU RI nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji memberikan tiga isu penting yaitu :
1. Manajemen Pengelolaan dan Pengembangan Aset dari biaya
penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)
2. Manajemen pengelolaan dana abadi umat (DAU)
3. Badan baru yang akan mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan
ibadah haji, yaitu Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI).
Ketiga isu itu perlu mendapat perhatian ekstra, terutama dari cara
Departemen Agama merumuskan tujuan, indikator, dan mekanisme
pengelolaan dana serta lembaga tersebut dalam skema implementasi yang
sesuai dengan Undang-Undang9
9
“ Undang-Undang Haji pro publik “Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari
Jika ketiga isu itu dikelola secara baik dalam sebuah kerangka
manajemen yang transparan dan akuntabel, sebagai sebuah kebijakan publik
haji diharapkan dapat dilaksanakan dengan mengacu pada asas dan tujuan,
sebagaimana diterakan dalam UU Nomor 13 Tahun 2008. Karena itu,
kerangka manajemen kebijakan penyelenggaraan ibadah haji yang akan
dituangkan dalam produk hukum turunannya berupa Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Agama, dan Peraturan Daerah harus
mengacu pada asas dan tujuan tersebut.
Transparansi dalam pengelolaan dana haji yang begitu besar sangat
diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan, besarnya dana haji bisa
membuat orang tergiur untuk menyelewengkannya. Setiap tahun kuota yang
disediakan oleh Departemen Agama adalah sebanyak 210.000 porsi10, jika
satu orang dikenakan biaya BPIH sebesar Rp.35.000.000,00 maka akan ada
dana sebesar Rp.7.350.000.000.000, belum lagi dana jamaah yang mengendap
selama beberapa tahun karena tidak kebagian porsi, tentunya dana tersebut
sudah masuk, oleh karena itu agar tidak terjadi fitnah maka kita harus
mengetahui kebijakan pengelolaan dana haji tersebut. Kemudian tentang
pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (
KBIH ) yang merupakan mitra dari Departemen Agama dalam hal bimbingan
10
tentang ibadah haji, dalam pelaksanaannya bimbingan membutuhkan biaya
yang dipungut dari tiap calon jamaah haji yang ikut dalam KBIH tersebut,
selama ini orang beranggapan bahwa KBIH mendapatkan untung yang sangat
besar dari pungutan biaya untuk bimbingan tersebut, padahal belum tentu
KBIH mendapatkan keuntungan yang besar, bahkan bisa saja malah
mendapatkan kerugian.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Sebagai pendahuluan diuraikan apa yang menjadi latar belakang
permasalahan sehingga dapat dijadikan dasar dalam melakukan
penelitian guna mendapat data yang diperlukan. Kemudian
diuraikan apa yang menjadi pokok permasalahan yang kemudian
untuk menjawab pokok permasalahan yang dimaksud maka
diperlukan tujuan penulisan skripsi serta dalam bab ini dijelaskan
pula metode penelitian yang dipergunakan dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI
( KBIH )
Menguraikan tinjauan umum tentang haji itu sendiri, mulai dari
Indonesia, lalu tentang Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH
) yang berperan sebagai mitra dari Departemen Agama dalam hal
penyelenggaraan haji, di sini dijelaskan tentang KBIH itu mulai
dari pengertian, dasar hukum pendiriannya, sampai fungsi dan
peranan dari KBIH tersebut.
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN
IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN KBIH
AL-IKHLAASH KOTA TANGERANG
Bab ini menjelaskan tentang KBIH yang bersangkutan yaitu KBIH
Nurul Fawz yang ada di kota Tangerang, dari latar belakang
pendiriannya, visi dan misinya, struktur organisasinya serta dasar
legalitasnya.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang
kebijakan pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH Nurul
Fawz dan KBIH Al-Ikhlash, digunakan untuk apa saja dana
bimbingan haji tersebut dan membahas tentang
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan dana bimbingan haji
tersebut, apa saja yang menjadi kendala lalu yang terakhir
membahas tentang strategi apa yang akan dilakukan ke depan
BAB V : PENUTUP
Pada bab terakhir penulis mengambil kesimpulan dari apa yang
telah ditulis dan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI
( KBIH ) DAN HAJI DI INDONESIA
A. Haji
1. Pengertian haji
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Haji adalah rukun Islam yang
kelima ( kewajiban ibadah yang harus dilakukan oleh orang Islam yang
mampu dengan mengunjungi Ka’bah pada bulan haji dan mengamalkan
amalan-amalan haji seperti ihram, tawaf, sa’I, wukuf dan umrah )11
Dalam buku fiqh praktis, Muhammad Bagir Al-Habsyi menyatakan
bahwa haji ( dalam bahasa Indonesia ) berasal dari bahasa arab hajj atau hijj,
yang berarti menuju atau mengunjungi sesuatu ( biasanya digunakan untuk
mengunjungi sesuatu yang dihormati )12.
Sedangkan menurut istilah agama adalah mengunjungi ka’bah dan
sekitarnya di kota Makkah untuk mengerjakan ibadah tawaf, sa’I dan wukuf
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai pustaka, 1995 )
12
di arafah dan sebagainya, semata-mata demi melaksanakan perintah Allah
SWT dan meraih keridhaan-Nya.13
Menurut H.Baihaqi AK, dalam bukunya fiqh ibadah, menyatakan
bahwa haji menurut istilah adalah mengunjungi ka’bah untuk beribadah
kepada Allah SWT dengan syarat-syarat tertentu dan rukun-rukun serta
beberapa kewajiban tertentu dalam melaksanakannya dalam waktu tertentu.14
Ulama mazhab berbeda pendapat di dalam memberikan pengertian
haji. Hal ini disebabkan karena visi pandang yang berbeda di dalam
menafsirkan dalil-dalil yang menjadikan wajibnya haji. Namun demikian,
mereka tetap sependapat terhadap rukun dan syarat wajib haji yang utama.
Berikut ini adalah pengertian haji yang diberikan oleh masing-masing
mazhab, yaitu :15
a. Imam Abu Hanifah berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja
suatu perbuatan. Sedangkan menurut istilah adalah berkunjung ke
baitullah ( ka’bah ) untuk mengerjakan ibadah dengan cara, tempat dan
dalam masa tertentu.
b. Imam Maliki berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja.
Sedangkan menurut syara’ adalah wukuf di padang arafah pada malam
13
Muhammad Baqir Al-Habsyi, Fiqh Praktis, ( Bandung : Mizan,1999 ), H.378
14
H.Baihaqi A.K, Fiqh Ibadah, ( Bandung : M2S Bandung,1996 ), Cet.ke-1 H.153
15
kesepuluh dari bulan dzulhijjah, tawaf di ka’bah 7 kali, sa’I 7 kali,
semuanya itu dikerjakan menurut cara-cara tertentu.
c. Imam Syafi’I berkata : haji menurut bahasa adalah menyengaja.
Sedangkan menurut syara’ adalah sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melaksanakan manasik haji.
Pengertian haji menurut mazhab ini, tidak mencakup semua
rukun-rukun haji. Karena ia membatasi pengertian hanya dengan menyengaja
mengunjungi ka’bah dan tidak menyebutkan wukuf di arafah, sa’I
antara bukit safa dan marwah atau mencukur rambut. Padahal hal itu
termasuk rukun menurut mazhab syafi’i.
d. Imam Hambali berkata : haji menurut bahasa artinya menyengaja.
Sedangkan menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Makkah untuk
satu perbuatan tertentu seperti tawaf dan sa’I, termasuk wukuf di
arafah. Karena Arafah ikut bagian dari Makkah dan dalam waktu
tertentu pula.
Pengertian yang lebih tepat adalah haji menurut bahasa artinya
sengaja melakukan suatu perbuatan. Menurut istilah adalah sengaja
mengunjungi Bait Allah dan tempat-tempat lainnya untuk
melaksanakan tawaf, sa’I, wukuf dan semua perbuatan yang ada
panggilan Allah SWT dan mencari ridha-Nya pada waktu tertentu dan
dengan niat tertentu.16
2. Dasar Hukum Haji
Ibadah haji merupakan ibadah besar yang tidak setiap saat orang dapat
menunaikannya, karena membutuhkan kekuatan fisik di samping kekuatan
dana bagi orang-orang yang jauh dari kota makkah, oleh karena itu Allah
SWT hanya mewajibkan bagi orang-orang yang mampu saja baik lahir
maupun bathin untuk melaksanakan ibadah haji.
Ibadah haji yang pertama kali bagi seorang muslim hukumnya wajib.
Syariat islam mewajibkan haji atas setiap mukallaf, sekali dal seumur hidup.
Seluruh ulama sepakat menetapkan, bahwasanya haji itu tidak berulang-ulang,
diwajibkan sekali saja untuk seumur hidup. Terkecuali jika di nazarkan.
Selain dari satu kali yang wajib, maka yang lebih dari satu kali dipandang
sunah.17
Para Imam Mazhab sepakat atas kewajiban haji, karena itu orang yang
mengingkari kefarduannya berarti ia kafir. Allah mewajibkan haji kepada
umat islam yang mampu, mengandung beberapa hikmah, diantaranya bahwa
dengan haji umat islam dapat berkumpul di satu tempat dalam suasana
beribadah kepada Allah yang Maha Esa, dengan mengikhlaskan agama yang
16
Abd. Majdi, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, ( Surabaya : Mutiara Ilmu, 1999 ), edisi Revisi, H.18
17
lurus kepada-Nya sebagai pangkal keberuntungan dan keberhasilan di dunia
dan akhirat.
Ibadah haji dan umrah merupakan penutup segala urusan dan
penyempurna keislaman seseorang. Bagi yang mampu maka wajib untuk
melaksanakannya,
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 97 :
!
"
#
$%
& &
'()*
++
,
-. #
/01
3
45
6
63
7"
8
9 :;<
6= 3
>)= ?&<
@
"
#
)A)*
' B
C.
DEG)H
7"
IJ K0L &M63
7NOP
Artinya : “ padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, ( diantaranya ) maqam Ibrahim ; barangsiapa memasukinya ( baitullah itu ) menjadi amanlah dia ; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu ( bagi ) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah ; barangsiapa mengingkari ( kewajiban haji ), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya ( tidak memerlukan sesuatu ) dari semesta alam. ( QS. : Ali Imran :97 )
Hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :
!"# $ %#
" #&
'( ) # *+ ,
6"7ﻝ 8 9ی $ 2+";ﻝ
<ﻡ * &$ =% ﻝ >?ﺡ$ 2
A $
!#Bﻡ
“ dari Abdullah bin Umar ra berkata :
Rasulullah SAW bersabda : islam itu ditegakkan atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya nabi Muhamad itu adalah utusan Allah, mengerjakan shalat lima waktu, membayar zakat, mengerjakan haji dan berpuasa pada bulan
Ramadhan.” ( H.R. Muslim )18
Menurut Menteri Agama RI, istita’ah berarti mampu yang mana maksud
mampu disini adalah mampu melaksanakan ibadah haji dan umrah ditinjau
dari segi :
a. Jasmani
Sehat dan kuat agar tidak sulit melaksanakan ibadah haji dan umrah.
b. Rohani
• Mengetahui manasik haji dan umrah
• Berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan perjalanan jauh
c. Ekonomi
• Mampu membayar ONH ( Ongkos naik haji )
• ONH bukan sumber kehidupan yang apabila dijual
menyebabkan kemadharatan bagi diri sendiri dan keluarga. d. Keamanan
• Aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji dan
umrah
• Aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan
tanggung jawab yang ditinggalkan dan tidak terhalang / mendapat izin untuk melaksanakan ibada haji dan umrah. 19
18
Abil Husain Muslim bin Hajjaji Qusaeri Annasaiburi, Shahih Muslim, juz 2, ( Beirut : Daarul Fikr,1414/1993 M ), H 32
19
3. Sejarah Haji
Ibadah haji adalah ibadah yang hampir sama tuanya dengan ibadah
shalat, puasa dan zakat. Ibadah yang diwajibkan atas manusia pertama, Adam.
Sebuah riwayat, bahkan menuturkan, sebelum diperintahkan kepada Adam,
haji merupakan ibadah yang diperintahkan Allah kepada para malaikat. Allah
memerintahkan malaikat untuk membangun ka’bah di Bakkah ( sekarang
lebih dikenal dengan nama Makkah ), dan kemudian melakukan thawaf (
berputar mengelilingi Ka’bah ).20
Abu al Hasan ar ridha pernah ditanya tentang waktu haji,” kenapa
waktunya ditetapkan pada tanggal 10 Zulhijah ?” imam menjawab, “ yang
pertama kali melaksanakan haji di Baitullah adalah para malaikat, dan mereka
bertawaf disana pada waktu tersebut, maka Allah SWT menetapkan itu
sebagai sunah dan waktu pelaksanaan haji sampai hari kiamat. Para nabi
seperti nabi Adam as,. Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Isa as., Nabi
Musa as., dan Nabi Muhammad saw., juga melaksanakan haji pada waktu
tersebut, lalu dijadikan sunah untuk anak-cucu keturunan mereka sampai hari
kiamat.21
4. Sekilas Tentang Perjalanan Penyelenggaraan Haji Indonesia
20
“ Perintah Allah untuk berhaji “, Panduan Haji, Republika, Jakarta, h.11, t.th
21
Pengaturan penyelenggaraan haji Indonesia telah dilakukan sejak
zaman penjajahan hingga saat ini. Bedanya, kalau di zaman penjajahan
mengandung nuansa politik yang sangat kental, yaitu di satu sisi untuk
mengambil hati kaum Muslimin Indonesia di sisi lain dimaksudkan untuk
mengawasi dan mengendalikan para hujjaj agar tidak merugikan kepentingan
kolonial. Untuk maksud tersebut, pemerintah Belanda antara lain menetapkan
ketentuan-ketentuan yang memberatkan kepada para jamaah dan membuka
kantor Konsulat di Jeddah pada tahun 1872.22 Sedangkan pada zaman
kemerdekaan pengaturan penyelenggaran haji dimaksudkan untuk memberi
kemudahan dan perlindungan terhadap jamaaah haji. Hanya saja dari waktu ke
waktu penyelenggaraan haji tersebut tetap tidak sepi dari persoalan. Persoalan
itu pada umumnya disebabkan oleh ulah pihak-pihak yang ingin mengambil
keuntungan pribadi atau kelompok, baik melalui penipuan, pemerasan,
penyimpangan dari ketentuan yang berlaku atau cara-cara lain yang
merugikan jamaah.
Sebagai ilustrasi mengenai persoalan yang pernah timbul dalam
penyelenggaraan haji sejak masa kemerdekan :
1. Sejalan dengan penyempurnaan penyelenggaraan haji pada waktu lalu,
didirikan PT Arafat, perusahaan angkutan jamaah haji dengan kapal
22
laut. Namun dalam perjalanannya, ditemukan adanya kelemahan,
penyimpangan dan penipuan, sehingga banyak jamaah haji yang
dirugikan dan bahkan tidak dapat melaksanakan ibadah haji.
Terjadinya penyimpangan, penipuan dan kericuhan antara lain
disebabkan oleh adanya sistem kuota, seleksi dan undian. Selain itu,
muncul pula persaingan yang tidak sehat antara penyelenggara haji
swasta dan kesulitan tehnis administrasi.
2. Ikut sertanya yayasan-yayasan yang tidak berpengalaman juga turut
memperburuk persoalan penyelenggaraan haji. Kasus Mukersa Haji
dengan Oriental Queen mengenai pembayaran biaya carter kapal yang
tidak lunas dan kasus Yayasan Al Ikhlas yang memberangkatkan haji
tanpa dokumen lengkap dan pengurusan dana yang tidak benar, serta
Kasus Yayasan Mu’awanah Lil Muslimin (YAMU’ALIM) di
Semarang merupakan contoh kasus yang muncul dalam
penyelenggaraan haji masa lalu.
3. Sedangkan penelantaran jamaah haji ONH Plus di Arab Saudi pada
beberapa tahun belakangan ini karena tidak dibekali dengan tiket
pulang dan atau ditempatkan di pemondokan yang tidak layak
merupakan salah satu contoh kasus yang terjadi di masa kini.
4. Kasus-kasus menonjol lainnya yang pernah terjadi di Arab Saudi,
seperti permainan calo/perantara dalam pengadaan rumah
banyak lagi persoalan yang yang tidak dapat disebut satu-persatu
dalam paparan ini.
Pengaturan penyelenggaraan ibadah haji paska kemerdekaan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan situasi dan tuntutan
pada zamannya, yang dapat diurut sebagai berikut :
TAHUN PENGATURAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
1949/1950 Pemberangkatan haji pertama ke Arab Saudi
1950-1962 Penyelenggaraan haji dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah dan Yayasan Perjalanan Haji Indonesia ( YPHI ) yang didirikan tanggal 21 Januari 1950 dengan pengurusya terdiri dari para pemuka Islam berbagai golongan
1962-1964 Pemerintah membentuk dan menyerahkan penyelenggaraan haji Indonesia kepada Panitia Perbaikan Perjalanan Haji ( P3H ). Pada periode inilah dimulai penyelenggaraan haji Indonesia dengan suatu panitia yang bersifat inter-departemental ditambah dengan wakil-wakil Badan/Lembaga Non Departemen, yang kemudian ditingkatkan menjadi tugas nasional, yang dimasukkan dalam tugas dan wewenang Menko Kompartimen Kesejahteraan, dengan demikian, urusan haji yang tadinya berbentuk Panitia Negara P3H berubah menjadi Dewan Urusan Haji ( DUHA )
1965-1966 Dewan Urusan Haji menjadi Departemen Urusan Haji dipimpin oleh seorang Menteri dibantu oleh beberapa Deputi Menteri. Pada tahun 1966 Departemen ini digabungkan ke Departemen Agama menjadi Direktorat Jenderal Urusan Haji Departemen Agama dan sejak tahun 1979 hingga sekarang menjadi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan haji
1969 Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.22 tahun 1969 dan instruksi Presiden No.6 tahun 1969 yang mengatur penyelenggaraan haji hanya oleh Pemerintah, yang dilaksanakan Departemen-Departemen dan Lembaga-Lembaga lain yang terkait di bawah koordinasi Departemen Agama
1999 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji yang merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan haji Indonesia
2008 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji sebagai pengganti Undang-Undang No.17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji
Kaum Muslimin Indonesia memahami haji sebagai suatu urusan ibadah yang
mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Pandangan seperti
itu memengaruhi interpretasi calon haji dan merupakan suatu motivasi baginya untuk
melaksanakan ibadah haji. Oleh karena perjalanan haji memerlukan biaya yang tidak
sedikit dan pelaksanaan haji harus sesuai dengan petunjuk agama maka calon haji
harus bekerja keras mengumpulkan biaya dan belajar manasik haji.
Perjalanan haji pada abad XX lebih baik dibandingkan dengan abad-abad
sebelumnya. Fasilitas perjalanan dan pelaksanaan haji dibenahi dan ditata oleh
pemerintah Hindia Belanda maupun pemerintah di Hijaz. Kondisi perjalanan haji
yang demikian merupakan salah satu faktor bertambahnya jumlah jamaah haji. Akan
tetapi, peraturan-peraturan tentang perjalanan haji yang dikeluarkan oleh pemerintah
Hindia Belanda dianggap menyulitkan jama’ah haji, peraturan-peraturan tersebut
tertuang dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie no 318 tanggal 12 Agustus 1902,
yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan beberapa staatsblad
Nederlandsch-Indie sesudahnya, keputusan-keputusan tersebut berisi ketentuan-ketentuan pokok
sebagai berikut :
1. Kewajiban jamaah haji memiliki pas-haji
3. Pemberian visa
4. Sanksi terhadap yang melanggar aturan 5. Pembayaran pas-haji
6. Tiket haji pergi pulang23
Oleh karena itu, mereka memandang perjalanan haji melalui pelabuhan
embarkasi yang berada dalam wilayah jajahan Inggris jauh lebih murah dan mudah
dibandingkan dengan berangkat dari pelabuhan embarkasi di Hindia Belanda.
B. KBIH
1. Pengertian KBIH
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) adalah organisasi,
yayasan, majelis taklim, atau lembaga keagamaan islam sejenis yang
menyelenggarakan bimbingan ibadah haji. Dasar pendiriannya adalah Surat
Keputusan Menteri Agama ( SKMA ) No.374-A Tahun 1995.24
Sesuai namanya, tugas KBIH adalah memberikan bimbingan ibadah haji
kepada masyarakat calon jamaah haji agar mampu melaksanakan ibadah haji
secara sah dan sempurna serta mandiri dalam rangka memperoleh haji mabrur.
2. Latar belakang keterlibatan KBIH
Sebelum orde baru, umat islam yang akan menunaikan ibadah haji
23
M. Shaleh Putuhena, Historiografi Haji Indonesia, ( Yogyakarta : LKIS Yogyakarta, 2007 ) H. 156
24
banyak mengalami kesulitan karena terbatasnya sarana dan prasarana yang
diperlukan. Di samping itu, jumlah orang yang akan pergi haji juga dibatasi
dengan sistim undian, sehingga seseorang harus menunggu nasib
bertahun-tahun, bahkan di antaranya telah meninggal dunia sebelum mendapat undian.
Sambil menunggu mendapatkan kotum haji mereka berkelompok di bawah
bimbingan ustadz atau gurunya, diantaranya untuk mempelajari ilmu manasik
haji serta diskusi masalah keagamaan lainnya.
Setelah era orde baru, yang pada saat itu dikatakan memperjuangkan
kepentingan masyarakat, diusahakan berbagai kemudahan dan pelayanan haji
yang sebaik-baiknya, sehingga semangat dan keinginan umat islam untuk
menunaikan ibadah haji semakin meningkat. Namun demikian,
penyelenggaraan urusan haji belum sepenuhnya ditangani oleh pemerintah,
yang dalam hal ini oleh Yayasan Perjalanan Haji Indonesia ( YPHI ), yang
didalamnya termasuk kelompok Majelis Taklim atau Yayasan Keagamaan25.
Dalam kaitannya dengan penanganan kegiatan manasik haji,
diupayakan pola pelaksanaan yang “ dari masyarakat untuk masyarakat “ .
dengan pola ini diharapkan dapat dihasilkan pelayanan yang lebih baik dan
terarah terhadap keinginan umat islam yang ingin menunaikan ibadah haji.
Untuk itu kemudian dibentuk kelompok-kelompok bimbingan ibadah haji,
25
yang lebih dikenal dengan KBIH. Kelompok ini biasanya dipimpin oleh
seorang ustadz yang akan memberikan bimbingan manasik haji. Dari hari ke
hari KBIH ini tumbuh semakin banyak.
Dengan munculnya jumlah KBIH yang semakin banyak tersebut maka
kemudian muncul persaingan yang cukup tajam di antara mereka. Semangat
yang menonjol bukan lagi ukhuwwah ( persaudaraan ), tetapi lebih mengarah
kepada orientasi bisnis. Dengan dalih ibadah, tidak sedikit di antara KBIH
yang saling bersaing secara “ kurang sehat “ dengan cara menampilkan
janji-janji fasilitas yang “ lebih “, meskipun fasilitas yang tersebut sesungguhnya
telah diberikan/disediakan oleh pemerintah. Melihat kenyataan ini maka
pemerintah berusaha untuk melakukan pembinaan terhadap KBIH agar
terarah dan tidak berkembang menjadi sebuah eksklusivitas yang
mementingkan kelompoknya masing-masing.26
Pada awalnya organisasi KBIH telah tumbuh dan berkembang secara
simultan dengan perkembangan penyelenggaraan urusan haji. Sebagaimana
kita ketahui, pertumbuhan berlangsung secara pelan namun pasti, dan
memberikan makna terhadap syiar agama Islam.
Semula, kegiatan KBIH lebih banyak diwarnai oleh orientasi pada
bimbingan manasik haji, dan umumnya berpangkalan di pesantren-pesantren
26
atau yayasan-yayasan pendidikan islam. Kemudian, kegiatan yang semula
hanya manasik haji di tanah air ini berkembang hingga berbagai bentuk
bimbingan lainnya di tanah suci, seperti ziarah, dan sebagainya. Begitu
berkembangnya kegiatan ini, sampai-sampai para kolektor haji yang
sesungguhnya “ tidak menguasai “ juga ikut-ikutan mendirikan KBIH. Dari
sinilah kemudian muncul berbagai fenomena ke “ tidak professional “ an
pelayanan oleh KBIH, dan bahkan cenderung mengabaikan semangat
ukhuwah islamiyah. Untuk itulah kemudian diterbitkan Surat Keputusan
Menteri Agama ( SKMA ) No.374-A Tahun 1995, yang pada prinsipnya
semakin mengukuhkan kelembagaan KBIH dengan harapan mampu
mengantarkan kelompok-kelompok bimbingan yang telah sedemikian tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat semakin terbina dan terarah,
sesuai dengan tuntutan masyarakat
3. Fungsi dan Peranan KBIH
Sesuai namanya, tugas KBIH adalah memberikan bimbingan haji
kepada masyarakat calon jamaah haji agar mampu melaksanakan ibadah haji
secara sah dan sempurna serta mandiri dalam rangka memperoleh haji mabrur.
Fungsi dan peranan dari KBIH ini pada dasarnya adalah :
a. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan manasik haji bagi calon jamaah
b. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan terhadap pelayanan pemeriksaan
kesehatan bagi masyarakat calon jamaah haji
c. Melaksanakan bimbingan dan tuntunan manasik haji yang ada di
kelompoknya selama di tanah suci
d. Memberikan laporan atas pelaksanaan kegiatan bimbingan dan tuntunan
terhadap jamaah haji atau calon jamaah haji yang menjadi tanggung
jawabnya.
Ketentuan-ketentuan Pokok yang Berkaitan dengan KBIH27
Secara teknis administratif, KBIH terikat dengan beberapa ketentuan pokok
sebagai berikut :
1. Setiap KBIH membimbing minimal 50 orang dan maksimal 480 orang (
satu kloter )
2. Peserta haji di KBIH dibagi menjadi rombongan dan regu, dimana tiap
rombongan terdiri atas 50 orang dan tiap regu terdiri atas 10 orang, yang
masing-masing dipimpin oleh ketua rombongan ( karom ) dan ketua regu
3. Setiap rombongan dipimpin minimal oleh pembimbing ibadah haji, dan
setiap 250 orang jamaah dilayani oleh minimal seorang dokter.
4. Materi bimbingan manasik haji berpedoman pada buku bimbingan
manasik haji yang diterbitkan Departemen Agama.
27
5. Pembimbing manasik haji adalah mereka yang telah mengikuti penataran
manasik haji yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.
6. Setiap KBIH tidak boleh mengutamakan identitas kelompok.
7. Setiap KBIH dapat membebankan biaya kepada jamaah haji diluar ONH
maksimal sebesar Rp 2.000.000,- dan minimal sebesar Rp 500.000,-
C. Kebijakan Haji di Indonesia
1. Kebijakan tentang pengelolaan dana haji
Ongkos naik haji ( ONH ) 28 adalah salah satu syarat utama seseorang
dapat menunaikan haji karena menurut Menteri Agama Republik Indonesia
kemampuan ekonomi seseorang harus kuat untuk dapat menunaikan ibadah
haji. Jangan sampai ongkos naik haji seseorang itu didapat dari sesuatu yang
haram seperti judi, mencuri dan sebagainya atau dari sumber kehidupan yang
apabila dijual akan mendatangkan mudharat bagi diri sendiri dan keluarga29.
Besarnya Ongkos Naik Haji ( ONH ) atau Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji ( BPIH ) ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah
mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) komisi VIII
dengan berbagai pertimbangan seperti kurs yang berlaku saat itu, harga
minyak dunia dan lain-lain.
28
Belakangan istilah ONH diganti oleh Departemen Agama menjadi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ( BPIH )
29
Besarnya BPIH untuk tiap embarkasi atau daerah berbeda-beda,
Pemerintah dan DPR dalam rapat kerja Menteri Agama Muhammad Maftuh
Basyuni dengan komisi VIII DPR-RI, Senin (15/6) malam menyepakati
besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2009 dengan perhitungan
rata-rata terjadi kenaikan pada komponen US dollar 38 USD, dan penurunan
komponen rupiah sebesar Rp 401.000,-, jika dibandingkan dengan BPIH
tahun lalu, ada beberapa embarkasi yang mengalami kenaikan, berikut data
BPIH tahun 2008 dan 2009 :
Data Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ( BPIH )30
embarkasi 2008 2009
Aceh USD 3,528 USD 3,243
Medan USD 3,292 USD 3,333
Batam USD 3,292 USD 3,409
Padang USD 3,258 USD 3,329
Palembang USD 3,379 USD 3,377
30
“ Pemerintah dan DPR sepakati BPIH “Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari
Jakarta USD 3,430 USD 3,444
Solo USD 3,379 USD 3,407
Makassar USD 3,517 USD 3,575
Sedangkan untuk biaya operasional dalam negeri tahun lalu sebesar Rp
501.000,- dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp 100.000,-, karena biaya
tersebut disubsidi melalui dana optimalisasi setoran awal jemaah haji kecuali
asuransi. Asuransi sebesar Rp.100.000,00 untuk semua embarkasi31
Komponen biaya haji terbagi menjadi 2 yaitu direct cost dan indirect cost,
direct cost adalah biaya langsung untuk kepentingan jamaah yang harus dibayar oleh
jamaah, termasuk dalam komponen ini adalah sewa pemondokan, konsumsi, dan
dokumen haji. Sedangkan indirect cost adalah pembiayaan tidak langsung yang harus
ditanggung oleh pemerintah seperti sewa kantor haji di Madinah, sewa jasa
31
Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Biaya Penyelenggaraan Haji Tahun 2009 M
Surabaya USD 3,430 USD 3,512
Banjarmasin USD 3,517 USD 3,508
pengacara, biaya penerbangan petugas nonkloter, dan rehab beberapa asrama haji di
dalam negeri.
Untuk rincian BPIH yang dipergunakan untuk penyelengaraan ibadah haji
meliputi komponen sebagai berikut
1. Biaya Penerbangan Haji
Biaya penerbangan haji sebesar 54,0%, meliputi harga tiket dari
masing-masing embarkasi di Indonesia ke Jeddah p.p, biaya airport tax di Arab Saudi,
dan surcharge bagi jemaah haji yang mendarat di atau terbang dari Madinah.
2. Biaya Operasional di Arab Saudi
Biaya yang dipergunakan jemaah haji selama di Arab Saudi sebesar 44,4%,
meliputi :
1) Maslahah Ammah (general service) adalah biaya wajib yang dibayarkan
kepada pemerintah Arab Saudi, meliputi : pelayanan maktab wukala di
Jeddah, muasassah Thawafah, Maktab Zamazimah di Makkah dan
Muasassah Adilah di Madinah, biaya perkemahan di Arafah dan Mina.
2) Naqabah adalah biaya angkutan darat (transportasi) antar kota perhajian
Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah Mina, Tempat transit/pemondokan
ke Airport KAIA Jeddah/Airport AMMA Madinah, ongkos bongkar muat
barang di tempat transit/Madinah/Makkah, dan pencetakan stiker
3) Akomodasi adalah biaya penyewaan perumahan di Makkah, Madinah,
tempat transit, dan tempat pelayanan dan kemah.
4) Konsumsi adalah biaya makan selama di Madinah 2 kali 9 hari, tempat
transit 4 kali, terminal hijrah 2 kali, masa kedatangan dan kepulangan di
bandara Jeddah, Armina, safari wukuf 11 kali, konsumsi jemaah haji sakit
dan jemaah sesat.
5) Konsumsi Armina adalah biaya konsumsi dan pelayanan jemaah haji
selama di Arafah Mina.
6) Living cost adalah biaya hidup jemaah haji selama di Arab Saudi sebesar
SR 1.500.00 yang dikembalikan kepada jemaah haji di asrama haji
embarkasi pada saat keberangkatan.
3. Biaya Operasional Dalam Negeri
Biaya yang dipergunakan untuk jemaah haji selama di tanah air sebesar 1,6%,
meliputi:
1) Perbekalan haji adalah biaya untuk pengadaan kebutuhan jemaah haji
berupa: paspor, paket manasik, blanko SPPH/SPMA/nominatif, stiker
pengaman paspor, gelang identitas, dan pengiriman barang.
2) Konsumsi adalah biaya makan selama di asrama haji embarkasi 3 kali
makan 2 kali snack.
3) Akomodasi adalah bantuan biaya kebersihan dan pelayanan di asrama haji
4) Kegiatan operasional haji adalah biaya untuk penyelesaian paspor dan
pemvisaan haji, pembinaan jemaah haji, pelaksanaan qur’ah maktab dan
rumah Makkah.
5) Passanger Service Charge (PSC) adalah biaya pelayanan jasa penumpang
pesawat udara di bandara embarkasi.
6) Asuransi.
4. Biaya yang menjadi tanggungan calon jamaah haji diluar komponen BPIH
Kegiatan-kegiatan pendukung pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji yang
tidak termasuk komponen BPIH menjadi tanggungan jemaah haji
masing-masing yang besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah, meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum masuk asrama haji embarkasi.
2. Perjalanan dari tempat tinggal ke asrama haji embarkasi/debarkasi pergi
pulang.
3. Biaya ziarah ke tempat bersejarah di Makkah.
4. Biaya Dam, diharapkan dapat disalurkan ke Islamic Development Bank
melalui Bank Ar-Rajhi secara sukarela sesuai himbauan pemerintah Arab
Saudi.
6. Pakaian seragam.32
2. Kebijakan Tentang Pengelolaan Dana Bimbingan Haji Pada KBIH
Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa KBIH
merupakan mitra dari Departemen Agama dalam hal bimbingan para calon
jama’ah haji, KBIH berperan untuk memberikan bimbingan seputar
pelaksanaan haji agar para calon jamaa’ah haji tidak melakukan kesalahan
pada saat pelaksanaan haji di Makkah, karena bimbingan yang diberikan oleh
Departemen Agama bisa dikatakan kurang maksimal, keterbatasan jumlah
pembimbing menjadi kendala dalam membimbing para calon jama’ah haji
se-Indonesia.
Dalam hal ini, Departemen Agama telah menetapkan kepada seluruh
KBIH untuk memungut biaya sebesar Rp.2.500.000,00 dari setiap calon
jama’ah sebagai biaya bimbingan haji, dana tersebut diharapkan dapat
digunakan secara maksimal oleh seluruh KBIH khususnya dalam hal
bimbingan, bagi KBIH yang memungut lebih dari itu akan dikenakan sanksi
yang berlaku. Biaya tersebut digunakan untuk keperluan pembuatan seragam,
32
biaya pembimbing, makanan ringan selama bimbingan dan biaya operasional
lainnya33.
Beberapa peraturan-peraturan yang mengatur tentang hal ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008
Dalam Undang-Undang ini khususnya Bab VII Pembinaan, pasal 30
ayat 1 yaitu : ” Dalam rangka pembinaan Ibadah Haji, masyarakat dapat
memberikan bimbingan Ibadah Haji, baik dilakukan secara perseorangan
maupun dengan membentuk kelompok bimbingan.”34
Pasal ini didasari oleh adanya kepentingan masyarakat banyak
khususnya dalam hal bimbingan haji. Tujuannya adalah untuk membantu
Pemerintah agar para calon jamaah haji mendapatkan bimbingan dan
penyuluhan yang maksimal, mengingat Ibadah Haji merupakan ibadah yang
sangat sakral.
2. Keputusan Menteri Agama ( KMA ) Nomor 396 Tahun 2003
Dalam KMA pasal 32 ayat 1 disebutkan : ” KBIH berkewajiban
melakukan bimbingan haji kepada jamaahnya baik di Tanah Air maupun di
Arab Saudi. ”
33
Wawancara pribadi dengan H.Alimin Idris selaku wakil ketua KBIH Nurul Fawz, Tangerang, 26 oktober 2009
34
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2008 pasal 30 ayat 1 bahwa bimbingan haji dapat dilakukan oleh
perseorangan atau oleh kelompok bimbingan35. KBIH atau Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji merupakan lembaga atau yayasan yang kegiatannya
melakukan bimbingan haji kepada calon jamaah haji.
Kemudian peraturan yang mengatur tentang keabsahan KBIH
memungut biaya bimbingan tercantum dalam Keputusan Menteri Agama ini
pasal 32 ayat 4 yaitu : ” Untuk melaksanakan bimbingan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), KBIH tidak dibenarkan memungut biaya kecuali
biaya bimbingan dan atas dasar kesepakatan dengan peserta bimbingan.”36
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa KBIH boleh memungut biaya dari
para calon jamaah haji diluar komponen BPIH atas dasar kesepakatan dan
hanya untuk kepentingan bimbingan. Untuk besarnya biaya yang boleh
diambil diatur dalam peraturan lain.
3. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/406
Tahun 2008
35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasal 30 ayat 1
36
“Keputusan Menteri Agama Nomor 396 Tahun 2003”, diakses pada tanggal 05 Desember dari
http://www.ariessoftware.net/depagmalang/images/data/kma_396_tahun_2003.pdf
Selain dari peraturan tersebut diatas, ada beberapa ketentuan lain yang
berhubungan dengan KBIH yaitu37 :
a. Melaporkan pelaksanaan bimbingan manasik haji setelah pelaksanaan
b. Melaporkan jumlah peserta bimbingan
c. Melaporkan rencana program pembimbingan manasik haji;
d. Melaporkan kesepakatan pungutan biaya dan tambahan bimbingan dan
rincian penggunaannya sebanyak-banyaknya Rp. 2.500.000,- (dua juta lima
ratus ribu rupiah) per orang dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah
masing-masing
e. Sejak dari Embarkasi sampai ke Arab Saudi tidak boleh memasang identitas
dan atribut KBIH seperti memasang spanduk, bendera dan memakai pakaian
seragam
f. Sejak dari Embarkasi tidak ada lagi kelompok/golongan kecuali kelompok
terbang yang dipimpin oleh seorang ketua kloter
g. Tidak boleh melaksanakan langkah-langkah eksklusif dalam mempengaruhi
jamaah dan mengabaikan Petugas Operasional yang menyertai jamaah,
PPIH di Arab Saudi dan pihak muassasah
h. Tidak ikut campur dalam penentuan kloter, pengaturan dalam penerbangan
dan bus, serta penempatan jamaah di pemondokan di Arab Saudi
37
i. Tidak menarik dana tambahan di luar dari kesepakatan yang telah disetujui
oleh Kepala Kantor Wilayah setempat.
Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/406
Tahun 2008 ini menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan KBIH. Salah satunya
adalah mengenai batas maksimal biaya yang boleh dipungut oleh KBIH sebagai biaya
bimbingan yaitu sebesar Rp 2.500.000,- ( dua juta lima ratus ribu rupiah ), tapi tidak
menutup kemungkinan KBIH mengambil biaya lebih dari batas maksimal tersebut,
tentunya dengan kesepakatan dan tidak memberatkan para calon jamaah haji yang
kemudian dilaporkan dan di izinkan oleh Kantor Wilayah masing-masing.
Bagi KBIH yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut diatas maka akan
dikenakan sanksi seperti pencabutan izin operasional. Seperti yang dialami oleh
KBIH NH di Sumatera Utara. Departemen Agama daerah Sumatera Utara akan
segera membekukan izin operasional KBIH tersebut karena terlibat kasus penipuan
62 calon jamaah haji Sumatera Utara. Pemberian sanksi tersebut dilakukan karena
KBIH NH telah melanggar tugas dan fungsinya. KBIH hanya bertugas memberikan
bimbingan, pembinaan kepada calon jamaah haji, sedangkan KBIH NH ini
melakukan pendaftaran haji.38
38
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI ( KBIH ) NURUL FAWZ DAN AL-IKHLASH KOTA TANGERANG
A. KBIH Nurul Fawz 1. Sejarah berdirinya
Berdirinya KBIH Nurul Fawz ini berangkat dari kekhawatiran,
kekhawatiran akan orang-orang yang lebih mementingkan kehidupan
dunianya ketimbang urusan akhiratnya, ketika seseorang ditanya mengapa
belum berangkat haji pasti jawabannya adalah karena belum ada dana,
padahal untuk urusan dunianya mereka jungkir balik untuk
mendapatkannya walau berhutang kepada orang lain, pemikiran yang
seperti inilah yang ingin coba dirubah. Kemudian tentang adat tradisi dan
salah kaprah serta bid’ah yang dicampur adukkan didalam pelaksanaan
ibadah haji, ibadah haji adalah ibadah yang suci dan sangat sacral, banyak
orang yang melakukan bid’ah dalam pelaksanaannya seperti pelepasan
jamaah haji dengan menggunakan azan dan iqamat, pemikiran bahwa
mempermudah mencium hajar aswad, dan lain-lain.39 Dengan
didirikannya KBIH Nurul Fawz ini para Pembina mencoba untuk
mengubah pandangan-pandangan seperti itu, serta untuk membantu
pembinaan di tanah air dan tanah suci Makkah karena banyak
petugas-petugas dari Departemen Agama yang kewalahan dalam membina jamaah
yang begitu banyak sehingga jamaah tidak terbina secara baik, padahal
para jamaah butuh sekali pembinaan baik di tanah air maupun di tanah
suci Makkah.
Maksud dan Tujuan berdirinya KBIH Nurul Fawz40
a. Menampung dan membantu mendaftar jamaah untuk mendapatkan quota
haji melalui siskohat Departemen Agama
b. Membimbing jamaah dengan ilmu manasik sesuai sunnah Rasul
c. Membimbing ibadah di tanah suci masjidil haram dan Madinatul
Munawaroh
d. Menyiapkan perlengkapan jamaah agar terkesan mudah dan berkwalitas
e. Membimbing ibadah haji dan umroh jamaah agar tidak terkontaminasi
dengan adat dan tradisi yang tidak cocok dengan hokum syariah
f. Diharapkan dapat meraih haji mabrur dan dapat merubah sikap serta
perilaku kea rah yang positif sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.
39
KBIH Nurul Fawz, company profile, 2009 40
2. Visi dan Misi KBIH Nurul Fawz
Visi
ikhlas, sabar dan syukur dalam amal dan ibadah
Misi
a. Menanamkan jiwa yang ikhlas dalam amal dan ibadah
b. Membiasakan menghadapi setiap masalah dengan sikap sabar dan
teliti
c. Berusaha menghafal bacaan dalam manasik
d. Selalu sujud dan shalat sunat syukur setiap mendapat nikmat
e. Selalu shalat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebagai
wujud perilaku syukur nikmat
f. Memperbanyak ibadah thawaf sunat di Masjidil Haram
g. Melatih diri untuk bersedekah setiap saat sesuai kemampuan
h. Melakukan ziarah ke tempat bersejarah
i. Selalu menjalin silaturahmi pada saat dan pasca haji melalui Forum
Majelis Taklim
j. Membentuk koperasi lumbung haji sebagai media komunikasi dan
ekonomi umat.
3. Struktur Organisasi 41
41
Organisasi KBIH Nurul Fawz bernaung di bawah panji Yayasan Nurul
Fawz sebagai payung hukum, kegiatan yayasan Nurul Fawz sebagai
organisasi social agama dan pendidikan meliputi :
a. Majelis taklim An-Nur
b. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH )
c. Santunan sosial janda dan anak yatim
d. Warung koperasi haji sederhana
e. Kontrakan dan property
Struktur Organisasi42 KBIH Nurul Fawz
42
KBIH Nurul Fawz, Struktur Organisasi, 2009
Hj. Nurbaity, BA Ketua Umum
H. Ilyas Idris, SH Wakil Ketua
Nurhayati Idris Bendahara Hj.Lia Purnama Sari, S.Ak
Sekretaris
Hj. Kartini, S.Pd Wakil Bendahara Hj. Siti Zulaikha, Sm.Ak
Wakil Sekretaris
B. KBIH Al-Ikhlash
1. Sejarah berdirinya
Tahun 1999 merupakan langkah awal pembentukan KBIH Al-
Ikhlash yang bermula dari keinginan beberapa murid Hj. Rohani Ardi selaku
dewan pendiri KBIH Al-Ikhlash untuk menemani dan membimbing mereka
dalam melaksanakan ibadah haji. Dari banyaknya permintaan itu maka
timbullah niat untuk membentuk suatu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (
KBIH ) yang pada saat itu belum diberi nama.
Untuk pemberian nama ini K.H Darma Setiawan dan Hj. Rohani Ardi
mengajukan beberapa usulan nama kepada Bapak Walikota Tangerang H.M
Thanrin untuk member nama Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH )
tersebut. Dari sekian banyak nama akhirnya terpilihlah nama Al-Ikhlash untuk Drs. H. A. Umar Bachrum
H. Ilyas Idris, SH Seksi Binroh
Sukroni Bermawi Gaos Dr. Rahmat Wiyadi
Seksi Kesehatan
Hidayat Idris
H.M.Fadhli Rabbani Seksi keamanan dan
transportasi
Hj. Siti Maani, S.Ag Drs. H. Nurdin M. Saleh Latifah
Seksi Humas dan Publikasi
Drs. H. Rustam
KBIH tersebut dengan harapan agar pengurus KBIH ini ikhlash menjalankan
tugasnya karena Allah SWT.43
Setelah nama KBIH tersebut disepakati, maka terbentuklah sebuah
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) Al-Ikhlash. KBIH ini kemudian
disahkan oleh SK. Kanwil Depag Propinsi Jawa Barat.
No.Wi/Hj.01/KPTS/345/1999 Tgl.23 Agustus 1999.44
KBIH Al-Ikhlash ini tepatnya berdiri pada tanggal 22 Maret 1999 dan
memiliki kantor secretariat yang bertempat di perumahan KORPRI Blok I Nc
6 Kelurahan Kedaung Wetan Kotamadya Tangerang. KBIH Al-Ikhlash ini
diketuai oleh K.H Darma Setiawan selaku pimpinan yayasan dan pimpinan
KBIH Al-Ikhlash. Hingga tahun 2007 KBIH ini telah memiliki alumni
sebanyak 998 jama’ah.
2. Visi dan Misi KBIH Al-Ikhlash45
Visi
Menjadi lembaga terdepan dalam pelayanan dan bimbingan ibadaha
haji dan umroh
Misi
43
KBIH al-Ikhlash, Company Profile, 2009
44
Surat Keputusan Kanwil Depag Propinsi Jawa Barat Tentang Izin Operasional KBIH Al-Ikhlash
45
1. Memastikan pelaksanaan ibadah haji dan umroh sah secara hokum dan
agama
2. Membimbing dan melayani jama’ah secara optimal
3. Mempersiapkan jama’ah mandiri dalam beribadah.
3. Struktur Organisasi KBIH Al-Ikhlash46
46
KBIH al-Ikhlash, Struktur Organisasi, 2009
Pembina
Dra.Hj. Rohani Ardi, M.Si
Penasehat Drs.H.Moch.Thamrin
Ketua H.Darma Setiawan
Pembimbing 1. H.Darma
Setiawan 2. Dra.Hj.Rohani
Ardi M.Si 3. Hj.Dorita,
4. Program Kerja KBIH Al-Ikhlash47
Program kerja berarti daftar rancangan kegiatan suatu acara.
Sedangkan pengertiannya adalah suatu rencana yang telah diolah dengan
memperhitungkan factor-faktor ruang dan waktu serta urutan-urutan
penyelenggaraan secara tegas dan teratur ( Dept. Hankam, 1970 ).
Adapun program kerja KBIH Al-Ikhlash sebagai berikut :
a. Program kerja pra haji
1. Membuat brosur, stiker, block note, formulir pendaftaran dan surat
pernyataan tentang kesediaan calon jamaah haji untuk bergabung
dengan KBIH Al-Ikhlash.
2. Menyediakan spanduk dan bendera KBIH sebagai tanda untuk tempat
tinggal para jamaah haji di Saudi Arabia
3. Mengadakan pelajaran manasik haji meliputi teori da praktek serta
materi tentang akhlakul karimah dan persiapan perjalanan ibadah haji.
4. Pemeriksaan kesehatan di KBIH Al-Ikhlash.
5. Membuat pakaian seragam dan atribut KBIH Al