• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Atmega8535 Sebagai Driver Selenoid Untuk Membuka Kunci Kontak Dengan Sistem Pengkodean Melalui Ponsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Atmega8535 Sebagai Driver Selenoid Untuk Membuka Kunci Kontak Dengan Sistem Pengkodean Melalui Ponsel"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A PROGRAM

(2)

Memory model : Small External SRAM size : 0 Data Stack size : 128

*****************************************************/ #include <mega8535.h>

#asm

.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC #endasm

#include <lcd.h>

int ps[74], indikator2, ind1, kunci, ind2, ind3; unsigned char data1[16];

#define RXB8 1 #define TXB8 0 #define UPE 2 #define OVR 3 #define FE 4 #define UDRE 5 #define RXC 7

#define FRAMING_ERROR (1<<FE) #define PARITY_ERROR (1<<UPE) #define DATA_OVERRUN (1<<OVR)

#define DATA_REGISTER_EMPTY (1<<UDRE)

(3)

#define RX_COMPLETE (1<<RXC)

#define RX_BUFFER_SIZE 8 char rx_buffer[RX_BUFFER_SIZE];

#if RX_BUFFER_SIZE<256

unsigned char rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #else

unsigned int rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #endif

bit rx_buffer_overflow;

interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void) {

char status,data; status=UCSRA; data=UDR;

if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0)

(4)
(5)
(6)
(7)

if (indikator2==3) {ps[4]=data; indikator2=4; } if (indikator2==2) {ps[3]=data; indikator2=3; } if (indikator2==1) {ps[2]=data; indikator2=2; } if (indikator2==0) {ps[1]=data; indikator2=1; } ps[11]=data;

}; }

#ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_

#define _ALTERNATE_GETCHAR_ #pragma used+

char getchar(void) {

char data;

while (rx_counter==0); data=rx_buffer[rx_rd_index];

if (++rx_rd_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_rd_index=0; #asm("cli")

(8)

#include <stdio.h> #include <delay.h>

void kirim_sms() {

printf("AT+CMGS=081264323293"); delay_ms(1000);

putchar(13); delay_ms(1000);

printf("Mobil Sedang Diganggu"); delay_ms(1000);

putchar(26); putchar(13); delay_ms(1000); delay_ms(1000);

printf("AT+CMGS=081264323293"); delay_ms(1000);

putchar(13); delay_ms(1000);

printf("Mobil Sedang Diganggu"); delay_ms(1000);

putchar(26); putchar(13);

(9)

delay_ms(1000); delay_ms(1000); }

void main(void) {

PORTA=0x00; DDRA=0x00; PORTB=0xE0; DDRB=0x1F;

PORTC=0x00; DDRC=0x00;

PORTD=0x00; DDRD=0x00;

(10)

ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; ASSR=0x00; TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00;

TIMSK=0x00;

UCSRA=0x00; UCSRB=0x98; UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x05;

ACSR=0x80; SFIOR=0x00;

(11)

lcd_init(16);

#asm("sei") kunci=1; ind2=0; ind3=0; while (1) {

// Place your code here if (ps[4]==67)

{

(12)
(13)

lcd_putchar(ps[48]); ps[34]=ps[34]-48; ps[35]=ps[35]-48; ps[36]=ps[36]-48; ps[37]=ps[37]-48; ps[38]=ps[38]-48; ps[39]=ps[39]-48; ps[40]=ps[40]-48; ps[41]=ps[41]-48; ps[42]=ps[42]-48; ps[43]=ps[43]-48;

sprintf(data1,"%d",ps[34]); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_puts(data1);

sprintf(data1,"%d",ps[35]); lcd_gotoxy(1,1);

lcd_puts(data1);

sprintf(data1,"%d",ps[36]); lcd_gotoxy(2,1);

(14)

lcd_gotoxy(4,1);

if (ps[34]==1 && ps[35]==2 && ps[36]==6 && ps[37]==4 && ps[38]==3 && ps[39]==2 && ps[40]==3 && ps[41]==2 && ps[42]==9 && ps[43]==3)

(15)

lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putchar(ps[65]); lcd_gotoxy(1,0); lcd_putchar(ps[66]); lcd_gotoxy(2,0); lcd_putchar(ps[67]); lcd_gotoxy(3,0); lcd_putchar(ps[68]); lcd_gotoxy(4,0); lcd_putchar(ps[69]); lcd_gotoxy(5,0); lcd_putchar(ps[70]); lcd_gotoxy(6,0); lcd_putchar(ps[71]); lcd_gotoxy(7,0); lcd_putchar(ps[72]); lcd_gotoxy(8,0); lcd_putchar(ps[73]);

(16)

lcd_puts(data1);

sprintf(data1,"%d",ps[69]); lcd_gotoxy(6,1);

lcd_puts(data1);

sprintf(data1,"%d",ps[70]); lcd_gotoxy(9,1);

lcd_puts(data1);

sprintf(data1,"%d",ps[71]); lcd_gotoxy(12,1);

lcd_puts(data1);

if (ind1==1 && ps[67]==66 && ps[68]==117 && ps[69]==107 && ps[70]==97) {PORTB.1=1; delay_ms(200); kunci=0; PORTB.2=0;}

delay_ms(1000); lcd_clear(); indikator2=0;

ind2=ind2+1; if (ind2==2) {

delay_ms(500); printf("at+cmgd=1"); delay_ms(500);

(17)

putchar(13); delay_ms(500); ind2=0;

} } else {

(18)
(19)

{PORTB.2=1; delay_ms(200); PORTB.2=0; delay_ms(200); PORTB.2=1; kirim_sms(); delay_ms(7000);}

if (PINB.7==1 && kunci==0) {ind3=1;}

if (PINB.7==0 && ind3==1) {PORTB.1=0; delay_ms(200); kunci=1; PORTB.2=0; ind3=0;}

lcd_clear(); }

}; }

LAMPIRAN B TABEL

(20)

Arus Masukan / I1 (Ampere)

Arus Keluaran Power Supplay / I2 (Ampere)

1,89 1,67

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Arus pada Rangkaian Power Supplay

 Dari hasil pengujian solenoid yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Terhubung Tertutup 12,18 Volt 1,82 Ampere

Terputus Terbuka 0 Volt 0 Ampere

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Rangkaian Relay

 Dari hasil pengujian solenoid yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11. Hasil pengujian Selenoid

 Dari hasil pengujian rangkaian sensor yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Terdeteksi Photodioda Bercahaya 1 4,97

Tidak terdeteksi Photodioda Tidak bercahaya 0 0,01 Tabel 4.12. Hasil Pengujian Rangkaian Sensor

 Berikut ini adalah beberapa perintah lainnya yang telah dieksekusi melalui

hyper terminal untuk menguji komunikasi modem wavecom yang

digunakan serta hasil pengujiannya.

(21)

NO PENGUJIAN PERINTAH KETERANGAN

1. Membaca SMS AT+CMGR=1 Berhasil menunjukkan isi SMS alamat 1 yang tersimpan dalam kartu ponsel 2. Mengirim

SMS

AT+CMGS= nomor tujuan

isi SMS

Berhasil mengirimkan SMS ke nomor yang dituju

3. Menghapus SMS

AT+CMGD=1 Berhasil menghapus SMS alamat 1 yang tersimpan dalam kartu ponsel Tabel 4.13. Perintah Pengujian pada Wavecom

 Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut :

Angka Data yang dikirim

1 0EDH

Tabel 4.14. Hasil Pengujian LCD LAMPIRAN C

GAMBAR SELURUH RANGKAIAN PENGUJIAN

(22)

Kondisi mobil dan daerah kunci kontak yang terhalang oleh solenoid

Kondisi seluruh rangkaian saat sistem keamanan aktif

Kondisi mikrokontroler dengan LED indikator yang berkedap-kedip yang menandakan mikrokontroler dalam keadaan baik

Kondisi LCD saat belum terjadi perintah apapun

(23)

Kondisi LED indikator pada penguat sensor dalam keadaan tidak adanya gangguan (tidak ada penghalang) adalah menyala

(24)

KEADAAN 2 : Saat Sistem Keamanan dalam Keadaan Diganggu Kondisi daerah kunci kontak yang diganggu

Kondisi LED indikator pada penguat sensor yang tidak menyala saat daerah kunci kontak diganggu

Kondisi alarm yang berbunyi saat daerah kunci kontak diganggu

(25)

Kondisi LED indikator pada mikrokontroler yang tidak menyala sejenak untuk memerintahakan wavecom mengirim SMS ke nomor ponsel pemilik kendaraan

Kondisi LED indikator wavecom yang tidak menyala sejenak untuk mengirimkan SMS ke nomor ponsel pemilik kendaraan

(26)

SMS akan langsung dihapus setelah SMS dikirimkan

SMS yang diterima ponsel pemilik kendaraan dari wavecom

(27)

KEADAAN 3 : Saat Sistem Keamanan akan Dinon-aktifkan

Pengiriman SMS untuk menon-aktifkan sistem keamanan dengan kode “Buka”

Kondisi LED indikator pada wavecom tidak menyala saat menerima SMS yang masuk

(28)

SMS akan langsung dihapus setelah SMS dibaca

Kondisi kontak relay yang tertutup (terhubung) saat kode yang dikirimkan tepat dan berasal dari nomor ponsel pemilik kendaraan yang telah diprogramkan

(29)

Kondisi daerah kunci kontak yang tidak terhalang oleh solenoid

(30)

KEADAAN 4 :Saat Sistem Keamanan akan Diaktifkan Kembali secara Otomatis

Kondisi kunci kontak yang masih berada pada daerah kunci kontak

Kondisi kunci kontak yang dicabut

Kondisi kontak relay yang kembali terbuka (tidak terhubung) saat kunci kontak dicabut

(31)

Kondisi daerah kunci kontak yang kembali terhalang oleh solenoid akibat kontak relay kembali terbuka (tidak terhubung)

Kondisi penguat sensor yang kembali sensitif terhadap gangguan

KEADAAN 5 : Saat Sistem Keamanan akan Dinon-aktifkan dengan Kode yang Berbeda dan Bukan dari Nomor Ponsel Pemilik Kendaraan

(32)

Kondisi LED indikator pada mikrokontroler yang tidak menyala saat menerima SMS yang masuk

Kondisi LCD saat SMS yang masuk tidak berasal dari nomor pemilik kendaraan

(33)

SMS yang bukan berasal dari nomor ponsel pemilik kendaraan yang diprogramkan akan langsung dihapus sekalipun kode yang dikirimkan tepat

(34)

SMS yang bukan merupakan kode yang tepat akan langsung dihapus sekalipun berasal dari nomor ponsel pemilik kendaraan yang telah diprogramkan

Tidak terjadi respon apapun terhadap kontak relay dan sistem keamanaan tetap dalam keadaan aktif

(35)

b. Sebaiknya digunakan solenoid yang membutuhkan arus lebih rendah untuk dapat bekerja agar alat ini dapat digunakan pada kendaraan yang memiliki baterai aki dengan arus rendah.

c. Untuk kedepannya penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat diaplikasikan dan dikembangkan langsung ke lapangan, agar masyarakat dapat meningkatkan keamanan kendaraan dan terhindar dari gangguan saat memarkirkan kendaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Oratomo, 2004, ”Panduan Praktis Pemograman AVR Mikrokontroler

AT90S2313”, Andi Offset, Yogyakarta.

(36)

Eko Agfianto, 2002, “Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi”, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Frans, Nur Sultan, 2011, “Sistem Pengendali Robot melalui SMS”, Tugas Akhir

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma, Depok.

http://www.alldatasheet.com/datasheetpdf.html

Ita Rusmala, 2012, “Tele Alarm and Multilevel Security System on a Car On

Arduino Microkontroller”, Tugas Akhir Sistem Komputer, Universitas

Gunadarma, Depok.

Johannes, 2007, “Perancangan dan Penggunaan Photodioda sebagai Sensor

Penghindar Dinding pada Forklift”, Tugas Akhir Fisika FMIPA, USU,

Medan.

Lingga Wardhana, 2006, ”Mikrokontroler AVR Seri Atmega 8535 Simulasi,

Hardware, dan aplikasi”, Andi Offset, Yogyakarta.

Petruzella Frank, 1996, “Elektronika industri”, Edisi II, Andi, Yogyakarta.

Ricky, Simamora, Marlindia, 2011, “Implementasi Mikrokontroler ATmega8535

Berbasis Sensor Ultrasonik untuk Proteksi Keamanan Terpadu”, Tugas

Akhir Teknik Komputer, Politeknik Telkom Bandung, Bandung.

Riny, Dedi, 2012, “Perancangan Prototype Sistem Kontrol dan Monitoring

Pembatasan Daya Listrik Berbasis Mikrokontroler”, Tugas Akhir Teknik

Elektro Fakultas Teknik Industri, Institut Adhi Surabaya, Surabaya.

Tooley Mike, 2002, ”Rangkaian Elektronika, prinsip dan aplikasi”, Edisi II,

Erlangga, Jakarta.

(37)

BAB III

PERANCANGAN ALAT DAN DIAGRAM ALIR

3.1. Blok Diagram Sistem

Untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami cara kerja dari alat ini, maka perancangan dibuat berdasarkan diagram blok dimana tiap blok mempunyai fungsi dan kerja tertentu. Antara blok yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan mendukung, hingga terbentuklah suatu sistem yang mempunyai fungsi dan kerja khusus. Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1. berikut ini.

PENGUAT

(38)

GSM sehingga isi SMS dapat diterjemahkan oleh mikrokontroler. Jika kode yang dikirimkan benar, maka mikrokontroler akan mengaktifkan relay untuk tertutup sehingga pengamanan kunci kontak dan sensor menjadi non-aktif dan pemilik dapat memasukkan kunci kontak dan menggunakan kendaraan tersebut. Tetapi jika tidak ada pengiriman kode dari ponsel pemilik kendaraan untuk menon-aktifkan pengamanan kunci kontak namun ada sesuatu yang mencoba menghalangi cahaya yang dipancarkan LED inframerah ke Photodioda sehingga Photodioda kehilangan sinyal yang dipancarkan oleh LED inframerah (terjadi gangguan pada daerah kunci kontak kendaraan) maka sinyal gangguan tersebut akan diperkuat oleh penguat sinyal dan diteruskan ke mikrokontroler untuk diterjemahkan sebagai sinyal gangguan dan mengeluarkan bunyi alarm melalui buzzer sebagai efek gangguan dan mengirimkan informasi ke pemilik kendaraan bahwa kendaraannya sedang diganggu melalui driver untuk diubah terlebih dahulu level tegangan TTLnya dan diteruskan ke modul GSM untuk dikirimkan ke ponsel pemilik kendaraan. LCD digunakan untuk menampilkan bentuk SMS yang masuk ke rangkaian dan SMS yang dikirimkan oleh alat dan LED indikator digunakan untuk mengetahui apakah alat masih berfungsi dengan baik sehingga pemilik kendaraan tahu apakah sistem keamanan sedang dalam keadaan yang siap digunakan atau tidak.

3.2. Rangkaian Power Supplay

Semua jenis kunci kontak dapat diamankan dengan alat ini karena alat ini dapat digunakan pada semua jenis kunci kontak. Namun karena kunci kontak yang digunakan dalam alat ini adalah kunci kontak pada mobil maka sumber tegangan yang digunakan dalam alat ini adalah baterai AKI 12 Volt. Tetapi jika

(39)

alat ini hendak digunakan di rumah tangga misalkan pada kunci kontak rumah ataupun berangkas maka sumber tegangan yang berasal dari PLN dapat disearahkan terlebih dahulu dan diturunkan hingga 12 Volt dengan menggunakan Adaptor ataupun Power Supplay DC.

Namum selain tegangan DC 12 volt, dalam rangkaian ini juga memerlukan tegangan DC 5 volt. Sehingga perlu dibuat rangkaian Power Supplay DC sebesar 5 Volt juga. Dan Berikut adalah rangkaian skematik power supply dengan tegangan DC 5 volt.

12V

5V IC Reg

7805

LED

GND

3300 µF

330 Ω

Gambar 3.2. Rangkaian Skematik Power Supply

(40)

regulator saat terjadi panas berlebihan akibat rangkaian membutuhkan arus yang

Gambar 3.3. Skematik Aliran Arus pada Power Supplay

Pada rangkaian ini tidak digunakan baterai AKI pada mobil karena tidak begitu efesien dalam penggunaannya disebabkan ukurannya yang cukup besar dan cukup berat. Namun dalam rangkaian ini tetap menggunkan baterai AKI sebagai sumber tegangannya yaitu baterai AKI pada sepeda motor. Baterai AKI pada mobil memiliki kesamaan dengan baterai AKI pada sepeda motor yaitu memiliki tegangan keluaran 12 Volt tetapi memiliki keluaran arus yang sangat berbeda, yaitu ±50 Ampere pada baterai AKI mobil dan ±1,7 Ampere pada baterai sepeda motor. Meskipun sangat berbeda dari segi Arus, penggunaan baterai AKI pada sepeda motor dalam rancangan ini tidak menjadi masalah sebab rangkaian ini membutuhkan tegangan maksimal 12 Volt dan Arus maksimal 1,5 Ampere. Sehingga arus yang masuk yang kita gunakan dalam perhitungan ini adalah arus dari baterai AKI sepeda motor. Arus yang masuk dari baterai AKI adalah 1,7 A. Arus tersebut kemudian masuk ke percabangan loop I dan loop II. Sesuai dengan hukum Kirchoff yaitu :

(41)

Maka,

Pada loop 1 terdapat kapasitor maka secara otomatis tidak ada arus yang masuk ke loop 1. Hal ini disebabkan oleh arus yang masuk adalah arus searah (AC) sedangkan kapasitor hanya melewatkan arus bolak balik (DC).

Sehingga,

Akan tetapi, pada rangkaian ini terdapat IC regulator antara loop I dan loop II sehingga arus akan melewati IC regulator terlebih dahulu sebelum masuk ke loop II. Pada dasarnya IC regulator hanya mengeluarkan arus maksimal sebesar 1,5 A sehingga arus 1,7A yang masuk ke loop II adalah sebesar 1,5A

Maka,

3.3. Rangkaian Mikrokontroler ATmega8535

(42)

LED

Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroller ATmega8535

Pada pin 1 mikrokontroler ini yaitu port B0 dihubungkan sebuah LED yang fungsinya sebagai indikator berjalan atau tidaknya perintah yang telah diprogramkan di dalam mikrokontroler atau dengan kata lain sebagai penanda apakah sistem siap bekerja atau tidak. Jika saat seluruh rangkaian sudah dihubungkan satu dengan yang lain dan telah dihubungkan ke sumber tegangan dan LED memberi respon kedap-kedip maka sistem telah dalam keadaan siap. Namun jika semua telah dihubungkan namun LED tidak hidup, itu berarti sistem sedang dalam keadaan yang belum siap untuk bekerja. Kemudian Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler ini.Kemudian pada pin 12 dan pin 13 dihubungkan ke

(43)

kristal 11,059200 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi setiap perintah yang diprogramkan. Namun pada masing-masing kaki kristal dihubungkan kapasitor 22pF yang fungsinya adalah juga untuk menambah kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi setiap perintah yang diprogramkan dengan kata lain kristal bersama-sama dengan kapasitor membantu mempercepat proses pengeksekusian perintah yang diprogramkan dalam mikrokontroler. Dalam rangkaian digunakan yang nilainya sangat kecil karena semakin kecil nilai kapasitor yang terhubung ke kristal maka akan semakin mempercepat proses penegapasitor setiap program yang diprogramkan. Pin 33 sampai 40 adalah Port A, pin 1 sampai 8 adalah port B, pin 22 sampai 29 adalah port C dan pin 14 sampai 21 adalah port D. komponen resistor, kapasitor dan LED yang dihubungkan ke pin 9, pin 30 dan ke pin31 merupakan rangkaian masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler ini. Pin 11 dan 31 merupakan ground sehingga harus dihubungkan ke ground power suplay atau ke ground baterai aki. Pin 10 dan 30 merupakan sumber tegangan positif sehingga harus dihungkan ke + 5 volt dari power supplay.

(44)

berbunyi ketika terdeteksi gangguan pada daerah kunci kontak oleh photodioda dan LED inframerah, untuk menghubungkan relay saat kode yang dikirimkan ke rangkaian tepat dan berasal dari nomor yang diprogramkan (nomor pemilik kendaraan), untuk mengaktifkan kembali pengamanan kunci kontak secara langsung dengan memutuskan kontak relay saat kunci kontak dicabut dari daerah kunci kontak kendaraaan dan untuk memerintahkan mengirimkan SMS ke ponsel pemilik kendaraan melalui wavecom saat kendaraan diganggu dan dalam perintah untuk mengirimkan SMS ke ponsel pemilik saat kendaraan diganngu dibuat berulang sebanyak dua kali berturut-turut untuk menghindari masalah jaringan yang kadang membuat SMS tidak sampai ke nomor tujuan. Pengiriman SMS saat kendaraan diganggu akan terus dikirimkan dengan waktu delay pengiriman lama 5 menit sampai pemilik kendaraan memastikan kendaraannya sudah dalam keadaan aman kembali kemudian menon-aktifkan sistem keamanan dan mengaktifkannya kembali.

3.4. Rangkaian Penguat Sensor Cahaya

Rangkaian sensor ini berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan pada daerah kunci kontak kendaraan dengan model pencahayaan untuk memonitoring keadaan kunci kontak. Sensor yang digunakan dalam rangkaian ini adalah photodioda dengan LED inframerah sebagai pemancar cahaya.

Photodioda adalah sebuah dioda semikonduktor yang berfungsi sebagai sensor cahaya. Photodioda memiliki hambatan yang sangat tinggi pada saat dibias mundur. Hambatan ini akan berkurang ketika photodioda disinari cahaya dengan panjang gelombang yang tepat. Sehingga photodioda dapat digunakan sebagai

(45)

detektor cahaya dengan memonitor keadaan kunci kontak.

LED Inframerah adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang dari cahaya yang dapat dilihat, tetapi lebih pendek dari gelombang radio apabila LED inframerah tersebut dialiri arus. LED digunakan untuk memantulkan cahaya antara cahaya cerah dan gelap ke fotodioda. Adapun skematik rangkaian sensor yang digunakan, ditunjukkan dalam gambar 3.4. berikut ini.

LM358N

Gambar 3.5. Rangkaian Sensor Cahaya

(46)

masukan OP-AMP yang terdapat dalam IC LM 358 yang berfungsi sebagai penahan arus yang masuk agar tidak tertarik masuk ke dalam OP-AMP sehingga impedansi masukan menjadi tak terhingga yang akhirnya OP-AMP dalam

keadaan ideal. Selain itu, terdapat juga resistor 33KΩ dan kapasitor 0,1µF pada

kaki 3, resistor 1KΩ pada kaki 4 dan resistor 4K7Ω pada kaki 8 IC LM358 berfungsi untuk menstabilkan kecepatan sinyal masukan. Selain itu, rangkaian ini

pun dilengkapi oleh sebuah resistor 4K7Ω pada kaki basis transistor yang

berfungsi sebagai penahan arus keluaran dari IC regulator LM358 yang akan masuk ke transistor, sebuah photodiode dan LED inframerah sebagai pemancar dan penerima sinar inframerah, serta sebuah LED sebagai indikator tegangan yang

dihubungkan ke kaki kolektor transistor melalui sebuah resistor 1KΩ yang

berfungsi sebagai tahanan arus ke LED.

Pada rangkaian diatas digunakan sebuah LED inframerah yang dihubungkan

dengan sebuah resistor 100Ω sehingga arus yang mengalir pada LED inframerah

adalah sebesar:

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas pancaran inframerah akan semakin kuat sehingga membuat pancaran inframerah akan tetap kuat sekalipun jarak cukup jauh.

Sinar inframerah yang dipancarkan akan diterima oleh photodioda, kemudian diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika photodioda menerima pancaran inframerah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika high (1), namun jika photodioda tidak menerima pantulan sinar inframerah, maka output dari rangkaian akan

(47)

menegluarkan logika low (0). Dan output yang dihasilkan oleh rangkaian ini akan diteruskan ke rangkaian mikrokontroler untuk dijadikan sebagai input.

Sesuai dengan gambar rangkaian, maka besar penguatan op-amp tergantung pada besarnya tahanan variabel yang digunakan. Pada prakteknya, tahanan

variabel tersebut diterima pada kisaran 45,4 KΩ, sehingga besar penguatan op -amp adalah:

Para rangkaian ini, digunakan sebuah photodioda sebagai penerima cahaya yang dipancarkan oleh LED inframerah yang nantinya berfungsi sebagai sensor.

Sebuah photodioda memiliki nilai tahanan sekitar 80 s.d 330 KΩ jika terkena

sinar inframerah, tergantung dari intensitas sinar inframerah yang diterimanya. Dengan demikian, besar tegangan yang masuk ke OP-AMP adalah: Saat terkena sinar inframerah

Saat tidak terkena sinar inframerah

(48)

Volt yang artinya terjadi 7 kali penguatan. Tegangan inilah yang selanjutnya diumpankan ke basis transistor C954. Transistor akan aktif ketika tegangan basisnya lebih besar dari 0,7 Volt. Maka, ketika basisnya mendapat tegangan 2,04 Volt (saat photodioda terkena sinar inframerah), maka transistor aktif. Aktifnya transistor ini akan menyebabkan mikrokontroler mendapat logika high (1) dan LED indikator akan hidup. Dan sebaliknya, ketika photodioda tidak mendapatkan sinar inframerah maka transistor tidak akan aktif sehingga mikrokontroler mendapat logika low (0) dan LED indikator akan mati.

3.5. Rangkaian Buzzer dan LCD

Jika gelombang yang dipancarkan LED inframerah tidak sampai ke photodioda akibat adanya penghalang gelombang tersebut maka buzzer akan berbunyi. Dan berikut ini adalah bentuk rangkaian buzzer yang telah dihubungkan ke mikrokontroler:

Gambar 3.6. Rangkaian Buzzer dan LCD

(49)

Pada rangkaian ini, alarm yang digunakan adalah buzzer yang difungsikan sebagai alarm ketika adanya gangguan di daerah kunci kontak sensor sedang dalam keadaan aktif. Buzzer ini akan berbunyi jika positifnya dihubungkan ke summber tegangan positif dan negatifnya negatifnya dihubungkan ke ground. Dan dalam rangkaian ini, positif buzzer tersebut dihubungkan ke kaki 3 mikrokontroler yaitu Port B2 dan kaki negatifnya dihubungkan ke kaki 11 mikrokontroler yaitu kaki ground mikro.

(50)

mikrokontroler mengeksekusi perintah yang telah diprogramkan, maka diperlukan LCD untuk menampilkan semua proses tersebut agar ketika kesalahan atau kerusakan terjadi dapat cepat diatasi. Saat modem menerima SMS dan mikrokontroler memproses data SMS yang diterima maka LCD akan menampilkan proses tersebut pada layar LCD dan begitu juga saat rangkaian akan mengirimkan SMS ke ponsel pemilik melalui modem wavecom GSM fastrack M1306B. Data yang ditampilkan akan sesuai dengan kode perintah SMS yang telah diprogramkan dalam mikrokontroler. Sebagai contoh, LCD akan menampilkan

jika daerah kunci kontak sedang diganggu pada saat sistem keamanan sedang dalam keadaan aktif.

LCD yang digunakan dalam rangkaian ini adalah LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel. LCD matrix ini dihubungkan ke Port C mikrokontroler yang berfungsi untuk menampilkan proses pengiriman pesan dari alat ke ponsel pemilik kendaraan dan proses penerimaan pesan yang diterima

oleh alat dan dihubungkan pula dengan sebuah resistor 330Ω dan sebuah trimpot

20KΩ untuk mengatur kecerahan (brightness) pada LCD.

3.6. Rangkaian RS-232

Untuk menghubungkan mikrokontroler dengan modul GSM diperlukan driver. Dan driver yang digunakan pada rangkaian ini adalah RS-232. Driver ini

(51)

berfungsi untuk mensinkronisasi tegangan antara mikrokontroler dengan modul GSM baik dari serial menjadi digital atau sebaliknya, dari serial menjadi USB dan sebaliknya bahkan dari serial menjadi HDMI dan sebaliknya. Namun dalam rangkaian ini, rangkaian driver digunakan untuk mensinkronisasi tegangan antara mikrokontroler dengan modul GSM, baik dari serial menjadi digital atau sebaliknya yaitu dari digital menjadi serial.

Pada perancangan ini menggunakan port serial sebagai jalur komunikasinya. Salah satu standart komunikasi serial yang sering digunakan adalah RS-232. Untuk melakukan komunikasi serial dengan standar RS-232 diperlukan IC max232 sebagai sebagai driver, yang akan mengkonversi tegangan atau kondisi logika TTL dari hardware agar sesuai dengan tegangan pada komputer atau mikrokontroler ataupun sebaliknya sehingga data dapat dibaca. Komunikasi serial yang digunakan untuk menghubungkan modem wavecom M1306B ke IC max232 adalah konektor DB15 dan DB9. Dimana konektor DB15 yang tersambung ke modul GSM dan DB9 tersambung ke IC max232. Adapun rangkaian RS-232 yang dihubungkan dengan konektor RS-232 dan mikrokontroler yang ditunjukkan pada gambar berikut.

0,1µF

10 µF/16V Konektor RS232

(SUB-D9)

5V

(52)

Gambar 3.7. Rangkaian RS-232

Rangkaian driver RS-232 ini terdiri dari sebuah IC max232 dan 4 buah elektrolit kapasitor 10µF/16V dan sebuah kapasitor kertas 0,1µF. IC max232 ini mempunyai 16 pin dan memiliki fungsi untuk pengubah level tegangan TTL yang berasal dari RS-232 Modul GSM. Beberapa pin IC Max232 ini dikonekasikan dengan modul GSM dan mikrokontroler. Pin T1out IC Max232 dihubungkan ke pin 3 konektor RS-232 (pin TX modul GSM). Pin R1in IC max232 dihubungkan ke pin 4 konektor RS-232 (pin RX modul GSM). Sedangkan untuk pin R1out dan pin T1in pada IC max232 dihubungkan pada Pin Port D0 dan Port D1 mikrokontroler.

Rangkaian ini berfungsi mengubah logika high +3 volt s/d +18 volt pada DB9 menjadi logika high 5 volt pada keluarannya, juga mengubah logika low -3 volt s/d -18 volt pada DB9 menjadi logika low 0 volt pada keluarannya. Dan sebaliknya yaitu mengubah logika high 5 volt menjadi +3 volt s/d +18 volt pada keluarannya dan mengubah logika low 0 volt menjadi logika low -3 volt s/d 18 volt. Sehingga modul GSM dapat berinteraksi dengan mikrokontroler melalui rangkaian IC max232 ini.

3.7. Modul GSM

Modul GSM yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah modul GSM Wavecom Factrack M1306B. Wavecom ini dirancang sebagai bagian dari penerimaan data SMS dari ponsel serta berfungsi juga untuk pengiriman data dan

(53)

menerima data dari dan ke mikrokontroler. Modul GSM ini digunakan karena dapat diakses menggunakan komunikasi data serial dengan baudrate yang dapat disesuaikan mulai dari 9600 sampai dengan 115200. Selain itu, modul GSM ini menggunakan daya DC 12 Volt sehingga dapat dengan mudah dihubungkan secara langsung ke aki kendaraan yang juga besarnya 12 Volt sebagai sumber tegangan dan tidak memerlukan tombol ON untuk mengaktifkannya, sehingga sangat cocok digunakan pada sistem yang berjalan terus menerus. Adapun gambar skematik modem wavecom GSM Fastrack M1306B yang dihubungkan dengan rangkaian RS-232 adalah sebagai berikut:

C1+

Gambar 3.8. Wavecom Skematik GSM Fastrack M1306B

(54)

Nama kaki

berikut ini adalah tabel pin masing-masing konektor yang akan dihubungkan.

Tabel 3.9. Hubungan kaki konektor DB9 pada RS-232 dengan kaki konektor DB15 pada modem wavecom.

Pada perancangan ini modem wavecom M1306B fastrack dihubungkan ke mikrokontroler sebagai pengganti komputer yang memberikan perintah untuk mengirimkan SMS. Mikrokontroler akan mengirim data berupa isi SMS dan nomor tujuan SMS ke modem wavecom GSM fastrack M1306B melalui RS Max232 ketika terjadi gangguan pada daerah kunci kontak kendaraan saat sistem keamanan sedang dalam keadaan aktif. Kemudian modem akan mengirimkan data yang telah berubah menjadi informasi tersebut ke SMS center dan kemudian SMS tersebut akan disampaikan ke nomor tujuan yaitu ke ponsel pemilik kendaraan dan begitu juga sebaliknya yaitu pemilik kendaraan ingin menon-aktifkan sistem keamanan kunci kontak maka pemilik ponsel akan mengirimkan kode dalam bentuk SMS ke nomor telepon yang terdapat di dalam wavecom kemudian SMS yang dikirimkan tersebut akan diteruskan ke SMS center dan SMS center akan menyampaikan SMS tersebut ke modem wavecom melalui kartu yang terdapat didalamnya kemudian modem wavecom akan meneruskannya ke mikrokontroler melalui rangkaian RS-232 untuk diterjemahkan sebagai perintah menon-aktifkan

(55)

sistem keamanan kunci kontak.

3.8. Rangkaian Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi di dekatnya. Ketika tuas besi dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada tuas besi sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, sehingga tuas besi akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Berdasarkan prinsip kerja inilah, maka relay digunakan sebagai saklar otomatis untuk aplikasi penguncian (bloking) otomatis pada daerah kunci kontak kendaraan. Adapun rangkaian relay yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.9. berikut ini.

12V

4K7

NO NC

Selenoid Rangkaian

Mikro Atmega 8535

IN 4002

Kunci Kontak Kendaraan

(56)

Dalam rangkaian relay ini digunakan sebuah resistor 4K7Ω yang berfungsi sebagai tahanan arus yang masuk ke relay, sebuah dioda IN4001 yang berfungsi untuk memisahkan tegangan 12 volt yang masuk ke transistor dengan sinyal yang masuk dari mikrokontroler agar tidak saling mengganggu, sebuah transistor yang berfungsi sebagai saklar supaya tegangan 12 volt mendapat ground sehingga koil pada relay mendapat arus dan akhirnya menjadi terhubung atau relay dalam keadaan tertutup.

Pada alat ini, relay berfungsi sebagai output, dimana relay mendapatkan input dari pin 2 yaitu Port B1 IC ATmega8535, yang memberikan logika high (1) apabila kode yang dikirimkan melalui ponsel diterjemahkan oleh mikrokontroler sebagai kode yang tepat dan berasal dari nomor ponsel yang tepat sesuai dengan kode ASCII yang telah diprogramkan dalam Mikrokontroler ATmega 8535 sebagai kode yang tepat sehingga kontak CO (Change Over) pada relay berada pada posisi NC (Normaly Close) yang kemudian mengakibatkan solenoid terdorong ke dalam dan kunci kontak dalam keadaan terbuka sehingga bebas memasukkan kunci kontak tanpa tersensor oleh photodioda dan LED inframerah karena daerah kunci kontak sudah tidak terhalang lagi dan sensor tidak dalam keadaan aktif atau dengan kata lain sistem pengamanan sedang dalam keadaan non-aktif. Dan input dari pin B1 IC ATmega8535, akan memberikan logika low (0) apabila tidak ada kode yang dikirimkan ke alat melalui modem wavecom dan apabila nomor ponsel yang mengirimkan SMS bukan nomor ponsel pemilik kendaraan serta apabila kode yang dikirimkan tidak tepat. Sehingga kontak CO (Change Over) pada relay berada pada posisi NO (Normaly Open) yang kemudian mengakibatkan

(57)

solenoid terdorong ke luar dan kunci kontak dalam keadaan terhalang oleh solenoid dan sensor dalam keadaan aktif atau dengan kata lain sistem pengamanan kunci kontak masih dalam keadaan aktif.

(58)
(59)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supplay

Pengujian pada rangkaian power suplay ini dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran pada rangkaian power supplay. Rangkaian ini dikatakan dapat bekerja dengan baik apabila tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar 5 volt saat tegangan yang diberikan 5 volt. Dan dalam pengujian ini digunakan potensiometer dan resistor untuk memvariasikan tegangan baterai aki untuk lebih memastikan apakah rangkaian power supllay bekerja dengan baik.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan voltmeter saat baterai aki dan rangkaian power supplay ini terhubung dengan memisalkan tegangan masukan kerangkaian dari baterai AKI sebagai V1 dan keluaran pada rangkaian power supplay sebagai V2 seperti gambar berikut. Arus mmasukan ke rangkaian dari baterai AKI sebagai I1 dan Arus keluaran dari rangkaian sebagai I2.

(60)

Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel 4.8. dan 4.9. Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa saat baterai penuh atau mendekati penuh yaitu ± 12 volt maka didapatkan tegangan keluaran dari rangkaian power supplay sebesar ± 5 volt sedangkan saat tegangan dibawah 5 volt maka tegangan yang dikeluarkan oleh rangkaian power supplay ini 5 volt yang artinya rangkaian power supplay ini bekerja dengan baik. Dan dari hasil pengujian ini juga didapati arus yang diberikan oleh AKI sebesar 1,89 Ampere dan arus yang keluar dari rangkaian power supplay sebesar 1,67 Ampere dan ini menunjukkan bahwa baterai AKI dan rangkaian power supplay dalam keadaan baik.

Namun apabila secara nyata baterai aki tidak mensupplay tegangan sebesar 12 volt dan memberi tegangan 1,7 Ampere, maka sistem keamanan tidak dapat bekerja karena dibutuhkan tegangan 12 volt dan arus sebesar 1,7 Ampere untuk mensupplay tegangan ke selenoid melalui rangkaian relay dan apabila tegangan yang diberikan juga tidak mencapai 5 volt maka rangkaian mikrokontroler, penguat sensor serta rangkaian relay tidak dapat bekerja. Ini berarti sistem pengamanan tidak dapat aktif apabila baterai aki dalam keadaan tidak dapat memberikan tegangan DC sebesar 12 volt. Namun kendala diatas tidak akan terjadi karena tegangan pada baterai aki kendaraan yang sedang berjalan bahkan bahkan saat sedang menstater sekalipun, tidak akan mungkin dapat turun hingga dibawah 5 Volt kecuali baterai tersebut dalam keadaan rusak sehingga sumber tegangan tidak akan mengganggu sistem pengamanan kendaraan saat sedang diaktifkan.

Pada pengujian ini juga ditemukan ketidakseimbangan antara perhitungan secara teori dengan pengukuran secara langsung. Ini disebabkan oleh persen ralat

(61)

kesalahan alat ukur yang digunakan dan saat pengukuran. Adapun persen ralat kesalahan pengukuran adalah sebagai berikut:

a. Pada pengukuran tegangan keluaran power supplay

Saat

Saat

Saat

b. Pada pengukuran arus keluaran power supplay

(62)

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller Atmega8535

Pengujian pada bagian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller telah berjalan baik atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan PA.3 dengan LED sebagai indikator , dimana anoda LED dihubungkan ke resistor kemudian dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt dan katoda LED dihubungkan ke PA.3. seperti gambar berikut ini.

LED

Gambar 4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler

Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan program sederhana ke mikrokontroller. Programnya sebagai berikut:

Setb PA.3

(63)

Perintah di atas akan memberikan logika high (1) ke PA.3. dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada PA.3 sebesar 5,2 volt dan LED dalam keadaan mati. Instruksi berikutnya adalah:

Clr PA.3

Perintah di atas akan memberikan logika low (0) ke PA.3. dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada PA.3 sebesar 0,1 volt dan LED dalam keadaan nyala. Dengan demikian, maka rangkaian mikrokontroller telah berjalan dengan baik.

4.3. Pengujian Rangkaian RS-232

Pengujian pada rangkaian RS-232 dilakukan dengan cara menghubungkan kaki 3 konektor RS-232 sebagai kaki pengirim (TX) dan kaki 2 konektor RS-232 sebagai kaki penerima (RX) agar IC max232 dapat bekerja secara null modem. Setelah itu, kirim data serial melalui komputer dengan menggunakan hyper

terminal yang terdapat pada windows XP. Jika pengiriman data sama dengan di

hyper terminal maka RS-232 dapat berfungsi dengan baik.

(64)

Karena komunikasi RS-232 full duplex jadi jalur pengirim (Tx) dan penerima (Rx) terpisah, setelah jalur pengirim dan penerima pada output TTL RS-232 digabungkan selanjutnya komputer memberi data ASCII “A” atau 41 hexadesimal, melalui hyper terminal dan data yang dikirim dapat diterima kembali pada hyper terminal komputer berupa data ASCII “A” juga. Cara pengujian ini sama dengan cara pengujian DB9 dengan konsep null modem. Setelah pengujian dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa rangkaian RS-232 berfungsi dengan baik.

4.4. Pengujian Rangkaian Relay

Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Berdasarkan prinsip inilah, pengujian dilakukan.

Dalam rangkaian relay ini digunakan sebuah resistor 4K7Ω yang berfungsi sebagai tahanan arus yang masuk ke relay, sebuah dioda IN4001 yang berfungsi untuk memisahkan tegangan 12 volt yang masuk ke transistor dengan sinyal yang masuk dari mikrokontroler agar tidak saling mengganggu, sebuah transistor yang berfungsi sebagai saklar supaya tegangan 12 volt mendapat ground sehingga koil pada relay mendapat arus dan akhirnya menjadi terhubung atau relay dalam keadaan tertutup.

Pengujian rangkaian relay dilakukan dengan cara memberikan supply

(65)

tegangan +5 volt melalui resistor 4K7Ω menuju transistor C945 yang berfungsi

sebagai saklar untuk mengaktifkan relay. Bila relay bekerja (kontak relay tertutup) saat resistor diberi tegangan sebesar 5 volt dan sebaliknya jika relay tidak bekerja

(kontak relay terbuka) saat resistor tidak diberi tegangan sama sekali maka rangkaian relay berfungsi dengan baik. Berikut ini adalah gambar pengujian

rangkaian relay.

4K7

NO NC

IN 4002

C945

5V

12 Volt

Gambar 4.4. Pengujian rangkaian relay

(66)

a. Pada pengukuran tegangan

Saat Relay terbuka

Saat Relay tertutup

b. Pada pengukuran arus keluaran

Saat relay terbuka

Saat relay tertutup

Karena pengujian telah sesuai dengan analisa secara teori maka rangkaian relay dinyatakan dapat berfungsi dengan baik. Dalam rangkaian sistem pengaman kunci kontak ini, diperlukan rangkaian relay yang dapat bekerja dengan cepat untuk menutup dan membuka kontak saklar agar solenoid pun dapat cepat bekerja

(67)

untuk menghalangi ataupun membuka penghalang pada daerah kunci kontak. Dan agar proses itu dapat cepat terjadi, maka perlu diprogramkan waktu delay yang sangat kecil pada IC mikro yang digunakan.

4.5. Pengujian Selenoid

Pengujian juga dilakukan terhadap solenoid yang telah digabungkan dengan daerah kunci kontak kendaraan. Pengujian dilakukan dengan cara menghubungkan kabel solenoid ke ground baterai aki dan badan solenoid ke positif 12 volt baterai aki.

Ketika kunci kontak dapat masuk dan berputar bebas pada daerah kunci

kontak saat kunci diputar kearah kontak “ON” ataupun “Starter” karena

penghalang solenoid telah mundur akibat tegangan yang mengalir, maka solenoid tersebut sudah berfungsi dengan baik dan telah terhubung dengan daerah kunci kontak dengan baik. Berikut adalah gambar pengujian solenoid yang telah dihubungkan dengan kunci kontak kendaraan bermesin.

Selenoid

Kunci Kontak Kendaraan

(68)

Hasil pengujian selenoid diperlihatkan dalam tabel 4.11. Dari hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa selenoid yang telah dihungkan ke daerah kunci kontak dalam keadaan baik.

4.6. Pengujian Rangkaian Sensor

Untuk menguji rangkaian sensor ini, maka rangkaian ini harus dihubungkan terlebih dahulu dengan sumber tegangan DC sebesar 5 volt. Rangkaian ini dikatakan dalam keadaan baik jika LED indikator dalam keadaan menyala saat photodioda menerima cahaya inframerah dari LED inframerah dan jika diukur tegangan keluarannya adalah 5 volt. Demikian sebaliknya,ketika LED indikator pada rangkaian dalam keadaan tidak menyala karena cahaya yang diberikan LED inframerah tidak sampai ke photodioda karena terhalang sesuatu dan tegangan keluarannya jika diukur adalah 0 volt. Hasil pengujian rangkaian sensor ini, diperlihatkan dalam tabel 4.12. Dan dari hasil pengujian diatas, dapat disimpulkan bahwa rangkaian sensor dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.

4.7. Pengujian Modul GSM

Pengujian modul GSM wavecom dilakukan dengan menggunakan windows

hyper terminal. Windows Hyper Terminal adalah software bawaan Windows XP

yang berupa aplikasi yang digunakan untuk komunikasi data melalui komunikasi port serial dalam mengases peripheral luar, misalnya menguji modem, router, ataupun access point. Sambungan ini dapat dimanfaatkan untuk mengirim data dan file dari satu sistem ke yang lainnya, tanpa perlu menyimpan data untuk beberapa jenis perangkat luar dan kemudian memuat data secara manual ke sistem

(69)

lainnya. Software ini sangat bermanfaat sekali untuk melakukan troubleshoot koneksi dengan modem wavecom, karena dapat melewatkan perintah

AT-command ke modem.

Pengujian modem wavecom dilakukan dengan tujuan memastikan bahwa modem wavecom dapat berkomunikasi dengan baik dan dalam pengujian ini komunikasi diuji dengan memberikan beberapa perintah melalui windows

hyperterminal yaitu berupa perintah mengirimkan SMS, perintah menghapus

SMS, perintah membaca SMS pada suatu lokasi tertentu yang tersimpan dalam di kartu ataupun perintah pemeriksaan pulsa kartu yang terdapat pada modem wavecom tersebut. Pengujian modem wavecom ini dilakukan untuk memastikan bahwa aliran data yang dihasilkan modem wavecom sesuai dengan protokol AT-Command. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan modem wavecom langsung dengan komputer melalui jalur data serial seperti gambar berikut:

Gambar 4.6. Pengkoneksian Modem dengan PC Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

(70)

 Setelah itu, nama koneksi yaitu ”Wavecom” dituliskan dalam permintaan “Name”. Kemudian diklik “OK”.

 Selanjutnya akan muncul dialog “Connect To”, pada bagian “Connet using”

dipilih port com dimana modem terhubung dengan PC yaitu “COM4”.

 Setelah itu diklik tombol “OK”, maka akan muncul dialog lagi

(71)

kemudian diisikan Bit Per Second 115200 yaitu Baudrate yang dipakai modem.

 Selanjutnya muncul layar putih seperti berikut ini untuk pengetest maka diketik perintah AT-command yaitu “AT” bila respon yang dihasilkan pada

layar adalah “OK”, berarti hyper terminal telah siap mengeksekusi perintah.

 Kemudian pemeriksaan komunikasi sudah dapat dilakukan. Pengujian yang dilakukan adalah dengan mengirimkan perintah untuk memeriksa isi pulsa yang terdapat dalam kartu yang digunakan oleh modem wavecom. Perintah

yang dikirimkan adalah “AT+CUSD=1” jika muncul respon “OK” dan setelah

(72)

dilakukan. Perintah diatas merupakan perintah AT-command yang digunakan dalam sistem keamanan kunci kontak kendaraan via SMS.

4.8. Pengujian Waktu Respon Saat Suatu Keadaan Terjadi dengan Memvariasi Kartu pada Modul GSM

Berikut ini adalah tabel waktu proses pengiriman SMS dan pengeksekusian isi SMS pada relay saat menon-aktifkan sistem keamanan serta tabel waktu penerimaan SMS oleh pemilik kendaraan dan waktu alarm berbunyi saat terjadi gangguan dengan menggunakan variasi kartu ponsel pada wavecom sebagai waktu respon terhadap suatu keadaan.

4.8.1. Pada Kartu IM3

 Saat menon-aktifkan sistem keamanan

PERCOBAAN

(73)

I 14,57 0,01

 Saat menon-aktifkan sistem keamanan

PERCOBAAN

WAKTU setelah SMS dikirim (detik) SMS Masuk ke

(74)

I 6,32 8,63

WAKTU setelah terjadi gangguan (detik) SMS Masuk ke

Tabel 4.14. Rata-Rata Waktu Respon dalam Mengeksekusi Perintah Sesuai Jenis Kartu yang digunakan

(75)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

(76)

keseluruhan sistem kerja alat yang diinginkan, skematik dari masing-masing rangkaian, cara kerja dari masing-masing rangkaian dan diagram alur dari program yang diisikan ke mikrokontroler Atmega8535.

BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Bab ini membahas tentang pengujian dan hasil analisa dari seluruh rangkaian.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan serta saran untuk rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya dengan metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

BAB II

LANDASAN TEORI

(77)

Di era globalisasi sekarang ini, sistem pengendali jarak jauh telah banyak dikembangkan di berbagai negara. Hal ini disebabkan karena sistem pengendali jarak jauh sangat berperan penting dalam membantu kerja manusia di tengah-tengah padatnya aktivifitas penting yang menuntuk segala sesuatu harus dikerjakan dengan cepat dan tanpa hambatan. Misalnya saja, menggunakan sistem pengendali jarak jauh untuk mengendalikan alat elektronika tanpa harus menyentuh alat tersebut baik dengan menggunakan ponsel, pengendali jarak jauh untuk mengendalikan sepeda motor dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel dan masih banyak lagi. Semua itu dapat dilakukan dengan tidak dibatasi oleh jarak selama disekitar alat pengendali dan perangkat yang dikendalikan terdapat sinyal GSM. Kelebihan itulah yang digunakan penulis untuk merancang sistem keamanan pada kendaraan bermesin. Dan dalam bab ini dijelaskan mengenai teori-teori perangkat keras dan perangkat lunak tentang pengkodean kunci kontak kendaraan bermesin dalam peningkatan keamanan kendaraan melalui SMS. 2.1. Jaringan Telepon Secara Umum

(78)

kedua pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan cara berbicara, menulis, menggambar atau mengetik) pada saat ini juga. Jaringan telekomunikasi terdiri dari tiga bagian utama, yakni peralatan transmisi, peralatan penyambungan dan terminal.

Gambar 2.1. Jaringan Telekomunikasi secara Umum

Peralatan transmisi menyampaikan informasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Media transmisi bisa berupa kabel, serat optik maupun udara, tergantung jarak dari tempat-tempat yang akan dihubungkan serta tergantung pada beberapa banyak tempat yang akan saling dihubungkan. Perangkat penyambungan bertugas agar pemakai dapat menghubungi pemakai lain sesuai dengan yang diinginkan. Terminal adalah peralatan yang bertugas merubah sinyal informasi asli (suara manusia atau lainnya) menjadi sinyal elektrik atau elektromagnetik (untuk di lewatkan melalui udara) atau menjadi sinyal cahaya (untuk dilewatkan serat optik). Jaringan penghubung biasanya berupa jaringan radio komunikasi satelit atau kabel serat optik. Peralatan penyambungan disebut juga sebagai sentral karena jenis komunikasi paling awal yang dilayani sentral adalah komunikasi telepon.

GSM (Global System for Mobile communication) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group standarisasi telepon bergerak selular di Eropa yang beroperasi pada daerah

(79)

frekunensi 900 MHz. GSM saat ini banyak digunakan di negara-negara di dunia.

2.2. SMS (Short Message Service)

SMS pertama kali hadir di Eropa pada tahun 1991 dengan adanya standardisasi dalam bidang wireless digital yang disebut GSM (Global System for Mobile

Communication). GSM adalah sistem pelopor seluler yang dikembangkan secara

universal oleh ETSI (European Telecomunication Standards Institute) dan dengan GSM inilah aplikasi SMS dapat dijalankan.

SMS (Short Message Service) adalah sebuah layanan yang banyak diaplikasikan pada sistem komunikasi tanpa kabel (wireless), yang memungkinkan kita untuk melakukan pengiriman pesan dalam bentuk alphanumerik antara terminal pelanggan dengan sistem eksternal seperti e-mail, paging, voice mail, dan lain-lain. Dan SMS (Short Message Service) ini pun merupakan layanan pesan singkat atau surat massa yang biasa disingkat sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah ponsel untuk mengirim atau menerima pesan pendek. SMS adalah sebuah teknologi yang memungkinkan untuk mengirim maupun menerima pesan antar telepon bergerak (ponsel).

Mekanisme dalam sistem SMS adalah melakukan pengiriman short

message dari terminal pelanggan ke terminal lain. Layanan SMS merupakan

(80)

akan selalu teridentifikasi sehingga pengiriman ulang SMS akan selalu dilakukan kecuali bila aturan bahwa SMS yang telah melampaui batas waktu tertentu harus dihapus dan dinyatakan gagal dikirim.

Karakteristik utama SMS adalah SMS merupakan sebuah sistem pengiriman data dalam paket yang bersifat out-of-band dengan bandwidth yang kecil. Dengan karakteristik ini, pengiriman dengan suatu bus data yang pendek dapat dilakukan dengan efesiensi yang sangat tinggi.

Implementasi layanan SMS, operator menyediakan apa yang disebut sebagai SMS Center (SMSC). Secara fisik SMSC dapat berwujud sebuah PC biasa yang mempunyai interkoneksivitas dengan jaringan GSM. SMSC inilah yang akan melakukan manajemen pesan SMS, baik untuk pengiriman, pengaturan, antrian SMS, penerimaan SMS.

Saat mengirim pesan dari ponsel, pesan tersebut dikirim ke SMSC baru diteruskan ke nomor ponsel tujuan. Konsumen dapat mengetahui status dari pesan. Jika ponsel tujuan akan mengirimkan pesan konfirmasi ke SMSC yang menyatakan bahwa telah diterima, kemudian SMSC mengirim kembali status tersebut kepada ponsel pengirim. Jika ponsel mati atau tidak aktif, pesan yang akan dikirim akan disimpan pada SMSC sampai batas waktu pengiriman (period

validity) terpenuhi. period validity terlewati maka pesan yang akan dikirim

akan dihapus dari SMSC dan SMSC akan mengirimkan informasi ke nomor pengirim bahwa SMS yang dikirim belum atau gagal diterima.

(81)

Gambar 2.2. Skema Cara Kerja SMS

Format pengiriman dan penerimaan SMS ada dua model yaitu model Text dan model PDU (Protocol Data Unit). Perbedaaan dasarnya adalah model Text ini tidak didukung oleh semua operator GSM maupun terminal. Terminal dapat di-cek menggunakan perintah “AT+CMGF=1”, jika hasilnya error maka dapat dipastikan bahwa terminal tersebut tidak mendukung model text.

Model text adalah cara termudah untuk mengirim dan menerima pesan (SMS), dimana tidak dilakukan proses konversi terhadap pesan yang dikirimkan. Teks yang dikirim tetap dalam bentuk aslinya dengan panjang mencapai 160 karakter (7 bit default alphabet) atau 140 (8 bit). Mode text merupakan hasil enkode yang direpresentasikan dalam format PDU. Kelemahannya, pada ponsel yang hanya mendukung mode text tidak dapat menyisipkan gambar dan nada dering ke dalam pesan yang akan dikirim serta terbatasnya tipe encoding.

Mode PDU (Protocol Data Unit) adalah format pesan dalam heksadesimal oktet dan semi-desimal oktet dengan panjang mencapai 160 (7 bit default

alphabet) atau 140 (8bit) karakter. Kelebihan menggunakan mode PDU adalah

pendekodingan dapat dilakukan sendiri yang tentunya harus pula didukung oleh

hardware dan operator GSM, melakukan kompresi data, menambahkan nada

(82)

menampung 140 oktets atau sekitar 1120 bits atau bias disebut menjadi 160 karakter, dan ada 70 karakter untuk non-latin seperti Jepang dan Cina. Jika SMS yang dikirim jumlahnya melebihi 160 karakter, maka ponsel akan memecah SMS tersebut sebesar 160 karkter, tetapi ponsel penerima akan menggabungkan pecahan SMS tersebut menjadi satu SMS. SMS (Short Message Service) adalah protokol layanan pesan teks singkat (sebanyak 160 karakter per pesan) antar telepon. SMS ini pada awalnya adalah bagian dari standar teknologi seluler GSM, yang kemudian juga tersedia di teknologi CDMA, telepon rumah PSTN dan lainnya.

SMS ditangani oleh jaringan melalui suatu layanan data text atau SMS

Center (SMSC) yang berfungsi menyimpan dan meneruskan pesan dari sisi

pengirim ke sisi penerima. Format SMS yang dipakai oleh produsen MS (mobile

Station) adalah Protocol Data Unit (PDU). Format PDU akan mengubah kode

ASCII (7 bit) menjadi byte PDU (8 bit) pada saat pengirim data dan akan diubah kembali menjadi kode ASCII pada saat penerima mendapat SMS.

2.3. Modul GSM

Modul berasal dari singkatan Modulator Demodulator. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi ke dalam sinyal pembawa (carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Modul GSM merupakan penggabungan kedua-duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah.

Modul GSM sering juga disebut Modem GSM. Berdasarkan pemasangan

(83)

pada perangkat komputer modem terdiri dari dua jenis, yaitu: modem internal dan modem external. Modem internal dipasangkan pada bagian dalam CPU misalnya pada slot PCI (pada motherboard tertentu sudah dilengkapi modem dari pabriknya). Sedangkan Modem external dipasang pada bagian luar CPU, umumnya dipasangkan pada Serial port atau USB pada CPU.

Modul GSM dirancang sebagai bagian dari penerimaan data SMS dari telepon genggam serta berfungsi juga untuk pengiriman data dan menerima data dari dan ke mikrokontroler. Modul GSM atau yang sering disebut Modem GSM ini digunakan karena dapat diakses menggunakan komunikasi data serial dengan

baudrate yang dapat disesuaikan mulai dari 9600 sampai dengan 115200. Selain

itu, modem GSM ini menggunakan daya DC 12V dan tidak memerlukan tombol ON untuk mengaktifkannya, sehingga sangat cocok digunakan pada sistem yang berjalan terus menerus. Sebelum modem GSM ini dapat melakukan interaksi dengan mikrokontroler untuk mengirim dan menerima data, maka dalam program di mikrokontroler modem GSM harus diberikan perintah panggil atau dengan kata lain inisialisasi modem.

Data yang dikirimkan atau yang diterima oleh modul GSM adalah berupa

“AT Command” karena modul GSM hanya mengerti dan menerjemahkan

perintah “AT Command”.

(84)

Dual band GSM/GPRS 900/1800 MHz.

GSM/GPRS (cl. 10) data, SMS, voice dan FAX.

Open AT : menanamkan program langsung pada modem.

Keluaran daya maksimum: 2W untuk GSM 900/ 1W untuk GSM 1800. Masukan tegangan: 5.5 Volt s/d 32 Volt.

Antarmuka SIM Card 3Volt.

Dimensi: 73mm X 54.5mm X 25.5mm. Bobot: 80 gram.

Suhu Operasi: -25 °C s/d 70 °C.

Modul GSM ini memiliki dua jenis keluaran yaitu ada tipe dengan jenis keluaran dalam bentuk port serial dan ada juga berupa port USB. Dan Modem GSM ini berkomunikasi kepada mikrokontroler melalui komunikasi serial RS232. 2.4. RS-232

RS-232 adalah standard komunikasi serial yang digunakan untuk koneksi peripheral ke peripheral. Biasa disebut dengan jalur I/O ( input/output ). Contoh yang paling sering ditemui adalah koneksi antara komputer dengan modem, atau komputer dengan mouse bahkan bisa juga antara komputer dengan komputer, semua biasanya dihubungkan lewat jalur port serial RS-232.

Standar ini menggunakan beberapa piranti dalam implementasinya. Paling umum yang dipakai adalah plug/konektor DB9 atau DB25. Untuk RS232 dengan konektor DB9, biasanya dipakai untuk mouse, modem, kasir register dan lain sebagainya, sedang yang konektor DB25, biasanya dipakai untuk joystick game.

Standar RS-232 ditetapkan oleh Elektronic Industry Association And

(85)

Telecomunication Industry Association pada tahun 1962. Namun lengkapnya adalah EIA/TIA-232 Interface Between Data Terminal Equipment and Data Circuit-Terminating-Equipment Employing Serial Binary Data Interchange.

Serial Port RS-232 berfungsi untuk menghubungkan / koneksi dari perangkat yang satu dengan perangkat yang lain, atau peralatan standart yang menyangkut komunikasi data antara computer dengan alat-alat pelengkap computer. Perangkat lainnya itu seperti modem, mouse, cash register dan lain sebagainya. Serial port RS232 pada konektor DB9 memiliki pin 9 buah dan pada konktor DB25 memiliki pin 25 buah. Pasangan dari masing-masing pin antara lain:

(86)

Tabel 2.4. Fungsi Masing-Masing PIN

Ada dua hal pokok yang diatur pada RS232, yaitu bentuk sinyal dan level tegangan yang dipakai. RS232 dibuat pada tahun 1962, jauh sebelum IC TTL popular, oleh karena itu level tegangan yang ditentukan untuk RS232 tidak ada hubungannya dengan level tegangan TTL, bahkan dapat dikatakan jauh berbeda. Berikut perbedaan antara level tegangan RS-232 dan TTL:

Gambar 2.5. Perbedaan Level Tegangan RS232 dengan TTL Penentuan beberapa Parameter yang ditetapkan EIA antara lain:

(87)

Sebuah „spasi‟ (logika 0) antara tegangan +3 s/d +25 volt.

Sebuah „tanda‟ (logika 1) antara tegangan -3 s/d -25 volt.

Daerah tegangan antara =3 s/d -3 volt tidak didefenisikan.

Tegangan rangkaian terbuka tidak boleh lebih dari 25 volt (dengan acuan ground).

Arus hubungan singkat rangkaian tidak boleh lebih dari 500 mA.

Sebuah penggerak (driver) harus mampu menangani arus ini tanpa mengalami kerusakan. Selain mendeskripsikan level tegangan seperti yang dibahas di atas, standard RS232 menentukan pula jenis-jenis sinyal yang dipakai mengatur pertukaran informasi antara DTE dan DCE, semuanya terdapat 24 jenis sinyal tapi yang umum dipakai hanyalah 9 jenis sinyal. Sesuia dengan konektor yang sering dipakao dalam standard RS232, untuk sinyal yang lengkap dipakai konektor DB25, sedangkan DB9 hanya dipakai untuk 9 sinyal yang umum dipakai.

(88)

Divais ini tidak mahal, menyediakan dua kanal RS-232. Setiap output transmitter

dan input receiver dilindungi terhadap kejutan elektrostatik hingga 15kV. Divais ini dapat beroperasi dengan catu tunggal 5V.

Max232 berfungsi sebagai pengubah level tegangan TTL yang berasal dari RS-232 modem GSM. Dan IC max232 ini mempunyai 16 pin. Sehingga modem SMS dapat berinteraksi dengan mikrokontroler melalui IC max232 ini. Pada IC max232 terdapat beberapa pin (kaki IC) yang dikoneksikan dengan modem dan mikrokontroler. Untuk Pin T1OUT dan R1IN dihubungkan kepada Pin TX dan RX modem SMS. Sedangkan untuk Pin R1OUT dan T1IN dibungkam pada Pin Port D0 dan Port D1 mikrokontroler. Namum rangkaian driver ini hanya dapat dikoneksikan ke mikrokontroler dengan menggunakan AT-command sebagai perintah untuk mengirim data.

2.5. AT-Command

AT-Command merupakan perintah standar yang dapat diterima oleh modem. Perintah AT (Hayes AT-command) digunakan untuk berkomunikasi dengan terminal (modem) melalui gerbang serial pada komputer. AT-command ini dipakai untuk memerintahkan telepon selular mengirim dan menerima pesan SMS. Selain itu, AT-command juga dapat dipakai untuk mengetahui atau membaca kondisi dari terminal seperti mengetahui kondisi sinyal, kondisi baterai, nama operator, lokasi, menambah item pada daftar telepon, mengetahui model telepon selular yang dipakai, nomor IMEI (Internasional Mobile Station

Equipment Identity) dan informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan

telepon selular tersebut. Perintah-perintah AT-command dikirimkan ke telepon selular dalam bentuk string (teks). Komunikasi data antara telepon selular dengan

(89)

peripheral lain seperti mikrokontroler dilakukan secara serial menggunakan perintah-perintah AT (Hayes AT Command) melalui komunikasi serial RS-232. Tabel berikut adalah beberapa jenis perintah AT-command.

Perintah Fungsi

AT+CPBF Mencari nomor telepon yang tersimpan

AT+CPBR Membaca buku telepon

AT+CPBW Menulis nomor telepon di buku telepon AT+CMGF Menyeting mode SMS teks atau PDU AT+CMGF=0 Menyeting mode PDU

AT+CMGF=1 Menyeting mode SMS teks AT+CMGS Mengirim sebuah perintah SMS

AT+CMGR Membaca sebuah pesan

AT+CMGR=1 Membaca sebuah pesan di alamat 1 AT+CMG Melihat semua daftar SMS yang ada

AT+CMGD Menghapus sebuah SMS

AT+CMNS Menyeting lokasi penyimpanan SMS

(90)

diterjemahkan oleh modul GSM sebagai perintah mengirim ke nomor telepon tujuan tertentu.

Namun untuk mengirim perintah AT-command dari wavecome ke ponsel atau membaca pesan yang dikiramkan ke Modul GSM harus menggunakan kode ASCII karena komunikasi yang digunakan adalah menggunakan komunikasi serial sehingga mikrokontroler hanya mengerjakan perintah dalam bentuk Kode ASCII.

2.6. Kode ASCII

ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan kode standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti hex dan unicode yang digunakan dalam pertukaran informasi pada komputer tetapi ASCII lebih bersifat universal.

Berikut ini adalah tabel kode ASCII.

(91)

Gambar

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Tegangan pada Rangkaian Power Supplay
GAMBAR SELURUH RANGKAIAN PENGUJIAN
Gambar  3.1. Diagram Blok Rangkaian
Gambar 3.2. Rangkaian Skematik Power Supply
+7

Referensi

Dokumen terkait

Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung

Maksud dari penyusunan renja Tahun 2015 Kecamatan IV Nagari Bayang Utara adalah untuk dijabarkan lebih lanjut arah dan kebijakan program kegiatan yang

Roles of organic matter in improving soil physical properties are improving soil aggregation, improving soil structure, creating conditions that support plant roots, regulating

menggunakan jaringan saraf tiruan yang telah mengenali pola perilaku subjek penelitian dan persentase kemenangan komputer yang tidak menggunakan jaringan saraf

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Teknik/ Cara

 Jumlah pelayaran yang melalui pelabuhan di Sulawesi Barat selama periode bulan November 2016 sebanyak 243 kali, terjadi peningkatan sebesar 18,54 persen jika

Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah mengandung laktoferin, lisozim peroksidase

Dalam rangka memperoleh dan mengumpulkan data dilapangan, maka teknik yang digunakan adalah teknik wawancara dan dokumen penyaluran pembiayaan, yaitu penulis melakukan