• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum tentang Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan ( Studi Kasus Pada Kantor BPN Kabupaten Deli Serdang )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum tentang Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan ( Studi Kasus Pada Kantor BPN Kabupaten Deli Serdang )"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

100

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Dwiyanto, Agus, 2005. Mewujudkan Good Government Melalui Pelayanan

Publik, Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press

Harsono Boedi, 2008. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang –

undang Pokok Agraria. Jakarta : Djambatan

Inu Kencana Syafiie, 1999. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta : PT. Eresco

Juniorso Ridwan, 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan

Publik, Bandung : Nuansa

Lukman Samparan, 2000. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima, Jakarta: LAN

Lailah, KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ), Palanta

L.P. Sinambela, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : Bumi Aksara, Jakarta

Ratminto dan Atik Septiwinarsih, 2006. Manajemen Pelayanan Publik, Yogyakarta : Pustaka

Suryadi, 2010 . Penanganan Keluhan Publik Pada Birokrasi Dinas Perijinan.

Sinambela Lijan Poltak, dkk., 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : PT Bumi Aksara

Syafie Inu Kencana, 1999. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta : PT . Eresco

Soekanto Soerjono, 2006. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press

Parmudji, 1994. Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara

Ryaas Rasyid, 1998. Desentralisasi Dalam Menunjang Pembangunan Daerah

(2)

Thamrin Husni, 2013.Hukum Pelayanan Publik Indonesia, Yogyakarta: Aswaja Pressindo

II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

III. KELOMPOK WEBSITE

http://jdih.ntbprov.go.id/sites/default/files/produk_hukum/Lampiran%20I.pdf

http://www.bpn.go.id/Portals/0/perencanaan/dokumen-publik/renstra%202010-2014%20Bab%20II-III-IV.pdf

http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sekilas

http://www.hukumproperti.com/2010/01/04/proses-balik-nama-sertifikat-tanah-di-kantor-pertanahan/

IV. WAWANCARA

(3)

BAB III

PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR PERTANAHANKABUPATEN DELI SERDANG

A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang ini merupakan bangunan

permanen tingkat dua dengan luas 2000 m2. Keadaan kantor tersebut dalam

keadaan yang sangat baik dibawah pimpinan Bapak Ir. Kalvyn A. Sembiring

selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Kantor Pertanahan ini

masih berdiri pada tanah Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dan belum

memiliki Kantor Pertanahan sendiri. Para pegawai kantor ini kurang lebihnya

menghadapi 6000 kasus pelayanan setiap bulannya dengan masalah yang berbeda

– beda. Pelayanan mereka cukup baik dan segala informasi atau data yang hendak

diperoleh harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak kantor.

Tempat penyimpanan dokumen merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi

pelaksanaan tugas pertanahan, sarana alat ukur dan alat pengolahan data serta

sarana mobilitas merupakan unsur lain yang menentukan kinerja para pegawai

kantor ini.31 Dimana Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang ini beralamat di :

Jalan :Jatisari (Komplek Perkantoran Pemkab Deli

Serdang),

Kelurahan : Tanjung Garbus 1

Kecamatan : Pagar Merbau

(4)

Kabupaten : Deli Serdang

Kode Pos : 20154

Telepon : (061)7952197

Email : Kab-deliserdang@bpn.go.id

1. Visi Misi dan Motto Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Adapun dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan

masyarakat, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang mempunyai

visi, misi dan motto pelayanan dan pembangunan pertanahan yang telah

ditetapkan yang akan diemban/dilaksanakan , yaitu :

a. Visi :

“Terwujudnya pengelolaan pertanahan yang transparan dengan

mengutamakan pelayanan prima untuk mendorong terciptanya

masyarakat yang adil dan sejahtera.”

b. Misi :

1. Mengembangkan administrasi pertanahan untuk memberikan

pelayanan prima.

2. Meningkatkan pengelolaan pertanahan melalui partisipasi

masyarakat.

c. Motto :

(5)

62

2. Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Secara umum Kantor Pertanahan Kab Deli Serdang memiliki

fungsi untuk memberikan pelayanan pertanahan kepada seluruh

masyarakat tetapi secara khusus Kantor Pertanahan Kab Deli Serdang

memiliki Tugas pokok dan Fungsi yang sama dengan BPN RI sesuai

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2006,

yaitu :

a. Tugas :

Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan

sektoral.

b. Fungsi :

Dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan Pasal 3 Pepres Nomor 10

Tahun 2006 maka Kantor Pertanahan Kab Deli Serdang

menyelenggarakan fungsi :

1) Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;

2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;

3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang

pertanahan;

4) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

pertanahan;

5) Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan

(6)

6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin

kepastian hukum;

7) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;

8) Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan

penataan wilayah-wilayah khusus;

9) Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik

negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan;

10) Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;

11) Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;

12) Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan

program di bidang pertanahan;

13) Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

14) Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan

konflik di bidang pertanahan;

15) Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;

16) Penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;

17) Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di

bidang pertanahan;

18) Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;

19) Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan

(7)

64

20) Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang,

dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

21) Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang

(8)
(9)

66

Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang :

1. Kepala

Kepala mempunyai tugas memimpin Kantor Pertanahan dalam

menjalankan tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten

Deli Serdang.

2. Seksi Bidang Survei , Pengukuran, dan Pemetaan

Seksi bidang ini mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan

kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan. Dalam

melaksanakan tugasnya, seksi bidang survei, pengukuran dan pemetaan

menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis dibidang survei, pengukuran dan

pemetaan;

b) Pelaksanaan survei dan pemetaan tematik;

c) Pelaksanaan pengukuran dasar nasional;

d) Pelaksanaan pemetaan dasar pertanahan

3. Seksi Bidang Hak Tanah dan Pendaftran Tanah

Seksi bidang ini mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan

kebijakan di bidang hak tanah dan pendaftaran tanah, yang mempunyai

fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang hak tanah dan pendaftran

tanah;

(10)

c) Inventirisasi dan penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai

dan atau milik negara / daerah;

d) Pelaksanaan pengadaan tanah untuk keperluan Pemerintah,

Pemerintah daerah, Organisasi Sosial Keagamaan, dan kepentingan

umum lainnya;

e) Penetapan batas, pengukuran dan perpetaan bidang tanah serta

pembukuan tanah;

f) Pembinaan teknis Pejabat Pembuat Akta Tanah, Surveyor,

Berlinsensi dan Lembaga Penilai Tanah.

4. Seksi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seksi bidang Pengaturan dan

Penataan Pertanahan , maka seksi ini mempunyai fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengaturan dan penataan

pertanahan;

b) Penyiapan peruntukan, persediaan, pemeliharaan, dan penggunaan

tanah;

c) Pelaksanaan pengaturan dan penetapan penguasaan dan pemilikan

tanah serta pemanfaatan dan penggunaan tanah;

d) Pelaksanaan penataan pertnahan wilayah pesisir, pulau – pulau kecil

, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya.

5. Seksi Bidang Pengendalian dan Pemberdayaan

Seksi bidang ini mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan

(11)

68

masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi bidang ini

menyelenggarakan fungsi, yaitu :

a) Perumusan kebijakan teknis dibidang pengendalian pertanahan dan

pemberdayaan masyarakat;

b) Pelaksanaan pengendalian kebijakan, perencanaan dan program

penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

c) Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

d) Evaluasi dan pemantuan penyediaan tanah untuk berbagai

kepentingan.

6. Seksi Sengketa , Konflik, dan Perkara

Seksi bidang inimempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan

kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan sengketa, konflik dan

perkara. Dalam melaksanakan tugasnya, seksi di bidang ini

menyelenggrakan fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penanganan

sengketa dan konflik pertanahan;

b) Pengkajian dan pemetaan secara sistematis berbagai masalah,

sengketa dan konflik pertanahan;

c) Penangan masalah, sengketa dan konflik pertanahan secara hukum

dan non hukum;

d) Penganan perkara pertanahan;

e) Pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah, sengketa dan konflik

(12)

f) Pelaksanaan putusan – putusan lembaga peradilan yang berkaitan

dengan pertanahan;

g) Penyiapan pembatalan dan penghentian hubungan hukum anatra

orang, dan /atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

B. Jenis – jenis Pelayanan Publik di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Jenis Pelayanan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang pada

umumnya sama dengan Jenis Pelayanan pada BPN RI. Dimana jenis Pelayanan

ini berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan (SP

& PP) yang bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan

akuntabilitas pelayanan publik.

Adapun Jenis – jenis Pelayanan Pertanahan tersebut, yaitu :

1. Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali

a) Konversi, Pengakuan dan Penegakan Hak

b) Pemberian Hak :

1) Hak Milik

2) Hak Guna Bangunan

3) Hak Pakai

c) Wakaf :

1) Wakaf Dari Tanah Belum Bersertifikat

(13)

70

d) Pemberian Hak Guna Usaha :

1) Hak Guna Usaha Perorangan

2) Hak Guna Usaha Badan Hukum

2. Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftran Tanah

a) Peralihan Hak Atas Tanah dan Satuan Rumah Susun :

1) Jual – beli

2) Wasiat

3) Tukar – menukar

4) Hibah

5) Pembagian Hak Bersama

6) Lelang

7) Pemasukan Kedalam Perusahaan / Inbreng

8) Merger

b) Perpanjangan Jangka Waktu :

1) Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha

2) Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Bangunan / Hak Pakai

c) Pembaruan Hak Guna Bangunan / Hak Pakai dan Pemberian Hak

Guna Bangunan / Hak Pakai diatas Hak Pengelolaan :

1) Hak Guna Bangunan

2) Hak Pakai

d) Pembaruan Hak Guna Usaha :

1) Hak Guna Usaha Perorangan

(14)

e) Pemecahan / Penggabungan / Pemisahan Hak :

1) Pemecahan / Pemisahan Bidang Tanah Perorangan

2) Pemecahan / Pemisahan Bidang Tanah Badan Hukum

3) Penggabungan Bidang Tanah Perorangan

4) Penggabungan Bidang Tanah Badan Hukum

f) Sertifikat Penggantian Hak Atas Tanah , Hak Milik Atas Rumah

Susun,dan Hak Tanggungan :

1) Blanko Lama

2) Hilang

3) Rusak

g) Hak Tanggungan :

1) Pendaftaran Hak Tanggungan

2) Penghapusan Hak Tanggungan ( Roya)

3) Peralihan Hak Tanggungan (Cessie)

4) Subrogasi ( Perubahan Kreditur )

3. Pelayanan Pencatatan dan Informasi Pertanahan

a) Pencatatan :

1) Blokir

2) Sita

3) Pengangkatan Sita

b) Informasi Pertanahan :

1) Pengecekan Sertifikat

(15)

72

3) Informasi Si Titik Dasar Teknik

4) Informasi Si Peta

4. Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah

a) Pengukuran Bidang Tanah :

1) Pengukuran Bidang Untuk Keperluan Pengembalian Batas

2) Pengukuran Dalam Rangka Kegiatan Inventarisasi / Pengadaan

Tanah

3) Pengukuran Atas Permintaan Instansi / Masyarakat untuk

Mengetahui Luas Tanah

4) Pengukuran Dalam Rangka Pembuatan Peta dalam Situasi

Lengkap (Topografi)

5. Pelayanan Pengaturan dan Penataan Pertanahan

a) Pertimbangan Teknis Pertanahan :

1) Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Rangka Izin Lokasi

2) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Rangka Penetapan

Lokasi

3) Pertimbanagan Teknis Pertanahan Dalam Rangka Izin

Perubahan Penggunaan Tanah

4) Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah

6. Pengelolaaan Pengaduan

Tetapi didalam Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

mengkhususkan dan mengutamakan jenis jenis pelayanan sebagai

(16)

1. Pelayanan Pengecekan Sertifikat

2. Pelayanan Penghapusan Hak Tanggungan (Roya) 3. Pelayanan Pencatatan Balik Nama

4. Pelayanan Peningkatan Hak 5. Pelayanan PRONA

C. Prosedur Pelayanan Publik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Tugas Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang pertanahan yang salah satunya adalah menjalankan

prosedur pelayanan publiknya. Adanya prosedur tidak dimaksudkan untuk

menghambat ataupun mempersulit pelaksanaan pelayanan tersebut. Suatu

prosedur pelayanan yang sederhana akan mempermudahkan pelayanan yang

diikuti , diawasi serta diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan cepat, cermat,

dan hemat. Dengan demikian pembuatan prosedur ini harus dipikirkan secara

sungguh-sungguh agar dapat berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan pelayanan

yang baik.

Agar proses pelayanan pertanahan tersebut dapat sesuai dengan apayang

diharapkan, maka diperlukan kejelasan, dan kepastian mengenai setiap tahapan

prosedur. Dalam rangkain proses tersebut akan memuat tahapan – tahapan dan

cara – cara yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh seorang pemohon yang

mengajukan permohonan kepada petugas atau pejabat berwenang dan dilanjutkan

(17)

74

menindaklanjuti atau menangani suatu permohonan yang diajukan. Permohonan

ini harus sesuai dengan tata kerja dan ketentuan yang berlaku. Adapun prosedur

yang harus dilaksanakan dalam pelayanan publik di Kantor Pertanahan Kabupaten

Deli Serdang akan diuraikan sebagi berikut :

1. Pelayanan Pengecekan Sertifikat

Pengecekan sertifikat adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta

pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah. Pengecekan sertifikat

bisa dilakukan oleh pemilik atau dikuasakan kepada Pejabat Pembuat Akta

Tanah.

a) Dasar Hukum Pengecekan Sertifikat ,yaitu:

1) Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Pokok-Pokok Agraria (UUPA).

2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah.

3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3

Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

4) Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

5) Surat Edaran Kepala BPN No. 600-1900 Tanggal 31 Juli

(18)

b) Persyratan dalam pengecekan sertifikat adalah :

1) Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani

pemohon atau kuasanya;

2) Surat Kuasa apabila dikuasakan;

3) Fotocopy identitas pemohon (KTP) dan kuasa apabila

dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh

petugas loket;

4) Sertifikat hak atas tanah/Sertifikat HMSRS;

5) Surat pengantar dari PPAT untuk kegiatan peralihan /

pembebanan hakdengan akta PPAT.

Pengecekan sertifikat hanya memerlukan waktu 24

jam,bahkan di beberapa daerah bisa hanya beberapa jam

saja tidak perlu menunggu hingga seharian. Adapun

formulir permohonan memuat:

1) Identias diri;

2) Luas , letak dan penggunaan tanah yang di mohonkan.

c) Proses Pengecekan Sertifikat

32

(19)

76

1) Pemohon menyerahkan surat permohonan yang telah

dilengkapi syarat administrasi pada Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

2) Pemohon membayar biaya informasi.

3) Pencarian dan pengumpulan data/informasi yang dimohon.

4) Penyiapan informasi yang dimohon.

5) Penyerahan informasi kepada pemohon.

2. Pelayanan Penghapusan Hak Tanggungan (Roya)

Pengertian Roya secara umum adalah pencoretan Hak Tanggungan

yang melekat pada buku tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan,

karena hapusnya Hak Tanggungan yang membebani atas tanah.

a) Dasar Hukum Roya :

1) Undang-Undang No.5Tahun 1960 tentang Peraturan

Pokok-Pokok Agraria (UUPA).

2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah.

3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3

Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

4) Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

5) Surat Edaran Kepala BPN No. 600-1900 Tanggal 31 Juli

(20)

b) Persyaratan Penghapusan Hak Tanggungan (Roya), yaitu :

1) Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani

pemohon atau kuasanya di atas materai cukup

2) Surat Kuasa apabila dikuasakan

3) Fotocopy identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila

dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh

petugas loket

4) Fotocopy Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum

yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket,

bagi badan hukum

5) Sertifikat tanah dan Sertifikat Hak Tanggungan dan/atau

konsen roya jika sertifikat Hak Tanggungan hilang

6) Surat Roya/Keterangan Lunas/Pelunasan Hutang dari

Kreditur

7) Fotocopy KTP pemberi HT (debitur), penerima HT

(Kreditur) dan/atau kuasanya yang telah dicocokkan dengan

aslinya oleh petugas loket.

Proses Roya ini bisa dilakukan sendiri oleh pemilik atau bisa juga

dikuasakan kepadaNotaris/PPAT. Proses Roya ini tidak memakan waktuu

(21)

78

c) Proses Penghapusan Hak Tanngungan (Roya)

33 .

1) Pemohon menyerahkan surat permohonan yang telah dilengkapi

syarat administrasi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

2) Pemohon membayar biaya pendaftaran.

3) Pencatatan pembukuan hak dan penerbitan Sertifikat.

4) Pemohon menunggu ijin dari Kanwil dan dari BPN Pusat

5) Penyerahan Sertifikat kepada pemohon.

3. Pelayanan Pencatatan Balik Nama

Dalam tatacara proses pencatatan balik nama pada Kantor

Pertanahan maka dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pihak PPAT

(Pejabat Pembuat Akta Tanah) atau pembeli dapat mengajukan sendiri.

Adapun proses tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Menggunakan Jasa PPAT

Setelah membuat akta jual – beli, PPAT kemudian menyerahkan

berkas akta jual-beli ke Kantor Pertanahan, untuk keperluan balik nama

sertifikat, selambat – lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak

ditandatanganinya akta tersebut.Berkas yang diserahkan meliputi :

(22)

1) Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh

pembeli

2) Akta jual – beli PPAT

3) Sertifikat hak atas tanah

4) KTP pembeli dan penjual

5) Bukti pelunasan pembayaran PPh

6) Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan

b) Pembeli Mengajukan Sendiri

Dalam hal pembeli mengajukan sendiri proses balik nama maka

berkas jual-beli yang ada di PPAT diminta, untuk selanjutnya pembeli

mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan

melampirkan :

1) Surat Pengantar dari PPAT

2) Sertifikat Asli

3) Akta jual-beli dari PPAT

4) Identitas diri penjual, pembeli dan/atau kuasanya (melampirkan

fotocopy KTP)

5) Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan kepada pihak lain

6) Bukti pelunasan SSBBPHTB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan)

(23)

80

8) SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan

Bangunan) tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memiliki

SPPT, maka perlu keterangan dari lurah/kepala desa terkait.

9) Izin Peralihan Hak

10) Surat Pernyataan calon penerima hak (pembeli)

Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke

Kantor Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari

pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti

penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya, oleh

Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak

lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru.34

4. Pelayanan Peningkatan Hak

Peningkatan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah

berdasarkan Keputusan Mentri Agraria/Kepala BPN No. 6 Tahun 1998.

Dimana dalam Peraturan ini telah memberikan kemudahan kepada

masyarakat untuk meningkatkan Hak atas Tanah dari Hak Guna Bangunan

menjadi Hak Milik.

a) Persyaratan Peningkatan Hak

Untuk persyaratan yang harus harus dipenuhi pada loket pelayanan,

harus memenuhi :

1) Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan

setempat dengan contoh (format formulir) yang sudah disediakan.

34

(24)

2) Membawa Sertifikat Asli Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai

yang sudah habis jangka waktunya atau masih berlaku.

3) Foto kopi IMB (Izin Mendirikan bangunan)

4) Bukti Identitas diri pemohon Warga Negara Indonesia (KTP dan

KK, Pasport, lainnya).

5) Fotokopi SPPT PBB Tahun yang terakhir, khusus untuk tanah

yang luasnya di atas 200m2.

6) Pernyataan pemohon yang menyatakan bahwa dengan perolehan

Hak Milik dimaksud, Hak Milik Atas Tanahnya tidak lebih dari 5

(lima) bidang dengan luas keseluruhan tidak lebih dari 5000m2.

7) Membayar biaya sesuai ketentuan yang berlaku.

Setelah berkas-berkas permohonan itu lengkap, seksi Hak Atas

Tanah mencatatnya dalam buku register Hak Atas Tanah. Selanjutnya

Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan perintah setor pungutan. Setor

pungutan ini bermaksud sebagai uang pemasukan terhadap negara atas

pemberian Hak Atas Tanah kepada pemohon dalam waktu kurang lebih

1 minggu setelah dicatatnya berkas permohonan tersebut. Seksi Hak

Atas Tanah membuat perincian tentang besarnya uang pemasukan yang

harus dibayar oleh pemohon.

5. Pelayanan Hak Tanggungan

Subyek atau peserta PRONA adalah masyarakat golongan ekonomi

lemah sampai dengan menengah. Masyarakat golongan ekonomi lemah

(25)

82

subyek/peserta PRONA yaitu pekerja dengan penghasilan tidak tetap

antara lain petani, nelayan, pedagang, peternak, pengrajin, pelukis, buruh

musiman dan lain-lain pekerja dengan penghasilan tetap:

a) Pegawai perusahaan baik swasta maupun BUMN/BUMD dengan

penghasilan per bulan sama atau di bawah Upah Minimum

Regional (UMR) yang ditetapkan oleh masing-masing

kabupaten/kota, yang dibuktikan dengan penetapan Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan surat keterangan

penghasilan dari perusahaan;

b) Veteran, Pegawai Negeri Sipil pangkat sampai dengan Penata

Muda Tk.I (III/d), prajurit Tentara Nasional Indonesia pangkat

sampai dengan Kapten dan anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia pangkat sampai dengan Komisaris Polisi, dibuktikan

dengan foto copy Surat Keputusan pangkat terakhir;

c) Istri/suami veteran, istri/suami Pegawai Negeri Sipil, istri/suami

prajurit Tentara Nasional Indonesia, istri/suami anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf b),

dibuktikan dengan foto copy Surat Keputusan pangkat terakhir dan

akta nikah;

d) Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, pensiunan Tentara Nasional

Indonesia dan pensiunan anggota Kepolisian Negara Republik

(26)

e) Janda/duda pensiunan Pegawai Negeri Sipil, janda/duda pensiunan

Tentara Nasional Indonesia, janda/duda pensiunan anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia, dibuktikan dengan foto

copy Surat Keputusan pensiun janda/duda dan akta nikah.

Peserta PRONA berkewajiban untuk:

a) Menyediakan/menyiapkan Alas hak/alat bukti perolehan/penguasaan

tanah yang akan dijadikan dasar pendaftaran tanah sesuai ketentuan

yang berlaku.

b) Menunjukkan letak dan batas-batas tanah yang dimohon (dapat

dengan kuasa).

c) Menyerahkan Bukti Setor Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dan Bukti Setor Pajak Penghasilan dari

Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi peserta yang

terkena ketentuan tersebut.

d) Memasang patok batas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.

Kriteria Obyek PRONA

a) Tanah sudah dikuasai secara fisik

b) Mempunyai alas hak (bukti kepemilikan)

c) Bukan tanah warisan yang belum dibagi

d) Tanah tidak dalam keadaan sengketa

e) Lokasi tanah berada dalam wilayah kabupaten lokasi peserta

program yang dibuktikan dengan KTP

(27)

84

Luas dan Jumlah Tanah Obyek PRONA

a) Tanah Negara:

1) Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 2.000 m2

(dua ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang

berlokasi wilayah Kab/Kota Kantor Pertanahan tipe A sampai

dengan luas 500 m2 (lima ratus meter persegi); dan

2) Tanah pertanian dengan luas sampai 2 ha (dua hektar).

b) Penegasan konversi/pengakuan hak :

1) Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 5.000 m2

(lima ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang

berlokasi wilayah Kab/Kota Kantor Pertanahan tipe A sampai

dengan luas 1.000 m2 (seribu meter persegi); dan

2) Tanah pertanian dengan luas sampai 5 ha (lima hektar).

c) Jumlah bidang tanah :

Bidang tanah yang dapat didaftarkan atas nama seseorang atau 1

(satu) peserta dalam kegiatan PRONA paling banyak 2 (dua)bidang

tanah

Prosedur Pelaksanaan PRONA

1. Penyerahan DIPA

2. Penetapan Lokasi

3. Penyuluhan

4. Pengumpulan data (alat bukti/alas hak, Penetapan Peserta)

(28)

6. Pemeriksaan Tanah

7. Pengumuman

8. Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis

(Penetapan Hak)

9. Penerbitan sertipikat/Pembukuan Hak

(29)

BAB IV

HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN DELI SERDANG A. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik Di Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang

Dalam proses pelayanan publik khususnya di bidang pertanahan telah

diatur serta telah ditunjuk instansi maupun pejabat-pejabat yang diberi tugas dan

wewenang dalam pelaksanaan pelayanan atas tanah tersebut, termasuk juga

cara-cara yang ditempuh bagi setiap pemohon maupun syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam memperoleh suatu hak atas tanah yang dimilikinya. Tetapi

kenyataan dalam pelaksanaannya terdapat berbagai macam hambatan-hambatan

yang menyebabkan pelaksanaan pelayanan publik atas tanah ini selesai tidak tepat

pada waktu yang telah ditentukan dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari

yang sebenarnya. Adapun hambatan – hambatan yang pada umumnya sering

terjadi dan dihadapi oleh pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

dalam proses pelayanan publik ini antara lain :

1. Dalam mendaftarkan tanah ke Kantor Pertanahan, berkas-berkas yang

diperlukan untuk melakukan pendaftaran hak atas tanah tersebut tidak

lengkap atau kurang lengkap. Adapun syarat – syarat yang harus

dipenuhi dalam pendaftran tanah tersebut, yaitu :

a) KTP

b) PBB

(30)

Apabila salah satu syarat tidak memenuhi atau kurang lengkap maka

penerbitan hak atas tanah tersebut tidak akan dikeluarkan oleh pihak

Kantor Pertanahan. Misalnya foto copy KTP yang sudah tidak berlaku

lagiataupun belum dilegalisir oleh pejabat yang berwenang tidak akan

diterima oleh pihak Kantor Pertanahan. Berkas yang kurang lengkap

inilah yang nantinya dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi

terlebih dahulu. Hal ini akan memperpanjang waktu pendaftaran

peralihannya sehingga berkesan pelaksanaanya sangat lambat.

2. Dalam Proses Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria di dalam pasal 19 menyatakan : untuk menjamin

kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang

diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pendaftran tersebut meliputi :

a) Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah

b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

Dimana dalam hal ini yang sering menjadi hambatannya yaitu dalam

proses pengukuran batas – batas tanah di lapangan. Pada saat mengukur

batas tanah yang akan dilaksanakan pendaftaran peralihannya tersebut

ternyata dalam keadaan bersengketa dengan orang lain. Dalam hal ini

(31)

88

proses pengukuran karena tanah tersebut belum dikuasai penuh oleh

pihak pemohon.

3. Dalam Sertifikat Ganda

Hambatan yang terjadi disini adalah ketika terjadinya penandatangan

surat pengukuran tanah tidak adanya saksi dari pihak pemohon

sehingga sering terjadinya tanda tangan fiktif oleh pihak Kantor

Pertanahan. Maka dari itu terjadilah penerbitan lebih dari satu sertifikat

pada objek tanah yang sama. Ini bisa jadi karena sertifikat yang lebih

dahulu bisa memiliki dasar hukum yang tidak kuat, sehingga bisa

dikalahkan dalam persidangan. Atau bahkan bisa juga pihak Kantor

Pertanahanyang tidak bertanggungjawab menjadi pihak yang salah

karena menerbitkan sertifikat atas tanah yang sudah bersertifikat.

Dimana tanah yang telah mempunyai sertifikat tersebut seharusnya

dijaga atau dimanfaatkan sebagai agunan menambah modal usaha dan

meningkatkan harga jual tanah. Karena walaupun sudah memiliki

sertifikat yang sah dari Kantor Pertanahan itu tidak menjamin kepastian

hukum atas tanah tersebut, dan bukan merupakan tugas BPN untuk

menjaga tanah itu, sehingga tanah itu seharusnya dijaga atau diusahakan

bukan ditelantarkan yang menyebabkan hilangnya hak atas tanah

tersebut.

4. Dalam Proses Pemberian Hak

Dimana dalam memeriksa permohonan ada kekurangan dalam

(32)

diumumkan oleh pihak Kantor Pertanahan melalui surat media massa

(koran) dalam waktu kurang lebih 2 bulan. Tujuannya sendiri untuk

menjamin kepastian hukum atas alas hak tersebut. Adapun yang

termasuk jenis – jenis alas hak atas tanah , yaitu :

a. Surat Tanda Bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan

Peraturan Swaparja

b. Akta Pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi

kesaksian oleh Kepala Adat atau Desa dengan disertai alas hak

yang dialihkan

c. Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT ( pejabat pembuat

Akta Tanah ) sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum

tertentu mengenai Hak Atas Tanah

d. Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang disertai alas hak

yang dilelang

e. Surat Penunjukkan atau Pemberian Bidang Tanah dari pemerintah

5. Dalam Pembagian Hak Waris

Dimana salah satu pewaris mengklaim haknya sebagian tetapi pihak

yang lain tidak setuju atas keputusan tersebut. Padahal permohonan

sudah sampai ketangan pihak Kantor Pertanahan. Dan pada akhirnya

berkas permohonanan dikembalikan kepada pihak pewaris karena

kurangnya kelengkapan berkas tersebut. Karena pihak Kantor

Pertanahan tidak akan melanjutkan atau menolak menangani kasus yang

(33)

90

Hambatan - hambatan yang timbul dari faktor intern, dalam hal ini pada

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, antara lain :

1. Benturan kepentingan pegawai antara kepentingan pekerjaan

dengan kepentingan pribadinya, yang keduanya sama-sama

penting.

2. Kesibukan Kepala Kantor Pertanahan dalam hal ini Kantor

Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Pekerjaan Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Karo sangat padat. Kesibukannya terkadang

menunda pekerjaan ini untuk beberapa waktu lamanya, karena

dirasakan ada sesuatu kepentingan yang harus diselesaikan terlebih

dahulu, yang sangat penting dari pekerjaan lain.Misalnya : untuk

kepentingan dinas, yang mengharuskan Kepala Kantor Pertanahan

meninggalkan semua pekerjaan di Kantor Pertanahan

tersebut.Sehingga waktu penyelesaian pekerjaan ini menjadi

tertunda sampai beberapa waktu yang lama.

Dalam pelaksanaan pelayanan publik, tidak terlepas dari adanya

peran serta masyarakat sebagai pemengang hak atas tanah. Namun

demikian, masyarakat juga mengalami hambatan-hambatan. Beberapa

faktor penghambat yang timbul terdiri dari dari faktor ekstern, dalam hal

ini masyarakat Kabupaten Deli Serdang sendiri, yakni :

1. Kurangnya Pemahaman Masyarakat

Hal ini disebabkan masih banyaknya masyarakat Kabupaten Deli

(34)

pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang serta syarat-syarat yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaan pelayanan pertanahan tersebut yang tidak

diketahui oleh masyarakat Kabupaten Deli Serdang.

2. Biaya Pelayanan Yang Mahal

Bagi masyarakat Kabupaten Deli Serdang, khususnya daerah yang

terpencil, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai

macam pelayanan pertanahan cukup mahal, dan mengeluarkan

biaya yang sangat besar.

B. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

Kantor Pertanahan merupakan satu-satunya institusi yang memiliki

kewenangan untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara

nasional, regional dan sektoral. Kewenangan ini mencakup kegiatan yang

berkaitan dengan kebijakan serta kegiatan pelayanan publik, baik pelayanan

kepada masyarakat, badan hukum swasta, sosial ataupun keagamaan serta institusi

pemerintah. Dimana dalam melaksanakan kegiatan ini pihak Kantor Pertanahan

tidak jarang menjumpai berbagai hambatan – hambatan yang mempersulit

jalannya prosedur pelayanan. Dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang

timbul dalam melaksanakan pelayanan publik, ada beberapa solusi yang dilakukan

khusunya pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang untuk memperkecil

(35)

92

1. Dalam Pendaftaran Tanah Pertama kali Kantor Pertanahan harus

menyampaikan kepada pihak pemohon diawali dengan pemahaman

standarisasi persyaratan, prosedur, waktu dan biaya layanan pertanahan

yang telah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.

2. Apabila semua proses udah dimengerti maka selanjutnya pihak

pemohon harus melengkapi semua surat – suratnya. Ketika Surat tidak

lengkap ataupun hilang, pihak Kantor Pertanahan akan mengumumkan

selama 2 bulan. Pengumuman itu sendiri dilakukan melalui media

massa (Koran) atau memberikan surat kepada pihak pemohon.

3. Apabila pemohon tidak mampu membayar BPHTB maka proses

Pendaftaran Tanah tidak dapat dilanjutkan. Solusi dari Pihak Kantor

Pertanahan adalah memberhentikan sementara sampai dengan pemohon

melunasi apa yang menjadi kewajibannya.

C. Strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang Dalam Peningkatan Pelayanan Publik

Dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul dalam

melaksanakan pelayanan publik yang telah dibahas pada bab sebelumnya, ada

beberapa strategi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

untuk memperkecil hambatan-hambatan tersebut dan meningkatkan Pelayanan

Publik yang rutin dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli

Serdang.

(36)

1. Membuat pengumuman-pengumuman kepada setiap Kecamatan yang

berada diwilayah Kabupaten Deli Serdang, tentang informasi-informasi

baik mengenai pelayanan publik khususnya bidang pertanahan, misalnya:

pendaftaran peralihan hak milik atas tanah melalui jual beli maupun

pendaftaran tanah untuk pertama kalinya.

2. Melakukan sosialisasi tentang tata cara ataupun prosedur yang harus

dilakukan oleh masyarakat, dimana kegiatan pemahaman ini akan

dilaksanakan secara rutin kepada Kecamatan di lingkungan pemerintah

Kabupaten Deli Serdang.

3. Selalu memanggil setiap Kepala Desa/Kepala Kelurahan untuk mendapat

bimbingan dari pihak Badan Pertanahan Kabupaten Deli Serdang tentang

pelayanan publik khusunya bidang pertanahan.

4. Memberikan pemahanan-pemahaman kepada msyarakat lewat Kepala

Desa tentang informasi mengenai pertanahan khusunya pendaftaran tanah

pertama kali dan besar biaya pendaftaran tanah yang tidak lari dari

peraturan pemerintah yang berlaku.

5. Penyuluhan langsung oleh pihak Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten

Deli Serdang. Seperti yang disebutkan diatas, dimana Kantor Pertanahan

dalam melakukan pelayanan publik khususnya peralihan hak milik

terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada Kepala Desa setempat

Camat dan juga Lurah, dan apabila perlu ada beberapa pegawai Kantor

Pertanahan yang ikut mendampingi Kepala Desa untuk

mensosialisasiakan mengenai pentingnya pendaftaran peralihan hak

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah mendapatkan data dari hasil riset di Kantor Pertanahan Kabupaten

Deli Serdang, maka hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Tinjaun Hukum

Tentang Pelayanan Publik Di Bidang Pertanahan (STUDI DI KANTOR

PERTANAHAN KABUPATEN DELI SERDANG)” penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Menurut Peraturan Kepala Badan Republik Indonesia Nomor 8 tahun

2011 tentang Kode Etik Pelayanan Publik di Lingkungan Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia menyebutkan bahwa : “Pelayan

Publik adalah pejabat, pegawai, atau petugas yang bertugas

melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik dan

pelayanan internal di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia. Penyelenggara Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut

Penyelenggara adalah pimpinan unit/satuan kerja di lingkungan Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang melakukan pelayanan

publik dan pelayanan internal.”

Maka dapat disimpulkan bahwa Instansi Penyelenggara Pelayanan Publik

di bidang Pertanahan adalah Badan Republik Indonesia (BPN). Badan

Pertanahan Nasional (BPN) merupakan instansi vertikal, sebagai unit

(38)

layanan vertikal adalah unit layanan yang berada di bawah kementerian /

lembaga pusat tetapi memiliki layanan sampai di tingkat daerah.

Adapun peraturan yang mengatur mengenai pelayanan di Kantor Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Peraturan Kepala BPN

RI Nomor 1 Tahun 2010 yakni perubahan dari Keputusan Kepala Badan

Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi

Pengaturan dan Pelayanan di Lingkungan BPN dan juga diatur

sebelumnya di dalam Peraturan Kepala BPN RI Nomor 6 Tahun

2008tentang Penyederhanaan dan Pencepatan Standar Prosedur Operasi

Pengaturan dan Pelayanan Tertentu.Tujuan peraturan ini adalah untuk

mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan akuntabilitas pelayanan

publik khususnya di bidang pertanahan.

2. Tugas Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang pertanahan yang salah satunya adalah

menjalankan prosedur pelayanan publiknya. Adanya prosedur tidak

dimaksudkan untuk menghambat ataupun mempersulit pelaksanaan

pelayanan tersebut. Dalam rangkain proses tersebut akan memuat

tahapan – tahapan dan cara – cara yang harus dilaksanakan dan dipenuhi

oleh seorang pemohon yang mengajukan permohonan kepada petugas

atau pejabat berwenang.

Adapun prosedur yang harus dilaksanakan dalam pelayanan publik di

(39)

96

a) Pelayanan Pengecekan Sertifikat

1) Pemohon menyerahkan surat permohonan yang telah dilengkapi

syarat administrasi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

2) Pemohon membayar biaya informasi.

3) Pencarian dan pengumpulan data/informasi yang dimohon.

4) Penyiapan informasi yang dimohon.

5) Penyerahan informasi kepada pemohon.

b) Roya

1) Pemohon menyerahkan surat permohonan yang telah dilengkapi

syarat administrasi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

2) Pemohon membayar biaya pendaftaran.

3) Pencatatan pembukuan hak dan penerbitan Sertifikat.

4) Pemohon menunggu ijin dari Kanwil dan dari BPN Pusat

5) Penyerahan Sertifikat kepada pemohon.

c) Pelayanan Pencatatan Balik Nama

Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor

Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari

pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti

penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya,

oleh Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama

pemegang hak lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang

(40)

Untuk Prosedur Pelayanan Publik lainnya telah dibahas oleh penulis

pada Bab III halaman 84 – 87 dalam skripsi ini.

3. Adapun hambatan – hambatan yang pada umumnya sering terjadi dan

dihadapi oleh pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

dalam proses pelayanan publik ini antara lain :

a) Dalam mendaftarkan tanah ke Kantor Pertanahan, berkas-berkas

yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran hak atas tanah

tersebut tidak lengkap atau kurang lengkap

b) Pada saat mengukur batas tanah yang akan dilaksanakan

pendaftaran peralihannya tersebut ternyata dalam keadaan

bersengketa dengan orang lain. Dalam hal ini Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang akan memberhentikan proses pengukuran

karena tanah tersebut belum dikuasai penuh oleh pihak pemohon.

c) Ketika terjadinya penandatangan surat pengukuran tanah tidak

adanya saksi dari pihak pemohon sehingga sering terjadinya tanda

tangan fiktif oleh pihak Kantor Pertanahan.

d) Dimana dalam memeriksa permohonan ada kekurangan dalam

pemberian Alas Haknya.

Dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul dalam

melaksanakan pelayanan publik ada beberapa strategi yang

dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang untuk

(41)

98

Pelayanan Publik yang rutin dilakukan oleh pihak Kantor

Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Adapun strateginya, yaitu :

a) Membuat pengumuman-pengumuman kepada setiap

Kecamatan yang berada diwilayah Kabupaten Deli Serdang,

tentang informasi-informasi baik mengenai pelayanan publik.

b) Melakukan sosialisasi tentang tata cara ataupun prosedur yang

harus dilakukan oleh masyarakat

c) Memberikan pemahanan-pemahaman kepada msyarakat lewat

Kepala Desa tentang informasi mengenai pertanahan khusunya

pendaftaran tanah pertama kali dan besar biaya pendaftaran

tanah.

d) Penyuluhan langsung oleh pihak Pegawai Kantor Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang.

B. Saran

1. Bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, hendaknya para

unsur pimpinan lebih intensif memberikan pembinaan dan pengarahan

pada seluruh aparat agar dapat mengubah pola pikir yang sudah

terbentuk selama ini (pola pikir lama) bahwa mereka adalah pelayan

masyarakat bukan harus dilayani.

2. Dalam hal ini khususnya kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli

Serdang agar lebih giat memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada

masyarakat dimana agar masyarakat lebih antusias dalam mendaftarkan

(42)

kepada pemerintah setempat baik itu Bupati serta unsur-unsur

pemerintahan lainya agar lebih memperhatikan konsep apa yang harus

di berikan kepada masyarakat agar permasalahan-permasalahan dapat

diminimalkan dalam setiap pelayanan publik khususnya bidang

pertanahan sehingga konflik – konflik dapat diatasi.

3. Perlu memangkas sistem birokrasi dalam tubuh Kantor Pertanahan itu

sendiri. Sedapat mungkin masyarakat hanya satu kali saja atau

maksimal dua kali datang ke Kantor Pertanahan untuk

berkaspermohonan yang diajukan yaitu saat mendaftar dan mengambil

sertifikat, sehingga masyarakat tidak perlu datang berkali-kali jika

prosedur dan standar pelayanan sudah terpenuhi dan ditepati dalam

pelaksanannya, dimana selama ini masyarakat harus datang berkali-kali

untuk menanyakan sejauh mana proses berjalan dan untuk menemui

petugas/aparat untuk membuat komitmen pelaksanaan pemeriksaan

tanah.

4. Perlunya ditingkatkan kesadaran akan tugas dan tanggung jawab aparat,

melalui penekanan pada keteguhan hati nurani dan kepekaan aparat

dalam berinteraksi dengan masyarakat. Keutuhan nilai moral,

disingkirkannya sikap egosektoral serta ketegasan sikap aparat dalam

melaksanakan tugas-tugasnya harus lebih ditekankan kembali, sehingga

tidak perlu terjadi diskriminasi dan budaya uang jasa pada pelayanan

(43)

BAB II

PENGATURAN PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG PERTANAHAN

A. PENGERTIAN DAN LANDASAN HUKUM PELAYANAN PUBLIK 1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, dapat juga

dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan

manusia. Pelayanan merupakan suatu pemecahan permasalahan antara

manusia sebagai konsumen dan perusahaan atau lembaga juga organisasi

sebagai pemberi atau penyelenggara pelayanan.

Pelayanan merupakan salah satu ujung tombak dari upaya pemuasan

pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik

oleh individu maupun organisasi, karena dari bentuk pelayanan yang

diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan

pelayanan.

Maka dari itu Philip Kotler mendefinisikan Pelayanan sebagai suatu

tindakan atau pelaksanaan yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada

pihak lain yang pada dasarnya menunjukkan tindak nyata dan tidak

mengakibatkan kekuasaan atas segala sesuatunya.15 Pandangan Kotler

tersebut dapat dipahami bahwa pada hakikatnya pelayanan adalah setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,

(44)

danmenawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik.

Selanjutnya, Samparan Lukman berpendapat, Pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain ataumesin secara fisik, dan menyediakan

kepuasan pelanggan.16 Dalam bahasa asing dikenal “public service” dan

“public utilities” yang secara popular istilah pertama diartikan pelayana

public yang didalamnya juga mencakup kegiatan public utilities, seperti

misalnya transportasi, telegram, telepon, air bersih (PAM),penerangan

(PLN), dan lain – lain.17Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dijelaskan pelayanan adalah membantu mengurus atau

menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang, meladeni

menanggapi, menyambut tantangan (bertanding,berkelahi, berperang,

berdebat, dsb).18

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pelayanan merupakan suatu bentuk sistem, prosedur atau metode

tertentu diberikan kepada orang lain. Dalam hal ini, kebutuhan pelanggan

tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan

dengan tingkat persepsi mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan

timbulnya pelayanan yaitu:

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang.

16Samparan Lukman, Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima, LAN, Jakarta, 2000, hal.8

(45)

27

Cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbankan apa

yang ada padanya sesuai kemampuaanya, diwujudkan menjadi

layanan dan pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma, sopan

santun, dan kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya.

Rasa tolong menolong merupakan gerak naluri yang sudah melekat

pada manusia. Apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain

karena diminta oleh orang yang membutuhkan pertolongan hakikatnya

adalah pelayanan, disamping ada unsur pengorbanan, namun kata

pelayanan tidak pernah digunakan dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah

satu bentuk amal.

Disamping itu adanya suatu sistem pelayanan yang baik terdiri dari

tiga elemen, yaitu:

a. Strategi pelayanan, suatu strategi untuk memberikan layanan

dengan mutu yang sebaik mungkin kepada para pelanggan.

b. Sumber daya manusia yang memberikan layanan.

c. Sistem pelayanan, prosedur atau tata cara untuk memberikan

layanankepada para pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas

fisik yang memiliki dan seluruh sumber daya manusia yang ada.

Sementara itu istilah Publik berasal dari Bahasa Inggris yang

berarti umum, masyarakat, negara. Kata Publik sebenarnya sudah diterima

(46)

orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat digunakan adalah praja

yang sebenarnya bermakna “rakyat”, sehingga lahir istilah Pamong Praja

yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat.

Inu Kencana mendefinisikan publik sebagai sejumlah manusia

yang memiliki kebersaman berpikir, perasaan, harapan, dan tindakan yang

benar dan baik berdasarkan nilai – nilai norma yang mereka miliki.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, istilah publik memiliki

pengertian dan dimensi yang sangat beragam. Istilah publik sangat

tergantung pada konteks dalam penggunaan istilah tersebut. Dalam hal ini

publik diartikan sebagai masyarakat sebagai penerimaan pelayanan publik.

Publik dapat diartikan sebagai sekelompok kecil atau sekelompok

besar yang terdiri dari orang-orang banyak maupun sedikit yang memiliki

tingkat perhatian yang cukup tinggi terhadap suatu hal yang sama.

Sekelompok orang tersebut memiliki tingkat solidaritas yang tinggi,

sehingga terbagilah publik menjadi dua jenis yaitu:

1. Publik intern, adalah publik yang menjadi bagian dari unit usaha atau

badan atau instansi. Di dalam birokrasi pemerintah, publik ini adalah

para aparat pemerintah termasuk juga para pejabat pengambil

keputusan.

2. Publik ekstern, adalah 'orang luar' atau publik umum (masyarakat),

yang mendapatkan pelayanan dari birokrasi pemerintah. Dalam

birokrasi pemerintah di bidang pelayanan publik, maka publik atau

(47)

29

Dari pengertian pelayanan dan publik sebagaimana telah diuraikan diatas,

maka dapat dirumuskan istilah pelayanan publik sebagai pemenuhan

keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara

(penyelenggara daerah). Dalam bahasa asing kita mengenal “public service”

dan “public utikities” yang secara populer istilah pertama diterjemahkan

sebagai pelayanan publik, oleh karena itu Pelayanan Publik diartikan sebagai

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia

yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat

pada suatu produk secara fisik.19

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang

sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi

memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat,

mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan- pelayanan

lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang

pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

Perkembangan globalisasi mengenai teknologi informasi membawa

seluruh Instansi, Lembaga, Badan Dinas serta Kantor Pemerintahan menuju

perubahan-perubahan terhadap sikap mengenai cara memberikan pelayanan

publik yang efektif dan efisien. Kemajuan teknologi yang sangat pesat ini

menyebabkan pengaruh sangat besar pada semua bidang, yaitu dalam

(48)

Untuk memahami lebih jauh mengenai makna dan hakekat pelayanan

publik ini, selanjutnya dapat dilihat di dalam Keputusan Menteri

Pendayagunaan (Kepmenpan Nomor 63/ KEPMEN/ PAN/ 17/ 2003)

dirumuskan bahwa :

“Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana ketentuan Perundang - Undangan.”

Selanjutnya dapat dipahami juga melalui Rancangan Undang –

Undang tentang Pelayanan Publik, yang sekarang sudah diundangkan melalui

Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

dirumuskan bahwa :

“Pelayanan Publik adalahkegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”

Oleh karena itu sebenarnya pelayanan publik harus memilik standar

yang berbeda – beda antara suatu daerah dengan daerah yang lainnya, dengan

mengingat kondisi dan situasi yang berbeda.

Selanjutnya terkait dengan pengertian tentang pelayanan publik diatas,

maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa pelayanan publik adalah segala

bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik

yang menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh institusi pemerintah

pusat dan atau daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat,

(49)

31

penyelenggaraan publik terhadap masyarakat oleh aparatur pemerintah baik

dipusat maupun daerah.

Pelaksanaan pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat

melibatkan kedua belah pihak untuk saling bekerjasama. Masyarakat

diharapkan dapat berpartisipasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan,

yakni dengan memenuhi aturan dengan kesadaran dan menghargai

administrator publik yang memberikan pelayanan. Suatu instansi pemerintah

merasa dihargai dan akan bekerja dengan penuh tanggungjawab dalam

memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan

publik yang dilakukan oleh pemerintah yang efektif dapat memperkuat

demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi,

kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan

lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumberdaya alam, memperdalam

kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Di Indonesia,upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah

sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5

Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perjanjian

di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang Pedoman

Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih mendorong komitmen aparatur

pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka telah diterbitkan

pula Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu

(50)

terakhir telah diterbitkan pula Keputusan Menpan No.

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik.

2. Pedoman Pelayanan Publik

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia,

antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban

memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan

yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara

atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 juga mengamanatkan untuk

membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan

penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan

seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk

tentang peningkatan pelayanan publik.

Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai,

persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan Hak Asasi Manusia

sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik serta aturan pelaksananya dapat diterapkan sehingga masyarakat

(51)

33

Dengan mempertimbangkan hal di atas, diperlukan peraturan Perundang

- undangan di daerah yang mengatur mengenai penyelenggaraan Pelayanan

Publik yang akan dipergunakan sebagai Pedoman bagi aparatur pemerintah

daerah dalam memberikan Pelayanan Publik kepada masyarakat.Pedoman ini

diharapkan dapat memberi kejelasan dan pengaturan mengenai pelayanan

publik, antara lain meliputi:

a) Maksud dan Tujuan ;

b) Hakikat Pelayanan Publik ;

c) Asas – asas Pelayanan Publik ;

d) Prinsip – prinsip Pelayanan Publik ;

a) Maksud dan Tujuan

Undang-Undang tentang pelayanan publik dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan

penyelenggara dalam pelayanan publik. Tujuan Undang-Undang Tentang

Pelayanan Publik adalah:

1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung

jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait

dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak

sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

baik.

(52)

4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hkum bagi masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.20

b) Hakikat Pelayanan Publik

Hakikat Pelayanan Publik adalah pemberian pelayanan prima

kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur

pemerintah sebagai abdimasyarakat. Untuk lebih memahami mengenai

hakikat pelayanan publik, terdapat beberapa pengertian :

1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

Perundang – undanganbagi setiap warga Negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

2. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut

penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara Negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan

UndangUndang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum

lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

3. Pelaksanaan pelayanan publik yang selanjutnya disebut pelaksana

adalah pejabat, petugas, dan setiap orang yang bekerja didalam

Organisasi Penyelenggaraan yang bertugas melaksanakan tindakan

(53)

35

4. Mayarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk

sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang

berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

5. Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut

Organisasi Penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara

pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara

Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan

undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum

lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.21

c) Asas – Asas Pelayanan Publik

Pelayanan publik harus selalu berubah mengikuti perkembangan

masyarakat, karena masyarakat itu bersifat dinamis. Dalam hal ini

pemerintah harus melakukan negosiasi dan mengkolaborasi berbagai

kepentingan masyarakat. Sehingga pelayanan publik memiliki kualitas

yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Pelayanan publik

dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat

sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pengguna

jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan.

(54)

profesional, kemudian dikemukakan asas-asas dalam pelayanan publik

yang tercermin dari:

1. Transparansi, bersifat terbuka mudah dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

3. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas.

4. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamanan hak tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan

suku, agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan

publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak.22

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik juga diatur dalam

Pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

yang terdiri dari 12 asas, yaitu:

(55)

37

1. Kepentingan umum

Adalah kepentingan orang banyak yang untuk mengaksesnya, tidak

mensyaratkan beban tertentu. Kepentingan yang harus didahulukan

dari kepentingan-kepentingan yang lain dengan tetap

memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati

kepentingan-kepentingan lain.

2. Kepastian hukum

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan. Keadaan dimana perilaku manusia,

baik individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada

dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum.

3. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender dan status ekonomi.

4. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

5. Keprofesionalan

Suatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatu

pekerjaan dalam satu bidang.

6. Partisipasi

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan

(56)

7. Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif

Perlakuan yang didapat dari para pelayan publik sama rata dan

tidak melihat dari strata sosial masyarakat tersebut.

8. Keterbukaan

Semua proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar

mudah diketahui dan dipahami masyarakat baik yang diminta

ataupun tidak.

9. Akuntabilitas

Pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

Fasilitas yang didapat setiap orang sama, tidak ada perlakuan

khusus bagi kelompok tertentu.

11. Ketepatan waktu

Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah

ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

12. Kecepatan, kemudahan dan kejangkauan

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi informatika.23

d) Prinsip – prinsip Pelayanan Publik

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan

dan menerapkan prinsip - prinsip:

(57)

39

1. Prinsip Kesederhanaan: Prosedur pelayanan publik tidak

berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Prinsip Kejelasan: Unit kerja/pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Prinsip Kepastian Waktu: Pelaksanaan pelayanan pu

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pertama yang dilakukan dengan cara membandingkan topik pengetahuan pada materi tersebut dengan topik yang dituntut indikator pembelajaran, menghasilkan

[r]

(1) Lokasi yang ditunjuk sebagai hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat berada pada tanah negara atau tanah hak.. (2) Terhadap tanah hak yang ditunjuk

Hasil :penelitian menunjukkanmayoritas pengetahuan cukup sebanya 21 orang (51,8%).Sedangkan berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (57,1%) pada umur 20-35

dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan di pondok bersalin puri husada manggung ngemplak boyolali.Diperoleh pada tanggal 1 juli 2014 dari

[r]

Dalam hal ini, unit manajemen risiko melakukan diskusi dan penilaian bersama dengan pemilik risiko untuk mendapatkan profil risiko kuantitatif yang lebih akurat..

Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti menengarai ada beberapa faktor penyebab menurunnya minat mengikuti PKPI, yang meliputi (1) faktor dari calon peserta PKPI sendiri,