ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT
SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROVINSI RIAU
DWI SUSHANTY
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tesis Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, April 2008
Dwi Sushanty C451050071
ABSTRACT
DWI SUSHANTI. Optimal allocation of utilization and land rent value of pond resource in Tanah Merah Subdistrict, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. Under the direction of MOCH. PRIHATNA SOBARI and SUHARNO.
The aims of this research are to analyse the optimal allocation rate of resources utilization of pond culture, to estimate and to analyse land rent value of prawn pond culture and to estimate affect of change in exogeneous variable on the land rent value. Finding of the research shows that economic value of prawn pond culture of 92 ha in Tanjung Pasir Village, is estimated to be Rp163.862.746,11 per year and a total of 76 ha in Tanjung Baru Village is Rp6.191.627,23 per year. Based on Ricardian land rent concept, Tanjung Baru Village has land rent value of Rp1.560.182,00 per ha, while Tanjung Pasir Village has about Rp1.065.431,00 per ha. Multiple regression model, applied for this research indicates that there is a corelation between land rent value and productivity factors and distance. The model has also shows that factor productivity has a positive correlation to the land rent value, while distance has a negative correlation to the land rent value. It is also indicated that Tanjung Baru Village has reached almost an optimal condition. The finding of sentivity analysis shows that the increase of oil price and urea fertilize reduced the value of land rent and the magnitude of change in the value of land rent be affected by the factor of fertility rate and the distance of the pond location from the existing local spot market.
RINGKASAN
DWI SUSHANTY. Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI dan SUHARNO.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada pemanfaatan lahan tambak, menghitung dan menganalisis nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tanjung Pasir seluas 92 ha, memiliki nilai ekonomi pemanfaatan lahan tambak udang windu lebih besar yaitu Rp163.862.746,11 dibandingkan dengan Desa Tanjung Baru yang luasnya 76 ha memiliki nilai Rp6.191.627,23. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Desa Tanjung Baru memiliki nilai land rent lebih tinggi yaitu Rp1.560.182,00 per ha dibandingkan dengan Desa Tanjung Pasir memiliki nilai land rent sebesar Rp1.065.431,00 per ha. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktivitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent. Perubahan nilai land rent untuk Desa Tanjung Pasir disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp27.557,47 per kg dan perubahan nilai land rent yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp4.710,53 per km. Perubahan nilai land rent di Desa Tanjung Baru, disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp54.703,39 per kg, serta yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp165.745,99 per km. Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak udang menunjukkan bahwa Desa Tanjung Baru lebih mendekati kondisi optimal. Desa Tanjung Baru memiliki selisih nilai land rent yaitu Rp1.703.473,00 per ha, sementara Desa Tanjung Pasir memiliki selisih nilai land rent sebesar Rp2.589.659,00 per ha. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea mengurangi nilai land rent, yang besar perubahannya dipengaruhi oleh kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Perubahan nilai land rent sebesar 2010 % atau mengalami penurunan sebesar Rp1.014.938,00 per ha untuk Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru terjadi perubahan nilai land rent sebesar 1,47 % atau mengalami penurunan sebesar Rp22.666,28 per ha.
@ Hak Cipta milik IPB, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT
SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROVINSI RIAU
DWI SUSHANTY
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau
Nama : Dwi Sushanty
Nrp : C451050071
Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)
Disetujui Komisi Pembimbing
Ir. Moch Prihatna Sobari, MS Dr. Ir. Suharno, M.Adev
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika,
Prof. Dr. Ir.H. Tridoyo Kusumastanto, MS.
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodipuro, MS.
PRAKATA
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya,
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul tesis adalah Alokasi Optimal
Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.
Tesis ini berisi informasi tentang alokasi penggunaan sumberdaya yang
optimal dari usaha tambak, dan nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang
yang dapat diterima oleh pemilik lahan tambak udang di kawasan pesisir
Kabupaten Indragiri Hilir. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai
bahan masukan dalam mempertimbangkan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir
yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan tambak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS dan
Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku Komisi Pembimbing atas kesedian dan curahan
waktu yang diberikan dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Ir. Hj. Iis Diatin, MM selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo
Kusumastanto, MS selaku ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan
Tropika (ESK), staf pengajar dan staf tata usaha di Program Studi ESK, serta
kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan
Tropika (khususnya ESK IV dan III) yang telah memberikan saran dan masukan,
sehingga dapat memperkaya tesis ini.
Teriring hormat dan sayang, penulis sampaikan kepada ibunda Maskanah
dan ayahanda Rasiman, kak Eka dan bang Adek, Dedi dan Nunik, Agus dan Iyah,
si kecil calvin dan wiw, aa Maman, atas doa yang selalu mengalir dan kasih
sayang serta dukungannya, yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis,
seluruh keluarga besar yang ada di Tembilahan, Riau, terimakasih dorongan dan
bantuan kepada penulis baik secara moril dan materil.
Terima kasih juga kepada keluarga besar Politeknik Pertanian Tembilahan,
Bapak Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten INHIL, Kepala Bappeda
selaku responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan waktu
yang diberikan kepada penulis.
Terima kasih kepada Ferawati maedar (ESK), Leni, Tri, Dona (SPL), Vita,
Yeni dan Teh Fitri (TIP), Sinta (S1 BDP), Vina (S1 SEI), Eka (S1 FKH), dan
teman-teman di Wisma Melati atas dukungan dan bantuan selama penulis berada
di IPB. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua
bantuan yang telah diberikan, amin.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan
perikanan umumnya serta pemerintah daerah khususnya dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Bogor, Mei 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau
pada tanggal 23 Januari 1976 dari pasangan ayahanda Rasiman dan ibunda
Maskanah. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.
Pendidikan Dasar sampai dengan SLTA ditamatkan di tempat kelahiran.
Pendidikan S1 diselesaikan di Universitas Riau – Pekanbaru, pada Program Studi
Sosial Ekonomi Perikanan dan lulus pada tahun 2000. Setelah tamat penulis
bekerja sebagai Tenaga Honor Guru di SMA PGRI Tembilahan dan pada tahun
2003 penulis lulus sebagai Dosen Tetap di Politeknik Pertanian Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir dan masih aktif sampai sekarang.
Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan dan
memilih program studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK) pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada bulan Desember tahun
2007 penulis menikah dengan Salman, ST dan pada bulan Mei tahun 2008 penulis
menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
DAFTAR ISI
2.1. Pertambakan Udang di Kawasan Pesisir ………... 5
2.2. Surplus Konsumen ………. 6
2.3. Optimasi Pemanfaatan Lahan Budidaya Tambak Udang ……… 7
2.4. Produktivitas ………... 8
4.4.1. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak ……… 20
4.4.2. Analisis Optimalisasi……… 21
4.4.3. Analisis Land Rent ……… 21
4.4.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent ……… 24
4.5. Batasan Penelitian ………. 25
4.6. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 26
Halaman
5.5. Kondisi Perekonomian Kecamatan Tanah Merah ………….. 32
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 36
6.1. Sarana Input Produksi ……… 36
6.1.1. Lahan Tambak ………. 36
6.1.2. Peralatan Kegiatan budidaya ……… 37
6.1.3. Benih ………. 39
6.1.4. Tenaga Kerja ……… 40
6.1.5. Sarana Produksi Lainnya ……….. 41
6.1.6. Modal Investasi ……… 41
6.2. Kegiatan Produksi ………... 42
6.2.1. Masa Persiapan ………. 42
6.2.2. Masa Pemeliharaan ………... 43
6.2.3. Masa Pemanenan ……….. 43
6.3. Hasil Produksi dan Pemasaran ……….. 43
6.3.1. Hasil Produksi ………... 43
6.3.2. Pemasaran Hasil Produksi ………. 44
6.4. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak …………. 44
6.5. Analisis Nilai Land Rent ……….. 51
6.5.1. Produktivitas Lahan ……… 52
6.5.2. Biaya Produksi ……… 53
6.5.3. Biaya Transportasi ……….. 57
6.5.4. Land rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ………... 58
6.6. Optimalisasi Nilai Land Rent ………... 64
6.7. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent ……… 69
6.8. Implikasi Kebijakan ……….. 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 77
7.1. Kesimpulan ……… 77
7.2. Saran ……….. 78
DAFTAR PUSTAKA ………... 80
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya ……….. 19
2. Luas Areal Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Tanah
Merah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005 ……….. 28
3. Lahan Potensial Pengembangan Budidaya Tambak di
Kabupaten Indragiri Hilir ………. 29
4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Penduduk dalam
Kecamatan Tanah Merah Tahun 2005 ………. 30
5. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru pada Tingkat Sekolah di
Kecamatan Tanah Merah ………. 31
6. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di
Kecamatan Tanah Merah ……….. 32
7. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Sektor Tahun 2003-2006……… 33
8. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Sektor tahun 2003-2006……. 34
9. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis……… 37
10.Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di
Masing- Masing Unit Analisis ………. 38
11.Padat Tebar Per Ha dan Harga Benih Udang Windu di
Masing-Masing Unit Analisis ……….. 40
12.Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak
Udang di Masing-Masing Unit Analisis ………... 40
13.Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis …. 41
14.Rata-Rata Jumlah Modal Investasi Usaha Kegiatan Budidaya
Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis …….. 42
15.Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Pasir
Halaman
16. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Baru
Tahun 2007 ……….. 48
17.Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak Udang di
Masing-Masing Unit Analisis ……….. 53
18. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Udang
Windu di Masing-Masing Unit Analisis ………... 54
19. Total Biaya Tenaga Kerja Per ha Per Siklus Produksi Kegiatan Budidaya Udang Windu di Masing - Masing
Unit Analisis ………. 54
20. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Udang
Windu di Masing-Masing Unit Analisis ……… 55
21. Total Biaya Sarana Produksi Per ha Per Siklus Produksi
Budidaya Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis... 56
22. Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Udang Windu di
Masing-Masing Unit Analisis ……….. 57
23. Biaya Transportasi dari Masing - Masing Unit Analisis
ke Pedagang Pengumpul ……… 58
24. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak
Lokasi Tambak ……… 58
25. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya
Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir …… 65
26. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya
Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru …… 66
27. Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di
Masing-Masing Unit Analisis ………. 67
28. Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di
Masing-Masing Unit Analisis ……… 68
29. Perbandingan Nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent
Halaman
30. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan
Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun 2007 ………. 70
31. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi
Setelah Pembayaran Biaya Produksi ……… 10
2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke
Pasar terhadap Land Rent ……… 11 3. Kerangka Penelitian ……… 17
4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Nilai Land Rent ……….. 22
5. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Sektor Tahun 2003-2006 ………. 34
6. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas
Dasar Konstan Menurut Sektor tahun 2006 ………. 34
7. Laju PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2004-2006……… 35
8. Sungai-Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar Bagi Kegiatan
Budidaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah ………. 36
9. Kondisi Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah ….. 37
10. Salah satu contoh Rumah Jaga Tambak Udang Windu di
Kecamatan Tanah Merah ……… 39
11. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan
Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Pasir ….. 47
12. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan
Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Baru ….. 51
13.Produktivitas Lahan Tambak Udang Windu di Masing-Masing
Unit Analisis ……… 53
14.Biaya Tenaga Kerja per Ha per Siklus Produksi Kegiatan
Budidaya Udang Windu di Lokasi Penelitian ... 55
15.Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Per Siklus Produksi
Halaman
16. Nilai Land rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan
Budidaya Udang Windu ……….. 59
17. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas
Lahan di Desa Tanjung Pasir ………. 60
18. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa
Tanjung Pasir ………. 61
19. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas
Lahan di Desa Tanjung Baru ……….. 63
20. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa
Tanjung Baru ……… 63
21. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan
Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Pasir ……… 71
22. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa
Tanjung Pasir ……….. 72
23. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga
Pupuk Urea Desa Tanjung Baru ……….. 73
24. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Wilayah Kecamatan Tanah Merah ……… 85
2. Gambar Lokasi Penelitian ... 86
3. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu
di Desa Tanjung Pasir ………. 87
4. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir
Tahun 2007 ……… 88
5. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu
di Desa Tanjung Baru ………. 89
6. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru
Tahun 2007………... 90
7. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan
Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir……... 91
8. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di
Desa Tanjung Pasir……….. 92
9. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan
Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru……… 94
10.Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di
Desa Tanjung Baru……….. 95
11. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak
Udang Windu di Desa Tanjung Pasir………. 97
12. Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent
di Desa Tanjung Pasir………. 102
13. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak
Udang Windu di Desa Tanjung Baru……….. 104
14. Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent
Halaman
15. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan
harga BBM di Desa Tanjung Pasir ……… 111
16. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM
di Desa Tanjung Pasir ……… 112
16. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan harga
BBM di Desa Tanjung Baru………. 114
17. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan memainkan peran yang penting sebagai sumber
penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan
menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini
disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut
yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam.
Ada beberapa sumberdaya alam pesisir yang dapat dikelola dan
dikembangkan, diantaranya sumberdaya perikanan yang mencakup sumberdaya
perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi
budidaya payau, pantai dan laut. Dengan semakin menurunnya produksi yang
dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak,
khususnya budidaya air payau (tambak udang) diharapkan mampu menopang
target produksi nasional perikanan.
Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah mampu menjadi
sektor pengumpul devisa negara dalam jumlah besar karena udang merupakan
komoditas perikanan yang sangat diminati oleh negara-negara maju, seperti
Amerika Serikat dan Jepang. Kusumastanto T (2002) mengatakan, berdasarkan
dokumen Protekan 2003, bahwa budidaya tambak udang merupakan target utama
dalam perolehan devisa dari ekspor komoditas hasil budidaya.
Riau, dengan luas 329.867,6 km2 yang terdiri atas 3.214 pulau, merupakan
provinsi yang memiliki wilayah pesisir dan lautan terluas di Indonesia. Lebih dari
setengah wilayahnya (71,34%) merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat
dikembangkan untuk kegiatan perikanan.
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan bagian dari Provinsi Riau, yang
sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Dari 17 kecamatan yang
ada 11 diantaranya adalah wilayah pesisir. Kecamatan Tanah Merah merupakan
salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, juga merupakan
Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang dan dijadikan
andalan di masa depan oleh Kabupaten Indragiri Hilir adalah kegiatan budidaya
air payau, berupa pertambakan udang. Pemanfaatan lahan tambak udang ini dapat
menggantikan peran perikanan tangkap yang diperkirakan telah melampaui
jumlah tangkapan yang diperbolehkan, di Pantai Timur Sumatera khususnya di
perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Pengembangan pemanfaatan lahan
tambak dipusatkan di Kecamatan Tanah Merah, Desa Tanjung Pasir dan Desa
Tanjung Baru. Hal ini didukung dengan lingkungan perairan yang spesifik,
letaknya berada pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dengan
pengelolaan secara optimal dan lestari, potensi lahan tambak di Kecamatan Tanah
Merah diharapkan memberikan kontribusi produksi yang memadai sesuai dengan
daya dukung kawasan tersebut.
Dalam laporan Dinas Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir (2001) bahwa
luas areal pertambakan mencapai 31.600 ha. Dengan sumberdaya pertambakan
yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki
kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui pemanfaatan tambak udang.
Komoditas dari berbagai jenis udang (windu, merguiensis/indicus, vaname
dan rostris) hasil budidaya di tambak pada umumnya mempunyai pasar yang
cukup besar. Ini terlihat permintaan pasar (lokal dan internasional) dari tahun ke
tahun meningkat, menurut data statistik tahun 2003 peningkatan per tahunnya
sekitar 2-3% (Adiwidjaya D et al. 2004). Kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya permintaan
pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek pemasaran udang juga turut
mendukung berkembangnya usaha tambak udang, dengan titik sentral pasarnya
berada di Desa Tanjung Baru. Kegiatan usaha perikanan tambak di Kecamatan
Tanah Merah menggunakan sistem tradisional dan semi intensif.
Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang
cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi
perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir
Upaya untuk mencapai manfaat maksimum jangka panjang dapat dilakukan
apabila pemanfaatan lahan tambak dapat dialokasikan secara optimal. Oleh
karena itu, perlu kiranya dilakukan suatu kajian tentang alokasi optimal
pemanfaatan dan nilai land rent sumberdaya tambak di Kecamatan Tanah Merah.
1. 2. Perumusan Masalah
Konflik kepentingan penggunaan sumberdaya perikanan di antara nelayan
karena terjadinya tangkap lebih (over fishing) khususnya di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, menyebabkan nelayan tidak lagi sepenuhnya
mengusahakan penangkapan di laut. Kondisi ini menstimulir berkembangnya
kegiatan pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau berupa
pertambakan udang yang diusahakan secara pribadi mau pun skala perusahaan.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kegiatan pemanfaatan lahan
tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya
permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat
keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek
pemasaran udang juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak udang.
Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup
besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi
perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir
Kabupaten Indragiri Hilir.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di daerah penelitian,
maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut: Bagaimana alokasi
penggunaan sumberdaya yang optimal dari usaha tambak?, berapakah nilai
surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang dapat diterima oleh pemilik lahan
di kawasan tersebut?, dan faktor apa lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai
pemanfaatan lahan tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir
selain produktivitas?, serta bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan kawasan
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1).Menentukan tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada
pemanfaatan lahan tambak;
(2).Menghitung nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang diterima
pemilik lahan;
(3).Menghitung nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang;
(4).Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap
perubahan nilai land rent;
(5).Melihat implikasi kebijakan dalam pengelolaan kawasan pesisir untuk
pemanfaatan lahan tambak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bahan
masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di perairan pesisir
Kabupaten Indragiri Hilir. Kegiatan pemanfaatan lahan tambak di kawasan
tersebut diharapkan dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir
Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi
pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian
tambak udang biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan
tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi,
yang dapat digunakan untuk budidaya udang dan untuk pengeringan secara
sempurna pada saat diperlukan (BPPT 1995).
Pertambakan yang dibangun di kawasan pesisir difungsikan untuk
pemeliharan (budidaya) udang. Harris E (1997) mendefinisikan budidaya udang
sebagai kegiatan membesarkan benih udang (nener) menjadi udang marketable size (size 30), selama labih kurang 4 bulan masa pemeliharaan. Selama masa pemeliharaan, setiap ekor udang bila mendapat pakan dan air yang baik, akan
tumbuh dengan cepat guna memproduksi daging udang.
Di Indonesia, budidaya udang di tambak dikategorikan pada tiga sistem
produksi, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Effendi I (1998)
menambahkan, pada tambak intensif padat penebarannya di atas 100.000 ekor per
ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali. Padat penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan
budidaya udang di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir
menerapkan sistem semi intensif dengan padat penebaran cukup tinggi,
menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet. Dalam kondisi demikian,
beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari ekskresi
udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pada tambak semi intensif dilakukan
pengaerasian dan pergantian air yang cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya.
Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan kualitas air bagi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk mempertahankan agar
kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak intensif seluas 1
ha dibutuhkan air sebanyak 29-39 liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi
Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pertambakan udang
adalah ketepatan pemilihan lokasi. Kekeliruan pemilihan lokasi akan
menyebabkan membengkaknya kebutuhan modal, tingginya biaya operasi,
rendahnya produksi dan munculnya masalah lingkungan. Pengalaman
membuktikan bahwa lokasi pertambakan, teknologi yang diterapkan dan pola
sebaran tambak di suatu kawasan pantai akan berdampak luas terhadap mutu
lingkungan, stabilitas produksi tambak dan keuntungan ekonomi usaha
pertambakan (BPPT 1995).
Dengan demikian, keputusan yang diambil untuk memilih lahan yang sesuai
untuk pertambakan harus mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan
serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga
dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha
pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno S dan Widiatmaka 2001).
Lahan untuk usaha pertambakan harus memenuhi persyaratan biologis,
teknis, sosial ekonomi dan hygienis, karena kesesuaian lahan pertambakan akan
sangat menentukan produktivitas tambak. Beberapa hal yang harus diperhatikan
secara ekologis guna keberhasilan usaha pertambakan yaitu: pasokan air,
topografi, tipe tanah, vegetasi (Rabanal HR et al. 1976).
2.2. Surplus Konsumen
Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam
adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat
atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Surplus juga
merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor
(gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam (Fauzi A 2004).
Surplus konsumen (consumer’s surplus atau disingkat CS) sama dengan manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsi sumberdaya alam
dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan untuk mengkonsumsi barang tersebut.
konsumen ini merupakan konsep yang penuh misteri dalam ilmu ekonomi, karena
tidak seperti halnya surplus yang lain, surplus konsumen lebih bersifat intangible, namun demikian konsep ini terlalu penting untuk diabaikan karena dapat
mengukur keinginan membayar dari masyarakat terhadap barang atau dalam kasus
ini barang yang dihasilkan dari sumberdaya alam.
2.3. Optimasi Pemanfaatan Lahan Tambak
Menurut Fauzi A (2004), lahan atau tanah termasuk kedalam jenis
sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki titik kritis yang berarti jika
titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui, sumberdaya ini
dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut
kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya
material non-metalik.
Odum EP (1959) mengatakan bahwa jika populasi manusia di suatu daerah
memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh
kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara
cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional
adalah orang-orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut
dimanfaatkan, pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikkannya
atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya.
Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perencanaan
pemanfaatan lahan yang baik dan sesuai dengan nilai fungsional lahan.
Optimasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak udang merupakan
usaha memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya
keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya optimasi adalah suatu persoalan untuk
membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum
dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pada umumnya
pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis),
serta waktu dan ruang (Supranto J 1983). Untuk menghitung kombinasi yang
optimum dari sumber-sumber yang terbatas tersebut, maka digunakan teknik
Secara matematis, model baku program linear dapat dirumuskan apabila
memenuhi tiga unsur berikut (Budiharsono 2001):
(1). Ada Fungsi Tujuan
Tujuan yang diinginkan bersifat memaksimumkan seperti keuntungan,
penerimaan, produksi atau meminimumkan seperti biaya, yang harus
dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai fungsi tujuan.
n
Z = ∑Cj Xj untuk j = 1, 2,...n j=1
(2). Ada Kendala (syarat ikatan)
Setiap sumberdaya yang ada bersifat terbatas dan keterbatasan tersebut
merupakan kendala (constraint) atau syarat ikatan dalam mencari kombinasi
terbaik dari alternatif pemecahan permasalahan yang ada.
n
Z = ∑aij Xj≤ atau ≥ bi, untuk i = 1, 2,...n j=1
(3). Syarat Non-negatif
Nilai peubah keputusan harus positif atau disebut dengan syarat non-negatif
Xj ≥ 0 dimana :
Cj = Koefisien peubah pengambilan keputusan Xj = Peubah pengambilan keputusan
aij = Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala data ke-i bi = Sumberdaya yang ada atau nilai sebelah kanan kendala ke-i
2.4. Produktivitas
Dalam penelitian dan literatur, produktivitas sering diartikan sebagai
produksi yang dihasilkan persatuan luas dari suatu komoditas yang diusahakan
petani. Untuk dapat menjelaskan produksi yang dihasilkan dari suatu usahatani,
diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut “faktor relationship” (Soekartawi 1990). Selanjutnya hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan faktor produksi atau input yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi.
Yotopoulos PA dan JL Lawrence (1974) menyatakan, bahwa produksi
dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimumkan keuntungan dengan
kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki, dan harga dari input
variabel. Selanjutnya produksi usaha tani dirumuskan sebagai fungsi dari tenaga
kerja, modal dan tanah.
Dalam kajian wilayah, sistem produksi pertanian sangat ditentukan oleh
produk tertentu (spesifik) yang diminta oleh pasar dan untuk menyalurkan produk
yang diminta tersebut sangat dibatasi oleh jarak. Dalam hal ini pertukaran produk
antar wilayah dibatasi oleh jarak (Benu FL 1996).
2.5. Sewa Lahan (Land Rent)
Menurut Ricardo sewa lahan (land rent), adalah surplus ekonomi suatu lahan yang dapat dibedakan atas (i) surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment), definisi ini memberikan kesan bahwa sewa lahan adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha (windfall return), yang diperoleh akibat pemilikan lahan, dan (ii) surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment), dalam pengertian ini lahan dipandang sebagai faktor produksi. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan pengertian kedua ini.
Selanjutnya dikatakan, land rent dapat dibedakan atas teori sewa Ricardian (Ricardian Rent), dan sewa ekonomi (Economic Rent atau Locational Rent). Teori sewa Ricardian, merupakan teori sewa lahan yang mempertimbangkan
faktor kesuburan lahan. Lahan yang subur akan memiliki nilai land rent yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pendekatan ini
terutama banyak digunakan pada wilayah pertanian yang umumnya berada di
pedesaan, sedangkan sewa ekonomi mempertimbangkan lokasi atau jarak relatif
dari suatu lahan pertanian dengan pusat pasar. Lahan dengan land rent yang tinggi akan berada di dekat pusat pasar. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan
rendahnya biaya pengangkutan atau biaya perjalanan, yang dibutuhkan untuk
Krause JH dan Brorsen WB (1995), dalam penelitiannya tentang dampak
dari resiko nilai land rent pada lahan pertanian menyatakan bahwa, land rent adalah fungsi dari penerimaan, biaya produksi, dan resiko. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tingginya resiko penggunaan lahan akan
mengakibatkan menurunnya nilai land rent dan sebaliknya. Selanjutnya Renkow M (1993), dalam penelitiannya tentang harga lahan (land prices), sewa lahan (land rent), dan perubahan teknologi menyatakan, bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai land rent. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan keuntungan
secara nyata akan mempengaruhi peningkatan harga lahan.
Rustiadi et al. (2003) juga menyampaikan bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih
atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat
dilakukannya suatu kegiatan pada bidang lahan tersebut. Pendapatan bersih atau
benefit ini berasal dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi
yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan
karena itu terbagai menjadi (1) Analisis finansial, yaitu peninjauan biaya yang
dilihat dari segi pengelola usaha; (2) Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya
yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan (sosial).
Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya
untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti terlihat pada Gambar 1.
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi
S Harga
M
N L
R P
Land Rent MC
AC
MR=AR
Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh
segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh
segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi.
Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari
berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2.
Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari
pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada
jarak 0 km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC
pada Gambar 2(a) dan pada jarak OK km biaya total menjadi KT, karena biaya
transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut
setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2(b).
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent
Dalam teori Von Thunen’s diasumsikan bahwa secara fisik lahan adalah
homogen (Greenhut ML 1956), pengaruh lokasi dipisahkan dengan faktor-faktor
lainnya, namun pada kenyataannya ada faktor-faktor selain lokasi yang M
berpengaruh terhadap penentuan penggunaan lahan. Ely dan Wehrwein (1964)
menyatakan bahwa land rent selain dipengaruhi oleh lokasi juga ditentukan oleh perbedaan tanah, iklim, topografi dan faktor fisik lainnya. Hal ini juga
menyebabkan perbedaan dalam intensitas penggunaan, produksi, pendapatan dan
sewa. Tiap luasan lahan dipengaruhi oleh dua hal tersebut yaitu lokasi dan
produktivitas, land rent adalah hasil gabungan kedua-duanya. Perbedaan lahan dalam kaitannya dengan perbedaan kesuburan atau lokasi bukanlah penyebab land rent, namun semata menjelaskan mengapa satu bidang lahan memberikan hasil yang lebih banyak dibanding yang lainnya.
2.6. Biaya
Biaya untuk menghasilkan suatu produk, akan didasarkan pada pengeluaran
yang dibebankan di dalam menghasilkan suatu jumlah hasil produksi tertentu
dalam suatu periode waktu tertentu. Tanpa pengkhususan jumlah dan periode
waktu tersebut, setiap petunjuk terhadap harga tidaklah berarti (Bishop CE dan
WD Toussaint 1979).
Tohir KA (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah
semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna
melaksanakan usaha. Selanjutnya dikatakan, bahwa tingginya biaya produksi
(biaya produksi marjinal) mempunyai kecenderungan (tendensi) terhadap
peningkatan harga produk.
Prijosoebroto S (1991) menyatakan bahwa dalam usaha perikanan tambak
diperlukan biaya produksi yang terdiri atas modal kerja, biaya benih, biaya pakan,
dan biaya tenaga kerja. Selanjutnya Gohong G (1993), menyatakan bahwa
penggunaan input produksi akan banyak menentukan produksi total usahatani,
apabila input tersebut dapat dipergunakan secara efektif dan efisien. Beberapa
jenis input produksi tersebut adalah tenaga kerja, pemakaian benih, pemakaian
pupuk, dan pemakaian pestisida serta obat-obatan. Untuk mendapatkan
keuntungan maksimal diperlukan penggunaan input produksi yang optimum.
Biaya dalam proses produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah berkenaan dengan penggunaan aset tetap, seperti
bahwa depresiasi merupakan biaya yang diperhitungan tetapi tidak dikeluarkan,
melainkan masuk dalam cadangan perusahaan. Biaya variabel adalah merupakan
pengeluaran bagi bahan mentah dan tenaga. Berbeda dengan biaya tetap yang
tidak dipengaruhi oleh volume produksi, biaya variabel sejalan dengan volume
produksi (Djojodipuro M 1991).
Biaya-biaya variabel adalah biaya-biaya karena pertambahan input-input
variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung,
dan jumlah dari biaya-biaya ini akan tergantung macam input yang digunakan.
Didalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk
memaksimumkan penerimaan bersih adalah jumlah input variabel. Biaya tetap
ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Biaya total penting dalam
memperhitungkan penerimaan bersih, karena penerimaan bersih sama dengan
penerimaan total dikurangi biaya total. Dalam jangka panjang, jika penerimaan
total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan berproduksi (Bishop
CE dan WD Toussaint 1979).
2.7. Harga
Casler DS (1988) menyatakan bahwa masalah perekonomian yang
terpenting adalah masalah harga, yang dimaksud dengan harga adalah tinggi nilai
barang dan jasa diukur dengan uang. Masalah sewa tanah (land rent) pada dasarnya adalah masalah perihal harga.
Harga memberikan rangsangan pada para produsen untuk menghasilkan
barang-barang yang permintaannya sangat besar dan menggunakan
sumber-sumber yang paling banyak jumlahnya. Apabila harga beberapa barang
meningkat para produsen didorong untuk menghasilkan barang tersebut. Para
produsen barang-barang yang harganya meningkat juga akan memperoleh
tambahan sumber-sumber guna memperluas produksi. Sistem penentuan harga
mengalokasikan sumber-sumber pada penggunaan yang paling banyak
permintaannya (Bishop CE dan WD Toussaint 1979).
Fungsi harga terutama adalah untuk menghasilkan keseimbangan yang
diperlukan antara permintaan dan penawaran. Jika kenaikan harga tidak berhasil
berbahaya. Kebijaksanaan harga hendaknya ditujukan pada fleksibilitas
mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi
dan mengarahkan kembali output ke arah yang dikehendaki (Jhingan ML 1996).
2.8. Biaya Transportasi
Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang
pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak.
Harga yang ditentukan oleh produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi
permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan mencakup
elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan
dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan
harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
(Djojodipuro M 1991).
Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan
kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan
biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang
berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per
unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken P dan PE Lloyd 1990
diacu dalam Sobari MP, T Kusumastanto, SDE Kaunang 2006).
Segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa angkutan sebagai
input diadakan dan habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat
disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa yang dapat dipergunakan sebagai
angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk mengangkut barang
pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk,
truk juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga
dan alam (jalan dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal
tersebut maka jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai input tidak langsung.
Suatu proses produksi memerlukan tenaga ditempat tertentu, barang modal
ditempat tertentu, manajemen ditempat tertentu dan juga input angkutan untuk
membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasil akhirnya ke pasar.
Angkutan dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan
proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan
tetapi angkutan mempunyai peranan penting dalam produksi mau pun konsumsi
III. KERANGKA PENELITIAN
Sumberdaya lahan adalah salah satu faktor utama yang sangat penting untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable). Lahan adalah komponen dasar dari sistem sumberdaya alam dari setiap negara. Sumberdaya
alam merupakan basis bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan di sebagian
besar negara, terutama negara-negara berkembang di Asia dimana pertanian masih
sebagai sumber penting dalam perekonomian.
Penelitian mengenai “Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah” pada kawasan pesisir
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau ini, bermula dengan adanya suatu luasan
lahan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan menjadi lahan tambak
sebagai bentuk pemanfaatannya, dengan sistem tradisional di Desa Tanjung Baru
dan semi intensif di Desa Tanjung Pasir. Komoditas unggulan perikanan tambak
Kabupaten Indrairi Hilir adalah udang.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis permintaan lahan yang
pemecahannya didasari dengan tehnik EOP (Effect on Production), juga dilakukan analisis nilai land rent yang didasari oleh teori Ricardian, yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan dan jarak lokasi tambak ke pusat
pasar, dalam penelitian ini jarak Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru ke
pedagang pengumpul. Analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-veriabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu variabel endogen. Variabel-variabel jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi
di masing-masing unit analisis digolongkan menjadi variabel endogen. Analisis
dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian dilakukan analisis
optimalisasi variabel endogen dengan membangun fungsi tujuan
memaksimumkan nilai rente. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan
dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat optimal pemanfaatan lahan
tambak di masing-masing unit analisis. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas
yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya
Gambar 3. Kerangka Penelitian
Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir
Sumberdaya Perikanan di Kecamatan Tanah Merah
Permintaan dan Nilai Ekonomi Lahan Tambak
Analisis Faktor Endogen - Produktivitas
- Harga Komoditas - Biaya Produksi - Biaya Transportasi
Analisis Faktor Eksogen - Kebijakan Kenaikan Harga BBM - Kebijakan kenaikan Harga Pupuk
Tradisional (Desa Tanjung Baru)
Semi Intensif (Desa Tanjung Pasir)
Economic Rent
Optimal Lahan
Land Rent
Pemanfaatan Pemanfaatan Lahan tambak
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus
adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu
fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 dalam Nazir M 1988). Menurut Sevilla CG et al. (1993), metode studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang suatu unit analisis selama kurun waktu tertentu.
Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap
lingkungan dari waktu lampau dan keadaan sekarang dari lingkungan subjek.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua desa di Kecamatan Tanah
Merah pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu Desa Tanjung Pasir
dan Desa Tanjung Baru, dimana pengembangan kegiatan perikanan tambak udang
adalah merupakan bentuk pemanfaatan lahan pesisir. Pendekatan kasus digunakan
dalam penelitian ini, karena penulis/ peneliti yakin bahwa kasus yang dipilih
mampu memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter-karakter yang khas dari unit kajian penelitian ini, sehingga dari
sifat-sifat khas di atas bisa ditarik informasi yang bersifat umum, yaitu kawasan
pesisir Kabupaten Indragiri Hilir.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data tentang peristiwa dalam satu tahun berjalan. Menurut sumbernya,
data-data tersebut terdiri atas data-data primer dan data-data sekunder. Data primer diperoleh
dari pengamatan lapang, wawancara dan diskusi kelompok dengan responden
yang terdiri atas para pelaku usaha perikanan tambak atau pemilik lahan, aparat
pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya. Wawancara yang dilakukan
berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan perikanan tambak yang
dilakukan. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait berupa data
instansional dan kepustakaan ilmiah lainnya, diantaranya kondisi biofisik,
menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini beserta sumber
mendapatkannya.
Tabel 1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya
Sumber
Sarana / Input Produksi a. Kuantitas
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Petambak
4.3. Metode Pengambilan Data
Data diambil dari jumlah populasi pembudidaya tambak (sensus) yang ada
di lokasi penelitian. Untuk Desa Tanjung Pasir sebanyak 42 pembudidaya tambak
dan 33 pembudidaya tambak di Desa Tanjung Baru. Hasil dari pengambilan data
ini digunakan untuk mendeskripsikan profil dan karakteristik produksi budidaya
udang di daerah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tanah Merah merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan
kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dua desa yaitu
Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru menjadi unit analisis dimana setiap
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan terhadap dua titik unit
4.4. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk
mencapai tujuan yang dibangun dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini
bertujuan untuk mencari alokasi optimal dan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya udang dan untuk itu dilakukan
beberapa analisis. Alat analisis yang akan digunakan, yaitu (1). Analisis
Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak; (2). Metode Optimalisasi; (3). Analisis
Land Rent; (4). Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent.
4.4.1. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis permintaan dan
nilai lahan tambak yang digunakan untuk budidaya udang. Secara matematis
dapat ditulis:
Q = f (Px, X1,… X5)
Dimana:
Q = Jumlah sumberdaya lahan yang dipakai (m2) P = Sewa lahan /harga lahan (Rp per m2)
X1 = Umur responden (tahun)
X2 = Pendidikan
X3 = Pendapatan (Rp per Ha)
X4 = Jumlah anggota keluarga (orang)
X5 = Pengalaman usaha (tahun)
Dalam konteks ini, hubungan antara harga (Px) diasumsikan negatif terhadap
permintaan lahan (Adrianto L 2006). Analisis permintaan dapat diselesaikan
dengan menggunakan teknik regresi berganda dengan cara melogaritmakan
persamaan menjadi sebagai berikut:
ln Q = a + b0ln Px + b1ln X1 + b2ln X2 + b3ln X3+ b4ln X4+ b5ln X5
Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan mentransformasi menjadi:
lnQ=(a+
(
b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnX4 +b5lnX5)
)+b0lnPxln Q = a + b0 ln Px
atau Q = α Pxb0
Untuk menghitung berapa jumlah surplus konsumen atau berapa jumlah
yang diterima oleh petambak udang karena adanya perubahan permintaan lahan
( )
Q4.4.2. Analisis Optimalisasi
Analisis optimalisasi nilai land rent dilakukan untuk mengetahui dan menganalisi nilai pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk budidaya
udang pada kondisi optimal. Secara matematis dapat ditulis:
Max Π = yp -
∑
Π=Nilai manfaat penggunaan lahan tambak udang (Rp per Ha) y =Jumlah produksi udang (Kg per Ha)
Dalam perhitungan nilai optimal dari output, input dan tenaga kerja dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE 9.5.
4.4.3. Analisis land rent
Tujuan pertama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari solusi
nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir Kabupaten Indragiri Hilir
yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam kegiatan produksi budidaya
udang. Analisis yang dibanguan untuk tujuan ini mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan
yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses
produksi, Barlowe R (1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan
yang digunakan adalah Ricardian Land Rent dimana nilai land rent dilihat dari faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak dengan pusat pasar. Konsep tersebut
menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent ditentukan oleh nilai produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya transportasi, sebagaimana dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Land Rent
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi dan biaya transportasi yang
dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Secara matematis
digambarkan sebagaimana persamaan berikut:
Πi = y i (p i – t i x – C i /yi) ………. (4.1)
dimana:
Πi = Land rent dari komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per ha)
y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha)
p i = Harga komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)
C i = Total biaya produksi komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)
t i = Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg per km)
x = Jarak wilayah ke-i ke pusat pasar (km)
i = unit analisis (kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir)
a) Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas
komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
y i = Q i /L i ……… (4.2) dimana:
y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha)
Q i = Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg)
PRODUKTIVITAS
LAND RENT
HARGA KOMODITAS
BIAYA TRANSPORTASI
Li = Luasan lahan yang digunkan untuk memproduksi komoditas udang di
wilayah ke-i ( ha) i = Unit analisis
b) Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana
produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat ditulis:
Ci = Z+ c1 +c2+c3 +…+cn……….. (4.3)
dimana:
Ci = Biaya produksi dari komoditas udang wilayah ke-i (Rp per ha) Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha)
c1 s/d cn = Biaya sarana produksi ke-1 s/d ke-n (Rp per ha)
Biaya tenaga kerja adalah perkalian jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga
kerja. Dalam perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya dibedakan pada saat
masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja
juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan dalam masa produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Z =w1l1 + w2l2+ w3l3 ………. (4.4)
dimana:
Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha)
w1=Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp per HOK)
l1 =Jumlah tenaga kerja pada masa persiapan (HOK)
w2=Upah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (Rp per HOK)
l2 =Jumlah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK)
w3=Upah tenaga kerja pada masa pemanenan (Rp per HOK)
l3 = Jumlah tenaga kerja pada masa pemanenen (HOK)
Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi yang
digunakan dengan harga sarana produksi tersebut, sehingga secara matematis total
biaya sarana produksi dapat ditulis:
C = q1p1 +q2p2 +q3p3 +q4p4 +q5p5 + …+ q9p9 ………... (4.5) dimana:
C =Biaya sarana produksi budidaya udang (Rp per Ha) q1=Jumlah benih (Ekor per Ha)
q4 =Jumlah obat pembasmi hama (liter per Ha)
p4 =Harga obat pembasmi hama (Rp per Ha)
p5=Harga pakan (Rp per Kg)
q6= Jumlah kapur
p6= Harga kapur
q7= Jumlah saponin
p7= Harga saponin
q8= Jumlah kaporit
p8= Harga kaporit
q9= Jumlah BBM / Operasional genset
p9= Harga BBM
c) Komponen biaya transportasi yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per kg per km hasil perikanan tambak yang didapat
melalui persamaan
ti = T i /Q i x i ………. (4.6)
dimana:
ti =Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)
T i =Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut udang di
wilayah ke-i ke pusat pasar (Rp)
Q i =Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg)
x i =Unit analisis
d) Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar dan diasumsikan bahwa petani tidak
bisa menentukan harga.
Dalam identifikasi nilai land rent dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent. Analisis kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan pengamatan lapang untuk mendeskripsikan
karakter dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent pada masing-masing unit analisis. Analisis kuantitatif dilakukan melalui teknik statistik
sederhana. Sebagaimana teori Ricardian land rent yang melihat nilai land rent dari faktor kesuburan dan jarak, maka melalui analisis regresi berganda didapat
suatu persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar.
4.4.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent
Analisis sensitivitas nilai land rent adalah analisis lanjutan dalam penelitian ini yang ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap
yaitu terjadi kenaikan harga BBM, yang berpengaruh terhadap biaya transportasi
yang menjadi variabel endogen dalam penentuan nilai land rent. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pengaruh jarak terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga
BBM, dan seberapa besar pengaruh kesuburan terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan harga pupuk yang diakibatkan oleh kenaikan harga
pupuk.
4.5. Batasan Penelitian
1) Optimalisasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak merupakan usaha
untuk memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya
keterbatasan lahan tambak.
2) Land Rent dalam satuan Rp per ha, adalah nilai surplus lahan tambak yang didapat dari pemanfaatannya sebagi sarana produksi budidaya udang.
3) Penelitian menggunakan konsep Ricardian Land Rent yaitu dalam penentuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor kesuburan lahan tambak dan
jarak lokasi tambak dari pusat pasar.
4) Studi dilakukan di Kacamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir.
5) Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan kg per ha,
dengan anggapan bahwa semakin tinggi nilai produktivitas, semakin tinggi
pula tingkat kesuburan.
6) Jarak dengan satuan km, adalah jarak lokasi budidaya ke pusat pasar, dalam
penelitian ini jarak lokasi tambak ke pedagang pengumpul.
7) Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam
satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima.
8) Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah seluruh sarana
produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya.
9) Biaya transportasi dalam satuan Rp per km, adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membawa hasil produksi udang dari tempat produksi ke pusat pasar.
4.6. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir.
Daerah yang diteliti adalah tambak penghasil udang windu di Desa Tanjung Pasir
dan Desa Tanjung Baru. Penelitian dimulai akhir Bulan April sampai dengan