• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah Dan Budaya Oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah Dan Budaya Oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN

WISATA SEJARAH DAN BUDAYA OLEH PENGELOLA

KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO,

KABUPATEN SEMARANG

SITA PUTRI LIAWATY UTARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau disitasi dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Sita Putri Liawaty Utari

(3)

ABSTRAK

Sita Putri Liawaty Utari. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Dibimbing oleh Ninuk Purnaningsih.

Efektivitas media komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan menggunakan alat media komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Tujuan penelitian ini menganalisis karakteristik pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo, menganalisis bentuk media komunikasi pemasaran dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran Wisata Candi dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Dalam penelitian ini unit candi yang diteliti adalah Kompleks Candi Gedong Songo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas media komunikasi pemasaran berada di kategori tinggi dan sedang. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah variabel pendapatan dan frekuensi penerimaan pesan terhadap efektivitas media komunikasi pemasaran, tepatnya pada aspek kognitif, afektif dan konatif.

Kata kunci : efektivitas media, komunikasi pemasaran, wisata candi.

ABSTRACT

Sita Putri Liawaty Utari. Marketing Communication Media Effectivity of Cultural and Historical Tourism by the Business Manager of Gedong Songo Temple Complex, Semarang. Supervised by Ninuk Purnaningsih.

The marketing communication media effectivity is the successful implementation of marketing communication using media tools of marketing communication in achieving the objectives of marketing communications. The purposes of this study are to analyze behavior of visitors in Gedong Songo temple complex, analyze forms of marketing communication media and analyze factors that influence the marketing communication media effectivity temple tourism seen from the aspect of cognitive, affective, and conative. In this study, the investigated temple is Gedong Songo Temple Complex. This study uses a quantitative approach and supported by qualitative approach. The results of this study demonstrate that the marketing communication media effectivity are in high and medium category. The factors affecting are income variable and frequency of messages received on the marketing communication media effectivity, precisely on the cognitive, affective and conative aspect.

(4)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN WISATA SEJARAH DAN BUDAYA OLEH PENGELOLA

KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG

SITA PUTRI LIAWATY UTARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya oleh Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang

Nama : Sita Putri Liawaty Utari NIM : I34110163

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menulis skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG”

tepat pada waktunya.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2015 hingga Agustus 2016, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh salah satu tempat wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Semarang, Kompleks Candi Gedong Songo.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis tentu mendapat banyak bantuan dan dukungan dari pihak-pihak terkait, sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr Ninuk Purnaningsih, MSi selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas segala dukungan dan perhatiannya sejak penulisan Studi Pustaka (SP), proposal skripsi, hingga penulisan skripsi.

2. Ibu Hj. Siti Asmanah S.Pdi dan Bapak H. Slamet Asrochan selaku orang tua penulis yang selalu memanjatkan doa dan memberikan dukungan tiada henti sehingga penulis selalu termotivasi untuk melaksanakan seluruh kewajiban pendidikan akademik selama ini.

3. Pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata daerah Kabupaten Semarang selaku pengelola Wisata Kabupaten Semarang dan Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo, dan para responden penelitian.

4. Rangga Septyo Wijaya selaku penyemangat tiada henti penulis dalam proses pembuatan skripsi.

5. Teman-teman SKPM 48 atas bantuan moral berupa dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini, terutama Miranti, Uca, Sifna, Fikra, Mega, Sheilla, Citra, Rere, Adel, Nindya, Ala, Eksa.

6. Teman-teman sepermainan penulis yang tidak pernah putus mendukung Venny Alawiyah, Ais Puspa Bhuwana, Agustian Fahrudin, Chinthia Ganesha.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

Bogor, Agustus 2016

(9)
(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR. iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang. 1

Rumusan Masalah. 3

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pariwisata 5

Jenis Pariwisata 5

Obyek Pariwisata 6

Jenis Obyek Wisata 6

Wisata Budaya dan Sejarah 7

Komunikasi Pemasaran 7

Komunikasi Pemasaran Pariwisata 8

Efektivitas Komunikasi Pemasaran 9

Media Komunikasi Pemasaran 10

Efektivitas Promosi dengan Perilaku Pengunjung 14

Karakteristik Pengunjung 15

Motivasi Pengunjung untuk Berwisata 16

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran Pariwisata 16

Hasil Penelitian Terkait 17

Kerangka Pemikiran 18

Hipotesis 20

Definisi Operasional 20

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu 23

Teknik Pengumpulan Data 23

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 24

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Sejarah dan Perkembangan Kompleks Candi Gedong Songo 27

Pengelola dan Struktur Organisasi 33

Konsep Wisata dan Fasilitas di Kompleks Candi Gedong Songo 34

(11)

PROFIL PENGUNJUNG Kompleks Candi Gedong Songo 45

Usia 45

Pendidikan 46

Pekerjaan 46

Pendapatan 47

Motivasi 47

Frekuensi Wisata 48

BENTUK-BENTUK MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS

CANDI GEDONG SONGO 51

Keragaman Media. 51

Frekuensi Penerimaan Pesan 54

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN 55

Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif 55 Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif 57 Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif 58

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS MEDIA

KOMUNIKASI PEMASARAN KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO 61

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran Berdasarkan Aspek Kognitif 61

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran Berdasarkan Aspek Afektif 66

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran Berdasarkan Aspek Konatif 70

PENUTUP. 75

Simpulan 75

Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 77

LAMPIRAN 79

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis-Jenis Media Iklan serta Keunggulan dan Keterbatasannya 13

Tabel 2 Populasi dan Sampel Penelitian Pengunjung Kompleks Candi

Gedong Songo Rata-Rata Per-Tahun 24

Tabel 3 Jenis-Jenis Wisata dan Fasilitas yang ada di Kawasan Kompleks

Candi Gedong Songo 37

Tabel 4 Jenis-Jenis Media Komunikasi Pemasaran yang Digunakan

Kompleks Candi Gedong Songo 38

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong

Songo Semarang Berdasarkan Karakteristik Pengunjung, 2016 45 Tabel 6 Jumlah dan Persentase Motivasi Pengunjung Kompleks Candi

Gedong Songo Semarang Berdasarkan Urutan Tertinggi Hingga Terendah, 2016

48

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Menurut Bentuk Media Komunikasi

Pemasaran yang Digunakan, 2016 51

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Media yang Paling Berpengaruh

pada Kedatangan Wisata, 2016 53

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran pada Aspek Kognitif, 2016 55

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Kognitif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek,

2016 56

Tabel 11 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran pada Aspek Afektif, 2016 57

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Afektif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek,

2016 57

Tabel 13 Jumlah dan Persentase Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Efektivitas Media Komunikasi

Pemasaran pada Aspek Konatif, 2016 59

Tabel 14 Jumlah dan Persentase Konatif Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Semarang Berdasarkan Masing-Masing Aspek,

2016 59

Tabel 15 Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran

dalam Aspek Kognitif 62

Tabel 16 Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Kognitif

Pengunjung 63

Tabel 17 Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran

(13)

Tabel 18 Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Afektif

Pengunjung 67

Tabel 19 Hasil Uji Statistik Regresi Linear Berganda, Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran

dalam Aspek Konatif 71

Tabel 20 Arah Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran terhadap Aspek Konatif Pengunjung 72

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian

(Tjiptono 2008)

10

Gambar 2 Kerangka Pemikiran 19

Gambar 3 Candi Gedong 1 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 29

Gambar 4 Candi Gedong 2 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 30

Gambar 5 Candi Gedong 3 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 31

Gambar 6 Candi Gedong 4 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 32

Gambar 7 Candi Gedong 5 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo 33

Gambar 8 Bentuk Leaflet Kompleks Candi Gedong Songo 40

Gambar 9 Bentuk Booklet Kompleks Candi Gedong Songo 40

Gambar 10 Halaman Facebook Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong

Songo

41

Gambar 11 Halaman Website Kawasan Wisata Kompleks Candi Gedong

Songo

41

Gambar 12 Bentuk Billboard Kompleks Candi Gedong Songo 42

Gambar 13 Bentuk Baliho Kompleks Candi Gedong Songo 42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 81

Lampiran 2 Jadwal Penelitian 84

Lampiran 3 Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata 86

Lampiran 4 Dokumentasi 86

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan manusia dengan motif rekreasi atau liburan. Pariwisata ialah suatu kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber 2006). Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan bahwa wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Menurut Pitana dan Gayatri (2005) pariwisata juga merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dewasa ini, potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar sehingga menjadi salah satu industri yang merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa negara. Hal tersebut didukung dengan data yang diperoleh dari Pusat Data Informasi Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara sejak tahun 2009 hingga 2013 sebesar 39,13 triliun1.

Tingginya minat berwisata dari masyarakat Indonesia, dimanfaatkan sebagian pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis usaha jasa wisata. Hal ini menyebabkan perlu adanya inovasi dari berbagai jenis pariwisata yang ada, sehingga dapat mempertahankan keeksistensiannya. Salah satu bentuk wisata di Indonesia adalah wisata sejarah dan budaya yang bertujuan untuk melestarikan sejarah dan budaya yang ada, yaitu wisata sejarah dan budaya kompleks candi Gedong Songo.

Kompleks Candi Gedong Songo merupakan sebuah komplek candi yang berada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di desa Candi, Kecamatan Bandungan yang berjarak 9km dari Kota Ambarawa dan 12km dari kota Ungaran. Kompleks Candi Gedong Songo termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Sanjaya pada abad IX yang ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804. Keadaan alam Kompleks Candi Gedong Songo diindentik dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah serta dilengkapi pula dengan pemandian air panas, areal perkemahan dan wisata berkuda. Disekitar lokasi wisata juga terdapat penginapan dan hotel. Kompleks Candi Gedong Songo tidak hanya memiliki bangunan candi. Karena terletak di daerah pegunungan, di sekitar kawasan Kompleks Candi Gedong Songo masih banyak dikelilingi kawasan hutan serta perkebunan sayur dan bunga yang membuat Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo semakin menarik.

Untuk menginformasikan keberadaan tempat wisata agar diketahui oleh calon pengunjung, maka diperlukan peran komunikasi pemasaran. Hal ini

1

http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/B_1%20Rekapitulasi%20Wisnus%202009%20-2013(1).pdf

(17)

bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata alam lengkap dengan situs-situs peninggalan sejarah dan budaya yang ada di daerah tersebut sebagai daya tarik wisata. Agar dapat menjangkau khalayak, dibutuhkannya suatu media untuk pemasaran wisata Kompleks Candi Gedong Songo. Menurut Kusumastuti (2009) media komunikasi pemasaran terbagi atas tiga; media massa yang terdiri dari media elektronik dan cetak, media kelompok yang biasanya digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu, serta media personal yang meliputi katalog, profil korporat, dan folder serta saat ini dapat ditambahkan oleh

word of mouth marketing yaitu promosi yang berasal dari saluran komunikasi pribadi.

Selama ini, Kompleks Candi Gedong Songo sudah banyak diketahui oleh masyarakat Jawa Tengah, terutama masyarakat sekitar Kabupaten Semarang. Masyarakat banyak mengaku mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo secara turun-temurun dari keluarga mereka yang memang tinggal di sekitar Kompleks Candi Gedong Songo. Kompleks Candi Gedong Songo juga masih aktif digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan keagamaan Hindu oleh masyarakat setempat. Sehingga rata-rata pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo merupakan masyarakat sekitar Jawa Tengah itu sendiri.

Untuk meningkatkan pemasaran Kompleks Candi Gedong Songo, Pengelola juga melakukan komunikasi pemasaran melalui media komunikasi pemasaran, sehingga masyarakat luar kawasan Jawa Tengah juga dapat mengetahui Kompleks Candi Gedong Songo. Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo sudah melakukan promosi melalui media penyiaran yang berupa televisi dan radio; media cetak yang berupa Koran, booklet, leaflet; media internet yang berupa website dan facebook; media ruang public yang berupa billboard, baliho dan penunjuk jalan; dan media word of mouth.

(18)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa rumusan masalah dapat dirangkum menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif dari calon pengunjung?

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo.

2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran wisata Candi Gedong Songo yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif dari calon pengunjung.

Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni;

1. Bagi pengelola, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola untuk pengoptimalan promosi dan pemasaran wisata candi Gedong Songo.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu pengelola.

(19)
(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata

Pariwisata didefinisikan menurut UU No. 10 Tahun 2009, berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata adalah suatu fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pendhit (2002) wisata budaya adalah perjalanan yang bertujuan untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni atau kegiatan yang bermotif kesejahteraan.

Jenis Pariwisata

Spillane (1994) menyatakan bahwa motif-motif dalam pariwisata sangat bervariasi dan mempunyai pengaruh yang menentukan pada daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Perbedaan motif tersebut tercermin dengan adanya berbagai jenis pariwisata. Walaupun banyak jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan, namun dapat pula dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu :

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism)

Pariwisata jenis ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk berlibur, memenuhi keingin-tahuannya, mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, maupun untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.

2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk tujuan beristirahat, memulihkan kondisi jasmani dan rohaninya, maupun untuk menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya mereka akan tinggal selama mungkin di tempat-tempat wisata agar menemukan kenikmatan yang diperlukan.

3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural tourism).

(21)

4. Pariwisata untuk olahraga (Sport tourism)

Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olahraga. Jenis pariwisata ini dapat dibagi dalam dua kategori :

a. Big Sport Events, yaitu pariwisata-pariwisata olahraga besar yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktikan sendiri. Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat-tempat olahraga seperti ini tentu dapat menarik sejumlah besar penggemar jenis olahraga pariwisata ini.

5. Pariwisata untuk urusan dagang (Bussines tourism)

Pariwisata jenis ini menekankan pada pemanfaatan waktu luang oleh pelakunya disela-sela kesibukan bisnis yang sedang dijalani. Biasanya waktu luang tersebut akan dimanfaatkan untuk mengunjungi berbagai obyek wisata yang ada di daerah tujuan.

6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention tourism)

Motif pariwisata jenis ini biasanya dilatar belakangi oleh adanya agenda rapat atau konferensi yang biasanya dihadiri oleh banyak orang dari berbagai daerah atau negara yang berbeda, sehingga mengharuskan untuk tinggal beberapa hari di daerah atau negara penyelenggara konferensi tersebut.

Obyek Wisata

Musanef (1996) menyatakan bahwa obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang di bangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembagunan kepariwisataan seperti akomodasi, resto dan rumah makan, transportasi, industri kerajinan / cinderamata dan usaha jasa pelayanan serta usaha jasa pangan.

Jenis Obyek Wisata

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 4 menyebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri dari :

1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna.

2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, purbakala, wisata agro, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Selain itu, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. 2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya. 3. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus

(22)

Pada dasarnya Obyek Wisata Kompleks Candi Gedong Songo merupakan obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia dimana keberadaan Candi Borobudur sebagai peninggalan purbakala dan menjadi kekayaan budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai penunjang peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada disekitarnya.

Wisata Budaya dan Sejarah

Wisata budaya adalah bepergian bersama-sama dengan tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Batasan yang lain wisata budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata yang berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, adat istiadat, upacara agarna, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni, kerajinan-kerajinan rakyat dan sebagainya (Damardjati, 1989)

Definisi pariwisata dari dimensi sosial budaya menitikberatkan perhatian pada upaya memenuhi kebutuhan wisatawan dengan berbagai karakteristiknya, seperti definisi yang dikemukakan oleh Mathieson and Wall, 1982 (Gunn, 2002),

“Tourism is the temporary movement of people to destinations outside their normal places of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations, and the facilities created to cater to their needs”.

Leiper (1981) mengemukakan bahwa wisata budaya adalah interaksi antara elemen lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya serta kerangka pembentuk sejarah, alam, dan budaya.

Komunikasi Pemasaran

Tjiptono (2008) menyatakan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan. Kotler (2002) menyatakan manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan kerja harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaransasaran individu dan organisasi. Kotler (2002) kembali menjelaskan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain. Sedangkan menurut Kotler (2000) dikutip oleh Kusumastuti (2009) komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi merupakan proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami

(23)

menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya (Tjiptono 2008).

Tujuan komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) adalah: 1) Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan; 2) Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk, konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran; 3) Membujuk konsumen untuk melakukan pembelian; 4) Menunjukkan perbedaan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain; 5) Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat.

Komunikasi pemasaran membantu kegiatan pemasaran suatu perusahaan yang dapat berbentuk penjualan perorangan, iklan, promosi penjualan, perusahaan

sponsorship, publisitas, dan komunikasi di tempat pembelian. Komunikasi pemasaran bertujuan untuk memberikan informasi, memperkenalkan suatu produk/jasa untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli atau memanfaatkan suatu produk/jasa tersebut (Shimp 2003). Menurut Kotler di terjemahkan oleh Susanto (2001), bauran komunikasi pemasaran (disebut juga bauran promosi) terdiri dari lima kiat utama: 1) Pengiklanan: semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran; 2) Pemasaran langsung: penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung nonpersonal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respons dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu; 3) Promosi penjualan: insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk atau jasa; 4) Hubungan masyarakat dan publisitas: berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya; 5) Penjualan personal: interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.

Dalam kegiatan komunikasi pemasaran mencakup: 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising); 2) pemasaran langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan (sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) pemasaran interaktif; dan 6) hubungan masyarakat (public relation) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih efektif, (Morissan 2010). Terkait dengan cara-cara memperlakukan kegiatan komunikasi pemasaran, dikenal dengan istilah bauran komunikasi pemasaran (disebut juga dengan bauran promosi) seperti yang dijelaskan oleh Kotler (1995) terdiri dari lima kiat utama yaitu: 1) Pengiklanan; 2) Pemasaran langsung; 3) Promosi penjualan; 4) Hubungan masyarakat dan Publisitas; 5) Penjualan personal.

Komunikasi Pemasaran Pariwisata

(24)

dijelaskan bahwa permintaan pariwisata seperti daya tarik desa wisata, harga, maupun keramahan penduduk di sekitar desa wisata dapat mempengaruhi penawaran. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi lama wisatawan tinggal, loyalitas wisatawan terhadap desa wisata, dan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut.

Pariwisata merupakan industri yang sangat kompleks (industri penginapan, industri angkutan, industri cinderamata, dan lain-lain) karena kegiatannya yang beragam sehingga harus bekerjasama untuk menciptakan produknya. Dengan ragamnya yang kompleks tersebut, komunikasi pemasaran pariwisata harus diarahkan pada sekian banyak wisatawan dengan kebutuhan, sikap, selera, harapan, dan pola perilaku yang berbeda di berbagai tempat. Sehingga komunikasi pemasaran yang berdaya guna adalah salah satu teknik yang mampu menerobos keinginan wisatawan. Dalam komunikasi pemasaran ini harus berhasil dalam mengkomunikasikan misinya melalui media yang efektif (Wahab 2003).

Ciri-Ciri Promosi Pariwisata:

1. Promosi biasanya dilakukan dengan perantaraan media, seperti: a. Iklan

b. Publisitas

c. Hubungan masyarakat

2. Promosi meliputi seluruh kegiatan yang direncanakan, yang termasuk di dalamnya penyebaran informasi (periklanan, film, brosur, buku panduan, poster, dan sebagainya).

3. Promosi dilakukan melalui beragam saluran media massa (surat kabar, bioskop, radio, TV, pengiriman surat, dan lain-lain). Kegiatan itu dimaksudkan mengirim berita dan mempengaruhi calon wisatawan agar berminat datang ke suatu daerah tujuan wisata (Wahab 2003).

Komunikasi pemasaran pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga dilakukan dengan menggunakan media. Seperti melalui iklan, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan media cetak (surat kabar, brosur, poster, leaflet, booklet), elektronik (TVdan radio), dan media online dalam memberikan informasi kepariwisataan desa wisata.

Komunikasi pemasaran melalui media online dilakukan lewat website, serta email dan facebook. Sedangkan komunikasi pemasaran yang menggunakan hubungan masyarakat dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui event-event kepariwisataan. Tidak mungkin event-event ini diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sendiri tanpa melibatkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan kunci keberhasilan dari pelaksanaan event ini.

Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Nourmaulina (2013) efektivitas komunikasi pemasaran dapat diukur pada aspek kognitif, afektif, dan konatif. Sementara itu, ketiga aspek tersebut merupakan ukuran perubahan sikap konsumen yang diungkapkan oleh Engel dikutip oleh Huriyati (2008) respon atau tanggapan konsumen dapat diukur dari ;

1. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu

(25)

3. Efek konatif atau perilaku, yaitu mebentuk pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya, yang diharapkan adalah pembelian ulang

Tjiptono (2008) mengaitkan antara tujuan komunikasi, respon dan tahapan proses pembelian, sebagai berikut ;

Proses Pembelian Tujuan Komunikasi Respon Khalayak

Gambar 1. Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian (Tjiptono 2008)

Media Komunikasi Pemasaran

Morissan (2001) media (medium) adalah kategori umum dari sistem pengiriman pesan yang mencakup beberapa media yaitu media penyiaran (televisi dan radio), media cetak (brosur dan surat kabar), surat, iklan luar ruang, (outdoor advertising), dan media pendukung lainnya. Menurut Ray (1982) dikutip oleh Morissan (2001) promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai dari pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Morissan (2001) dikutip oleh Wahyuni (2014) iklan media terdiri dari iklan media penyiaran, iklan media cetak, dan iklan media internet. Selain itu media dalam melakukan komunikasi pemasaran harus tetap diperhatikan, karena media penyampai pesan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Media komunikasi pemasaran tersebut terdiri dari surat kabar, brosur, majalah, televisi, radio, media luar ruang, iklan transit, dan direct mail (Tjiptono 2008). Kusumastuti (2009) membagi media yang biasa digunakan dalam komunikasi pemasaran menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Media massa, yang terdiri dari media massa elektronik dan media cetak. 2. Media kelompok, yang biasa digunakan pada kegiatan-kegiatan yang

melibatkan kelompok tertentu. Bentuk media ini diantaranya adalah video presentasi.

3. Media personal, seperti katalog, profil korporat, dan folder.

Pemilihan media promosi yang tepat akan memiliki pengaruh besar pada proses pemasaran yang dilakukan. Melalui media, konsumen dengan mudah mengetahui produk yang akan dijual. Efisiensi penggunaan media dilihat dari sejauh mana media itu dapat menjangkau sasaran secara tepat, frekuensi yang dibutuhkan dan durasi tayang iklan pada media dengan intensitas tinggi. Sejauh ini, pemasangan iklan masih terpaku pada jenis media yang sudah umum semisal media massa elektronik dan media cetak (surat kabar dan majalah) (Kusumastuti

(26)

2009). Setiap pemilihan media promosi digunakan untuk memperkenalkan produk agar konsumen (pembeli) menjadi tahu, paham, menentukan sikap, dan membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Media dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ciri produk, jenis pesan, pasar sasaran, dan jenis distribusi, anggaran, strategi iklan pesaing, serta keunggulan dan kekurangan media itu sendiri.

Media Penyiaran

Media penyiaran terdiri dari televisi dan radio yang telah menjadi media yang sering digunakan oleh pemasang iklan. Morissan (2001) Media penyiaran merupakan salah satu jenis media yang disukai oleh khalayak baik dari sumber mengenai informasi dan desain pesan yang disampaikan. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang sangat digemari oleh masyarakat, keunggulan dari televisi yaitu menggabungkan gambar, suara, dan gerakan; merangsang indera; perhatian tinggi; jangkauan tinggi. Sedangkan keterbatasan dari media elektronik televisi yaitu biaya absolut tinggi; kekacauan tinggi. Selain televisi, penggunaan media elektronik radio sama digemari oleh masyarakat. Keunggulan dari radio yaitu penggunaan masal; pemilihan geografis dan demografis tinggi; biaya rendah. Kotler (2002) keterbatasan dari media elektronik radio yaitu hanya penyajian suara; perhatian lebih rendah daripada televisi; struktur harga tidak standar; paparan bergerak kilat.

Media Cetak

Riyanto (2000) dikutip oleh Arindi (2012) Media cetak adalah pesan-pesan komersial dari produsen kepada khalayak konsumennya yang disampaikan lewat media cetak. Koran dan majalah merupakan media massa cetak yang menjadi alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan tulisan dan gambar. Jenis-jenis iklan media cetak yaitu terdiri dari 1) brosur, 2) majalah, 3) surat kabar dan 4) tabloid. Penggunaan media cetak dapat mempermudah pesan yang akan disampaikan dari produsen ke konsumen karena bentuk media cetak yang mudah dibawa dan tidak memakan waktu banyak untuk membacanya. Keunggulan dari media cetak ini usia penggunaan panjang; penerusan pembacaan baik, terkendali penuh; dapat mendramatisir pesan, ketepatan waktu, jangkauan pasar lokal yang baik, penerimaan luas, tingkat kepercayaan tinggi. Sedangkan keterbatasan media cetak yaitu usia penggunan pendek, mutu reproduksi jelek, perencanaan pembelian iklan panjang; tidak ada jaminan posisi, produksi berlebihan dapat membuat biaya hilang sia-sia (Tjiptono 2008).

Media Internet

Shimp (2003) menyatakan bahwa suatu ribuan pemasar telah beralih ke internet sebagai calon media untuk mempromosikan merek mereka dan melakukan transaksi penjualan. Media promosi menggunakan media internet dapat dilakukan melalui web, dan situs jejaring sosial lainya seperti (facebook &

(27)

audio, dan video, atau bahkan bentuk lainnya seperti penempatan produk, permainan, dan realitas virtual. Situmorang (2010) menyatakan bahwa seiring waktu maka munculah situs jejaring sosial atau situs pertemanan yang lebih canggih seperti MySpace, Friendster, Facebook dan kemudian Twitter. Internet sebagai sarana berkomunikasi pada mulanya banyak digunakan untuk saling berkirim e-mail dengan menggunakan Yahoo atau Hotmail.

Media Ruang Publik

Santoso (2011) Alternatif media dengan memanfaatkan media ruang publik, antara lain dapat memanfaatkan: poster dan atau sticker pada body dalam dan luar bis kota, pager rumah, tiang listrik, dan sebagainya, billboard, baleho, poster, spanduk, umbul-umbul, balon raksasa, dan lain-lain. Tjiptono (2008) Media luar ruang, yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang ditempat terbuka seperti di pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bis kota, gedung, pagar tembok, dan sebagainya. Keunggulan beriklan dengan menggunakan media ruang publik: umumnya relatif murah, kecuali pada baliho dan billboard, sangat mencolok karena ukuran besar, penampilan menarik, luwes, sedikit pesaing, pesan iklan ditayangkan berkali-kali atau terus menerus, kesinambungan dan keberlanjutan yang baik, penempatan yang strategis dapat membuat masyarakat yang lalu lalang terekspos untuk memandangnya. Kelemahan beriklan dengan menggunakan media ruang publik: membahayakan pengemudi, kreativitas agak terbatas, efektif hanya bagi publik yang berkendaraan dengan ruang pandang luas, misalnya kendaraan pribadi seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil.

Media Word of Mouth

Pemasaran yang dilakukan dari mulut ke mulut (word of mouth) atau yang biasa disebut WOM adalah bentuk promosi yang dilakukan oleh konsumen melalui perbincangan dengan konsumen lain, dan tidak ada satupun dari mereka adalah pemasar. Bentuk komunikasi pemasaran ini dapat terjadi karena kesan mendalam konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu sehingga konsumen tersebut ingin menyampaikan informasi yang dia ketahui tentang produk atau perusahaan tersebut kepada orang lain. Komunikasi pemasaran melalui WOM tidak memerlukan biaya yang begitu besar, namun dapat memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Pemasaran Word of Mouth

(WOM) ini merupakan bauran komunikasi pemasaran yang paling efektif karena memungkinkan komunikasi pribadi dan mendapat umpan-balik.

(28)

Tabel 1 Jenis-jenis media iklan serta keunggulan dan keterbatasannya

Media Keunggulan Keterbatasan

Koran Fleksibilitas, ketepatan

waktu, jangkauan pasar tidak ada pesaing iklan dalam media yang sama; personalisasi

Biaya relatif tinggi, citra surat Sampah

Radio Penggunaan masaal;

pemilihan geografis dan

Majalah Pemilihan geografis dan

demografis tinggi; sirkulasi siasia; tidak ada jaminan posisi

Brosur Fleksibilitas; terkendali

penuh;dapat

mendramatisir pesan

Produksi berlebihan dapat membuat biaya hilang sia-sia

Internet Pemilihan audiens

(29)

Efektivitas Promosi dengan Perilaku Pengunjung

Efektivitas adalah suatu penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi sehingga semakin dekat prestasi yang dicapai dengan prestasi yang diharapkan, berarti semakin efektif penilaian terhadap individu, kelompok dan organisasi. Setiap konsumen membutuhkan informasi yang akurat mengenai suatu produk sehingga konsumen tersebut dapat menentukan pilihan yang berujung pada pembelian produk tersebut. Informasi yang diperoleh konsumen dari komunikasi pemasaran memberikan banyak pengetahuan untuk proses perilaku. Informasi yang sudah diterima konsumen dapat membentuk suatu sikap untuk mengambil keputusan guna menentukan produk yang dipilihnya. Konsumen dalam wisata sejarah dan budaya adalah para wisatawan yang mengunjungi suatu tempat wisata sejarah dan budaya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) dikutip oleh Amalia (2012) seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan, misalnya kebutuhan biologis dan psikologis. Kebutuhan menjadi motif ketika pada saat kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat, misalnya konsumen atau pengunjung akan memiliki motivasi yang berbeda untuk memilih bentuk rekreasi apa yang diinginkan.

Kunjungan wisatawan ke obyek wisata dipengaruhi oleh berbagai faktor. Setiap orang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan kunjungannya, perilaku kunjungan wisatawan ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat mengalihkan perhatian, minat, hasrat, keputusan dan tindakan wisatawan. Putri (2011) Perilaku konsumen adalah seluruh kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, atau menghabiskan sebuah produk/jasa. Perilaku konsumen sangat menentukan proses pengambilan keputusan membeli, menghabiskan atau mengambil sesuatu. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk atau jasa tertentu, konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan, selera, dan kemampuan belinya. Konsumen memiliki karateristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Karateristik konsumen terdiri dari pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, serta karateristik demografi konsumen. Karateristik demografi tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku, bangsa, pendapatan, jenis keluarga, lokasi geografis, dan kelas sosial (Putri 2011).

(30)

Karakteristik Pengunjung

Ismayanti (2010) karakteristik wisatawan berdasarkan aspek sosio-ekonomi diklasifikan berdasarkan demografi, yaitu klasifikasi berdasarkan usia, latar belakang pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, dan siklus keluarga. Nourmaulina (2013) berbagai karakteristik pengunjung wisata terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran dan motivasi. Selanjutnya, karakteristik pengunjung dalam mempengaruhi perilaku berkunjung akan memberi petunjuk bagi pelaku usaha jasa wisata dalam mengembangkan usahanya sesuai perilaku dan karakteristik pengunjung yang telah dijelaskan diatas. Berikut akan dijelaskan secara mendetail penjelasan dari karakteristik wisatawan menurut Ismayanti (2010);

1. Usia

Sifat wisatawan atau pengunjung erat kaitannya dengan umur karena berdampak pada kegiatan wisata yang dilakukan. Pengelompokan usia wisatawan atau pengunjung dapat dibagi menjadi tujuh generasi diantaranya, kelompok kanak-kanak, remaja, anak muda, dewasa, setengah baya, dan senior. Kebutuhan dan keinginan wisatawan berubah seiring dengan perubahan usia.

2. Jenis kelamin

Identitas gender menjadi hal penting dalam melihat karakteristik wisatawan atau pengunjung wisata. Minat wisata antara pria dan wanita kadang kala memiliki kemiripan. Wanita cenderung menyukai kegiatan wisata yang mempelajari peranan wanita dalam kebudayaan dan interaksi dengan masyarakat. Sama dengan halnya wanita, kegiatan wisata dengan tema budaya dan alam menjadi pilihan wisatawan laki-laki. Apapun bentuk kegiatan wisatanya selama sesuai dengan minat, pria tidak berkeberatan.

3. Pendidikan

Menurut Ismayanti (2010), latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan preferensi dalam pemilihan kegiatan wisata tersendiri. Ia yang berpendidikan rendah biasanya memiliki kemampuan dan pendapatan yang rendah sehingga cenderung mempunyai keterbatasan dalam pemilihan kegiatan wisata. Sedangkan wisatawan yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan mempunyai variasi pilihan wisata.

4. Tingkat pendapatan

Penghasilan atau pendapatan adalah faktor penting dalam membentuk permintaan pariwisata wisata. Wisatawan yang berpenghasilan tinggi cenderung memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dengan jenis pekerjaan yang tetap dan usia tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang secara umum berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan dan usia.

5. Motivasi berkunjung

Motivasi berkunjung dari wisatawan atau pengunjung bisa berdasarkan atas motif berlibur, atau motif hanya sekedar melepas penat, motif perjalanan

study-tour dari sekolah, dan lain sebagainya 6. Frekuensi Berwisata

(31)

Motivasi Pengunjung untuk Berwisata

Wahab dan Sharpley (1994) dikutip oleh Damanik dan Weber (2006) Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata. Seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal; 1) Physical or physicological motivation, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya, 2) cultural motivation, yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah), 3) social motivation atau interpersonal motivation, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, hingga melakukan hal-hal yang mendatangkan gengsi (nilai prestise), 4) fantasy motivation, yaitu adanya fantasi bahwa didaerah lain seeorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan eo-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Pariwisata

Efektivitas komunikasi adalah salah satu elemen komunikasi yang menjadi indikator keberhasilan komunikasi. Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim berkaitan erat dan identik atau sama dengan rangsangan yang diterima dan dipahami oleh penerima. Komunikasi efektif antara unsur sumber dengan penerima pesan disebut juga komunikasi timbal balik. Komunikasi timbal balik ditandai dengan hadirnya umpan balik (feedback) dan dampak (effect) komunikasi yang sesuai dengan tujuan sumber pada penyampaian pesan atau informasi (Tubbs dan Moss 1996).

Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh produsen atau pemasar didalam menciptakan dan mengembangkan komunikasi efektif terhadap konsumen, yaitu: memilih media dalam komunikasi pesan. Pemasar dapat memilih dua jenis dari saluran komunikasi yaitu komunikasi personal dan komunikasi nonpersonal. Komunikasi personal melibatkan percakapan antara dua orang atau lebih bisa melalui tatap muka, telepon, surat, dan internet. Komunikasi non personal bisa dilakukan melalui media cetak (koran, majalah, brosur), media siaran (televisi, radio), media ruang publik (billboard, rambu, poster), dan media internet (web, facebook, dan twitter). Suatu media dapat dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan pada perilaku seseorang sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti efek kognitif (pengetahuan), efek afektif (perasaan), dan efek konatif atau tindakan. Efektifnya suatu komunikasi dapat diketahui melalui aspek pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan tingkah laku (konatif). Indikator efektivitas komunikasi didasarkan pada tanggapan penerima pesan. Kondisi tersebut dapat terjadi saat pesan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan pesan yang diketahui, dirasakan dan dilakukan oleh penerima yang kemudian disebut tanggapan atau respon.

(32)

dipengaruhi oleh berbagai bentuk media komunikasi yang digunakan, daya tarik pesan, dan frekuensi penyajian menurut Kennedy dan Soemanegara (2006) dalam Kusumastuti (2009). Kusumastuti (2009) terdapat delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi pemasaran yang efektif, yaitu: 1) mengidentifikasi audiens yang dituju 2) menentukan tujuan komunikasi 3) merancang pesan 4) memilih saluran komunikasi 5) menentukan anggaran promosi 6) membuat keputusan atas bauran promosi 7) mengukur hasil promosi 8) mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi. Berdasarkan hasil penelitian Yassiranda (2011) dan Amalia (2012), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi atau berhubungan erat dengan tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Berdasarkan hasil akhir dari penelitian Amalia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara dimensi rancangan pesan, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas komunikasi pemasaran.

Hasil Penelitian Terkait

1. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kuntum Nurseries (Jl Raya Tajur No 291, Bogor). (Wahyuni, 2014)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran suatu wisata dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi pemasaran suatu wisata dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola wisata dan pengunjung wisata tersebut. Uji penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan ditambah observasi langsung dan wawancara. Media komunikasi pemasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media internet, media cetak, media penyiaran, media ruang public dan media word of mouth. Pada penelitian ini, selain ragam media yang digunakan, faktor yang mempengaruhi juga oleh frekuensi penerimaan pesan. Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat melihat efektivitas media komunikasi pemasaran yang ada pada wisata tersebut.

2. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kampung Budaya Sindangbarang di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. (Fadila, 2015)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas komunikasi pemasaran pada wisata budaya yang berupa kampung budaya, karakteristik pengunjung wisata budaya yang berupa kampung budaya, bentuk komunikasi yang digunakan oleh wisata budaya berupa kampung budaya, dan pengaruh karakteristik pengunjung terhadap efektivitas komunikasi pemasaran. Penelitian ini mengukur efektivitas komunikasi pemasaran dari tiga media; leaflet, media hibrida, dan

(33)

keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat melihat efektivitas komunikasi pemasaran yang ada pada wisata budaya tersebut.

3. Potensi Candi Jawi Sebagai Obyek Pariwisata Sejarah di Kabupaten Pasuruan. (Laksana, 2014)

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis potensi yang berada di Candi Jawi untuk dapat dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian wisata sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas dan sistematis mengenai fenomena yang terkait dengan keberadaan Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan untuk mengetahui potensi Candi Jawi sebagai obyek wisata sejarah di Kabupaten Pasuruan. Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan sudah dapat mengkaji dan menganalisis potensi yang berada di Candi Jawi untuk dapat dikembangkan sebagai obyek wisata sejarah.

Ketiga penelitian sebelumnya mempunyai topik yang sama yaitu membahas efektivitas komunikasi pemasaran terutama efektivitas media komunikasi pemasaran, yang membedakan pada penelitian Sri Wahyuni dengan penelitian penulis adalah efektivitas media komunikasi pemasaran dilakukan di agrowisata sedangkan penulis di wisata sejarah dan budaya. Pada penelitian Rizki Fadilah dengan penulis yang membedakan adalah efektivitas komunikasi pemasaran dan efektivitas media komunikasi pemasaran. Penulis hanya meneliti efektivitas media yang digunakan obyek wisata. Pada penelitian Rizki Fadila menggunakan unsur AIDA sedangkan penulis tidak menggunakan unsur AIDA. Pada penelitian I Made Puja Laksana sama-sama membahas obyek wisata sejarah yang berupa candi, yang membedakan dengan penelitian penulis adalah membahas tentang potensi wisata, sedangkan penulis membahas tentang efektivitas media komunikasi pemasaran yang ada.

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya yang dilakukan di Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Kegiatan untuk memasarkan suatu perusahaan wisata sejarah dan budaya dibutuhkannya suatu komunikasi pemasaran untuk memperkenalkan dan menginformasikan wisata tersebut kepada khalayak. Untuk melihat keefektivitasan media komunikasi pemasaran wisata sejarah dan budaya, terdapat dua variabel yang mempengaruhi yaitu karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran.

(34)

Frekuensi penerimaan pesan yakni banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung dalam menerima atau mengakses informasi mengenai wisata kompleks candi Gedong Songo melalui ragam media tersebut. Efektivitas media komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat sampai sejauh mana media komunikasi pemasaran dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, dan konatif pengunjung sesuai dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang diinginkan. Keefektivitasan media komunikasi pemasaran wisata kompleks candi Gedong Songo yaitu dapat diukur dari perilaku dan sikap pengunjung mengenai tempat wisata yang dipromosikan. Artinya, jika promosi yang dilakukan oleh pihak kompleks candi Gedong Songo melalui media berhasil membujuk, maka khalayak akan memilih keinginan untuk mencari informasi lanjut mengenai wisata sejarah budaya kompleks candi Gedong Songo dan akan berkunjung atau juga melakukan kembali kunjungan. Selanjutnya dalam penelitian ini, kedua variabel yang telah dipaparkan sebelumnya (yaitu karakteristik pengunjung dan keterdadahan komunikasi pemasaran) mempunyai pengaruh dengan efektivitas media komunikasi pemasaran.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang

Karakteristik Pengunjung (X1)

•Usia (X1.1)

•Jenis Pekerjaan (X1.2)

•Tingkat Pendidikan (X1.3)

•Tingkat Pendapatan (X1.4)

•Motivasi (X1.5)

•Frekuensi berwisata (X1.6)

Keterangan

: Mempengaruhi

Efektivitas Media

Komunikasi Pemasaran (Y)

•Kognitif (Y1)

•Afektif (Y2)

•Konatif (Y3)

Keterdadahan Komunikasi Pemasaran (X2)

•Ragam Media (X2.1)

•Frekuensi penerimaan

(35)

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek kognitif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan.

2. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek afektif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan.

3. Efektivitas media komunikasi pemasaran dari aspek konatif dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung yang berupa usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, motivasi, frekuensi berwisata dan keterdadahan komunikasi pemasaran yang berupa ragam media yang digunakan dan frekuensi penerimaan pesan.

Definisi Operasional

Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel X1 merupakan karakteristik pengunjung.

Karakteristik pengunjung adalah keadaan spesifik pengunjung yang berkaitan langsung dengan dirinya sejak lahir sampai penelitia ini berlangsung, dapat diukur dengan:

a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Usia responden digolongkan dan dikelompokkan berdasarkan data yang didapat di lapang. Jenis data pada variabel ini adalah data interval dalam uji statistik. Berikut merupakan penggolongan kategori usia untuk dituliskan pada tabel frekuensi:

1. Dewasa Awal (17-23 tahun) 2. Dewasa Lanjut (24-30 tahun) 3. Tua (>30 tahun)

b. Jenis pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden saat ini untuk memperoleh nafkah/pendapatan yang berupa uang. Variabel ini merupakan jenis data nominal. Jenis pekerjaan dibedakan atas:

- Bekerja (PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta) - Tidak bekerja (Pelajar dan Ibu Rumah Tangga)

c. Tingkat pendapatan adalah rata-rata uang (rupiah) yang didapatkan responden dalam setiap bulan. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan data yang didapat dilapang dan diukur dengan menggunakan skala interval dalam uji statistik, kemudian digolongkan menjadi:

- Rendah (Rp 500.000-Rp 1000.000)

- Sedang (Rp 1000.001-Rp 2000.000)

(36)

d. Tingkat Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti atau ditempuh oleh responden. Pendidikan responden digolongkan berdasarkan data di lapang. Variable ini diukur dengan menggunakan skala interval dalam uji statistik yang diukur berdasarkan lamanya tahun pendidikan yang ditempuh responden dan dikategorikan sebagai berikut:

- Rendah, tamat SD dan SMP

- Sedang, tamat SMA

- Tinggi, tamat Diploma dan Sarjana

e. Motivasi berkunjung adalah dorongan seseorang untuk berkunjung ke kompleks candi Gedong Songo. Pengukuran pada variable ini menggunakan beberapa indikator, yaitu untuk rekreasi, tertarik pada bangunan-bangunan candi, tertarik untuk mengetahui kebudayaan Jawa, tertarik untuk mengetahui situs-situs purbakala peninggalan kerajaan, tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata sejarah dan budaya, tertarik pada kegiatan Camping, dan tertarik untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dari sekolah/universitas/kantor. Variabel ini diukur dengan skala interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif motivasi digolongkan menjadi:

- Rendah (bila responden menjawab 1)

- Sedang (bila responden menjawab 2)

- Tinggi (bila responden menjawab >3)

f. Frekuensi berwisata adalah berapa kali seorang pengunjung mengunjungi suatu tempat wisata dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Variabel ini merupakan jenis data interval saat uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variable ini dikategorikan menjadi:

- Rendah (skor 1-2) - Sedang (skor 3-5) - Tinggi (skor >5)

2. Variabel X2 merupakan keterdadahan komunikasi pemasaran. Berupa ragam media yang digunakan pihak pengelola dalam mempromosikan wisata serta

frekuensi penerimaan pesan yang diperoleh atau diakses oleh

responden/pengunjung dalam memperoleh informasi mengenai wisata sejarah dan budaya kompleks candi Gedong Songo.

a. Ragam media komunikasi pemasaran yang digunakan adalah berbagai jenis media promosi yang digunakan pihak pemasar untuk memperkenalkan obyek wisata sejarah dan budaya kepada khalayak atau pengunjung. Ragam media yang digunakan diukur dengan banyaknya jumlah bentuk media komunikasi pemasaran yang terpapar dan atau diakses oleh pengunjung (responden), yang berupa media penyiaran, media cetak, media internet, media ruang publik, dan media word of mouth. Variabel ini diukur dengan skala ordinal. Pengukuran indikator dilakukan dengan memberikan dua belas pernyataan yang kemudian dipilih responden sesuai dengan yang dirasakan. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah: “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1).

Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori:

- Rendah : skor 12 - 18 - Tinggi : skor 19 - 24

(37)

komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Variable ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variable ini digolongkan menjadi:

- Rendah : skor 12-19 - Sedang : skor 20-28 - Tinggi : skor 29-36

3. Variabel Y merupakan efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui perubahan sikap responden dari aspek kognitif, afektif, dan konatif.

a. Aspek kognitif adalah tingkat pengenalan, pengetahuan dan persepsi responden mengenai Gedong Songo. Skor yang diberikan Salah=1, Kurang Lengkap=2, Lengkap=3. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek kognitif dapat digolongkan menjadi:

- Rendah jika akumulasi skor 5-7 - Sedang jika akumulasi skor 8-11 - Tinggi jika akumulasi skor 12-15

b. Aspek afektif adalah aspek respon yang berkenaan dengan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki responden mengenai Gedong Songo apakah disukai atau tidak disukai oleh pengunjung dan apakah Gedong Songo baik atau tidak. Skor yang diberikan Tidak=1, Ya=2. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek afektif digolongkan menjadi:

- Rendah jika akumulasi skor 5-7

- Tinggi jika akumulasi skor 8-10

c. Aspek konatif adalah tindakan responden atau kecenderungan perilaku yang akan dilakukan oleh responden dalam mengunjungi Gedong Songo. Skor yang diberikan Tidak=1, Ya=2. Variabel ini diukur dengan skala interval. Kategori aspek konatif dapat digolongkan menjadi:

- Rendah jika akumulasi skor 5-7

(38)

METODE PENELITIAN

Pendekatan pada penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan pendekatan kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pengelola pihak wisata komplek Candi Gedong Songo dan pengunjung wisata komplek Candi Gedong Songo. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer.

Lokasi dan Waktu

Penentuan lokasi untuk penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive), yaitu di Wisata Candi Gedong Songo. Terletak di lereng Gunung Ungaran pada koordinat 110°20’27” BT dan 07°14’3” LS. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan, antara lain:

1. Wisata Candi Gedong Songo merupakan salah satu wisata sejarah dan budaya yang ada di Indonesia.

2. Wisata Candi Gedong Songo melakukan komunikasi pemasaran untuk mengenalkan dan mempromosikan kegiatan wisata sejarah dan budaya yang mereka miliki

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 hingga September 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data

(39)

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Populasi sasaran dari penelitian ini yaitu pengunjung wisata Candi Gedong Songo. Jumlah responden yang diambil berjumlah 50 responden. Pemilihan sampel responden pada penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling, ditunjang cluster sampling yaitu dengan membagi responden berdasarkan pembagian waktu pengambilan data yaitu cluster weekday dan weekend masing-masing sebanyak 25 orang, dengan tujuan agar mengurangi kemungkinan adanya bias dan keseragaman dalam pengambilan data.

Tabel 2 Populasi dan Sampel Penelitian Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Rata-Rata Per-Tahun

No Cluster Populasi Sampel

1 Weekday

Senin-Jumat

350 orang/hari 1750 orang/minggu

25 orang

2 Weekend

Sabtu-Minggu

900 orang/hari 1800 orang/minggu

25 Orang

Pada Tabel 2, populasi pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo didapat dari wawancara mendalam pada Ketua Bidang UPTD di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung dewasa di Kompleks Candi Gedong Songo. Jumlah rata-rata pengunjung pada saat weekday adalah 350/hari dan jumlah rata-rata pengunjung pada saat weekend adalah 900/hari. Jumlah responden untuk weekend dan

weekday ditentukan secara non-proposional yaitu weekend sebanyak 25 responden dan weekday sebanyak 25 responden. Jumlah responden yang diambil berjumlah 50 responden, berdasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian sosial yaitu 30 orang.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(40)

Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik analisis regresi

linear berganda dengan nilai signifikansi sebesar α (0,05). Dengan rumus:

Uji statistik analisis regresi linear berganda menurut Sunyoto (2011) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas (x) dan variabel terikat (y), dan dalam pengukuran pengaruh variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows Version 21.0 untuk mempermudah dalam pengolahan data.

Y= a+b1.1X1.1+b1.2X1.2+b1.3X1.3+b1.4X1.4+b1.5X1.5+b1.6X1.6+b2.1X2.1+b2.2X2.2

Keterangan:

Y : Variabel Terikat (dependent)

X (1.1,1.2,1.3…) : Variabel Bebas (independent)

a : Nilai Konstanta

(41)
(42)

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini bertempat di Kompleks Candi Gedong Songo, Sebuah kompleks candi yang berada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di dusun Darum desa Candi, Kec. Bandungan Kab. Semarang yang berjarak 9km dari kota Ambarawa dan 12km dari kota Ungaran. Kompleks Candi Gedong Songo merupakan suatu tempat wisata yang menawarkan edukasi budaya dan wisata alam pegunungan. Wisata budaya ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah, agama, seni, dan budaya. Sebagian besar pengunjung yang datang ke Kompleks Candi Gedong Songo adalah keluarga, pelajar dan pasangan muda.

Sejarah dan Perkembangan Kompleks Candi Gedong Songo

Sejarah dan Latar Belakang Kompleks Candi Gedong Songo

Kompleks Candi Gedong Songo merupakan kompleks percandian bagi penganut Hindu yang dibangun pada sekitar abad VII M. tepatnya di Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Gedong Songo adalah nama yang diberikan oleh penduduk bagi kompleks tersebut. Berasal dari Bahasa Jawa, Gedong berarti rumah atau bangunan, Songo berarti Sembilan. Artinya Gedong Songo adalah sembilan (kelompok) bangunan. Apakah ini brarti komplesk candi Gedong Songo sejak awal terdiri dari sembilan kelompok atau memiliki arti lain, belum dapat dijawab. Tetapi pada saat ini hanya terdapat lima kompleks bangunan.

Kompleks candi ini dibangun berderet dari bawah hingga puncak perbukitan di lereng gunung Ungaran. Hal ini menunjukan karakter Candi Gedong Songo yang sangat spesifik yaitu sebuah perpaduan antara dua religi yang bersifat lokal dan global. Gunung adalah tempat persembahan kepada roh nenek moyang. Kepercayaan ini merupakan tradisi masyarakat lokal pra Hindu. Sedangkan gunung juga merupakan tempat tinggal dewa-dewa menurut tradisi Hindu yang pada saat itu sedang berkembang secara global mempengaruhi hampir separuh dunia. Tradisi lokal yang biasanya terkurangi peranya oleh tradisi global, ternyata keduanya mampu berdiri setara di Gedong Songo. Kesetaraan tersebut ditunjukkan dengan pemberian arti baru pada situs percandian Gedong Songo yaitu sebagai tempat persembahan roh nenek moyang yang telah menjadi dewa dan ritus itu dilakukan dalam candi. Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal ternyata memiliki ketahanan budaya yang cukup kuat dalam menghadapi budaya global.

(43)

moyang seperti dijelaskan di atas. Sedangkan Parswadewata di india posisi Agastya ditempati oleh Kartikeya, anak Siwa yang berperan sebagai dewa perang. Sedangkan sebagai pengawal Dewa Siwa, dikenal Nandiswara dan Mahakala yang bertugas sebagai penjaga pintu candi Hindu. Nandiswara kadang-kadang dianggap sebagai perwujudan Siwa sendiri atau perwujudan kendaraan Siwa (nandi) dalam bentuk manusia. Mahakala sebagai dewa waktu juga merupakan aspek Siwa dalam bentuk krodha (mengerikan).

Ciri khas candi-candi Gedong Songo juga ditunjukkan dengan posisi candi yang berderet dari bawah hingga atas. Posisi demikian mengundang pertanyaan apakah ini dapat dikatakan sebagai hirarkhi kesucian yang berarti bahwa candi yang berada di atas lebih suci dari candi di bawahnya. Atau deretan candi ini dapat dijelaskan sebagai petunjuk adanya suatu prosesi keagamaan yang dilakukan dari candi terbawah hingga teratas. Kedua pertanyaan ini belum dapat dijawab karena belum ditemukan petunjuk-petunjuk yang mengarah kepada salah satu pertanyaan tersebut.

Para pendukung budaya masa lalu ini tentu memanfaatkan potensi lingkungan yang tersedia untuk menciptakan sebuah kompleks peribadatan dikawasan perbukitan penuh pepohonan sehingga menimbulkan suasana tenang, berhawa sejuk, bahkan dilengkapi dengan sumber air panas yang mengandung belerang. Suasana hikmat yang tercipta pada tempat ibadah tersebut akan mendukung pelaksanaan ritual yang sempurna. Bangunan peribadatan yang berupa candi-candi dan lingkungan sekitarnya, bukit serta hutannya, merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian pelestarian tidak hanya ditunjukkan kepada candinya tetapi juga lanskap yang perlu dipelihara agar suasana yang dibangun oleh nenek moyang dahulu tidak hilang.

Riwayat Penelitian dan Pemugaran

Loten, tahun 1740 menemukan Kompleks Candi Gedong Songo. Tahun 1840, Rafles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Plote karena hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Van Braam membuat publikasi pada tahun 1925, Friederich dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedong Songo tahun 1865, tahun 1908 Van Stein Callenfels melakukan penelitian terhadap Kompleks Candi Gedong Songo dan Knebel melakukan inventarisasi temuan pada tahun 1910-1911

Penelitian oleh Dinas Purbakala Belanda baru dilakukan pada tahun 1916. Kemudian, dilanjutkan dengan pemugaran Candi Gedong I tahun 1928/1929 dan Candi Gedong II tahun 1930/1931. Sedangkan pada masa pemerintahan RI pemugaran Candi Gedong III, IV, dan V dilaksanakan oleh SPSP (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Jawa Tengah pada tahun 1977-1983. Tahun 2009 dilakukan pemugaran terhadap Candi Perwara C1 dan konsolidasi terhadap Candi Perwara C2 di Gedong IV serta pemetaan ulang.

Gambar

Tabel 1 Jenis-jenis media iklan serta keunggulan dan keterbatasannya
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas
Tabel 2 Populasi dan Sampel Penelitian Pengunjung Kompleks Candi Gedong
Gambar 3. Candi Gedong 1 di Kawasan Kompleks Candi Gedong Songo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan

Hasil pengujian membuktikan bahwa sistem ini dapat memberi kategori tanggapan berupa kecepatan motor wiper (sedang atau cepat) dan aktif atau tidaknya

Dalam Tugas Akhir ini dibuat suatu prototipe alat pengontrol pH atau derajat keasaman cairan nira pada pabrik gula dengan menggunakan Fuzzy Logic Controller

8) Tuangkan kedalam gelas lain sedikit saja, lalu masukkan telur kedalam gelas tersebut 9) Kemudia isilah gelas tersebut denan air banyak secukupnya untuk membuat telur melayang.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah

Kegiatan tahlilan ini diadakan setelah shalat Magrib atau Isya, jamaah yang datang saat sholat Magrib dan Isya di Masjid Baitul munir ini terdiri dari penganut

Makanan khas di Solo adalah sate kambing, nasi liwet, nasi timlo, nasi gudeg dan gudeg cakar, pecel desa, cabuk rambak, bestik solo, selat Solo, bakso solo, serabi solo,

Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah- pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara.. Hal ini