• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Kawasan Uni Eropa Terhadap Impor Kakao dari Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Kawasan Uni Eropa Terhadap Impor Kakao dari Indonesia."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

d

PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL KAWASAN UNI EROPA TERHADAP

IMPOR KAKAO DARI INDONESIA

CECEP SENTAWULAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Kawasan Uni Eropa Terhadap Impor Kakao dari Indonesia serta Pengaruhnya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

(3)

ABSTRAK

CECEP SENTAWULAN. Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Kawasan Uni Eropa Terhadap Impor Kakao dari Indonesia Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Kakao (Theobroma cacao L) merupakan komoditi unggulan dimana Indonesia merupakan Negara produsen ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Oleh karena itu, Indonesia merupakan salah satu eksportir produk kakao. Salah satu kelompok Negara yang mengimpor kakao adalah Uni Eropa (Uni Eropa). Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi kebijakan perdagangan di UE , perbedaan tariff kakao Indonesia di UE, dan Menganalisis kebijakan Pengembangan ekspor dari Pemerintah Indonesia lalu meihat secara deskrptif pegngaruh kebjakan tersebut terhadap impor kakao Uni Eropa dari Indonesia dengan studi literature. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis kebijakan kualitatif deskriptif. Berdasarkan identifikasi kebijakan di UE kita bisa menganalisis apa saja kebijakan yang berpengaruh, melihat peluang skema tariff lain Indonesia, serta kebijakan pengembangan kakao dari Pemerintah Indonesia lalu melihat pengaruhnya impor kakao dari Uni Eropa .

Kata kunci: Kakao, Uni Eropa, Analisis kebijakan Kualitatif deskriptif

ABSTRACT

Cecep SENTAWULAN. Application of International Trade Policy and the EU Regions Influence Indonesia Cocoa Exports. Supervised by BURHANUDDIN

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL KAWASAN UNI EROPA TERHADAP

IMPOR KAKAO DARI INDONESIA

CECEP SENTAWULAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Kawasan Uni Eropa Terhadap Impor Kakao dari Indonesia.

Nama : Cecep Sentawulan NIM : H34090121

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)
(8)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga sripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan Mei-September 2013 dengan judul

“Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Kakao Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kebijakan Perdagangan Internasional Khususnya di wilayah Uni Eropa yang terkait dengan Kakao (Theobroma Kakao L) dengan studi literature dan pengambilan data primer.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staff dan dosen Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, pihak Kementrian Perdagangan yang telah memberikan data yang terkait dengan perdagangan Internasional, Taufik Hidayat yang telah memberikan saran dan informasi tentang skripsi, Monalisa Arput & Euis Intan Anovani yang telah membantu dalam pembuatan skrispsi saya, sahabat tersekat saya Stefan Efendi & Anugrah Mahadhi yang saling membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini serta teman-teman seperjuangan agribisnis 46 yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN vii

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Komoditi Kakao Indonesia dalam Perdagangan Internasional 8 Ekspor Komoditi Kakao Indonesia ke Kawasan Uni Eropa 8 Pengaruh Kebijakan dalam Perdagangan Internasional 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Teori Perdagangan Internasional 10

Pola Perdagangan Internasional Kakao di Uni Eropa 10

Kebijakan Perdagangan 11

Analisis Kebijakan 13

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Desain Penelitian 16

Sumber Data dan Penelitian 16

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif 17

GAMBARAN UMUM EKSPOR KAKAO INDONESIA 18

Uni Eropa 18

Kondisi Kakao di Dunia 20

Perdagangan Internasional Kakao 24

Perkembangan Ekspor Kakao Indonesia 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Identifikasi Kebijakan Perdagangan Internasional Uni Eropa yang

Berkaitan Dengan Komoditi Kakao Indonesia 29

Analisis Skema Tariff Kakao Indonesia dalam Perdagangan

Internasional di Uni Eropa 42

Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Kakao serta Melihat

Pengaruhnya dalam Perdagangan Uni Eropa 47

KESIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 55

(10)

DAFTAR TABEL

1. PDB menurut lapangan usaha tahun 2006-2012 1

2. Nilai dan jumlah ekspor enam komoditi unggulan perkebunan

Indonesia 2008-2011 2

3. Produksi perkebunan berdasarkan pengusahaannya 3

4. Produsen biji kakao Dunia 3

5. Nilai ekspor di empat pasar ekspor terbesar kakao Indonesia tahun

2006-2011 4

6. Negara-negara importir terbesar kakao Indonesia di Uni Eropa 5

7. Perincian Sumber data Penelitian 17

8. Negara-negara anggota Uni Eropa 19

9. Konsumsi kakao dunia 21

10. Jenis-jenis produk kakao berdasarkan HS 4 Digit 23 11. Nilai ekspor kakao dunia tahun 2010-2012(US$ ribu dolar) 25

12. Nilai impor kakao dunia tahun 2010-2012 25

13. Nilai ekspor produk kakao Indonesia (HS 4 digit) 27 14. Nilai ekspor importer kakao Indonesia (HS 2 digit) 28 15. Presentase tariff kakao pada Uni Eropa, Amerika Serikat, Malaysia. 32 16. Daftar Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa yang

terkait dengan Komoditi Kakao 34

17. Fokus skema sertifikasi 42

18. Presentase tariff bea masuk kakao berdasarkan skema perdagangan

Internasional di Uni Eropa 44

19. Kebijakan-kebijakan Indonesia yang berkaitan dengan komoditi

kakao 49

20. Daftar Industri kakao Indonesia 50

DAFTAR GAMBAR

1. Alur kerangka pemikiran operasional 15

2. Produksi kakao dunia pada periode 20022012 20 3. Negara-negara konsumen terbesar kakao periode 2010/2012 21

4. Grafik harga kakao dunia tahun 2005-2012 22

5. Grafik nilai ekspor-impor kakao dunia periode 2002-2012 24 6. Nilai ekspor kakao Indonesia, tahun 2002-2012 26

7. Nilai ekspor kakao Indonesia menuju UE 29

8. Grafik RASFF berdasarkan notifikasinya 37

9. Grafik RASFF berdasarkan jenis risiko relatif 38

10.Proses Pengambilan Permenkeu 48

11.Nilai Impor Kakao UE dari Indonesia 51

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia selalu dikenal sebagai Negara agraris karena kaya akan sumberdaya alam yang melimpah di bidang sumberdaya pertanian seperti lahan, varietas, dan iklim. Berdasarkan data statistik Indonesia, sektor perkebunan memberikan kontribusi total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian sebesar Rp 1 311 037 ribu milyar rupiah pada tahun 2013. Dengan PDB pertanian mampu memberikan share sebesar 14.5% dari PDB keseluruhan termasuk migas yang mencapai Rp 9 038 972 milyar. Selain itu, sub-sektor pertanian ini juga berkontribusi terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). Salah satu subsektor dari sektor pertanian yang berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto adalah subsektor perkebunan. Pada tahun 2013 sub-sektor perkebunan memberikan kontribusi total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 175 248 milyar. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar ketiga setelah sub-sektor Tanaman Pangan yang mencapai Rp 621 832 milyar dan sub-sektor Perikanan dengan nilai Rp 291 799 milyar. Secara terperinci, kontribusi subsektor perkebunan di dalam perekonomian nasional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 PDB menurut lapangan usaha tahun 2006-2012

Lapangan Usaha

Kontribusi Terhadap PDBb (Milyar Rupiah)

2007 2008 2009 2010 2011 2012c 2013d

Tanaman

Pangan 265 090 347 871 419 194 482 377 529 968 574 330 621 832 Perkebunan 81 595 106 186 111 378 136 048 153 709 159 753 175 248 Pertenakan 61 325 82 835 104 883 119 371 129 297 14 089 165 162 Kehutanan 35 883 39 992 45 119 48 289 51 781 54 906 56 994 Perikanan 97 607 136 435 176 620 199 383 226 691 255 332 291 799 Total PDB

Pertanian 541 502 713 332 580 698 985 470 1 091 447 1 190 412 1 311 037 Sumber: BPS (2012); amiliar rupiah; bangka sementara; cangka sangat sementara

Pada Tabel 1, kontribusi subsektor perkebunan menempati urutan ketiga setelah tanaman pangan dan perikanan. Sumbangan subsektor perkebunan terhadap nilai PDB menunjukan nilai yang meningkat kecuali pada tahun 2009 mengalami penurunan. Namun setelah tahun 2009 yaitu tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan. Trend PDB subsektor perkebunan menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan bagi Indonesia karena dari tiap tahun PDB pertanian selalu meningkat, termasuk sub-sektor pertanian itu sendiri.

(13)

2

perkebunan yang mempunyai jumlah dan nilai ekspor yang cukup besar. Berikut ini disajikan tabel enam komoditi perkebunan pada tahun 2006-2011 yang mempunyai jumlah dan nilai ekspor paling besar. Nilai dan jumlah ekspor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai dan jumlah ekspor enam komoditi unggulan perkebunan Indonesia 2008-2011a

Sumber: Dirjen Perkebunan dan Holtikultura Kementrian Pertanian (2011); aRibu US$

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan sektor perkebunan yang peranannya penting bagi sumber penerimaan devisa Negara. Walaupun jumlah ekspor kakao lebih sedikit dibandingkan minyak sawit, karet, dan kelapa, namun nilai ekspor komoditi ini sangat tinggi. Pada tahun 2011, nilai ekspor komoditi kakao mencapai US$ 1.2 milyar terbesar ketiga setelah minyak sawit dan kelapa. Dari data tersebut dapat menunjukkan potensi kakao dan peluang kakao dalam perdagangan tradisional, penyedia devisa Negara, penyedia lapangan pekerja, dan sumber pendapatan para petani. Tabel 2 menunjukkan bahwa trend kakao pada tahun 2008 ke 2009 naik sebesar 0.09. Akan tetapi pada tahun 2009-2010 trend kakao menurun sebesar 0.01 dan tahun 2010-2011 trend kakao menurun sebesar 0.3. Pada nilai ekspor kakao juga menurun tiap tahunnya.

Berdasarkan kepemilikan area, perkebunan kakao dibagi menjadi tiga yaitu perkebunan rakyat (PR), perkebunan swasta (PS), perkebunan Negara (PN). Perkebunan Rakyat (PR) merupakan perkebunan kakao yang memiliki luas areal paling besar. Pada tahun 2011 diduga Perkebunan Rakyat luas areal dan produksi mencapai 1555596 ha dan 773707 ton. Untuk perkebunan Negara (PN) luas areal dan produksi mencapai 500104 ha dan 50216 ton, sedangkan perkebunan swasta luas areal dan produksi mencapai 38068 ha dan 36769 ton. Produksi perkebunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Komoditas 2008 2009 2010 2011 Trend 2008 -

2011

Kelapa Sawit

Volume 18 141 004 21 669 489 20 394 174 16 436 000 -0.023. Nilaia 14 110 229 11 728 840 15 413 639 17 261 000 -0.016

Karet

Volume 2 345 457 2 067 312 2 420 716 2 283 200 0.133

Nilaia 6 152 246 3 450 497 7 470 112 1 1358 000 0.406

Kelapa

Volume 1 080 981 957 517 1 045 960 1 199 800 0.267

Nilaia 900 917 489 885 703 239 1 060 700 0.160

Kakao

Volume 515 576 559 799 552 892 410 200 -0.073

Nilaia 1 269 022 1 459 297 1 643 773 1 172 000 -0.006

Kopi

Volume 468 750 507 968 433 595 346 500 -0.001

(14)

Tabel 3 Produksi perkebunan berdasarkan pengusahaannya

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (diolah) 2013; aangka sementara; bangka dugaan

Perkembangan produksi kakao memberikan hasil positif terhadap jumlah produksi komoditi kakao Indonesia di mata dunia. Jika kita lihat pada tabel trend dari tahun ke tahun relatif meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh salah satu program pemerintah yang bertujuan meningkatkan produksi biji kakao yaitu Gernas yang dilakukan. Saat ini Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai penghasil kakao setelah Pantai Gading dan Ghana. Jumlah produksi kakao Indonesia diduga sebesar 450 ribu ton pada periode 2011/2012. Untuk Pantai Gading dan Ghana, jumlah produksi mencapai 1.476 juta ton dan 879 ribu ton. Pada periode yang sama pula, jumlah produksi kakao dunia diduga sebesar 4 052 ribu ton. Berikut disajikan data Negara produsen kakao di Dunia pada Tabel 4. Tabel 4 Produsen biji kakao Dunia

Negara Produksi Sumber: International Cacao Organization 2013; bribu ton; cangka dugaan

(15)

4

dan Ghana, kedua Negara tersebut produksi kakao sebesar 1476 ribu ton dan 871 ton.

Dari jumlah produksi sebanyak itu Indonesia mampu mengekspor Komoditi kakao ke beberapa Negara. Menurut Wakil Menteri Perdagangan RI, Bayu Krisnamurti mengatakan Amerika Serikat, Belgia (Uni Eropa), dan Jepang adalah pasar potensial komoditi kakao di Indonesia. Menurutnya, sebagai Negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, Indonesia dinilai memiliki peluang pasar dalam mengisi pasar dunia1. Terdapat beberapa pasar tujuan ekspor kakao si Indonesia yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Malaysia. Berikut disajikan empat pasar tujuan ekspor kakao dengan nilai ekspor tertinggi pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai ekspor di empat pasar ekspor kakao Indonesia tahun 2006-2011

Tahun Pasar Ekspor USD $ (000)

Uni Eropa Malaysia Jepang Amerika Serikat 2006 109 838.67 238 029.79 6 123.46 229 561.93

2007 129 102.11 4 575.30 4 575.30 161 440.28

2008 143 915.53 5 360.46 5 360.46 267 983.11

2009 136 763.22 11 688.05 11 688.05 372 475.39 2010 167 064.02 11 897.79 11 897.79 359 903.05 2011 180 927.27 13 299.71 18 0927.27 197 764.67 Total 867 610.81 52 944.78 2521502.33 1 589 128.435

Sumber: Comtrade 2013

Dari data tersebut Amerika Serikat mempunyai nilai ekspor lebih besar, nilai ekspor terbesar selanjutnya adalah Uni Eropa, Malaysia dan Jepang. Jumlah nilai Ekspor Amerika Serikat saja mencapai lebih dari 1.5 milyar US$. Sedangkan Uni Eropa mempunyai nilai terbesar kedua sebesar 860 juta US$ disusul Malaysia dan Jepang sebesar 520 juta US$ dan 250 juta USD$. Nilai ekspor di empat pasar ekspor kakao Indonesia cenderung fluktuatif, hal ini dikarenakan jumlah ekspor kakao selalu berubah-ubah dikarenakan kuantitas dan kualitas kakao yang diperdagangkan. Produk kakao yang banyak diekspor pada Negara-negara eksportir tersebut berupa biji kakao (HS018). Biji kakao yang diekspor biasanya diolah lagi menjadi produk kakao olahan seperti cocoa liquor, cocoa powder, cocoa butter, coklat dan produk lainnya. Produk Olahan tersebut biasanya diekspor kembali ke Negara-negara eksportir termasuk Indonesia.

Salah satu tujuan pasar ekspor Indonesia adalah Negara-negara Eropa (EU27). Dari data tabel nilai ekspor kakao Indonesia mencapai 860 juta US$ terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan beberapa Negara Eropa adalah Negara pengolah kakao menjadi produk-produk kakao olahan lainnya. Dari data Kementrian Perdagangan Negara-negara eropa yang mengimpor kakao Indonesia adalah Georgia, Perancis, Jerman, Italia, Belgia, Inggris, dan Rusia. Berikut Ini adalah tabel beberapa negara Uni Eropa impotir kakao Indonesia yang disajikan pada tabel 6.

1

(16)

Tabel 6 Negara-negara importir terbesar kakao Indonesia di Uni Eropa Negara

Nilai Ekspor (000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(Jan-Nov) Georgia 10 190 18 242 16 020 13 650 15 363 18 262 Perancis 4 990 11 844 12 441 9 123 8 870 14 893 Jerman 7 6 316 173 956 109 414 107 943 70 517 111 131 Italia 34 770 60 613 53 102 43 225 57 757 57 381 Belgia 8 879 70 267 48 181 30 495 49 259 37 530 Inggris 16 293 29 017 24 361 39 136 38 801 36 562 Rusia 2 648 12 517 23 302 16 999 25 243 41 506 Total 154 078 376 459 286 823 260 575 265 703 317 267

Sumber: Kementerian Perdagangan (2013)

Dari tabel tersebut jumlah ekspor dari tiap tahunnya selalu meningkat. Pada tahun 2007 nilai ekspor dari tujuh Negara tersebut mencapai 154 US$ dan menjadi dua kali lipatnya pada tahun 2012 sebesar 317 juta US$. Tiga negara Eropa importir terbesar kakao Indonesia adalah Jerman, Italia dan Belgia. Nilai Ekspor yang meningkat dari tahun ke tahun ini menunjukan potensi kakao Indonesia untuk menjadikan kakao sebagai komoditi ekspor utama di perdagangan Internasional khususnya Uni Eropa yang merupakan Negara konsumen terbesar produk kakao.

Rumusan Masalah

Subsektor Perkebunan sebagai penyumbang PDB terbesar ketiga pertanian telah memberikan kontribusi terhadap devisa Negara, salah satu komoditas unggulan subsektor ini adalah kakao. Bagi Indonesia kakao merupakan salah satu komoditas ekspor utama terhadap perdagangan Internasional. Indonesia sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pandai Gading, dan Ghana mempunyai pasar ekspor yang potensial salah satunya adalah Uni Eropa. Selain itu kakao Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2012. Peningkatan ekspor terjadi karena adanya over supply kakao dan krisis Eropa dan Amerika yang tidak berdampak langsung terhadap kakao Indonesia.

(17)

6

Uni Eropa menerapkan tariff ekalasi untuk kakao dan produk kakao. Tariff bea masuk untuk kakao impor ke Uni Eropa tergantung kepada jenis olahannya. Bea masuk tersebut untuk kakao di Uni Eropa juga diterapkan berdasarkan tariff yang berlaku umum yaitu Most Favour Nations (MFN) dalam skema GATT (General Agreement On Tariff and Trade dan tariff preferensi berdasarkan skema General System Preferences (GSP). Kebijakan tariff Uni Eropa yang membebaskan tariff bea masuk biji kakao sebenarnya bukanlah dimaksudkan untuk membantu Negara-negara produsen kakao yang merupakan Negara-negara berkembang, tetapi lebih banyak dimaksudkan agar harga biji kakao impor tersebut menjadi murah, sehingga industri pengolahan kakao di kawasan Uni Eropa semakin berkembang dan kompetitif. Sedangkan tariff bea masuk yang berbeda untuk kakao olahan yang dikenakan sebesar 7.7% dimaksudkan untuk melindungi industri pengolahan kakao di kawasan Negara tersebut.

Beberapa kebijakan non tariff di Uni Eropa juga mempengaruhi perkembangan ekspor kakao Indonesia. Beberapa kebijakan non tariff tersebut adalah European Communities (EC) No. 178/2002 mengenai prinsip umum persyaratan pangan, Directive 93/43 mengenai higienitas, Councill Regulation untuk makanan organic dan labeling termasuk modifikasi genetic. Regulations (EC) No850/2004, Directive 94/62EC mengatur Limbah Kemasan, Directive 2001/95/EC mengenai ketentuan umum keamanan pangan. Terakhir adalah Directive 2000/36/EC kebijakan non tariff yang mengatur kakao dan produk coklat untuk konsumsi manusia.

Di samping perlakuan tariff dan non tariff secara umum berdasarkan MFN dan GSP, UE juga memberikan perlakuan tariff yang berbeda kepada negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dan negara-negara yang tergabung di dalam African, Carribean, Pacific (ACP) countries. Contoh perlakuan tarif yang berbeda tersebut terlihat dari adanya kerjasama perdagangan bebas Free Trade Agreements (FTA) dengan beberapa negara Eropa seperti Norwegia dan Swiss. Tariff bea masuk untuk kedua negara tersebut adalah nol persen. Beberapa Negara Eropa menerapkan kebijakan FTA dikarenakan Negara eksportir kakao tersebut telah dikuasai perusahan multi nasional dan adanya faktor bekas jajahan Negara Eropa juga mempengaruhi FTA tersebut.

Hal inilah yang dialami Indonesia dalam memenuhi permintaan komoditas kakao di pasar Internasional, khususnya Uni Eropa. Setiap peraturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh Negara tujuan ekspor perlu dikajikan dan dilakukan penelitian. Indonesia sebagai eksportir kakao juga bisa melihat posisi produk kakaonya di pasar Internasional khususnya di Uni Eropa. Dengan pengkajian, dan penempatan posisi, pemerintah juga bisa memberikan respon terhadap kebijakan tersebut. berdasarkan uraian dan fakta-fakta permasalahan kakao di pasar Uni Eropa dan juga mengacu latar belakang yang dibuat, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja kebijakan perdagangan Uni Eropa yang berkaitan dengan komoditi kakao Indonesia?

2. Analisis skema tariff kakao Indonesia dengan tariff kakao Negara-negara penerima fasilitas GSP dan FTA?

(18)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kebijakan perdagangan di Uni Eropa yang berkaitan dengan

Perdagangan kakao Indonesia di Uni Eropa.

2. Menganalisis skema tariff Indonesia dalam Perdagangan Internasional di Uni Eropa.

3. Menganalisis kebijakan pemerintah Indonesia terhadap impor kakao serta di kawasan Uni Eropa.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

1. Untuk pemerintah dan pelaku ekspor sebagai rekomendasi suatu kebijakan yang dapat meningkatkan produksi kakao baik kuantitas dan kualitas sehingga ekspor kakao Indonesia meningkat serta bisa menjadi negara eksportir utama kakao di dunia.

2. Untuk kaum akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan, masukan, dan sumber informasi untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya baik untuk peningkatan produk kakao ataupun tulisan ilmiah lainnya.

3. Bagi penulis, kegiatan ini bertujuan sebagai proses pembelajaran yang baik untuk meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam hal perdagangan Internasional kakao Indonesia.

4. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini bisa menjadi sumber informasi untuk mengetahui kondisi ekspor kakao Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Komoditi Kakao Indonesia dalam Perdagangan Internasional

Pasar kakao dunia membedakan antara dua kategori utama kakao yaitu “fine or flavour” dan “bulk or ordinary”. Secara umum, kakao jenis fine atau flavor

diproduksi dari pohon kakao jenis Criolo atau Trinitario, sementara kakao jenis bulk berasal dari pohon kakao jenis Forastero. Nama Criollo, Forastero dan Trinitario menunjukkan tiga jenis atau kelompok utama dari populasi pohon kakao (theobroma cacao). Criollos mendominasi pasar sampai pertengahan abad ke-18 namun saat ini hanya sedikit pohon Criollo yang masih dibudidayakan. Forastero merupakan kelompok terbesar yang dibudidayakan, terutama varitas Amelonado. Sebagian besar perkebunan di Brazil dan Afrika Barat ditanami dengan Amelonado. Yang termasuk dalam varitas Amelonado adalah Comum di Brazil, Amelonado Afrika Barat di Afrika, Cacao Nacional di Ekuador dan Matina atau Ceylan di Kosta Rika dan Meksiko. Saat ini, kakao yang terbanyak dibudidayakan adalah hibrida Amazon. Populasi Trinitario dianggap merupakan kelompok yang masuk dalam jenis Forastero walaupun mereka merupakan turunan dari persilangan antara Criollo dan Forastero. Budidaya Trinitario mulai dilakukan di Trinidad dan menyebar ke Venezuela dan kemudian ke Ekuador, Cameroon, Samoa, Sri Lanka, Jawa dan PNG. Produksi dunia untuk kakao fine atau flavour di bawah 5% pertahun. Biasanya seluruh kegiatan utama pada 5 dekade sebelumnya dikaitkan hanya ke jenis kakao Bulk.

Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini sudah ada beberapa industri pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi. Kendala utama yang dihadapi komoditas kakao yang diekspor adalah kualitas kakao tersebut. Mutu biji kakao (cocoa beans) relatif rendah dibandingkan dengan negara eksportir lainnya. penghasil kakao utama di dunia berasal dari Negara di benua Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Benua Afrika merupakan kawasan terbesar penghasil kakao di dunia, tetapi dalam kurun waktu 1991s/d1996, kawasan ini mengalami penurunan produksi, demikian juga di kawasan Amerika Latin. Sementara itu, kawasan Asia pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan produksi.

Ekspor Komoditi Kakao Indonesia ke Kawasan Uni Eropa

(20)

tujuan. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi, perlu diketahui daya saing produk kakao Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut.

Hasil pembahasan yang didapat dari penelitian ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi dengan pendekatan Gravity Model adalah variabel GDP tujuan ekspor (GDPjt), GDP Indonesia (GDPIt), nilai tukar (ERij) dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan Negara tujuan ekspor (DISTij). Untuk daya saing kakao Indonesia mempunyai daya saing kompetitif di Negara-negara Uni Eropa seperti Jerman, Italia, Lituania, dan Spanyol. Berada pada titik jenuh namun masih kompetitif di Negara Estonia, Perancis, Belanda, Polandia, dan Inggris. Sedangkan daya saing kakao Indonesia berada pada titik jenuh dan mengalami penurunan di pasar Negara Belgia. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi komoditas kakao Indonesia di Uni Eropa yaitu, kondisi permintaan, industri pendukung, peran pemerintah, dan peran kesempatan. Sedangkan yang membuat daya saing menjadi lemah adalah komponen kondisi faktor serta strategi perusahaan, struktur, dan persaingan.

Pengaruh Kebijakan dalam Perdagangan Internasional

Kebijakan Perdagangan merupakan aspek mikro ilmu ekonomi sebab berhubungan dengan masing-masing Negara yang diperlakukan secara tunggal. Kebijakan Perdagangan tidak hanya berupa tariff, kuota dan sebagainya, tetapi kebijakan dalam negeri sendiri yang secara tidak langsung mempengaruhi perdagangan Internasional. Namun untuk melihat pengaruh kebijakan terhadap perdagangan Internasional dibutuhkan data yang tidak sedikit dan membutuhkan analisis yang bersifat kualitatif. Penelitan Samuel (2012) membahas tentang pengaruh kebijakan perdagangan Internasional Uni Eropa terhadap komodity udang Indonesia. Dari penelitian ini, kebijakan-kebijakan perdagangan di Uni Eropa ternyata berpengaruh nyata terhadap komodity udang.

(21)

10

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori-teori tersebut meliputi teori-teori perdagangan Internasional, kebijakan perdagangan, dan analisis kebijakan.

Teori Perdagangan Internasional

Setiap Negara memiliki sumberdaya alam, letak geografis, iklim, karakteristik penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi, dan sosial yang berbeda-beda. Perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing Negara tersebut menghasilkan produk yang berbeda baik dari kuantitas maupun kualitas. Perbedaan tersebut secara tidak langsung mengharuskan suatu Negara untuk melakukan perdagangan, baik dengan alasan perluasan pasar, mendapatkan sumberdaya, mendapatkan keuntungan, ataupun mendapatkan teknologi yang lebih modern.

Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap Negara karena perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu Negara dan meningkatkan output dunia. Perdagangan juga cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkungan domestik ataupun internasional. Perdagangan dapat memabantu semua Negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunannya melalui promosi serta menggunakan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif .Perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran bersaing. Pada prinsipnya, perdagangan antara dua Negara akibat adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan disebabkan oleh jumlah kualitas faktor serta tingkat pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran disebabkan oleh jumlah dan kualitas faktor produksi serta tingkat teknologi. Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama meningkatkan pendapatan nasional suatu Negara.

Kebijakan yang dilakukan pemerintah juga dapat mendorong adanya perdagangan antar Negara jika dalam suatu perdagangan terdapat hambatan perdagangan walaupun seringkali kebijakan tersebut tidak ditunjukan untuk mendorong perdagangan. Kebijakan pajak dan subsidi yang dilakukan pemerintah dapat menyebab berkurangnya konsumsi domestik yang kemudian diikuti oleh berkurangnya ekspor atau bertambahnya impor. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dapat menyebabkan distorsi pada kesejahteraan masyarakat, dimana kebijakan pajak dapat menyebabkan berkurangnya kesejahteraan masyarakat, sehingga terjadilah perdagangan sebagai implikasinya.

Pola Perdagangan Internasional Kakao di Uni Eropa

(22)

sebagian kecil yang digunakan untuk dikonsumsi di dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar dalam bentuk biji kering dan hanya sebagian kecil dalam bentuk olahan. Negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Brasil dan Perancis. Komoditi yang diekspor dari Indonesia lebih banyak berupa cocoa beans, whole or broken, raw or roasted untuk diolah di Negara tujuan menjadi produk cokelat olahan salah satunya adalah Uni Eropa. Biasanya dalam perdagangan internasional kakao Uni Eropa, produk kakao yang dibutuhkan adalah biji kakao (coca beans), cocoa powder, cocoa fat. Produk kakao ini dibutuhkan di Uni Eropa karena menjadi bahan baku industri pengolahan kakao. Produk hasil olahan kakao itu kemudian diekspor kembali oleh Uni Eropa adalah coklat dan produk makanan yang mengandung cokelat. Namun demikian disamping produk olahan kakao, diantara negara UE juga terjadi perdagangan ekspor biji kakao untuk keperluan industri pengolahan yang membutuhkan kakao sebagai bahan bakunya.

Kakao yang berkualitas akan sangat dicari dalam pasar, namun eksportir juga harus memperhatikan Negara tujuan ekspor seperti Negara-negara Uni Eropa. Pada awal penjajagan pembentukan kerjasama disarankan eksportir atau produsen mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam pertemuan pertama. Eksportir/produsen harus dapat menyajikan produknya secara jelas dan baik dan apabila ada pertanyaan dari calon mitra dagang, diharapkan eksportir maupun produsen dapat menjelaskan dengan tepat dan sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini Sekitar 80 persen biji kakao Indonesia diekspor oleh 5 perusahaam multinasional utama di Sulawesi: EDF& Man, Olam, Cargill, ADM dan Continaf termasuk ekspor menuju Uni Eropa. Eksportir berskala besar ini membeli biji curah dari pedagang yang mengirimkannya ke gudang mereka, mengurutkannya berdasarkan kualitas, dan kemudian menjualnya ke pembeli untuk diproses2.

Umumnya pengusaha Eropa menyukai kegiatan formil sehingga untuk menjaring minat pengusaha Eropa berkerjasama dengan eksportir/produsen negara lain perlu dilakukan secara formil pula. Dan disarankan dalam dialog bisnis tersebut dihindari pembicaraan diluar topik yang sedang dibicarakan karena beberapa pengusaha bisnis dari Negara Eropa tidak menyukai hal tersebut. Penampilan baik sopan santun dalam berbicara maupun etika berpakaian perlu diperhatikan dengan baik karena sebagian pengusaha Eropa sangat memberi perhatian dalam hal ini. Bila calon mitra pengusaha Eropa tersebut tertarik dengan suatu perusahaan, maka pada tahap awal biasanya akan dilanjutkan dengan kerjasama trial and error, dimana apabila dalam periode ini sukses maka akan terbuka kerjasama jangka panjang3.

Kebijakan Perdagangan

Dalam arti luas, kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan internasional. Kebijakan ini tidak hanya berupa tarif, kuota, dan sebagainya,

2

) inatrims.kemendag.go.id diunduh pada 12 Maret 2014.

3

(23)

12

tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal (Nopirin, 1999) diacu dalam (Rastikarany, 2008).

Kebijakan perdagangan dilakukan sebagai proses proteksi terhadap produk-produk yang dianggap sebagai penghambat dalam proses perdagangan bebas. Hambatan dalam arus perdagangan ada dua macam, yaitu hambatan yang bersifat tarif (tariff barrier) dan hambatan yang bersifat nontarif (non tariff barrier). Hambatan yang bersifat tarif merupakan hambatan terhadap arus barang ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh diberlakukannya tarif bea masuk dan tarif lainnya, sedangkan hambatan yang bersifat nontarif merupakan hambatan terhadap arus barang ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh tindakan-tindakan selain penerapan pengenaan tarif atas suatu barang.

1. Kebijakan hambatan tariff (Tariff barrier)

Tarif adalah pajak yang dikenakan atas barang yang diperdagangkan lintas batas territorial. Ditinjau dari aspek asal komoditas, ada dua macam tariff yaitu tariff ekspor (ekspor tariff) dan tariff imporr (import tariff). Tariff imporr adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri. Sedangkan tariff ekspor merupakan pajak untuk suatu komoditas yang diekspor (Salvatore 1997). Kebijakan tariff barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut (Hady 2004):

a. Pembebanan bea masuk atau tariff rendah antara nol sampai lima persen dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, alat-alat militer/pertahanan/keamanan, dan lainnya.

b. Tarif sedang antara nol sampai dua puluh dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

c. Tariff tinggi di atas dua puluh persen dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.

Tarif dan bea masuk pada hakekatnya merupakan diskriminatif yang digunakan untuk mencapai untuk mencapai berbagai tujuan, antara lain melindungi produk dalam negeri dari persaingan dengan produk sejenis asal impor, meningkatkan penerimaan Negara, mengendalikan konsumsi barang tertentu dan lain-lain (Rastikarany 2008).

2. Kebijakan tambatan nontariff (Non Tariff Barrier)

Bentuk hambatan lain yang berbeda dengan pengenaan tarif adalah hambatan nontarif yang berarti hambatan masuk sebuah produk yang bukan disebabkan karena adanya pengenaan tarif impor, tetapi akibat adanya pelarangan yang dilakukan oleh negara/organisasi internasional yang menerima komoditas dari negara lain. Kebijakan non tariff barrier terdiri atas beberapa bagian yaitu:

(24)

impor/import licenses; embargo; dan hambatan pemasaran seperti VER (Voluntary Export Restraint), OMA (Orderly Marketing Agreement). b. Peraturan Bea Cukai (Custom Administration Rules), terdiri dari tata

laksana impor tertentu; penetapan harga bea; penetapan forres rate (kurs valas) dan pengawasan devisa; consultan formalities; packaging/labelling regulation; documentation hended; quality and testing standard; pungutan administrasi (fees); dan tariff classification.

c. Partisipasi pemerintah, terdiri dari kebijakan pengadaan pemerintah; subsidi dan insentif ekspor; countervailing duties; domestik assistance programs; dan trade-diverting.

d. Import charges, terdiri dari import deposits; supplementary duties; dan variabel levies.

Menurut Koo dan Kennedy (2005), beberapa negara menggunakan bermacam kebijakan perdagangan (tarif dan nontarif) untuk melindungi industri yang tidak efisien. Hal ini berlaku pada pertanian. Rata-rata tarif untuk produk pertanian (tiga puluh persen) lebih besar daripada untuk produk industri (enam persen). Tarif adalah pajak yang dibebankan pemerintah untuk suatu komoditas sebagai batas garis nasional. Tarif digunakan untuk melindungi ekonomi domestik dari kompetisi luar negeri.

Hambatan nontarif bisa mengandung rintangan dengan angka yang besar selain tarif, seperti kebijakan, peraturan, dan prosedur yang mempengaruhi perdagangan. Hambatan nontarif yang paling banyak digunakan untuk mengontrol impor pertanian yaitu (Koo dan Kennedy 2005): (1) pembatasan kuantitatif dan pembatasan sepesifik sejenis (misalnya kuota, voluntary export restraints, dan kartel internasional); (2) beban nontarif dan kebijakan yang berhubungan mempengaruhi impor (misalnya kebijakan antidumping dan kebijakan countervailing); (3) kebijakan umum pemerintah yang membatasi (misalnya kebijakan kompetisi dan penetapan perdagangan); (4) prosedur umum dan kegiatan administrasi (misalnya prosedur evaluasi dan prosedur perizinan); dan (5) hambatan teknis (peraturan dan standar kualitas kesehatan dan sanitasi, keamanan, peraturan dan standar industrial, dan peraturan pengemasan dan pelabelan.

Analisis Kebijakan

(25)

14

Analisis kebijakan dapat menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ini di rancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Metode ini digunakan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-akibat dari suatu gejala. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968) tentang content analysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisis ini dalam Julianingsih (2003) adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakter-karakter khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis. Teknik pengolahan data kualitatif yang umum digunakan dalam metode deskriptif adalah analisis isi (content analysis).

Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi – inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. Terdapat banyak turunan dari content analysis, salah satu analisis pembingkaian (Framing Analysis). Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau kebijakan) dikonstruksi oleh media. Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas.

Kerangka Pemikiran Operasional

Sebagai salah satu negara produsen kakao, Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Adanya peraturan dan kebijakan yang ketat terhadap perdagangan kakao Internasional menjadikan tantangan tersendiri dari Negara tujuan ekspor kakao Indonesia, khususnya Uni Eropa. Kebijakan yang diberlakukan Uni Eropa sangat mempengaruhi perdagangan Internasional.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa bertujuan untuk melindungi konsumen Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (EU-27) terhadap komoditas ekspor Indonesia khususnya kakao. Selain itu, kebijakan Uni Eropa terhadap Indonesia tidaklah sama dengan kebijakan perdagangan terhadap Negara-negara importir lainnya. Jika dilihat dari segi kebijakan, Perdagangan komodity kakao Indonesia menuju Uni Eropa bisa dilihat dari kebijakan tariff, non tariff, dan administrative, selain itu skema tariff yang didapat dari Indonesia masih terlalu tinggi, untuk itu perlu melihat kemungkinan-kemungkinan skema yang bisa didapat sebagai salah satu Negara importer kakao di Uni Eropa. Selanjutnya dengan kebijakan-kebijakan yang ada di Uni Eropa kita bisa melihat bagaimana Indonesia mengembangkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kakao sehingga kita bisa melihat secara deskriptif bagaimana kebijakan di Indonesia yang berpengaruh. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

(26)

Kakao sebagai salah satu komoditi sub-sektor perkebunan Indonesia

Sub sektor perkebunan sebagai PDB terbesar ketiga Pertanian Indonesia

Perdagangan kakao luar negeri

Perdagangan kakao dalam negeri

Uni Eropa Non Uni Eropa

Kebijakan perdagangan kakao UE: 1. Tariff

2. Non- Tariff. 3. Administratif

Analisis skema tariff yang diterima Indonesia dari

Kebijakan Pengembangan komoditi kakao serta melihat pengaruhnya terhadap

perdagangan kakao di Uni Eropa.

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional Keterangan:

(27)

16

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data dari berbagai instansi terkait, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data nasional dan internasional. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga September 2013.

Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diselidiki. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Terdapat dua analisis yang digunakan yaitu analisis isi (content analysis) serta analysis pembingkaian (framing analysis) yang masih bagian dari analisis isi (content analysis). Dalam penelitian ini metode deskriptif dengan analisis isi digunakan untuk mengidentifikasi kebijakan perdagangan di Uni Eropa, dan mendeskripsikan kebijakan pemerintah Indonesia serta melihat pengaruhnya di Uni Eropa, sedangkan analisis pembingkaian digunakan untuk menganalisis skema tariff yang didapat Indonesia dari Uni Eropa.

Sumber Data dan Penelitian

(28)

Tabel 7 Perincian Sumber data Penelitian

No Data yang Diperlukan Sumber Data

1 Kebijakan-kebijakan Perdagangan Uni Eropa European Commision.

2 Presentase tariff DG Taxud (UE), USITC

(USA), Malaysia Cocoa Board (MLY).

3 Skema Sertifikasi. Rainforest, UTZ

Certification, ditjen PPHP.

4 Nilai dan Volume Impor Kakao. European Commision.

5 Proses pengambilan keputusan PMK. Jurnal Dampak Kebijakan

Bea Keluar terhadap ekspor dan Industri pengolahan kakao.

6 Kebijakan yang berkaitan dengan Gernas. Pedoman Umum Gernas.

7 Daftar Industri Kakao Indonesia. The Asian Cocoa Industri.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebagai langkah awal untuk pengelompokkan data yang akan dibahas. Data berupa kebijakan baik kebijakan Uni Eropa maupun kebijakan Indonesia terkait komoditi kakao diobservasi lalu dilakukan pengelompokkan berdasarkan jenisnya, waktu pelaksanaannya, dan tingkat kepentingan kebijakan tersebut. selain itu pengumpulan data melalui wawancara bertujuan untuk memberikan konfirmasi Perdagangan kakao Indonesia menuju Uni Eropa. Data-data ini nantinya akan dikelompokan untuk berdasarkan waktunya untuk melihat perkembangan kebijakan kakao itu sendiri dan jumlah produk kakao yang di impor.

Metode Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengelompokan data dari data-data yang telah dikumpulkan. Data yang berupa gambaran umum kondisi perdagangan kakao baik biji maupun kakao olahan lainnya diolah dari berbagai sumber yang di dapat untuk disederhanakan dalam bentuk grafik ataupun tabel. Kemudian data-data tersebut dimasukkan sebagai bahan untuk dikelompokkan sesuai kebutuhan penelitian sebelum dianalisis. Selanjutnya data kebijakan terkait produk kakao dan olahan lainnya yang ditetapkan Uni Eropa dikelompokkan untuk disederhanakan sebagai bahan menghubungkan terhadap fakta ekspor kakao lainnya yang terjadi. Pengolahan selanjutnya, untuk mengkonfirmasi pengaruh kebijakan yang ditetapkan Data yang sudah dikumpulkan dari website tersebut kemudian dimasukkan sebagai input computer lalu di olah menjadi lebih sederhana dalam bentuk gambar dan grafik dengan bantuan program Microsoft Excel untuk dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif.

Analisis data kualitatif yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode deskriptif bertujuan untuk:

(29)

18

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan pihak lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, diarahkan untuk memahami suatu fenomena sosial. Fenomena sosial yang akan dipahami pada penelitian ini adalah kondisi ekspor kakao Indonesia terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa. Pendekatan ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau keadaan yang terjadi dalam perdagangan kakao Indonesia, dalam hal ini fokus pada kebijakan.

Alat analisis kualitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dan Analisis Pembingkaian (Framing Analysis). Alat analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kebijakan-kebijakan yang berada di Uni Eropa dan terkait dengan komoditi kakao. Dengan Identifikasi tersebut, penelitian ini juga menyarankan apa saja kebijakan-kebijakan yang perlu dikaji Indonesia sebagai salah satu Negara eksportir kakao di Uni Eropa. Pada penelitian ini juga melihat kemungkinan skema tariff apa yang bisa didapat Indonesia agar presentase bea masuk kakao Indonesia di Uni Eropa menurun bahkan menjadi Free. Selain itu penelitian ini juga melihat pengatuh kebijakan yang ada di Indonesia terhadap impor kakao Uni Eropa dari Indonesia dengan melihat fluktuasi grafik produk-produk Kakao berdasarkan HS 4 digit. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat posisi kakao Indonesia secara kualitatif dengan melihat data, tabulasi, dan grafik. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana penanganan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

GAMBARAN UMUM EKSPOR KAKAO INDONESIA

Uni Eropa

(30)

Tabel 8 Negara-negara anggota Uni Eropa

No Negara Tahun Bergabungnya dengan Uni Eropa

1 Jerman 1950

2 Belanda 1950

3 Belgia 1950

4 Luksemburg 1950

5 Perancis 1950

6 Italia 1950

7 Inggris Raya 1973

8 Denmark 1973

9 Irlandia 1973

10 Yunani 1981

11 Portugal 1986

12 Spanyol 1986

13 Austria 1995

14 Swedia 1995

15 Finlandia 2004

16 Estonia` 2004

17 Hongaria 2004

18 Latvia 2004

19 Lituania 2004

20 Malta 2004

21 Polandia 2004

22 Republik Ceko 2004

23 Siprus Selatan 2004

24 Slovenia 2004

25 Slovakia 2004

26 Bulgaria 2007

27 Rumania 2007

Sumber: European Union (2010)

Uni Eropa bukanlah sebuah Negara federal atau organisasi internasional dalam pengertian tradisional, akan tetapi merupakan sebuah badan otonom diantara keduanya. Uni Eropa bersifat unik karena Negara-negara anggotanya tetap menjadi Negara berdaulat yang independen, akan tetapi Negara-negara tersebut menggabungkan kedaulatannya dan dengan demikian memperoleh kekuatan dan pengaruh kolektif yang lebih besar.

Dalam praktiknya, penggabungan kedaulatan berarti bahwa Negara-negara anggota mendelegasikan kuasa dalam hal pengambilan keputusan kepada lembaga yang telah didirikan bersama sehingga keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah tertentu yang melibatkan kepentingan bersama dapat diambil secara demokratis pada tingkat Eropa. Uni Eropa memiliki tiga lembaga utama, yaitu: 1. Parlemen Eropa, memiliki warga Negara anggota Uni Eropa.

2. Dewan Uni Eropa, memiliki masing-masing tingkat Negara anggota. 3. Komisi Eropa, berupaya untuk menegakkan kepentingan Uni Eropa.

(31)

20

anggaran Uni Eropa dan Mahkamah Eropa yang membantu memastikan bahwa Negara-negara anggota mematuhi undang-undang Uni Eropa yang telah dibuat.

Kondisi Kakao di Dunia

Selama lebih dari 10 tahun terakhir produksi kakao dunia cenderung meningkat. Berdasarkan data International Cocoa Organizations (ICCO), jumlah produksi biji kakao dunia berada diantara 3 sampai 4 juta ton setiap tahun. Produksi kakao dunia dalam 10 tahun terkahir berhasil mencapai angka lebih dari 3 juta ton terjadi pada tahun 2003. Pada tahun berikutnya produksi kakao terus meningkat bahkan pada tahun 2006 produksi biji kakao lebih dari 3,5 juta ton. meskipun tahun 2007 produksi kakao mengalami penurunan namun setelah tahun tersebut produksi kakao terus meningkat bahkan mencapai lebih dari 4 juta ton pada tahun 2011 dan 2012. Secara lebih jelas grafik produksi kakao dalam selama satu dasawarsa terkahir yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Produksi kakao dunia pada periode 2002–2012

Sumber: International Cocoa Organizations; (2013 *angka sementara

Pada gambar 2 bisa kita simpulkan bahwa produksi kakao cenderung meningkat namun rata-rata produksi biji kakao tersebut berkisar pada 3 sampai dengan 4 juta ton per tahun. Pada tahun 2002 produksi kakao masih di bawah 3 juta ton namun mulai mencapai angka diatas 3 juta ton. Penurunan produksi terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 produksi kakao terlihat tetap pada gambar tersebut. Produksi kakao tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2011 yang mencapai angka lebih dari 4 juta ton tepatnya 4,313 juta ton. Produksi kakao menurun kembali pada tahun 2012 namun masih mencapai angka 4 juta ton. Dari

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

(32)

data tersebut secara kualitatif pada tahun yang akan datang jumlah produksi kakao akan terus meningkat.

Sejalan dengan produksi, konsumsi kakao juga mengalami peningkatan. Dari data international Cocoa Organizations, rata-rata pertumbuhan konsumsi dunia sebesar 2.74%. Pertumbuhan konsumsi kakao (grindings) kakao mengalami penurunan sebesar -6.3% dari periode sebelumnya terjadi pada periode 2008/2009, hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi Uni Eropa yang merupakan konsumen terbesar kakao di dunia. Namun setelah periode tersebut konsumsi serta pertumbuhan konsumsi kakao dunia terus mengalami peningkatan bahkan pada periode 2012/2013 konsumsi kakao dunia mencapai 4000 ton. dengan jumlah konsumsi tersebut, Negara-negara Uni Eropa mempunyai andil yang paling besar dalam jumlah konsumsi kakao di dunia yaitu sebesar 28.8% dari konsumsi kakao dunia diikuti belanda (10.5%), jerman (8.7%) , dan perancis (3%). Berikut ini disajikan tabel konsumsi kakao dunia serta Negara-negara konsumen terbesar kakao dunia pada Tabel 9 dan Gambar 3.

Tabel 9 Konsumsi kakao dunia

Periode Jumlah Konsumsib Pertumbuhan tiap tahun

2003/2004 3 237 5.2

2004/2005 3 382 4.5

2005/2006 3 522 4.1

2006/2007 3 675 2.7

2008/2009 3 775 -6.3

2009/2010 3 537 5.7

2010/2011 3 737 5.4

2011/2012 3 938 0.3

2012/2013a 4 008 1.5

Jumlah rata-rata 3 281 2.7

Sumber: International Cocoa Organization (ICCO); aangka sementara; bribu ton

Gambar 3 Negara-negara konsumen terbesar kakao periode 2010/2011

Sumber: International Cocoa Organizations

Uni Eropa belum termasuk belanda dan

jerman, United Kingdom, dan Perancis 28.80%

Belanda, 10.50%

Jerman, 8.70%

Perancis, 3.10% United

Kingdom, 1.40% Pantai Gading, 7.10%

Amerika Serikat, 7.00% Malaysia, 6.00%

Brazil, 4.70% Ghana, 4.30%

(33)

22

Dari Gambar di atas bisa kita lihat konsumsi kakao (grindings) dari periode ke periode cenderung meningkat. Namun jumlah konsumsi menurun pada periode 2009/2010 dikarenakan krisis ekonomi yang melanda di Uni Eropa yang merupakan konsumen terbesar kakao dunia. Krisis ekonomi yang melanda Uni Eropa menyebabkan daya beli kakao menurun. Namun setelah periode tersebut konsumsi kakao kembali meningkat dikarenakan konsumsi di wilayah Asia semakin meningkat. Minimnya pengaruh krisis ekonomi Eropa secara kesuluruhan serta semakin banyaknya promosi produk berbahan dasar kakao, wilayah Asia berpotensial mengalami peningkatan jumlah konsumen kakao.

Meskipun begitu pada periode 2010/2011 wilayah Uni Eropa masih merupakan konsumen terbesar kakao dunia. Hal ini dikarenakan pabrik pengolahan yang banyak di wilayah tersebut. Uni Eropa mempunyai nilai konsumsi sebesar 28,8% dari jumlah konsumsi kakao dunia. Share konsumsi Uni Eropa itu pun belum termasuk Negara Belanda dan Jerman yang merupakan dua Negara konsumen terbesar dunia. Belanda serta Jerman pada periode ini merupakan konsumen kakao terbesar dengan Belanda 10.5% dan Jerman 8.70% dari presntase kakao dunia. Negara-negara yang mempunyai nilai konsumsi terbesar selain wilayah Eropa adalah Pantai Gading dan Amerika Serikat yang masing-masing sebesar 7.10% dan 7%. Untuk Indonesia, sebagai produsen kakao nomor 3 di dunia hanya mempunyai nilai konsumsi 4.3% dari jumlah konsumsi kakao dunia. Hal ini dikarenakan masih minimnya pabrik pengolahan kakao di Indonesia.

Dari data ICCO harga kakao dunia saat ini mengalami penurunan dikarenakan produksi kakao dari Negara produsen yang melimpah menyebabkan harga International menurun. Sempat tertahan pada kisaran U$D 1400/ton - U$D 1600/ton pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 harga kakao mengalami peningkatan pada yang signifikan pada tahun 2008 yaitu berkisar U$D2500/ ton pada tahun 2008. Pergerakan harga kakao dunia sangat dipengaruhi oleh rasio stock serta pengolahan kakao. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pergerakan harga kakao dunia pada tahun 2005-2012 pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik harga kakao dunia tahun 2005-2012

Sumber: International Cocoa Organization (ICCO)

(34)

dunia terus menaik bahkan pada tahun 2010 pada grafik harga kakao berada pada titik tertinggi dengan nilai US$ 3132.98/ton. Kenaikan harga terpicu adanya defisit pasokan biji kakao di pasar dunia sekitar 100.000 ton. Produksi biji kakao dunia yang hanya sekitar 3.5 juta ton, tak mampu memenuhi permintaan dunia yang pada saat itu jumlah konsumsi dunia mencapai 3.6 juta ton. bahkan pada tahun 2010 defisit kakao bisa melonjak pada jumlah 200.000 ton karena Uni Eropa dan Amerika Serikat yang menguasai 85% pasar kakao dunia perekonomiannya mulai pulih. Namun setelah tahun 2010 harga kakao terus anjlok, pada tahun 2011 dari grafik harga kakao dunia terus dibawah US$ 3000/ton. Menurut Askindo, perkembangan ekonomi dunia serta melimpahnya produksi kakao di pantai Gading menyebabkan harga terus menurun. Bahkan dari informasi terakhir, dii bursa berjangka NYSE LIFFE, London, Inggris pada bulan Juli 2013 harga kakao di bursa berjangka komoditi tersebut sebesarUS$ 2.430 per metrik ton.

Harga-harga kakao tersebut sudah termasuk harga kakao baik produk awal berupa biji-bijian maupun produk jadi kakao itu. Berdasarkan International Trade Center (intracen) terdapat enam produk kakao dengan HS 4 digit. Jenis-jenis produk tersebut antara lain produk awal kakao berupa biji serta kulit-kulitnya, produk setengah jadi seperti lemak kakao, kakao pasta ataupun produk jadi kakao seperti coklat ataupun produk berbahan dasar kakao yang sudah siap dikonsumsi. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jenis-jenis produk kakao berdasarkan HS 4 Digita

HS Deskripsi Produk

1800 Cocoa and cocoa preparations

1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted 1802 Cocoa shells, husks, skins, and other cocoa waste 1803 Cocoa paste, whether or not defatted

1804 Cocoa Butter, Fat, and oil

1805 Cocoa powder not containing added sugar

1806 Chocolate and other food preparations containing cocoa

Sumber: : Intracen

(35)

24

tersebut produk kakao jadi inipun diperdagangkan kembali ke berbagai Negara yang memang mempunyai pasar untuk produk jadi kakao termasuk Negara-negara produsen kakao.

Perdagangan Internasional Kakao

Berdasarkan data yang didapat pada periode 2002-2012 data ekspor-impor kakao yang didapat mengalami peningkatan nilai. Semakin tinggi nilai ekspor kakao dunia maka akan meningkatkan pula impor kakao dunia. Pada periode tersebut nilai tertinggi ekspor-impor Dunia mencapai lebih dari US$ 40 milyar. Namun pada tahun 2012 nilai ekspor-impor mengalami penurunan dengan kisaran nilai US$ 30 milyar dolar. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat grafik nilai ekspor-impor kakao dunia pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik nilai ekspor-impor kakao dunia periode 2002-2012

Sumber: Comtrade

Dari gambar tersebut kita bisa lihat bahwa grafik ekspor-impor kakao mengalami peningkatan kecuali dari tahun 2011 ke 2012 yang mengalami penurunan US$ 10 milyar dari US$ 40 milyar menjadi US$ 30 milyar. Meskipun mengalami penurunan nilai ekspor sebelumnya dari nilai total ekspor mencapai US$ 40 milyar pada tahun 2011, nilai total ekspor tersebut masih terbilang tinggi. Secara terperinci data nilai ekspor kakao dapat kita lihat pada Tabel 11.

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000 50000000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Impor ribu US$

(36)

Tabel 11 Nilai ekspor kakao dunia tahun 2010-2012(US$ ribu dolar)

Negara Eksportir Kakao 2010 2011 2012 Share ekspor 2012 (%)

Jerman 4 240 546 5 079 715 4 754 518 11.53

Belanda 4 567 730 5 017 859 4 552 166 11.04

Pantai Gading 3 826 923 4 158 530 4 269 836 10.357

Belgia 2 674 439 2 994 116 2 926 584 7.09

Perancis 2 029 604 2 353 762 2 244 028 5.44

Ghana 975 927 2 294 370 2 040 928 4.95

Amerika Serikat 1 386 631 1 591 796 1 714 422 4.15

Italia 1 346 409 1 559 735 1 673 110 4.05

Malaysia 1 302 521 1 377 751 1 194 560 2.89

Polandia 936 627 1 169 958 1 175 541 2.85

Canada 941 508 1 009 901 1 058 890 2.56

Indonesia 1 643 649 1 345 278 1 053 447 2.55

Lain-lain 12 301 794 13 555 975 12 568 537 30.48

Totalb 38 174 308 43 508 746 41 226,567 1

Sumber: intracen.org; bUS$ ribu dolar

Berdasarkan Tabel 10 Jerman sebesar US$ 4.7 milyar dengan kontribusi sebesar 11.5% pada tahun 2010. Rata-rata ekspor terbesar dikuasai oleh Negara-negara eropa dengan total kontribusi 41.97% dari nilai ekspor total dunia pada tahun 2012. Negara-negara produsen kakao terbesar di dunia seperti Pantai Gading dan Ghana mempunyai kontribusi ekspor sebesar 15.2% dari total share ekspor dengan total nilai ekspor mencapai lebih dari US$ 6 milyar. Nilai kontribusi ekspor Amerika Serikat dan Kanada pada tahun terakhir mencapai US$ 1.7 milyar dan US$ 1 milyar dengan share ekspor masing-masing sebesar 4.1% dan 2.5%. Indonesia sendiri pada tahun 2012 berada pada peringkat 12 eksportir kakao dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1 milyar dollar dan share ekspor sebesar 2.5%. Nilai impor kakao dunia ada pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai impor kakao dunia tahun 2010-2012

Negara 2010 2011 2012 Share impor 2012( %)

Amerika Serikat 4 415 104 4 807 051 4 216 557 10.36

Jerman 4 136 407 4 696 946 4 088 202 10.04

Belanda 2 911 125 3 319 193 2 902,675 7.13

Perancis 2 178 110 2 346 584 2 254 913 5.54

United Kingdom 1 735 502 2 040 341 1 729 420 4.25

Belgia 1 280 796 1 445 386 1 394 275 3.42

Rusia 1 200 166 1 390 023 1 280, 914 3.14

Kanada 1 145 680 1 298 435 1 164 812 2.86

Malaysia 1 095 283 1,254 448 1 142 283 2.80

Italia 909 275 1 009 144 1 008 671 2.47

Lain-lain 17 913 942 22 806 137 19 505 189 47.93

Total 38 921 390 46 413 688 40 687 911 100

Sumber: intracen.org

(37)

26

merupakan importer terbesar kakao dunia dengan nilai impor dan share impor pada tahun terakhir sebesar US$ 4.2 milyar dan 10.3% . Setelah itu Negara-negara di Eropa juga banyak mengimpor kakao dengan total share pada tahun 2012 impor mencapai 32.8%. Kanada merupakan importir kakao terbesar di benua Amerika setelah Amerika Serikat, nilai ekspor pada tahun 2012 mencapai US$ 1.164 milyar dan memberikan kontribusi impor sebesar 2.82%. Sementara Malaysia merupakan importer terbesar kakao di wilayah Asia dengan nilai impor US$ 1.142 milyar dan memberikan share impor sebesar 2.47% dunia.

Perkembangan Ekspor Kakao Indonesia Perkembangan Ekspor Kakao Indonesia di Pasar Internasional

Berdasarkan data International Trade Centre (intracen) selama 10 tahun (2002-2012) nilai ekspor Indonesia terus meningkat dengan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2010. Namun setelah tahun 2010 nilai ekspor menurun. Hal ini disebabkan harga kakao dunia yang turun serta peningkatan konsumsi kakao di dalam negeri karena sudah mulai banyak pabrik pengolahan. Untuk lebih jelas data nilai ekspor kakao Indonesia ada pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai ekspor kakao Indonesia, tahun 2002-2012

Sumber: intracen.org

Berdasarkan Gambar 6, total nilai kakao menunjukkan pertumbuhan yang baik. Mengalami fluktuasi dari tahun 2002-2004, pertumbuhan nilai kakao terus meningkat. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan nilai mencapai US$ 1.6 milyar. Namun pada dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 nilai ekspor kakao mengalami dengan nilai US$ `1,3 milyar tahun 2011 dan US$ 1.05 milyar. Walaupun mengalami nilai ekspor kakao Indonesia masih

Gambar 6 Nilai ekspor kakao Indonesia

701,034

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(38)

berada pada kisaran US$ 1 milyar selain itu nilai ekspor yang turun karena permintaan kakao dalam negeri sedang meningkat.

Walaupun Indonesia merupakan produsen tanaman kakao ketiga dunia serta nilai ekspor kakao mencapai lebih dari US$ 1 milyar, namun Indonesia masih berada di peringkat 12 dunia. Hal ini disebabkan karena Indonesia lebih banyak mengekspor produk kakao mentah atau setengah jadi. Produk-produk kakao yang sering diekspor Indonesia adalah produk biji kakao sehingga nilai ekspor yang didapat masih sedikit. Jika Indonesia bisa mengekspor produk kakao seperti coklat, kakao lemak pasta, kakao bubuk maka otomatis nilai ekspor yang didapat semakin meningkat. Namun untuk masuk ke pasar Internasional tentunya memiliki kebijakan-kebijakan baik berupa tariff ataupun non-tariff terutama pasar Uni Eropa kebijakan proteksi komoditi kakao sangat tinggi. Dalam perdagangan Internasional tiap-tiap produk mempunyai kode masing-masing dengan nama Harmonyzed System (HS) termasuk kakao. Berikut adalah kode perdagangan Internasional kakao berdasarkan HS 4 digit pada Tabel 13.

Tabel 13 Nilai ekspor produk kakao Indonesia (HS 4 digit)

HS Produk 2009 2010 2011 2012

1800 Kakao serta produk olahan lainnya

1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted

1 087

485 1 190 740 614 496 384 830

1802 Cocoa shells, husks, skins and

other cocoa waste 652 727 2,594 3,506

1803 Cocoa paste, whether or not

defatted 20 311 66 093 214 321 208 668

1804 Cocoa butter, fat and oil 230 056 236 808 304 581 236 138

1805 Cocoa powder, without added

sugar 45 208 103 183 157 998 165 177

1806 Chocolate and other food

preparations containing cocoa 29 731 46 098 51 287 55 129 Sumber: intracen.org

Dari tabel 13 di atas bisa kita lihat bahwa nilai ekspor produk kakao Indonesia didominasi oleh biji kakao. Nilai ekspor biji kakao sendiri pernah mencapai US$ 1.1 milyar tahun 2010. Namun pada tahun 2012 nilai ekspor kakao menurun mencapai US$ 384 juta. Nilai ekspor kakao terendah terdapat pada kakao limbah seperti sekam, kulit dan lain-lain dengan nilai US$ 3.5 juta. Meskipun setengah nilai ekspor kakao serta produk ekspor kakao utama menurun, namun produk kakao jadi hingga produk jadi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Produk-produk kakao itu seperti kakao pasta, lemak dan minyak kakao, pasta kakao bahkan coklat dan produk siap konsumsi berbahan dasar kakao.

Gambar

Tabel  2 Nilai dan jumlah ekspor enam komoditi unggulan perkebunan Indonesia 2008-2011a
Tabel 3 Produksi perkebunan berdasarkan pengusahaannya
Tabel 6 Negara-negara importir terbesar kakao Indonesia di Uni Eropa
Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Eksperimen dilakukan mulai jam 08.00 -14.00 WIB. Pada awal pengukuran besarnya nilai suhu masih cukup tinggi yaitu 36ºC dengan RH 69%. Hal ini terjadi karena sistem kontrol

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama kegiatan yang berlangsung di siklus I dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Game

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Budaya Organisasi, Kompetensi, Dan Komitmen Terhadap Kinerja Pegawai Yang Dimediasi Oleh Motivasi Kerja (Studi

Dari grafik di atas dapat diketahui jenis pompa yang sesuai dengan kebutuhan operasional sistem pemadam hydrant. 3.8

21. Setelah seluruh Pemilih selesai memberikan suara sebagaimana dimaksud pada angka 21, Ketua KPPS mengumumkan kepada yang hadir di TPS bahwa Pemungutan Suara telah selesai

Sedangkan radikalisme adalah: paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara

Skor rata-rata N-Gain soft skills siswa yang memperoleh pembelajaran generatif pada seluruh level sekolah (tinggi, sedang, dan ren- dah) lebih besar bila

Kedua rasio tersebut digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang merupakan sarana untuk mengetahui kemampuan pengembalian investasi perusahaan dalam