• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Labak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Labak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG

SKRIPSI

Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh :

FAZRA RAISSA WULANDARI NIM: 107054102883

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

FAZRA RAISSA WULANDARI NIM : 107054102883

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. NIP. 19600721 199103 1 001

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi berjudul “PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG.” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 16 juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertasi Merangkap Anggota

Siti Napsiyah, MSW Ahmad Zaky, MSi

NIP. 197000903 199603 1 001 NIP. 150411158

Penguji I Penguji II

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag Nurhayati Nurbus, MSi

NIP. 196012081 988031 005 NIP. 150289775

Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Juni 2011

(5)

i Fazra Raissa Wulandari

Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

Dimensi kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas. Oleh karena itu pemerintaah melaksanakan program dan salah satunya KUBE, Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

KUBE merupakan dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi, antara satu dengan lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan prodiktivitas, modal sosial. Jenis kegiatannya adalah pada bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga/ kerajinan rakyat, perdagangan dan jasa. Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui

Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll, yang berjumlah 10 orang

Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping, pendamping adalah seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan yang perannya meliputi perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, faslitator dan evaluator. Pendamping bukan seorang penyembuh tetapi adalah

seorang pemecah masalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian

(6)

ii

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Ny, shalawat serta salam kita curahkan kepada

junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para

sahabatnya. Tanpa ijin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.

Kau memberikan kesehatan dalam setiap napasku, Kau memberikan

kemudahan dalam setiap sulitkan, Kau memberikan kebahagian dalam setiap

tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah

menyelamatkanku dalam penyelesaian skripsi ini. Kini, akankah ku mampu

mempertanggungjawabkan semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,

sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh

kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi

perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta intropeksi diri.

Perjalan penulis dari awal pencaharian tempat, penyusunan dan

penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan

do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi

sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan

seuntai ucapan terima kasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah

mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut.

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(7)

iii Sosial.

3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta

banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang

telah penulis kerjakan semoga Allah memberikan kesehatan kepada beliau

serta membalas segala amal ibadah beliau. Semoga anakmu ini bisa

mengamalkan ilmunya dengan baik. Amien

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya

dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial.

6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya pegawai

perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta pegawai

Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

dalam mencari buku yang penulis perlukan.

7. Untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah tercinta (Drs. Udin Syamsudin)

dan Mamah tercinta (Siti Napiyah), yang selalu sabar dalam

membesarkanku, memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya.

Selalu ada bersamaku dan disampingku selalu, terima kasih atas semua

doa untukku, semoga semua harapan dan cita-citaku tercapai untuk

membahagiakanmu. Tak lupa pula, adik-adik tercinta (Fahmi Ilham

Arjanggi), (Nia Amalia Baried), dan (Laily Intan Cahaya), yang selalu

(8)

iv dan motivasi kalian selama ini.

9. Pendamping Kelompok Usaha Bersama khususnya, Terima kasih untuk

Pak Subur yang membantu dalam penelitian ini.

10. Anggota Kelompok Usaha Bersama, khususnnya Ibu Farida selaku ketua

KUBE yang membantu memperlancar penelitian semoga saya bisa

bermanfaat untuk masyarakat di Desa Lebak Wangi.

11. Kawan-kawan Kessos, khususnya angkatan 2007 terima kasih atas

motivasi dan dukungannya yang selalu ada disetiap duka dan suka dan

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

12. Untuk alumni Ponpes Assiddiqyah dan teman-teman alumni terima kasih

semua doa-doa kalian.

13. Terima kasih untuk ( MRS ) semoga kita akan selalu bersama. Amien.

14. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis

sangat mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas

kebaikan-kebaikan kalian.

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

D. Metodelogi Penelitian ...10

E. Tinjauan Pustaka ...13

F. Sistematika Penulisan ...15

BAB II LANDASAN TOERI A. Peran ...16

1. Pengertian Peran ...16

B. Pekerja Sosial Masyarakat ...18

1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ...18

2. Peran Pekerja Sosial Masyarakat ...20

3. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat ...22

C. Kelompok Usaha Bersama...23

1. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama ...23

2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama ...24

(10)

vi

2. Strategi Pemberdayaan ...29

3. Tahapan Pemberdayaan ...31

E. Keluarga Miskin ...34

1. Pengertian Keluarga Miskin ...34

2. Indikator Keluarga Miskin ...36

BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi ...38

2. Sejarah Pemerintahan Desa ...39

3. Kondisi Geografi ...39

4. Kondisi Demografi ...41

5. Kondisi Sosial ...41

6. Kondisi Ekonomi ...42

B. Kelompok Usaha Bersama ...43

1. Profil Kelompok Usaha Bersama ...43

2. Visi, Misi dan tujuan KUBE Monalisa ...44

3. Kegiatan KUBE Monalisa ...45

(11)

vii

A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

Tangerang ...48

B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat KUBE dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin ...61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...63

B. Saran ...65

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa

hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.

Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para

akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun

terus dikembangkan untuk menyibak tirai dari misteri kemiskinan ini. Di

Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa

relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan

telah ada sejak lama tetapi kemiskinan masih hadir di tengah-tengah kita saat

ini1. Kemiskinan merujuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang

mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan

produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai

kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti

faktor internal dan eksternal.2

Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia saat ini

dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin,

karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang harus ditanggung

oleh keluarga miskin yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin

memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika Aditama, 2005 ), h. 131.

2

(13)

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan

sangat minim atau terbatas.3

Terlihat bahwa beban hidup yang ditanggung oleh keluarga miskin

sangat berat terlebih lagi keperluan hidup sangat besar, kita bisa lihat bahwa

jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang masih berada di atas

rata-rata yang harus ditangani, meski sedikit berkurang jumlah keluarga miskin

di Kabupaten Tangerang, tetapi membutuhkan penanganan yang sangat

serius. Tingginya harga kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat

menjadi salah satu pemicu adanya keluarga miskin. Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang mencatat jumlah keluarga miskin tahun 2009

sebanyak 177.729 KK, dan 2010 sebanyak 165.512 KK.4

Bersumber Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang ada 36

kecamatan di Kabupaten Tangerang yang jumlah kemiskinannya tertinggi,

yang berada di wilayah Pantai Utara Tangerang, seperti Kecamatan Teluk

Naga dengan jumlah 20.508 Kepala keluarga, Rajeg 11.624 KK, Paku Haji

10.905 KK, dan Kresek 8.892 KK5, yang jumlah pendapatan adalah Rp

175.000 perbulan, yang sampai saat ini keadaannya sangat memprihatinkan.

Banyaknya keluarga miskin yang ada pada saat ini karena adanya

masalah yang dihadapi keluarga miskin seperti: menghadapi penghasilan

rendah dibawah garis kemiskinan dan dapat diukur dari tingkat pengeluaran

3

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.11

4

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM 2010, h.9

5

(14)

per-orang-per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan

kabupaten/kota, tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu

anggota keluarga yang sakit, tidak mampu membianyai pendidikan dasar 9

tahun bagi anak-anaknya dan rumah yang tidak layak huni6.

Sehingga dapat kita lihat bahwa keluarga miskin berhak memperoleh

pelayanan kesejahteraan sosial atau peningkatan untuk kehidupan sehari-hari

karena keluarga miskin termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpandu

secara lintas sektor dan berkelanjutan7. Pemenuhan taraf kesejahteraan

keluarga miskin perlu diupanyakan mengingat sebagian besar belum mencapai

taraf kesejateraan sosial.

Dalam hal ini Departemen Kementerian RI telah merancang dan

mengimplemtasikan program penanganan kemiskinan melalui beberapa jenis

program seperti: Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS), Program

Kesejanteraan Sosial KUBE (Prokesos KUBE), Program Bantuan Sosial Fakir

Miskin (BSFM) dan lain-lain diseluruh propinsi dengan sasaran keluarga

miskin, baik di perkotaan dan pedesaan.8

Melalui program inilah pemberdayaan keluarga miskin dirancangkan

guna untuk mengurangi terjadi peningkatan yang besar, dalam konteks

pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (Capacity

6

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.15.

7

Ibid., h.1.

8

Joyakin Tampubolon, (ed)., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir miskin,

(15)

Building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan

kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar.9

Pemberdayaan memiliki konteks yang luas begitu banyaknya program

pemberdayaan yang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti

pemberdayaan sosial, kesehatan dan ekonomi melalui intervensi mikro dan

makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan klien dari keadaan

tidak atau kurang berdaya mempunyai daya guna mencapai kehidupan untuk

lebih baik.10

Usaha mengatasi penanggulangan keluarga miskin melalui

pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah melaui berbagai

program yang telah ada. Salah satu dari program tersebut adalah program

pengembangan usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama

(KUBE). Program ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin

untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,

mendayagunakan potensi sumber sosial ekomoni lokal keluarga miskin, dan

memperkuat budaya kewirausahaan.

Program ini diharapkan menjadi lokasi program untuk menyediakan

kontribusi pendanaan, untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin supaya

maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok keluarga

miskin, mendayagunakan potensi sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat

9

Artikel di Akses pada 27 Maret 2011 dari http://www.banjar-jabar.go.id/index

10

(16)

budaya kewirausahaan, dan mengembangkan ekonomi pasar dan menjalin

kemitraan sosial ekonomi dengan pihak yang terkait.11

Kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan meliputi

bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga, jasa dan

kegiatan ekonomi lainnya, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian

bantuan modal usaha, sarana prasarana ekonomi dan santunan hidup yang

disalurkan secara langsung atau melalui mekanisme perbankan.

Pengembangan KUBE yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian usaha

ekonomi keluarga miskin, meningkatkan tanggung jawab sosial dunia usaha

dalam penanggulangan kemiskinan.

Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang

Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Keluarga Miskin, dan untuk

Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lintas Kabupaten/

Kota yang mengaju pada pasal 10 UU No 32 tahun 200412, maka

pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan.

Dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui

program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme

pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan

anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya

sebagai pendampingan yang disebut sebagai pekerja sosial masyarakat,

tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

11

Departement Sosial RI, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin 2006, h.1.

12

Departement Sosial RI, Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin

(17)

Pekerja sosial dibentuk dan ditentukan oleh ketua tim Pembina (Bupati/

Walikota)13. Pekerja sosial berguna untuk memecahkan masalah dan

mengembangkan KUBE agar dapat dilaksanakan dengan baik berjalan dengan

lancar dan KUBE dapat tumbuh, maju dan mandiri. Karena pendamping

adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktifitas KUBE.14

Dalam tataran pelaksanaan terkadang antara teori dan pelaksanaan

pekerja sosial di lapangan kurang begitu berjalan dengan baik, dikarenakan

banyak yang tidak bisa membedakan bagaimana menjadi pekerja sosial

profesional atau sebagai relawan di bidang sosial, sehingga dalam pelaksanaan

di lapangan kurang begitu berjalan lancar. Oleh sebab itu keberhasilan dalam

penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin harus

diperlukan tenaga pekerja sosial yang cakupannya sebagai pendamping sosial

yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan sosial.

Kondisi emperik menunjukkan bahwa pendamping sosial, baik

pemerintah maupun masyarakat, baik di pusat maupun di daerah ada yang

berlatar belakang pekerja sosial professional. Pekerja sosial professional

memiliki kriteria antara lain tingkat pendidikan minimal adalah sarjana (S1)

atau Diploma IV, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun dalam

pendampingan sosial atau pengembangan masyarakat (community

deveploment), mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan

kesejahteraan sosial, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial

yang diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal, mempunyai

13

Ibid., h. 41.

14

(18)

pengetahuan dan keterampilan di bidang lembaga dan keuangan mikro, dan

mempunyai kemampuan manajerial.15

Pekerja sosial professional tergabung dalam Ikatan Pekerja Profesional

Indonesia (IPSPI) yang merupakan landasan untuk memutuskan

persoalan-persoalan etika, apabila perilaku pekerja sosial professional dinilai

menyimpang dari standar perilaku etis dalam melaksanakan

hubungan-hubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi dan dengan

masyarakat16.

Sehingga, pekerja sosial professional diharapkan menciptakan sinergi

yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan

pelayanan kesejahteraan sosial, khususnya untuk tenaga kesejahteraan sosial

masyarakat yang dijadikan sebagai pendamping sosial17.

Pekerja sosial diharapkan sebagai agen perubah yang turut terlibat

membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam pemberdayaan

keluarga miskin. Berdasarkan masalah di atas diperlukan penelitian apakah

pendamping sosial sudah berperan secara optimal dalam pemberdayaan

masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti subyek di atas

dengan judul.

“Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

15

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.111.

16

Artikel di akses pada tanggal 06 april 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1708

17

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang

jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada peran Pekerja Sosial

Masyarakt dengan pembatasan yang hanya meliputi peran sebagai

perencana, peran pembimbing, peran sebagai pemberi informasi, peran

sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.

Yang penelitiannya sejak tanggal 31 Maret 2011 - 31 Mei 2011

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan

pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Bagaimana Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang ?

b. Bagaimana Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin Desa Lebak

Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui peran pendamping kelompok usaha bersama

(20)

b. Tujuan Khusus :

Mendeskripsikan proses pekerja sosial masyarakat dalam

pemberdayaan keluarga miskin.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademis

1) Memberikan sumbangan pengetahuan peran dan tugas

pendampingan sosial dan proses pelaksanaan dalam pemberdayaan

keluarga miskin.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan dan proses pelaksanaan

pendampingan sosial keluarga miskin untuk meningkatkan

kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat

3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktisi

1) Memberikan masukan dan saran untuk para praktisi pemberdayaan

keluarga miskin baik yang aktif di lembaga pemerintahan maupun

swadaya masyarakat (LSM).

2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,

khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan

pemberdayaan keluarga miskin.

3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam

(21)

D. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiltatif, yaitu metode

penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa

kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan taylor

mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari

orang-orang perilaku yang diamati.18

2. Macam dan Sumber Data

a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk

menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya

atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli, yaitu dari Bidang Perencanaan 1 orang, Tenaga Pekerja

Sosial Masyarakat 1 orang, Ketua KUBE 1 orang.

b. Data sekunder adalah Data ini merupakan data yang diperoleh dari

catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun

instansi yang terkait lainya. Data sekunder ini penulis peroleh dari

profil KUBE, dan profil Desa Lebak Wangi 2011-2011.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berasal dari

bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan19. Observasi

(22)

Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini

bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan

menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai lingkungan

yang dilihat.

Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung,

mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari

jawaban dan mencari bukti atas bagaimana Peran Pendamping Dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur Tangerang.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan

berlandaskan kepada tujuan penyelidik20. percakapan dengan maksud

tertentu untuk mendapatkan data yang kongret dari hasil

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dalam wawancara ini yang dilakukan

penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan

pertanyaan kepada pendamping dan anggota kube

c. Studi dokumentasi

Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal

ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara

mengkatagorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau

informasi.

20

(23)

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang di perlukan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisi dan penulis menggunakan

metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh mengenai, segala bentuk pekerja

sosial masyarakat ataupun aktifitas KUBE.

5. Keabsahan Data

Teknik Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki

kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria kredebilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triagulasi)21,

hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dokumen

yang berhubungan dengan KUBE Monalisa dengan hasil data

wawancara binaan KUBE Monalisa. (2) membandingkan antara

jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial masyarakat dengan

angggota KUBE mengenai program Kelompok Usaha Bersama.

b. Kriterium kepastian, menurut Scriven ( dalam Lexy, 2004) yaitu masih

ada unsur “ kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu

digali dari pengertian bahwa jika sesuatu objektif, berarti dapat

21

(24)

dipercaya, factual dan dapat dipastikan22. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan data-data ini terpercya yaitu dengan data-data yang di

dapat dari rekaman hasil wawancara terhadap penelitian. Adapun dari

segi faktual, adalah melihat program yang diteliti, yaitu program

kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin yang

dilaksanakan oleh pekerja sosial masyarakat yang berperan sebagai

pendamping sosial. dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa

kepastian program KUBE dengan adanya peran pekerja sosial

masyarakat melalui rekaman hasil wawancara.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak tanggal 31 Maret 2011 dan

penelitian berakhir pada 31 Mei 2011. Adapun tempat peneltian ini di

KUBE MONALISA di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

Tangerang.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Hamid Nasuhi,

dkk, pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),

(CeQDA-UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke.-1.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang

berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis

angkat dalam skripsi ini, antra lain :

22

(25)

1. Hasil peneliti Hilda Avisha, dengan judul pendampingan program kemitraan pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Aneka Tambang,

Tbk di wilayah Jakarta selatan, (Jakarta : UIN,2009). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana Proses pendampingan dan faktor-faktor penghambat dalam menjalankan pendampingan di PT. Aneka Tambang, Tbk .

2. Hasil penelitian winny widayana, dengan judul pendampingan usaha

produktif melalui mediator pemandirian Program gerakan Masyarakat

masndiri (GMM) Pemda Kab. Bogor di Desa Pasir Gaok Bogor (studi kasus pada kelompok silih asih 1, kelompok silih asih 3 dan kelompok Prayoga), (Jakarta : UIN, 2008). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses pendampingan dengan menjabarkan tahapan-tahapan pendampingan usaha produktif yang di laksanakan oleh pemda Kab. Bogor terhadap tiga kelompok binaan di Desa Pasir Gaok serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Dari skripsi itulah peneliti mencoba membahas peran pendamping dan kegiatan pendamping yang di lakukan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan dan pekerja Sosial Masyarakat yang menjalankan kepedulian sosialnya, dan

karena itulah peneliti mengangkat skripsi yang berjudul Peran

Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga

Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari karya

ilmiyah di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengangkat skripsi

yang bertema Peran Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

(26)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi

dalam lima bab, yaitu :

BAB I : Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika

Penulisan

BAB II : Membahas Kerangka Teori Peran Pendamping KUBE Meliputi : Pengertian Peran, Pengertian Pendamping KUBE, Peran Pendamping KUBE,

Tugas Pendamping KUBE, Prose Pendamping KUBE, Pembentukan KUBE,

Tujuan KUBE, Kelembagaan KUBE, Pengertian Pemberdayaan, Strategi

Tahapan Pemberdayaan, Pengertian keluarga miskin, Indikator Keluarga

Miskin

BAB III : Gambaran Umum Pendamping Kube Monalisa Profil KUBE, Visi, Misi dan Tujuan KUBE, Kegiatan Pemasaran KUBE, Struktur Organisasi

KUBE, Gambaran umum KUBE, Sejarah Pemerintahan Desa, Kondisi

geografis, Kondisi Sosial, Kondisi Demografi, Kondisi Ekonomi

BAB IV : Menjelaskan Tentang Analisis Peran Pendamping Kube Dalam Pemberdayaan keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

Timur Kabupaten Tangerang meliputi Tentang Peran Pendamping Kube dalam

Pemberdayaan keluarga Miskin, meliputi : Analisi Peran Pendamping Kube,

dan tahapan kegiatan Pendamping KUBE.

(27)

16

LANDASAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,

tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana

halnya peran berasal dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang

mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan

hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang

diberikan oleh masyarakat kepadanya.1

Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran

menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan

perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat

menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang

sekelompoknya.

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih

1

(28)

banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat

serta menjalankan suatu peran2. Peran mungkin mencangkup tiga hal,

yaitu :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan

rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi

c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Dalam skripsi ini penulis melihat peran yang digunakan dalam

penelitian adalah peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan

dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena seseorang yang

mempunyai kedudukan dalam sruktur masyarakat dapat mempertanggung

jawabkan tugas atau fungsinya dengan baik

Oleh karena itu dapat menyesuaikan dirinya agar masyarakat

melihat bahwa seseorang yang mempunyai peran dapat membimbing

masyarakat tanpa mencari keuntungan semata dan imbalan. Seseorang

yang mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan

dapat membangun komunikasi dengan menghormati harkat-martabat dan

harga diri masyarakat.

2

(29)

B. Pekerja Sosial Masyarkat

1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat

Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

keberhasilan pekerja sosial, yakni “membantu orang agar mampu

membantu dirinya sendiri”. Peran seorang pekerja sosial seringkali

diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai

penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung, oleh

karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat

membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan masyarakat.3

Pekerja sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara

pendampingan dengan dan masyarakat sekitarnya, dalam rangka

memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai

sumber atau potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta

meningkatkan akses anggota pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan

fasilitas pelayanan publik lainnya4. Pekerja Sosial dipersiapkan dengan

baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota dengan baik.5

Agar menjadi terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu

adanya tujuan yang sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan6 bahwa

tujuan pekerja sosial adalah :

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.7.

5

Ibid., h. 101

6

(30)

a. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam

mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotannya.

b. Meningkatkan kemampuan yang didampingi dalam menemukali

permasalahan dan potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada di

lingkungannya.

c. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan melaksanakan,

mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan

proposal pengembangan usaha.

d. Meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung jawabkan

pemanfaatan dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan

membuat pembukuan sederhana dalam meningkatkan akses keuangan.

Selain itu pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian

pekerja sosial dalam masyarakat dilihat dari beberapa strategi pekerja

sosial antara lain:7

a. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang

dialaminya

b. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang

memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai

sumber, pelayanan dan kesempatan

c. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu

memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan

berperikemanusiaan

7

(31)

d. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan

yang mampu menciptakan situasi yang kondusif.

Dalam hal ini, pendamping mengajak masyarakat untuk bekerja

bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja,

tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat.

Pendamping tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada

sesuatu yang mereka belum siap.

2. Peran Pekeja Sosial

Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatan Pekerja Sosial

dalam melakukan pendamping sosial dapat menjalankan peran yang

meliputi : Perencana, Pembimbing, Pemberi Informasi, Motivator,

Fasilitator dan Evaluator.8

a. Perencana

Perencana memerlukan visi Berorientasi ke depan sebagai

kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan

kemampuan. Pendamping sosial sebagai perencana bertugas

menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan

terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang sruktur

sosial-ekonomi aktual masyarakat yang dapat mempengaruhi upaya

pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

8

(32)

b. Pembimbing

Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan

keterampilan untuk mengajak, mengarahkan, dan membina sehingga

mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif

dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya.

c. Pemberi Informasi

Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran

umum program pemberdayaan, manfaat melakukan usaha ekonomi

produktif dengan cara mengembangkan kegiatan sosial, ekonomi, dan

kelembagaan, cara memanfaatkan lembaga keuangan mikro, dan

sebagainnya.

d. Motivator

Pendamping sosial memberikan rangsangan dan dorongan

semangat kepada anggota, sehingga mereka dapat mengenali masalah

dan kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan

parisipasi, sehingga diharapkan dapat merubah sikap, pola pikir, dan

dapat mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan yang

dilaksanakan e. Fasilitator

Pendamping sosial memberikan kemudahan baik berupa barang,

peralatan, maupun ketentuan, sehingga membantu meningkatkan

kemampuan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan

(33)

Fasilitator sebagai penanggung jawab untuk membantu klien menjadi

mampu menangani teakanan situasional atau transisional.

Pengertian pada fasilitator yang didasari oleh visi pekerja sosial

bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh

adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peran pekerja sosial adalah

memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan

yang ditetapkan dan disepakati bersama.

f. Evaluator

Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran dan

masukan, tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap

keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program

pendampingan sosial.

3. Kegiatan Pekerja Sosial

Kegiatan pendampingan sosial merupakan serangkaian kegiatan

yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.

Keberhasilan atau kegagalan suatu tahap kegiatan akan mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh proses ini yaitu:9

a. Menumbuhkan Kepercayaan

Proses ini adalah kegiatan yang terencana dalam membantu klien

dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh

9

(34)

masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat,dan pihak-pihak yang

terkait dilingkungan mereka.

b. Menciptakan Kesepakatan

Proses kegiatan terencana dalam membantu klien memastikan

kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu

melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi, kelembagaan

c. Membentuk tim kerja kelompok

Proses kegiatan yang terencana dalam membantu klien guna

memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok

sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh mereka.

d. Identifikasi dan Memobilisasi Sumber

Proses kegiatan yang terancana dalam membantu kelompok untuk

mengetahui yang terancana dalam membantu kelompok untuk

mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sistem sumber

yang ada di lingkungannya.

Mobilisasi adalah proses kegiatan yang terancana dalam membantu

klien guna menghimpun, mendorong, mendayagunakan sistem sumber

yang ada di lingkungannya.

C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pembentukan KUBE

KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis “dari”, “oleh” dan

(35)

manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah

masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan

peruntukannya juga untuk anggota dan masyarakat setempat.

Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan

pengembangan KUBE harus berincikan nilai dan norma budaya setempat,

harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia

di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM

(anggota KUBE) yang ada.10

Oleh karena itu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga di

binaan yang dibetuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses

kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan

kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan

sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan

keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE

dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan

sosial, pelatih keterampilan, bantuan stimulans dan pendampingan.11

2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama

Keberadaan KUBE bagi keluarga miskin telah menjadi sarana

untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam

10

I Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 51.

11

(36)

peningkatan pendapatan). Menyediakan sebagaian kebutuhan yang

diperlukan bagi keluarga miskin menciptakan keharmonisan hubungan

sosial antara warga menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga

miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar

anggota.12

Oleh karena itu tujuan KUBE diarahkan kepada upaya

mempercepat penghapus kemiskinan melalui:13

a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama

dalam kelompok

b. Peningkatan pendapatan atau peningkatkan kemampuan anggota

kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup

sehari-hari ditandai dengan: meningkatkan pendapatan keluarga,

meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan tingkat

pendidikan; dapat melaksanakan kegiatan keagamaan; dan

meningkatkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial lainnya.

c. Pengembangan usaha

d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para

anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar atau meningkatkan

kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan

peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya,

ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung

jawabdan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan

(37)

3. Kelembagaan KUBE

Dilihat dari segi kelembagaan Setiap melakukan binaan keluarga

KUBE mempunyai kelembagaan yaitu :

a. Kriteria Anggota

1) Keluarga miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis

kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg untuk 320

kg dan untuk perkotaan 320 kg.

2) Warga masyarakat yang berdomisili tetap

3) Usia produktif

4) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok

5) Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi

tertentu

b. Jumlah Anggota Kube

1) Jumlah keanggotaan KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan

nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan

kelompok itu sendiri

2) Jumlah kube terdiri dari 5-10 KK (Kube Kelompok Kecil)

3) Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok

KUBE dapat terdiri dari kelompok besar ( gabungan beberapa kube

atau kelompok kecil). Namun pembinaan secara rutin tetap dalam

KUBE kelompok kecil

4) Satu kelompok KUBE yang anggota dikategorikan keluarga miskin

(38)

namun mempunyai semangat kewirausahaan namun jumlah

anggota yang bukan dari keluarga miskin hanya 20% dari anggota

KUBE yang ada.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok

1) Kedekatan tempat tinggal

2) Jenis usaha atau keterampilan anggota

3) Ketersediaan sumber/keadaan geografis

4) Latar belakang kehidupan budaya

5) Memiliki motivasi yang sama

6) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh

d. Sruktur dan Kepengurusan KUBE

1) Sruktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus

dijalankan. Dengan stuktur dapat diketahui “ siapa mengerjakan

apa”, “ siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.

2) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha

yang dijalankan oleh KUBE tersebut.

3) Perumusan sruktur KUBE yang terdiri dari : ketua, sekertaris dan

bendahara

4) Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau

kesepakatan anggota kelompok.

e. Kewajiban Anggota

1) Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang

sudah disepakati

(39)

3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak

4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung

jawab.14

D. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment) berasal dari kata “power‘’ (kekuasaan atau

keberdayaan).15

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial.16

Dalam kaitan konsep pemberdayaan banyak ahli membahas hal

ini. Salah satunya adalah Payne (1997: h.266), yang mengemukan bahwa

suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditunjukan guna: 17

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to

14

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h.15.

15

(40)

exercising existing power, by uncreasing capacity and self-confidence ti use by transferring power from the environment to clients.”

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya)

2. Srategi Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara

konseptual pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Dalam

konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras

atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ) : mikro, mezzo, dan

makro.18

a. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuannya adalah membimbing atau melatihan klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered

approach)

b. Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

18

(41)

media intervensi, pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memilih

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai stategi system besar (

large-sytem strategy). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, lobbying.

Dari 3 strategi pemberdayaan, strategi yang digunakan dalam

skripsi ini adalah strategi pendekatan melalui makro (komunitas atau

organisasi) merupakan bentuk intervensi dalam ilmu kesejahteraan

sosial yang digunakan melakukan perubahan dan pemberdayaan pada

tingkat komunitas.

Intervensi makro merupakan istilah community work

merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka

melakukan perubahan secara terencana yang pendekatannya bersifat

pengembangan masyarakat lokal, kebijakan sosial guna melakukan

perubahan pada masyarakat atau komunitas tertentu.19

19

(42)

Intervensi makro dapat digambarkan 3 tingkatan yaitu:20

a. Melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok

masyarakat yang berada didaerah tertentu, misalnya saja dalam suatu

kelurahan ataupun RT

b. Melakukan intervensi yang agen perubahannya melalui organisasi

ditingkat lokal, provinsi, ataupun pemerintahan

c. Agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terakait

pembangunan ekonomi.

3. Tahapan Pemberdayaan

Tahapan pemberdayaan adalah:21

a. Tahapan Persiapan ( Engagement)

Pada tahap ini di dalamnya sekurang-kurangannya ada dua tahapan

yang harus dikerjakan, yaitu

1) Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat

yang bisa juga dilakukan oleh Comunnity Worker yang dipilih

mempunyai latar belakang yang sangat berbeda suatu dengan yang

lainnya. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang Sarjana

Agama, Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sarjana Pendidikan

dan Sarjana Ilmu Budaya. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal

untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan

masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut

20

Ibid., h.60.

21

(43)

2) Penyiapan lapangan merupakan prasyarat suksesnya suatu program

pemberdayaan masyarakat. Community Worker pada awalnya

melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan

sasaran, baik informal maupun formal. Bila sudah ditemukan

daerah yang ingin dikembangkan.

b. Tahap Pengkajian (Assesment)

Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan

secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat tetapi dapat juga

melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini

Community Worker berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan)

dan juga sumber daya yang dimiki klien. Dalam analisis kebutuhan

masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk

melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan kualitatif maupun

kuantitatif. Dalam proses assessment ini, dikenal pula konsep

“kebutuhan normatif” yaitu kebutuhan berdasarkan standar norma

berlaku, kadangkala suatu masyarakat tidak merasakan suatu hal

sebagai kebutuhan mereka, tetapi Community Worker melihat bahwa

kondisi yang ada perlu diperbaiki.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan ( Designing)

Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang

membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan

kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan.dalam hal ni masyarakat

secara partisipatif memcoba melibatkan warga untuk berpikir tentang

(44)

Upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat

memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat

mereka lakukan.

d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok

masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk

tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal

kepada pihak penyandang dana. Bantuan pihak petugas ini biasanya

amat diperlukan pada kelompok yang belum pernah mengajukan

proposal kepada penyandang dana.

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yng paling

penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu

yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan

warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Dalam upaya

melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat

sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program

yang telah dikembangkan.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan

(45)

komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga

dalam jangaka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu

sistem dalam masyarakat yang lebih “ mandiri” dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada. Evaluasi program berguna untuk memberikan

umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun

kegiatan.

g. Tahap Terminasi

Pada tahap ini merupakan “ pemutusan “ hubungan secara

formal dengan komunits sasaran. Terminasi dalam suatu program

pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena

masyarakat sudah dianggap “mandiri” tetapi lebih karena proyek

sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

ditetapkan sebelumnya.

E. Keluarga miskin

1. Pengertian Keluarga Miskin

Dalam konsep sosiologi, keluarga adalah unit terkecil yang

menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat.

Selain itu keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan

anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta memilki hak dan

kewajiban bagi masing-masing anggotanya.22

Kemudian miskin dalam, Al-Qur’an menyebut miskin dalam

bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebut dalam bentuk jamak,

22

(46)

masakin sebayak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut

miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaan istilah miskin

berasal kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n perkataan

sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. Raghib

al-Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seseorang yang tidak memiliki

apapun23.

Miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang yang lemah. Penjelasaan kebahasaan tentang pengertian

miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang lemah. Ketika, seseorang itu tidak berhasil

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi

kecerdasaan, mental, dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat

langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,

memiliki, dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga tidak memiliki

sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.24

Oleh karena itu keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memeuhi kecukupan kosumsi makanan setara 2100 kalori per-hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka/ jasa atau keluarga miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

23

Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), h. 19.

24

(47)

kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.25

2. Indikator Keluarga Miskin

Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada

pertengahan tahun 1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor peningkatan ini dipengaruhi

oleh meningkatnya indeks pengeluaran makanan dan non makanan yang

digunakan sebagai garis kemiskinan dari BPS26. Dengan demikian

indikator keluarga miskin menurut BPS adalah:

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan.

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

tangga lain atau kesulitan memperoleh air bersih.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak tidak terlindung/

sungai/ air/ hujan

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah.

25

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h.13.

26

Artikel di akses pada tanggal 31 maret 2011 dari

(48)

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani, buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya

dengan pendapatan di bawah RP. 600.00 perbulan

m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak tidak sekolah/

tidak tamat SD/hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

(49)

38

GAMBARAN DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA

A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi

Desa Lebak Wangi adalah sebuah Desa pemakaran dari Desa

Kedaung Barat pada bulan Agustus 1980, yang masuk kepada Wilayah

Kecamatan Sepatan pada saat itu dan kini Kecamatan Sepatan Timur

yang juga merupakan Kecamatan pemekaran pada akhr tahun 2006.

Alasan pemekaran Desa Lebak Wangi dari Desa Kedaung Barat

pada saat itu Desa Kedaung Barat terlalu luas sehingga jangkaun pelyanan

terhadap masyarakat dirasa kurang maksimal, sehingga dilakukan

pemekaran Desa Lebak Wangi.

Nama Lebak Wangi dari dua suku kata yaitu Lebak dan Wangi,

Lebak adalah sebuah tempat atau sebuah kampung yang daerahnya

berbatasan desangan Desa Karet Kecamatan Sepatan. Wangi diambil dari

sebuah kampung atau tempat dimana daerah tersebut terkenal dengan hasil

kerajinannya dan pengasilan pertanian, seperti Kampun Lebak terkenal

dengan pandai besinya.

Kampung Bayur terkenal ubi atau singkongnya serta Kampung

Bayur pengsil kerajinan tangan pembuat makanan yang terbuat dari

(50)

dinamai Kp. Bayur Opak, jadi wangi adalah nama lain dari kata terkenal,

termasuk atau kata termashur karena hasil kerajinan dan penghasil

pertanian tersebut, maka jadilah Desa “ Lebak Wangi “.1

2. Sejarah Pemerintahan Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilyah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus kepentingan

masyarakatnya berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui

dan di hormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang

kepada aturan datau sistem pemerintahan yang dianut oleh pemerintahan

yang lebih tinggi, baik itu Pemerintah Kecamatan, Kabupaten/ Kota

Propinsi atau Pemenrintahan Pusat.

Situasi pemerintahan kini dengan pemerintahan yang lalu sangat

berbeda yang dipengaruhi perkembangan pembangunan dan Era

Globalisasi serta transpaaransi, namun harus tetap berpedoman kepada azas

pancasila dan undang-undang Dasar 1945 yang mempunyai cita-cita luhur.

3. Kondisi Geografi

Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke

selatan dengan bentangan 3,2 km dan membujur dari Barat ke Timur

sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah Timur merupakan

1

(51)

batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota

Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran

air tersier begitu juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh

saluran air tersier dan jalan serta dibagian Selatan batasannya hanya

pemukiman penduduk dan persawahan.

Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai

luas wilayah 525 Ha yang sampai saat ini lahan pertanian sawah masih

dominan dan merupakan lahan subur yang cocok untuk tanaman padi dan

jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman pendududk

perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya.

Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah

tidak merata dan wilyah yang paling padat penduduknya adalah wilayah

RW.08 RW.02 dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01 dan RW. 03

kepadatan penduduknya masih tergolong sedang.

Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa

merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M

diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya wilyah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Kedaung Barat dan Jatimulya

- Sebelah Timur : Sungai Cisadane atau kec. Neglasari

- Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya

- Sebelah Barat : Desa Karet dan Pondok Jaya

Suhu udara rata-rata berkisar antara 27° s/d 33° C kareana letak

(52)

jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana pantai/ iklim

pantai.

4. Kondisi Demografi

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi

berpenduduk sebanyak 22.367 jiwa yang terdiri dari :

- Jumlah Pendudk Laki-laki : 11.586 jiwa

- Jumlah Pendudk Perempuan : 10.781 jiwa

- Jumlah Rumah Tangga : 4.828 RMT

- Jumlah Kepala Keluarga : 5.351 KK

Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok

Usaha Bersama ( KUBE) sampai tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari

jumlah 22.36 KK.

5. Kondisi Sosial

a. Kondisi Kehidupan Beragama

Masyarakat di Desa Lebak Wangi sebagaian besar menganut

berbagai macam-macam agama antara lain

- Agama islam : 20.115 Jiwa

- Agama Kristen : 188 Jiwa

- Agama Budha : 27 Jiwa

- Agama Hindu : 22 Jiwa

Gambar

GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA
GAMBARAN  DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada masa nimfa betina pada varitas IR 26 dan masa nimfa pada jantan pada vareitas IR-72 masih menunjukkan masa nimfa yang lebih panjang dibanding kontrol (Tabel 5),

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan ukuran dewan pengawas syariah berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan islamic social

Untuk latihan ini dipakai jalur slip, pada permukaan jalan khusus, yang terbuat dari Jalan Aspal biasa dengan dilapisi cat khusus/skitpen dan dibasahi menggunakan air

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA TENTANG PENETAPAN HASIL ANALISIS JABATAN DAN BEBAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT PRATAMA PADA DINAS KESEHATAN KOTA

Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang dikehendaki oleh MK

Dari segi teoritis, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki keunggulan apabila diterapkan pada pembelajaran akuntansi dibandingkan model pembelajaran konvensional,

Berdasarkan hasil pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pendekatan Big Book dapat membantu anak usia 4-5 tahun dalam meningkatkan

Untuk potensi pengembangan produk pengganti tidak menunjukkan adanya dampak yang signifikan terhadap perkembangan bisnis Toko Fajar Baru, karena produk pengganti