DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG
SKRIPSI
Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh :
FAZRA RAISSA WULANDARI NIM: 107054102883
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
FAZRA RAISSA WULANDARI NIM : 107054102883
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. NIP. 19600721 199103 1 001
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi berjudul “PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG.” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 16 juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertasi Merangkap Anggota
Siti Napsiyah, MSW Ahmad Zaky, MSi
NIP. 197000903 199603 1 001 NIP. 150411158
Penguji I Penguji II
Drs. Helmi Rustandi, M.Ag Nurhayati Nurbus, MSi
NIP. 196012081 988031 005 NIP. 150289775
Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Juni 2011
i Fazra Raissa Wulandari
Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam
Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.
Dimensi kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas. Oleh karena itu pemerintaah melaksanakan program dan salah satunya KUBE, Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
KUBE merupakan dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi, antara satu dengan lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan prodiktivitas, modal sosial. Jenis kegiatannya adalah pada bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga/ kerajinan rakyat, perdagangan dan jasa. Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui
Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll, yang berjumlah 10 orang
Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping, pendamping adalah seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan yang perannya meliputi perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, faslitator dan evaluator. Pendamping bukan seorang penyembuh tetapi adalah
seorang pemecah masalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian
ii
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Ny, shalawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para
sahabatnya. Tanpa ijin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.
Kau memberikan kesehatan dalam setiap napasku, Kau memberikan
kemudahan dalam setiap sulitkan, Kau memberikan kebahagian dalam setiap
tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah
menyelamatkanku dalam penyelesaian skripsi ini. Kini, akankah ku mampu
mempertanggungjawabkan semuanya.
Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,
sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh
kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi
perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta intropeksi diri.
Perjalan penulis dari awal pencaharian tempat, penyusunan dan
penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan
do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi
sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan
seuntai ucapan terima kasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah
mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut.
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii Sosial.
3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris jurusan Kesejahteraan Sosial.
4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta
banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang
telah penulis kerjakan semoga Allah memberikan kesehatan kepada beliau
serta membalas segala amal ibadah beliau. Semoga anakmu ini bisa
mengamalkan ilmunya dengan baik. Amien
5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya
dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial.
6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya pegawai
perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta pegawai
Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
dalam mencari buku yang penulis perlukan.
7. Untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah tercinta (Drs. Udin Syamsudin)
dan Mamah tercinta (Siti Napiyah), yang selalu sabar dalam
membesarkanku, memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya.
Selalu ada bersamaku dan disampingku selalu, terima kasih atas semua
doa untukku, semoga semua harapan dan cita-citaku tercapai untuk
membahagiakanmu. Tak lupa pula, adik-adik tercinta (Fahmi Ilham
Arjanggi), (Nia Amalia Baried), dan (Laily Intan Cahaya), yang selalu
iv dan motivasi kalian selama ini.
9. Pendamping Kelompok Usaha Bersama khususnya, Terima kasih untuk
Pak Subur yang membantu dalam penelitian ini.
10. Anggota Kelompok Usaha Bersama, khususnnya Ibu Farida selaku ketua
KUBE yang membantu memperlancar penelitian semoga saya bisa
bermanfaat untuk masyarakat di Desa Lebak Wangi.
11. Kawan-kawan Kessos, khususnya angkatan 2007 terima kasih atas
motivasi dan dukungannya yang selalu ada disetiap duka dan suka dan
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
12. Untuk alumni Ponpes Assiddiqyah dan teman-teman alumni terima kasih
semua doa-doa kalian.
13. Terima kasih untuk ( MRS ) semoga kita akan selalu bersama. Amien.
14. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis
sangat mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas
kebaikan-kebaikan kalian.
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ...iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8
D. Metodelogi Penelitian ...10
E. Tinjauan Pustaka ...13
F. Sistematika Penulisan ...15
BAB II LANDASAN TOERI A. Peran ...16
1. Pengertian Peran ...16
B. Pekerja Sosial Masyarakat ...18
1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ...18
2. Peran Pekerja Sosial Masyarakat ...20
3. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat ...22
C. Kelompok Usaha Bersama...23
1. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama ...23
2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama ...24
vi
2. Strategi Pemberdayaan ...29
3. Tahapan Pemberdayaan ...31
E. Keluarga Miskin ...34
1. Pengertian Keluarga Miskin ...34
2. Indikator Keluarga Miskin ...36
BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi ...38
2. Sejarah Pemerintahan Desa ...39
3. Kondisi Geografi ...39
4. Kondisi Demografi ...41
5. Kondisi Sosial ...41
6. Kondisi Ekonomi ...42
B. Kelompok Usaha Bersama ...43
1. Profil Kelompok Usaha Bersama ...43
2. Visi, Misi dan tujuan KUBE Monalisa ...44
3. Kegiatan KUBE Monalisa ...45
vii
A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha
Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur
Tangerang ...48
B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat KUBE dalam
Pemberdayaan Keluarga Miskin ...61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...63
B. Saran ...65
1 A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa
hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para
akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun
terus dikembangkan untuk menyibak tirai dari misteri kemiskinan ini. Di
Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa
relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan
telah ada sejak lama tetapi kemiskinan masih hadir di tengah-tengah kita saat
ini1. Kemiskinan merujuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang
mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan
produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai
kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti
faktor internal dan eksternal.2
Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia saat ini
dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin,
karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang harus ditanggung
oleh keluarga miskin yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin
memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika Aditama, 2005 ), h. 131.
2
dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan
sangat minim atau terbatas.3
Terlihat bahwa beban hidup yang ditanggung oleh keluarga miskin
sangat berat terlebih lagi keperluan hidup sangat besar, kita bisa lihat bahwa
jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang masih berada di atas
rata-rata yang harus ditangani, meski sedikit berkurang jumlah keluarga miskin
di Kabupaten Tangerang, tetapi membutuhkan penanganan yang sangat
serius. Tingginya harga kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat
menjadi salah satu pemicu adanya keluarga miskin. Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Tangerang mencatat jumlah keluarga miskin tahun 2009
sebanyak 177.729 KK, dan 2010 sebanyak 165.512 KK.4
Bersumber Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang ada 36
kecamatan di Kabupaten Tangerang yang jumlah kemiskinannya tertinggi,
yang berada di wilayah Pantai Utara Tangerang, seperti Kecamatan Teluk
Naga dengan jumlah 20.508 Kepala keluarga, Rajeg 11.624 KK, Paku Haji
10.905 KK, dan Kresek 8.892 KK5, yang jumlah pendapatan adalah Rp
175.000 perbulan, yang sampai saat ini keadaannya sangat memprihatinkan.
Banyaknya keluarga miskin yang ada pada saat ini karena adanya
masalah yang dihadapi keluarga miskin seperti: menghadapi penghasilan
rendah dibawah garis kemiskinan dan dapat diukur dari tingkat pengeluaran
3
Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.11
4
Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM 2010, h.9
5
per-orang-per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan
kabupaten/kota, tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu
anggota keluarga yang sakit, tidak mampu membianyai pendidikan dasar 9
tahun bagi anak-anaknya dan rumah yang tidak layak huni6.
Sehingga dapat kita lihat bahwa keluarga miskin berhak memperoleh
pelayanan kesejahteraan sosial atau peningkatan untuk kehidupan sehari-hari
karena keluarga miskin termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpandu
secara lintas sektor dan berkelanjutan7. Pemenuhan taraf kesejahteraan
keluarga miskin perlu diupanyakan mengingat sebagian besar belum mencapai
taraf kesejateraan sosial.
Dalam hal ini Departemen Kementerian RI telah merancang dan
mengimplemtasikan program penanganan kemiskinan melalui beberapa jenis
program seperti: Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS), Program
Kesejanteraan Sosial KUBE (Prokesos KUBE), Program Bantuan Sosial Fakir
Miskin (BSFM) dan lain-lain diseluruh propinsi dengan sasaran keluarga
miskin, baik di perkotaan dan pedesaan.8
Melalui program inilah pemberdayaan keluarga miskin dirancangkan
guna untuk mengurangi terjadi peningkatan yang besar, dalam konteks
pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (Capacity
6
Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.15.
7
Ibid., h.1.
8
Joyakin Tampubolon, (ed)., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir miskin,
Building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan
kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar.9
Pemberdayaan memiliki konteks yang luas begitu banyaknya program
pemberdayaan yang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti
pemberdayaan sosial, kesehatan dan ekonomi melalui intervensi mikro dan
makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan klien dari keadaan
tidak atau kurang berdaya mempunyai daya guna mencapai kehidupan untuk
lebih baik.10
Usaha mengatasi penanggulangan keluarga miskin melalui
pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah melaui berbagai
program yang telah ada. Salah satu dari program tersebut adalah program
pengembangan usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama
(KUBE). Program ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin
untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,
mendayagunakan potensi sumber sosial ekomoni lokal keluarga miskin, dan
memperkuat budaya kewirausahaan.
Program ini diharapkan menjadi lokasi program untuk menyediakan
kontribusi pendanaan, untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin supaya
maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok keluarga
miskin, mendayagunakan potensi sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat
9
Artikel di Akses pada 27 Maret 2011 dari http://www.banjar-jabar.go.id/index
10
budaya kewirausahaan, dan mengembangkan ekonomi pasar dan menjalin
kemitraan sosial ekonomi dengan pihak yang terkait.11
Kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan meliputi
bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga, jasa dan
kegiatan ekonomi lainnya, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian
bantuan modal usaha, sarana prasarana ekonomi dan santunan hidup yang
disalurkan secara langsung atau melalui mekanisme perbankan.
Pengembangan KUBE yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian usaha
ekonomi keluarga miskin, meningkatkan tanggung jawab sosial dunia usaha
dalam penanggulangan kemiskinan.
Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Keluarga Miskin, dan untuk
Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lintas Kabupaten/
Kota yang mengaju pada pasal 10 UU No 32 tahun 200412, maka
pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan.
Dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui
program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme
pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan
anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya
sebagai pendampingan yang disebut sebagai pekerja sosial masyarakat,
tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
11
Departement Sosial RI, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin 2006, h.1.
12
Departement Sosial RI, Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Pekerja sosial dibentuk dan ditentukan oleh ketua tim Pembina (Bupati/
Walikota)13. Pekerja sosial berguna untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan KUBE agar dapat dilaksanakan dengan baik berjalan dengan
lancar dan KUBE dapat tumbuh, maju dan mandiri. Karena pendamping
adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktifitas KUBE.14
Dalam tataran pelaksanaan terkadang antara teori dan pelaksanaan
pekerja sosial di lapangan kurang begitu berjalan dengan baik, dikarenakan
banyak yang tidak bisa membedakan bagaimana menjadi pekerja sosial
profesional atau sebagai relawan di bidang sosial, sehingga dalam pelaksanaan
di lapangan kurang begitu berjalan lancar. Oleh sebab itu keberhasilan dalam
penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin harus
diperlukan tenaga pekerja sosial yang cakupannya sebagai pendamping sosial
yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan sosial.
Kondisi emperik menunjukkan bahwa pendamping sosial, baik
pemerintah maupun masyarakat, baik di pusat maupun di daerah ada yang
berlatar belakang pekerja sosial professional. Pekerja sosial professional
memiliki kriteria antara lain tingkat pendidikan minimal adalah sarjana (S1)
atau Diploma IV, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun dalam
pendampingan sosial atau pengembangan masyarakat (community
deveploment), mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan
kesejahteraan sosial, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial
yang diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal, mempunyai
13
Ibid., h. 41.
14
pengetahuan dan keterampilan di bidang lembaga dan keuangan mikro, dan
mempunyai kemampuan manajerial.15
Pekerja sosial professional tergabung dalam Ikatan Pekerja Profesional
Indonesia (IPSPI) yang merupakan landasan untuk memutuskan
persoalan-persoalan etika, apabila perilaku pekerja sosial professional dinilai
menyimpang dari standar perilaku etis dalam melaksanakan
hubungan-hubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi dan dengan
masyarakat16.
Sehingga, pekerja sosial professional diharapkan menciptakan sinergi
yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan
pelayanan kesejahteraan sosial, khususnya untuk tenaga kesejahteraan sosial
masyarakat yang dijadikan sebagai pendamping sosial17.
Pekerja sosial diharapkan sebagai agen perubah yang turut terlibat
membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam pemberdayaan
keluarga miskin. Berdasarkan masalah di atas diperlukan penelitian apakah
pendamping sosial sudah berperan secara optimal dalam pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti subyek di atas
dengan judul.
“Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.
15
Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.111.
16
Artikel di akses pada tanggal 06 april 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1708
17
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang
jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada peran Pekerja Sosial
Masyarakt dengan pembatasan yang hanya meliputi peran sebagai
perencana, peran pembimbing, peran sebagai pemberi informasi, peran
sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.
Yang penelitiannya sejak tanggal 31 Maret 2011 - 31 Mei 2011
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan
pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi
Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang ?
b. Bagaimana Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin Desa Lebak
Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui peran pendamping kelompok usaha bersama
b. Tujuan Khusus :
Mendeskripsikan proses pekerja sosial masyarakat dalam
pemberdayaan keluarga miskin.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
1) Memberikan sumbangan pengetahuan peran dan tugas
pendampingan sosial dan proses pelaksanaan dalam pemberdayaan
keluarga miskin.
2) Memberikan sumbangan pengetahuan dan proses pelaksanaan
pendampingan sosial keluarga miskin untuk meningkatkan
kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat
3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktisi
1) Memberikan masukan dan saran untuk para praktisi pemberdayaan
keluarga miskin baik yang aktif di lembaga pemerintahan maupun
swadaya masyarakat (LSM).
2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,
khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan
pemberdayaan keluarga miskin.
3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam
D. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiltatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa
kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan taylor
mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
orang-orang perilaku yang diamati.18
2. Macam dan Sumber Data
a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk
menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya
atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli, yaitu dari Bidang Perencanaan 1 orang, Tenaga Pekerja
Sosial Masyarakat 1 orang, Ketua KUBE 1 orang.
b. Data sekunder adalah Data ini merupakan data yang diperoleh dari
catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun
instansi yang terkait lainya. Data sekunder ini penulis peroleh dari
profil KUBE, dan profil Desa Lebak Wangi 2011-2011.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berasal dari
bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan19. Observasi
Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini
bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan
menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai lingkungan
yang dilihat.
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung,
mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari
jawaban dan mencari bukti atas bagaimana Peran Pendamping Dalam
Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan
Sepatan Timur Tangerang.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidik20. percakapan dengan maksud
tertentu untuk mendapatkan data yang kongret dari hasil
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dalam wawancara ini yang dilakukan
penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada pendamping dan anggota kube
c. Studi dokumentasi
Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal
ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara
mengkatagorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau
informasi.
20
4. Teknik Analisis Data
Setelah data yang di perlukan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah
dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisi dan penulis menggunakan
metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh mengenai, segala bentuk pekerja
sosial masyarakat ataupun aktifitas KUBE.
5. Keabsahan Data
Teknik Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria kredebilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triagulasi)21,
hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dokumen
yang berhubungan dengan KUBE Monalisa dengan hasil data
wawancara binaan KUBE Monalisa. (2) membandingkan antara
jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial masyarakat dengan
angggota KUBE mengenai program Kelompok Usaha Bersama.
b. Kriterium kepastian, menurut Scriven ( dalam Lexy, 2004) yaitu masih
ada unsur “ kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu
digali dari pengertian bahwa jika sesuatu objektif, berarti dapat
21
dipercaya, factual dan dapat dipastikan22. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan data-data ini terpercya yaitu dengan data-data yang di
dapat dari rekaman hasil wawancara terhadap penelitian. Adapun dari
segi faktual, adalah melihat program yang diteliti, yaitu program
kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin yang
dilaksanakan oleh pekerja sosial masyarakat yang berperan sebagai
pendamping sosial. dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa
kepastian program KUBE dengan adanya peran pekerja sosial
masyarakat melalui rekaman hasil wawancara.
6. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak tanggal 31 Maret 2011 dan
penelitian berakhir pada 31 Mei 2011. Adapun tempat peneltian ini di
KUBE MONALISA di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur
Tangerang.
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Hamid Nasuhi,
dkk, pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
(CeQDA-UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke.-1.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang
berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis
angkat dalam skripsi ini, antra lain :
22
1. Hasil peneliti Hilda Avisha, dengan judul pendampingan program kemitraan pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Aneka Tambang,
Tbk di wilayah Jakarta selatan, (Jakarta : UIN,2009). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana Proses pendampingan dan faktor-faktor penghambat dalam menjalankan pendampingan di PT. Aneka Tambang, Tbk .
2. Hasil penelitian winny widayana, dengan judul pendampingan usaha
produktif melalui mediator pemandirian Program gerakan Masyarakat
masndiri (GMM) Pemda Kab. Bogor di Desa Pasir Gaok Bogor (studi kasus pada kelompok silih asih 1, kelompok silih asih 3 dan kelompok Prayoga), (Jakarta : UIN, 2008). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses pendampingan dengan menjabarkan tahapan-tahapan pendampingan usaha produktif yang di laksanakan oleh pemda Kab. Bogor terhadap tiga kelompok binaan di Desa Pasir Gaok serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Dari skripsi itulah peneliti mencoba membahas peran pendamping dan kegiatan pendamping yang di lakukan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan dan pekerja Sosial Masyarakat yang menjalankan kepedulian sosialnya, dan
karena itulah peneliti mengangkat skripsi yang berjudul Peran
Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga
Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.
Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari karya
ilmiyah di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengangkat skripsi
yang bertema Peran Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam
Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi
dalam lima bab, yaitu :
BAB I : Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika
Penulisan
BAB II : Membahas Kerangka Teori Peran Pendamping KUBE Meliputi : Pengertian Peran, Pengertian Pendamping KUBE, Peran Pendamping KUBE,
Tugas Pendamping KUBE, Prose Pendamping KUBE, Pembentukan KUBE,
Tujuan KUBE, Kelembagaan KUBE, Pengertian Pemberdayaan, Strategi
Tahapan Pemberdayaan, Pengertian keluarga miskin, Indikator Keluarga
Miskin
BAB III : Gambaran Umum Pendamping Kube Monalisa Profil KUBE, Visi, Misi dan Tujuan KUBE, Kegiatan Pemasaran KUBE, Struktur Organisasi
KUBE, Gambaran umum KUBE, Sejarah Pemerintahan Desa, Kondisi
geografis, Kondisi Sosial, Kondisi Demografi, Kondisi Ekonomi
BAB IV : Menjelaskan Tentang Analisis Peran Pendamping Kube Dalam Pemberdayaan keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan
Timur Kabupaten Tangerang meliputi Tentang Peran Pendamping Kube dalam
Pemberdayaan keluarga Miskin, meliputi : Analisi Peran Pendamping Kube,
dan tahapan kegiatan Pendamping KUBE.
16
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,
tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana
halnya peran berasal dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang
mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya.1
Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat
menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang
sekelompoknya.
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih
1
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat
serta menjalankan suatu peran2. Peran mungkin mencangkup tiga hal,
yaitu :
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dalam skripsi ini penulis melihat peran yang digunakan dalam
penelitian adalah peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena seseorang yang
mempunyai kedudukan dalam sruktur masyarakat dapat mempertanggung
jawabkan tugas atau fungsinya dengan baik
Oleh karena itu dapat menyesuaikan dirinya agar masyarakat
melihat bahwa seseorang yang mempunyai peran dapat membimbing
masyarakat tanpa mencari keuntungan semata dan imbalan. Seseorang
yang mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan
dapat membangun komunikasi dengan menghormati harkat-martabat dan
harga diri masyarakat.
2
B. Pekerja Sosial Masyarkat
1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat
Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip
keberhasilan pekerja sosial, yakni “membantu orang agar mampu
membantu dirinya sendiri”. Peran seorang pekerja sosial seringkali
diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai
penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung, oleh
karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat
membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan masyarakat.3
Pekerja sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara
pendampingan dengan dan masyarakat sekitarnya, dalam rangka
memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai
sumber atau potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta
meningkatkan akses anggota pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan
fasilitas pelayanan publik lainnya4. Pekerja Sosial dipersiapkan dengan
baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota dengan baik.5
Agar menjadi terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu
adanya tujuan yang sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan6 bahwa
tujuan pekerja sosial adalah :
Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.7.
5
Ibid., h. 101
6
a. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam
mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotannya.
b. Meningkatkan kemampuan yang didampingi dalam menemukali
permasalahan dan potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada di
lingkungannya.
c. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan melaksanakan,
mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan
proposal pengembangan usaha.
d. Meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung jawabkan
pemanfaatan dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan
membuat pembukuan sederhana dalam meningkatkan akses keuangan.
Selain itu pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian
pekerja sosial dalam masyarakat dilihat dari beberapa strategi pekerja
sosial antara lain:7
a. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang
dialaminya
b. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang
memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai
sumber, pelayanan dan kesempatan
c. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu
memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan
berperikemanusiaan
7
d. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan
yang mampu menciptakan situasi yang kondusif.
Dalam hal ini, pendamping mengajak masyarakat untuk bekerja
bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja,
tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat.
Pendamping tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada
sesuatu yang mereka belum siap.
2. Peran Pekeja Sosial
Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatan Pekerja Sosial
dalam melakukan pendamping sosial dapat menjalankan peran yang
meliputi : Perencana, Pembimbing, Pemberi Informasi, Motivator,
Fasilitator dan Evaluator.8
a. Perencana
Perencana memerlukan visi Berorientasi ke depan sebagai
kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan
kemampuan. Pendamping sosial sebagai perencana bertugas
menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan
terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang sruktur
sosial-ekonomi aktual masyarakat yang dapat mempengaruhi upaya
pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
8
b. Pembimbing
Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan
keterampilan untuk mengajak, mengarahkan, dan membina sehingga
mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif
dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya.
c. Pemberi Informasi
Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran
umum program pemberdayaan, manfaat melakukan usaha ekonomi
produktif dengan cara mengembangkan kegiatan sosial, ekonomi, dan
kelembagaan, cara memanfaatkan lembaga keuangan mikro, dan
sebagainnya.
d. Motivator
Pendamping sosial memberikan rangsangan dan dorongan
semangat kepada anggota, sehingga mereka dapat mengenali masalah
dan kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan
parisipasi, sehingga diharapkan dapat merubah sikap, pola pikir, dan
dapat mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan yang
dilaksanakan e. Fasilitator
Pendamping sosial memberikan kemudahan baik berupa barang,
peralatan, maupun ketentuan, sehingga membantu meningkatkan
kemampuan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan
Fasilitator sebagai penanggung jawab untuk membantu klien menjadi
mampu menangani teakanan situasional atau transisional.
Pengertian pada fasilitator yang didasari oleh visi pekerja sosial
bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh
adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peran pekerja sosial adalah
memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan
yang ditetapkan dan disepakati bersama.
f. Evaluator
Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran dan
masukan, tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap
keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program
pendampingan sosial.
3. Kegiatan Pekerja Sosial
Kegiatan pendampingan sosial merupakan serangkaian kegiatan
yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.
Keberhasilan atau kegagalan suatu tahap kegiatan akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh proses ini yaitu:9
a. Menumbuhkan Kepercayaan
Proses ini adalah kegiatan yang terencana dalam membantu klien
dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh
9
masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat,dan pihak-pihak yang
terkait dilingkungan mereka.
b. Menciptakan Kesepakatan
Proses kegiatan terencana dalam membantu klien memastikan
kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu
melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi, kelembagaan
c. Membentuk tim kerja kelompok
Proses kegiatan yang terencana dalam membantu klien guna
memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok
sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh mereka.
d. Identifikasi dan Memobilisasi Sumber
Proses kegiatan yang terancana dalam membantu kelompok untuk
mengetahui yang terancana dalam membantu kelompok untuk
mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sistem sumber
yang ada di lingkungannya.
Mobilisasi adalah proses kegiatan yang terancana dalam membantu
klien guna menghimpun, mendorong, mendayagunakan sistem sumber
yang ada di lingkungannya.
C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pembentukan KUBE
KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis “dari”, “oleh” dan
manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah
masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan
peruntukannya juga untuk anggota dan masyarakat setempat.
Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan
pengembangan KUBE harus berincikan nilai dan norma budaya setempat,
harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia
di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM
(anggota KUBE) yang ada.10
Oleh karena itu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga di
binaan yang dibetuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses
kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan
sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.
KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan
keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE
dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan
sosial, pelatih keterampilan, bantuan stimulans dan pendampingan.11
2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama
Keberadaan KUBE bagi keluarga miskin telah menjadi sarana
untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam
10
I Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 51.
11
peningkatan pendapatan). Menyediakan sebagaian kebutuhan yang
diperlukan bagi keluarga miskin menciptakan keharmonisan hubungan
sosial antara warga menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga
miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar
anggota.12
Oleh karena itu tujuan KUBE diarahkan kepada upaya
mempercepat penghapus kemiskinan melalui:13
a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama
dalam kelompok
b. Peningkatan pendapatan atau peningkatkan kemampuan anggota
kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
sehari-hari ditandai dengan: meningkatkan pendapatan keluarga,
meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan tingkat
pendidikan; dapat melaksanakan kegiatan keagamaan; dan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial lainnya.
c. Pengembangan usaha
d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para
anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar atau meningkatkan
kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan
peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya,
ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung
jawabdan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan
3. Kelembagaan KUBE
Dilihat dari segi kelembagaan Setiap melakukan binaan keluarga
KUBE mempunyai kelembagaan yaitu :
a. Kriteria Anggota
1) Keluarga miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis
kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg untuk 320
kg dan untuk perkotaan 320 kg.
2) Warga masyarakat yang berdomisili tetap
3) Usia produktif
4) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok
5) Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi
tertentu
b. Jumlah Anggota Kube
1) Jumlah keanggotaan KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan
nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan
kelompok itu sendiri
2) Jumlah kube terdiri dari 5-10 KK (Kube Kelompok Kecil)
3) Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok
KUBE dapat terdiri dari kelompok besar ( gabungan beberapa kube
atau kelompok kecil). Namun pembinaan secara rutin tetap dalam
KUBE kelompok kecil
4) Satu kelompok KUBE yang anggota dikategorikan keluarga miskin
namun mempunyai semangat kewirausahaan namun jumlah
anggota yang bukan dari keluarga miskin hanya 20% dari anggota
KUBE yang ada.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok
1) Kedekatan tempat tinggal
2) Jenis usaha atau keterampilan anggota
3) Ketersediaan sumber/keadaan geografis
4) Latar belakang kehidupan budaya
5) Memiliki motivasi yang sama
6) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh
d. Sruktur dan Kepengurusan KUBE
1) Sruktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus
dijalankan. Dengan stuktur dapat diketahui “ siapa mengerjakan
apa”, “ siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.
2) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha
yang dijalankan oleh KUBE tersebut.
3) Perumusan sruktur KUBE yang terdiri dari : ketua, sekertaris dan
bendahara
4) Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau
kesepakatan anggota kelompok.
e. Kewajiban Anggota
1) Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang
sudah disepakati
3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak
4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung
jawab.14
D. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata “power‘’ (kekuasaan atau
keberdayaan).15
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial.16
Dalam kaitan konsep pemberdayaan banyak ahli membahas hal
ini. Salah satunya adalah Payne (1997: h.266), yang mengemukan bahwa
suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditunjukan guna: 17
“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to
14
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h.15.
15
exercising existing power, by uncreasing capacity and self-confidence ti use by transferring power from the environment to clients.”
(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya)
2. Srategi Pemberdayaan
Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara
konseptual pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Dalam
konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras
atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ) : mikro, mezzo, dan
makro.18
a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuannya adalah membimbing atau melatihan klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered
approach)
b. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien
pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
18
media intervensi, pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memilih
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai stategi system besar (
large-sytem strategy). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying.
Dari 3 strategi pemberdayaan, strategi yang digunakan dalam
skripsi ini adalah strategi pendekatan melalui makro (komunitas atau
organisasi) merupakan bentuk intervensi dalam ilmu kesejahteraan
sosial yang digunakan melakukan perubahan dan pemberdayaan pada
tingkat komunitas.
Intervensi makro merupakan istilah community work
merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka
melakukan perubahan secara terencana yang pendekatannya bersifat
pengembangan masyarakat lokal, kebijakan sosial guna melakukan
perubahan pada masyarakat atau komunitas tertentu.19
19
Intervensi makro dapat digambarkan 3 tingkatan yaitu:20
a. Melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat yang berada didaerah tertentu, misalnya saja dalam suatu
kelurahan ataupun RT
b. Melakukan intervensi yang agen perubahannya melalui organisasi
ditingkat lokal, provinsi, ataupun pemerintahan
c. Agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terakait
pembangunan ekonomi.
3. Tahapan Pemberdayaan
Tahapan pemberdayaan adalah:21
a. Tahapan Persiapan ( Engagement)
Pada tahap ini di dalamnya sekurang-kurangannya ada dua tahapan
yang harus dikerjakan, yaitu
1) Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat
yang bisa juga dilakukan oleh Comunnity Worker yang dipilih
mempunyai latar belakang yang sangat berbeda suatu dengan yang
lainnya. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang Sarjana
Agama, Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sarjana Pendidikan
dan Sarjana Ilmu Budaya. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal
untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan
masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut
20
Ibid., h.60.
21
2) Penyiapan lapangan merupakan prasyarat suksesnya suatu program
pemberdayaan masyarakat. Community Worker pada awalnya
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan
sasaran, baik informal maupun formal. Bila sudah ditemukan
daerah yang ingin dikembangkan.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan
secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat tetapi dapat juga
melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini
Community Worker berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan)
dan juga sumber daya yang dimiki klien. Dalam analisis kebutuhan
masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk
melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif. Dalam proses assessment ini, dikenal pula konsep
“kebutuhan normatif” yaitu kebutuhan berdasarkan standar norma
berlaku, kadangkala suatu masyarakat tidak merasakan suatu hal
sebagai kebutuhan mereka, tetapi Community Worker melihat bahwa
kondisi yang ada perlu diperbaiki.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan ( Designing)
Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang
membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan
kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan.dalam hal ni masyarakat
secara partisipatif memcoba melibatkan warga untuk berpikir tentang
Upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat
mereka lakukan.
d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok
masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk
tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal
kepada pihak penyandang dana. Bantuan pihak petugas ini biasanya
amat diperlukan pada kelompok yang belum pernah mengajukan
proposal kepada penyandang dana.
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yng paling
penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu
yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam
pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan
warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Dalam upaya
melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat
sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program
yang telah dikembangkan.
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga
dalam jangaka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu
sistem dalam masyarakat yang lebih “ mandiri” dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada. Evaluasi program berguna untuk memberikan
umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun
kegiatan.
g. Tahap Terminasi
Pada tahap ini merupakan “ pemutusan “ hubungan secara
formal dengan komunits sasaran. Terminasi dalam suatu program
pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena
masyarakat sudah dianggap “mandiri” tetapi lebih karena proyek
sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya.
E. Keluarga miskin
1. Pengertian Keluarga Miskin
Dalam konsep sosiologi, keluarga adalah unit terkecil yang
menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat.
Selain itu keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan
anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta memilki hak dan
kewajiban bagi masing-masing anggotanya.22
Kemudian miskin dalam, Al-Qur’an menyebut miskin dalam
bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebut dalam bentuk jamak,
22
masakin sebayak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut
miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaan istilah miskin
berasal kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n perkataan
sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. Raghib
al-Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seseorang yang tidak memiliki
apapun23.
Miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau
sekelompok orang yang lemah. Penjelasaan kebahasaan tentang pengertian
miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau
sekelompok orang lemah. Ketika, seseorang itu tidak berhasil
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi
kecerdasaan, mental, dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat
langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,
memiliki, dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga tidak memiliki
sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.24
Oleh karena itu keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memeuhi kecukupan kosumsi makanan setara 2100 kalori per-hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka/ jasa atau keluarga miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi
23
Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), h. 19.
24
kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.25
2. Indikator Keluarga Miskin
Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor peningkatan ini dipengaruhi
oleh meningkatnya indeks pengeluaran makanan dan non makanan yang
digunakan sebagai garis kemiskinan dari BPS26. Dengan demikian
indikator keluarga miskin menurut BPS adalah:
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan.
c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain atau kesulitan memperoleh air bersih.
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak tidak terlindung/
sungai/ air/ hujan
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
25
Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h.13.
26
Artikel di akses pada tanggal 31 maret 2011 dari
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani, buruh tani,
nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan di bawah RP. 600.00 perbulan
m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak tidak sekolah/
tidak tamat SD/hanya SD.
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal
38
GAMBARAN DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA
A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi
Desa Lebak Wangi adalah sebuah Desa pemakaran dari Desa
Kedaung Barat pada bulan Agustus 1980, yang masuk kepada Wilayah
Kecamatan Sepatan pada saat itu dan kini Kecamatan Sepatan Timur
yang juga merupakan Kecamatan pemekaran pada akhr tahun 2006.
Alasan pemekaran Desa Lebak Wangi dari Desa Kedaung Barat
pada saat itu Desa Kedaung Barat terlalu luas sehingga jangkaun pelyanan
terhadap masyarakat dirasa kurang maksimal, sehingga dilakukan
pemekaran Desa Lebak Wangi.
Nama Lebak Wangi dari dua suku kata yaitu Lebak dan Wangi,
Lebak adalah sebuah tempat atau sebuah kampung yang daerahnya
berbatasan desangan Desa Karet Kecamatan Sepatan. Wangi diambil dari
sebuah kampung atau tempat dimana daerah tersebut terkenal dengan hasil
kerajinannya dan pengasilan pertanian, seperti Kampun Lebak terkenal
dengan pandai besinya.
Kampung Bayur terkenal ubi atau singkongnya serta Kampung
Bayur pengsil kerajinan tangan pembuat makanan yang terbuat dari
dinamai Kp. Bayur Opak, jadi wangi adalah nama lain dari kata terkenal,
termasuk atau kata termashur karena hasil kerajinan dan penghasil
pertanian tersebut, maka jadilah Desa “ Lebak Wangi “.1
2. Sejarah Pemerintahan Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilyah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus kepentingan
masyarakatnya berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui
dan di hormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang
kepada aturan datau sistem pemerintahan yang dianut oleh pemerintahan
yang lebih tinggi, baik itu Pemerintah Kecamatan, Kabupaten/ Kota
Propinsi atau Pemenrintahan Pusat.
Situasi pemerintahan kini dengan pemerintahan yang lalu sangat
berbeda yang dipengaruhi perkembangan pembangunan dan Era
Globalisasi serta transpaaransi, namun harus tetap berpedoman kepada azas
pancasila dan undang-undang Dasar 1945 yang mempunyai cita-cita luhur.
3. Kondisi Geografi
Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke
selatan dengan bentangan 3,2 km dan membujur dari Barat ke Timur
sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah Timur merupakan
1
batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota
Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran
air tersier begitu juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh
saluran air tersier dan jalan serta dibagian Selatan batasannya hanya
pemukiman penduduk dan persawahan.
Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai
luas wilayah 525 Ha yang sampai saat ini lahan pertanian sawah masih
dominan dan merupakan lahan subur yang cocok untuk tanaman padi dan
jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman pendududk
perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya.
Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah
tidak merata dan wilyah yang paling padat penduduknya adalah wilayah
RW.08 RW.02 dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01 dan RW. 03
kepadatan penduduknya masih tergolong sedang.
Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa
merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M
diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya wilyah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Kedaung Barat dan Jatimulya
- Sebelah Timur : Sungai Cisadane atau kec. Neglasari
- Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya
- Sebelah Barat : Desa Karet dan Pondok Jaya
Suhu udara rata-rata berkisar antara 27° s/d 33° C kareana letak
jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana pantai/ iklim
pantai.
4. Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi
berpenduduk sebanyak 22.367 jiwa yang terdiri dari :
- Jumlah Pendudk Laki-laki : 11.586 jiwa
- Jumlah Pendudk Perempuan : 10.781 jiwa
- Jumlah Rumah Tangga : 4.828 RMT
- Jumlah Kepala Keluarga : 5.351 KK
Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok
Usaha Bersama ( KUBE) sampai tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari
jumlah 22.36 KK.
5. Kondisi Sosial
a. Kondisi Kehidupan Beragama
Masyarakat di Desa Lebak Wangi sebagaian besar menganut
berbagai macam-macam agama antara lain
- Agama islam : 20.115 Jiwa
- Agama Kristen : 188 Jiwa
- Agama Budha : 27 Jiwa
- Agama Hindu : 22 Jiwa