• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Giving Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Ski Kelas Viii Di Mts Pembangunan UIN Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Giving Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Ski Kelas Viii Di Mts Pembangunan UIN Jakarta"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Nur Faizah NIM 1112011000041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)

i Nur Faizah (NIM: 1112011000041). PENGARUH METODE GIVING

QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI

SISWA KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015/2016 semester I. desain dalam penelitian ini adalah nonrandomized control group pretest-postest design. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian semu (Quasi Experiment). Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yakni kelas eksperimen VIII F dan kelas control VIII H

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu untuk kelas eksperimen 82,5 dan 79,1 untuk kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pengujian uji t hasil belajar kedua kelas diperoleh thitung = 3,29 dan t tabel = 0,16, dapat dinyatakan bahwa t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dengan nilai rata-rata posttest kelas kontrol.

(3)

ii GETTING ANSWER TO THE QUESTION and SKI LEARNING OUTCOMES IN CLASS VIII DEVELOPMENT MTS UIN Jakarta.

This study aims to determine the effect of active learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. This research was conducted at UIN Jakarta Development MTs academic year 2015/2016 . design in this study was nonrandomized control group pretest-posttest design. The method used in this research is false (Quasi Experiment). In this research, there are two classes namely experimental class from VIII F and control class from VIII H.

The results showed that there are significant learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. It is shown from the acquisition value of the average experimental class is higher than the control class, namely for the experimental class of 82.5 and 79.1 for the control class.

Based on test results t test both classroom learning outcomes obtained t = 3.29 and t table = 0.16, it can be stated that thitung > t table, it can be concluded that there are significant differences between the average value posttest experimental class with value average posttest control group.

(4)

iii Alhamdulillahirabbil-a’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang selalu mencintai dengan kasih sayang Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH METODE GIVING

QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI

KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.

Terima kasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta (Alm) Ayahanda Ali Efendy dan Ibunda Tina, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan serta telah mendidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

iv 7. Ibu Ir. Hj. Eha Soriha, M, Si Kepala Sekolah MTs Pembangunan UIN

Jakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

8. Bapak Mardi, MA Wakabid. Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta, yang telah memberikan arahan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

9. Bapak Abdul Mutaqin, S.Ag Guru SKI kelas VIII di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan izin dan menyediakan waktu pembelajaran untuk untuk penulis teliti di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

10.Kakak tersayang Dahlia, Aty, Pardiman dan seluruh anggota keluarga tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis. 11.Sahabat-sahabatku Fitriani, Rena dan Lala serta seseorang yang selalu

memberi semangat, kasih sayang dan kesabarannya kak Firdaus.

12. Teman-temanku PAI angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas PAI B yang telah memberikan semangat dan bantuannya selama ini, semoga tali silaturrahmi kita tetap terjalin hingga nanti.

Serta semua pihak yang berjasa, mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah Swt. di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, 03 Oktober 2016

(6)

v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

ABSTRAK

... i

ABSTRACT

... ii

KATA PENGANTAR

... iii

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR GAMBAR

... ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 71

D. Perumusan Masalah ... 81

E. Tujuan Penelitian ... 82

F. Kegunaan Penelitian ... 82

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik ... 10

1. Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam a. Sejarah Kebudayaan Islam 1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 10

2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam... 11

3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam ... 11

(7)

vi

1) Pengertian Hasil Belajar ... 20

2) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 24

3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian ... 26

4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam ... 27

2. Hakikat Metode Belajar a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer 1) Pengertian Pembelajaran ... 28

2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer 29

3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer ... 30

4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer... 30

5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer .... 30

6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting Answer ... 31

b. Metode Belajar Diskusi ... 32

1) Pengertian metode belajar ... 32

2) Pembelajaran metode diskusi... 33

3) Tujuan metode diskusi ... 32

4) Kelebihan metode diskusi ... 33

5) Kelemahan metode diskusi ... 33

6) Langkah-langkah metode diskusi... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
(8)

vii

2. Instrumen Penelitian ... 44

a. Instrumen Tes ... 44

b. Uji Coba Instrumen Tes ... 46

1) Uji Validitas ... 46

2) Uji Reliabelitas ... 47

3) Uji Tingkat Kesukaran ... 48

4) Uji Daya Pembeda ... 49

F. Teknik Analisa Data ... 50

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Hipotesis ... 52

G. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 55

1. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Giving Question and Getting Answer... 55

2. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Diskusi ... 61

B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol dan Eksperimen... 66

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 67

D. Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

E. Keterbatasan Penelitian... 73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 75

B. Implikasi ... 75

(9)
(10)

ix

Tabel 2.2 Tabel ranah kognitif taksonomi bloom ...21

Tabel 3.1 Tabel jadwal kegiatan penelitian...39

Tabel 3.2 Tabel desain penelitian pre-tes dan post tes kontrol group design 41 Tabel 3.3 Tabel matrik variable ... 43

Tabel 3.4 Tabel kisi-kisi Intrument tes ... 44

Tabel 4.1 Tabel nilai hasil pre-tes eksperimen... 55

Tabel 4.2 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes eksperimen...56

Tabel 4.3 Tabel nilai hasil post-tes eksperimen... 58

Tabel 4.4 Tabel distribusi hasil nilai post-tes eksperimen...59

Tabel 4.5 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol... 61

Tabel 4.6 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes kontrol...62

Tabel 4.7 Tabel nilai hasil post-tes kontrol...63

Tabel 4.8 Tabel distribusi hasil nilai post-test kontrol...65

Tabel 4.9 Tabel perlakuan pada setiap kelompok……..………67

Tabel 4.10 Tabel tingkat kesukaran soal………...68

Tabel 4.11 Tabel daya pembeda……….………...69

Tabel 4.12 Tabel hasil uji normalitas pre-tes eksperimen dan kontrol... 69

Tabel 4.13 Tabel hasil uji normalitas post-tes eksperimen dan kontrol... 70

Tabel 4.14 Tabel hasil uji homogenitas pretest...71

(11)
[image:11.595.102.502.167.585.2]
(12)
(13)
(14)
(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Belajar dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal tersebut mendasari bahwa pendidikan sangat penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu setiap anak bangsa wajib mengikuti kegiatan pendidikan. Melalui pendidikan, anak bangsa dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Salah satu yang menjadi peran penting dalam kehidupan adalah pendidikan Islam yang sudah seharusnya ditanamkan sejak kecil.

Dengan adanya pendidikan, berguna untuk membentuk manusia yang berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam.1 Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah yang berbunyi:











“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (Qs. Ali Imran : 102)2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

1

Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Gramedia), h. 13

2

(16)

yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”,3

Pendidikan didapatkan dengan adanya proses belajar antara guru dan siswa yang terjadi secara terus menerus. Guru berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya serta sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses belajar sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.4

Cronbach berpendapat yang dikutip oleh Yatim Riyanto bahwa belajar merupakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indera. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, memaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.5

Dari definisi diatas, Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelengaraan setiap jenjang pendidikan. maksudnya berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika didalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang benar menganai arti belajar dengan segala aspek diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

(17)

Hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dari perilaku penugasan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, sebagian besar perilaku dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.6

Abuddin Nata menyatakan bahwa keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan positif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut.7

Untuk membuat peserta didik terlibat secara aktif diperlukan belajar aktif. Belajar aktif merupakan salah satu cara mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.

Sesuai dengan kata mutiara yang diberikan oleh Mel Silberman, yakni : Yang saya dengar, saya lupa; yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau didiskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.8

Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula dengan pendekatan yang tepat pada menghapuskan kejenuhan dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 166

(18)

Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang datang tiba-tiba dan diluar kemampuan.9

Sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. 10

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang Nabi Muhammad saw pada periode Makkah, periode Madinah, peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah, serta perkembangan Islam di Indonesia.

Secara substansial mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Materi yang terdapat pada mata pelajaran SKI sangat bermacam-macam dan tidak semua materi yang dijelaskan bisa dengan menggunakan metode berceramah dengan waktu yang singkat dua jam pelajaran perminggu. Maka dari itu, guru sangat dianjurkan untuk bisa lebih aktif, inovatif dan kreatif dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai materi-materi agama, menodorong anak didik untuk mengaplikasikan membentuk akhlak dan

9Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 2

(19)

kepribadian anak didik serta dapat memperoleh hasil belajar yang tetap baik dan memuaskan

Kecenderungan pembelajaran saat ini, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum bervariatif, kerap membuat siswa merasa jenu h dan kesulitan dalam mengingat pelajaran khususnya materi tentang SKI dengan mengingat dan mengerti materi pelajaran yang didalamnya membahas tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan berkiatan dengan waktu, tempat, nama-nama tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga meninggal dunia yang berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam.

Berdasarkan hasil observasi, kondisi di MTs Pembangunan UIN Jakarta masih dijumpai adanya permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran SKI. Selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar mayoritas siswa masih belum terlibat aktif dan siswa belum menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya.

Materi SKI sangat identik dengan membahas tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan berkaitan dengan waktu, tempat, nama-nama tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga meninggal dunia yang berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam. Hal tersebut sering kali menyulitkan siswa dalam mengingatnya dan sulit dalam mengambil poin-poin pentingnya.

(20)

mendukung sehingga menyebabkan masih ada beberapa hasil belajar siswa belum mencapai nilai maksimum.11

Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran aktif dengan pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dalam kelompok. Selama belajar aktif, siswa akan memiliki ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti keterampilan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan lain sebagainya.

Terkait dengan berbagai macam metode pembelajaran aktif yang banyak. Penulis menggunakan metode giving question and getting answer. Metode giving question and getting answer adalah metode yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dilibatkan aktif dalam proses belajar dengan membaca, memahami pelajaran. Lalu siswa menulis pada dua kertas mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami dan yang sudah dipahami dengan menggunakan pensil berwarna.

Metode giving question and getting answer mempunyai karakteristik yaitu metode yang berkaitan dengan pemahaman siswa baik yang sudah dimengerti maupun yang belum dimengerti untuk mempermudah siswa mengidentifikasi target pelajaran yang hendak dicapai. Alat-alat yang dibutuhkan cukup sederhana diantaranya dua kertas berwarna yang berbeda, spidol berwarna cerah, pensil dan yang lain. Siswa bebas menuangkan

(21)

mengenai apa yang belum dan sudah mereka pahami sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

Tujuan dari metode giving question and getting answer adalah mengembangkan kemampuan berpikir mencari informasi dan menganalisis kemampuan mereka menjadi satu untuk melihat keseluruhan materi yang diajarkan.

Berdasarkan alasan yang telah dijelaskan tersebut, penulis memilih judul “Pengaruh Metode Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar SKI Kelas VIII di MTs Pembangunan UIN Jakarta”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penyajian materi pembelajaran SKI menggunakan metode yang belum bervariatif.

2. Siswa sulit mengingat pelajaran.

3. Perhatian dan partisipasi dalam pembelajaran SKI masih rendah. 4. Siswa sulit mereview dan mencari pokok/ poin dari materi yg telah

dipelajari.

C.

Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu kompleks. Maka penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

(22)

2. Hasil belajar pada bidang studi SKI pada pokok bahasan Sejarah Dinasti Abbasiyah Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016-2017 MTs Pembangunan UIN Jakarta.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang ingin diajukan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh metode Giving Question and Getting Answer terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI kelas VIII di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

F.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi nilai dan manfaat bagi banyak pihak, terutama:

1. Bagi Siswa, Dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan terutama pada materi SKI.

2. Bagi Guru, Sebagai pedoman, guru dapat menyajikan pembelajaran yang bervariatif dan inovatif sehingga guru dapat membuat suasana belajar jadi menyenangkan dan membuat siswa jadi lebih aktif karena proses pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

(23)
(24)

10

A.

Deskripsi Teoretik

1.

Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

a.

Sejarah Kebudayaan Islam

1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang menyerap kata syajarah dari bahasa Arab yang berarti pohon, keturunan, asal-usul, silsilah, riwayat.

Sedangkan menurut istilah adalah cabang ilmu pengetahuan uang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan, proses perubahan atau dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupan yang terjadi pada masa lampau.1

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta byddhayah, yang diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi dan dhaya (akal)2. Sedangkan menurut istilah adalah seluruh system yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyrakat atau sesuatu yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke generasi.

Islam berasal dari kata “aslama-yuslimu-islam” yang artinya selamat, sedangkan menurut istilah adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.

Dari beberapa definisi diatas, SKI adalah suatu kejadian atau peristiwa pada masa lampau yang berbentuk hasil katua, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam yang

1 M.Dien Madjid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 9

(25)

merupakan agama yang diaajarkan oleh Nabi Muhammad Saw berpedoman kepada al-Quran dan Hadis yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.

2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

a) mempelajari kehidupan umat Islam masa lalu tentang masalah kehidupan dan cara mengatasinya. 3

b) memahami berbagai masalah kehidupan umat Islam, yang disertai dengan maju mundurnya kebudayan Islam itu sendiri. Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaan pada abad ke-5 H atau abad pertengahan Masehi.

c) Pada awal abad ke-6 kebudayaan Islam mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal antaralain: Faktor Internal (Politik,Ekonomi), Faktor Eksternal (Adanya serangan dari luar Islam )

3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam

a) Dapat mengetahui kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan pada masa lampau.

b) Dapat mengantisipasi agar kekeliruan dimasa lampau tidak terulang kembali dimasa sekararang dan yang akan datang

c) Membawa kita supaya bisa memilih sikap dalam hidup

d) Mengambil Ibrah/hikmah, nilai, dan makna yang terdapat dalam sejarah Kebudayaan Islam

e) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak yang baik

f) Meneladani sikap yang positif dari para tokoh umat Islam, serta mampu mengantisipasi diri terhadap sikap yang tidak baik, yang bisa menghancurkan harga diri dan martabat bangsa.

(26)

4) Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Ruang lingkup Pembelajaran SKI di tingkat MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Makkah b) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Madinah. c) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin.

d) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayah. e) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

Abbasiyah.

f) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah. g) Memahami perkembangan Islam di Indonesia.4

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

[image:26.595.101.519.162.687.2]

Tabel 2.1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

1.1Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

1.2Mendeskripsikan perkmebnagnan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

1.3Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

1.4Mengambil ibrah dari perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang 1.5Meneladani ketekunan dan

kegigihan Dinasti Abbasiyah

Sumber data: Primer diolah dengan menggunakan Microsoft Excell

(27)

6) Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII MTs a) Sejarah Keruntuhan Bani Umayyah5

Beberapa penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah : (1) Figur Kholifah yang Lemah

Pemindahan ibu kota Madinah ke Damaskus merupakan sebab awal munculnya faktor kelamahan ini. Sebagaimana diketahui, Damaskus merupakan bekas ibukota Kerajaan Bizantium. Akibatnya, kehidupan bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan akhirnya menjadi gaya hidup keluarga Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa menjalani kehidupan mewah dan jauh dari gaya hidup islami seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Hal ini menyebabkan figur-figur khalifah menjadi figur yang lemah. Hanya ada lima khalifah yang besar yang mampu memerintah dengan kuat. Mereka adalah Muawiyyah, Abdul Malik. Al-Walid I, Umar II dan Hisyam. Hisyam adalah negarawan kelima yang besar dari Dinasti Umayyah.

Sebelum masa Hisyam, seperti ditunjukan oleh oleh Yazid II, para khalifah bahkan menghabiskan waktu untuk berburu dan minum anggur. Mereka lebih sibuk dengan musik dan syair-syair daripada Al-Qur’an dan urusan agama. Karena harta kekayaan yang melipah, jumlah budak menjadi berlebihan. Akhirnya mereka tak bisa mengenadalikan hidupnya.

Para khalifah juga tidak bisa lagi membanggakan darah bangsawan arabnya yang murni. Yazid III adalah khalifah Islam pertama yang ibunya seorang budak belian yang dimerdekakan. Semua itu telah melemahkan semangat dan daya juang keluarga Dinasti Umayyah.

(2) Hak istimewa bangsa Arab Suriah

(28)

Umayyah bin Khalaf merupakan moyang Dinasti Umayyah yang telah lama menetap si Suriah jauh sebelum islam datang. Oleh karena itu, kehidupan dan keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak bisa dilepaskan dari orang-orang Suriah. Selanjutnya, Dinasti Umayyah membentuk aristrokasi militer arab yang secara turun-temurun membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat.

Tentara suriah adalah jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah. Sebagai sumber kekuatan, mereka memperoleh bagaian terbesar dari harta rampasan perang. Masyarakat syuriah pada umumnya juga mendapat hal istimewa itu. Tidak mengherankan apabila kemudian terjadi kesenjangan sosial yang dalam antara masyarakat dan golongan lainnya.

Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslim arab di Madinah, Mekkah dan Irak. Mereka memang dibebaskan dari beban membayar pajak yang dipikulkan kepada orang-orang muslim non-Arab (mawali) dan non-muslim. Akan tetapi ehidupan mereka tidak lebih baik dibanding dengan keluarga –keluarga Suriah.6

Kecemburuan yang lebih besar ditunjukan oleh orang-orang muslim non-Arab pada umumnya dan lebih khusus lagi adalah orang-orang islam Persia. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah bahkan menunjukan sikap yang bermusuhan dengan mereka. Harapan mereka untuk memperoleh persamaan dalam bidang ekonomi dan sosial pupus sudah. Kedudukan mereka bahkan diturunkan menjadi mawali, yaitu orang yang sangat tergantung nasibnya pada majikan mereka, orang-orang Arab. Mereka mengeluh atas perlakuan itu dan memandanganya sebagai hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam

(3) Pemerintahan yang tidak demokratis dan Korup

Pada masa Khulafaur Rasyidin, pemilihan khalifah dilakukan secara musyawarah dan demokratis. Dalam Perjanjian ‘Amul Jama’ah

(29)

antara Hasan bin Ali dan Muawiyyah, Muawiyah menyanggupi pemilihan khalifah sesudahnya dilakukan dengan musyawarah dam pemilihan demokratis dari umat islam. Namun, Muawiyyah mengingari janji itu. Ia menunjuk anaknya, Yaziz bin Muawiyyah sebagai putra mahkota dan khalifah sesudahnya. Hal ini berlangsung secara turun temurun.7

Disamping mengingkari isi Perjanjian ‘Amul Jama’ah. Penunjukan itu juga berlawanan dengan prinsip senioritas dalam pemilihan pimpinan dikalangan bangsa Arab. Pemimpin adalah orang tertua dan dianggap paling mampu serta berpengalaman. Akibatnya, beberapa Khalifah Dinasti Umayyah berasal bukan dari garis keturunan Mua’awiyyah. Contohnya adalah Marwan. Keadaan menjadi lebih sulit lagi ketika Marwan juga menginginkan anaknya, Abdul Malik, sebagai khalifah sesudahnya. Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz anaknya, sebagai khalifah sesudahnya.

Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz, anaknya yang lain, sesdudah khalifah sesudah Abdul Malik. Hal ini tentu membuat keadaaan di istana serta pemerintahan menjadi tidak stabil serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Keadaan ini membuat administrasi pemerintahan terlalaikan. Hal itu juga mendorong para pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri sendiri. Pemerinahan menjadi lamban dan tidak efesien. Rakyat makin tidak menyukai pemerintahan Dinasti Umayyah. Akibatnya, penentanganpun muncul dimana-mana.

(4) Persaingan antarsuku

Persaingan antarsuku sudah lama menjadi citra bangsa Arab. Sikap pilih kasih Dinasti Umayyah kemunculan hal itu. Suku arab terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bangsa Arab utara yang disebut Arab Quraisy atau Mudari dan bangsa Arab Selatan yang

(30)

disebut Arab Yamani atau Himyari. Dalam pertikaian itu, Dinasti Umayya mendukung suku Arab Yamani yang lebih cocok dengan mereka. Serangkaian peperangan antara dua suku Arab itu sangat memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.

b) Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

Semua kejadian diatas menjadi permasalahan yang sulit dipecahkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah. Sekitar awal abad ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemerintahan Dinasati Umayyah telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bermuculan. Kelompok-keompok itu adalah :

(1) Kelopok muslim non-Arab (mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab

(2) Kelompok Khawarij dan Syi’ah yang menganggap Dinasti Umayyah sebagai perampas khilafah

(3) Kelompok muslim non Arab di Mekah, Madinah dan Irak yang merasa sakit hati atas status istimewa penduduk Suriah

(4) Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non-Arab yang memandang keluarga Dinasti Umayyah telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup islami.

Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang dikoordinasi oleh keturuan al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai usaha dakwah. Gerakan dakwah dimuali ketika Umar bin Abdul Aziz berkuasa (717-720 M). Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan kepada gerakan Dinasti Abbasiyah untuk menusun dan merencanakan kegiatannya di al-Humaymah.

(31)

memperluas gerakan Dinasti Abbasiayh dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Ketiga kota itu adalah al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisai. Kufah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Muhammad meninggal pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim al-Imam. Ia kemudian menunjuk seorang Khurasan sebagai panglima perangnya, yaitu Abu Muslim al-Khurasani.

Abu Muslim al-Khurasani adalah pemuda yang menampakan bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal, pada waktu ditunjuk sebagai panglima oleh Ibrahim al-Imam, ia baru berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebagian besar penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Banyak tuan tanah di Persia (dikhan) yang mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan diantara golongan alawiyyin (keturuan Ali), golongan Syiah dan orang-orang Persia untuk menentang Dinasti Umayyah yang telah menindas mereka. Abu Muslim al-Khurasani mengajak mereka bekerja sama dengan gerakan Abbasiayah untuk mengembalikan kekhalifahan kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan Abbas bin Abdul Mutholib maupun keturunan Ali bin Abi Talib.

(32)

Abbasiah kemudian dipegang oleh saudaranya, Abdullah bin Muhammad, yang dikenal sebagai Abu Abbas as-Saffah. Ia tetap membari kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk menjadi panglima perangnya dan memimpin perlawanan di Khurasan. Sementara itu, Abu Ja’far al-Mansur, Isa bin Musa bin Muhammad dan Abdullah bin Ali memimpin gerakan di Kufah, Damaskus, Palestina, Yordania dan daerah bagian barat wilayah Dinasti Umayyah. Abu Muslim Al-Khurasani segera memulai gerakannya. Dengan pandai, ia memanfaatkan pertentangan antara suku Arab Qurays dan suku Arab Yamani yang sudah berlangsung sejak zaman Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu, orang-orang Yaman mendapat kedudukan yang baik di Khurasan. Hal ini disebabkan Gubernur saat itu berasal dari suku Arab Yamani, yaitu As’ad bin Abdullah al-Qasri. Sementara itu, orang-orang Arab Qaisy disisihkan dari pemerintahan sehingga mereka tidak menyukai orang-orang Yamani. Sebaliknya, ketika Gubernur Khurasan dijabt oleh orang-orang Arab Qaisy, orang-orang-orang-orang Yamani disingkirkan.

Pada waktu Abu Muslim al-Khurasani memulai geraknnya, Gubernur Khurasan dijabt oleh Nasr bin Sayyar yang berasal dari suku Arab Qaisy. Abu Muslim Khurasani kemudian mendekati al-Kirmani, pemimpin suku Arab Yamani di Khurasan. Dengan siasat adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyar berhasil dikalahkan. Dengan bantuan orang-orang Yamani pula, Abu Muslim al-Khurasani berhasil menduduki Kota merv dan Nisabur.

(33)

itu. Komando di ambil alih oleh Husain bin Kahtaba. Tentara Dinasti Abbasiyah akhirnya berhasil menguasai Kufah.

Di bagian timur, tentara Dinasti Abbasiyah terus bergerak maju. Pada tahun 749 M, putra Khalifah Marwan dikalahkan Abu Ayun, seorang panglima Dinasti Abbasiyah. Khalifah Marwan II akhirnya memimpin langsung usaha terakhir untuk mempertahankan dinastinya. Ia mengerahkan 120.000 tentaranya dan menyebrangi Sungai Tigris serta maju menuju Zab Hulu atau Zab Besar. Tentara Bani Abbasiyah dipimpin oleh Abdullah bin Ali. Tentara Dinasti Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II melarian diri dan Damaskus pun ke tangan Dinasti Abbasiyah. Marwan II diburu dari satu tempat ke tempat lain. Ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana.

Abu Abbas as-Safah kemudian dibaiat sebagai Khalifah di masjid Kufah pada tahun 750 M. Menurut para ahli sejarah, perpindahan kekhalifahan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abbasiyah lebih dari sekedar pergantian dinasti. Kejadian itu merupakan Revolusi dalam sejarah Islam, yaitu suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Rusia dalam sejarah barat.

c) Kondisi Sosial

Pada masa dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang tinggal di suriah menempati tingkatan yang tertinggi. Hal itu menimbulkan kecemburuan masyarakat islam lainnya. Akhirnya,hal itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah. Kekecewaan yang terus menerus membuat mereka membrontak.

(34)

ini.khalid bin barmak berjasa besar dalam usaha meredakan pembrontakan di Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, ia menjadi gubernur di sana.

Interaksi bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu memberikan khazanah baru dalam bidang social dan budaya. Selama pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada pembelaan kelas antara penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.

b. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian 1) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi (a) dampak pembelajaran (prestasi) dan (b) dampak pengiring (hasil). Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran (pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti terttuang dalam angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning).8

Penilaian dalam pembelajaran juga meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti

(35)

perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sementara ranah psikomotor mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.9

Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa terjadinya perubahan dan peningkatan terhadap beberapa aspek atau kawasan (domain) belajar yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Interpretasi terhadap tiga aspek sasaran belajar tersebut berdasarkan teori Taksonomi Bloom yaitu:

a) Kognitif

Ranah kognitif terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, megaplikasikan, menganalisis, melakukan sintesis, dan mengevaluasi.10 Kemampuan mengetahui artinya kemapuan mengetahui fakta, konsep, prinsip dan skill. Kemampuan memahami, artinya kemapuan mengerti tentang hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. Kemampuan mengaplikasikan sesuatu, artinya menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan menganalisis, artinya menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan anatar bagian itu. Kemampuan sintesis, artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan dan konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu hal yang baru. Kemampuan evaluasi, artinya mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat tak bermanfaat.

9 Kunandar, Guru Profesional implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2007), h. 385.

(36)
[image:36.595.101.515.246.608.2]

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom C1 Mengingat C2 Memahami C3 Mengaplika sikan C4 Memahami C5 Mengevaluasi C6 Mencipta

Sumber data: Primer diolah menggunakan Microsoft excell

b) Afektif

Ranah afektif (affective domain) menurut tasonomi Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan.

(1) Penerimaan (receiving) (2) Partisipasi (responding)

(3) Penilaian/penentuan sikap (valuing) (4) Organisasi (organization)

(5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex).11

Ranah afektif terkait dengan kemampuan menerima, merespons, menilai, mengorganisasi, dan memiliki karakter.12 Kemampuan menerima, artinya kemampuan menerima fenomena dan stimulus (rangsangan) atau kemampuan menunjukkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi. Kemampuan merespons, artinya kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, dan kemampuan menanggapi.

Kemampuan menilai, artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, mempunyai motivasi untuk berprilaku sesuai dengan nilai. Kemampuan mengorganisasi, artinya nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukkan hubungan

(37)

antar nilai, menetapkan nilai yang dominan dan diterima. karakternya atau nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam dirinya dan mewarnai kehidupanya.

c) Psikomotorik

Kompetensi siswa dalam ranah psikomotorik menyangkut kemampuan melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah, dan kreatif.13 Kemampuan gerakan refleks, artinya respons terhadap stimulus tanpa sadar. Kemampuan melakukan gerakan dasar, artinya gerakan yang muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperluas melalui praktik.

Ranah psikomotorik (pychomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson:

(1) Persepsi (perception) (2) Kesiapan (set)

(3) Gerakan terbimbing (guided response)

(4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) (5) Gerakan yang kompleks (complex response) (6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

Kemampuan melakukan gerakan persepsi, artinya gerakan lebih halus dibanding gerakan refleks dan dasar karena sudah dibantu kemampuan perseptual. Kemampuan melakukan gerakan kemampuan fisik, artinya gerakan yang lebih efisien dan berkembang melalui kematangan dan belajar. Kemampuan melakukan gerakan terampil, artinya gerakan yang dapat mengontrol berbagai tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, rumit, kompleks dengan tangkas dan cekatan. Kemampuan gerakan indah dan kreatif,

(38)

artinya gerakan untuk mengomunikasikan perasaan, gerakan terampil yang efisien dan indah.

Tes penilaian hasil belajar siswa bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :14

(1) Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

(2) Sumatif, yaitu dapat menegtahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukkan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan bealajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. (3) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa

(psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

(4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuanya.

Keberhasilan belajar mengajar adalah perubahan situasi proses pembelajaran dari pasif menjadi aktif, statis menjadi dinamis, tidak tahu menjadi tahu.

Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh siswa terhadap materi pelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(39)

Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yakni:

a) Faktor Internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan / kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktir internal antara lain adalah:

(1) Faktor Fisiologis

Keadaan fisik yang sehat dan segar kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi, keadaan fisik yang kurang baik akan berpenngaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

(2) Faktor Psikologis

Yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa antara lain:

(a) Intelegansi, faktor ini berkaitan dengan IQ seseorang

(b) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap. (c) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(d) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorong berbuat sesuatu.

(e) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

b) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri peserta didik), yakni Kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain :

(1) Faktor social, yang terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

(40)

dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di sekolah.

c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau pencapaian tujuan belajar tertentu.15

3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam Sejarah kebudayaan Islam, identik dengan nama, tempat serta tahun yang terkadang menyulitkan siswa untuk mengingat dan menulis poin-poin penting. untuk mengatasi hal tersebut, dalam proses pembelajaran perlunya ditingkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Kreativitas dapat dikembangkan dalam memberi kepercayaan, komunikasi yang baik, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.

Lalu, motivasi belajar yang merupakan pendorong atau penarik menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Guru memberikan motivasi kepada siswa akan mendorong siswa untuk belajar secara maksimal untuk mencapai hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang maksimal.

Tujuan dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah memiliki prestasi yang baik yang sesuai dengan dengan tujuan pembelajaran. Suatu proses pembelajaran akan berhasil jika guru dengan murid memiliki hubungan timbal balik. Guru mengarahkan kepada siswa untuk tujuan yang harus dicapai dalam akhir pembelajaran dan siswa terlibat secara aktif menggali informasi dan

(41)

pengetahuan baik dari teman yang satu dan yang lainnya sesuai dengan instruksi dan arahan dari guru.

Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar SKI yang sesuai dengan kompetensi indikator yang sudah ditentukan yakni siswa mampu memahami keruntuhan dinasti Umayyah serta sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah yang telah dilaksanakan dengan diakhiri dengan suatu evaluasi mengukur pemahaman setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.

4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Hasil belajar SKI diukur dengan menggunakan tes. Tes adalah salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.

Penilaian pada hasil belajar SKI digunakan dengan menggunakan tes objektif. Tes objektif dalam hal ini adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.16 bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.

(42)

Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

2.

Hakikat Metode Belajar

a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kekendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran menggambarkan aktifitas peserta didik.17

Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauanya sendiri untuk mempelajarai apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.18

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andrayani, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta diidk agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

17 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 205

(43)

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.19

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.20

Dari beberapa penjabaran tentang pembelajaran PAI yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI adalah suatu usaha sadar membina dan mempersiapkan peserta didik agar meyakini,memahami, menghayati secara menyeluruh ajaran Islam, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.

2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer

Dalam pengertian letterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti “jalan”. Jadi metode berarti “jalan yang dilalui”.21

Metode pembelajaran giving question and getting answer merupakan implementasi dari strategi pembelajaran kontrukstivistik yang menempatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran. Artinya, siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.

Metode ini dikembangkan untuk melatih siswa memiliki kemampuan dan ketrampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, karena pada dasarnya metode tersebut merupakan modifikasi dari metode Tanya jawab yang merupakan kolaborasi dengan menggunakan potongan-potongan kertas sebagai medianya.

19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Impelementasi Kurikulum 2004), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke-3. h. 130

20 Ibid, h. 132

(44)

Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam mengulang materi pelajaran yang telah disampaikan. Strategi ini tepat digunakan di akhir pertemuan, yakni pada 15 menit terakhir misalnya, atau diakhir semester sebagai rangkuman atau pengulangan semua materi yang telah diberikan selama satu semester.22

3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer

a) Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar.

b) Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial.

c) Memberikan rasa senang pada siswa.

d) Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. e) Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi.

f) Melatih kemampuan mengutarakan pendapat. g) Mencapai tujuan belajar.

4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer

Ada beberapa kelebihan dan kekuranagn dari strategi pembelajaran aktif metode giving question and getting answer. Adapun kelebihan dari metode Giving Question and Getting Answer adalah:

a) Suasana menjadi lebih aktif

b) Siswa mendapat kesempatan baik secara individu maupun kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. c) Mendorong siswa untul berami mengajukan pendapatnya.

5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer a) Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan.

(45)

b) Proses Tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus akan menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari.

c) Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan menguasai materi yang telah diberikan.

6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting Answer

Hisyam Zaini dkk menjelaskan langkah-langkah metode Giving Question and Getting Answer sebagaik berikut:

a) Buat potongan-potongan kertas sebanyak dua kali sejumlah peserta didik

b) Setiap peserta didik melengkapi pernyataan berikut ini: Kertas 1 : saya masih belum paham tentang … Kertas 2 : saya dapat menjelaskan tentang …

c) Bagi peserta didik kedalam kelompok kecil, 4 atau 5 orang d) Masing- masing kelompok memilih pertanyaan pertanyaan yang

ada (kartu 1). Dan juga topil-topik yang dapat mereka jelaskan (kartu 2)

e) Setiap kelompok membacakan pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka seleksi jika ada diantara peserta didik yang bisa menjawab, diberi kesempatan untuk menjawab. Jika tidak ada yang menjawab, guru/ dosen yang menjawab.

f) Setiap kelompok menyampaikan apa yang dapat mereka jelaskan dari kertas 2. Selanjutnya minta mereka untuk menyampaikan ke kawan-kawan.

g) Lanjutkan proses ini sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada. h) Akhri pembelajaran dengan menyampaikan rangkuman dalam

klasifikasi dari jawaban-jawaban dan penjelasan peserta didik23

(46)

b. Metode Belajar Diskusi 1) Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para belajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.

Menurut Slameto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sepndiri dalam interaksi dengan lingkungannya.24

2) Pembelajaran metode Diskusi

Diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.25

Diskusi juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

3) Tujuan metode Diskusi

a) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematika yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan. b) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat. c) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda. d) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan

berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan

(47)

menyimpulkan pendapat.

e) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

4) Kelebihan metode Diskusi

a) Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat

b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan – penjelasan dari berbagai sumber

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama – sama

d) Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru

e) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, meyetujui atau menentang pendapat orang lain

f) Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil g) Mengembangkan rasa solidaritas / toleransi terhadap pendapat

yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali

h) Membina siswa untuk berpikir matang – matang sebelum bicara i) Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan

berbicara saja tetpai juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis

j) Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah

k) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalin hubungan kerja sama

5) Kelemahan metode Diskusi

(48)

b) Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.

c) Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatau uraian diskusi.

d) Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.

e) Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.

6) Langkah-langkah metode Diskusi26

a) Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

b) Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :

(1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan (2) "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya (3) Lancar berbicara

(4) Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis c) Tugas pimpinan diskusi antara lain :

(1) Pengatur dan pengarah diskusi (2) Pengatur "lalu lintas" pembicaraan

(3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat

d) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi

(49)

dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.

e) Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

f) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.27

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relean dengan penelitian ini sebagai berikut:

Hikmatul Wasiah ( 108011000111) Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Prima Nusantara. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan Metode Giving Question and Getting Answer terhadap hasil belajar PAI pada pembelajaran tharah dan shalat. Teknik analisa data yang dilakukan dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (4.30 > 2.02), maka hipotesis nol (H0) ditolak,

sementara Ha diterima, dengan demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif metode giving question and getting answer lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar pai siswa yang menggunakan strategi pembelajaran metode konvensional.

Ma’rif Syafruddin (105017000427) Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan teknik Giving Question and Getting Answer terhadaphasil belajar Matematika. Teknik analisa data yang dilakukan dengan

(50)

menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel

(4.60 > 1.66), maka hipotesis nol (H0) ditolak, sementara Ha diterima, dengan

demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Giving Question and Getting Answer lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran metode konvensional.

C.

Kerangka Berpikir

Dalam belajar dibutuhkan sebuah metode yang dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat membangun keaktifan siswa didalamnya. Metode pembelajaran merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajar. Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi baik dari guru ke murid maupun murid dengan murid.

Penggunaan metode yang relevan dengan pelajaran akan sangat membantu para murid untuk dapat memahami materi pelajaran. Sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Dan tentu pemilihan metode ini harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa. Agar siswa dapat melaksanakannya dengan baik.

Strategi merupakan cara atau tahapan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan dalam belajar itu disesuaikan dengan tipe atau karakteristik dari siswa. Bagaimana cara siswa belajar untuk memahami materi yang telah. Dan faktor-faktor belajar dari individu (internal) maupun eksternal juga saling mempengaruhi tingkat keberhasilan.

Menurut Melvin L.Silberman dalam buku Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Giving Question and Getting Answer adalah strategi pembentukan tim untuk melibatkan siswa dalam peninjauan kembali materi pada pelajaran sebelumnya atau pada akhir pelajaran.28

Sebagai pembelajaran aktif, metode Giving Question and Getting Answer memiliki kelebihan diantaranya:

(51)

1. Metode Giving Question and Getting Answer lebih mendorong motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajarnya.

2. Terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa 3. Suasana belajar lebih menyenangkan dibandingkan dengan metode

konvensional yang berpusat pada guru.

4. Mendorong siswa untuk lebih menguasai keterampilan sosial. 5. Melatih keterampilan siswa baik kognitif maupun emosional.

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang kemudian akan diukur dari nilai hasil belajar siswa di sekolah tersebut.

Untuk mencapai hasil belajar siswa yang memuaskan seharusnya guru memiliki variasi-variasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak terlalu monoton yang nantinya akan berpengaruh pada siswa.

Hasil belajar siswa yang dimaksud merupakan pengetahuan yang dicapai siswa dari pembelajaran setelah mengalami proses pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu. Dalam pembelajaran agama Islam, siswa harus memahami dan dan mengidentifikasi sendiri mengenai apa yang belum dan sudah dipahami agar terlihat langsung dalam pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang sejalan dengan itu adalah pembelajaran aktif metode Giving Question and Getting Answer.

(52)

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan pembelajaran Agama Islam dengan pendekatan Giving Question and Getting Answer dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam siswa.

D.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan

dengan menggunakan metode giving question and getting answer

Ha : Terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan dengan

(53)

39

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

[image:53.595.98.513.212.574.2]

Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu dimulai pada Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2016-2017 pada bulan Juli - Agustus 2016. Dengan rin

Gambar

Gambar 4.1 Diagram frekuensi nilai pre-test kelas eksperimen ......................57
STANDAR KOMPETENSI Tabel 2.1 KOMPETENSI DASAR
Taksonomi BloomTabel 2.2
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan

bahwa untuk kelancaran penyaluran dana daerah untuk urusan bersama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Kota Sabang Tahun Anggaran 2013, perlu

digembirakan oleh rahmat Allah SWT ketika hendak keluar dari dunia ini sehingga ruh-ruh mereka hampir-hampir akan terbang dari jasad mereka karena sangat rindu akan Tuhannya dan

Pembukaan UUD 1945yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.Batang Tubuh UUD 1945 terdiri

PLN (persero) Ranting Bangkinang dapat diterima dengan positif oleh para karyawan, sesuai dengan hipotesis, bahwa total quality management berpengaruh signifikan

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada ayam lokal baik ayam Kampung, Pelung, Sentul maupun Kedu Hitam mempunyai keragaman genetik cukup tinggi yang diperlihatkan

 Melakukan kontak fisik erat, yaitu seseorang yang kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan kasus probable atau

sampai menjadi tepung yang kering, tepung memliki sifat tidak larut air, sehingga akan mengendap jika dicampur dalam air, akan tetapi jika tepung dicampur dengan air panas