Lampiran I : Standart Mutu Bahan Baku Produksi Palm Oil Mill (POM) Aek Loba PT.Socfin Indonesia
Uraian Standart Mutu
A. MUTU TANDAN BUAH SEGAR (TBS)
- Buah Mentah (A) Max 1.0% - Buah Busuk (E) Max 1.0%
- Brondolan Max 5.0%
B. KERUGIAN PADA PENGOLAHAN DI KLARIFIKASI - Minyak dalam Janjang Kosong Max 3.00% - Brondolan dalan Janjang Kosong Max 0.30% - Janjang balen ex Stripper Max 3.00% - Minyak dalam Biji Max 0.50% - Minyak dalam Ampas Press Max 7.50% - Minyak pada Water Phase Decanter Max 1.50% - Minyak pada Solid Decanter Max 3.00% - Minyak pada Lumpur Sludge Separator Max 0.60% - Minyak pada Lumpur Bak Dekantasi Max 0.40% - Minyak pada Lumpur Fat-Pit Max 0.60% C. KERUGIAN PADA PENGOLAHAN DI KERNELLERY
D. MUTU PRODUKSI MKS / CPO
- Free Fatty Acid ( FFA ) Max 2.30% - Moisture ( Kadar Air ) Max 0.10% - Impurities ( Kadar Kotoran ) Max 0.05% E. MUTU PRODUKSI IKS / KERNEL
Lampiran II : Skema Alat Screw Press
Mini Screw Press 500 gram d l
Ampas Press Biji Minyak Kelapa sawit
Kadar Air Sokletasi
Ditimbang cawan aluminium
Dimasukkan ampas press kedalam cawan sebanyak ± 20 g
Dimasukkan kedalam oven ± 4 jam dengan temperatur 105oC
Dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit
Ditimbang ampas kering
Ditimbang labu alas 250 ml
Disokletasi ampas press kering selama 4 jam dengan N-Heksan
Diuapkan N-Heksan yang mengandung minyak dan sebagian minyak tinggal didalam labu alas
Didinginkan dalam desikator selama 15 menit
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Asiatic Lion Information Center. Diakses 10 April 2013 pada jam 11.30
di
Fauzi, Yan dkk. 2004. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta: Penebar Swadaya.
Karim, A. 2001. Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit dan Program Peringatan, Program Perawatan pada Pabrik Kelapa Sawit dengan bantuan Komputer. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pardamean, M. 2008. Pengolahan Kebun dan Pabrik kelapa sawit. Cetakan Pertama. Jakarta Selatan: PT: AgroMedia Pustaka.
Risza, S.1994.Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit Kanikus.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
a. Mini screw press b. Cawan Petridis Striplan
c. Neraca Analitis Presica dan Sartprius d. Oven Listrik Memmert
e. cawan Aluminium
f. Hot Plate Best Tech dan Gerhardt g. Desikator Perth
h. Labu Alas Pyrex i. Alat soklet Scot Duran
3.2. Bahan
a. Brondolan sawit b. Air
c. Ampas Press d. N-Heksan
3.3 Prosedur
1. Mini Screw Press
a. Dimasukkan 500 g brondolan
b. Diatur suhu operasi press pada 85-95oC
c. Ditambahkan air pengencer dengan variasi volume 40,50,60,70dan 80 ml d. Dihidupkan eletromotor hydraulic press sampai tekanan 50 Bar
e. Diatur beban elektromotor press pada 29-36 bar
f. Ditunggu hingga diperoleh hasil proses yaitu sampah press yang kering secara visual dan biji yang terlepas dengan baik dari daging buahnya.
2. Kadar Air
a. Ditimbang terlabih dahulu cawan aluminium
b. Dimasukkan ampas press kedalam cawan aluminium sebanyak ± 20 g
c. Setelah ditimbang dimasukkan kedalam oven listrik selama ± 4 jam dengan temperature 105oC untuk dipanaskan
d. Setelah itu dimasukkan kedalam Desikator untuk didinginkan selama ± 15 menit e. Ditimbangampas kering
3. Sokletasi
a. Ditimbang labu alas 250 ml
b. Disokletasi ampas press yang telah kering selama ± 4 jam, minyak yang terdapat pada ampas press terlarut bersama N-Heksana
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Dari Hasil Penelitian yang dilakukan diperoleh Hasil Tabel 4.1. Presentase minyak pada ampas press
% minyak kering = berat minyak setelah ekstraksi (g)
berat ampas kering sampel x 100%
= 0,3176 g
3,9551 g x 100%
= 8,03%
Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama sehingga dihasilkan data pada tabel 1.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada proses pengepressan yang didapat adalah 4,98-8,03 % dengan variasi volume air sebagai pengencer yaitu 40, 50, 60, 70, dan 80 ml. Pengaruh penambahan air pada proses pengepressan (screw press) akan berpengaruh besar pada presentase kehilangan minyak. Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran bubur(dillution) sehingga massa bubur yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Hasil Penelitian diperoleh kesimpulan :
a. Pengaruh penambahan air pada proses pngepressan (screw press) bertujuan untuk pengenceran (dillution) agar massa bubur yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
5.2. Saran
a. Penambahan air pada proses pengepressan (screw press) sebaiknya terus diperhatikan secara itensif, karena penambahan air yang kurang dari satandar mutu pabrik akan menimbulkan kerugian pada pabrik yang besar dan tentu saja berdampak buruk bagi pekerja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam kemudian ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secra komersial pada tahun 1912. (Fauzi, 2004)
Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja (Asahan).
Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintah belanda.
Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan Sekutu pada tahun 1943.
akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan mereka maing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. (Risza, 1994).
2.2 Varietas Kelapa Sawit
Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam tiga tipe, yaitu:
1. Tipe Dura
Tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah. 2. Tipe Pisifera
Tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi.
3. Tipe Tenera
Merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi.
(Risza, 1994)
2.3 Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22o-32oC.
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekatraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah untuk yang telah dicetak kecil-kecil, berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.
Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.
(Mangoensoekarjo, 2003)
CH2 – OH + R1COOH CH2 – COOR1
CH – OH + R2COOH CH – COOR2 + 3H2O CH2 – OH + R3COOH CH2 – COOR3
Gliserol asam lemak trigliserida air
Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak.
Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam- asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida.
2.3.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama minyak pangan dengan tingkat konsumsi ebih dari 80% dan 20 persen buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan.
(S. Ketaren 1986)
2.3.1.1 Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat.Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. (Ketaren, 1986).
2.3.1.2 Asam Lemak
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Umumnya komposisi asam lemak minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Nama Asam Jenis Rumus Molekul Kadar (%) Asam Lemak Tak Jenuh Asam Lemak Tak Jenuh
C11H23COOH
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat mempunyai komposisi yang tetap.
Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam lemaak Minyak kelapa sawit (%)
Asam kaprilat
2.3.1.3 Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menetukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebuh kecil dari 0,01 %. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 % atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah atau kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Ketaren, 2005)
2.4 Manfaat Minyak Kelapa Sawit a. Bahan Baku Makanan
Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan makan seperti, mentega, lemak untuk masakan (shortening), bahan tambahan cokelat, bahan tambahan es krim, dan lain-lain.
b. Bahan Baku Kosmetika dan Obat-obatan
c. Bahan Baku Industri Berat dan Ringan
Pada industri kulit, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pelembut dan pelunak. Minyak kelapa sawit juga digunakan pada industri tekstil karena mudah dibersihkan. Sebagai pelumas, minyak kelapa sawit cukup baik karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi.
d. Biodiesel
Biodiesel minyak sawit merupakan biodiesel yang dibuat dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi minhyak kelapa sawit dan alkohol rantai pendek. (Pardamean, 2008)
2.5 Pengolahan Kelapa Sawit 1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diandkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya semangkin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah.
Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung didalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif apabila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting.
Ada beberapa alat pengangkutan buah yang tepat untuk mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu: Lori, Traktor gandengan, atau Truk.
Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125oC. perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kerenl. Sebaliknya perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.
Tujuan dari perebusan adalah:
a. merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB, b.mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang, c.memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta
d.untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. 3. Perontokan dan pelumatan buah
Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hosting Crane yang digerakkan dengan motor. Hosting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS dipanasi (diuapi) terus.
Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar. Selain sebagai bahan bakar, tandan kosong tersebut sering juga digunakan sebagai bahan mulsa (penutup tanah).
4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit
Untuk memisahkan dari lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjunya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak masa adukan. Ada beberapa alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak, yaitu terdiri dari:
a. Ektraksi dengan sentrifugasi
Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung.
b. Ekstraksi dengan cara screw press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung.
c. Ekstraksi dengan bahan pelarut
Ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambahkan pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel. Namun cara ini masih kurang efisien untuk digunakan.
d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis
Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan hidrolis.
5. Pemurnian
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar yang masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.
Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Proses penjernian berfungsi untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini siap dipasarkan atau mengalami proses pengolahan sampai dihasilkan minyak murni (Procesed Palm Oil, PPO).
Biji sawit ynag telah dipisahkan pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diperoleh minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit ini dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50oC. Akibat pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji sawit yang sudah kering dibawa ke alat pemecah biji.
7. Pemisahan inti sawit dari tempurung
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang di gunakan disebut hydrocyclone separator. Dalam hal ini, inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung yang berputar atau dapat juga mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyhai BJ 1,16, kemudian inti sawit dan tempurung dicuci sampai bersih.
Kemudian inti sawit harus segera dikeringkan untuk menghindari kerusakan oleh mikroorganisme pada suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah (Kernel Oil Cake, KOC). (Tim Penulis PS,1997)
2.6. Pengempaan kelapa sawit (presser)
Pada proses ini minyak mula-mula diambil dari berondolan dengan cara melumat dan mengempa, proses ini sangat mempengaruhi efiseinsi pengutipan minyak. Alat ini terdiri dari satu buah silinder (press cylinder) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar dari bagian bawah
digester sudah berupa “bubur”. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage. (Pahan, 2006)
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya, umumnya telah dipakai kempa ulir (screw press) ganda, karena kempa ulir (screw press) adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera.
Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yng menekan massa ampas kempa yang keluar. Tekanan dapat diatur secara optimalnya.
Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus-menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya.
Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak pada ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempah. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering.
Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah-celah, sehingga tidak terperas keluar dari kempa akan lebih banyak. (Mangoensoekarjo.S,3003)
Fungsi screw press adalah:
1. Memeras cairan yang terdapat dari bahan buah dan memisahkannya dari inti serta serabut buah.
3. Cairan yang keluar dari pressan mengandung bahan-bahan: minyak, air, serabut halus, bubur daging buah, lumpur tanah, pasir halus dan pasir kasar.
Dengan demikian masih banyak bahan yang bukan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan yang keluar dari alat kempaan sehingga perlu dimurnikan lebih lanjut dalam proses klarifikasi. Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di
Screw Press terjadi :
1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan 2. Air panas yang diberikan pada adonan tidak cukup 3. Tekanan screw press dibawah 29-36 Ampere
4. Buah yang tidak cukup matang direbus 5. Screw press telah aus
(Karim.A,2001)
2.7. Ekstraksi Minyak
Pada dasarnya proses ekstraksi minyak kelapa sawit terdapat beberapa metode, yaitu:
1. Metode Pengempaan
Minyak yang terdapat dalam adonan dikeluarkan dari minyak dengan cara gravitsai seperti yang terjadi pada digester dan dengan cara pengempaan atau ekstraksi pelarut. Ekstraksi dengan pengempaan dipengaruhi oleh komposisi adonan. Komposis buah dan cake sangat berpengaruh terhadap proses pengempaan, dan inilah salah satu penyebab evolusi teknologi kempa pada pabrik kelapa sawit.
2. Hydraulic Press
Alat kempa hydraulic untuk kelapa sawit diproduksi oleh stork dengan kapasitas 500 kg/jam. Alat ini bekerja dengan tekanan 70 kg/cm2. Alat kempa ini terdiri dari tabung silinder dengan diameter 54 cm dan tinggi 134 cm.
3. Screw Press
Mekanisme pengempaan ialah masuknya adonan kedalam cylinder press dan mengisi worm, volume setiap sapce worm berbeda, semakin mengarah keujung screw
volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. Dan kenyataannya saat ini alat kempa yang dijumpai dipabrik umumnya terdiri dari screw press. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:
a) Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan dengan hydraulic press. Kapasitas olah screw press berkisar antara 5-15 ton TBS/jam.
b) Karena kapasitas yang tinggi maka biaya opersi per ton TBS sangat rendah.
c) Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibanding dengan hydarulic press.
d) Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah.
e) Cake breaker conveyor lebih mudah memecahkan gumpalan cake yang keluar.
Disamping itu terdapat kelemahannya antara lain:
a) Membutuhkan ongkos perawatan yang lebi tinggi.
b) Banyak biji yang pecah, terutama biji yang terdiri dari cangklang tipis.
c) Minyak yang keluar dari screw press lebih banyak mengandung padatan yang terdiri dari serat, pasir, dan lumpur sehingga minyak yang keluar ke Oil Gutter lebih pekat, dan akan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak.
2.8. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi a. Tipe screw press
Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan stork. Ketiga alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekanan ampas., jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses
dalam ampas akan tinggi.
Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari
screw press, karena kandungan minyak telah berkurang.
Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih intensif.
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft.
b. Tekanan kerja screw press Tekanan lawan
Penggerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan
belt, gigi dan hydroulic. Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan presentase biji yang pecah lebih tinggi dan dapat mempercepat kerusakan
screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran elektromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan.
ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continous pressing dan berakibat pada kerusakan elektromotor yang cepat.
Stabilitas
Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada elektromotor dan cone
yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara mengganti “gear drive” dengan “hydraulic transmisi” sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidak samaan bahan baku dapat diatur secara otomatis. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada screw press, serta dapat diatur arah putaran screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.
Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :
a) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.
b) Menurunkan jumlah biji yang pecah. Semakin tinggi varaisi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
c) Memperpanjang umur peralatan, seperti screw press, cylinder press dan elektromotor
lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.
Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara
power penggerak screw dengan hydarulic cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena keadaan adonan maupun akibat perobahan tegangan arus listrik.
c. Jumlah air yang digunakan
air, maka jumlah air yang digunakan juga tidak terlalu banyak, karena jika air yang digunakan terlalu banyak dapat berakibat terhadap :
a. Kandungan air cake
Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses:
1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.
2. Semakin tinggi kandungan air pada ampas,maka kalor bakarnya akan semakin tinggi yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.
3. Pemeraman biji yang berkadar air yang lebih tinggi dalam silo biji akan lebih lama dan dapat menyebabkan penurunan efisiensi eksraksi biji yang lebih rendah.
b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan gerak cake dalam worm
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press, yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam maka iar yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 M3.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan pada minyak sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan.
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak kelapa sawit merupkan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Risza,1994)
Alat pengempaan yang biasa digunakan dilingkungan PKS perkebunan besar berupa
screw press dengan kapasitas olah 15-17 Ton TBS per jam per unit dengan putaran screw
11-12 rpm. Lubang-lubang dinding press cage dibatasi maksimum 4 mm agar minyak yang dihasilkan tidak banyak bercampur pengotor bahan. Celah antara sliding cone dan press cage dibatasi maksimum 6 mm agar kehilangan minyak ditekan serendah mungkin. (Pahan, 2006)
Dalam suatu perusahaan sering terjadi masalah-masalah yang dapat merugikan. Salah satu masalah kerugian tersebut adalah banyaknya minyak yang hilang atau yang terikut pada ampas sebagai sisa dari proses pengepresan.
Perusahaan selalu menginginkan agar kehilangan minyak dapat ditekan sekecil mungkin. Proses pengepresan adalah proses penekanan terhadap massa buah. Tekanan dari massa buah diperoleh dari screw press yang berputar berlawanan arah dengan kecepatan yang sama.
Tujuan dari pengepresan ini adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak yang terjadi didapat sekecil-kecilnya. Pengertian kehilangan minyak adalah jumlah minyak yang seharusnya diperoleh dari hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak dapat diperoleh atau hilang karena masih tertinggal bersama ampas TBS.
pengepresan itu sendiri dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan pada saat pengepresan.
Hal ini dapat mempengaruhi hasil minyak yang diperoleh dan kadar minyak yang terdapat dalam ampas (yang merupakan jumlah kehilangan minyak). Tingginya kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pressan merupakan suatu masalah yang dapat merugikan perusahaan karena adanya kehilangan minyak ini maka rendemen minyak yang diperoleh dari hasil pengolahan kelapa sawit tersebut akan menurun.
Untuk itu, perusahaan selalu berusaha menekan angka kehilangan minyak seminimal mungkin dan memperhatikan besar tekanan dari screw press yang diberikan pada saat pengepresan. Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah PENGARUH AIR YANG DIGUNAKAN TERHADAP PRESENTASE KEHILANGAN MINYAK PADA AMPAS PRESS (SCREW PRESS) DI PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA.
1.2. Permasalahan
Apakah penambahan air berpengaruh terhadap presentase kehilangan minyak dalam ampas press pada stasiun pengepresan di pabrik Kelapa Sawit PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba dan apakah perubahan tersebut sesuai dengan standar mutu perusahaan.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan air terhadap jumlah kehilangan minyak dalam ampas press pada stasiun pengepresan
2. Untuk mengetahui penambahan air yang optimal terhadap jumlah kehilangan minyak dalam ampas press
1.4. Manfaat
PENGARUH JUMLAH AIR PENGENCER DALAM PROSES
PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP
PRESENTASI KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA
AMPAS PRESS
PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA
ABSTRAK
EFFECT OF TOTAL DILUTION WATER PRESSING PROCESS
(SCREW PRESS) PERCENTAGE OF LOSS IN
PALM OIL PRESS AMPAS
PT. SOCFIN INDONESIA AEK LOBA ESTATE
ABSTRACT
PENGARUH AIR YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES
PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP
PRESENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT
PADA AMPAS PRESS
PT. SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya
DARMA SURBAKTI
102401013
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba
Kategori : Tugas Akhir Nama : Darma Surbakti Nomor Induk Mahasiswa : 102401013
Program Studi : Diploma III (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2013
Diketahui
Program Studi D III Kimia Dosen Pembimbing, Ketua,
Dra. Emma Zaidar Nst, Msi Dr. Yuniarti Yusak, M.S. NIP.195512181987012001 NIP.194901271980022001
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH AIR YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES
PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP PRESENTASE
KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AMPAS PRESS
PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2013
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alla S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya serta kasih sayangnya kepada kita semua serta selawat beriringkan salam kita ucapkan kehadirat nabi besar Muhammad S.A.W, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk meraih gelar ahli madya pada pogram Diploma 3 kimia industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
PENGARUH JUMLAH AIR PENGENCER DALAM PROSES
PENGEPRESAN (SCREW PRESS) TERHADAP
PRESENTASI KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA
AMPAS PRESS
PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA
ABSTRAK
EFFECT OF TOTAL DILUTION WATER PRESSING PROCESS
(SCREW PRESS) PERCENTAGE OF LOSS IN
PALM OIL PRESS AMPAS
PT. SOCFIN INDONESIA AEK LOBA ESTATE
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak vii
Abstract viii
Daftar isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 4
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfaat 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka 5
2.3. Minyak Kelapa Sawit 7 2.3.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit 8 2.3.1.1. Asam Lemak Bebas 9 2.3.1.2. Asam Lemak 9 2.3.1.3. Standar Mutu 10 2.4. Manfaat Minyak Kelapa Sawit 11 2.5. Pengolahan Kelapa Sawit 12 2.6. Pengempaan Kelapa Sawit (presser) 16 2.7. Ekstraksi Minyak 19 2.8. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi 21 Bab 3 Metodologi Percobaan 26
3.1. Alat 26
3.2. Bahan 26
3.3. Prosedur 27
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 29
4.1. Data 29
4.2. Perhitungan 29 4.3. Pembahasan 30 Bab 5 Kesimpulan dan Saran 32 5.1. Kesimpulan 32
5.2. Saran 32
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Halaman
2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit 9 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti
kelapa sawit
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Halaman
2.1. Pembentukan Trigliserida oleh AsamLemak
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lamp
Judul Halaman
1. Standar mutu produksi POM Aek Loba PT. Socfin Indonesia 35
2. Skema Alat Screw Press 36
3 FLOW CHART PROCESS POM AEK LOBA PT. SOCFIN INDONESIA