• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam kemudian ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secra komersial pada tahun 1912. (Fauzi, 2004)

Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja (Asahan).

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintah belanda.

Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan Sekutu pada tahun 1943.

(2)

akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan mereka maing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. (Risza, 1994).

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam tiga tipe, yaitu:

1. Tipe Dura

Tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah.

2. Tipe Pisifera

Tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

3. Tipe Tenera

Merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi.

(Risza, 1994)

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22o-32oC.

(3)

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekatraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah untuk yang telah dicetak kecil-kecil, berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

(Mangoensoekarjo, 2003)

CH2 – OH + R1COOH CH2 – COOR1

CH – OH + R2COOH CH – COOR2 + 3H2O

CH2 – OH + R3COOH CH2 – COOR3

Gliserol asam lemak trigliserida air

Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak.

Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam- asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida.

2.3.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama minyak pangan dengan tingkat konsumsi ebih dari 80% dan 20 persen buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan.

(S. Ketaren 1986)

2.3.1.1 Asam Lemak Bebas

(4)

Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat.Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. (Ketaren, 1986).

2.3.1.2 Asam Lemak

Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Umumnya komposisi asam lemak minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Nama Asam Jenis Rumus Molekul Kadar

(%)

Asam Lemak Tak Jenuh

Asam Lemak Tak Jenuh

C11H23COOH

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat mempunyai komposisi yang tetap.

Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit Asam lemaak Minyak kelapa sawit

(%)

(5)

Asam kaprilat

2.3.1.3 Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menetukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebuh kecil dari 0,01 %. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 % atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah atau kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Ketaren, 2005)

2.4 Manfaat Minyak Kelapa Sawit

a. Bahan Baku Makanan

Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan makan seperti, mentega, lemak untuk masakan (shortening), bahan tambahan cokelat, bahan tambahan es krim, dan lain-lain.

b. Bahan Baku Kosmetika dan Obat-obatan

Krim, shampo, lotion dan vitamin A adalah beberapa produk yang berasal dari

minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit jauh lebih mudah diserap kulit

(6)

c. Bahan Baku Industri Berat dan Ringan

Pada industri kulit, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pelembut dan

pelunak. Minyak kelapa sawit juga digunakan pada industri tekstil karena mudah

dibersihkan. Sebagai pelumas, minyak kelapa sawit cukup baik karena tahan

terhadap tekanan dan suhu tinggi.

d. Biodiesel

Biodiesel minyak sawit merupakan biodiesel yang dibuat dengan cara esterifikasi

dan transesterifikasi minhyak kelapa sawit dan alkohol rantai pendek. (Pardamean,

2008)

2.5 Pengolahan Kelapa Sawit

1. Pengangkutan TBS ke Pabrik

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diandkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya semangkin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah.

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung didalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif apabila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting.

Ada beberapa alat pengangkutan buah yang tepat untuk mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu: Lori, Traktor gandengan, atau Truk.

(7)

Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125oC. perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kerenl. Sebaliknya perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.

Tujuan dari perebusan adalah:

a. merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB, b.mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang, c.memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta

d.untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. 3. Perontokan dan pelumatan buah

Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hosting Crane yang digerakkan dengan motor. Hosting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS dipanasi (diuapi) terus.

Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar. Selain sebagai bahan bakar, tandan kosong tersebut sering juga digunakan sebagai bahan mulsa (penutup tanah).

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit

Untuk memisahkan dari lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjunya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak masa adukan. Ada beberapa alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak, yaitu terdiri dari:

a. Ektraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian

(8)

Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang

pada dinding tabung.

b. Ekstraksi dengan cara screw press

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam

tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar

lewat lubang-lubang tabung.

c. Ekstraksi dengan bahan pelarut

Ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambahkan pelarut tertentu pada

lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel. Namun cara ini

masih kurang efisien untuk digunakan.

d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis

Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan hidrolis.

5. Pemurnian

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar yang masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.

Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Proses penjernian berfungsi untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini siap dipasarkan atau mengalami proses pengolahan sampai dihasilkan minyak murni (Procesed Palm Oil, PPO).

(9)

Biji sawit ynag telah dipisahkan pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diperoleh minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit ini dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50oC. Akibat pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji sawit yang sudah kering dibawa ke alat pemecah biji.

7. Pemisahan inti sawit dari tempurung

Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang di gunakan disebut hydrocyclone

separator. Dalam hal ini, inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah

tabung yang berputar atau dapat juga mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyhai BJ 1,16, kemudian inti sawit dan tempurung dicuci sampai bersih.

Kemudian inti sawit harus segera dikeringkan untuk menghindari kerusakan oleh mikroorganisme pada suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah (Kernel Oil

Cake, KOC). (Tim Penulis PS,1997)

2.6. Pengempaan kelapa sawit (presser)

Pada proses ini minyak mula-mula diambil dari berondolan dengan cara melumat dan mengempa, proses ini sangat mempengaruhi efiseinsi pengutipan minyak. Alat ini terdiri dari satu buah silinder (press cylinder) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah.

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar dari bagian bawah

digester sudah berupa “bubur”. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat

pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.

Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding

cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana

(10)

cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

(Pahan, 2006)

Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya, umumnya telah dipakai kempa ulir (screw press) ganda, karena kempa ulir (screw press) adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera.

Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yng menekan massa ampas kempa yang keluar. Tekanan dapat diatur secara optimalnya.

Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus-menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya.

Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak pada ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempah. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering.

Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah-celah, sehingga tidak terperas keluar dari kempa akan lebih banyak. (Mangoensoekarjo.S,3003)

Fungsi screw press adalah:

1. Memeras cairan yang terdapat dari bahan buah dan memisahkannya dari inti serta

serabut buah.

2. Melumatkan kembali buah yang belum sempat dilumatkan di dalam digester (alat

pelumat), agar pengambilan minyak berjalan sempurna pada adonan diberi air panas

(11)

3. Cairan yang keluar dari pressan mengandung bahan-bahan: minyak, air, serabut

halus, bubur daging buah, lumpur tanah, pasir halus dan pasir kasar.

Dengan demikian masih banyak bahan yang bukan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan yang keluar dari alat kempaan sehingga perlu dimurnikan lebih lanjut dalam proses klarifikasi. Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di

Screw Press terjadi :

1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan

2. Air panas yang diberikan pada adonan tidak cukup

3. Tekanan screw press dibawah 29-36 Ampere

4. Buah yang tidak cukup matang direbus

5. Screw press telah aus

(Karim.A,2001)

2.7. Ekstraksi Minyak

Pada dasarnya proses ekstraksi minyak kelapa sawit terdapat beberapa metode, yaitu:

1. Metode Pengempaan

Minyak yang terdapat dalam adonan dikeluarkan dari minyak dengan cara gravitsai seperti yang terjadi pada digester dan dengan cara pengempaan atau ekstraksi pelarut. Ekstraksi dengan pengempaan dipengaruhi oleh komposisi adonan. Komposis buah dan cake sangat berpengaruh terhadap proses pengempaan, dan inilah salah satu penyebab evolusi teknologi kempa pada pabrik kelapa sawit.

2. Hydraulic Press

Alat kempa hydraulic untuk kelapa sawit diproduksi oleh stork dengan kapasitas 500 kg/jam. Alat ini bekerja dengan tekanan 70 kg/cm2. Alat kempa ini terdiri dari tabung silinder dengan diameter 54 cm dan tinggi 134 cm.

Tekanan yang diperlukan pada sumbu tenaga sangat besar oleh sebab itu kompresor yang digunakan merupakan faktor pembatas dalam pengoperasian alat kempa. Disamping kapasitas sangat rendah dan memerlukan perawatan hydraulic yang lebih intensif menyebabkan pemakaian alat ini tidak berkembang yang kemudian digantikan dengan alat kempa yang praktis dan kapasitas yang tinggi sepertti Screw

(12)

3. Screw Press

Mekanisme pengempaan ialah masuknya adonan kedalam cylinder press dan mengisi worm, volume setiap sapce worm berbeda, semakin mengarah keujung screw volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. Dan kenyataannya saat ini alat kempa yang dijumpai dipabrik umumnya terdiri dari screw press. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

a) Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan

dengan hydraulic press. Kapasitas olah screw press berkisar antara 5-15 ton

TBS/jam.

b) Karena kapasitas yang tinggi maka biaya opersi per ton TBS sangat rendah.

c) Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibanding dengan hydarulic

press.

d) Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah.

e) Cake breaker conveyor lebih mudah memecahkan gumpalan cake yang keluar.

Disamping itu terdapat kelemahannya antara lain:

a) Membutuhkan ongkos perawatan yang lebi tinggi.

b) Banyak biji yang pecah, terutama biji yang terdiri dari cangklang tipis.

c) Minyak yang keluar dari screw press lebih banyak mengandung padatan yang terdiri

dari serat, pasir, dan lumpur sehingga minyak yang keluar ke Oil Gutter lebih pekat,

dan akan membutuhkan air pengencer yang lebih banyak.

d) Akibat peranan pengempaan yang dapat mencincang dan mengaduk adonan maka

minyak lebih cenderung mengarah ke emulsi sehingga dalam air buangan yang

(13)

2.8. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi

a. Tipe screw press

Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine

de Wecker dan stork. Ketiga alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap

efisiensi pengempaan. Alat Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk berdasarkan gravitasi. Adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekanan ampas., jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi.

Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari

screw press, karena kandungan minyak telah berkurang.

Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih intensif.

Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft.

b. Tekanan kerja screw press

Tekanan lawan

Penggerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan

belt, gigi dan hydroulic. Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan

dinaikkan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan presentase biji yang pecah lebih tinggi dan dapat mempercepat kerusakan

screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran elektromotor screw press. Tekanan

kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw

press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan.

(14)

ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continous pressing dan berakibat pada kerusakan elektromotor yang cepat.

Stabilitas

Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada elektromotor dan cone yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara mengganti “gear drive” dengan “hydraulic transmisi” sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidak samaan bahan baku dapat diatur secara otomatis. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada screw press, serta dapat diatur arah putaran screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

a) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk

kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak

akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

b) Menurunkan jumlah biji yang pecah. Semakin tinggi varaisi tekanan dalam screw

press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

c) Memperpanjang umur peralatan, seperti screw press, cylinder press dan elektromotor

lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara

power penggerak screw dengan hydarulic cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya

saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena keadaan adonan maupun akibat perobahan tegangan arus listrik.

c. Jumlah air yang digunakan

Air yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat. Pemberian air dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah atau chute

(15)

air, maka jumlah air yang digunakan juga tidak terlalu banyak, karena jika air yang digunakan terlalu banyak dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air cake

Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses:

1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.

2. Semakin tinggi kandungan air pada ampas,maka kalor bakarnya akan semakin tinggi yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

3. Pemeraman biji yang berkadar air yang lebih tinggi dalam silo biji akan lebih lama dan dapat menyebabkan penurunan efisiensi eksraksi biji yang lebih rendah.

b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan gerak cake dalam worm

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw

press, yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika

rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam maka iar yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-1,65 M3.

Gambar

Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak.
Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 13) menyatakan, tahapan latihan adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi: Pemanasan, Kondisioning, dan Penenangan. Tahapan

pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi, (2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan

Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi1. Universitas Kristen Satya Wacana

Harapan tersebut akan terwujud dengan adanya peran profesional guru yang salah satunya profesional dan kompeten dalam hal pedagogis yang meliputi Pemahaman karakteristik peserta

[r]

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ pada januari 2017.. Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian

Jika demam tetap bertahan hingga 4-7 hari walaupun telah mendapat terapi antibiotik spektrum luas pada pasien dengan resiko tinggi yang diperkirakan neutropenia

PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH UNTUK BUKU TEMATIK KELAS III DAN KELAS VI SEMESTER 1, BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUKU BUDI PEKERTI UNTUK KELAS III,