• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi politik kristen Indonesia; studi kasus Patai Damai Sejahtera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi politik kristen Indonesia; studi kasus Patai Damai Sejahtera"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI POLITIK UMAT KRISTEN

INDONESIA; STUDI KASUS PARTAI DAMAI

SEJAHTERA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh :

M. Imaduddin Nasution

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Partisipasi Politik Umat Kristen Indonesia; Studi Kasus Partai Damai Sejahtera telah diujikan dalam sidng munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Desember . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Politik.

Jakarta, Desember Sidang Skripsi

Ketua Merangkap Anggota

Dra. Hj. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag.

Sekretaris Merangkap Anggota

M. Zaki Mubarak, M.Si Anggota

Suryani, M.Si. Drs. Armein Daulay, M.Si. Pembimbing

(3)

PARTISIPASI POLITIK UMAT KRISTEN

INDONESIA; STUDI KASUS PARTAI DAMAI

SEJAHTERA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh :

M. Imaduddin Nasution

Pembimbing

Dra. Gefarina Djohan, MA.

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

. Jika di kemudian hari tebukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November

(5)

CURRICULUM VITAE

Nama : M. Imaduddin Nasution

Tempat & tanggal lahir : Pekalongan, Juni

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Reni Jaya, Blok AH No. , Pamulang, Tangerang Selatan

Riwayat pendidikan : . TK Islam Cahaya Agung, Pamulang,

. SD Muhammadiyah , Pamulang,

. SLTP Muhammadiyah , Pamulang,

. SMA Muhammadiyah , Pamulang,

. FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

Riwayat organisasi : . Sekbid PIP PR IRM SMA M ( - )

. Sekbid H&A PR IRM SMA M ( - )

. Staf Bidang KPSDM PC IRM Pamulang ( - )

. Sekbid H& A PD IRM Kabupaten Tangerang ( - )

. Sekbid Keilmuan PK Ushuluddin & Filsafat IMM Cabang

Ciputat ( - )

. Sekum PK Ushuluddin & Filsafat IMM Cabang Ciputat (

-)

. Seklemb Ekonomi & Amal Usaha PD IRM Kabupaten

Tangerang ( - )

. Sekjend BEM J PPI FUF UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

( - )

(6)

. Sekbid Hikmah IMM Cabang Ciputat ( )

. Staf Bidang Organisasi PW IRM/IPM Banten ( - )

. Staf Dep. HAPT BEM UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (

-)

. Kabid Hikmah IMM Cabang Ciputat ( - )

. Ketum DPP Partai Progressive UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

(7)

ABSTRAK

M. Imaduddin Nasution

Partisipasi Politik Umat Kristen Indonesia; Studi Kasus Partai Damai Sejahtera

Partai Damai Sejahtera (PDS) muncul sebagai satu-satunya partai Kristen dalam Pemilu . Ini merupakan fenomena yang agak langka dan mengejutkan. Karena dalam Pemilu sebelumnya, , umat Kristen memiliki tiga partai politik. Sedangkan dalam Pemilu-Pemilu di tahun dan , umat Kristen memiliki dua partai. Yaitu Partai Katolik dan Partai Kristen Indonesia. Sehingga dengan demikian, maka kemunculan PDS sebagai partai Kristen tunggal

merupakan fenomena menarik untuk dibahas.

Partai ini berdiri sebagai sebuah gerakan pembela kepentingan minoritas Kristen dan non Muslim Indonesia. PDS selalu menyatakan bahwa partainya adalah garda terdepan konstitusi dalam hal ini. Disini PDS selalu memperjuangkan anti syariah dalam bentuk undang-undang dan pluralisme, serta perlindungan dan pengakuan terhadap minoritas non Muslim di Indonesia. Termasuk perjuangan PDS adalah upaya menaikkan anggaran bagi Bimas Kristen di Kementerian Agama. Partai ini juga nampak tidak pernah menyerah dalam perjuangannya itu, kendati mengalami banyak cobaan dan rintangan. PDS juga berhasil menjadi salah satu partai yang dilirik oleh banyak partai untuk berkoalisi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah sejak tahun hingga saat ini.

(8)

kedudukan di DPR RI, sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat. Penelitian ini akan berguna bagi para peneliti, untuk mengetahui pola partisipasi politik minoritas Kristen di Indonesia. Disini penulis ingin

memperlihatkan bahwa minoritas terunggul di Indonesia adalah minoritas Kristen. Juga bahwa kita sebagai bangsa hendaknya dapat mengetahui pola partisipasi politik mereka.

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa PDS adalah partai yang menyatakan bahwa dirinya moderat dan pluralistik. Akan tetapi dalam

pembuktiannya, PDS tidak selalu pluralis dan moderat. Terkadang terlihat bahwa PDS adalah partai yang ingin menciptakan hegemoni atau tirani minoritas, di samping ingin menghancurkan apa yang mereka sebut sebagai tirani mayoritas. Bukti bahwa PDS terkadang bersikap mendukung tirani minoritas, adalah

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang sangat melimpah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana (S- ). Tidak lupa, puja dan puji juga dihaturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya kepada jalan yang terang benderang akan semua ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan bantuan, baik secara materil maupun moril selama pembuatan dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:

. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

. Bapak-bapak Pembantu Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Jamhari Makruf, Bapak Prof. Dr. Amsal Bahtiar, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya dan Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim. Terimakasih atas segala kebaikannya selama ini.

. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua jasa, kontribusi dan kebijakan untuk membangun FISIP ke arah yang lebih maju terutama jurusan Ilmu Politik.

(10)

. Bapak Dr. Amin Nurdin, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, periode - , yang telah memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama penulis dan Jurusan Pemikiran Politik Islam berada di bawah kendali Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

. Bapak Dr. Hamid Nasuhi, MA, Ibu Dra. Hermawati MA dan Bapak Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Pembantu dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, periode

-, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis dan jurusan PPI berada di bawah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

. Ibu Dra. Gefarina Djohan, MA, selaku Dosen Pembimbing atas motivasi, petunjuk, informasi, dan nasehatnya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

. Ibu Dra. Hj. Wiwi Siti Sajaroh, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Bapak M. Zaki Mubarok M.Si, selaku Sekretaris Jurusan, atas bimbingan, kebijaksanaan dan kelembutan hati kepada seluruh mahasiswanya.

. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan inspirasi kepada penulis selama melakukan proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberi masukan kepada penulis selama studi penulis.

(11)

. Ayahanda (Alm) H. Faruk Nasution alias Abdul Hakim Nasution dan Ibunda Latifah binti Ali, yang selalu bekerja keras demi mewujudkan anak yang berilmu tinggi, bersikap ’arif, dan taat beribadah seta tak henti-hentinya memberikan doa yang selalu mengiringi setiap langkah penulis.

. Uwak, Om dan Tante penulis. Drs. H.M. Husein Nasution, Hj Sahara Tambunan Husein Nasution SH., Hj. Fatimah Nasution, H. Azmir Ahmad, dr. H. Ali Nafiah Nasution, Sp.B. (Alm), Hj. Ris Dewi, Hj. Ir. Zubaidah Nasution, H. Ir. Putut M., Nur Khasanah Nasution, Abdurrahim Nasution dan Dwi Astuti. Juga Rodhiyah binti Ali, Amilah binti Ali S.Pd, Ibnu Soleh, Fatimah binti Ali, Tohari, dan Aisyah binti Ali, yang telah banyak mendoakan dan mendorong penulis untuk terus maju.

. Kakak dan Abang Sepupu penulis, Dewi Rahmawati SE., Indra Kusuma SE., Anita Liza S.Psi. Renaldo, Arfandi Azmir ST. dan Gitaswara Jiwa Pratiwi. yang telah menjadi contoh bagi penulis agar bisa menjadi yang lebih baik dari Kakak dan Abang semua.

. Adik-adik penulis, Isti’anah Nasution, Abdu Khoiri Rozikin Nasution, Eka Yudha Prasetya, Niken Kurniasih, Ratih Langenati, Dara Safira Mazaya Nasution dan Muhammad Raihan Nasution, yang telah mendorong penulis selama menyelesaikan studinya.

(12)

. Keluarga Besar Kakek Buyut penulis, Mangaraja Baginda Soaloan (Alm), yang telah memberikan perhatian khusus kepada penulis selama penulis menyelesaikan studinya hingga mencapai tingkat sarjana.

. Sahabat-sahabat penulis, Ady Waskito, Angga Maulana, Wahid Riyanto, Apriansyah, Cecep Suyudi, Fadli Hasan dan rekan-rekan di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Remaja Masjid Al Huda Reni Jaya yang telah membantu memberikan semangat kepada penulis selama masa studi penulis.

. Para senior penulis, para guru penulis di sekolah dan segenap pihak yang telah memberikan jasanya kepada penulis sejak masa kanak-kanak hingga masa studi strata satu ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini serta besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(13)

DAFTAR ISI

PARTISIPASI POLITIK UMAT KRISTEN INDONESIA; STUDI KASUS PARTAI DAMAI SEJAHTERA

ABSTRAK... ...i

KATA

PENGANTAR……….ii DAFTAR

ISI………..………….vi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………

B. Batasan dan Rumusan Masalah……….

C. Tujuan Penulisan………...…

D. Metode Penelitian………..…………

E. Sistematika Penulisan………

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Partisipasi Politik………

B. Teori Partai Politik………...…………

C. Teori Politik Minoritas………

D. Politik dan Etika Kristen……….……

(14)

BAB III PROFIL PARTAI DAMAI SEJAHTERA

A. Sejarah Organisasi Partai Damai Sejahtera……….……… B. PDS dalam Pemilu Legislatif……….………. C. PDS dalam Pemilu Eksekutif……….………… BAB IV ANALISIS EKSISTENSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA

A. Keunggulan PDS……….…

B. PDS dalam Menyikapi Isu Nasional……… C. PDS Sebagai Kekuatan Politik Infrastruktur……… D. Kesiapan PDS Menghadapi Pemilu ……… BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...

B. Saran………..……..

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi politik umat Kristen Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah perpolitikan Indonesia. Sebelum era reformasi, telah berdiri beberapa partai politik Kristen Indonesia. Partai politik Kristen pertama di Indonesia adalah Christelijk Etische Partij dan Indische Katholijk Partij.1 Setelah kemerdekaan, berdiri lagi dua partai politik Kristen di Indonesia. Kedua partai tersebut adalah Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Parkindo dan Partai Katolik kemudian berfusi bersama tiga partai lainnya dan membentuk Partai Demokrasi Indonesia dalam tahun .2 Fusi tersebut pada dasarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintahan Suharto yang dimaksudkan sebagai entry point bagi proses marjinalisasi partai politik yang menjadi cetak biru politik Orde Baru. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor tahun tanggal Januari . Setelah itu, terdapat Partai Kristen Nasional (Krisna), Partai Katolik Demokrat (PKD) dan Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB), yang hadir dalam Pemilu . Pada Pemilu berdirilah Partai Damai Sejahtera dan kemudian disusul oleh Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) pada Pemilihan Umum .

Partai politik Kristen generasi pertama, adalah partai Kristen yang sangat pro terhadap kolonialisme. Kenapa disebut demikian? Karena partai Kristen Indonesia saat itu menyatakan secara terang-terangan bahwa penjajahan adalah satu bentuk

1

M. Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia; Sebuah Potret Pasang Surut, (Jakarta: Rajawali Press, ), h. - .

2

(16)

anugerah dan takdir Tuhan yang harus disyukuri oleh Bangsa Indonesia.3

Tentunya gagasan pro kolonial tersebut sangat tidak sesuai dengan semangat anti kolonialisme yang dimiliki sebagian besar Kristen pribumi di Indonesia. Hanya kelompok Kristen Belanda saja yang mendukung penuh gagasan tersebut. Apalagi jika gagasan kolonialisme sebagai anugerah itu memakai firman Tuhan sebagai dasarnya.

Partai politik Kristen generasi kedua, adalah partai yang berasaskan Agama Kristen atau Demokrasi Kristen. Partai-partai tersebut adalah Parkindo dan Katolik. Partai-partai ini kemudian mendapatkan lebih sedikit anggota dan massa dibanding dengan partai lain. Kekuatan kedua partai hanya terfokus di Kawasan Timur Indonesia, Sumatera Utara dan sebagian Jawa.4

Selama era Orde Baru, partai berasaskan agama tertentu dilarang untuk ada. Kedua partai Kristen dan berbagai partai non Islam kemudian berfusi dan membentuk Partai Demokrasi Indonesia. Penggabungan ini menimbulkan adanya depolitisasi agama. Baik Islam maupun Kristen kemudian tidak bisa begitu banyak bergerak dalam dunia politik. Dengan demikian, para politisi Kristen kemudian menjadi aktif di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Golongan Karya (Golkar).

Selama era Orde baru itulah, umat Kristen dan Islam, serta agama lainnya sama sekali tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan ideologi politik selain Pancasila. Dengan demikian, berlakulah apa yang lebih dikenal sebagai asas tunggal. Asas tunggal adalah tidak diperbolehkannya terdapat asas partai politik dan organisasi massa yang berdiri di Indonesia, selain Pancasila.

3

Zakaria J. Ngelow, Partisipasi Umat Kristen Indonesia di Bidang Politik, Artikel diakses pada Maret dari http://www.oaseonline.org/artikel/ngelow-partisipasi.pdf

4

(17)

Setelah reformasi, muncul tiga partai politik Kristen yang turut dalam Pemilihan Umum . Yaitu Partai Kristen Na

onal (Krisna), Partai Katolik Demokrat (PKD) dan Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB). Sedangkan dalam Pemilu , hanya terdapat satu partai Kristen, yaitu Partai Damai Sejahtera (PDS). Baru pada Pemilu , terdapat lagi satu partai Kristen baru, yaitu Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI).

Di tahun , tepatnya pada Oktober berdirilah Partai Damai Sejahtera, dengan dukungan orang Kristen, antara lain Ruyandi Hutasoit dan Denny Tewu. Partai ini berasaskan Pancasila serta bertekad mempertahankan Pancasila dan UUD dalam bingkai NKRI dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.5 Dengan demikian, PDS memegang teguh asas pluralisme agama dalam setiap gerakan organisasinya. Akan tetapi, PDS tetap memegang teguh nilai-nilai Kristiani dalam perjuangannya.

Partai ini terlahir di tengah fragmentasi politik yang luar biasa dari banyak partai politik. Partai Damai Sejahtera adalah partai Kristen yang dapat dikatakan baru. Berbeda dengan partai Kristen lainnya yang turut serta dalam Pemilu dan Partai Kasih Demokrasi Indonesia yang turut serta dalam Pemilu . Partai Damai Sejahtera tidak memiliki hubungan historis yang kuat dengan partai-partai Kristen sebelumnya. Setidaknya, tidak nampak tokoh partai Kristen lama dalam susunan kepengurusan DPP Partai Damai Sejahtera sampai saat ini. Dalam hal ini kondisi saat pembentukan PDS adalah sebagai berikut:

“PDS dilahirkan dalam kondisi fragmentasi partai politik yang sangat kuat pasca Pemilu . Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh para pendiri

5

(18)

PDS. Seperti pertanyaan tentang mengapa mendirikan partai Kristen yang baru. Mengapa tidak bergabung dengan partai yang sudah ada dan

sebagainya. Lebih dari itu, ada pemikiran dari sebagian umat Kristen yang menyatakan bahwa minoritas Kristen Indonesia, cukup memasuki partai-partai berhaluan nasionalis saja. Namun dalam perjalanan selanjutnya, PDS mendapat dukungan dari banyak gereja dan umat Kristen Indonesia. Bahkan gereja-gereja non Protestan pun turut mendukung partai baru ini.”6

Akan tetapi kehadiran PDS sebenarnya tidaklah sebagaimana digambarkan oleh Denny Tewu di atas. Sebenarnya partai politik Kristen peserta Pemilu tetap ingin untuk turut serta dalam pemilihan umum berikutnya, yaitu Pemilu

. Hal ini terbukti dengan adanya partai-partai Kristen yang memiliki hubungan historis yang lebih kuat dengan partai Kristen generasi kedua dan ketiga.

Dapat disimpulkan bahwa umat Kristen Indonesia harus melaksanakan misi gereja dengan sebaik-baiknya. Melaksanakan upaya penyebaran ajaran gereja dan segala kebaikan gereja, dengan cara apapun, kendati harus berhadapan dengan aparatur negara dan mayoritas Muslim Indonesia yang kemungkinan akan menghalangi niat mereka.

Dalam konteks kekinian dan ke-Indonesiaan, maka umat Kristen Indonesia merasa membutuhkan kekuatan politik yang cukup berwibawa dan dapat

diperhitungkan. Kenapa demikian? Karena umat Kristen Indonesia saat ini, berada

6

(19)

dalam kondisi dimana sebagian umat Kristen mengalami diskriminasi oleh beberapa kelompok anti minoritas yang tidak bertanggungjawab.

PDS dibangun di saat umat Kristen Indonesia semakin apolitis. Di saat kebanyakan tokoh Kristen Indonesia tidak ingin mendirikan atau mendukung partai politik Kristen. Akan tetapi mereka cenderung untuk mendukung partai yang berhaluan nasionalis. Kesadaran politik umat Kristen Indonesia, menjelang berdirinya PDS dapat dikatakan sangat kecil.7 Ini terbukti lewat banyaknya tokoh Kristen Indonesia yang memilih duduk di partai yang berhaluan nasionalis daripada di partai Kristen. Seperti Gayus Lumbun yang aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Ruhut Sitompul yang aktif di Partai Demokrat (PD). Bahkan terdapat tokoh Kristen Indonesia yang hadir di dalam partai Islam liberal. Seperti Eurico Guteres dari Timor Leste, yang masuk Partai Amanat Nasional (PAN) dan merupakan seorang Katolik serta juga tokoh pro integrasi Timor Timur.

Dalam sejarahnya, partai politik Kristen Indonesia yang turut dalam Pemilu, ternyata tidak mendapatkan dukungan yang cukup kuat dari umat Kristen Indonesia sendiri. Sehingga partai politik Kristen Indonesia menjadi kecil dan tidak dipertimbangkan sebagai sebuah kekuatan politik.

Oleh karena kondisi berbagai partai Kristen Indonesia yang semakin kecil dan fragmentasi berbagai partai politik yang ada, maka berdirilah Partai Damai Sejahtera (PDS) pada Oktober . Tujuan utama pendirian partai ini, adalah untuk memperjuangkan hak-hak sosial dan politik umat Kristen Indonesia yang mulai terbengkalai sejak berakhirnya Orde Baru.

7

(20)

PDS menuntut segenap umat Kristen Indonesia untuk aktif dalam perpolitikan di Indonesia. Maksudnya adalah bahwa umat Kristen diharuskan turut dalam memperjuangkan kepentingan mereka melalui jalur politik. Denny Tewu juga menegaskan bahwa umat Kristen berada dalam kondisi tertindas oleh kaum mayoritas di Indonesia.8

Terlepas dari berbagai permasalahan yang ada, dalam kaitannya dengan partisipasi politik umat Kristen Indonesia, perhatian terhadap partisipasi, atau perilaku politik umat Kristen Indonesia masih sangat terbatas dalam komunitas Kristen itu sendiri. Umat non Kristen di Indonesia, khususnya umat Islam yang jumlahnya mayoritas, tidak begitu memperhatikan partisipasi politik umat Kristen Indonesia. Sedangkan partisipasi dan perilaku politik umat Kristen adalah satu fenomena politik yang juga patut untuk diperhatikan. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk mengambil judul skripsi, Partisipasi Politik Umat Kristen Indonesia; Studi Kasus Partai Damai Sejahtera.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Skripsi ini akan membahas fenomena kelahiran dan perkembangan Partai Damai Sejahtera dalam perpolitikan Indonesia. Dimulai dari pendiriannya, hingga pasca Pemilihan Presiden . Tentunya yang dibahas adalah:

. Seberapa besar pengaruh Partai Damai Sejahtera terhadap perilaku dan peran politik minoritas Kristen di Indonesia?

. Seberapa besar pengaruh PDS terhadap proses perumusan undang-undang di Indonesia?

8

(21)

. Apa yang akan dilakukan PDS untuk setidaknya mempertahankan prestasinya yang sekarang ini dan memperoleh kembali prestasinya, yang pernah diperoleh dalam Pemilu ?

Skripsi ini memiliki batas periode pembahasan, dari sejak berdirinya PDS hingga Musyawarah Nasional PDS yang kedua, pada Mei .

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

. Untuk mengetahui bagaimana awal mula berdirinya Partai Damai Sejahtera.

. Untuk mengetahui bagaimana cara Partai Damai Sejahtera lolos dalam proses verifikasi partai politik dari tahun - .

. Untuk mengetahui peran Partai Damai Sejahtera dalam pembuatan Undang-Undang di Indonesia.

. Untuk mengetahui pengaruh Partai Damai Sejahtera terhadap peran politik umat Kristen di Indonesia.

. Untuk mengetahui rencana Partai Damai Sejahtera dalam menghadapi Pemilihan Umum .

D. Metode Penelitian

(22)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan yaitu dengan cara:

. Data primer, merupakan data yang diambil dengan melakukan studi kepustakaan yaitu yang diperoleh dengan membaca buku teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian unuk memperoleh landasan teoritis yang berguna di dalam mempertanggung jawabkan penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini merujuk pada buku yang berkaian langsung dengan penelitian, antara lain buku, skripsi, tesis, jurnal, notulen rapat, prosiding, surat kabar dan data dari internet.

. Data sekunder, merupakan data yang diambil dengan melakukan depth interview dengan Ketua Umum DPP Asosiasi Pendeta Indonesia dan Ketua Umum DPP PDS.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini berisi lima bab yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan uraian singkat alasan pemilihan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan meode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: KERANGKA TEORI

Merupakan uraian mengenai teori-teori yang menunjng dalam penulisan skripsi ini.

(23)

Merupakan uraian mengenai sejarah dan profil Partai Damai Sejahtera. BAB IV: ANALISIS EKSISTENSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA Merupakan analisis dari segala bentuk keunggulan dan pengaruh PDS dalam pemerintahan (legislatif) dan di luar pemerintahan.

BAB V: PENUTUP

(24)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah aksi-aksi yang bertujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi politik dapat berupa aksi individual atau kolektif.9

Menurut Samuel Huntington, sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah segala kegiatan warga, baik pribadi maupun kolektif, yang

bertujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah.10 Herbert McClosky

mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah segala kegiatan sukarela warga negara dalam proses pengambilan kebijakan. Dalam kerangka sistem politik, maka tindakan partisipasi politik merupakan input yang tidak terlepas dari output awal, yaitu kebijakan atau rancangan kebijakan pemerintah.11

Berdasarkan pengertian partisipasi politik yang dibuat para ahli di atas, maka partisipasi politik adalah segala kegiatan manusia yang bertujuan untuk

mempengaruhi kebijakan eksekutif atau legislatif dalam sebuah wilayah tertentu, baik berhasil atau tidak berhasil. Disini partisipasi politik akan mempengaruhi setiap kebijakan politik dan masa depan setiap kelompok masyarakat. Ini artinya tanpa partisipasi politik, maka setiap kelompok masyarakat akan tidak memiliki masa depan yang jelas.

9

Amy L. Freedman, Political Participation and Ethnic Minorities; Chinese Overseas in Malaysia, Indonesia and the United States, (New York: Routledge, ), h. .

10

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice; Political Participation in Developing Countries, (Cambridge, Mass: Harvard University Press, ), h. sebagaimana dikutip dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, ), h. .

11

(25)

Dalam negara demokrasi, partisipasi politik menjadi begitu penting bagi berjalannya negara. Artinya, partisipasi politik begitu menentukan masa depan bangsa dan daerah-daerahnya. Sedangkan tingkat partisipasi politik yang rendah dianggap sebagai tanda yang tidak baik bagi keberlangsungan pemerintahan. Disini tingkat partisipasi yang tinggi dituntut oleh negara dan daerah, sebagai bagian penting keberlangsungan pemerintahan.

Bentuk partisipasi kemudian dapat dibagi dua. Karena para sarjana yang mempelajari negara demokrasi barat akan berpendapat bahwa partisipasi politik adalah yang tidak dipaksakan. Sedangkan para sarjana yang mempelajari negara komunis dan negara berkembang, berpendapat bahwa terdapat yang dinamakan partisipasi yang dimobilisasi (mobilized

participation). Konsep mobilized participation bertentangan dengan konsep autonomous participation. Dalam persoalan ini, berarti terdapat partisipasi politik yang dipaksakan atau dimobilisasi.12

Dalam negara demokrasi, partisipasi bukanlah hanya sebuah kepatuhan total kepada pemerintah, seperti yang terjadi di negara komunis dan negara dengan rezim otoriter. Partisipasi politik dalam negara demokrasi adalah partisipasi politik yang bersifat sukarela dan sangat menentukan masa depan negara dan daerah-daerahnya. Dengan demikian, dalam negara demokrasi, partisipasi politik begitu dituntut demi berjalannya sebuah pemerintahan yang baik. Bahkan termasuk dalam partisipasi politik adalah upaya untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih melalui berbagai cara yang dihalalkan.13

12

Ibid, h. - .

13

Syamsul Wathoni, Partisipasi Politik Warga dalam Penyusunan Kebijakan, Artikel diakses pada Januari dari

(26)

Dapat disimpulkan, bahwa partisipasi politik itu, ada yang mobilized, ada yang autonomous, ada yang legal dan ada yang ilegal. Terdapat pula partisipasi politik yang melalui keaktifan memilih dan terdapat yang melalui keaktifan

mengemukakan pendapat. Juga terdapat partisipasi politik yang dilakukan melalui keaktifan dalam mendukung kebijakan pemerintah.

B. Teori Partai Politik

Menurut Carl Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan. Ini sejalan dengan pandangan Sigmund Neumann, yang mengatakan bahwa partai politik adalah organisasi yang berusaha merebut dukungan rakyat melalui persaingan antar golongan yang berbeda-beda

pandangan. Sedangkan Giovani Sartori mengatakan bahwa partai politik adalah kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan berusaha untuk

mendudukkan kader-kadernya dalam posisi strategis di pemerintahan.14

Dari ketiga pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah organisasi yang memperjuangkan kepentingan warganya melalui pemilihan umum dan keterlibatan aktif dalam struktur pemerintahan, baik eksekutif maupun

legislatif. Partai politik berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi dan rekrutmen politik, serta sarana pengatur konflik.15

Berdasarkan teori fungsi partai politik Miriam Budiardjo, maka dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah sebuah alat bagi mencapai segala tujuan politik

anggotanya. Artinya partai politik memiliki peran penting dalam sebuah negara

14

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, ), h. - .

15

(27)

demokrasi. Disini jelas bahwa dengan demikian, maka tanpa partai politik, masyarakat di negara demokrasi tidak akan dapat mencapai tujuan politik mereka dengan mudah. Selain itu, setiap konflik juga dapat diselesaikan dengan peran serta partai politik dalam mengadvokasi anggotanya atau konstituennya yang terlibat dalam konflik tersebut.

Dalam hal tipologi partai politik, Almond membagi partai politik menjadi empat tipe. Tipe pertama yaitu partai yang beranggotakan lapisan

masyarakat, tipe kedua yaitu partai yang beranggotakan kalangan kelas tertentu, ketiga, partai yang beranggotakan pemeluk agama tertentu dan partai politik yang beranggotakan suatu kelompok kebudayaan tertentu. Selain keempat tipe tersebut, partai politik juga dibagi menjadi partai massa dan partai kader. Disini dikatakan bahwa partai massa adalah partai yang mengandalkan jumlah massa dalam mencapai tujuannya. Sedangkan partai kader adalah partai yang mengandalkan kualitas kader di atas segala-galanya. Termasuk dalam mencapai tujuan.16

Partai yang anggotanya adalah sekelompok orang yang beragama atau berideologi sama, dapat dikatakan sebagai partai ideologi. Partai ideologi bercirikan dasar dan asas partai yang dipegang secara disiplin dan ketat.17 Dalam partai ideologi, terdapat segala bentuk pungutan rutin dan hal-hal yang berhubungan dengan disiplin ideologis partai.

C. Teori Politik Minoritas

16

Tipologi Partai Politik Indonesia, Artikel diakses pada Desember dari http://idilakbar.blogspot.com/ /tipologi-partai-politik-indonesia.html

17

(28)

Minoritas adalah kelompok kecil dalam kelompok besar. Lebih jelas lagi, minoritas adalah sekelompok kecil manusia, yang berada dalam satu komunitas besar yang berbeda dengannya. Minoritas tentunya berjumlah di bawah

penduduk di setiap wilayah tempat tinggalnya.

Politik minoritas adalah politik yang diselenggarakan oleh kalangan yang merasa kurang terwakili secara politik. Politik minoritas juga dapat diartikan sebagai kebijakan yang berkaitan dengan kelompok minoritas di sebuah wilayah. Politik minoritas adalah juga segala kegiatan yang dapat mempengaruhi kehidupan kelompok minoritas dan bahkan kelompok mayoritas dalam sebuah wilayah tertentu. Politik minoritas biasanya berbicara mengenai hak kalangan minoritas dalam sebuah kawasan yang pemerintahannya dikuasai oleh mayoritas rakyat.18

Dapat pula disimpulkan bahwa politik minoritas adalah segala kegiatan yang mempengaruhi kebijakan, kehidupan sosial dan integrasi kaum minoritas di sebuah wilayah. Disini dapat diartikan bahwa pengaruh politik minoritas adalah kepada kebijakan minoritas, hak-hak minoritas dan juga integrasi antara minoritas dengan mayoritas di sebuah wilayah.

Perhatian para ahli psikologi sosial dan ahli ilmu sosial lainnya (termasuk ahli psikologi politik dan sosiologi politik) adalah terhadap isu, tentang bagaimana minoritas menggunakan pengaruh mereka, terhadap kelompok yang lebih besar. Minoritas yang teguh pada sikapnya, minoritas yang dapat menyangkal argumen-argumen mayoritas rakyat suatu wilayah, minoritas yang tidak membuat isu-isu sensitif mengenai tokoh besar

18

(29)

golongan mayoritas, minoritas yang memiliki titik-titik kesamaan dengan kelompok mayoritas, akan dapat menjadi minoritas yang unggul dalam mempengaruhi kelompok mayoritas di suatu wilayah.19

Disini dapat disimpulkan bahwa minoritas yang teguh pendirian dan memiliki kemampuan berbicara yang baik, akan mampu membuat mayoritas rakyat akan bersimpati dan bahkan berempati kepada mereka. Ini kemudian akan menciptakan minoritas unggul yang kuat dalam mayoritas yang semakin lemah. Minoritas yang unggul, memang tercipta dari sekelompok minoritas atau seorang tokoh minoritas yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga minoritas tersebut bisa mendapatkan keunggulan di bidang politik.

Minoritas yang unggul secara ekonomi maupun psikologis, mungkin saja menggantikan kedudukan mayoritas, jika pihak penguasa membuat sejumlah perubahan terhadap kebijakan. Singkatnya, perubahan kebijakan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kesuksesan golongan minoritas dalam suatu wilayah.20 Selain daripada perubahan kebijakan pemerintah, minoritas juga dapat sukses, apabila didukung oleh kekuatan modal yang besar. Baik kekuatan modal material maupun modal non material.

Dalam logika demokrasi, mayoritas akan selalu memenangkan pertandingan politik. Namun pada kenyataannya, logika seperti itu tidaklah selalu terjadi. Terkadang minoritas yang unggul secara ekonomi akan dapat memenangkan pertandingan politik apapun. Pada kenyataannya, mayoritas Muslim di Indonesia, seringkali berhadapan dengan kelompok minoritas yang unggul itu. Minoritas

19

Martha Cottam, et.al, Introduction to Political Psychology, (Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates, ), h. .

20

(30)

Non Muslim di Indonesia, banyak yang merupakan pengusaha kaya dan politisi ulung yang bisa saja mendapatkan kedudukan tinggi di dalam pemerintahan.21 Minoritas unggul, biasanya akan memenangkan berbagai pertandingan politik, dengan kekuatan ekonomi mereka. Kendati demikian, kekuatan psikologis dan sosiologis juga penting dalam berbagai pertandingan politik yang diikuti oleh minoritas unggul. Dalam konteks ke-Indonesiaan, maka minoritas terunggul yang notabene Kristen, memiliki kekuatan ekonomi dan pengetahuan yang cukup luar biasa. Disini menunjukkan bahwa di Indonesia, ternyata mayoritasnya memiliki kekurangan dalam bidang ekonomi dan pengetahuan. Sedangkan umat non Muslim, memiliki keunggulan ekonomi yang cukup dapat diperhitungkan. Terutama adalah umat Kristen Indonesia yang pernah menjadi anak emas pemerintah kolonial di masa lalu.

Akan tetapi, kendati minoritas di Indonesia memiliki kekuatan ekonomi dan lobi yang kuat, tetap saja integrasi antara minoritas dengan mayoritas diperlukan. Dalam proses integrasi inilah, kekuatan lobi menjadi begitu penting. Sebab hanya minoritas yang dapat berintegrasi dengan mayoritas sajalah yang dapat memegang peran lobi yang baik dalam proses partisipasi dan perilaku politik minoritas. Selain itu, kekuatan ekonomi juga harus diperhitungkan dalam membangun kekuatan politik. Karena penguasaan industri, terutama media, sangat mempengaruhi opini publik terhadap minoritas di sebuah daerah.

D. Politik dan Etika Kristen

21

(31)

Kendati pada dasarnya, Yesus Kristus mengajarkan untuk memisahkan antara urusan agama (iman) dengan urusan negara, namun terciptanya gereja Katolik Roma di tahun Masehi, menciptakan suatu tatanan dunia Kristen yang sangat terorganisir dan rapi, sehingga menyerupai negara. Akan tetapi, Yesus tetap tidak bermaksud mendirikan negara. Karena orang-orang Kristen (terutama Protestan) tetap lebih cenderung memisahkan antara urusan agama dengan negara. Ini karena sabda Yesus yang menegaskan agar umat Kristen memberikan hak kaisar kepada kaisar dan memberikan hak Tuhan kepada Tuhan. Sehingga dalam memilih pemimpin, Kristen tidak memaksakan umatnya untuk memilih pemimpin harus dari golongannya.22

Kendati dalam pernyataannya, Pendeta Tjahjadi Nugroho lebih mendukung bahwa Kristen adalah sekular, namun kenyataan bahwa terdapat partai Kristen dan Katolik, serta kenyataan bahwa perjuangan partai-partai tersebut adalah berdasarkan kepada nilai-nilai ke-Kristenan, maka bagaimanapun juga, ajaran Kristen tetap mengatur masalah politik. Diantaranya pernyataan Yesus bahwa hak kaisar harus diberikan kepada kaisar dan hak Allah harus diberikan kepada Allah. Ini membuktikan bahwa tetap terdapat etika politik Kristen di dunia ini.

Dalam kenyataannya, pengorbanan Yesus sebagai pengorbanan seorang Nabi, juga memiliki makna politik yang begitu mendalam. Yesus telah membalikkan relasi sosial dan membangun kembali relasi sosial itu, dengan konsep

egalitarianisme. Yesus telah membongkar konsep sosial politik yang feodal dan

22

(32)

menciptakan suatu konsep sosial yang berkeadilan. Yesus telah melawan aristokrasi para imam Yahudi yang dominan saat itu.23

Mengapa Yesus dianggap melawan aristokrasi imam Yahudi saat itu? Karena Yesus telah mengajarkan kesamarataaan dan keadilan, yang merupakan kunci egalitarianisme. Di samping itu, Yesus juga mengajarkan untuk tidak takut pada penguasa dan para imam.

Dalam kaitan antara politik dan etika Kristen, maka Kristen telah mengajarkan kasih sebagai suatu jawaban atas segala persoalan dunia. Politik Kristen adalah politik yang secara teori, merupakan perlawanan terhadap feodalisme Yahudi, namun pada praktiknya, terkontaminasi oleh feodalisme Romawi kuno yang kemudian menjadikan lahirnya Roma Katolik. Situasi politik di saat kelahiran Yesus, dimana bangsa Yahudi di Israel dijajah oleh bangsa Romawi, menjadikan bangsa Yahudi saat itu, terpaksa tunduk pada kekuasaan kafir. Dalam hal ini, hampir tidak ditemukan interaksi antara Yesus dengan penguasa Romawi. Akan tetapi Yesus menunjukkan sikap yang tidak terlalu keras terhadap penguasa Romawi saat itu. Dalam Injil Markus : - , Matius : - dan Lukas : -serta : - , disebutkan bahwa Yesus tidak menghindari pajak bangsa Romawi, tidak menghindari tindakan para penguasa Romawi dan juga memperlihatkan sikap yang dianggap kooperatif terhadap penguasa Romawi.24

Dapat disimpulkan bahwa ajaran Yesus adalah ajaran perjuangan kooperatif dalam perlawanan terhadap kezaliman. Sikap Yesus yang dikatakan kooperatif terhadap penguasa Romawi inilah yang membuat umat Kristen kemudian dapat

23

John W. de Gruchy, Agama Kristen dan Demokrasi; Suatu Teologi Bagi Tata Dunia yang Adil, Penerjemah, Martin Lukito Sinaga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ), h. .

24

Anwar Tjen, Politik Yesus; Pengantar Penelaahan Alkitab, dalam Einar M. Sitompul, ed,

(33)

mendekati pihak penguasa Romawi di Eropa. Dengan dekatnya tokoh-tokoh Kristen dengan penguasa di Eropa, maka agama Kristen dengan mudah tersebar ke seantero Eropa dan kemudian menyebar ke seluruh Dunia melalui jalan kolonialisasi oleh Eropa. Kristen juga pada dasarnya tidak akan tersebar tanpa adanya hubungan antara umat Kristen dengan penguasa-penguasa Eropa abad pertama dan para penguasa Afrika yang di-Kristenkan. Mulai dari sanalah penyebaran agama Kristen dimulai. Awalnya dari Roma Katolik, kemudian muncul Gereja Ortodox di beberapa wilayah dan akhirnya muncul Gereja Reformasi atau Protestan pada abad ke- .

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Anwar Tjen memandang sikap Yesus dalam injil sebagai sikap kooperatif. Akan tetapi, bagaimanapun juga Yesus tetap tidak dapat dikatakan bekerjasama dengan penguasa Romawi. Justru Yesus melakukan perlawanan yang nir kekerasan terhadap penguasa Romawi. Yesus tetap membiarkan para penguasa Romawi untuk memungut pajak, tetapi tidak membiarkan kekafiran menguasai tanah Palestina dan bangsa Israel saat itu. Hubungan antara Kristen sebagai agama dan politik sebagai segi kehidupan tentu telah terjadi sejak awal kelahiran agama Kristen itu sendiri. Akan tetapi, di dunia Barat Modern, dimana Kristen menjadi kekuatan politik yang tidak bisa

dihiraukan sama sekali, loyalitas masyarakat kepada negara, melebihi loyalitas masyarakat kepada agama dan suku bangsa. Sehingga dengan demikian, maka masyarakat Barat Kristen, terlihat lebih sekular dan nasionalis daripada masyarakat lainnya.25

25

(34)

Iman Kristen dan politik adalah dua hal yang terpisah sejak awal lahirnya agama Kristen. Akan tetapi, lahirnya Gereja Katolik Roma dan gereja-gereja Ortodox di Damasqus, Athena dan beberapa tempat lainnya, telah mengawinkan antara iman Kristen dan politik.

Di Indonesia, pemerintah kolonial Belanda, telah memberikan pengaruh kuat dalam hubungan antara agama dan politik. Dalam hal ini, antara kedua agama monotheisik terbesar di Indonesia dan negara. Hubungan antara Kristen dan negara diatur sedemikian rupa, demikian juga dengan Islam. Dengan demikian, maka negara yang menyatakan netral terhadap agama, tidak dapat menahan diri untuk ikut mengatur masalah keagamaan. Masalah keagamaan yang diatur oleh pemerintah kolonial Belanda antara lain adalah pendirian tempat ibadah dan izin menyebarkan agama.26

Etika Kristen adalah ketaatan terhadap para pemimpin gereja dan Injil. Dalam politik, ketaatan terhadap Injil dan gereja ini memiliki peran penting yang sangat menentukan dalam pemilihan pemimpin negara. Santo Ambrosius, guru dari Santo Agustinus, pernah menyatakan bahwa para raja seharusnya meminta restu dan keberkatan kepada Paus di Roma.27

Sementara Santo Agustinus sendiri, memiliki konsep negara Tuhan dan negara iblis atau negara duniawi. Negara Tuhan, adalah negara yang didasarkan kepada cinta kasih Tuhan. Dimana cinta kasih ini menjadi perekat persatuan antar warga negara. Sedangkan negara iblis atau negara duniawi adalah negara yang

didasarkan kepada cinta kepada diri sendiri. Dengan demikian, maka Santo

26

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda; Het Kantoor voor Indlansche Zaken, (Jakarta:LP ES, ), h. - .

27

(35)

Agustinus menginginkan adanya Persemakmuran Kristen sebagai bentuk pemerintahan.28

Sikap dan pandangan politik Agustinus ini, memperlihatkan bahwa antara ajaran Kristen dengan politik sebenarnya terdapat hubungan yang tidak begitu erat. Dalam hal ini, pandangan politik Agustinus sangat mempengaruhi sebagian besar pandangan politik para paus di Vatikan dan sebagian umat Islam yang ingin menegakkan khilafah Islamiah.

Sikap Agustinus tentang negara juga didukung oleh John Calvin. Calvin memiliki pandangan bahwa pemerintah harus menghormati gereja. Sehingga negara dapat berjalan di bawah rahmat Tuhan. Sedangkan mengenai nasionalisme, Martin Luther-lah orangnya, yang memberikan sumbangsih besar terhadap konsep nasionalisme Kristen. Luther membatasi wewenang negara dan gereja, dengan memberikan fungsi yang berbeda untuk keduanya. Gereja menurut Luther bukanlah penguasa negara. Sedangkan raja adalah penguasa negara yang sebenarnya.29

Nasionalisme Kristen, inilah yang kemudian menyebabkan banyak warga negara Eropa dan Amerika serta negara bermayoritas Kristen, dan non Muslim, lebih bersifat nasionalis dan lebih mementingkan urusan negara daripada urusan pribadi dan kelompok. Disini jelas tersirat bahwa nasionalisme Kristen lebih banyak memberikan pengaruh positif bagi kemajuan sebuah negara. Ini terlihat dari kenyataan bahwa negara bermayoritas Kristen di Eropa dan Amerika lebih maju dan lebih memperlihatkan integritas bangsa yang kuat.

28

Ibid, h. - .

29

(36)

Dampak dari pemikiran politik Protestan inilah yang kemudian memperkuat nasionalisme Kristen di Eropa dan Amerika. Agama Kristen Protestan atau Gereja Reformasi, merupakan sumber dari berkembangnya sekularisme dan nasionalisme yang sangat kuat. Inilah mengapa masyarakat barat modern, lebih memilih untuk membela negara daripada agama. Masyarakat barat modern yang mayoritas Kristen Protestan, lebih banyak mengutamakan kepentingan bangsa dan

negaranya daripada kepentingan suku dan agamanya, karena adanya perintah Injil, untuk memberikan hak kaisar kepada kaisar dan hak Tuhan kepada Tuhan.

Sehingga nasionalisme sekular berkembang pesat dalam dunia Kristen. Dalam hal pengaruh tokoh-tokoh Kristen terhadap politik Kristen, maka tidak dapat diperkirakan berapa sebenarnya jumlah tokoh pemikir politik Kristen di dunia. Santo Agustinus dan Martin Luther hanyalah sebagian kecil dari pemikir politik yang terpengaruh oleh ajaran Yesus.

Pengaruh besar Yesus antara lain terlihat dari ajaran untuk membela kaum tertindas. Gerakan politik yang dilakukan Yesus adalah gerakan politik yang melawan pemerintahan Imperium Romawi dan membela kelompok tertindas di tanah Palestina.30

Yesus juga mengajarkan tentang egalitarianisme dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan. Ini terlihat dari perintahnya untuk menanggalkan kekayaan dan mengikuti ajarannya. Doktrin Kerajaan Tuhan yang diajarkan Yesus pada dasarnya adalah akomodasi bagi aspirasi kelas menengah kebawah dan tertindas. Dengan demikian, maka Yesus menginginkan adanya upaya pemeliharaan cinta

30

(37)

dan kasih bagi rakyat miskin dan yang tidak terakomodir secara politik dan sosial.31

E. Agama dan Politik

Agama dan politik adalah dua hal yang berbeda. Namun bagaimanapun juga, karena agama membutuhkan politik dan karena manusia adalah makhluk sosial, maka setiap pemimpin agama pastilah berpolitik praktis. Politik umat beragama adalah politik yang didasarkan kepada etika agama terkait.

Pada mulanya, manusia berpolitik karena persoalan keluarga. Putra-putri Nabi Adam melakukan tindakan politik untuk memperoleh kepentingan mereka. Pada mulanya Qabil dan Habil bersaing secara politik untuk melakukan negosiasi dengan Allah. Yaitu tentang penjodohan mereka, dimana Qabil tidak mau

menikahi saudari kembar Habil, tetapi Habil mau menikahi saudari kembar Qabil. Kisah tersebut adalah kisah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia. Di zaman kerajaan-kerajaan purbakala, manusia bersaing menjadi kepala suku, raja atau kaisar. Kemudian sistem politik yang lebih modern terbentuk di zaman Yunani Kuno. Disini terbentuklah polis-polis atau negara kota, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Yunani Raya. Politik modern ini kemudian menjalar ke Romawi dan beberapa daerah lain. Kemudian sistem politik modern ini menjadi suatu trend dalam pembentukan kekaisaran di beberapa daerah hingga sekarang ini. Sistem republik dan demokrasi kemudian terbentuk dalam konteks agama Pagan Yunani dan Romawi. Baru setelah Kaisar Constantinus Agung memerintah, agama Pagan Romawi digantikan oleh Roma Katolik. Yaitu agama

31

(38)

Kristen yang memiliki suatu ketua agama, atau pemimpin umat seluruh dunia. Pemimpin itu disebut Paus atau dalam bahasa Latin disebut Papam.

Namun kemudian, sebagian umat Kristen sadar, bahwa bila kekuasaan agama dikaitkan dengan kekuasaan kerajaan, maka akan menjurus kepada ketidakadilan. Oleh karena itu, sebagian umat Kristen lalu membuat gerakan reformasi gereja, yang dipimpin oleh Martin Luther, dimana masyarakat Kristen diajak kembali kepada ajaran Injil, yang memisahkan antara hak kaisar dengan hak Tuhan. Dalam hal ini, Injil telah menjelaskan dengan menyebut bahwa penguasa Kerajaan Tuhan adalah para gembala atau pendeta. Sedangkan penguasa kerajaan dunia adalah para kaisar dan bangsawan.

Dalam paham Kristen, penguasa harus melaksanakan pemerintahan dengan cinta kasih yang tulus, dimana mereka tidak memaksakan kehendak sesuai dengan kesukaaanya. Dalam hal ini, terdapat tiga pokok yang berbeda dalam persoalan politik dan ajaran Kristen. Ketiga pokok tersebut adalah bahwa Yesus adalah juru selamat umat manusia, bahwa pemerintahan haruslah adil dan penuh kasih dan bahwa pemerintah harus diajak untuk bersikap bijaksana, was-was dan

menjauhkan diri dari kezaliman.32

Di dalam konteks ke-Kristenan, dapat disimpulkan bahwa etika Kristen yang berhubungan dengan politik, adalah ajaran cinta dan kasih. Ajaran cinta dan kasih ini diterapkan melalui tatanan negara dimana umat Kristen menjadi “garam dan terang di bumi” atau memberi pengaruh yang luas dan kuat.

Sementara Kristen menyebarkan ajaran kasih dalam pemerintahan dan kekuasaan, Islam lahir dengan membawa misi serupa di Mekkah. Dalam masa awal

32

(39)

penyebarannya, Islam menuntut adanya keimanan sosial, dimana masyarakat yang beriman, diwajibkan untuk membantu fakir miskin dan anak terlantar, serta para janda dan budak. Islam secara terang-terangan menentang perbudakan, dengan menyarankan pembebasan budak sebagai sunnah yang berpahala jika dikerjakan. Kemudian dalam periode Madinah, Nabi Muhammad membuat suatu konstitusi bernama Piagam Madinah, dimana masyarakat Muslim, Kristen dan Yahudi, diharuskan hidup bersama dalam damai dan kasih Allah. Mereka juga diwajibkan untuk saling melindungi dalam kehidupan bernegara.33

Ini adalah tonggak awal nasionalisme dalam Islam dan agama secara umum. Mengapa demikian? Karena selama masa lima abad pertama masehi, ajaran agama belum dijadikan dasar bagi sebuah konsep cinta tanah air, atau cinta terhadap kampong halaman, kendati pada dasarnya tidak terdapat nash al Quran dan Hadits yang memerintahkan cinta tanah air secara tekstual.

Secara teoritis, maka konsep politik Islam adalah syura, atau musyawarah. Ini yang kemudian menjadi konsep demokrasi Islam. Akan tetapi, konsep khilafah juga tidak dapat dilepaskan dari ajaran Islam. Hal ini karena Khilafah Islamiyah merupakan suatu hasil ijtihad para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pemikiran politik Islam yang sedemikian, pada dasarnya lebih cenderung kepada pemikiran mengenai tata negara.34

Dalam konteks Islam, musyawarah adalah satu sistem politik yang menyerupai demokrasi. Demokrasi Islam atau syura adalah satu sistem dan ideologi yang senantiasa dipakai dalam segala bentuk partisipasi politik umat Islam. Hal ini

33

Ibid, h. - .

34

(40)

dikarenakan adanya perintah Allah untuk bermusyawarah dalam segala urusan dunia.35

35

(41)

BAB III

PROFIL PARTAI DAMAI SEJAHTERA

A. Sejarah Organisasi PDS

Menjelang munculnya Gerakan Reformasi Indonesia pada tahun , ratusan gereja ditutup dan dibakar. Sejak tahun hingga sekarang ini, telah ratusan gereja yang ditutup, dirusak dan dibakar.36 Pada tahun-tahun terakhir Orde Baru, Umat Kristen Indonesia mengalami beberapa persinggungan dengan mayoritas besar yang unggul, yaitu Umat Islam Indonesia. Adanya kasus-kasus penutupan paksa dan penghancuran gereja secara paksa sejak , adalah awal dari tidak harmonisnya hubungan antara Umat Kristen Indonesia dengan mayoritas Muslim Indonesia yang tidak menghendaki adanya gereja di daerah mereka. Akan tetapi, bagaimanapun juga gereja-gereja yang ditutup adalah gereja yang melanggar SKB Menteri Nomor yang direvisi pada tahun , menjadi SKB Menteri Nomor dan tahun , sebagaimana terlampir dalam lampiran skripsi ini.

Setelah jatuhnya Orde Baru, Umat Kristen Indonesia mulai mengalami berbagai bentrokan fisik dengan Umat Islam. Berbagai kerusuhan yang terjadi, timbul antara lain karena berbagai kesalahpahaman dan perbedaan pendapat antara mayoritas Muslim dengan minoritas Kristen, serta adanya perasaan bahwa umat Kristen di Indonesia mengalami diskriminasi. Perasaan bahwa umat Kristen mendapatkan diskriminasi itu, kemudian menimbulkan sikap saling mencurigai

36

Perusakan dan penutupan Gereja di Indonesia (Beberapa Kasus - ), artikel diakses pada Februari dari http://www.pdat.co.id/hg/political_pdat/

(42)

antar umat beragama di Indonesia. Ini terbukti dari banyaknya kerusuhan di Ambon atau Maluku secara keseluruhan, Poso dan beberapa tempat lain di Indonesia. Tidak hanya sampai di situ, kejadian di luar negeri, atau yang memakan korban warga asing Non Muslim, juga menjadi penyebab konflik antara Kristen dan Islam di beberapa tempat di Indonesia.37

Di era reformasi, umat Kristen menghadapi dilema yang agak sulit, yaitu antara menerima atau menolak reformasi. Ini dikarenakan kenyataan bahwa umat Kristen Indonesia sebenarnya sudah cukup bahagia dengan kebijakan-kebijakan Orde Baru di Indonesia. Di samping juga karena adanya isu masyarakat madani dalam proses reformasi di Indonesia. Dimana kata “masyarakat madani” cenderung diartikan berbeda dengan “civil society,” yang artinya konsep masyarakat madani dinilai lebih Islami dibanding konsep civil society.38 Selain itu, kerusuhan Mei dan isu pemberlakuan Piagam Jakarta, juga menjadi persoalan yang menjadikan umat Kristen Indonesia menghadapi dilema reformasi. Gereja menghadapi dilema reformasi karena harus memilih antara mendukung reformasi dengan memusuhi Suharto, atau menolak reformasi dan mendukung Suharto.39 Mengapa gereja mengalami dilema reformasi? Karena Suharto telah lama menjadi teman bagi gereja. Disini jelas terlihat bahwa pemerintah Orde Baru telah lama memberikan keistimewaan kepada gereja, dengan membiarkan segala pelanggaran terhadap SKB Nomor tahun . Segala keistimewaan itu telah menjadikan gereja dan umat Kristen Indonesia umumnya, menjadi agak bingung. Karena harus memilih antara mengikuti arus

37

Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ), h. - .

38

Ibid, h. - .

39

(43)

reformasi atau menolak reformasi. Jika gereja menolak reformasi, maka gereja akan “terusir” dari Indonesia. Maksud “terusir” disini adalah menjadi semakin terdiskriminasi dan semakin susah dalam menjalankan misinya. Sedangkan jika gereja menerima reformasi, maka mungkin saja gereja akan menerima hal-hal yang tidak menguntungkan gereja di masa depan. Apa saja yang diperkirakan akan merugikan gereja di masa depan? Hal yang dikira akan merugikan gereja antara lain adalah konsep masyarakat madani dan dihidupkannya kembali Piagam Jakarta, yang artinya adalah menerima syariah Islam bagi setiap pemeluknya.

Dalam era reformasi, umat Kristen kemudian menyadari, bahwa partai politik yang ada selama era Orde Baru tidak cukup memperjuangkan kepentingan umat Kristen sendiri, sehingga umat Kristen Indonesia membutuhkan sebuah partai politik yang berdiri sendiri, tanpa campur tangan pemerintah atau umat lain. Di awal era reformasi inilah, muncul tiga partai Kristen. Yaitu Partai Kristen Nasional (Krisna), Partai Katolik Demokrat (PKD) dan Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB). Ketiganya bertarung dalam pemilihan umum dan pada akhirnya, hanya PDKB saja yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dalam Pemilu , berdirilah sebuah partai Kristen dengan nama Partai Damai Sejahtera. Partai ini berdiri dengan asas Pancasila dan dengan nilai-nilai Kristiani dalam perjuangannya. Partai ini merupakan partai baru, yang tidak memiliki hubungan historis yang kuat dengan partai politik Kristen terdahulu.

(44)

orthodox yang jemaatnya terdiri atas warga Indonesia keturunan Suriah dan berbagai negara dimana terdapat gereja ortodox. PDS kemudian membentuk kepengurusan di daerah-daerah dan berhasil memiliki Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Dewan Pimpinan Ranting (DPRan) dan ribuan kepengurusan di tingkat desa/kelurahan.40

Para politisi PDS dalam setiap kesempatan selalu menyatakan bahwa PDS adalah partai terbuka dan nasionalis, kendati dengan nilai-nilai Kristen di dalam perjuangannya. Dengan program Yusuf dan Daud - , menunjukkan bahwa PDS mengupayakan sebuah negara plural dan kuat di bawah nilai-nilai ke-Kristenan yang murni. Apa yang dimaksud dengan mengupayakan negara plural dan kuat di bawah nilai ke-Kristenan? Yang dimaksud adalah menjadikan Indonesia sebagai negara ke-Tuhanan yang melaksanakan nilai-nilai ajaran cinta kasih dan damai dalam segala kebijakannya. Dalam hal ini, PDS senantiasa mengupayakan adanya sikap saling menghargai dan menghormati dalam setiap segi kehidupan. Namun tentunya di bawah nilai-nilai Kristiani yang kuat.

Pada - Mei , PDS mengadakan Musyawarah Nasionalnya yang pertama di Jakarta. Dalam Musyawarah Nasional (Munas) tersebut, PDS membahas AD/ART dan kepengurusan periode berikutnya. Disini PDS menyatakan akan menjadi partai modern yang terbuka, yang dengan demikian akan menerima keanggotaan warga negara non Kristen dalam organisasi partai. Dalam Munas tersebut, PDS juga sempat mengungkapkan kekhawatirannya akan semakin sulitnya pendirian gereja di Indonesia. Kekhawatiran ini berdasarkan kepada fakta bahwa terdapat peraturan mengenai pendirian tempat ibadah, yang

40

(45)

dianggap mempersulit ibadah umat beragama oleh PDS. Selain itu, fakta bahwa terdapat kelompok masyarakat yang menolak pendirian gereja menjadi alasan tersendiri dari PDS untuk mengkhawatirkan persoalan izin pendirian gereja di Indonesia.41

Sikap politik PDS yang menjadi partai terbuka sejak Munas I-nya ini, kemudian menjadikan PDS mendapatkan anggota dari kelompok non Kristen dan bahkan Muslim. Oleh karena itu PDS kemudian mencoba untuk merubah makna salib yang tadinya melambangkan ke-Tuhanan Kristen menjadi bermakna hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Konsep penafsiran salib yang sedemikian ini lalu diterima oleh kader-kader PDS yang non Kristen.

Pasca Munas I PDS ini, PDS mengalami konflik pertamanya. Konflik ini disebabkan oleh susunan kepengurusan DPP PDS yang baru, yang tidak mengakomodir kader-kader muda yang turut mendirikan PDS dalam tahun . Disini, tokoh sentral konflik adalah Denny Tewu. Denny pada dasarnya tidak mempersoalkan jabatan yang tidak diberikan kepadanya dan juga berbagai isu yang muncul dalam Munas tersebut, akan tetapi, ternyata beberapa kelompok fungsionaris partai melakukan somasi terhadap Laporan Pertanggungjawaban Bidang Keuangan DPP. Dalam kondisi yang seperti itu, PDS kemudian melakukan rekonsiliasi pasca Munas I, dimana struktur kepengurusan dan AD/ART dengan terpaksa harus dirubah.42

(46)

dalam oganisasi partai, sehingga tidak perlu diadakan hal yang luar biasa. Disinilah Denny Tewu mengusulkan diadakannya Munaslub di Bali pada April .43 PDS tetap bersikeras bahwa kejadian dalam Munas dan setelah Munas, tidak akan memecah partainya. Kendati pada kenyataannya tetap saja terjadi perpecahan setelah Munas I, yaitu dalam Munaslub April .

Dalam Munaslub April tersebut, isu perpecahan partai menyebar. Isu tersebut antara lain muncul karena adanya calon ketua umum yang muncul dalam Munaslub dan adanya sidang ilegal dalam proses Munaslub. Termasuk prosesi penutupan yang sangat janggal bagi politisi Kristen manapun. Dalam Munaslub tersebut, agenda yang disepakati peserta adalah finalisasi AD/ART Partai, dimana masalah struktur partai menjadi isu utama. Akan tetapi, setelah rapat dinyatakan usai, orang bertahan untuk melanjutkan sidang. Dalam sidang tersebut, terpilihlah Rahmat Manulang sebagai Ketua Umum DPP PDS, menggantikan Ruyandi Hutasoit. Setelah itu, dalam ibadah penutupan keesokan harinya, Pendeta Pati Ginting melantik Rahmat Manulang sebagai Ketua Umum dengan Sekretaris Jenderal Michael Tedja. Ini tentunya mengagetkan para fungsionaris partai dan menciptakan imej bahwa telah terjadi perpecahan dalam tubuh PDS.44

Perbuatan Rahmat Manulang ini, dianggap makar oleh pihak Ruyandi Hutasoit dan pada akhirnya selesai dengan pengakuan DPP PDS hasil Munas sebagai DPP yang sah.45 Setelah konflik antara kubu Ruyandi dengan kubu Rahmat Manulang berakhir, ternyata Rahmat Manulang tidak bersedia untuk

43

Dephukam Belum Sahkan Hasil Munas PDS, Artikel diakses pada September dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/ /nas .html

(47)

mengikhlaskan kekalahannya. Rahmat tidak mengaku bersalah atas perbuatannya yang dianggap melanggar AD/ART PDS.46 Dalam konflik ini, akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan kubu Ruyandi Hutasoit dan menyatakan bahwa kubu Rahmat Manulang inkonstitusional.

Dalam periode - , PDS berusaha untuk melaksanakan amanah keberadaan partainya di DPR RI dan DPRD seluruh Indonesia. PDS melakukan perlawanan yang luar biasa terhadap segala upaya syariatisasi hukum dan politik Indonesia. Dalam hal ini, PDS melaksanakannya melalui fraksinya di DPR dan DPRD. PDS melawan segala upaya penerbitan peraturan berbau syariah di Indonesia. Ini sekaligus menandakan bahwa PDS adalah partai nasionalis sekular yang sangat menentang hegemoni dari kaum mayoritas, yang sebenarnya tidak perlu begitu dikhawatirkan.

Namun, PDS tidak berhasil memperoleh kursi di DPR RI dalam Pemilu . PDS hanya memperoleh kursi di beberapa DPRD di Indonesia. Ini kemudian menjadikan PDS akan mengalami kesulitan untuk ikut kembali dalam Pemilu berikutnya, yaitu tahun . Karena itulah maka, PDS mengadakan Munas II-nya pada tahun dan bukan , sebagaimana yang disepakati dalam AD/ART. Ini kemudian sempat menuai kecaman keras dari beberapa DPW dan DPC PDS.47 Namun Munas PDS tetap berjalan di tahun ini. Tepatnya

46

Konflik PDS; KPU Perlu Tunggu Putusan Pengadilan, Artikel diakses pada September dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/ /nas .html.

47

(48)

pada - Mei . Dalam Munas tersebut, Magit Les Denny Tewu terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum DPP PDS periode - .48

B. PDS dalam Pemilu Legislatif

Dalam Pemilihan Umum , PDS muncul sebagai partai Kristen tunggal di Indonesia. PDS telah menyingkirkan empat pesaingnya, sesama partai Kristen. Empat pesaing itu adalah Pewarta Kristiani, PDKBI, Parkindo dan Katolik Demokrat.49 Masuknya PDS ini kemudian menimbulkan semangat politik yang begitu kuat di kalangan umat Kristen Indonesia. Khususnya umat Protestan Lutheran.

Keberhasilan PDS untuk masuk kedalam proses Pemilu merupakan prestasi yang tidak dapat dihiraukan. Ini di antaranya adalah karena kesungguhan dan militansi kader-kader PDS dan umat Kristen dalam mensukseskan berdirinya dan masuknya partai Kristen dalam Pemilu . Ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu gerakan penyadaran politik dalam komunitas Kristen di Indonesia. Hal yang luar biasa, adalah bahwa PDS tidak saja memperjuangkan komunitas Protestan Lutheran saja. Akan tetapi memperjuangkan pula komunitas Katolik dan Ortodox yang mengalami perlakuan berbeda dalam berbagai urusan keagamaan mereka.

PDS kemudian menyiapkan programnya yang fenomenal, yaitu Yusuf dan Daud - . Yusuf merupakan program pemenangan Pemilu

48

Ketua Umum PDS yang Baru Denny Tewu, Artikel diakses pada Oktober dari http://www.mediaindonesia.com/read/ /Ketua-Umum-PDS-yang-Baru-Denny-Tewu.

49

(49)

, dimana PDS menempatkan diri sebagai minoritas yang tertekan, namun memiliki kekuatan politik yang baik dan tidak pendendam. Program ini diambil dari kisah Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya. Program ini dimaksudkan untuk mensukseskan umat Kristen menjadi minoritas unggul di Indonesia. Disini minoritas unggul digambaran oleh PDS sebagai minoritas yang mempengaruhi mayoritas, minoritas yang teguh pendirian dan tidak terpengaruh arus mayoritas, minoritas yang rendah hati, pengampun, sabar dan mensejahterakan bangsa. Sedangkan Program Daud - , bertujuan untuk memperkuat apa yang telah dicapai dalam Program Yusuf . Disini Program Daud - dianggap sebagai kelanjutan yang mutlak dari program Yusuf , dimana PDS harus melaksanakan amanah yang telah diperoleh dalam program sebelumnya. Dalam Program Daud - juga PDS berusaha untuk memenangkan, atau setidaknya turut memenangkan pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia.50

Demi tercapainya target dalam Yusuf , maka PDS melakukan berbagai kampanye simpatik. Ini dapat dilihat dari cara mereka menggaet massa dan pemilih dari segala golongan. Memang PDS pada tahun masih memegang teguh nilai-nilai ke-Kristenan dan belum terbuka. Namun kegiatan mereka yang tidak pandang bulu dalam kampanyenya, membuktikan bahwa PDS memang sangat simpatik dalam melakukan kampanye. Disini PDS melakukan berbagai kegiatan sosial, seperti pengobatan gratis dan bahkan membagikan jilbab dan perlengkapan shalat.

50

(50)

Perilaku politik PDS yang sangat simpatik kepada semua kalangan inilah yang membuat PDS berhasil dalam Pemilu , sehingga dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Program Yusuf hampir sepenuhnya berhasil. Keberhasilan PDS dalam hal ini dapat dilihat dari adanya wakil PDS di DPR RI, di DPRD Provinsi dan di DPRD Kabupaten/Kota.51 Keberhasilan ini tidak terlepas dari usaha kader dan simpatisan PDS yang sedemikian kuatnya, sehingga ada beberapa umat non Protestan dan bahkan non Kristen yang memilih PDS.

Kenyataan bahwa terdapat sekelompok orang non Kristen yang memilih PDS, membuat PDS memutuskan untuk menjadi partai terbuka yang lebih nasionalis. Oleh karena itu, dalam Munas I-nya, PDS mempertimbangkan dan akhirnya memutuskan, untuk menjadi sebuah partai nasionalis yang berdasarkan kepada nilai-nilai Kristen dan bukan partai agama.52 Dengan demikian, mulai banyaklah orang non Kristen dan bahkan Muslim, yang kemudian mendukung PDS sebagai partai mereka. Ini karena mereka melihat bahwa pluralisme yang dibawa oleh PDS tidak bertentangan dengan agama mereka dan karena PDS telah membuktikan diri sebagai partai yang terbuka bagi siapa saja.

Dalam Pemilu , PDS telah berhasil memperoleh empati dari kaum non Kristen di Indonesia. Bahkan ada umat Islam yang memilih untuk menjadi aktifis partai salib tersebut. Diantaranya adalah Asrianty Purwantini, yang menjadi Calon Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Timur V, mewakili

(51)

PDS. Menurut sumber Detik.com, Asrianty sempat mendapatkan hujatan dari masyarakat yang melihatnya berkampanye.53

Dalam masa Pemilu itulah PDS semakin gencar dalam berkampanye. PDS semakin banyak menyambangi konstituen di daerah-daerah. Disinilah PDS mengalami banyak pujian sekaligus hujatan dari berbagai pihak. Baik yang memandang positif sikap PDS yang semakin plural, maupun yang memandang negatif. Termasuk kecurigaan sebagian masyarakat bahwa PDS akan mempermudah Kristenisasi di Indonesia. Namun PDS tetap mengakomodir Caleg Muslim sebanyak dari jumlah Calegnya.54 PDS juga menunjukkan sikap-sikap pluralis dan mengayomi sesama serta tidak pandang bulu dalam berbagai kegiatan sosialnya. Sikap PDS yang pluralis inilah yang kemudian membuat PDS mendapatkan dukungan dari beberapa kelompok non Kristen di Inonesia. Seperti kelompok agama Tao dan sebagian kecil umat Islam.55

Semua dukungan baru yang didapakan oleh PDS adalah dukungan yang muncul karena sikap simpatik PDS yang ditunjukkan selama kampanye. Terutama di Indonesia Timur, Sumatera Utara, Sulawesi, Jawa Timur, Jakarta dan Banten. Ini terlihat dari program kampanye PDS yang bahkan berani melakukan kampanye dengan cara yang jarang terpikirkan oleh orang lain.56 Diantaranya, PDS melakukan pembersihan sungai di Surabaya dan melakukan pembagian jilbab kepada para pekerja seks komersial.

53

Caleg Partai Damai Sejahtera Berjilbab, Artikel diakses pada April dari http://www.tropiz.com/berita/caleg-partai-damai-sejahtera-berjilbab/.

54

PDS Akomodasi Persen Caleg Kalangan Muslim, Artikel diakses pada April dari http://www.antara.co.id/print/ .

55

PDS Inginkan Kedamaian Dan Hargai Pluralitas, Artikel diakses pada Maret dari http://rol.republika.co.id/berita/ /PDS_Inginkan_Kedamaian_Dan_Hargai_Pluralitas.

56

(52)

Sekitar masa Pemilu , PDS kemudian membuat makna baru dari salib, yang dipakai sebagai lambang partainya. PDS menggambarkan salib sebagai bentuk hubungan manusia dengan sesama dan dengan Tuhan. Ini agak berlawanan dengan hakikat salib yang sebenarnya, yang lebih menggambarkan atau melambangkan kematian Yesus. Namun demikian, pengertian salib yang diperbaharui ini diterima oleh para aktifis PDS yang non Kristen. Akan tetapi tentunya penafsiran ini dapat saja menjadikan PDS malah ditinggalkan oleh konstituennya yang Kristen.

Kendati PDS telah membuka diri untuk semua kalangan dan umat beragama, sehingga seharusnya PDS mendapatkan tambahan dukungan, PDS malah kehilangan seluruh kursinya di DPR RI dan hanya mendapatkan kursi di DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota.57 Dengan demikian, PDS kehilangan kursi DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota. Ini kemudian membuat PDS melakukan introspeksi diri, dalam arti mengoreksi segala bentuk kebijakan DPP yang dianggap turut menurunkan perolehan kursi PDS di legislatif.

C. PDS dalam Pemilu Eksekutif

Setelah Pemilihan Anggota Legislatif , masyarakat Indonesia dan partai politik yang ada di dalamnya, bersiap-siap menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres). Dalam Pemilihan Presiden ini, PDS mendukung secara terang-terangan Megawati dan Hasyim Muzadi. Pilihan ini pada dasarnya lebih didasarkan kepada jaminan dari Megawati akan adanya pluralisme dalam

57

Ruyandi Hutasoit Membuka Pembekalan Aleg Terpilih Partai Damai Sejahtera

Periode , Artikel diakses pada Oktober dari

Gambar

Tabel �Rekapitulasi Perolehan Suara dan Kursi PDS di DPR RI pada  ����

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan matriks level pertama dari QFD yaitu House of Quality (Rumah Kualitas) dapat diketahui hubungan kebutuhan pelanggan dan pemenuhan teknis dari

sesuai dengan upah atau keuntungan lain yang kamu dapatkan, tentunya kamu harus bertahan di kondisi tersebut. Karena, beban kerja berat tentu upahnya

Menurut penelitian Slater et al, dari penderita KKR dengan nilai normal < 5 µg/ ml dan abnormal > 5 µg/ ml didapatkan hasil bahwa kadar CEA abnormal preoperatif

Bagi sekolah, hendaknya perlu mengoptimalkan kembali fasilitas yang dimiliki sekolah; mengoptimalkan kinerja tenaga kependidikan untuk melaksanakan apa

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya.

Guru diharuskan siap menghadapi tantangan seperti meningkatkan motivasi peserta didik, dalam perencanaan pembelajaran terdapat hal yang dapat membangkitkan motivasi

Kajian Potensi Cadangan Karbon pada Pengusahaan Hutan Rakyat (Studi Kasus Hutan Tanaman Rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul)[tesis].. Sekolah Pascasarjana,

1) Pasang sepeda pada trainer dengan baik (tidak miring dan kuat). Tutupi warna yang menyolok pada sepeda untuk mengurangi kesalahan pengukuran pada pengolahan data