EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
BAGUS SANTOSA
NIM: 106051101918
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS
RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH
EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Bagus Santosa
NIM: 106051101918
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Agustus 2010
ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS
RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH
EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Bagus Santosa NIM: 106051101918
Di bawah bimbingan
Drs. Study Rizal L.K, MA NIP 19640428 199303 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
POLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 26 Agustus 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Dr. H. Arief Subhan, MA Rully Nasrullah, M.Si
19660110 199303 1 004 19750318 200801 1 008
Anggota,
Penguji 1 Penguji 2
Rully Nasrullah, M.Si Lili Bariadi, MM, M.Si
19750318 200801 1 008 19740519 199803 1 004
Pembimbing
Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)
Sebelum Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, Harian Umum Kompas
membuat rubrik khusus untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah "Mandat Rakyat 2009" Dalam rubrik tersebut Kompas membuat sebuah kolom dengan nama "Obrolan A-Politis" untuk kebebasan beberapa tokoh (non politis dan wartawan) untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu 2009, salah satunya adalah Efek Rumah Kaca atau yang lebih sering dikenal dengan ERK.
Adapun alasan Kompas memilih ERK adalah karena ERK merupakan sebuah band dari kalangan sipil. Empat tema awal tulisan ERK di kolom “Obrolan A-Politis” merupakan hasil dari diskusi manajer ERK dan pihak Kompas. Para personel ERK yang notabenenya adalah para penulisnya tidak ikut mendiskusikan temanya, dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK dibebaskan memilih temanya sendiri. Lalu, adapun alasan memilih analisis wacana model Teun van A Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk mengoprek tulisan dari ERK tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui, bagaimana maksud dari teks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik “Mandat Rakyat 2009”pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009"pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Bagaimana dimensi konteks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009"pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A. van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks, kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat" Kompas Januari 2009.
Kemudian hasil penelitiannya penulis simpulkan kedalam beberapa dimensi, yaitu teks, 1) bercerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih ke persiapan kampanye, 2) Iklan politik, 3) masalah DPR yang dikaitkan relevansinya dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat; dan 4) masalah korupsi. Kemudian kognisi sosial, awalnya personil ERK diberikan tema oleh Kompas dari hasil diskusi, namun setelah empat tema tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh ERK, selanjutnya ERK diberikan kewenangan sendiri untuk memilih tema. Prosedural penulisannya adalah setiap personel ERK menulis, kemudian dipilih satu tulisan yang layak cetak, selanjutnya diedit oleh Harlan, manajer ERK, kemudian dikirim ke Kompas.
Pihak kompas hanya mengedit kisaran kaidah penulisan jurnalistik dan space
yang diberikan. Lalu konteks,1) pembaca digiring agar siap menyongsong Pemilu 2009, 2) iklan politik yang ada malah mirip politik citra 3) relevansi DPR dengan lagu Iwan Fals ternyata makin ke arah konotasi negatif; dan 4) Korupsi yang sudah mengakar ternyata berdampak pada korupsi bahasa
Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin segala puji hanya pantas disanjungkan untuk-Nya karena atas daya, upaya serta izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad S.A.W karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh dengan
kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya Al-Quran serta berbagai
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulis hanyalah manusia biasa, banyak kekurangan dan sangat
membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai suatu tujuan, terlebih lagi
dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini penulis
akan mengucapkan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini. Rasa
terima kasih yang tak terhingga ini diberikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak DR. H. Arief
Subhan, M.A beserta para pembantu dekan yang tidak dapat penulis urai
satu persatu.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Rubiyanah, M.A dan Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Rulli Nasrullah, M.si. yang sudah melayani
mahasiswa/inya dengan baik dan penuh kesabaran.
3. Bapak Drs. Study Rizal LK. M.A sebagai pembimbing yang telah tabah
dan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Pihak Kompas, khusus kepada Ibu Kunti (Sekretaris Redaksi) yang melancarkan birokrasi dalam melakukan wawancara dengan pihak
Kompas. Serta Ibu Ratna Myrna M (Mantan Editor ”Mandat Rakyat
5. Pihak Efek Rumah Kaca, khususnya Yuri (Road Manajer Efek Rumah
Kaca) yang melancarkan pertemuan penulis dengan Cholil Mahmud
(vokalis Efek Rumah Kaca, sekaligus penulis kolom ”Obrolan A-Politis”).
Harlan Boer Bin (Manajer Efek Rumah Kaca) yang membantu penulis
dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta Cholil Mahmud yang memberikan
sedikit waktunya untuk diwawancarai oleh penulis.
6. Bapak Gun Gun Heryanto, M.si., sebagai penasehat akademik. Serta
dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan curahan ilmu dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi
ini.
7. Dan seluruh orang-orang yang sangat membantu penulis dalam
penyelesaian penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu..
Akhir kata, mungkin masih banyak terdapat kekurangan pada karya ilmiah
ini. Kritik yang membangun sangat penulis nanti demi perbaikan skripsi ini dan
skripsi selanjutnya di masa mendatang.
Ciputat, Agustus 2010
Bagus Santosa
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Metodologi Penelitian 6
E. Sistematika Penulisan 7
BABII KAJIAN TEORITIS
A. Rubrik 9
B. Kolom 10
C. Wacana 11
1. Pengertian Wacana 11
2. Wacana Teun A. van Dijk 14
a. Analisis Wacana 14
b. Analisis Teks 16
c. Analisis Kognisi Sosial 17
d. Analisis Konteks Sosial 20
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Harian Umum Kompas 21
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya 21
2. Visi dan Misi Harian Umum Kompas 27
a. Visi Harian Umum Kompas 28
b. Misi Harian Umum Kompas 29
c. Nilai-nilai Dasar Harian Umum Kompas 30
3. Keorganisasian Harian Umum Kompas 31
a. Bidang Redaksi 31
d. Bidang Teknologi Informasi 34
e. Bidang Bisnis 34
B. Efek Rumah Kaca 35
1. Profil Efek Rumah Kaca 35
2. Diskografi Efek Rumah Kaca 36
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Temuan data dan analisis teks kolom "Obrolan A-Politis"
rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah
Kaca (Band) 38
1. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
10 Januari 2009) 38
a. Struktur Makro 42
b. Struktur Mikro 42
2. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
17 Januari 2009) 43
a. Struktur makro 46
b. Struktur mikro 46
3. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
24 Januari 2009) 47
a. Struktur makro 52
b. Struktur mikro 52
4. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
31 Januari 2009) 53
a. Struktur makro 60
b. Sturktur mikro 60
B. Temuan data dan analisis kognisi sosial kolom "Obrolan
A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band) 60
C. Temuan data dan analisis konteks sosial kolom "Obrolan
A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band) 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 64
B. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN I (Transkip Wawancara dengan Myra Ratna M) 69
LAMPIRAN II (Transkip Wawancara dengan Cholil Mahmud) 74
LAMPIRAN III (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”) 74
LAMPIRAN IV (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”) 75
LAMPIRAN V (Surat Keterangan wawancara Kompas) 76
vii
Tabel 1.2 Skema Penelitian dan Metode van Dijk 16
Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A van Dijk 17
Tabel 3.2 Skema/Model Kognisi Sosial 18
Tabel 1.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 10 Januari 2009
Judul: Mari Menyongsong 38
Tabel 2.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 17 Januari 2009
Judul: Selera Rakyat Indonesia 43
Tabel 3.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 24 Januari 2009
Judul: Yang Agung dari Leuwinanggung 47
Tabel 4.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 31 Januari 2009
Judul: Bahasa Korupsi Bahasa 54
Tabel 1.4 Skema Kognisi Sosial kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat
Rakya 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca 60
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelum Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif 2009 yang lalu, Harian
Umum Kompas—salah satu harian terbesar di Indonesia—membuat rubrik khusus untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah “Mandat Rakyat 2009” yang berlangsung
selama tiga bulan terhitung dari Januari sampai Maret. Dalam rubrik ini Kompas
menyediakan tiga halaman yang memuat berita pra-Pemilu 2009 dan opini
masyarakat tentang Pemilu 2009. Harian Umum Kompas memang biasa menyediakan rubrik khusus untuk tiap kali Pemilunya, hanya saja nama dari
setiap rubrik Pemilu itu berbeda.1
Dalam rubrik “Mandat Rakyat 2009”, Kompas membuat sebuah kolom dengan nama “Obrolan A-Politis” untuk kebebasan beberapa tokoh (non politisi
atau wartawan) untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu
2009. Khusus Januari, Kompas memberikan mandat kepada Acil Bimbo (setiap hari Selasa), Nia Dinata (setiap hari Kamis) dan Efek Rumah Kaca (setiap hari
Sabtu sampai dengan 4 April 2009). Adapun tulisan Acil Bimbo per Januari
adalah “Jahat Koruptor atau Israel?” (20 Januari 2009) dan “Pesona Aa Babam” (27 Januari 2009). Lalu tulisan Nia Dinata per Januari adalah “Demokrasi tanpa Pesta” (15 Januari 2009), “Obama, Banjir Kampanye” (22 Januari 2009) dan “Pemihakkan bagi Perempuan” (29 Januari 2009)
Alasan Kompas memilih mereka adalah sebagai jembatan bagi para pembaca agar sadar bahwa sebentar lagi akan diadakan pesta demokrasi di
1
Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010
Indonesia. Acil Bimbo dipilih sebagai jembatan untuk para kaum lawas, Nia
Dinata mewakili kaum perempuan dan Efek Rumah Kaca sebagai jembatan buat
para anak muda yang juga baru mendapatkan penghargaan MTV Music Award
2009.2
Kompas memberikan kepercayaan kepada Efek Rumah Kaca atau yang lebih sering dikenal dengan ERK untuk mengisi kolom “Obrolan A-Politis” pada
rubrik “Mandat Rakyat 2009” khusus edisi Pemilu 2009. Kompas pernah mengatakan bahwa ERK bukanlah band yang murahan. Kompas menyebut “musik mereka (baca:ERK) bukan musik kacang goreng” dalam artikelnya yang
berjudul “ERK: lima ribu copy saja”.3
Kompas memang sedari awal sudah melirik ERK, terbukti dari salah satu kolom “Obrolan Kita”, Kompas menceritakan tentang ERK pada September 2008: Melalui lagu, Efek Rumah Kaca atau ERK memotret peristiwa di dunia nyata. Inilah grup band Indonesia masa kini yang memiliki pernyataan politik. Ketika kontroversi pornografi dan pornoaksi mencuat, ERK menulis lagu ”Jalang”. Lagu tersebut mengkritik pasal-pasal karet RUU Pornografi dan Pornoaksi. … Ketika kasus Munir mencuat, band asal Jakarta ini meluncurkan lagu “Di Udara”. Lagu tersebut menegaskan, teror dan ancaman pembunuhan tidak akan menciutkan nyali pejuang HAM seperti Munir. … Lirik ERK tidak hanya bicara soal politik. Mereka juga bicara soal penyakit diabetes … dan nafsu belanja … Bahkan, mereka menyoroti musisi Indonesia yang atas nama selera pasar berbondong-bondong menulis lagu-lagu cinta. …Lirik-lirik kritis itu selanjutnya diramu ERK dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Itulah kekuatan lagu-lagu ERK….4
Walaupun ERK yang masih dengan label indie5, mereka tetap produktif menciptakan lagu-lagu yang cemerlang. Terbukti telah dua album yang mereka
2
Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010
3
Kompas, Senin, 16 November 2008
4
Kompas, Minggu, 7 September 2008
5
3
keluarkan, Efek Rumah Kaca (2007/Pavilliun) dan Kamar Gelap (2008/Aksara). Dan kini mereka mampu membuat label sendiri dengan nama Jangan Marah Record yang diluncurkan pada bulan April 2010 serta mendapatkan banyak penghargaan dari berbagai media.6
Melihat pemberian kepercayaan Kompas kepada ERK untuk menulis di kolomnya maka timbul ketertarikan untuk meneliti lebih jauh. Oleh karena itu,
penelitian ini diberi judul “ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN
A-POLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK
RUMAH KACA (BAND)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalahnya adalah pada tulisan Efek
Rumah Kaca pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009”
Kompas Edisi Januari 2009. Pada Pemilu 2009 kemarin, Kompas membuat rubrik khusus untuk menyoroti Pemilu 2009 dengan nama “Mandat Rakyat 2009”. Di
dalam rubrik tersebut terdapat sebuah kolom dengan nama “Obroloan A-Politis”
yang berisikan opini beberapa tokoh dan ERK menjadi penulis pada kolom
tersebut setiap hari Sabtu selama tiga bulan terhitung dari 10 Januari sampai 4
Bicara indie tidak terlepas dari mainstream dan umumnya yang dimaksud dengan
mainstream adalah arus utama, tempat di mana band-band yang bernaung di bawah label besar, sebuah industri yang mapan. Band-band tersebut dipasarkan secara meluas yang coverage
promosinya juga secara luas, nasional maupun internasional, dan mereka mendominasi promosi di seluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia dan mereka terekspos dengan baik.
Jadi jika kita berbicara kriteria indie dibandingkan dengan mainstream itu lebih kepada industrinya, perbedaannya lebih kepada nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman. Untuk masalah talent atau talenta, tidak ada yang memungkiri kalau band-band indie terkadang lebih bagus daripada band-band mainstream. Jadi di sini hanya masalah uang, karena industri musik berbasis kepada profit, jadi label menanamkan modal yang besar untuk mencari keuntungan yang lebih besar, itu tadi pada nilai investasinya. (Wendy Purwanto a.k.a Wendz Rawk, editor Rolling stone Magazine)
6
April 2009. Dan pada peneltian kali ini dibatasi hanya pada edisi Januari 2009,
yang berjudul “Mari Menyongsong!” (10 Januari 2009), “Selera Rakyat Indonesia!” (17 Januari 2009), “Yang Agung dari Leuwinanggung” (24 Januari 2009), dan “Bahasa Korupsi Bahasa” (31 Januari 2009).
Kemudian dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. van
Dijk, yang meneliti tiga dimensi, yaitu teks yang terbagi menjadi struktur makro,
superstruktur dan struktur mikro, struktur makro menunjuk pada makna
keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema atau topik yang diangkat oleh suatu wacana; kognisi sosial; serta konteks sosial.7
Adapun alasan memilih tulisan-tulisan tersebut karena tulisan itu
merupakan tema yang didiskusikan manajer ERK dan pihak Kompas. Empat tema awal tulisan ERK di kolom “Obrolan A-Politis” merupakan hasil dari diskusi
manajer ERK dan pihak Kompas dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK dibebaskan memilih temanya sendiri. Lalu adapun alasan memilih analisis wacana
model Teun van A Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk
mengoprek tulisan dari ERK tersebut.
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah
sebelumnya, maka ada beberapa pertanyaan untuk merumuskan masalah
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana maksud dari teks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik
“Mandat Rakyat 2009”pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
7
5
2. Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
3. Bagaimana dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik
“Mandat Rakyat 2009”pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Menjabarkan dimensi teks sosial pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band).
b. Menjelaskan dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan
A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band).
c. Mendeskripsikan dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band).
2. Manfaat Penelitian
Hasil peneltian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis:
1) Memberikan sumbangsih bagi ilmu komunikasi khususnya
penelitian dengan menggunakan metode analisis wacana model
2) Memberikan tambahan wawasan tentang analisis wacana Teun
A. van. Dijk.
3) Memperkaya khazanah kajian ilmu komunikasi khususnya
tentang analisis wacana Teun A van Dijk.
b. Manfaat Praktis:
1) Memberikan semangat agar band-band lain bisa menjadi penulis di media khususnya cetak.
2) Motivasi bagi orang lain untuk menjadi penulis di kolom pada
sebuah surat kabar.
3) Menjadi inspirasi dan pacuan untuk penelitian di masa
mendatang.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan
pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A.
van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks,
kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom
“Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat” Kompas Januari 2009. 2. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan artikel kolom “Obrolan
7
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada personil Efek Rumah Kaca, khususnya
Cholil Mahmud selaku penulis pada kolom “Obrolan A-Politis” untuk
kelengkapan temuan data dan analisis. Dan Myrna Ratna M, mantan editor rubrik
“Mandat Rakyat 2009” yang kini duduk sebagai editor rubrik “Kompas Minggu”
untuk mengetahui profil Kompas dan kelengkapan temuan data dan analisis. Wawancara ini menggunakan alat berupa catatan dan rekaman baik berupa suara
ataupun gambar.
3. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana milik Teun A. van
Dijk yang membagi wacana ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Teks, yang terbagi atas: Struktur makro (tematik), superstruktur
(skematik) serta Struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan
retoris)8
b. Kognisi sosial,
c. Konteks sosial,
dengan menggunakan tabel non statistik. Di mana temuan data dan analisis
digabungkan menjadi satu yang kemudian dideskripsikan oleh peneliti.
4. Penyimpulan Hasil Penelitian
Penyimpulan penelitian ini berdasarkan semua data yang didapat baik
secara primer maupun sekunder yang diolah menggunakan tabel non statistik,
yang disusun secara sistematis dari pemikiran peneliti secara subjektif.
8
E. Sistematika Penulisan
Untuk membantu penyusunan dan pembahasan penelitian ini, maka
disistematiskan ke dalam lima (V) bab, dengan mengacu pada Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk, dan diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Adapun sistematika penulisan dari penelitian
ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis, bab ini mengkaji lebih dalam mengenai rubrik, kolom dan
wacana.
Bab II Profil Kompas Dan Efek Rumah Kaca, bab ini berisikan profil Kompas,
dan Efek Rumah Kaca.
Bab IV Temuan Data dan Analisis, bab ini menguraikan tentang analisa penelitian
mengenai analisis wacana kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat
Rakyat 2009”pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band).
Bab V Penutup, bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang didapati dalam
KAJIAN TEORITIS
A. Rubrik
Rubrik dalam pers menurut Harimurti Kridalaksana adalah “kelompok
karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema
tertentu”1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rubrik adalah “kepala karangan (ruang tetap) dalam surat kabar, majalah dan lain sebagainya” 2. Senada
dengan hal tersebut, menurut Effendy, “rubrik berasal dari istilah Belanda yang
berarti ruangan pada surat kabar, majalah atau media cetak lainnya mengenai
suatu aspek kegiatan dalam kehidupan masyarakat seperti rubrik wanita, olahraga,
politik dan lain sebagainya” 3. Sedangkan menurut Masri dalam bukunya Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
Asal muasal istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Guttenberg menemukan mesin cetak ketika banyak buku yang diproduksi secara masal. Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal dan untuk menandainya (Book mark sekarang) antara buku satu dengan yang lainnya diberi sekat dengan pita berwarna merah. Di dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah rubber. Dan karena itu, hingga kini untuk menandai ruang antara buku satu dengan yang lain disebut rubrikasi.
Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu yang khas dimana masing-masing rubrik tersebut mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda. Seorang pembaca yang menyukai menu A belum tentu menyukai menu B, begitu sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian pula pembaca, mereka sering membaca rubrik yang mereka suka.4
1
Harimurti Kridalaksana, Leksian Komunikasi, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1984), hlm. 89
2
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1989) , hlm. 316
3
Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), hlm. 756
4
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2007) hlm. 88
Dari definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa rubrik adalah kepala
karangan yang bersifat tetap dalam sebuah media cetak yang berguna sebagai
ruangan mengenai suatu aspek kehidupan.
B. Kolom
Kolom menurut Slamet Soeseno dalam buku Asep Syamsul M. Romli
Jurnalistik Praktik untuk Pemula, adalah "tulisan yang memuat pendapat berdasarkan penalaran, pemikiran kritis, menurut pandangan subjektif penulis”.5
Sedangkan kolom menurut A.S Haris Sumadiria adalah “opini singkat
seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan
terhadap suatu persoalan/keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang
dimaksud adalah views yang bersifat subjektif semau penulisnya, bukan news
(berita) yang bersifat objektif berdasarkan fakta”.6
Lebih lanjut Haris mengatakan bahwa, opini digunakan media sebagai:
“pendamping, penganalisis, penafsir berita; wahana diskusi – karena opini
merupakan tulisan seorang kolumnis dan ini bebas untuk didiskusikan, baik
mengiyakan atau menidakkan; sarana memberikan solusi terhadap suatu masalah;
serta sarana proses aktualisasi; sarana eksistensi diri”.7
Masih menurut Haris, “seorang kolumnis – sebutan untuk penulis kolom –
membahas topik apa saja sesuai dengan tema yang tersaji dalam cerita singkat
5
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktik untuk Pemula, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006), cet 7, hlm. 90
6
Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet. 2 hlm. 9
7
11
yang memikat, logis, rasional, enak dibaca, menggairahkan dan menyegarkan
yang membaca opini kolumnis”.8
Sementara itu Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa, berpendapat bahwa ada beberapa pertimbangan yang dijadikan media untuk memilih seorang kolomnis, yaitu, “memiliki
kredibilitas, tajam dan analitis, kaya dengan data dan informasi, berani, berpikir
runtut, berwawasan luas, bukan jago kandang (maksudnya, bukan hanya terampil
dalam kelompoknya tapi juga mampu tampil di masyarakat), konsisten dan paham
dunia jurnalistik”.9
Jadi bisa disimpulkan bahwa kolom adalah sebuah opini singkat yang
bersifat subjektif dari seorang penulis kolom atau biasa disebut kolomnis. Kolom
sendiri bisa digunakan untuk pendamping, penganalisis, penafsir berita.
C. Wacana
1. Pengertian Wacana
Untuk pengertian wacana berdasarkan etimologis, Alex Sobur dalam
bukunya Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana
mengatakan bahwa “wacana atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata
discourse ternyata merupakan serapan dari bahasa Latin, discursus, kata dis,
berarti ‘dari, dalam arah yang berbeda’, dan currere, berarti ‘berlari’. Jadi
discursus berarti lari kian kemari”.10
8
Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional,, hlm. 15
9
Aceng Abdullah, Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa,
(Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 68-79 10
Sementara itu dalam Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana karya Deddy Mulyana, “wacana dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta, wac/wak/uak yang berarti berkata, dan akhiran (sufiks) ana bermakna membendakan”.11
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ada tiga makna dari kata wacana. yaitu, “perkataan/ucapan/tuturan; keseluruhan
tutur/cakapan yang merupakan satu kesatuan; serta satuan bahasa
terbesar/terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan utuh, seperti novel,
buku dan artikel”.12
Selanjutnya pengertian wacana berdasarkan terminologis menurut Alex
sendiri adalah “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsure segmental maupun nonsegmental bahasa”13
Lalu Henry Guntur Tarigan memandang “wacana tidak hanya mencakup
percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta
upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara dalam lakon”.14
Sejalan dengan Tarigan, Ismail Marahimin mendefinisikan wacana sebagai
“kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur
yang menurut urutan yang semestinya dan komunikasi buah pikiran baik lisan
maupun tulisan yang resmi dan teratur”.15 Ia menyimpulkan bahwa semua
komunikasi tulisan dan lisan yang teratur dan logis bisa dikategorikan sebagai
11
Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005) hlm. 3
12
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern English Press, 2002) cet. 3 hlm. 1709
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 11
14
Tarigan dan Henry Guntur, Pengajaran Wacana, (Bandung:Angkasa, 1993), hlm. 23 15
13
wacana. Wacana dikatakan harus memiliki dua komponen penting, yaitu kesatuan
dan koherensi (coherence).
Selanjutnya wacana menurut Samsuri dalam Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, karya Alex Sobur ialah “rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi,
biasanya terdiri dari seperangkat kalimat yang memiliki hubungan pengertian satu
sama lain.”16
Kemudian menurut Kartomiharjo ketika bicara wacana dalam Analisis Wacana Kritis, karya Yoce Aliah Darma, “wacana menurutnya dipandang sebagai cabang ilmu bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim
digunakan untuk menemukan makna wacana yang digunakan dalam sebuah
teks.”17
Selanjutnya Michel Foucult dalam Eriyanto, Analisis Wacacna: Pengantar Analisis Teks Media, menganggap bahwa wacana sebagai sesuatu yang memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep atau efek). Wacana dapat
dideteksi karena secara otomatis ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk
dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak
tertentu. 18.
Jadi wacana sendiri bisa diartikan sebagai tuturan yang dibendakan, baik
lewat tulisan, rekaman suara ataupun gambar yang kemudian menjadi bahan
diskusi publik, oleh sebab itu wacana berkembang dan memproduksi yang lain
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 10
17
Prof. Dr. Hj Yoce Aliah Darma, M.Pd, Analisis Wacana Kritis, (Bandung:Yrama Widya, 2009) hlm. 15
18
(ide, gagasan, konsep dan efek) serta dapat mempengaruhi cara berpikir dan cara
bertindak orang lain.
2. Wacana Teun A. van Dijk
a. Analisis Wacana
Critical Discourse Analysis (CDA) [atau analisis wacana] has become the general label for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical semiotics and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or methods of CDA.19
Wacana umumnya adalah berupa tulisan dan ucapan yang bermula akibat
linguistik kritis, semiotika kritis dan kesadaran sosio-politik dan bahasa, wacana
dan komunikasi.
Van Djik juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana
dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan
tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi kekuasaan
(hegemoni) dengan wacana adalah pola-pola akses terhadap wacana publik yang
tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan,
supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas,
maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu
pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan
pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta
struktur sosial mikro dengan makro.20
19
Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse, 1995) Vol. 1, hal. 17
20
15
Berdasarkan kalimat diatas, van Djik menjelaskan bahwa teori analisa
wacana memiliki aspek pembahasan yang sangat luas, seperti model-model
masyarakat dan pola pikirnya, ideologi masyarakat, nilai-nilai sosial dan lainnya.
Model Teun A. van Dijk adalah model analisis wacana yang paling sering
digunakan dan model analisis wacana van Dijk sering disebut “kognisi sosial”.21
Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi : teks, kognisi sosial dan konteks
sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut
dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu penulis. Sementara itu aspek konteks sosial
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai
suatu masalah.22
Model analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut23:
Gambar 1.2
Diagram Model Analisis van Dijk
Skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka van
Dijk adalah sebagai berikut24:
Konteks Sosial
Kognisi Sosial Teks
21
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 221 22
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 224 23
Prof. Dr. Hj. Yoce Aliah Darma, M.Pd. Analisis Wacana Kritis, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), hlm. 88
24
Tabel 1.2
Skema Penelitian dan Metode van Dijk
STRUKTUR METODE Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang digunakan untuk
menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.
Critical linguistic
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis
Wawancara mendalam
Analisis Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.
Studi pustaka, penelusuran sejarah, wawancara
b. Analisis Teks
van Dijk melihat teks terdiri dari berbagai struktur/tingkatan yaitu:
1) Struktur makro, merupakan makna global/umum dari suatu teks
yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks.
Tema wacana ini bukan hanya isi, tapi juga sisi tertentu dari
suatu peristiwa.
2) Superstruktur, adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur
17
3) Struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati
dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
paraphrase yang digunakan dan sebagainya. 25
Elemen wacana van Dijk lebih lengkapnya dapat digambarkan sebagai
berikut26:
Tabel 2.2
Elemen Wacana Teun A van Dijk Struktur
Wacana
Hal yang diamati Elemen
Struktur Makro Tematik
(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur Skematik
(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro Semantik
(Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, praanggapan,
nominalisasi Struktur Mikro Sintaksis
(Bagaimana pendapat disampaikan?)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Struktur Mikro Stilistik
(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Grafis, Metafora, Ekspresi
c. Analisis Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis wacana van Dijk perlu meneliti kognisi sosial,
yakni kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, makna diberikan
oleh pengguna bahasa (dalam kasus ini adalah penulis). Oleh karena itu
25
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 73-74
26
dibutuhkan penelitian mengenai representasi kognisi dan strategi penulis dalam
memproduksi berita.27
Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model. Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang
terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bagaimana
kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi
yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan
sosialisasi.28
Ada beberapa skema/model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi
sosial penulis, digambarkan sebagai berikut29:
Tabel 3.2
Skema/Model Kognisi Sosial
Skema person (person schemas) Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain
Skema diri (self schemas) Skema ini berhubungan dengan
bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan digambarkan seseorang
Skema peran (role schemas) Skema ini berhubungan dengan
bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan ini akan mempengaruhi pemberitaansuatu peristiwa
Skema peristiwa (event schemas) Skema ini barangkali yang paling banyak digunakan penulis dan setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai dalam skema tertentu
Model ini berkaitan dengan representasi sosoial, uaitu bagaimana
pandangan, kepercayaan dan prasangka yang berkembang dalam masyarakat. Dan
salah satu yang terpenting dalam proses kognisi sosial ini adalah memori. Memori
27
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 259-260
28
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 261 29
19
itu sendiri ada dua, yaitu memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory). Memori jangka pendek meliputi memori peristiwa, kejadian hal yang mengacu pada kejadian beberapa waktu lalau (durasi
pendek). sedang memori jangka panjang adalah memori yang mengacu pada
peristiwa, objek yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Dalam Long-term memory terdapat dua macam, yaitu memori episodik (episodic memory) yaitu memori yang berhubungan dengan diri sendiri seperti otobiografi, sedang yang
lainnya adalah memori semantik (semantic memory) yaitu pengetahuan tentang realitas/dunia.30
Selanjutnya Van Dijk menjelaskan empat strategi besar yang dilakukan
dalam analisis kognisi sosial, yaitu:
1) Seleksi, yaitu strategi yang menunjukkan bagaimana sumber,
peristiwa dan/atau informasi diseleksi
2) Reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi dikopi atau
tidak dipakai
3) Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana realitas yang
kompleks dipahami dan ditampilkan secara ringkas. Oleh
karena itu dalam penyimpulan ini paling tidak ada tiga hal
terkait. Pertama, adalah penghilangan dengan merangkum informasi dan menghilangkan informasi yang tidak relevan.
Kedua, generalisasi di mana informasi yang agak mirip dijadikan sumber informasi yang berlaku umum. Ketiga, adalah konstruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta
30
atau informasi sehingga membentuk pengertian secara
keseluruhan.
4) Transformasi lokal, berhubungan bagaimana peristiwa itu akan
ditampilkan31
d. Analisis Konteks Sosial
Masih menurut van Dijk wacana adalah bagian dari wacana yang
berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan
analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan direkonstruksi oleh masyarakat. Menurut van Dijk dalam analisis
sosial ini ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu kekuasaan (power) dan akses (access).32
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki
oleh suatu kelompok (atau anggotanya) untuk mengontrol kelompok (atau
anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini didasarkan pada kepemilikan atas
sumber-sumber yang bernilai. Selain kontrol yang bersifat langsung dan fisik
kekuasaan juga berbentuk persuasif.33
Berkaitan dengan akses, van Dijk berpendapat bahwa akses ini didominasi
oleh kelompok-kelompok elit. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa, mereka lebih besar
mempunyai kesempatan menggunakan akses pada media dan kesempatan lebih
besar untuk mempengaruhi khalayak.34
31
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 269-270 32
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 271 33
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 272 34
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Harian Umum Kompas
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Sejarah Harian Umum Kompas rupanya cukup erat dengan sejarah Indonesia, yaitu ketika suhu perpolitikan di Indonesia memanas menjelang tahun
1965, ketika itu Partai Komununis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak,
bahkan menyuarakan pembentukan angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat
keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform1 PKI melakukan penyerobotoan tanah milik Negara. Aksi serupa dilukiskan oleh ‘Harian Rakyat’
sebagai adil dan patriotik. Suatu hari di awal 1965, Letjen Ahmad Yani
(1922-1965) selaku menteri/panglima TNI-AD menelpon rekannya sekabinet, Drs Frans
Seda. Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan harian melawan pers
komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, lalu kemudian membicarakannya
dengan Ignatus Josef Kasimo (1900-1986) sesama rekan dari partai katolik dan
dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong
(1920-1980) dan Jacob Oetama.
PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan harian. Pada awalnya nama yang dipilih adalah
“Bentara Rakyat”, pemakaian nama itu dumaksudkan untuk menunjukan kepada
masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam
keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964-1966) menghadap
21
1
Landreform atau reformasi tanah adalah redistribusi tanah yang dikuasai langsung oleh negara sebagai objek pengaturan penguasaan tanah kepada petani penggarap.
kepada Presiden Soekarno di Istana Merdeka, setelah Presiden Soekarno
mendengar bahwa Frans Seda akan menerbitkan sebuah Harian lalu Soekarno
menyarankan sebuah nama yaitu “Kompas”. Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba, maka jadilah nama Harian Umum Kompas
hingga sekarang, sementara nama Yayasan Bentera Rakyat sebagai penerbit
Harian Umum Kompas. Para pendiri Yayasan Bentera Rakyat adalah para pemimpin organisasi katolik seperti: partai katolik, wanita katolik, PMKRI, dan
PK Ojong. Pengurus Yayasan terdiri dari ketua : I.J. Kasimo, wakil ketua: Drs
Frans Seda, Penulis I : F.C. Palaunsuka, penulis II : Jacob Oetama, Bendahara :
PK. Ojong.
Walaupun mendapat bantuan dari Mgr. Soegijapranoto dan bantuan dari
pimpinan Angkatan Darat, proses izin terbit mengalami kesulitan karena PKI dan
antek-anteknya “menguasai” aparatur negara, khususnya Departemen Penerangan
Pusat dan daerah. PKI tidak mentolerir sebuah harian yang menjadi saingan berat.
Tahap demi tahap rintangan dapat teratasi, pusat memberi izin prinsip namun
harus di konfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya. Lalu persyaratan terakhir untuk
terbit adalah harus ada bukti 3.000 orang pelanggan lengkap dengan alamat dan
tanda tangannya. Frans Seda akhirnya punya inisiatif untuk mengumpulkan tanda
tangan anggota partai, guru sekolah, anggota-anggota Koperasi Kopra Primerdi
Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dan dalam
waktu singkat, daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan
terkumpul. Bagian perizinan Puskodam V Jaya akhirnya menyerah dan
mengeluarkan izin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran Harian Umum Kompas
Umum Kompas” sebagai “Komando Pastor”. Harian Umum Kompas lahir pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”, pada keesokan
harinya Harian Umum Kompas mulai dipasarkan. Harian Umum Kompas pertama kali terbit sebanyak empat halaman.
Kemudian setelah Orde Lama tumbang dan digantikan Orde Baru yang
ditandainya peristiwa G30S/PKI, maka terbentuklah peta ideologi pers di
Indonesia. Agassi dalam buku Akhmad Zaini Akbar berjudul 1966-1974 Kisah Pers Indonesia memetakan ideologi pers pada periode awal kebangkitan orde baru (Orba), yaitu:
a. “Pers Militer”, yaitu Harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila, Pelopor Baru dan Warta Harian. Empat harian yang terakhir adalah harian yang punya hubungan khusus
dengan militer, namun satu sama lain tidak selalu satu pendapat
tentang hal-hal tertentu dan bahkan tak jarang saling berentangan.
Hal ini merupakan refleksi dari masih belum integratifnya
pandangan dan sikap militer dalam menghadapi beberapa politik
tertentu
b. “Pers Nasionalis” (Pers PNI), yaitu Suluh Marhaen dan El-Bahar.
Harian terakhir bukan pers PNI, tapi punya hubungan baik dengan
kelompok kiri partai itu dan lebih kiri daripada pers PNI, serta
selalu mendukung dan mengekspresikan pandangan-pandangan
Soekarno, walaupun terbit di zaman Orba
d. “Pers Kelompok Muslim”, yaitu Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam dan Mercu Suar
e. “Pers Kelompok Kristen”, yaitu Harian Umum Kompas (Katolik) dan SinarHarapan (Prostetan)
f. “Pers Kelompok Independem”, yaitu Harian Merdeka, Jakarta Times serta Revolusioner.2
Peta ini dibuat Agassi ini didasarkan atas ekspresi cultural (nilai-nilai, aliran atau ideologi) yang ditampilkan pers dalam politik redaksional (pemberitaan dan editorialnya). Misalnya, “Pers Militer” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis militer, walaupun tidak selalu uniform,
namun untuk sejumlah persoalan politik krusial selalu terdapat kesamaan pandangan, seperti dalam soal stabilitas, ketertiban politik nasional, ideologi Negara, kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan nasional serta lainnya. Sedang “Pers Nasionalis” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis kaum nasionalis radikal dan Soekarnois. “Pers kelompok Intelektual” bisa dihubungkan dengan ekspresi ideologis kaum intelektual di dalam maupun di luar kampus yang menginginkan perubahan atau pembaharuan politik nasional. Kelompok ini sering dihubungkan dengan tokoh-tokoh PSI (Partai Serikat Islam) atau kelompok Sosialis. Selanjutnya, “Pers Muslim” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis kaum muslimin pada umumnya, namun perlu dicatat pula bahwa kelompok ini pun tidak selalu punya pandangan bahkan dalam banyak hal bertentangan secara diametral. Lalu “Pers kelompok Kristen”, adalah pers yang mengekspresikan pandangan idelologis umat Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Sedangkan “pers kelompok independen” adalah pers yang yang tidak mengekspresikan pandangan ideologis kelompok mana pun dalam masyarakat. Tapi, karena tidak punya pandangan ideologis ekslusif, maka di dalam prakteknya pers kelompok ini kadang-kadang terjebak dalam pandangan-pandangan ideologis dari kelompok pers lainnya, sehingga sering dikatakan “Pers plin-plan”3
Awalnya Kompas mempercayakan percetakan di Eka Grafika, namun setelah sebulan dicetak di Eka Grafika, harian ini kemudian dicetak di percetakan
masa Merdeka Jl. Sangaji, Jakarta. Percetakan ini memang lebih baik dari
percetakan pertama. Meskipun sistem settingnya masih cetak timbul, namun
2
Ahmad Zaini Akbar, 1966-1974Kisah Pers Indonesia, (Yogyakarta:LKiS,1955), hlm. 57
3
percetakannya sendiri sudah menggunakan mesin rotasi. Karena itu daya cetaknya
lebih cepat.
Dan semenjak itulah oplah Harian Harian Umum Kompas naik dari semula 4.800 eksemplar di masa Eka Grafika melonjak menjadi 8.003 eksemplar. Pada
tanggal 26 Juni 1967 oplah Harian Umum Kompas menjadi 30.650 ekslempar. Tepat setahun kemudian, tanggal 26 Juni 1968, menjadi 44.400. Lalu pada tanggal
26 Juni 1969 (ketika harian ini membuka stand di Jakarta Fair) oplahnya
meningkat lagi menjadi 63.747 ekslempar. Tepat pada 26 Juni 1970 batas 80.000
telah dilewati, yaitu 80.412 ekslempar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar
di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%. Selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta,
di seluruh Nusantara. Pola ini menandakan bahwa Harian Umum Kompas
menjadikan harian nasional dan bukan harian lokal atau harian daerah, sudah
ternyata sejak semula dan bertahan terus hingga kini.
Krishna Sen and David T. Hall, dalam bukunya Media, Culture and Politics in Indonesia, memandang Harian Umum Kompas sebagai:
Harian yang paling prestisius dan laku di Indonesia (lebih dari setengah juta kopi terjual setiap hari pada tahun 1995), dan juga harian berkualitas terbesar di Asia Tenggara.… Ini karena Harian Umum Kompas memiliki reputasi kedalaman analitis dan gaya penulisan yang rapi. Menganggap gaya tulisannya sebaga ‘determind boringness’ (gaya yang membosankan tapi tegas)“4. Maka wajar saja jika oplah Harian Umum Kompas terus menanjak.
Selanjutnya ketika oplah Harian Umum Kompas terus menanjak, ada peristiwa yang cukup mengegerkan insan pers pada waktu itu, termasuk Harian
Umum Kompas sendiri. Puncaknya tanggal 15 Januari 1974 atau yang dikenal “Peristiwa 15 Januari 1974” (Malari), merupakan peristiwa pembredelan beberapa
harian. Tidak mengherankan bahwa penurunan tiras tidak saja dialami oleh harian
4
yang baru saja dibredel, tapi juga oleh harian yang sebelumnya tidak bredel,
contoh sebelum “peristiwa 15 Januari 1974” dan sebelum Harian Indnoesia Raya
dibredel untuk selamanya, tiras tertinggi Harian Umum Kompas 177.000 ekslempar. Dalam bulan Mei jumlah tiras tinggal 169.000 ekslempar. Turun 8.000
ekslempar dalam lima bulan. Kenaikan kembali tiras baru terjadi setelah situasi
normal kembali dan pers kurang lebih bisa berfungsi seperti biasa.5
Meskipun bisa pula terjadi suatu ketika tiras naik karena masyarakat ingin tahu apa yang disajikan suatu harian setelah ia bredel. Hal ini biasanya tidak berlangsung lama, karna akhirnya pembaca menghadapi kenyataan bahwa isi harian hambar. Ketika baru saja terbit tanggal 6 Februari 1978, setelah dibredel sejak 21 Januari 1978 (Januari 1974, Harian Umum Kompas tidak dibredel), Harian Umum Kompas mencapai tiras 293.000 ekslempar sedang tiras tertinggi selama dibredel 276.000 ekslempar. Setelah mencapai tiras “puncak” begitu terbit kembali setelah dilarang terbit itu, hari-hari berikutnya tiras terus merosot. Pada tanggal 25 Februari 1978 tinggal 272.387 ekslempar. Jika situasi tetap belum menentu dan ketidak pastian para wartawan masih berlangsung terus, masih sangat besar kemungkinan tiras cenderung terus menurun.6
Menurut Krishna Sen dan David T. Hall, Harian Umum Kompas yang menerapkan nilai kehati-hatian dan self-censorship dalam isu politik dan ternyata berhasil lolos dari pelarangan/pembredelan besar-besar pada tahun 70-an itu,
meskipun dengan kesadaran yang semakin meninggi akan kerapuhan. Harian
Umum Kompas merespon kerapuhan itu dengan strategi diversifikasi dan reinvestasi besar-besaran sepanjang tahun 80-an.
Lalu sepanjang tahun 1980-an oplah Harian Umum Kompas mengalami perkembangan pesat, misalnya 600.000 tahun 1986 selama sebulan. Sekarang
rata-rata 500.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu.
Oplah terbesar di capai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan
5
Tim penerbit Buku Kompas, Beberapa segi perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, (Jakarta:Buku Kompas, 2002), cet. 3, hlm. 203
6
oplah 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.7 Sejak 1989, dibawah divisi pers
daerah (Persda), Harian Umum Kompas menjadi kerajaan bisnis yang cukup jaya dengan menggunakan nama Kompas-Gramedia Group dan pada kisaran tahun itu
pula Harian Umum Kompas merangkul berbagai Harian daerah melalui suntikan modal, redaksional dan kolaborasi manajerial.8
Pada awal 90-an, Harian Umum Kompas memiliki 38 perusahaan, bukan hanya percetakan dan penerbitan tapi juga radio, travel, hotel, industry periklanan, tambak udang, lembaga pendidikan Bahasa Inggris, computer dan banyak lagi.
Melalui berbagai buku, majalah dan harian, Kompas-Gramedia Group
mendominasi industri penerbitan.9 Dan tepat pada tahun 1997, kelompok ini
memiliki Sembilan harian, lima tabloid dan 14 majalah. Kompas-Gramedia Group
menunjukkan keinginannya untuk terus beroperasi di bawah sejumlah hambatan
terhadap isi berita yang ditetapkan oleh pemerintahan Orba (Orde Baru) sambil
mengambil keuntungan penuh atas kebijakan pemerintah mendukung perusahaan
sejak pertengahan 70-an. Kekuatan ekonominya yang berkembang di Orba telah
diatur untuk bertahan terhadap rezim politik tersebut.10
2. Visi dan Misi Harian Umum Kompas
Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Harian Umum Kompas
menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Harian
Umum Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, budaya, agama, ras
dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Harian Umum
7
Pusat database Kompas
8
Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, hlm. 68 9
Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, hlm. 68 10
Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Harian Umum Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada
nilai-nilai yang transeden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan
bakunya adalah “humanism trancedental”. “Kata Hati Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy dan compassion Harian Umum Kompas.
a. Visi Harian Umum Kompas
Visi Harian Umum Kompas adalah “Menjadi Institusi Yang Memberikan Pencerahan Bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia Yang Demokratis dan
Bermartabat. Serta Menunjang Tinggi Asas Nilai Kemanusiaan”.
Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Harian Umum Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila
melalui prinsip humanisme trancedental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur secara spesifik bisa
diuraikan sebagai berikut:
1) Harian Umum Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka
2) Harian Umum Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan,
ekonomi.
4) Harian Umum Kompas adalah harian nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa.
5) Harian Umum Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur
kemasyarakatan dan pemerintah yang menjadi lingkungan.
b. Misi Harian Umum Kompas:
Misi Harian Umum Kompas adalah “Mengantisipasi Dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan
(trend setter) Dengan Menyediakan Dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya”.
Harian Umum Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas
yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5
sasaran operasional:
1) Harian Umum Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan cirri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
2) Harian Umum Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera
terhormat yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan
kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan.
3) Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya
intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional,
berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan
tetapi kritis dan teguh pada prinsip.
4) Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan
meningkatkan tiras.
5) Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Harian Umum Kompas
harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keuntungan
yang dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi
menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan
usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosialnya
sebagai perusahaan.
c. Nilai-nilai Dasar Harian Umum Kompas
Seluruh kegiatan dan keputusan harus berdasarkan dan mengikuti
nilai-nilai sebagai berikut:
1) Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian sesuai dengan
harkat dan martabatnya
2) Mengutamakan watak baik
3) Profesionalisme
4) Semangat kerja tim
5) Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra
kerja – penerima proses selanjutnya)
6) Tanggung jawab sosial
7) Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai tersebut, dengan
begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi
3. Keorganisasian Harian Umum Kompas
PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa, pemimpin tertinggi adalah Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil Pemimpin Umum Non
Bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Bisnis, lalu ada Pemimpin Redaksi
yang bertanggung jawab bidang redaksi dan Pemimpin Perusahaan yang
bertanggung jawab bidang bisnis. Dibawah Pemimpin Redaksi ada General
Manajer Iklan dan General Sirkulasi dan General Manajer marketing communication. Di antara dua bidang itu, ada bidang Penelitian dan Pengembangan, Direktorat SDM-Umum dan Teknologi Informasi. Mereka
sifatnya supporting dan di bawah supervise Wakil Pemimpin Umum Non Bisnis,
sementara untuk Pemimpin Perusahaan disuprvisi Wakil Pemimpin Umum bidang
bisnis.
Pembagian dalam Struktur Organisasi ini, dimaksudkan untukl
memudahkan system kerja. “Produk” Harian Umum Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Produk
Harian Umum Kompas adalah harian dan berita. Adapun tahap manajemen produk itu adalah sebagai berikut:
a. Bidang Redaksi
1) Perencanaan, dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita
yang akan dimuat.
2) Pengorganisasian, mengkoordinasi wartawan untuk mencari dan
3) Pelaksanaan, membuat headline, kemudian menyunting berita dalam bentuk lay out harian untuk dicetak dengan deadline pukul 23.00 dan di cetak pukul 01.00.
4) Pengevaluasian, dilakukan evaluasi setiap desk/bidang redaktur,
rapat minggu dilakukan setiap rabu. Evaluasi meliputi: percetakan
susunan huruf dan kata-kata, bentuk dan susunan berita setiap
halaman, serta isi beritanya.
b. Direktorat SDM-Umum, dipimpin oleh seorang direktur dan
dibawahnya ada empat manajer, yaitu:
1) Bidang Umum, mengurusi sarana dan prasarana untuk setiap
karyawan, agar mendapatkan kenyamanan dalam melakukan tugas.
2) Bidang Penerimaan dan Penempatan, unit untuk merekrut calon
karyawan dan menempatkannya di unit yang sesuai dengan
keahliannya. Perkembangan dari calon wartawan sampai pension
menjadi tanggung jawab dari bidang Penerimaan dan Penempatan.
3) Bidang Kesejahteraan (Rumenerasi), mengurursi kesejahteraan
karyawan, misalnya: tunjangan, cuti, sekolah, rumah sakit dan
lainnya.
4) Pendidikan dan Pelatihan, unit yang mendidik dan memersiapkan
calon karyawan memasuki dunia kerja di bidangnya. Melakukan
training untuk peningkatan SDM atau karyawan.
c. Bidang Penelitian dan Pengembangan, kepala Penelitian dan
(Pemred), bertanggung jawab langsung kepada Pemimpin Umum.
Kepala Litbang membawahi:
1) Pusat Informasi Harian Umum Kompas (PIK), bertugas mengumpulkan, mengolah dan melakukan temu kembali informasi
yang dibutuhkan. Bukan hanya pusat dokumentasi, tapi juga
menjadi pusat informasi Manajer Pusat Informasi membawahi:
bidang akuisisi, pengadaan dan perawatan bahan pustaka; bidang
pengolahan arsip elektronik, mencakup kegiatan pengolahan harian
Harian Umum Kompas dan informasi dari sumber lain ke dalam bentuk elektronik; bidang layanan informasi, melayani pemberian
informasi dan kegiatan sirkulasi.
2) Pusat Penelitian Harian Umum Kompas (Puslitkom), bertugas menangani penelitian dari hasil kerja redaksi yang hasilnya
diserahkan ke bagian redaksi. Penelitian dilakukan dengan bantuan
dari mahasiswa dengan mengadakan polling terhadap masyarakat
umum.
3) Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis), menangani riset
pasar/konsumen, memantau pendapat masyarakat terhadap
perubahan Harian Umum Kompas dan mengadakan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan Harian Umum Kompas.
4) Bidang Database, berisikan data-data mengenai artis, tokoh politik,
pengusaha, kabupaten seluruh Indonesia sampai partai politik di
Indonesia.
d. Bidang Teknologi Informasi, bidang ini bertujuan untuk
memenugi kebutuhan sumber daya teknologi dengan cepat dan
tepat, serta bisa memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Tim kerja dibutuhakan pada bidang ini, maka di bagi
per bidang keahliannya, yaitu:
1) Software dan Aplikasi (SA), diisi oleh para programmer dan
system analis yang bertanggung jawab
membangun/mengintegrasikan software, aplikasi dan data base
menjadi suatu system informasi.
2) Hardware dan Infrastruktur (HI), membangun/mengintegrasikan
hardware dan infrastruktur untuk menjalankan system informasi
yang dibutuhkan/
3) Helpdesk dan Support (HDS), bidang HDS harus proaktif untuk
melakukan inventarisasi, instalasi, perawatan, perbaikan dan
dukungan teknis serta memberikan pelatihan agar sumber daya TI
perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.
e. Bidang Bisnis, fungsinya adalah: bertanggung jawab dan
berkewajban menjadikan lembaga Harian Umum Kompas menjadi badan usaha komersial yang sehat, mengatur pendapatan dan
pembiayaan kegiatan usaha agar media menjadi produk laku
institusi social yang punya nilai ekonomis dan kemasyarakatan,
serta mengedarkan produk agar bisa dikonsumsi pada saat pembaca
membutuhkan.
B. Efek Rumah Kaca
1. Profil Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca (ERK) adalah sebuah band yang terdiri dari Cholil
(vokalis/gitaris), Adrian (basis/vokal latar) dan Akbar (drumer/vokal latar),
terbentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil,
akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi tiga orang dalam
band-nya. Sebelumnya, band ini bernama Hush11 yang diganti menjadi
Superego12, yang kemudian berubah lagi pada sekitar tahun 2005 menjadi Efek
Rumah Kaca yang diambil dari salah satu judul lagu mereka yang ditulis tahun
2003 yang kemudian dirilis tahun 2007 dengan nama album yang sama dibawah
label Paviliun Records.
ERK adalah sebuah band pop berbahasa Indonesia dengan tema yang
sangat variatif. Lirik puitis, kadang langsung, dengan berbagai sudut pandang dan
kekayaan pilihan kata. Tidak sekedar hiburan, ERK menjadikan musik sebagai
potret zaman, membicarakan berbagai keadaan hari ini; situasi sosial, budaya,
politik, lingkungan, psikologis, apa saja.
Lagu ERK juga sering ikut masuk dalam album kompilasi, seperti lagu
“Melankolia” (Do Re Mi, compilation/ Paviliun Records/ 2006), “Di Udara” (Todays of Yesterdays, compilation/ BadSectors Records/ 2006), “Jatuh Cinta Itu
11
Hush pada awalnya terdiri dari lima orang personel dan kemudian menjadi tiga orang dan berubah nama menjadi Superego
12