• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 17 Januari

GAMBARAN UMUM

B. Efek Rumah Kaca

2. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 17 Januari

Tabel 2.4

Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 17 Januari 2009 Judul: Selera Rakyat Indonesia!

Struktur wacana

Hal yang diamati Elemen

Struktur Makro (Tematik)

Belanja iklan parpol yang fantastik mencapai Rp 800 miliar bahkan Rp 20 triliun namun sangat disayangkan tidak ada iklan parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih

Tematik,

Belanja iklan parpol yang fantastik, namun tidak ada yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih.

Superstruktur (Skematik)

• Belanja iklan parpol yang fantastik mencapai Rp 800 miliar bahkan Rp 20 triliun

• Di media, berita selalu menjatuhkan parpol

• Dengan iklan membuat citra, dengan cara memuja diri sendiri

• Iklan politik sama dengan iklan komersil lainnya

• Yang disayangkan tidak ada iklan parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih

Skema,

Belanja iklan parpol yang fantastik, wajar karena di media, berita parpol selalu menjatuhkan, maka dari itu membuat citra dengan iklan yang memuja diri sendiri dan bisa dikatakan bahwa iklan politik sama dengan iklan komersil lainnya. Tidak ada iklan parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hari dalam memilih

Struktur Mikro (Semantik)

Belanja iklan parpol tidak mengajak pemilih untuk cerdas, kritis dan memilih dengan hati, kemasan iklan politik sama dengan iklan produk lainnya. Itu digunakan karena memperbaiki citra akibat ulah media, media

seringkali memberitakan kejelekan sebuah partai berminggu-minggu. Oleh karena itu, belanja iklan politik menembus angka yang fantastis, Rp. 800 miliar atau bahkan sampai Rp 20 triliun

Latar,

Belanja iklan parpol yang fantastik, tapi tidak ada yang mengajak pemilih untuk cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih

Detail,

Iklan-iklan partai di televisi sama persis seperti iklan produk, ada yang memperlihatkan keakraban partai dengan kaum petani dan nelayan, pemberantasan kemiskinan dan kekerasan, empati dengan angle sisi emosional anak-anak, juga

panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya.

Maksud,

Iklan parpol sama dengan iklan produk, tidak ada iklan yang parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hari dalam memilih

Praanggapan,

Ketika media memberitakan tentang keburukan salah satu parpol, itu akan ditampilkan berminggu-minggu, karena itu, perlu memuji partai sendiri dengan cara iklan politik di media.

Nominalisasi

Belanja iklan parpol pada Pemilu 2009 mencapai Rp 800 miliar bahkan Rp 20 triliun

Struktur Mikro (Sintaksis)

Iklan politik digunakan untuk memuji diri sendiri, digunakan untuk memulihkan citra akibat pemberitaan media. Oleh karena itu iklan politik mirip dengan iklan produk, merayu pemilih.

Bentuk kalimat,

Iklan politik di media digunakan untuk memuji partai sendiri tidak ada yang mengajak pemilih untuk cerdas, kritis dan menggunakan hati

Koherensi,

Kondisional (negatif),

Iklan politik di media adalah sebagai pemulihan citra, tapi bukan itu yang diinginkan rakyat Indonesia

Kondisional (positif),

Iklan politik sama dengan iklan produk, merayu sebanyak mungkin peminat

Pembeda,

Pada Pemilu 2004 ada salah satu partai yang membuat iklan yang

mencerdaskan rakyat. Pemilu tahun ini, belum ada.

Kata ganti,

Si Fulan, kader Partai Kambing Dijepit, tertangkap tangan, kaki, dan mulut ketika korupsi

Memperlihatkan

“keakraban” partai dengan kaum petani dan nelayan. Pemberantasan kemiskinan dan kekerasan menjadi amunisi janji. Juga panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya.

Struktur Mikro (Stilistik)

Untuk memulihkan citra, butuh uang banyak membuat iklan politik guna meng-counter berita negatif yang digencarkan media

Leksikon,

Untuk memulihkan dan membentuk citra maka dibutuhkanlah uang banyak untuk memuja-muja diri sendiri dan partai sekaligus meng-counter berita negatif. Selain itu iklan-iklan partai di televisi sama persis seperti iklan produk, merayu sebanyak mungkin peminat

Struktur Mikro (Retoris)

Iklan politik mirip dengan iklan kecap, mengatasnamakan pilihan anda, bahkan ada yang mengaku akrab dengan petani dan nelayan, atau mengaku sebagai penjaga dan pembuat keindahan di Indonesia

Grafis,

Tetapi, maksudnya sa- ma. Bandar kecap, ”Kami paling tepat menjadi pilihan Anda”

Iklan partai di media sama saja dengan iklan produk, bahkan nyaris sama dengan iklan kecap, mengatasnamakan cita rasa pilihan anda.

Ada yang memper- lihatkan ”keakraban” par- tai dengan kaum petani dan nelayan.

keakraban itu hanya untuk iklan saja, untuk selanjutnya belum tentu.

Juga panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya.

Penekanan tentang keindahan Indonesia jika dikelola oleh partai saya, tapi apa iya itu dikelola oleh partai saya?

Metafora, -

“Selera Rakyat Indonesia” bicara mengenai iklan politik ketika kampanye. Iklan politik yang mereka (baca:parpol) tawarkan kepada masyarakat hanya memuji diri sendiri, mirip dengan iklan produk. Tulisan ini berkata bahwa iklan politik saat kampanye tidak mencerdaskan bangsa, cuma iming-iming politik guna mendulang suara, iklan parpol tidak ada yang mengajak cerdas, kritis dan menyadarkan pemilih untuk memilih dengan menggunakan hati.

a. Struktur Makro

Dengan iklan membuat citra, dengan cara memuja diri sendiri. Iklan politik sama dengan iklan komersil lainnya. Yang disayangkan tidak ada iklan parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih.

b. Struktur Mikro

Iklan politik digunakan untuk memuji diri sendiri, digunakan untuk memulihkan citra akibat pemberitaan media. Oleh karena itu iklan politik mirip dengan iklan produk, merayu pemilih. Untuk memulihkan citra, butuh uang banyak membuat iklan politik guna meng-counter berita negatif yang digencarkan

media. Iklan politik mirip dengan iklan kecap, mengatasnamakan pilihan anda, bahkan ada iklan yang mengaku akrab dengan petani dan nelayan, atau mengaku sebagai penjaga dan pembuat keindahan di Indonesia.

3. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 24 Januari