• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 31 Januari

GAMBARAN UMUM

B. Efek Rumah Kaca

4. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 31 Januari

Tabel 4.4

Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 31 Januari 2009 Judul: Bahasa Korupsi Bahasa

Struktur wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur Makro (Tematik)

Korupsi sudah sangat sering dijadikan bahan tulisan, diskusi, dan malahan praktiknya secara kasatmata mudah ditemui di kehidupan sehari-hari. Salah satu ciri nyata dari betapa memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata yang lahir berkat aktivitas itu. Aneka mata uang tercipta: uang pelicin, uang rokok, uang dengar, sampai uang kaget. Dan kata keterangan tempat kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir. Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang ”kelas kelurahan”, banyak mengum-bar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya.

Tematik,

Korupsi sudah menjadi hal yang antipati lihat banyak bahasa dan kosakata yang muncul. Sebenarnya bahasa dan kosakata itu bertolak belakang dari kata aslinya. Padahal kata korupsi berarti merusak. Penyelewangan arti dalam bahasa korupsi, bisa dikatakan korupsi bahasa.

Superstruktur (Skematik)

• Korupsi sudah sangat sering dijadikan bahan tulisan, diskusi, dan malahan

Skema,

Salah satu ciri nyata

praktiknya secara kasatmata mudah ditemui di kehidupan sehari-hari. Terlalu sering dibahas dan tidak membawa perubahan, jelas tema korupsi rentan terkena antipati, sekaligus terasa megakasual.

• Salah satu ciri nyata dari betapa memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata yang lahir berkat aktivitas itu Aneka mata uang tercipta: uang pelicin, uang rokok, uang dengar, sampai uang kaget. Dan kata keterangan tempat kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir. Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang ”kelas ke- lurahan”, banyak mengumbar

eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Mungkin biar koruptor terlihat lebih santun untuk menutupi tindakan manipulasinya. Singkatnya, koruptor juga mahir nyastra.

• Contoh-contoh ”kosakata” korupsi di atas adalah beberapa yang antara eufimisme dan kata aslinya tidak mempunyai arti yang jauh berbeda. Masalah mulai muncul (koruptor senang sekali buat masalah) ketika antara eufimisme dan kata aslinya mempunyai arti yang sangat berbeda, bahkan bertolak belakang, seperti ”uang damai” dan ”semua beres”.

• Uang damai adalah uang

yang diberikan oleh pihak yang berselisih paham untuk

memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata untuk korupsi itu sendiri. Aneka mata uang tercipta, kata keterangan tempat kian beragam serta banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi

mendamaikan masalah. Dia pikir dengan uang masalah bisa selesai. Pada praktiknya, sering kali dendam masih membara walau uang sudah diterima. Begitu pula yang terjadi pada pihak pemberi suap, suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan, sehingga dongkol di belakang. Artinya, uang tidak mendamaikan masalah. Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres. Padahal, apabila suap itu tertangkap, permasalahan akan semakin runyam dan jauh dari beres.

• Dan juara bertahan yang paling menyedihkan adalah kalimat populer ini, ”Tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana.

• Asal kata korupsi adalah corruption, yang ternyata juga bersumber dari bahasa Latin corruptus, yang bisa diartikan

merusak/menghancurkan

habis-habisan. Artinya, segala tindakan yang

merusak atau menghancurkan adalah

tindakan korupsi.

• Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa ula dikatakan korupsi. Jadi, sering kali dalam tindak pidana korupsi terjadi dua kejahatan: korupsi itu sendiri dan korupsi bahasa. Karena

bahasa adalah bagian dari budaya, para koruptor telah merugikan kebudayaan bangsa ini.

Struktur Mikro (Semantik)

Korupsi sudah mewabah, sehingga muncul bahasa korupsi, yang nyata-nyata itu adalah korupsi juga.

Latar,

Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi

Detail,

Ketika bicara “tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana

Maksud,

Bahwa korupsi sudah mendarahdaging, lihat kosakata yang lahir untuk mengistilahkan korupsi Praanggapan,

Uang damai adalah uang yang diberikan oleh pihak yang berselisih paham

untuk mendamaikan masalah. Dia pikir dengan

uang masalah bisa selesai. Pada praktiknya, sering kali dendam masih membara walau uang sudah diterima.

Begitu pula yang terjadi pada pihak pemberi suap, suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan, sehingga dongkol di belakang. Artinya, uang

tidak mendamaikan masalah.

Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres. Padahal, apabila suap itu tertangkap, perma-

salahan akan semakin runyam dan jauh dari beres.

Dan juara bertahan yang paling menyedihkan adalah kalimat populer ini, ”Tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana. Struktur Mikro

(Sintaksis)

Menguraikan kosakata yang sering muncul ketika disandingkan dengan kegiatan korupsi. Padahal penggunaan kosakata sebagai kata ganti untuk kegiatan korupsi adalah korupsi juga, korupsi bahasa. Selain itu juga, ini membuktikan bahwa korupsi sudah merajalela, terbukti dari banyaknya nama untuk istilah korupsi

Bentuk kalimat,

Istilah dalam korupsi termaksud korupsi bahasa Koherensi,

Kondisional (negatif),

Para pelaku korupsi banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, motif

dan tempat korupsinya. Mungkin biar para koruptor terlihat santun

Kondisional (positif),

Uang damai, sering

digunakan untuk mendamaikan masalah, faktanya seringkali terdapat dendam dalam uang damai tersebut

Pembeda,

Dalam tindak korupsi, terdapat dua kejahatan, korupsi itu sendiri dan korupsi bahasa

Kata ganti,

Pak, untuk kelompok imajiner di luar pembaca dan penulis

Ia, untuk para pelaku korupsi

Struktur Mikro (Stilistik)

Aneka mata uang, kata keterangan tempat bahkan strata para pelaku korupsi terbentuk dengan sendirinya

Leksikon,

Aneka mata uang tercipta: uang pelicin, uang rokok, uang dengar, sampai uang kaget.

kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir.

Para pelaku korupsi juga, baik yang kakap maupun yang ”kelas kelurahan”

Struktur Mikro (Retoris)

Strata pelaku korupsi terbentuk, mulai dari kelas kakap sampai kelas kelurahan, entah untuk tempat atau nilai rupiah yang didulang pelaku korupsi. Kemunculan kosakata korupsi, berupa uang damai, semua beres, mohon kebijaksanaannya, yang kesemuanya itu bisa disebut sebagai bahasa korupsi.

Grafis,

Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang kelas “kelurahan”

Pelaku korupsi ternyata berstrata, dan terdapat juga kelas kelurahan. Berarti korupsi sudah mengakar bahkan sampai tingkat kelurahan

Contoh-contoh ”kosa- kata” korupsi di atas adalah beberapa yang antara eufimisme dan kata aslinya tidak mempunyai arti yang jauh berbeda.

Korupsi sendiri sudah memiliki beberapa kosakata, mulai dari mata uang, keterangan tempat hingga stratanya

“uang damai” dan “semua beres”

Uang damai digunakan untuk mendamaikan suatu masalah, ternyata tidak benar. Karena terkadang menyisakan dendam antarpengguna jasa uang damai. Dan untuk semua beres, ternyata tidak semua masalah akan beres, bahkan menambah masalah lain.

suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan

Hasil korupsi terkadang mendamaikan antarorang yang memiliki masalah, namun nyatanya uang yang

menciptakan kedamaian itu tidak nyata damainya

Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres

Terkadang orang meng- anggap mudah masalah dengan menggunakan uang, nyatanya malah tidak. Dengan maksud semua beres ternyata tidak melulu masalah langsung beres jika ketemu dengan istilah “semua beres”

”Tolong kebijaksanaan- nya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”

Biasanya dalam memperlancar urusan, kata

“Tolong kebijak-sanaannya pak” muncul sebagai pahlawan. Namun nyatanya tidak begitu. Tidak ada yang terbantu dengan “tolong kebijaksanaannya”

Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi

Istilah-istilah yang sedari tadi disebutkan adalah bahasa korupsi, bahasa yang digunakan saat korupsi

Metafora,

“uang damai” dan “semua beres”

“Bahasa Korupsi Bahasa” mengatakan bahwa dalam korupsi, bahasa juga terkena dampaknya. Lihat bahasa yang digunakan untuk menyebut korupsi, banyak. Mulai dari uang pelican hingga mohon kebijaksanaannya. Dan ternyata

dalam bahasa untuk menyebut korupsi itu juga merupakan sebuah korupsi terhadap bahasa itu sendiri.

a. Struktur Makro

Korupsi sudah menjadi hal yang antipati, lihat banyak bahasa dan kosakata yang muncul. Sebenarnya bahasa dan kosakata itu bertolak belakang dari kata aslinya. Padahal kata korupsi berarti merusak. Penyelewangan arti dalam bahasa korupsi, bisa dikatakan korupsi bahasa.

b. Struktur Mikro

Salah satu ciri nyata dari betapa memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata untuk korupsi itu sendiri. Aneka mata uang tercipta, kata keterangan tempat kian beragam serta banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi

B. Temuan data dan analisis kognisi sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)

Tabel 5.4

Skema Kognisi Sosial kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca

Skema Person (Person Schemas) Penulis, yaitu ERK mengenalkan dan menjabarkan sedikit persiapan Pemilu 2009. ERK yang merupakan sebuah Band, membawa Pemilu dengan teks yang renyah dengan gaya tulisan mereka ala anak

Band. ERK sendiri adalah bukan wartawan ataupun politisi. Penulis menjadi orang biasa atau warga biasa yang menyikapi dan memandang persiapan Pemilu 2009.

Skema Diri (Self Schemas) ERK menulis di kolom “Obrolan A-Politis” sebagai orang diluar wartawan atau politisi. ERK yang menjadi jembatan antara pembaca (sasarannya adalah pembaca muda) dengan politisi/ calon legislator atau anggota parpol. ERK menjadi anak Band sekaligus warga biasa yang melihat persiapan Pemilu 2009 serta pengingat kepada pembaca bahwa sebentar lagi akan diadakan Pemilu.

Skema Peran (Role Schemas) sebagai koran nasional, Kompas memberikan tempat kepada penulis diluar wartawan dan politisi untuk mengamati dan mengkritisi masalah Pemilu 2009 mulai dari persiapannya. Dan ERK dijadikan jembatan para pembaca muda agar gegap akan Pemilu 2009 yang sebentar lagi akan digelar.

Skema Peristiwa (Even Schemas) Isu Pemilu ini merupakan isu yang terjadwal, setiap 5 tahun sekali Indonesia mengadakan Pemilu. Dan Pemilu 2009 kali ini

Kompas memberi wadah bagi para penulis diluar wartwan dan politisi guna menceritakan persiapan pemilu dengan sudut mereka (penulis) pilih.

Kognisi sosial dilihat dari sisi penulis melihat persiapan pemilu. Empat judul diatas adalah hasil diskusi antara wakil dari ERK (manajer ERK, Bin Harlan Boer) dengan redaksi Kompas, yaitu Myrna Ratna M. Dan semua tulisan ini ditulis oleh Cholil Mahmud, vokalis ERK.2

Dalam tulisan di kolom “Obrolan A-Politis”, ERK memiliki gaya tulisan yang unik. Persiapan Pemilu 2009 dibuat seperti syair yang enak dibaca. Lugas dan singkat, itu yang bisa peneliti simpulkan. Mungkin terbawa dari gaya penulisan lirik mereka, ERK membuat tulisan tentang Pemilu jadi syair yang syahdu yang mudah ditangkap para pembaca muda.

ERK awalnya mendiskusikan 4 tema besar, persiapan Pemilu 2009, iklan politik, anggota DPR dan korupsi.3 Kesemuanya diangkat dengan tata bahasa yang ciamik. Pemilu menurut mereka (ERK) adalah suatu keharusan dalam proses politik karena politik adalah suatu keharusan untuk membimbing kita menjadi benar dengan kesepakatan bersama.

Selanjutnya ERK membicarakan iklan politik yang besar-besaran mengalahkan iklan-iklan dipinggir jalan. Tapi iklan politik yang massif itu tidak mampu memberikan pencerahan para pemilih, khususnya pemilih muda

2

Wawancara dengan Cholil Mahmud, Vokalis ERK, penulis kolom “Obrolan A-Politis” pada Minggu tanggal 25 Mei 2010

3

Lalu ERK bicara mengenai kinerja DPR, yang disangkutkan dengan lirik lagu Iwan Fals-Surat buat Wakil Rakyat. Ternyata lirik lagu itu semakin tidak relevan dengan kenyataan yang ada sekarang. Bukan semakin menuju kebenaran, malahan menuju relevansi yang cenderung kearah negatif.4

Terakhir ERK bicara tentang korupsi, ERK (Cholil, penulis kolom “Obrolan A-Politis”) yang juga aktif dalam CICAK (Cinta Indonesia CInta KPK) membahas korupsi yang membahasa. Dilihat dari bahasa korupsi yang banyak dan bersegmentasi.5 Segala aspek memiliki bahasa korupsi sendiri sesuai dengan kekhasannya. Selain itu bahasa dalam korupsi menurut ERK adalah mengkorupsikan bahasa itu sendiri. Menurut mereka Bahasa Korupsi Bahasa.

C. Temuan data dan analisis konteks sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)

Teks yang dibuat ERK adalah kesesuaian dengan kenyataan. Ketika ERK bicara tentang persiapan Pemilu tentang “Volume kampanye yang massif, Tapi rasanya tetap susah untuk bisa mendapat informasi yang utuh akan kompetensi tiga puluhan parpol berikut para calegnya”. Ternyata persiapan Pemilu hanya sampai pada kampanye saja, penyuluhan mengenai Pemilu yang akan dilaksanakan nantinya kurang atau malah kalah dengan kampanyenya sendiri. Padahal Pemilu itu sendiri amat penting guna melanjutkan kehidupan kita 5 tahun kedepan.

Selanjutnya ERK bicara mengenai iklan politik yang jor-joran bahkan terkesan pemulihan citra Parpol. Iklan politik bukan mencerdaskan pemilih malah

4

Wawancara dengan Cholil Mahmud, Minggu tanggal 25 Mei 2010 5

mempersulit pemilih dan terkesan mirip dengan iklan produk yang mementingkan pembeli (baca: pemilih). Iklan politik berlomba berebut pasar dan bahkan menyelipkan kata “pilihlah saya”

Lalu, anggota DPR menurut ERK dilihat dari lagu Iwan Fals-“Surat buat Wakil Rakyat”, ternyata relevansinya dengan sekarang semakin jauh. Iwan Fals yang menyindir anggota DPR dalam lirik lagunya ternyata sekarang semakin kebal bahkan bertindak semakin jauh dari tugas yang sesungguhnya diemban para anggota DPR.

Dan terakhir ERK bicara tentang korupsi. Dimana korupsi sudah dijadikan bahasa untuk korupsi, mirip tanda, bahasa lokal atau sekedar penghalus. Korupsi dikenal dengan banyak kata, kata untuk berkorupsi. Dan benar saja, dalam bahasa korupsi itu sendiri ternyata telah mengkorupsi bahasa. Jadi Bahasa Korupsi Bahasa.

64 A. Kesimpulan

Dari penjabaran mengenai penelitian empat teks yang dibuat oleh Efek Rumah Kaca (ERK) pada kolom “Obrolan A-Politis” dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk yang menganalisis tiga elemen yaitu, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, maka bisa diambil kesimpulannya sebagai berikut:

1. Teks

Efek Rumah Kaca menuliskan beberapa tema tentang pra-Pemilu 2009. Tema ini ditentukan berdasarkan hasil diskusi antara pihak Kompas dan Manajer Efek Rumah Kaca, Harlan Boer Bin. Adapun kesimpulan tentang teks-teks tersebut adalah:

a. “Mari Menyongsong” (10 Januari 2009) bercerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih ke persiapan kampanye. b. “Selera Rakyat Indonesia” (17 Januari 2009) bicara mengenai iklan

politik ketika kampanye. Iklan politik yang mereka (baca:parpol) tawarkan kepada masyarakat hanya memuji diri sendiri, mirip dengan iklan produk. Iklan politik pada saat kampanye tidak mencerdaskan bangsa, cuma iming-iming politik guna mendulang suara.

c. “Yang Agung dari Leuwinanggung” (24 Januari 2009) bicara tentang DPR yang sekaligus mengaitkan akan relevansinya dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat.

d. “Bahasa Korupsi Bahasa” (31 Januari 2009) mengatakan bahwa dalam korupsi, bahasa juga terkena dampaknya. Lihat bahasa yang digunakan untuk menyebut korupsi, banyak. Mulai dari uang pelican hingga mohon kebijaksanaannya. Dan ternyata dalam bahasa untuk menyebut korupsi itu juga merupakan sebuah korupsi terhadap bahasa itu sendiri.

2. Kognisi Sosial

Awalnya personil ERK diberikan tema oleh Kompas dari hasil diskusi, namun setelah empat tema tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh ERK, selanjutnya ERK diberikan kewenangan sendiri untuk memilih tema. Prosedural penulisannya adalah setiap personel ERK menulis, kemudian dipilih satu tulisan yang layak cetak, selanjutnya diedit oleh Harlan, manajer ERK, kemudian dikirim ke Kompas. Pihak kompas hanya mengedit kisaran kaidah penulisan jurnalistik dan space yang diberikan.

3. Konteks

Tulisan ERK telah mencakup kognisi sosial yang sedang berlangsung kala itu. Pra-Pemilu terekam dengan baik dan ditulis ERK juga dengan apik.

a. “Mari Menyongsong”, pembaca digiring agar siap menyongsong Pemilu 2009. Itu juga terbukti dari gembar-gembor yang telah dilancarkan di berbagai media, cetak, radio, TV, bahkan public sphere sekalipun.

b. “Selera Rakyat Indonesia” juga menggunakan data yang kongret dan selajur dengan realitas yang ada. Kenyataan-kenyataan seperti penggunaan wilayah umum sebagai tempat berkampanye, serta

iklan parpol di TV yang lebih terlihat politik citra juga terekam dengan baik di tulisan ini.

c. “Yang Agung dari Leuwinanggung”, tulisan ini bicara tentang anggota DPR yang dikorelasikan dengan lagu Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat yang ternyata sekarang ini relevansinya sudah sangat jauh dalam konotasi negatif.

d. “Bahasa Korupsi Bahasa” yang membicarakan masalah korupsi. Korupsi yang sudah mengakar ternyata berdampak pada korupsi bahasa. Dalam artian korupsi berarti pengrusakan.

B. Saran

Dari penelitian mengenai Analisis Wacana Rubrik “Mandat Rakyat 2009” Kolom “Obrolan A-politis” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band), peneliti memiliki beberapa saran:

1. Kompas menjaga wacana tentang kalangan non politis dan wartawan untuk menyoroti masalah Pemilu.

2. Kompas tetap berani menampilkan wacana penulis-penulis muda dalam kolomnya, terlebih anak band yang berkualitas disegala bidang. 3. Kompas tidak hanya menyediakan kolom untuk anak band menulis

pada kolom khusus saja, jika bisa Kompas memberikannya kolom setiap hari atau tiap minggu.

4. Agar ERK bisa menjaga eksistensinya tidak hanya dibelantika permusikkan di Indoneisia saja, tapi dibidang tulis menulis khususnya kritik sosial.

Buku

Abdullah, Aceng, Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa,

Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000

Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1998

Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004

Darma, Prof. Dr. Hj Yoce Aliah M.Pd, Analisis Wacana Kritis,

Bandung:Yrama Widya, 2009

Effendy, Onong Uchjana, Kamus Komunikasi Mandar Maju,

Bandung:Remaja Rosdakarya, 1989

Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, Jakarta:LKiS, 2001

Hamid, Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA, 2007.

Kridalaksana, Harimurti, Leksian Komunikasi, Jakarta:Pradnya Paramita, 1984 Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik Teori dan

Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Marahimin, Ismail, Menulis Secara Poluler, Jakarta: Pustaka Jaya, 1994 Mc Quail, Denis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Kedua,

Jakarta, 1989

Mulyana, Dedy, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005

Mulyana, Prof. Deddy M.A., Ph.D. & Dr. Solatun, M.Si. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007

Putra, R. Masri Sareb, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, Yogyakarta:Graha Ilmu,2007

Romli, Asep Syamsul M S.IP, Jurnalistik Praktik untuk Pemula,

Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006

Salim, Peter dan Salim, Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:Modern English Press, 2002, cet. 3

Sen, Krishna and T. Hall, David, Media Budaya dan Politik di Indonesia, Penerjemah Sirikit Syah, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2001 Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

Sumadiria, Drs. A.S. Haris M.Si,, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional, Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005

Tarigan dan Guntur, Henry, Pengajaran Wacana, Bandung:Angkasa, 1993 Tim penerbit Buku Kompas, Beberapa segi perkembangan Sejarah Pers di

Indonesia, Jakarta:Buku Kompas, 2002, cet. 3

Van Dijk, Teun, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction.

Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC.), 2003.

____________, Discourse And Society: Vol 4 (2). London:Newbury Park and New Delhi: Sage. 1993.

Zaini Akbar, Ahmad, 1966-1974 Kisah Pers Indonesia,

Yogyakarta:LKiS,1955 Non Buku

Harian Umum Kompas, Minggu, 7 September 2008 Harian Umum Kompas, Senin, 16 November 2008 Harian Umum Kompas, Sabtu 10 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 17 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 24 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 31 Januari 2009 Internet

Profil Efek Rumah Kaca, ditulis oleh Harlan Bin, Manajer ERK, http://www.amp.channelv.com/efekrumahkaca

Profil Efek Rumah Kaca, ditulis oleh Harlan Bin, Manajer ERK http://www.myspace.com/efekrumahkaca

Dampak Musik Indie Bagi Perkembangan Industri Musik Indonesia, Wendi Putranto a.k.a Wenz Rawk, Editor Rollingstone Magazine, http://pedeepro.multiply.com/journal/item/31/Dampak_Musik_Indie_Bagi _Perkembangan_Industri_Musik_Indonesia

73

Dengan Cholil Mahmud, Vokalis Efek Rumah Kaca sekaligus penulis dalam kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” Kompas Tanggal 25 Mei 2010

Penulis (P): Apa menulis buat Anda?

Cholil (C): Menulis buat kami adalah kesempatan yang bagus, tantangan, menyenangkan, buat belajar dan yang pasti uang.

(P): Langsung ke inti pertemuan kita kali ini, bagaimana menentukan tema di setiap tulisan ERK pada kolom “Obrolan A-Politis”?

(C): Empat tulisan awal ini adalah tema yang dikasih Bin (Bin Harlan, adalah manajer ERK). Bin-lah yang mendiskusikannya dengan Kompas. Dan yang dicetak di Kompas adalah tulisan saya. Tema tulisan selanjutnya adalah dari kami (Cholil, Adrian dan Akbar) dan kami merasa lebih sulit menulis tanpa tema

(P): Bagaimana prosedural penulisan di kolom ini?