• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tingkat Depresi Dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Tingkat Depresi Dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH

ANGKATAN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Rhandy Septianto

NIM : 1111103000051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul ―Hubungan antara Tingkat Depresi Dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2014‖. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini, peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan daripada pelbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dr. HM. Djauhari Widjajakusumah, AIF.,PFK, Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes, dan Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr.Witri Ardhini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3. dr. Ahmad Azwar Habibie, M. Biomed, dan dr. Marita Fadhillah, Ph. D selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang selalu mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.

5. Mahasiswa PSPD 2014 yang secara turut aktif membantu dalam pengerjaan Penelitian ini, yang telah meluangkan waktu nya untuk membantu dalam pengisian kuesioner Penelitian ini.

6. Ayah dan Ibu, dan keluarga saya yang telah memberikan doa, saran dan dorongan baik moril maupun materiil

7. Kepada teman sekelompok penulis Faizal Rachmadi dan Leily Badrya yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis.

(6)

vi

Akhir kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.

Ciputat, 12 September 2014

(7)

vii

Rhandy Septianto. Hubungan antar Tingkat Depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013

Depresi merupakan salah satu masalah gangguan psikologis terbesar pada Mahasiswa. Setiap tahunnya meningkat, bahkan di prediksi akan menjadi masalah utama dalam kesehatan jiwa. Dimana masalah tersebut akan menimbulkan banyak efek dalam berbagai hal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan nilai Modul Clinical Reasoning I. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional pengumpulan data dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ( FKIK UIN ), dan data diambil dengan metode consecutive sampling. L-MMPI ( Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory ) untuk menilai validitas responden, dan untuk menilai tingkat depresi dengan kuesioner BDI (Beck Depression Inventory), lalu Nilai Modul Clinical Reasoning I diperoleh dari Medical Education Unit ( MEU ) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah. Dari 89 mahasiswa termasuk kriteria inklusi sebanyak 49 responden.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah depresi lebih banyak pada wanita dengan jumlah 17 responden, dan pada laki laki 9 responden. Untuk tingkatan depresi paling banyak berada pada tingkatan depresi ringan dengan 19 responden (38,8%), dan untuk tingkatan depresi sedang, dan depresi berat sejumlah 5 responden (10,2%). Analisis bivariat antara tingkatan depresi dengan nilai modul tidak ditemukan ada nya korelasi signifikan karena nilai p=0,4995 (p<0,05). Kesimpulan, bahwa tingkat depresi lebih banyak ditemukan pada wanita, dan tidak ada hubungan antara tingkat depresi dengan nilai pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013

(8)

viii

ABSTRACT

Rhandy Septianto. Relationship between Depression Level with Score of Clinical Reasoning Module I in the Medical Student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Class 2013

Depression is one of the biggest problems on student psychological disorders. Each year increased, even in the predictions will become a major issue in mental health. Where the problem will cause a lot of effects in a variety of ways. This study aims to determine the relationship between levels of depression with the score of Clinical Reasoning Module I. This research was conducted by the method of descriptive analytic cross sectional design of the data collection is done at the Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University (FKIK UIN), and the data retrieved with a consecutive sampling method. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory) to assess the validity of the respondent, and to assess the level of depression with the BDI (Beck Depression Inventory) questionnaire, and score of Clinical Reasoning Module I obtained from the MEU (Medical Education Unit) Medical Education Program of UIN Syarif Hidayatullah. Of the 89 students, including the inclusion criteria were 49 respondents.

The results showed that the depression is more common in females with 17 respondents, and in men 9 respondents. For most levels of depression at the level of mild depression with 19 respondents (38.8%), and for levels of depression are, and severe depression number five respondents (10.2%). Bivariate analysis between levels of depression with the value of the module is not found no significant correlation because its p-value = 0.4995 (p <0.05). Conclusion, that the rate of depression is more common in women, and there is no relationship between the level of depression with score of Clinical Reasoning Module I on Medical Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Class 2013.

(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Hipotesis ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Depresi ... 6

2.1.1.1. Pengertian Depresi ... 6

2.1.1.2. Epidemiologi tumor payudara ... 7

2.1.1.3. Gejala Depresi ... 8

2.1.1.4 Etiologi Depresi ... 9

2.1.1.5. Klasifikasi Depresi ... 12

2.1.1.6. Faktor Resiko Depresi ... 13

2.1.1.7. Faktor Pencetus Depresi pada Mahasiswa ... 13

2.1.1.8. Diagnosis ... 17

2.1.1.9. Penatalaksanaan Depresi ... 20

2.1.2. Modul Clinical Reasoning I ... 23

2.1.2.1. Tujuan Pembelajaran ... 24

2.1.2.2. Sasaran Pembelajaran ... 24

2.1.2.3. Metode Pembelajaran ... 25

2.1.2.4. Evaluasi Hasil Pembelajaran ... 26

2.2. Kerangka Teori ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan waktu penelitian ... 28

3.3. Subjek Penelitian ... 28

3.4. Teknik Sampling ... 28

3.5. Kriteria Sample ... 28

3.6. Variabel Penelitian ... 29

3.7. Definisi Operasional Variabel ... 29

3.8. Desain Analisis Data ... 30

(10)

x

3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.11. Skema Penelitian ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Penelitian. ... 32

4.2. Pelaksanaan Penelitian ... 33

4.3. Hasil Penelitian ... 33

4.3.1. Analisis Data Penelitian ... 33

4.3.2. Demografi Penelitian... 33

4.3.3. Analisis Skor Kuesioner BDI. ... 34

4.3.4. Analisis Kuesioner BDI Prioritas ... 36

4.3.5. Analisis Kuesioner BDI ... 36

4.3.6. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I ... 39

4.3.7. Analisis Bivariat ... 40

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 43

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 44

5.2. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

xi

Tabel 2.2. Kategori Penilaian Mahasiswa ... 26

Tabel 4.1. Analisis Validitas Responden ... 33

Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Usia Responden ... 34

Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan Skor Kuesioner BDI ... 34

Tabel 4.5. Distribusi berdasarkan Kategori Tingkatan Depresi ... 35

Tabel 4.6. Distribusi berdasarkan Poin BDI Prioritas ... 36

Tabel 4.7. Distribusi Berdasarkan Poin 1 Kuesioner BDI ... 37

Tabel 4.8. Distribusi Berdasarkan Poin 16 Kuesioner BDI ... 37

Tabel 4.9. Distribusi Berdasarkan Poin 20 Kuesioner BDI ... 38

Tabel 4.10. Distribusi Berdasarkan Nilai Modul Clinical Reasoning I ... 38

Tabel 4.11. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I ... 39

Tabel 4.12. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.13. Uji Normalitas Data ... 40

Tabel 4.14. Uji Normalitas Transformasi ... 41

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup ... 50 Lampiran 2 Lembar Kuesioner ... 51 Lampiran 3 Surat Permohonan Nilai Modul Clinical Reasoning ... 59

DAFTAR SINGKATAN

MEU Medical Education Unit

STP Satuan Tim Pelaksana

L-MMPI Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory

BDI Beck Depression Inventory

FKIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan PSPD Program Studi Pendidikan Dokter

UIN Universitas Islam Negeri

MAO Mono Amino Oxide

WHO World Health Organization

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan kelainan kejiwaan yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat. Depresi merupakan kelainan mood yang berupa munculnya perasaan sedih. Setiap orang dapat mengalami depresi, segala macam usia dapat mengalami hal tersebut. Secara gender pada wanita lebih banyak ditemukan adanya depresi dibandingkan pada pria, kemudian tekanan sosio-ekonomi turut mempunyai andil dalam munculnya depresi, tak terkecuali para mahasiswa yang dapat mengalami depresi selama masa perkuliahan mereka. Pada mahasiswa yang mengalami depresi mempunyai dampak yang buruk untuk pencapaian hasil belajar karena mempengaruhi tingkat konsentrasi dalam belajar.1

Depresi merupakan gangguan yang terjadi pada kejiwaan yang meliputi alam perasaan, yang menimbulkan gejala seperti kemurungan, sulit berhubungan dengan orang lain, kekecewaan yang mendalam, rasa putus asa, dan perasaan ingin bunuh diri.2

Depresi muncul tidak disebabkan karena satu hal, namun dapat disebabkan karena berbagai macam faktor. Faktor resiko yang dapat muncul pada seseorang seperti bawaan genetik, maupun gangguan keadaan sosial yang dapat mempengaruhi munculnya depresi pada anak.3

Depresi dapat disebabkan karena faktor biologis seperti adanya gangguan pada neutransmitter – neurotransmitter monoamine, seperti : norephinefrin, serotonin, dopamin, dan histamin yag merupakan titik fokus munculnya depresi pada seseorang.4

(14)

2

Organisasi kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa prevalensi kejadian depresi di dunia adalah sekitar 3%. Namun, penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat menyatakan bahwa laki laki yang mengalami depresi dalam hidupnya adalah sekitar 5-12%, sedangkan pada wanita yang mengalami depresi dalam hidupnya sekitar 9- 26%. Tahun 2020, WHO memprediksi bahwa depresi akan menjadi penyakit kedua terbesar di dunia di bawah penyakit tentang kardiovaskular.5

Data yang dikemukakan oleh Christensen prevalensi pada penderita depresi seumur hidup secara epidemiologi adalah pada pria 7-12%, sedangkan pada wanita 20-25%. Penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan angka tersebut belum dapat dijelaskan lebih lanjut, namun faktor yang banyak mempengaruhi adalah faktor psiko-sosial, dan faktor biologi banyak berpengaruh. Pada tingkat pelayanan primer ditemukan 5-10% angka prevalensi dari depresi.6

Pada tahun 2009, American College Health Association - National College Health Assessment (ACHA - NCHA), pada dua dan empat lembaga menyatakan bahwa sekitar 30% pada mahasiswa merasa depresi, sehingga sulit melakukan fungsi normalnya secara maksimal, hal ini menyimpulkan bahwa bahwa depresi mampu menurunkan performa dalam bidang akademik.1

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dirilis pada tahun 2007 bahwa keadaan gangguan mental emosional, seperti : gangguan kecemasan, dan juga depresi jumlahnya adalah 11,6% dari total populasi orang dewasa.7

(15)

Pada mahasiswa, angka kejadian depresi banyak muncul pada mahasiswa angkatan pertama dibandingkan angkatan yang lebih senior. Hal ini dikarenakan, tinggal jauh dari orang tua, hal ini banyak dialami oleh mahasiswa perantauan yang kuliah jauh dari kampung halaman mereka, kemudian merindukan teman – teman mereka saat di tempat asal mereka, namun penyebab yang paling banyak adalah mengahadapi kehidupan, lingkungan, dan pergaulan yang baru serta kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.1

Mahasiswa Kedokteran merupakan mahasiswa dengan tingkat depresi lebih tinggi dibanding mahasiswa lain nya.5

Penelitian yang dilakukan di Universitas Atma Jaya pada Angkatan 2007 mahasiswa Fakultas Kedokteran bahwa pada 126 mahasiswa yang turut serta dalam penelitian tersebut bahwa ditemukan pada 82 responden (65,1%) dalam keadaan tak depresi, kemudian yang mengalami depresi ringan sebesar 36 responden (28,6%), dan ditemukan 8 responden (6,3%) mengalami depresi sedang, sedangkan pada keadaan mahasiswa yang mengalami depresi berat tidak ditemukan dalam penelitian tersebut.5

Sindrom depresi setelah dilakukan pengkajian ternyata mempengaruhi proses belajar pada remaja. Dalam hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa depresi mempengaruhi proses belajar pada remaja yang mana akan mempengaruhi hasil pembelajaran. Faktor gender juga memainkan peran dimana remaja wanita mempunyai faktor moderasi hubungan antara depresi dan kesulitan belajar.9

Pada penelitian yang dilakukan oleh Eric Chan, et al (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara depresi dengan hasil belajar, bahwa pada anak memiliki angka gejala depresi yang tinggi memiliki nilai belajar yang rendah. Kemudian depresi juga menimbulkan hasil kinerja yang buruk pada anak yang mengalami depresi.10

(16)

4

eksakta. Gejala depresi pada mahasiswa umumnya adalah gejala depresi sedang dan ringan, namun tidak ada kaitannya dengan nilai IPK.11

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki ketertarikan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2013, hal ini dikarenakan modul tersebut merupakan metode pembelajaran yang beru pada mahasiswa, dan dikarenakan angkatan pertama lebih memiliki kecenderungan untuk depresi lebih tinggi, dan pelaksanaan kegiatan dilakukan pada tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara tingkat depresi dengan nilai akhir Modul Clinical Reasoning I depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah angkatan 2013?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat depresidengan nilai akhir Modul Clinical Reasoning I Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2013

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2013.

b. Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan nilai akhir Modul Clinical Reasoning I pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2013.

1.4 Hipotesis

Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter yang mempunyai tingkat depresi yang tinggi memiliki kecenderungan mendapatkan nilai akhir Modul Clinical Reasoning I yang rendah.

(17)

Manfaat untuk peneliti dalam hal ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai melakukan penelitian, guna mengamalkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi terdapat poin Penelitian.

Kemudian di lain sisi manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah untuk meraih Sarjana Kedokteran dimana syarat untuk memperoleh hal tersebut Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan penelitian.

1.5.2. Bagi Mahasiswa Kedokteran.

Manfaat penelitian ini untuk Mahasiswa Kedokteran itu sendiri ialah membantu untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal, dimana sejauh ini tingkat keberhasilan belajar dinilai dari Indeks Prestasi Kumulatif nilai Modul

Penelitian ini membantu untuk mengetahui bagaimana kaitan depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I pada Mahasiswa PSPD 2014, guna untuk meraih hasil belajar yang maksimal.

1.5.3. Bagi Institusi.

Manfaat penelitian ini untuk Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta yang pertama untuk membuka cakrawala dalam mewujudkan proses pembelajaran yang baik guna meraih hasil pembelajaran yang baik. Dimana sejauh ini hasil pembelajaran yang baik dalam suatu proses pembelajaran adalah melalui Nilai Akhir Modul.

1.5.4. Bagi Masyarakat.

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang bagaimana menjaga keadaan psikologis yang baik untuk meraih hasil pembelajaran yang baik, informasi yang akan diberikan akan berguna untuk : mahasiswa kedokteran, masyarakat yang akan

(18)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Teori 2.1.1.Depresi

2.1.1.1. Pengertian.

Depresi adalah keadaan dimana seseorang mengalami gangguan alam perasaan, yaitu gangguan suasana hati dan mood, dan biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, tak mempunyai gairah, merasa tak berharga, dan terkadang dirinya tak mempunyai harapan, kemudian dalam pemikirannya selalu berpusat pada kesalahan dirinya, dan merasa dirinya tak mempunyai harapan dan pikiran untuk bunuh diri. Banyak penderita depresi ini mengalami perubahan minat dalam penampilan diri dan aktivitas dalam kehidupan sehari hari.12

Depresi merupakan kelainan afek dan kelainan emosi. Kelainan afek merupakan kelainan yang menyangkut perasaan senang maupun tidak senang, dan mempengaruhi pada pikiran, berlangsung cukup lama, dan kurang terkait pada proses biologis. Sedangkan emosi adalah kelainan afek yang muncul, dan mempunyai kaitan kaitan biologis (ketakutan, depresi, dan kegembiraan). Kelainan emosi, dan afek merupakan saling mempengaruhi keduanya, dan mempengaruhi keadaan psikologis seseorang.13

Keadaan depresi itu sendiri dapat muncul pada situasi yang normal pada seseorang dan merupakan perjalanan menuju kematangan dari emosi, sehingga depresi dapat diartikan sebagai berikut :

(19)

b. Pada keadaan patologis, adalah keadaan ketidakmauan yang sangat ekstrim untuk melakukan reaksi atas rangsangan yang ada, diikuti dengan menurunnya nilai diri, delusi akan ketidakpuasan, ketidakmampuan, dan perasaan putus asa.14 Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan depresi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam mood nya, yang dapat menimbulkan perasaan sedih, dan penurunan dalam gairah untuk melaksanakan aktivitas sehari hari. 2.1.1.2. Epidemiologi

Depresi merupakan masalah yang cukup banyak dalam praktik

klinik sehari-hari. Lembaga WHO menyatakan bahwa penyakit

depresi ini merupakan penyakit dengan urutan keempat pada tahun

2000.15

Angka epidemiologi depresi di Indonesia yaitu sekitar 17-27%,, dibandingkan dengan angka epidemiologi di dunia adalah 5-10% dalam tiap tahunnya, sedangkan life time prevalence dapat mencapai dua kali lipatnya. Data yang disampaikan WHO bahwa depresi akan menjadi beban global penyakit kedua pada tahun 2020, dan akan menjadi urutan penyakit kedua setelah penyakit jantung. Pada tahun 1990 dilakukan survey pada 14 negara dinyatakan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan dengan peringkat keempat terbesar di dunia dan akan menimbulkan beban sosial.16

Penelitian yang dilakukan oleh American College Health Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA) pada tahun 2009 dengan koresponden para mahasiswa menyimpulkan bahwa sekitar 30% bahwa mahasiswa mengalami gangguan depresi.1

Pada saat pubertas, maka angka prevalensi akan meningkat

sekitar dua sampai empat kali lipat, dan perbandingan gender 1:1

sama pada pria dan juga wanita, kemudian pada wanita akan

meningkat setelah masa pubertas, dengan usia rata rata mengalami

(20)

8

faktor yang banyak mempengaruhi ini adalah faktor keluarga, dan

faktor pekerjaan, selain itu dimungkinkan karena pada wanita

memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi, dapat muncul depresi karena ditinggal oleh pasangan hidup.17

Pada penelitian yang lain ditemukan bahwa 14% dari 701

mahasiswa yang dilakukan pemeriksaan di Universitas Boston

menyatakan bahwa para mahasiswa mengalami gangguan depresi dan

sebagian dari mereka mempunyai potensi untuk mengalami depresi

mayor.17

Pada kondisi saat ini, depresi itu sendiri menempati urutan

kedua dalam penyakit terbanyak pada kelompok usia 15-44 tahun, hal

ini dikarenakan tekanan pada usia tersebut sangat banyak, sehingga

banyak menimbulkan depresi.15 Pada tahun 2020, diperkirakan depresi ini akan menempati urutan kedua dalam penyakit terbanyak didunia.15

2.1.1.3. Gejala Depresi

Gejala depresi dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu gejala afektif, gejala somatik, dan juga gejala kognitif.

2.1.1.3.1. Gejala Afektif :

1. Jiwa yang tertekan.

2. Perasaan benci (bitterness).

3. Perasaan kesal atau patah hati (dejection) 4. Perasaan kesepian (loneliness)

5. Penyangkalan atas apa yang dirasakan. 6. Kesedihan.

7. Menangis.

8. Murung.

9. Patah semangat (depodency) 10. Perasaan tak berdaya. 11. Apatis.

12. Harga diri rendah (low self-esteem).20 2.1.1.3.2. Gejala Kognitif :

(21)

2. Menyalahkan diri sendiri.

3. Hilangya minat, dan motivasi dalam diri. 4. Hilangnya kesenangan dalam bekerja.

5. Pemikiran merusak diri sendiri (self destructive thought). 6. Perasaan tak menentu.20

2.1.1.3.3. Gejala Somatik :

1. Hilangnya semangat. 2. Tak adanya nafsu makan. 3. Gangguan dalam pola tidur. 4. Adanya kelelahan.20

2.1.1.3.4. Perubahan Fisiologi : 1. Nyeri Abdomen. 2. Sakit Punggung. 3. Nyeri Dada.

4. Ketidakmampuan mencerna (Indigestion). 5. Insomnia.

6. Perubahan menstruasi mual. 7. Tak responsif pada seksual. 8. Impoten.20

Dalam penelitian lain dikatakan bahwa secara umum gejala dari depresi mayor adalah berupa jiwa yang mengalami tekanan, kesedihan berkepanjangan, gangguan psikomotorik, kehilangan kesenangan dalam pekerjaan, kehilangan konsentrasi dalam bekerja, gangguan pola tidur, selalu memikirkan tentang kematian, dan melakukan percobaan bunuh diri.21

2.1.1.4. Etiologi Depresi. 2.1.1.4.1. Faktor Genetik.

(22)

10

tidak akan terjadi tanpa ada sebuah peristiwa dalam kehidupan, namun pengembangan dalam terjadinya depresi sangat

ditentukan secara genetik, namun untuk melakukan identifikasi kontribusi gen tertentu sulit untuk diidentifikasi.22

Meskipun peranan genetik sangat kompleks dalam menimbulkan depresi, dharapkan kedepannya perkembangan genetik menjadi lebih maju dibanding saat ini.22

2.1.1.4.2. Teori Biologis.

Pada beberapa penelitian yang dilakukan banyak gangguan biologis yang terjadi pada pasien dengan depresi. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood.4

2.1.1.4.3. Biogenik Amin.

Pada pasien dengan gangguan mood neurotransmitter yang

mengalami gangguan umumnya adalah neurotransmitter norephinefrin, dan pada serotonin.4

2.1.1.4.4. Teori Serotonin.

Pada pasien yang mengalami gangguan depresi banyak

ditemukan bahwa kadar serotonin yang ada pada cairan serebrospinal mengalami penurunan, dan banyak menimbulkan perasaan ingin bunuh diri pada penderita.4

Pada pasien yang mengalami depresi bila diberikan obat

obatan serotonergic banyak menimbulkan perbaikan, hal ini menyatakan bahwa pada pasien yang mengalami depresi

mempunyai kaitan dengan hormon serotonin.23

2.1.1.4.5. Gangguan Neurotransmitter lainnya.

(23)

abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi.4

2.1.1.4.6. Faktor Neuroendokrin.

Gangguan pada hormon telah banyak dilakukan penelitian banyak mempunyai kaitan dengan kejadian depresi, maupun gangguan mood lainnya. Gangguan sistem hormon akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti :

1. Gangguan tidur

2. Gangguan makan

3. Gangguan seksual

4. Kesulitan dalam mengungkapkan perasaan senang

Komponen neuroendokrin yang paling banyak menimbulkan kelainan adalah :

1. Hipothalamus

2. Pituitary Gland 3. Adrenal Gland.4 2.1.1.4.7. Kelainan Cerebral.

Area pada otak yang umumnya menimbulkan kelainan pada depresi maupun pada gagguan mood lainnya :

1. Korteks prefrontal

2. Hippocampus

3. Korteks cingulate anterior

4. Amygdala

Adanya reduksi pada proses metabolik yaitu adanya penurunan volume pada gray matter pada bagian prefrontal kiri banyak menimbulkan gangguan berat pada depresi maupun gangguan bipolar. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa adanya kelainan cerebral :

(24)

12

2.1.1.5. Klasifikasi Depresi.

Menurut Gejalanya, depresi dibagi menjadi : 2.1.1.5.1. Gangguan depresi mayor

Muncul perubahan perubahan pada gejala dibawah ini dan berlangsung kurang lebih dari 2 minggu :

1. Nafsu makan.

2. Perubahan berat badan. 3. Perubahan aktivitas. 4. Kekurangan energi. 5. Perasaan bersalah.

6. Pikiran untuk melakukan bunuh diri.4 2.1.1.5.2. Gangguan dysthmic.

Pada gangguan depresi tipe disthmia ini adalah kumpulan kumpulan dari gejala mayor yang telah berlangsung sangat lama, yaitu selama 2 tahun, pada gangguan tipe ini umunya muncul lebih berat dibandingkan gangguan depresi mayor. Namun, pada penderita gangguan depresi disthmia masih mampu untuk berkomunikasi dengan lingkunganya.1

2.1.1.5.3. Gangguan depresi minor.

Pada gangguan depresi tipe ini mempunyai kumpulan kumpulan gejala yang mirip dengan gangguan depresi mayor maupun gangguan depresi disthmia, namun hanya berlangsung singkat.1

2.1.1.5.4. Gangguan depresi psikotik.

Pada gangguan depresi tipe ini mempunyai gejala yang sama dengan gangguan depresi mayor dan gangguan depresi disthmia, namun mempunyai gejala tambahan berupa : Halusinasi, Delusi.1

2.1.1.5.5. Depresi musiman.

(25)

saat musim dingin, dan akan menghilang pada musim semi maupun pada musim panas.4

2.1.1.6. Faktor Resiko Depresi.

2.1.1.6.1. Dampak Peristiwa dalam kehidupan.

Pengaruh adanya stress kronik, dan dampak yang dimunculkan dari kejadian dalam kehidupan pada terjadinya depresi telah menjadi banyak subjek penelitian, bahwa peristiwa dalam kehidupan banyak menimbulkan.24

Kejadian dalam kehidupan yang terlalu banyak sebelum terjadinya onset depresi, sangat memungkinkan munculnya depresi, kejadian tersebut merupakan kejadian yang tak diinginkan oleh seseorang tersebut.24

2.1.1.6.2. Jenis Kelamin.

Secara epidemiologi ditemukan bahwa angka kejadian depresi lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pada pria. Banyak pendapat yang dikemukakan, yang pertama adalah kaitan dengan siklus hormonal, bahwa pada wanita kadar hormon cenderung lebih fluktuatif, selain itu faktor psikososial juga memegang peranan dalam munculnya depresi.4

2.1.1.6.3. Faktor Sosio-ekonomi.

Belum banyak diketahui pada sesorang yang mengalami depresi dengan kaitanya dengan faktor sosio-ekonomi, namun pada gangguan bipolar I sangat mempunyai kaitan dengan sosio-ekonomi yang rendah.4

2.1.1.7. Faktor pencetus Depresi pada Mahasiswa Kedokteran.

(26)

14

Pada awal masuk kuliah kedokteran, mahasiswa kedokteran mempunyai status kesehatan metal yang sama dengan rekan rekan nya yang kuliah non-kedokteran. Sekolah dalam dunia kedokteran mempunyai tujuan untuk memberikan pelatihan medis untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan, dan mempersiapkan diri untuk berkarir, dan profesi yang dipandang baik dalam lingkungan sosial. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa mahasiswa kedokteran akan tumbuh dengan kesehatan mental yang baik. Namun, hal yan terjadi adalah sebaliknya, dengan berbagai studi menyatakan bahwa mental mahasiswa kedokteran selama menjalani pendidikan kesehatan mental mereka memburuk.26

Survey yang dilakukan di AS, dan luar negeri menyatakan bahwa pada mahasiswa kedokteran teridentifikasi frekuensi tinggi depresi, dan kesehatan mental lainnya. Pada mahasiswa kedokteran lebih dari sepertiga mahasiswa kedokteran tahun pertama memiliki kesehatan mental yang buruk.27

Pada studi lain menyatakan bahwa pada General Health Questionnare menyatakan bahwa pada tahun pertama mahasiswa kedokteran mengalami depresi meningkat dua kali lipat dari 25% menjadi 52% , dan secara keseluruhan mahasiswa kedokteran mengalami penurunan kesehatan status mental.28

Dalam sebuah survey yang dilakukan tahun 2002 di AS, menyatakan bahwa pada tahun pertama mahasiswa kedokteran yang mengalami depresi sekitar 24% sesuai dengan BDI 29, kemudian secara bertahap mengalami perbaikan selama tahun ketiga dan tahun keempat masa perkuliahan.30

(27)

mental, bukan mencari dukugan dari rekan rekan mereka dan dukungan keluarga.32,33

Namun, mahasiswa kedokteran mempunyai hambatan dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan mental, antara lain : 1. Kurangnya waktu.

2. Persepsi bahaya akademik. 3. Perhatian mengenai kerahasiaan. 4. Stigma penyakit mental.

5. Biaya.29,32

2.1.1.7.1. Hal-hal yang menimbulkan potensi depresi pada Mahasiswa, antara lain:

1. Masa Penyesuaian dengan lingkungan.

Pada mahasiswa baru mereka akan mengalami perubahan pada pola belajar, dan juga lingkungan pembelajaran, selain itu mereka akan jauh dari keluarga dan merasakan rindu dengan teman lama mereka terutama untuk mahasiswa perantauan, hal ini banyak diakui mahasiswa akan menimbulkan depresi pada.1

Penyebab depresi lain adalah meningkatnya kinerja belajar pada proses pembelajaran pada mahasiswa kedokteran.1

Kemudian mereka untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dalam dunia kedokteran mereka harus bergabung dalam kelompok belajar kecil, dimana mereka dituntut untuk bersaing, hal ini pun dapat menjadi pencetus dalam depresi.27

2. Konflik etika dengan dosen maupun teman kuliah.

(28)

16

sinis dan perilaku tidak etis yang bertentangan dari kurikulum yang telah diajarkan.27

Dalam sebuah studi dilakukan bahwa pada mahasiswa ketiga dan keempat menyatakan bahwa pada 98% dokter merujuk dengan cara yang tak sopan, dan 60% diantara nya melaporkan hal tersebut.27

3. Paparan terhadap kematian,dan penderitaan yang dialami pasien.

Sebagian besar mahasiswa melakukan perawatan kesehatan pada pasien yang sudah mencapai tahap akhir penyakit, dan bertahun tahun mahasiswa kedokteran diahadapkan pada kondisi yang berkaitan dengan kematian pada pasien. Hal yang cukup disayangkan bahwa pada kurikulum mahasiswa hanya diberikan pembelajaran tentang diagnosis penyakit, tidak diberikan materi pelayanan , dan pendidikan masalah di akhir kehidupan seseorang. Dengan adanya hal tersebut, maka mahasiswa merasa takut, cemas, cenderung depresi untuk berinteraksi dengan pasien yang dalam keadaan menjelang akhir hidupnya, sehingga mahasiswa merasa canggung, khawatir menghadapi pasien seperti ini.27

4. Pelecehan terhadap mahasiswa.

(29)

yang belum pernah diajarkan, dan lainnya, selain itu ada diskriminasi, pelecehan seksual, dan juga kekerasan fisik yang menjadi masalah cukup serius.27

Pengaruh pelecehan terhadap mahasiswa adalah hal yang serius, dari lima ratus mahasiswa kedokteran, 40% diantaranya mengalami pelecehan, dan menurut mereka hal tersebut mempengaruhi mereka dalam mengalami depresi dalam menjalani pendidikan.27

5. Peristiwa penting dalam kehidupan pribadi.

Sumber permasalahan dalam keadaan psikologis pada mahasiswa dapat disebabkan karena peristiwa tertentu yang terkait masalah pribadi mereka. Dalam sebuah studi 1000 mahasiswa kedokteran banyak dilaporkan kejadian tersebut berupa kematian anggota keluarga (15%), penyakit pribadi maupun cidera (25%), maupun perubahan kesehatan yang dialami mahasiswa dalam satu tahun terakhir (42%).27 6. Biaya pendidikan.

Biaya pendidikan dapat menimbulkan depresi pada mahasiswa pada umumnya.4 Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa kedokteran, terkadang mereka menunggak biaya pendidikan, dan bila tunggakan sudah semakin banyak, maka akan menjadi masalah untuk mahasiswa tersebut.27

2.1.1.8. Diagnosis.

2.1.1.8.1. Tes Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) Sejak tahun 1942, tes ini merupakan tes kepribadian yang paling banyak digunakan. Uji kepribadian ini dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Hathaway, dan juga seorang ahli psikiatri Mc Kinley dari Universitas Minnesota, Minneapolis, USA.33

(30)

18

subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan pertanyaan dalam kuesioner supaya diri mereka terlihat baik.33

Kuesioner ini digunakan untuk rentang usia mulai dari 12 tahun. Kemudian dalam penggunaannya kuesioner MMPI yang paling memiliki popularitas yang paling tinggi adalah MMPI-2. 34

Hingga saat ini MMPI dikembangkan untuk melakukan

diagnosis pada pasien. Kuesioner ini digunakan untuk menyaring

individu yang berusaha untuk mencoba tampil perfeksionis ataupun

tampil idealis untuk mempertahankan martabatnya. Skala L paling

banyak digunakan dibanding skala lainnya.34

Keuntungan dari penilaian dengan menggunakan kuesioner

ini adalah sangat mudah untuk digunakan , dan cepat untuk

disebarkan, dan hasilnya dapat dihitung secara cepat, dan

menggunakan biaya yang sangat murah.34

Namun yang menjadi kekurangan adalah tidak semua orang

dapat memahami semua maksud dari pertanyaan dalam kuesioner,

sedangkan untuk kontradiksi belum ditemukan penjelasan yang

pasti.34

2.1.1.8.2. Kuesioner Beck Depression Inventory(BDI)

(31)

Instrumen BDI-II meliputi bagian yang sangat luas pada uji validitas. Instrument ini dirancang untuk memenuhi semua aspek depresi yang tertera dalam DSM IV.46

Pada Uji Konvergen dan Validitas diskriminatif dinyatakan bahwa BDI II memiliki kesamaan dengan versi terdahulunya, pada BDI IA dinyatakan bahwa BDI II dengan BDI IA memiliki korelasi yang tinggi (0,91). 46

Instrumen BDI II mempunyai 21 item pertanyaan yang akan menjelaskan tingkat tingkat depresi. Gejala depresi yang akan diketahui melalui instrument BDI II ini antara lain :

1. Kesedihan 2. Pesimis

3. Kegagalan masa lalu 4. Kehilangan kesenangan 5. Perasaan bersalah 6. Perasaan dihukum

7. Ketidaksukaan terhadap diri sendiri 8. Kritikan terhadap diri

9. Keinginan bunuh diri 10. Menangis

11. Gelisah

12. Kehilangan ketertarikan 13. Sulit ambil keputusan 14. Perasaan tidak berharga 15. Kehilangan energi 16. Perubahan pola tidur 17. Sensitivitas

18. Perubahan pola makan 19. Sulit konsentrasi 20. Kelelahan

(32)

20

Temuan awal dari BDI ini ditampilkan menjadi faktor kognitif, afektif, dan somatik. Gejala depresi yang menjadi bagian dari faktor kognitif antara lain:

1. Kesedihan 2. Pesimis

3. Kegagalan masa lalu 4. Perasaan bersalah 5. Perasaan dihukum

6. Ketidak sukaan terhadap diri sendiri 7. Kritikan terhadap diri sendiri

8. Keinginan bunuh diri 9. Perasaan tak berharga36

Total dari semua penilaian dengan instrument BDI menunjukan tingkat keparahan seseorang dalam mengalami depresi. Instrument ini memberikan hasil yang berbeda untuk diagnosis pada populasi umum, dan diagnosis depresi klinis. Untuk orang dengan diagnosis klinis mempunyai interpretasi tingkatan depresi sebagai berikut :

1. 0-9, tak ada gejala depresi 2. 10-15, gejala depresi ringan 3. 16-23, gejala depresi sedang 4. 24-63, gejala depresi berat.37 2.1.1.9. Penatalaksanaan Depresi.

Pada seseorang yang mengalami depresi seharusnya mendapat penatalasanaan segera mungkin, hal ini dikarenakan bila seseorang yang mengalami depresi tak mendapat penatalaksanaan secara langsung maka hal terburuk yang dialami seseorang tersebut dapat melakukan bunuh diri.38

(33)

kesehatan holistik, dimana memperhatikan enam aspek kesejahteraan, yaitu :

1. Kesejahteraan Akademik. 2. Kesejahteraan Emosional. 3. Kesejahteraan Sosial. 4. Kesejahteraan Fisik. 5. Kesejahteraan Spiritual. 6. Kesejahteraan Okupasional.39

Pendekatan yang paling banyak dilakukan pada konseling depresi adalah konseling tingkah laku kognitif. Pendekatan konseling ini merupakan pendekatan konseling yang memfokuskan pada proses mental dan efek terhadap kesehatan mental dan juga terhadap tingkah laku seseorang. Pendekatan konseling tipe ini juga mempunyai premis bagaimana mempengaruhi sesorang dalam bertindak.40

Terapi lain yang digunakan untuk penderita depresi adalah dua terapi biologis dan dua terapi psikologis, dimana terapi ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Terapi biologis merupakan penatalaksanaan depresi dengan memberikan obat terhadap penderita, dan keadaan ini memungkinkan untuk para penderita minum obat obatan secara terus menerus, dan tidak mennangani permasalah secara mendasar, dan gejala depresi memungkinkan untuk muncul kembali. Ada dua cara penatalaksanaan dalam terapi biologis, yaitu terapi obat, dan terapi Electroconvulsive Syok (ECS). Jenis utama terapi obat pada depresi adalah :

1. Obat trisiklik, terdiri dari : Elavil, Tofranil, Sinequan. 2. Inhibitor MAO, terdiri dari : Marplan, Nardil, Parnate. 3. Serotonin reuptake inhibitor, dengan sediaan Prozac.41

(34)

22

65% mengalami perbaikan setelah meminum obat obatan tersebut, dimana sisanya tidak mengalami perbaikan biasanya karena efek samping yang dimunculkan sehingga para penderita tidak menuntaskan pengobatan dengan obat tersebut. Kemudian terappi biologis lainnya adalah terapi dengan menggunakan ECS, dengan terapi ECS ini penderita yang mengalami perbaikan sebanyak 75%, namun terapi ini banyak menimbulkan kontroversi dimana banyak menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya, seperti: 1. Kehilangan memori.

2. Perubahan kardiovaskular. 3. Kebingungan.41

Kemudian dua terapi berikutnya adalah terapi psikologis, dimana terapi ini dibagi menjadi dua yaitu terapi kognitif dan terapi interpersonal. Yang pertama terapi kognitif yaitu terapi yang dilakukan untuk mengubah pola pikir penderita depresi mengenai kegagalan, kekalahan, kerugian, dan ketidakberdayaan. Keberhasilan terapi ini cukup baik dengan memberikan keberhasilan pengobatan sekitar 70%. Yang kedua, yaitu terapi interpersonal (IPT), yaitu terapi yang mempunyai tujuan penatalaksanaan terhadap hubungan sosial, dan memiliki penatalaksanaan psiko-analitik jangka panjang, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan pertemuan sebanyak 12 sampai 16 sesi, minimal pertemuan dilakukan sekali dalam seminggu. Dimana dalam IPT ini pasien diminta untuk melakukan evaluasi mengenai peran sosial yang hilang, Melakukan ekspresi atas kerugian, mengembangkan peran sosial dalam masyarakat, membangun dukungan sosial baru. Terapi IPT ini sangat singkat dan murah, dan tak ada efek samping yang ditimbulkan, dan angka keberhasilan ini cukup baik sekitar 70%.41

(35)

1. Pendekatan psikodinamik.

Dalam pelaksanaan nya pendekatan ini mempunyai tujuan untuk memperoleh hikmah dari konflik maupun masalah yang dihadapi pasien penderita depresi, dan mendorong untuk melepaskan kemarahan yang ada dalam diri pasien untuk dikeluarkan. Pada akhirnya pendekatan ini membantu pasie untuk membuka motivasi dalam diri pasien yang tersembunyi.14

2. Pendekatan Keterampilan Sosial.

Pada pendekatan ini mempunyai tujuan untuk membantu pasien dalam meningkatkan interaksi social nya dengan lingkungan sekitar.14

3. Pendekatan Cognitive Behavioral.

Pada proses pendekatan ini membutuhkan seorang konselor yang akan mencoba pasien untuk melakukan persuasive pada pasien untuk merubah pandangannya terhadap diri pasien itu sendiri dan peristiwa yang negative.14

4. Pendekatan Biologis.

Bentuk terapi ini yang banyak digunakan Adalah terapi Electroconvulsive therapy (ECT). Tindakan ECT dianggap pengobatan yang paling ampuh pada penderita depresi yang sudah berat. Namun ada pengobatan lain, yaitu dengan obat obatan,, antara lain : pemberian obat depresi deperti tricyclis (imipramine, dan amitriptyline), selective serotonin reuptake inhibitor (fluoxetine, dan sertraline), dan monoamine oxidase inhibitor (parnate).14

2.1.2. Modul Clinical Reasoning I

(36)

24

landasan klinis yang baik dengan membuat alur pikir dalam setiap kasus yang telah dipelajari paa tahun pertama.

2.1.2.1. Tujuan Pembelajaran. 2.1.2.1.1. Tujuan umum :

Lulusan dokter mampu memahami dan melaksanakan komunikasi efektif, dan membangun pola pikir kritis dalam menganalisa suatu masalah dalam kasus.

2.1.2.1.2. Tujuan khusus :

1. Berpikir kritis dan membuat alur pikir dalam menganalisa suatu kasus dengan mengintegrasikan ilmu dasar (biomedik), 2. Melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan dengan

teman sejawat.

3. Memperoleh informasi akurat tentang pasien dan keluarganya.

2.1.2.2. Sasaran Pembelajaran.

2.1.2.2.1. Sasaran Pembelajaran Terminal.

Mahasiswa dapat melakukan hubungan dokter-pasien dengan baik, dan membangun pola pikir dengan baik dalam menganalisa sebuah masalah.

2.1.2.2.2. Sasaran Pembelajaran Penunjang. 1. Area Komunikasi Efektif.

Mampu melakukan komunikasi efektif yang baik pada pasien dan anggota keluarganya.

2. Area Keterampilan Klinis.

a. Membangun hubungan antara dokter-pasien. b. Melakukan prosedur klinik ( prosedur septik, aseptic,

cuci tangan, penjahitan luka, pengenalan sirkumsisi ). 3. Area Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme :

a. Memiliki rasa empati seorang dokter. b. Mempunyai sikap professional.

(37)

2.1.2.3. Metode Pembelajaran. 2.1.2.3.1. Kuliah Interaktif.

Kuliah dilaksanakan pada kelas besar dengan mengedepankan prinsip student centered learning di Gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.1.2.3.2. Diskusi Kelompok.

Diskusi untuk membentuk pola kritis yang baik dengan memberkan pemicu. Dalam pemicu ini diberikan dua pemicu, yang bertujuan untuk mengintegrasikan antara fisiologis dan patologis. 2.1.2.3.3. KKD (Keterampilan Klinik Dasar) Komunikasi.

Metode pembelajaran seperti ini bertujuan untuk melakukan komunikasi efektif dengan menggunakan pemicu.

2.1.2.3.4. Review KKD (Keterampilan Klinik Dasar).

Metode dilakukan untuk melatik kembali keterampilan klinis pasien guna mempersiapkan diri dalam melaksanakan ujian OSCE yang dilaksanakan pada minggu kedua modul.

2.1.2.3.5. Mandiri.

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan waktu tambahan pada mahasiswa guna menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran dengan tahapan :

1. Mengkaji bahasan modul yang belum terbahas dalam pembelajaran.

2. Mencari sumber pemblajaran guna menambah ilmu pengetahuan sesuai tujuan modul.

3. Melaksanakan penerapan konsep yang telah dipelajari dalam proses belajar.

2.1.2.3.6. Temu Pakar.

Metode pembelajaran dilakukan untuk memberikan umpan balik kepada mahasiswa mengenai hasil yang telah dikerjakan. 2.1.2.4. Evaluasi hasil pembelajaran.

(38)

26

Dalam pelaksanaan Modul Clinical Reasoning I standar kelulusan nya nilai ≥60.

2.1.2.4.2. Bobot Nilai.

Tabel 2.1. Bobot Penilaian Modul

Evaluasi Pembobotan

Observasi DK 15%

Observasi Pleno 5%

KKD Komunikasi 10%

Ujian Tulis Refleksi 10%

Ujian OSCE 20%

Ujian SOCA 40%

2.1.2.4.3. Kategori Nilai.

Tabel 2.2. Kategori Penilaian Mahasiswa

Kategori Nilai

A 80-100

B 70-79

C 60-69

D 50-59

(39)

2.2. Kerangka Teori

Tingkat Depresi pada mahasiswa

Nilai Modul

Clinical Reasoning

Penyesuaian lingkungan

pendidikan

Konflik etika di lingkungan

pendidikan

Penderitaan yang dialami

Peristiwa Kehidupan Pribadi Pelecehan Mahasiswa

Biaya Pendidikan

Alat Ukur Faktor Risiko

Validitas Pasien Tingkatan Depresi

L-MMPI Kuesioner BDI

(40)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan desain studi cross sectional, dan diambil dalam satu waktu, hal ini untuk mengetahui tingkat depresi Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 selama menjalani Modul Clinical Reasoning 1.

3.2. Lokasi, dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian dilakukan di Kampus FKIK UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan dalam waktu bulan Juli – September tahun 2014

3.3. Subjek Penelitian. 3.3.1. Populasi.

Pada penelitian ini Populasi adalah Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 yang berjumlah 89 orang.

3.3.2. Sampel.

Subjek pada penelitian ini adalah Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 yang memenuhi kriteria inklusi untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Sampling.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik consecutive sampling atau biasa disebut pengambilan sampel jenuh. Consecutive sampling adalah pengambilan subjek yang ditentukan sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.43 Kriteria pada penelitian ini menggunakan kuesioner L-MMPI supaya data yang ada menjadi valid.

(41)

1. Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.

2. Usia diatas 13 tahun.

3. Mahasiswa mengikuti Modul Clinical Reasoning I. 4. Mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian. 5. Data valid dengan skor pada kuesioner L-MMPI <10. 3.5.2. Kriteria Eksklusi :

1. Mahasiswa tak ikut pelaksanaan Modul Clinical Reasoning I. 2. Mahasiswa tak hadir saat pengisian kuesioner.

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1. Variabel bebas : Tingkat Depresi Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.

3.6.2. Variabel terikat : Nilai Modul Clinical Reasoning 1 Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.

3.7. Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

1 Tingkat

4. 24-63, gejala depresi berat

(42)

30

3.8. Desain Analisis Data

Data yang didapatkan secara statistik lalu diuji dengan uji one way anova, dengan dilakukan normalisasi data numerik terlebih dahulu, namun bila data dinyatakan tidak normal, maka digunakan uji.Kemudian uji non parametric Kruskal Walis dapat digunakan pada data kategorik-numerik, untuk menilai adanya korelasi antara tingkat depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I.44

3.9. Instrument Penelitian Alat dan bahan penelitian :

1. Formulir Penjelasan. 2. Formulir Persetujuan. 3. Kuesioner L-MMPI. 4. Kuesioner BDI.

3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Responden menerima penjelasan Pengisian Kuesioner. 2. Responden mengisi Formulir Persetujuan.

3. Responden melakukan pengisian pada kuesioner L-MMPI untuk menilai angka kejujuran ingin terlihat baik pada kuesioner, bila angka ≥10, maka responden itu invalid, dan keluar dari sample.

4. Responden melakukan pengisian BDI untuk menilai angka depresi, klasifikasi adalah :

a. 0-9, tak ada gejala depresi b. 10-15, gejala depresi ringan c. 16-23, gejala depresi sedang d. 24-63, gejala depresi berat

5. Memperoleh data dari STP tentang nilai Modul Clinical Reasoning 1 PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.

(43)

Mahasiswa PSPD angkatan 2013

Memberikan Penjelasan petunjuk Kuesioner

Kuesioner L-MMPI

Kuesioner BDI

Mahasiswa FKIK UIN-SH

Skala depresi

Analisis depresi, dan Nilai Modul Clinical Reasoning

Memperoleh Nilai Modul Clinical Reasoning I PSPD Angkatan 2013

(44)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Penelitian. 4.1.1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji yang dilakukan supaya kuesioner yang digunakan saat penelitian menjadi valid dan layak digunakan. Dalam bahasa latin kata valid berasal dari kata validus yang berarti kuat. Dalam sebuah penelitian dikemukakan bahwa ada dua konsep dalam validitas, yaitu :

a. Validitas penelitian. b. Validitas pengukuran.45

Validitas pengukuran sebuah instrument adalah hasil yang menyatakan bahwa derajat kesesuaian sebuah instrument penelitian dengan apa yang ingin dicapai oleh peneliti tersebut.45

Hasil validitas sebuah instrument penelitian menentukan hasil dari sebuah penelitian, bila pengukuran salah, maka kesimpulan pada sebuah penelitian juga salah.44

Pada Peneltian ini, peneliti tidak melakukan validasi, dikarenakan kuesioner yag digunakan yaitu kuesioner BDI-II telah digunakan oleh peneliti sebelumnya, baik di dunia Internasional maupun digunakan di Indonesia dengan hasil validitas yang baik.

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan kuesioner L-MMPI adalah Penelitian yang dilakukan oleh Yuke Wahyu Widosari pada tahun 2010 dengan judul ―Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS Surakarta―.

(45)

4.2. Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli—September tahun 2014. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner terkumpul 84 kuesioner.

4.3. Hasil Penelitian.

4.3.1.Analisis Validitas Responden.

Pada penelitian ini dilakukan seleksi responden dengan menilai tingkat kejujuran pasien pada saat dilakukan penelitian dengan kuesioner L-MMPI, yang menilai keadaan pasien ingin tampak ideal atau tampak apa adanya saat melakukan pengisian kuesioner.

Tabel 4.1. Analisis Responden Valid

Jumlah Persentase ( n=49 )

Valid 49 58,3%

Invalid 35 41,7%

4.3.2.Demografi Penelitian

4.3.2.1. Demografi Jenis Kelamin.

Pada penelitian ini diikutsertakan responden sejumlah 49, dengan demografi Laki-laki sejumlah 20 mahasiswa, dan Perempuan sejumlah 29 mahasiswa.

Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Persentase ( n=49 )

Pria 20 40.8%

Wanita 29 59.2%

(46)

34

Penelitian ini diikuti oleh responden dengan rata rata usia 18.53 tahun, dengan rentang usia 17 tahun sampai 20 tahun. Distribusi usia paling dominan adalah pada usia 19 tahun dengan jumlah responden 25 responden (51%), kemudian usia 18 tahun dengan jumlah 19 responden (38,8%), kemudian usia 17 tahun dengan 3 responden (6,1%), dan terakhir usia 20 tahun dengan 2 responden (4,1%).

Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan Usia Responden.

Kategori Usia Jumlah Persentase ( n=49 )

17 3 6,1%

18 19 38,8%

19 25 51%

20 2 4,1%

4.3.3.Analisis Skor Kuesioner BDI.

Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan Skor Kuesioner BDI

Skor Kuesioner BDI-II Jumlah Persentase ( n=49 )

0 1 2.0

3 5 10.2

4 3 6.1

6 3 6.1

7 3 6.1

8 4 8.2

9 4 8.2

10 5 10.2

11 2 4.1

12 2 4.1

13 4 8.2

(47)

Pada penelitian ini didapatkan hasil pada pengukuran dengan skor BDI bahwa nilai minimum adalah 0, dan hasil maksimal pada skor BDI-II adalah 34.

Kemudian untuk distribusi hasil penilaian skor BDI-II sebelum dikategorikan terbanyak adalah pada skor penilaian poin ke-3 dan pada poin ke-10 (10.2%), untuk rata rata keadaan tingkat depresi mahasiswa PSPD 2013 adalah 11,24 atau dalam keadaan depresi ringan.

Setelah dikategorikan menjadi tingkat depresi tertentu, maka muncul hasil bahwa responden yang tidak mengalami depresi sejumlah 23 responden (46,9%), kemudian yang mengalami depresi ringan sejumlah 16 responden (32,7%), kemudian yang mengalami depresi sedang sebanyak 5 responden (10.2%), dan yang mengalami depresi berat sebanyak 5 responden (10,2%).

Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Atma Jaya, dimana tingkatan depresi paling banyak berada pada tingkatan Depresi ringan dengan jumlah responden 36 responden ( 28,6%), kemudian pada tingkat depresi sedang 8 responden (6,3%), dan tidak ada yang mengalami depresi berat.5

Tabel 4.5. Distribusi berdasarkan Kategori Tingkatan Depresi.

Kategori Depresi Frekuensi Persentase ( n= 49 )

Normal 23 46,9%

Depresi ringan 16 32,7%

15 2 4.1

16 3 6.1

17 2 4.1

25 1 2.0

26 1 2.0

27 1 2.0

31 1 2.0

(48)

36

Depresi sedang 5 10,2%

Depresi berat 5 10,2%

4.3.4.Analisis Kuesioner BDI Prioritas

Dalam kuesioner BDI-II responden ditujukan untuk memilih satu poin pada kuesioner tersebut yang menurut responden paling menunjukan keadaan diri pasien, pada data yang diperoleh menghasilkan pilihan terbanyak pada poin ke-16, yaitu perubahan pola tidur, dan pada poin ke-20 , yaitu perasaan lelah dengan jumlah sebanyak 8 responden (16,3%).

Tabel 4.6. Distribusi berdasarkan Poin BDI-II Prioritas

Poin Skor BDI

Frekuensi Persentase ( n=49 )

0 1 2.0

1 7 14.3

2 2 4.1

3 4 8.2

4 2 4.1

5 3 6.1

6 1 2.0

7 1 2.0

8 5 10.2

9 1 2.0

10 1 2.0

11 1 2.0

12 1 2.0

13 1 2.0

16 8 16.3

17 1 2.0

18 1 2.0

20 8 16.3

(49)

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang analisis dari masing masing poin Skor BDI untuk mengetahui dimanakah poin masalah depresi terbesar dalam Populasi responden.

4.3.5.1. Poin 1

Pada pertanyaan pertama, bahwa pada populasi menyatakan hasil terbanyak pada keadaan ―Tidak merasa sedih‖ paling dominan dengan jumlah 27 responden (55,1%), dan paling sedikit pada keadaan ―Saya merasa sangat sedih atau tak gembira, sampai saya tak dapat menahannya.‖ sebanyak 0 responden (0%).

Hal tersebut sesuai dengan gejala penderita depresi, dimana kesedihan termasuk dalam gejala afektif pada seseorang yang mengalami depresi.20

Tabel 4.7. Distribusi Berdasarkan Poin 1 Kuesioner BDI

Poin Kuesioner ke-1 Frekuensi Persentase ( n=49 )

Saya tidak merasa sedih 27 55,1%

Saya sering merasa sedih 18 36,7%

Saya sedih sepanjang waktu 0 0%

Saya merasa sangat sedih atau tak gembira, sampai saya tak dapat menahannya.

4 8,2%

4.3.5.2. Poin 16.

Pada pertanyaan ke-16, bahwa pada populasi menyatakan hasil terbanyak pada keadaan ―Saya kadang kadang tidur lebih dari

biasanya, dan saya kadang kadang kurang tidur dari biasanya‖, paling

dominan dengan jumlah 24 responden (49%), dan ―Saya tidur hampir setiap hari, dan saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tak dapat tidur lagi‖ sebanyak 2 responden (4,1%).

(50)

38

dan termasuk dalam perubahan fisiologi seseorang, pada penderita depresi dapat menjadi kurang tidur maupun bertambah jumlah tidur nya tergantung respons seseorang dalam menghadapi depresi.20

Tabel. 4.8. Distribusi Berdasarkan Poin Kuesioner Poin 16 BDI

Poin Kuesioner ke-16 Frekuensi Persentase ( n=49 )

Saya tidak mengalami perubahan dalam pola tidur 15 30,6

Saya kadang kadang tidur lebih dari biasanya 24 49

Saya kadang kadang kurang tidur dari biasanya

Saya lebih sering tidur dari biasanya 8 16,3

Saya lebih kurang tidur dari biasanya

Saya tidur hampir setiap hari 2 4,1

Saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tak dapat tidur lagi

4.3.5.3. Poin 20.

Pada pertanyaan pertama, bahwa pada Populasi menyatakan hasil terbanyak pada keadaan ―Saya mudah capek atau lelah daripada yang biasanya‖, paling dominan dengan jumlah 21 responden (42,9%), dan ―Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir semua aktivitas daripada yang biasanya‖ sebanyak 2 responden (4,1%).

Hal tersebut termauk dalam gejala somatic pada penderita depresi, dimana umumnya seseorang yang mengalami depresi mengalami gejala kelelahan.20

Tabel 4.9. Distribusi Berdasarkan Poin 20 Kuesioner BDI

Poin Kuesioner Frekuensi Persentase ( n=49 )

Saya tidak merasa capek atau lelah disbanding keadaan sebelumnya

19 38,8

(51)

Saya merasa sangat lelah atau capek untuk melakukan apapun, daripada biasanya

7 14,3

Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir semua aktivitas daripada yang biasanya

2 4,1

4.3.6.Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I.

Nilai Modul Clinical Reasoning I PSPD 2014 nilai terendah muncul pada angka 63 sedangkan nilai tertinggi pada angka 86, dan untuk nilai rata rata pad Modul Clinical Reasoning I PSPD 2014 adalah 78,42 (B).

Tabel 4.10. Distribusi Nilai Modul Clinical Reasoning I

Nilai Modul Frekuensi Persentase (%) ( n=49 )

63 1 2

68 2 4,1

70 1 2

72 1 2

73 2 4,1

74 2 4,1

76 5 10,2

77 5 10,2

78 5 10,2

79 3 6,1

80 4 8,2

81 5 10,2

82 3 6,1

83 3 6,1

84 1 2

85 4 8,2

86 2 4,1

(52)

40

Minimum Maksimum Rata rata

Nilai Modul 63 86 78,42

Namun setelah dikategorikan Nilai Modul Mahasiswa, maka muncul data Mahasiswa yang mendapatkan Nilai A sebanyak 22 Mahasiswa (44.9%), yang mendapatkan Nilai B 24 Mahasiswa (49%), dan yang mendapatkan Nilai C 3 orang (6,1%).

4.3.7.Analisis Bivariat.

4.3.7.1. Analisis Jenis Kelamin dengan Tingkat Depresi.

Tabel 4.12. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Total

Berdasarkan tabel dinyatakan bahwa prevalensi depresi paling banyak terdapat pada perempuan dengan jumlah 17 responden, dan pada pria ditemukan jumlah responden depresi sebanyak 9 responden. Hal ini sama dengan apa yang tertera dalam National Institute of Mental Health (2008), bahwa pada wanita memiliki kecenderungan untuk

mengalami depresi lebih besar dari pada laki-laki 1.

Kemudian, dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Susan (2001) di Departemen Psikologi Universitas of Michigan, menyatakan bahwa wanita lebih rentan mengalami depresi karena kemampuan menanggung stress yang ada, dan terkait kemampuan mengendalikan lingkungan47

4.3.7.2. Analisis Hubungan antara Depresi dengan Nilai Modul.

Tabel 4.13. Uji Normalitas Data

(53)

Nilai_Modul Shapiro-Wilk

Statistic df sig

.948 49 .032

Didapatkan nilai p = .032

Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang ditemukan berdistribusi tidak normal.

Tabel 4.14. Uji Normalitas Transformasi

Uji Normalitas

Hasil_Trans Shapiro-Wilk

Statistic df sig

.940 49 .014

Didapatkan nilai p = 0.28.

Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga tidak dapat dilakukan uji One way Annova. Sehingga, uji dilakukan dengan Kruskal-wallis.

Tabel 4.15. Analisis Tingkat Depresi terhadap Nilai Modul

Nilai Modul

Kategori Total

(n=49) Normal Depresi

Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat

p value

63 1 0 0 0 1 0,066

68 1 0 0 1 2

70 1 0 0 0 1

72 1 0 0 0 1

73 1 0 0 1 2

(54)

42

76 1 1 2 1 5

77 5 0 0 0 5

78 2 2 1 0 5

79 1 2 0 0 3

80 2 2 0 0 4

81 1 3 1 0 5

82 1 0 1 1 3

83 2 1 0 0 3

84 1 0 0 0 1

85 2 2 0 0 4

86 0 2 0 0 2

Dengan analisis Kruskal Walis diperoleh nilai significancy adalah 0,066, karena nilai p>0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak ada korelasi antara depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I yang dilaksanakan pada tahun 2014.

Namun Hasil Berbeda muncul Penelitian yang dilakukan oleh Fayegh (2010) di Malaysia menunjukan adanya korelasi antara depresi dengan Prestasi Belajar. Pada seseorang yang mengalami depresi cenderung mengalami kesulitan untuk focus terhadap apa yang dipelajari sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal.47

(55)

Depression Inventory (BDI) serupa dengan apa yang digunakan pada penelitian ini. 11

4.4. Keterbatasan Penelitian.

1. Penelitian menggunakan kuesioner, dimana pemeriksaan tanpa ada pemeiksaan fisik, dan keadaan psikologis lainnya.

2. Nilai modul yang didapat adalah nilai setelah dilakukannya perbaikan, sehingga nilai modul telah berada di angka kelulusan.

(56)

44

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1. Simpulan

1. Dari 84 responden yang mengikuti pengisian kuesioner, didapati 49 responden, yang dinyatakan termasuk kriteria inklusi, dan diikutkan dalam penelitian, terdiri dari 20 laki-laki, dan 29 wanita.

2. Jenis depresi yang paling banyak adalah depresi ringan.

3. Jenis depresi paling sedikit adalah depresi sedang, dan depresi berat. 4. Kejadian depresi paling banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki 5. Terjadi hubungan yang tak bermakna antara tingkat depresi dengan nilai

modul Clinical Reasoning I pada mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2013

1.2. Saran

1. Penelitian sebaiknya dilakukan dengan metode kohort untuk mengetahui perubahan gejala gejala depresi pada mahasiswa.

2. Nilai Modul yang didapat sebaiknya sebelum remedial, supaya nilai murni yang lebih menggambarkan saat perjalanan modul.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute of Mental Health. Depression [Internet]. NIMH publications; 2008 [ cited 2013 April 20 ] . Available from: URL : http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/nimhdepression.p df.

2. Hawari D. Psikopatologi Bunuh diri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.

3. Nevid JS. Psikologi Abnormal Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Erlangga; 2005.

4. Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and Suicide. In : Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock‘s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 9ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h.527-530. 5. Hariyanto AD. Prevalensi depresi dan factor yang mempengaruhi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Angkatan 2007. Jakarta : Karya tulis Ilmiah Kedokteran; 2010.

6. Christenson SL. Best Practices in fostering student engangement. In A. Thomas , J. Grimes (Eds), Best practices n school psychology 5th Edition. Bethesda, MD: National Association of School Psychologist; 2008.

7. Departemen Kesehatan RI . Kesehatan Jiwa sebagai prioritas Global [Internet]. Depkes RI; 2009 [ cited 2014 Maret 14 ] . Available from: URL :http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/37infokese hatan/52-kesehatan-jiwa-sebagai-prioritas-global.html.

8. Daradjat. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Aji Masagung; 1998. h:106. 9. Kiuru N, Leskinen E, Nurmi JE, Salmela AK. Depressive symptoms

during adolescence: Do learning difficulties matter?. International Journal of Behavioral Development. Vol 35(4); 2011. h . 298–306.

(58)

46

11.Pamungkas RP. Hubungan tingkat sindrom depresi dengan indeks prestasi belajar pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh [Internet]. Unsyiah Press; 2012 [ cited 2014 April 26 ]. Available from : URL : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/ searchkatalog/byId/294250. 12.Jiwo T. Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga, Teman Dekat. Jawa

Tengah : Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa; 2012.

13.Maramis WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9., Surabaya: Airlangga University Press; 2005.

14.Fausiah, Fitri, Widury, Julianti. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 2007.

15.World Health Organization. Depression [Internet]. Barcelona; 2005 [ cited

2014 April 16 ]. Available from : URL :

http://www.who.int/mental_health/ management/depression/definition/en/. 16.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004 [Internet]. Data

Prevalensi Depresi di Dunia dan Indonesia; 2004 [ cited 2013 November 7 ]. Available from : www.depkes.go.id.

17.National Academy On an Aging Society. Depression A treatable disease; 2000 [ cited 2014 May 2014 ]. Available from : URL : http://www.agingsociety.org/agingsociety/pdf/depression.pdf&prev=/searc h%3Fq%3DNational%2BAcademy%2Bon%2Ban%2BAging%2BSociety %2B2000%2Bjournal%2Bdepression%26biw%3D1366%26bih%3D653. 18.Furr S, Westefeld JS. McConnell GN, Jenkins, JM.. Suicide and

depression among college students: A decade later. Professional Psychology: Research and Practice; 2001. h. 32, 97-100.

19.Maramis AS. Darmono. M. Depresi. Dalam: Penanganan Depresi dan Anxietas di Pelayanan Primer. Surabaya: Indopsy; 2003. H. 20-25.

20.Laraia S. Principles and practice of psychiatric nursing. USA: Mosby Company; 2001.

Gambar

Tabel 2.1. Bobot Penilaian Modul
Tabel 4.1. Analisis Responden Valid
Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan Usia Responden.
Tabel 4.5. Distribusi berdasarkan Kategori Tingkatan Depresi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara tingkat depresi menggunakan Beck

Mahasiswa memiliki motif untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terdapat di lingkungan UIN Jakarta hingga mencapai kepuasan yang mereka harapkan setelah

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, maka didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa

Dengan demikian peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, perilaku merokok dan nikotin dependen mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu

Berdasarkan tujuan penelitian ini, untuk mencari korelasi hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien pasca stroke terdapat hubungan yang

Tidak terdapat hubungan antara analisis sikap kerja dan Indeks Prestasi Kumulatif pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Kesimpulan : Terdapat hubungan negatif yang lemah antara indeks massa tubuh dengan tingkat kebugaran jasmani mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat stres yang paling banyak dialami oleh mahasiswa/i angkatan 2012 dan 2013 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas