• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pengolahan Nenas Di Tapanuli Utara (Studi Kasus : PT. Alami Agro Industry)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Pengolahan Nenas Di Tapanuli Utara (Studi Kasus : PT. Alami Agro Industry)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN NENAS DI TAPANULI

UTARA

( Studi Kasus : PT. Alami Agro Industry )

SKRIPSI

Oleh :

R. M. EVALINA. R 030334022 SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN NENAS DI TAPANULI

UTARA

( Studi Kasus : PT. Alami Agro Industry )

SKRIPSI

Oleh :

R. M. EVALINA. R 030334022 SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MendapatkanGelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbimg

( Ir. A.T. Hutajulu, MS ) ( Emalisa,SP, MSi ) Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah

buahnya. Buah nenas selain dikonsumsi dapat juga diolah menjadi berbagai

macam makanan atau minuman, seperti selai, buah dalam kaleng dan lain-lain

(Rukmana, 1996).

Rasa buah nenas adalah manis sampai agak masam menyegarkan,

sehingga disukai oleh masyarakat luas. Disamping itu, buah nenas mengandung

gizi yang cukup tinggi dan lengkap (Ashari, 1995).

Peluang pasar potensial untuk nenas Indonesia adalah Korea, Jepang, dan

Eropa Timur. Meskipun peluang ekspor nenas cukup cerah, namun produksi dan

produktivitas nasional komoditas ini masih rendah (Rukmana, 1996).

Dalam mata rantai usaha tani buah nenas di Indonesia, pengusaha tidak

hanya berhenti pada budidaya buah nenas saja namun juga perlu dilakukan

penanganan pasca panen yang baik, dimulai pada saat buah mulai dipetik, sampai

pada pengolahan buah nenas. Kualitas buah nenas di Tapanuli Utara bukan saja

ditentukan oleh metode penanganan budidaya saja, namun juga cara panen,

penyimpanan, pengepakan, transportasi, hingga cara penyampaiannya pada

konsumen, ikut menentukan kualitas buah nenas tersebut.

Buah nenas yang mutu dan kondisinya baik, juga penanganan budidayanya

(sebelum dipanen), pada waktu dipanen dan setelah diolah kurang memadai maka

buah nenas olahan yang dihasilkan akan memenuhi standart mutu yang baik dan

(4)

Buah nenas dikonsumsi oleh semua kalangan ekonomi disebabkan karena

rasanya enak dan memiliki kandungan kalori yang tinggi dan kandungan gizi yang

baik dan harganya terjangkau oleh semua lapisan masyarakat sehingga dapat

dinikmati oleh semua lapisan masyarakat (Haryanto,E dan Hendarto,B, 1996).

Dalam kaitanya dengan penggunaan nenas sebagai bahan bukan industri

yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, saat ini banyak industri

pengolahan nenas di Indonesia maupun di Tapanuli Utara membutuhkan

komoditas nenas sebagai bahan baku utama pada industrinya. Propinsi Sumatera

Utara memiliki potensi yang besar dalam hal penyediaan komoditas nenas sebagai

bahan baku industri. Tetapi masih banyak hambatan yang harus dihadapi dalam

mengembangkan industri pengolahan nenas di daerah ini.

Pengolahan industri nenas hanya satu di daerah penelitian karena sifat

produk yang kurang fleksibel tergantung musim, sehingga proses produksinya

dipengaruhi oleh alam yang merupakan faktor yang sulit dikendalikan oleh

manusia, berbeda dengan hasil industri yang terkendali.

Salah satu sentra produksi tanaman nenas di Sumatera Utara adalah

Kabupaten Tapanuli Utara. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas

(5)

Tabel 1. Luas Pertanaman Produksi dan Produktivitas Nenas di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006 dan 2007

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara 2006 dan 2007

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara, sentra produksi

nenas terdapat pada 9 Kecamatan dengan mengacu kepada data tahun 2006 ke dan

2007. ternyata luas panen dan produksi nenas mengalami perkembangan, akan

tetapi produktivitas tidak menunjukkan perbedaan, khususnya Kecamatan

Sipahutar.

Dengan kondisi produksi yang begitu besar maka di daerah Tapanuli Utara

tersebut terdapat satu industri pengolahan nenas yang berada di daerah

Siborong-borong yang telah berdiri sejak tahun 2005. Mulai berdiri sampai sekarang

industri pengolahan nenas telah menghasilkan hasil produk yang cukup besar dan

diekspor ke luar negeri.. Berdirinya indusri pengolahan nenas juga di dukung oleh

keberadaan daerah sekitarnya yang merupakan sentra produksi nenas.

No Kecamatan

Tahun 2004 Tahun 2005

(6)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana ketersediaan bahan baku dan input produksi dan teknologi

pengolahan nenas di daerah penelitian ?

2. Berapa besar nilai tambah (Value Added) produk yang dihasilkan dalam

pengolahan nenas di daerah penelitian?

3. Bagaimanan kemampuan usaha pengolahan nenas dalam menyerap tenaga

kerja di daerah penelitian ?

4. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan nenas di daerah penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui ketersediaan bahan baku input produksi dan teknologi

pengolahan nenas di daerah penelitian.

2. Mengetahui besar nilai tambah produk yang dihasilkan dalam pengolahan

nenas di daerah penelitian.

3. Mengetahui kemampuan usaha pengolahan nenas dalam menyerap tenaga

kerja di daerah penelitian.

4. Mengetahui kelayakan dan prospek usaha pengolahan nenas di daerah

(7)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha pengelola nenas untuk

mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi dalam mengelola dan

mengembangkan usaha pengolahan nenas.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan mengenai produksi nenas di

daerah penelitian.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Agroindustri

Nenas atau Nanas bukan tanaman asli Indonesia. Berdasarkan nara sumber

(literature) tanaman ini berasal dari benua Amerika. Prospek agribisnis

buah-buahan, khususnya nenas sangat cerah, baik di pasar dalam negeri (domestik)

maupun sasaran pasar luar negeri (Sunarjono, 2000).

Dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tumbuhan Nenas

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Kelas : Angiospermae (bebiji tertutup)

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas Comosus (L). Merr (Rukmana, 1996).

Tanaman nenas berbentuk semak dan hidupnya tahunan. Susunan tubuh

tanaman nenas terdiri dari bagian utama meliputi :

1. Sistem perakaran tanaman nenas sebagian tumbuh di dalam tanah dan

sebagian lagi menyebar di permukaan tanah. Akar-akar melekat pada pangkal

batang dan termasuk berakar serabut (Monocotlyedonae). Biji nenas berkeping

(9)

2. Batang

Bentuk batang tanaman nenas mirip gada, berukuran cukup panjang antara

20-25 cm/lebih, tebal dengan diameter 2,0-3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku)

pendek. Batang berfungsi sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas, dan

buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena di sekelilingnya

tertutup oleh daun. Tangkai bunga aau buah merupakan perpanjangan batang.

3. Daun

Daun nenas tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm

atau lebih, pinggir daun ada yang berdiri dan ada tanpa duri, permukaan daun

sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau

coklat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna

keputih-putihan atau keperak-perakan.

4. Bunga dan buah nenas

Bunga/buah nenas muncul pada ujung tanaman. Bunga nenas tersusun

dalam tangkai yang berukuran relative panjang antara 7-15 cm atau lebih. Tiap

tangkai bunga terdiri dari 100-200 kutum bunga yang melekat saling berhimpitan

(berdempetan). Sifat pembungaan nenas termasuk menyerbuk silang. Tanpa

melalui penyerbukan silang. Buah Nenas tidak menghasilkan biji (partenocarpi).

Buah-buah kecil tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang

tengah yang disebut hati, sehingga penampakan visual seolah-olah hanya satu

buah berbentuk bulat dengan bagian ujungnya seperti kerucut (Sunarjono, 2004).

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah, dikenal 4

(10)

1. Cayenne

Ciri-ciri nenas adalah :

 Daun halus, tidak berduri, dan kalau berduri hanya tedapat pada ujung

daun saja.

 Buah berukuran besar, bentuknya silindris, mata buah agak datar,

berwarna hijau kekuning-kuningan, rasanya agak masam, sehingga

cocok dijadikan bahan baku buah kalengan (canning).

2. Queen

Ciri-ciri nenas adalah :

 Daun pendek dan berduri tajam yang membengkok ke belakang.

 Buah bentuknya lonjong mirip kerucut, sampai silindris, mata buah

menonjol, warna kuning kemerah-merahan, dan rasanya manis sehingga

cocok dikonsumsi sebagai buah segar.

3. Spanyol

Ciri-ciri nenas adalah :

 Daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar.

 Buah bentukya bulat dengan mata datar, berwarna kuning, rasanya asam,

sehingga cocok dijadikan buah kalengan.

4. Abacaxi

Ciri-ciri nenas adalah :

 Daun panjang dan berduri kasar

 Buah bentuknya silindris/ seperti piramida, bertangkai panjang, daging

buah berwarna kuning, pucat atau putih kekuning-kuningan, rasanya

(11)

Nenas ditanam pada jarak 60 x 60 cm dan jarak antara dua baris 150 cm.

Namun nenas dapat pula ditanam pada jarak 150 cm x 150 cm, makin rapat jarak

tanam tanamnya, makin kecil buah yang dihasilkan untuk kebutuhan industri

pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah yang berukuran kecil (jarak

tanam 30 x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 Kg perlubang

tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 100 Kg, urea 200 Kg, TSP 100 Kg,

KCL per hektar.

Pupuk buatan itu di berikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah

tanam dan 8 minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk Urea

yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple Crown)

yang menyebabkan buahnya menjadi kecil dan kadangkala buahnya ganda.

Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau gulma, terutama

alang-alang (Imperata Cylandrica L) adanya gulma pada pertanaman nenas dapat

menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang

baik sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk

hati atau titik tumbuh (Sunarjono, 2000).

Bibit tanaman nenas berasal dari biakkan vegetatif. Bagian tanaman yang

dapat dipergunakan sebagai bibit adalah :

a. Anakan (root sucker) adalah : tunas yang timbul dari bagian batang yang

berada di bawah permukaan tanah.

b. Tunas batang (sucker) adalah : tunas yang keluar dari bagian batang di

atas tanah.

c. Tunas tangkai : adalah tunas yang muncul dari pangkal tangkai/ pada

(12)

d. Tunas dasar buah : adalah tunas yang keluar dari hasil buah/ ujung

tangkai buah.

e. Mahkota : adalah tunas yang tumbuh pada bagian pucuk dari buah.

Berdasarkan ukurannya, bibit dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Bibit kecil, berukuran 100-199 gram

b. Bibit sedang, berukuran 200-350 gram

c. Bibit besar, berukuran 351-550 gram.

Bibit nenas ditanam secara manual, jarak tanam yang digunakan

disesuaikan dengan varietas yang diusahakan dan besarnya bibit yang digunakan.

Dengan demikian populasi tanaman per hektar akan bervariasi.

Tahapan pengolahan lahan perlu mendapat perhatian yang serius, agar

tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Tanah perlu dibersihkan dari

tanaman sebelumnya, kemudiaan dibajak dengan tujuan membalik tanah.

Selain itu, tanah perlu digaru agar bongkahan-bongkahan tanah dapat

hancur setelah tanah di istirahatkan beberapa saat, barulah dibuat

bedengan-bedengan untuk tanaman ( Pemprovsu Dinas Pertanian, 2002 ).

2.2. Landasan Teori

Agribisnis dapat dibagi menjadi empat sektor yang saling bergantung

secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), sektor

pengolahan dan sektor pemasaran. Sektor masukan menyediakaan perbekalan

pada para pengusaha tani yang dapat memproduksi hasil tanaman dan ternak.

Sektor produksi merupakan sektor pusat agribisnis, di sektor inilah input

dipergunakan untuk menghasilkan produksi, dan sektor ini berdampak langsung

(13)

pengolahan merupakan sektor yang melakukan proses pengolahan terhadap hasil

pertanian sehingga memiliki nilai lebih, dan sektor pemasaran berkaitan dengan

penyampaian produk pertanian ke konsumen (Soekartawi, 1991).

Pengolahan sebagai salah satu subsistem dalam agribisnis merupakan

suatu alternatif terbaik untuk dikembangkan. Dengan kata lain, pengembangan

industri pengolahan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antara sektor

pertanian dengan sektor industri. Industri pengolahan (agroindustri) akan

mempunyai kemampuan yang baik jika kedua sektor tersebut diatas memiliki

keterkaitan yang sangat erat baik keterkaitan kedepan (forward linkage) maupun

kebelakang (backward linkage) (Soekartawi, 1991).

Agroindustri yang mempunyai keterkaitan kebelakang yaitu agroindustri

yang menghasilkan sarana produksi seperti pupuk, pestisida, alat dan mesin

pertanian atau sering disebut agroindustri hulu (up stream). Sedangkan

agroindustri yang mempunyai keterkaitan kedepan yaitu agroindustri yang

melakukan pengolahan produk pertanian seperti pengolahan kentang menjadi

keripik, pengawetan (pengemasan) produk pertanian, dan lain-lain atau sering

disebut agroindustri hilir atau down stream (Soeharjo, A, 1990).

Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena

memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui,

tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan

komperatif/segmen pasar dan diferensiasi produk (Muzhar, M, 1994).

Dalam lingkup bisnis memang harus diakui tidak seluruh komoditi

(14)

tidaknya prospek suatu komoditi yang dianggap tidak memiliki prospek pada saat

ini bisa saja menjadi primadona dimasa yang akan datang (Nazaruddin, 1993).

Beberapa hal yang ikut membantu menciptakan kemungkinan perbaikan

prospek suatu produk antara lain sebagai berikut :

1. Kemampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar.

2. Jenis komoditi yang sesuai dengan trend yang berlaku sekarang.

3. Kemampuan memenuhi mutu sesuai yang diinginkan pasar.

4. Kemampuan menyediakaan komoditi sesuai permintaan.

5. Ketepatan dalam pengiriman sehingga dapat diterima dengan baik oleh

pihak importer.

6. Tingkat harga yang sesuai (Nazaruddin, 1993).

Komponen pengolahan hasil pertanian penting karena pertimbangan

diantaranya sebagai berikut :

1. Meningkatkan nilai tambah

Pengolahan hasil yang baik dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai

tambah dari hasil pertanian yang diproses.

2. Meningkatkan kualitas hasil.

Dengan kualitas hasil yang baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja

menyebabkan adanya perbedaan segmentasi padar tetapi juga mempengaruhi

harga barang itu sendiri.

3. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Bila hasil pertanian langsung dijual tanpa diolah terlebih dahulu maka

(15)

dilakukan pengolahan hasil maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi

pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yand relatif

besar pada kegiataan pengolahan.

4. Meningkatkan keterampilan produsen.

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan

keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh

hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.

5. Meningkatkan pendapatan produsen.

Konsekunsi logis dari hasil olahan yang lebih baik adalah menyebabkan total

penerimaan lebih tinggi karena kualitas hasil yang lebih baik dan harganya lebih

tinggi (Soekartawi, 1993).

Salah satu sifat khas dari hasil pertanian adalah rawan terhadap kerusakan

(perishability) apabila tidak langsung ditangani atau dipasarkan. Sehingga

konsekwensinya dalam tataniaga hasil pertanian diperlukan lembaga processing.

Salah satu tujuan dari pengolahan pertanian adalah meningkatkan kualitas.

Dengan kualitas yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan

adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu

sendiri (Soekatarwi, 1993).

Yang dimaksud dengan nilai tambah ialah nilai produk dikurangi dengan

nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi

tersebut. Dengan perkataan lain, nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa

(return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, dan keterampilan

(16)

Dalam banyak kenyataan sering dijumpai adanya kelemahan dalam

mengembangkan industri pengolahan, khususnya industri kecil dimana salah

satunya disebabkan karena kurangnya perhatian dalam masalah-masalah

pengolahan. Sebagai akibatnya maka efisiensi pengolahan menjadi rendah. Hal ini

dapat dibuktikan dari tingginya biaya produksi untuk setiap unit keluaran, jenis

teknologi pengolahan yang digunakan dan kondisi mesin tersebut adalah

merupakan faktor-faktor yang diduga sebagai alasan meningginya biaya

pengolahan (Soekartawi, 1993).

Agroindustri pada dasarnya mencakup kegiataan pengolahan yang sangat

luas, baik dari tahapan prosesnya sampai pemasaran ke konsumen maupun dari

jenisnya. Hal ini terlihat dari pengertian agroindustri yang dapat dijabarkan

sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk

baru, baik yang bersifat setengah jadi maupun final yang dapat segera dikonsumsi

(Sutalaksana, DM, 1993).

Pada prinsipnya pengawetan dimaksudkan agar dapat berdaya tahan lama.

Meskipun demikian prinsip pengawetan ini umum dipakai untuk membuat produk

olahan. Beberapa prinsip pengawetan dapat dilakukan sekaligus pada proses

pembuatan suatu jenis produk (Satuhu, S, 1984).

Nilai tambah (Value Added) produk olahan yang dihasilkan dalam

pengolahan nenas dianalisis dengan rumus:

NT : NP – ( NBB + NBP ) Keterangan :

NT : Nilai tambah

NP : Nilai Produksi Hasil Olahan NBB : Nilai Bahan Baku

(17)

Return Of Invesment (ROI) merupakan suatu ukuran rasio untuk

mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini

adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal. Rumus yang digunakan:

ROI : Laba Bersih x 100%

Modal Keterangan :

Jika ROI > tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha ini efisien untuk

dilaksanakan

Jika ROI < tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tidak efisien untuk

dilaksanakan. ( Sunarjono,2000)

R/C adalah singkatan dai Return Cost Ratio, atau dikenal dengan

perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat

dituliskan sebagai berikut :

R/C Ratio : Revenue : Penerimaan Cost Biaya Keterangan :

R/C Ratio : Revenue-cost ratio

Revenue : Penerimaan

Cost : Biaya

(18)

2.3. Kerangka Pemikiran

Usaha pengolahan nenas pada umumnya tergolong dalam industri berskala

besar. Produk olahanya misalnya berupa buah kaleng. Nenas yang akan diolah

diterima pengusaha dari para agen yang membeli langsung dan dari petani nenas.

Produk yang diolah dilakukan dengan penanganan yang baik disertai dengan

syarat-syarat teknisi sanitasi dan hygiene sesuai dengan standard mutu yang

diinginkan.

Di dalam proses pengolahan nenas tersebut, terdapat beberapa masalah

yang dihadapi oleh pengusaha nenas diantaranya pegadaan bahan baku yang pada

bulan tertentu volume bahan baku nenas meningkat dan pada bulan lain volume

bahan baku nenas menurun, persaingan di pasar internasional.

Untuk mencengah penurunan mutu perlu dikembangkan cara pengawetan

dan pengolahan nenas yang cepat serta teliti, agar produk akhir yang dihasilkan

dapat memberikan nilai tambah.

Pengolahan yang dilakukan di daerah penelitian belum seluruhnya

menggunakan teknologi modern. Dalam pengolahan nenas diperlukan

perlakuan-perlakuan tambahan sebelum di konsumsi yang sesuai dengan selera konsumuen

misalnya dengan membuat keripik nenas.

Dalam proses produksi usaha pengolahan nenas tidak lepas dari biaya

produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha adalah semua biaya

yang dikeluarkan dalam kegiatan pengolahan nenas.

Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang diterima oleh pengusaha

nenas maka produk akhir nenas harus dijual dengan harga yang berlaku di pasaran

(19)

Analisis usaha pengolahan nenas merupakan pemeriksaan keuangan untuk

mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha

pengolahan yang dapat dilihat dari perolehan pendapatan bersihnya. Dengan

analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan

untuk perbaikan dan peningkatan keuntungan dalam perusahaannya. Dengan

mengetahui keuntungan yang diterima oleh perusahaan maka usaha pengolahan

nenas dapat disimpulkan layak atau tidak layak diusahakan. Untuk menilai

kelayakan perusahaan pengolahan nenas ini dianalisis berbagai aspek dan

(20)

`

Bahan Baku Input Produksi Teknologi Penyerapan Tenaga Kerja

Kriteria Kelayakan Usaha Kelayakan Usaha Pengolahan Nilai Tambah

Prospek Pengolahan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Industri Pengolahan Nenas

(21)

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Bahan Baku Input produksi dan teknologi tersedia di daerah penelitian.

2. Nilai tambah (Value Added ) produk yang dihasilkan dalam pengolahan

nenas lebih besar dari nilai bahan baku dan nilai bahan penunjang

(Rp/Kg).

3. Usaha pengolahan nenas mampu menyerap tenaga kerja di daerah

penelitian.

4. Tingkat pengembalian investasi atas usaha pengolahan nenas lebih tinggi

(22)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling, dimana terdapat satu perusahaan pengolahan nenas yaitu di PT. Alami Agro Industry, di Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara selanjutnya daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi nenas di Sumatera Utara.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel usaha pengolahan nenas dilakukan secara Purposive

Sampling, yaitu PT. Alami Agro Industry karena satu-satunya perusahaan

pengolahan nenas yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(23)

Tabel 2. Spesifikasi Pengumpulan Data Tahun 2008

1. Identitas Perusahaan Perusahaan Wawancara Kuesioner

2. Data populasi dan sample Perusahaan Wawancara Kuesioner

3. Biaya sarana produksi Perusahaan Wawancara Kuesioner

4. Produksi tanaman nenas Perusahaan Wawancara Kuesioner

5. Tahapan kegiatan pengolahan nenas Perusahaan Wawancara Kuesioner

6. Harga penjualan tanaman nenas Perusahaan Wawancara Kuesioner

7. Penerimaan dari pengolahan nenas Perusahaan Wawancara Kuesioner

8 Pendapatan bersih dari pengolahan Perusahaan Wawancara Kuesioner

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan bahan baku nenas, input produksi, (modal), teknologi, tenaga kerja, bahan penunjang alat pengolah dan alat-alat pendukung yang digunakan untuk pengolahan nenas di daerah penelitian.

Hipotesis 2 mengenai nilai tambah (Value Added) dianalisis dengan rumus:

NT : NP – ( NBB + NBP ) Keterangan :

NT : Nilai tambah (Rp/Kg)

NP : Nilai Produksi Hasil Olahan (Rp/Kg) NBB : Nilai Bahan Baku (Rp/Kg)

NBP : Nilai Bahan Penunjang yang digunakan dalam proses produksi (Rp/Kg) [

Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati seberapa banyak tenaga kerja yang dipakai dan upah tenaga kerja dalam usaha pengolahan nenas ini.

(24)

1. R/C Ratio : Revenue : Penerimaan Cost Biaya Keterangan :

R/C Ratio : Revenue-cost ratio

Revenue : Penerimaan

Cost : Biaya

Kriteria : - Bila R/C > 1, maka usaha dinyatakan layak - Bila R/C < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak

2. Return On Investement (ROI), yaitu : ROI: Laba Bersih x 100%

Modal Produksi

Keterangan :

Jika nilai ROI > tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Jika ROI < tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk diusahakan (Sunarjono,2000).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis membuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

1. Nilai tambah (Value Added) adalah nilai produk olahan dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi.

2. Prospek pengolahan nenas adalah prospek pengolahan bahan baku menjadi produk akhir buah kaleng dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti bahan baku, input produksi, teknologi, dan penerapan tenaga kerja. 3. Produk akhir adalah hasil olahan dari nenas menjadi buah kaleng.

(25)

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah PT. Alami Agro Industry, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.

(26)

IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN OBJEK PENELITIAN

4.1. Gambaran Daerah Penelitian

Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 10 20’- 20 41 Lintang Utara dan 980 05’- 990 16’ Bujur Timur dengan batas-batas daerah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir dengan Ibukota Balige

Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu dengan Ibukota Rantauprapat

Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Ibukota

Padang Sidempuan

Sebelah Barat : Tapanuli Tengah dengan Ibukota Sibolga

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 Km2 yang terdiri

dari luas dataran 3.793,71 Km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 Km2.

Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara adalah Tarutung yang terletak kurang

lebih 224 Km dari kota Medan. Sedangkan Kecamatan Siborong-borong yang

merupakan daerah berdirinya pabrik pengolahan nenas PT. Alami Agro Industry

terletak 26 Km dari Tarutung. Dengan kata lain, Kecamatan Siborong-borong

terletak 198 Km dari kota Medan.

Daerah penghasil bahan baku nenas untuk industri ini terletak di

Kecamatan Sipahutar yang berjarak kurang lebih 20 Km dari Kecamatan

Siborong-borong. Dengan kata lain, Kecamatan Sipahutar ini terletak 218 Km dari

Kota Medan.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan kabupaten dengan produksi nenas

tertinggi di Sumatera Utara. Luas pertanaman nenas di Tapanuli Utara pada tahun

(27)

Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Hutagurgur. Adapun jenis

nenas yang ditanam di Kabupaten Tapanuli Utara ini adalah nenas golongan

Cayenne yang memiliki rasa yang agak masam sehingga sangat cocok dijadikan

bahan baku industri pengolahan nenas. Berdasarkan pada potensi ini, maka

pembangunan industri pengolahan nenas di daerah ini akan dapat

mengembangkan perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara ini.

4.2. Gambaran dan Profil PT. Alami Agro Industry.

Pabrik pengolahan nenas PT. Alami Agro Industry ( PT.AAI ) terletak di

Km 6,5 antara Siborong-borong dengan Balige, atau tepatnya di Desa Silangit,

Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara.

P.T. Alami Agro Industry berdiri pada tahun 2005. P.T. Alami Agro Industry

adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha agribisnis yang sejarahnya

bermula dari gagasan program Martabe ( Marsipature Huta Nabe ) yang artinya

Pulang Membangun Kampung Halaman. Atas dasar itu, maka perusahaan

berfilosofi pada program Martabe, dimana peran serta masyarakat, aparat

pemerintah, investor bersama-sama bahu-membahu untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera.

P.T. Alami Agro Industry adalah sebuah usaha yang mengolah buah

nenas yang menjadi konsentrat, buah kaleng, dan juice. Namun dalam tahap awal

produksinya, hanya dilakukan pengolahan buah nenas menjadi konsentrat. Seperti

telah disebutkan bahwa perusahaan ini berawal dari gagasan Martabe, sehingga

sangat memperhatikan nasib petani. Hal ini terlihat dari sistem pembelian yang

ditetapkan dengan harga Rp.600,00/Kg ditingkat petani tanpa melibatkan para

(28)

Pabrik pengolahan nenas ini dibangun di atas areal seluas 20 Ha dengan

kapasitas olah 10 Ton jam (Press). Namun dalam tahap awal produksinya,

perusahaan ini hanya mengolah 30 Ton nenas segar setiap harinya. Perusahaan ini

adalah salah satu perusahaan industri pengolahan nenas yang juga merupakan

cikal bakal kegiatan industri ideal dimasa yang akan datang. Hal ini terlihat dari

program kerja maupun standar proses pengolahan yang mengacu kepada program

industri maju yang ramah lingkungan, dan mampu menyerap potensi tenaga kerja

serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di Tapanuli Utara pada

khususnya.

Aplikasi terhadap kegiatan industrinya senantiasa mengacu kepada

ketahanan penyediaan bahan baku serta program pengembangan pemanfaatan

areal perkebunan nenas, baik yang dimiliki sendiri ataupun juga yang berasal dari

perkebunan nenas rakyat, yang kemudiaan terangkum dalam rencana kerja

kemitraan jangka panjang antara PT. AAI dengan masyarakat sebagai

stakeholder/ plasma pendukung.

Sejak tahun 2002 PT.AAI telah memulai langkah awal dengan

melaksanakan sosialisasi program pemanfaatan areal perkebunan nenas kepada

masyarakat dengan penyuluhan-penyuluhan lapangan secara periodik, dalam

tingkat pertemuan yang bersifat pertemuan yang bersifat khusus di samping

kunjungan langsung secara dialogis dengan kelompok tani.

PT. AAI mengambil peranan aktif dengan memberikan bibit tanaman

bermutu (crown) hasil budidaya bioteknologi pusat kajian tanaman dan

pengembangan PT. AAI kepada petani selaku mitra kerja dimana untuk

(29)

PT. Alami Agro Industry. Upaya ini ditempuh untuk memastikan agar program

pola pembinaan yang direncanakan dapat diaplikasikan berdasarkan pola serta

sistem tanam yang terjadwal melalui dukungan pengadaan bibit tanaman yang

berkualitas, sehingga faktor resiko kematian dan kerusakan pada tanaman muda

dapat ditekan semaksimal mungkin.

Pada awal produksinya, PT. AAI hanya akan memproduksi Buah Kaleng

dengan bahan baku nenas varietas Smooth Cayenne dan dengan nama “ Silangit “.

Berdasarkan sistem kerja yang melibatkan masyarakat/ petani sebagai

stakeholder, maka industri ini sangat memperhatikan kesejahteraan petani sebagai

pihak produsen bahan baku nenas segar yang dibutuhkan industri ini. Bahan baku

diperoleh dari Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan

daerah sentra produksi nenas.

PT. Alami Agro Industry ini juga akan terus mengembangkan pertanaman

nenas di Kabupaten Tapanuli Utara, karena ketersediaan bahan baku nenas segar

merupakan satu hal yang paling penting dalam menentukan maju tidaknya industri

pengolahan nenas ini. Jadi keberhasilan PT. Alami Agro Industry dalam

melakukan kemitraan dengan petani dan juga dalam membina petani untuk

meningkatkan produksinya, merupakan penentu keberhasilan dan kelayakan usaha

ini.

Dengan pola kemitraan yang dilaksanakan antara PT. Alami Agro Industry

dengan para petani dan juga dengan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan

ini, ternyata telah menunjukkan perkembangan positif sebagai jaminan bagi PT.

(30)

akan mampu memenuhi kapasitas pengolahan pabrik PT. Alami Agro Industry

sepanjang tahun.

Pola kemitraan antara PT. Alami Agro Industry dengan petani menyangkut

pembeliaan bahan baku nenas dengan sistem kontrak, dimana begitu kontrak

ditandatangani, maka PT. Alami Agro Industry dapat membeli nenas dari petani

tersebut. Dalam kontrak ini disebutkan berapa harga beli yang disetujui kedua

belah pihak dan jangka waktu kerjasama pembelian buah oleh PT. Alami Agro

Industry kepada petani. Jadi dalam jangka waktu tersebut, petani wajib menjual

kepada PT. AAI, dan PT. AAI wajib membeli dengan harga yang telah disepakati

kedua belah pihak.

Kemampuan usaha pengolahan nenas menyerap tenaga kerja diukur dari

seberapa banyak tenaga kerja yang digunakan oleh usaha pengolahan untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam waktu tertentu. Dari hasil penelitian, dapat

diketahui jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh Perusahaan berjumlah 37

orang ( Karyawan Tetap), 23 orang laki-laki dan 14 orang wanita. Buruh Harian

Lepas 120 orang, laki-laki 56 orang dan wanita 64 orang. Karyawan- karyawan ini

berasal dari Desa Siborong-borong, Desa Tarutung, Balige yang semuanya

berlokasi di Tapanuli Utara.

Dalam penerimaan karyawan, perusahaan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut :

a. Penyaringan

(31)

1. Wawancara Pendahuluan

2. Pengisian Formulir

3. Pemeriksaan Referensi

4. Tes Psikologi

5. Wawancara Akhir

6. Testing

7. Kesepakatan

Untuk setiap karyawan berlaku masa percobaan selama tiga bulan.

Perusahaan berhak memutuskan hubungan kerja dalam masa percobaan tersebut

tanpa perlu mendapat persetujuan dari Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

Daerah ( P4D ) maupun dari Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat ( P4P ).

Penghasilan karyawan meliputi gaji pokok dan berbagai tunjangan sakit

dan tunjangan nikah. Terdapat perbedaan cara pemberiaan gaji untuk karyawan

laki-laki dan karyawan wanita. Karyawan laki-laki menerima gaji tiap minggu,

sedangkan karyawan wanita menerima gaji tiap dua minggu, penghasilan

karyawan tidak mencakup uang makan.

Kepada karyawan dipinjamkan peralatan kerja yaitu sarung tangan,

hairned, masker, dan sepatu. Karyawan mulai bekerja jam 08.00 WIB sampai jam

17.00 WIB dengan waktu istirahat dari jam 12.00 WIB sampai jam 12.30 WIB.

Pada kondisi-kondisi tertentu karyawan, diwajibkan lembur sampai jam 23.00

WIB terutama pada saat musim panen. Dalam melaksanakan tugas karyawan

dibagi dalam beberapa shift dengan tujuan untuk memelihara kelancaran kerja.

Promosi karyawan dilakukan berdasarkan prestasi kerja, formasi tersedia,

(32)

dilakukan setahun sekali. Kenaikan upah gaji dilakukan tiga bulan sekali, hal ini

tidak terlepas dari prestasi kerja yang dicapai.

Karyawan perusahaan bergabung dalam wadah Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia (SPSI). Wadah ini merupakan mitra perusahaan dalam mengurus

kesejahteraan pekerja dan masalah-masalah lainnya. Selain itu juga terdapat

Panitia Keselamatan Kerja (PKK) yang mengurus bila ada karyawan yang cidera

dalam melakukan tugasnya.

Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perusahaan berusaha

mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku, terutama dalam UU No.12 tahun

1964 tentang PHK di Perusahaan swasta. Karyawan yang terkena PHK diberikan

uang pesangon, uang jasa dan ganti kerugian sesuai dengan Peraturan Menteri

Perburuhan No. 9 tahun 1964.

[

Struktur Organisasi

Sesuai dengan bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (PT), maka

kekuasaan tertinggi perusahaan ini terletak ditangan Presiden Direktur. Presiden

Direktur mempunyai tugas pokok antara lain :

1. Menentukan arah dan kebijaksanaan perusahaan.

2. Mengawasi jalannya perusahaan.

3. Berhak untuk memeriksa pembukuan dan pekerja perusahaan.

4. Berhak meminta diadakannya rapat pemegang saham baik tahunan

maupun rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu.

Di bawah Presiden Direktur terdapat Direktur Operasional yang

bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan maju mundurnya

(33)

1. Finannce and Accounting Manager

2. Plant Manager

3. Commercial Manager

Untuk memperlancar jalannya perusahaan maka perusahaan ini dibagi

dalam tujuh departemen dimana tiap departemen dipimpin oleh seorang manager :

A. Quality Assurance Departemen

Departemen ini bertugas untuk mengawasi, memeriksa, memonitor, dan

mengontrol kegiatan produksi mulai dari penerimaan bahan baku, proses

produksi, produk akhir sampai dijual ke relasi dengan tujuan utama untuk

menjamin kepuasan relasi. Departemen Quality Assurance juga melakukan

pengembangan produk melalui proses/produk sehingga dapat diperoleh produk

baru dan atau produk dengan kualitas yang lebih baik.

B. Departemen Quality System

Departemen ini bertugas untuk menjaga dan mengontrol pelaksanaan

sistem manajemen mutu serta peningkatannya.

C. Departemen Logistik

Departemen ini bertugas menangani, mengadakan penerimaan,

penyimpanan raw material, finish good , bahan ingredient, packaging material,

dan material serta jasa lainnya untuk menunjang operasional pabrik dan juga

menangani pengiriman produk yang dihasilkan oleh pabrik sampai dengan proses

persiapan stuffing ke container.

Departemen Logisitik terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Raw Material Product (RMP)

(34)

2. Werehouse Product

Bagian ini menangani produk Buah Kaleng mulai dari penerimaan, pelabelan,

penyimpanan sampai dengan stuffing

3. Store

Bagian ini menangani pengadaan, penerimaan dan pengeluaran barang berupa:

 Packaging material

 Ingredient / Bahan Penolong

 Chemical

 Material / Jasa Penunjang Operasional

D. Departemen Canned Pineapple

Departemen ini bertugas untuk melakukan aktifitas mengelola atau

memproses bahan baku nenas menjadi produk nenas kalengan yang mempunyai

nilai daya saing yang tinggi. Sesuai dengan kebijaksanaan mutu dan spesifikasi

produk yang telah disetujui Departemen Quality.

E. Departemen HRD - GA

Departemen ini bertugas untuk merencanakan penyediaan dan pengadaan

tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mengelola/ memelihara

dan mengembangkan pegawai serta mengatur pengakhiran hubungan tenaga kerja.

Departemen HRD – GA dibagi 5 bagian :

1. Cashier

Bagian ini berugas membrikan kontribusi terhadap kelancaran operasional dan

pencapaian sasaran mutu perusahaan dengan mengurus permintaan dan

(35)

2. Security (Satpam)

Bagian ini bertugas sebagai satuan pengamanan atau kelompok petugas yang

dibentuk oleh instansi untuk merencanakan, mengatur dan mengkordinasi

serta menyelenggarakan dinas pengamanan dan ketertiban asset dilingkungan

perusahaan.

3. HRD Officer

Bagian ini bertugas memberikan kontibusi terhadap kelancaran kegiatan

operasional perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

melaksanakan tugas-tugas administrasi perusahaan

4. Transportasi

Bagian ini bertugas untuk membantu tugas operasional perusahaan dalam hal

tugas luar ( antar jemput ) staff/ karyawan.

5. House Keeping

Bagian ini bertugas merencanakan, mengatur dan mengkoordinasi serta

menyelenggarakan program House Keeping dilingkungan Perusahaan.

F. Departemen Maintenance And Utility

Departemen ini bertanggung jawab menangani masalah teknis dalam

(36)

V. Proses Pengolahan Nenas

PT. Alami Agro Industry adalah perusahaan agribisnis yang mengolah

nenas segar menjadi Buah Kaleng. Untuk menghasilkan Buah Kaleng ini,

tentunya mengalami serangkaian proses, sehingga akan menghasilkan produk

yang bermutu. Adapun proses pengolahan Buah Kaleng adalah sebagai berikut :

1. Receiving (Penerimaan dan Penimbangan)

Bahan baku yang datang diterima oleh bagian penerimaan bahan baku dan

dikeluarkan dari truk sebanyak 30 Ton/Hari. Bahan baku ini diambil dari suplayer

dari Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga,

Kecamatan Siborong-borong. Nenas yang digunakan adalah varietas Cayenne

dengan kesegaran satu hari setelah dipetik kemudiaan dilakukan penimbangan.

Buah nenas yang dikeluarkan dari truk kemudiaan dilakukan sortasi, tujuannya

yaitu untuk memilih buah nenas menurut kualitasnya dan ukurannya.

Berdasarkan kualitasnya dipisahkan antara nenas yang baik dengan nenas

yang rusak atau busuk. Kemudiaan nenas dikelompok-kelompokkan sesuai besar

(37)

proses pemisahan buah mentah ke dalam beberapa kategori fisik seperti ukuran,

bentuk dan warna.

Adapun ukuran nenas yang digunakan ada 2 macam grade, yaitu grade A

dan grade B dengan ukuran masing-masing diameternya seperti terlihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran Nenas dengan Diameter dan Beratnya

Grade Diameter ( mm ) Berat ( Kg )

A 90 – 115 0,5 – 1,5

B 120 – 150 2 - 3

Sumber : Laporan Pembelian

Dalam proses ini, semua bagian buah nenas yang memar, mengkerut,

busuk atau rusak harus dibuang dan diperiksa apakah ada buah nenas yang tidak

layak untuk diproses. Sortasi dilakukan secara manual oleh pekerja.

Setelah dilakukan sortasi kemudiaan dilakukan penimbangan.

Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya bahan baku nenas yang

dikirim, sekaligus untuk mengetahui jumlah bahan baku yang akan diproses. Pada

proses penimbangan ini nenas ditimbang dengan menggunakan timbangan

kapasitas 250 Kg.

2. Penyimpanan Sementara

Sebelum bahan mentah diolah, kadang-kadang diperlukan penyimpanan

sementara. Akan tetapi sebaiknya diusahakan agar bahan mentah dapat diolah

pada hari panen atau segera setelah bahan diterima di pabrik. Hambatan dalam

pengolahan sehingga harus dilakukan penyimpanan sementara adalah :

A. Akumulasi bahan mentah di pabrik

Bahan mentah telah tersedia di pabrik sebelum yang baru dipanen tiba.

(38)

• Bahan mentah yang dihasilkan pada periode panen yang memuncak

melebihi kapasitas pabrik.

• Kadang-kadang bahan mentah sengaja ditimbun agar kontinuitas

pengolahan dapt dilaksanakan sepanjang tahun.

B. Jarak pengangkutan bahan mentah yang terlalu jauh.

Selama penyimpanan sementara tersebut, nenas akan terus melakukan

proses pematangan. Yang perlu diperhatikan adalah kehilangan air dari bahan

tersebut akibat perubahan fisik dan kimia di dalam bahan. Proses tersebut akan

mempengaruhi daya tahan simpan bahan.

Beberapa tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mengurangi

degredasi bahan mentah selama penyimpanan sementara. Misalnya tempat

penyimpanan harus punya ventilasi yang baik, agar panas yang timbul dapat cepat

keluar.

3. Pencuciaan I dan Brushing

Bahan baku nenas dimasukkan ke

dalam bak I, kemudiaan dilakukan

proses pencucian pertama dengan

tujuan untuk membersihkan kotoran

dan mengurangi jumlah mikroba yang

terdapat pada bahan baku. Metode

yang digunakan untuk pencucian tergantung pada jenis bahan dan tempat tumbuh

bahan tersebut. Misalnya bahan yang tumbuh pada tanah liat dikehendaki

(39)

Dalam melakukan pencucian ini dapat dilakukan perendaman sebagai perlakuan

pendahuluan. Perendaman ini dapat dilakukan dalam air dingin atau air hangat,

yang berguna untuk melunakkan kotoran yang menutupi kulit, sehingga dapat

dengan mudah dilepaskan dalam pencucian selanjutnya. Buah nenas dimasukkan

ke dalam bak sebanyak mungkin, di dalam bak dilengkapi dengan pompa dan air

bersih. Pompa akan mendorong buah ke elevator, kemudiaan elevator akan

membawa buah nenas menuju brushing melalui belt conveyor.

Brushing adalah tindakan yang sangat penting dalam proses pembersihan

bahan baku, karena brushing ini dilengkapi dengan sikat halus mengenai kulit,

sehingga kontaminan yang masih melekat pada bahan baku dapat dibersihkan

secara efisien.

4. Pengupasan

Sebelum dikupas, mahkota dan

pangkal nenas dihilangkan secara

manual dengan menggunakan pisau

tahan karat yang tajam. Kemudiaan

dilakukan pengupasan dengan

menggunakan mesin Ginaca. Mesin

Ginaca ini bekerja secara otomatis dan digerakkan oleh motor berkekuatan 1,5 HP

(horse power). Alat ini dapat diubah-ubah baik kapasitas maupun diameternya.

Ukuran pisau yang biasa digunakan adalah 75 mm untuk mesi Ginaca I, 70 mm

untuk mesin Ginaca II, 65 mm untuk mesin Ginaca III. Mesin Ginaca mempunyai

(40)

adalah sizing knife dan coring knife. Pengupasan adalah proses penting di dalam

pengelolaan pangan untuk memisahkan yang tidak dapat dimakan atau dikendaki,

untuk memperbaiki penampilan produk akhir.

Buah nenas yang dimasukkan ke mesin Ginaca harus dilakukan dengan

cara bagian pangkal yang telah dipotong mengarah ke depan. Hal ini dilakukan

untuk mencegah pengupasan kurang baik. Pengaturan ini dilakukan secara manual

oleh pekerja.

Nenas yang masuk ke mesin Ginaca dipotong kulitnya oleh sizing knife.

Sementara coring knife bekerja untuk memotong hati nenas (core). Nenas yang

telah dikupas kulitnya berbentuk silinder. Untuk lebih jelasnya tentang coring

knife, sizing knife dan ukuran diameter nenas dengan mesin Ginaca dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran Diameter Nenas Dengan Mesin Ginaca

Mesin Diameter (mm) Diameter Pisau (mm)

Ginaca I 120 - 150 75

Ginaca II 110 - 115 70

Ginaca III 90 - 100 65

Sumber : Laporan Perusahaan

Setelah proses pada mesin Ginaca selesai, slug ( nenas yang keluar dari

mesin Ginaca ) menuju ke line untuk diproses menjadi buah kaleng. Sedangkan

kulit dan hati nenas yang terpisah diangkut dengan belt conveyor menuju mesin

(41)

5. Triming dan Pemeriksaan

Proses Trimming dan Pemeriksaan ini

bertujuan untuk memisahkan antara

nenas yang matang dan yang mentah,

untuk membuang sisa kulit yang

masih menempel pada daging dan

untuk membuang mata nenas. Proses

trimming ini dilakukan secara manual oleh pekerja dengan menggunakan pisau

dan pinset sehingga didapatkan nenas yang benar-benar bersih.

6. Pencucian II

Pencucian adalah tindakan yang

sangat penting dalam pengolahan

pangan. Pencucian ini dilakukan

dengan tujuan untuk membersihkan

kotoran yang menempel dan

mengurangi jumlah mikroba yang

terdapat pada bahan. Pencucian dilakukan secara manual oleh pekerja, dimana air

dialirkan lewat pipa yang diberi lubang di atas belt conveyor.

7. Pemotongan Menjadi Bentuk :

A. Slice adalah irisan utuh tidak

rusak atau pecah dan merupakan

irisan yang berbentuk bulat dan

mempunyai ukuran serta besar yang

(42)

pemotongan nenas menjadi bentuk slice dengan menggunakan alat slicing

machine. Hasil pemotongan bentuk slice mempunyai ketebalan 9 – 11 mm.

B. Tidbit adalah bagian buah nenas

yang berasal dari potongan irisan

buah nenas utuh menjadi bagian

kecil dan mempunyai bentuk dan

ukuran yang sama (berbentuk dadu).

Tidbits dilakukan dengan

menggunakan alat tidbit cutter. Tidbit cutter yang digunakan mempunyai ukuran

pisau 1/12 dan 1/14. Potongan bentuk tidbit ini mempunyai ketebalan 9 – 11 mm

dengan berat rata-rata 2,7 gram tiap satu bagian tidbit.

C.Chunk adalah irisan nenas yang

mempunyai ukuran dan bentuk

dengan dimensi tidak lebih dari 1,5

inci (berbentuk dadu).

D. Crush Pineapple adalah bagian

nenas yang dipotong atau di

hancurkan sedemikian rupa sehingga

menjadi potongan yang halus

(43)

8. Pengalengan

Pengisian dilakukan dengan tujuan

untuk memasukkan potongan nenas ke

dalam kaleng. Pengisian dilakukan

secara manual di atas meja stainless

stell sambil dilakukan sortasi terhadap

potongan nenas yang tidak sempurna.

Kaleng-kaleng yang akan digunakan terlebih dahulu diperiksa dari adanya karat

atau cacat, kemudiaan dilakukan pencucian dengan air bersih. Jenis kaleng yang

digunakan adalah A10 dan A2 dengan ukuran kaleng 603 x 700 dan 307 x 407.

Produk diisikan ke dalam kaleng sampai kira-kira sesuai dengan berat

yang diiginkan dengan memperhatikan adanya head space. Head space adalah

ruang kosong dalam kaleng, yang disisakan tidak diisi bahan makanan, tingginya

sekitar 1/10 dari tinggi kaleng dan berfungsi sebagai ruang cadangan untuk

pengembangan isi produk selama pemanasan. Ukuran head space perlu

diperhatikan, karena bila terlalu besar dapat mengakibatkan kesulitan pada saat

penghampaan udara, memungkinkan sejumlah kecil udara akan teperangkap

dalam kaleng sehingga menyebabkan oksidasi dan perubahan warna produk, juga

kurang dinilai konsumen.

9. Penimbangan Nenas

Nenas yang telah diisikan ke dalam

kaleng kemudiaan ditimbang beratnya

sesuai dengan standar perusahaan yang

(44)

sebanyak 2,250 Kg/Kaleng dengan menggunakan timbangan meja berkapasitas 5

Kg, dilakukan di atas meja stainless steel. Sedangkan untuk slice diisikan

sebanyak 10 slice dalam 1 kaleng A2 dengan berat rata-rata 35 – 37 gram tiap satu

bagian slice. Ketepatan berat merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

untuk memudahkan pengolahan selanjutnya dan untuk menambahakan

kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

10. Exhausting ( Sterilisasi )

Exhausting adalah suatu proses

pensterilisasian nenas sehingga

benar-benar bersih dan hygiene.

Setelah dilakukan exhausting di

dalam exhaust-box, segera sebelum

kaleng ditutup. Proses exhausting

dilakukan untuk mendapatkan keadaan vakum dalam kaleng, yaitu dengan cara

mengalirkan uap panas

agar udara yang terdapat dalam isi kaleng dapat terbuang. Proses exhausting

dilakukan pada suhu 65 – 800 C selama 25 menit. Setelah kaleng mencapai bagian

akhir exhaust-box maka dilakukan pengukuran suhu internal kaleng atau Center

Clossing Temperature (CCT), dengan menggunakan thermometer yang

ditempatkan pada colt point (titik dingin), yaitu daerah yang paling lambat

menerima panas. Titik dingin yang diinginkan adalah 65 - 750 C. Karena setelah

exhausting segera dilakukan seaming dan proses thermal, maka titik dingin ini

akan sama dengan initial temperatur (suhu awal), yaitu suhu rata-rata dalam

(45)

sebagai pemasakan awal. Selain itu exhausting bertujuan untuk mencegah kaleng

menjadi bocor atau pecah saat akibat tekanan dalam kaleng yang terlalu besar saat

pemanasaan, mencegah kaleng menjadi cembung akibat perubahan suhu

penyimpanan menjadi lebih panas, memperkecil kemungkinan tumbuhnya

mikroorganisme tertentu terutama bakteri aerob dan lapuk yang masih terdapat

dalam kaleng, memperkecil perubahan gizi, menghindarkan terjadinya korosif

pada bagian dalam kaleng, untuk memperkecil terjadinya perubahan warna,

aroma, dan rasa bahan makan.

11. Seaming ( Tutup Kaleng )

Proses penutupan wadah kaleng dengan menggunakan mesin automatic

seamer. Tujuan penutupan kaleng adalah untuk menghindari terjadinya

kontaminasi yang tidak diiginkan dan untuk mencapai proses pengalengan yang

sempurna. Penutupan kaleng yang tidak sempurna dapat mengakibatkan

kebocoran saat dilakukan sterilisasi.

12.Cooker ( Pemasakan )

Setelah nenas dimasukkan ke kaleng maka nenas dimasak. Gunanya agar

konsumen dapat langsung mengkonsumsinya karena nenas sudah layak dimakan.

13. Cooler ( Pendinginan)

Pendinginan dilakukan untuk menjaga suhu nenas tetap stabil di dalam

kaleng sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sehingga buah kaleng

(46)

14. Pemberian Label

Pemberian Label dilakukan untuk

menandakan asal produksi buah

kaleng nenas. Pada label dapat

dilihat komposisi nutrisi produk,

nama perusahaan, berat isi,

kadaluarsa dan DEPKES RI.

Pemberian label dilakukan secara manual, yaitu dengan memberikan perekat pada

salah satu tepi bagian atas sehingga dapat melekat pada kaleng. Setelah dilakukan

pemberian label maka dilakukan penyusunan kaleng dalam satu pallet.

15. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk mempermudah penanganan dan pengangkutan, menjaga keutuhan

produk, melindungi produk dari

kontaminasi termasuk mikroorganisme, melindungi produk

dari kerusakan mekanis, dan untuk menarik konsumen.

16. Loading/ Sraffing ( Ekspor )

Buah Kaleng yang telah dikemas, dimasukkan ke dalam Container,

(47)

Untuk lebih jelas, berikut ini adalah Skema Proses Pengolahan Nenas :

Pemotongan nenas menjadi :

 Slice (Berbentuk Bulat )

 Tidbit (Berbentuk Dadu)

 Chunk (Berbentuk Dadu)

(48)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Ketersediaan Bahan Baku, Input Produksi dan Teknologi Nenas

Bahan baku merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan

usaha pengolahan. Bila suatu usaha pengolahan kekurangan bahan baku, maka

usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Selain itu bahan baku juga

harus selalu tersedia setiap kali pengolahan akan dilakukan untuk menjamin

kontinuitas usaha pengolahan itu sendiri. Bahan baku yang digunakan untuk

proses pengalengan nenas terdiri atas bahan baku utama yaitu nenas dan bahan

penunjang yang berupa gula kristal putih.

PT. AAI menggunakan bahan baku nenas yang akan diolah menjadi buah

kaleng. Perusahaan memperoleh nenas dari para petani nenas. Nenas yang

diperoleh dari para pertani jumlahnya selalu berubah tergantung kepada panen

nenas, walaupun jumlahnya bervariasi tetapi perusahaan tetap berjalan.

Dalam menentukan buah mana yang telah siap panen tentu saja perlu

diperhatikan tanda-tanda yang ada. Buah yang sudah layak dipetik memiliki

aroma yang sedap dan khas, pangkal buah berwarna kuning, mahkota telah

terbuka, tangkai mengkerut dan mata buah berukuran lebar, tidak tajam, rata, serta

berlubang pada bagian tengah. Waktu panen dipengaruhi pula oleh tujuan

penggunaannya. Buah dengan berwarna kuning 40–90% cocok untuk

pengalengan, sedangkan buah yang telah berwarna merah kecoklatan 20–100%

tidak baik untuk dikonsumsi segar.

Persyaratan atau criteria dari standar kualitas nenas segar dapat dilihat pad

(49)

Tabel 5. Standar Kualitas Nenas Segar

No Karakteristik Syarat

1. Ukuran Seragam, diameter > 9,5 cm

2. Mahkota Tidak ada

3. Ketuaan Minimal 10 % kulit berwarna kuning, dan buah tidak

lunak

( biasanya jika lebih dari 10-30 % kulit yang berwarna kuning maka buah tergolong lunak )

4. Aroma Khas buah Nenas

5. Kerusakan < 1 %

6. Warna Daging Kuning Pucat

7. TSS* ( Brix ) 12

8. Keasaman Tidak terlalu asam dan rasanya seragam

Sumber : PT. Alami Agro Industry

Keterangan :

TSS = Total Solid ( Total Padatan Terlarut )

PT. AAI mengunakan bahan baku nenas yang berasal dari petani nenas

yang berada di sekitar perusahaan dan dari daerah sentra produksi nenas yang ada

di Kabupaten Tapanuli Utara antara lain Kecamatan Sipahutar, Kecamatan

.Siborong-borong, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Tarutung, dll. Volume

bahan baku nenas yang diambil langsung oleh perusahaan dari Kecamatan

tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Volume Bahan Baku Pengolahan Nenas Dari Berbagai Sumber Tahun 2007

Sumber : Laporan Pembeliaan

Dari Tabel 6 dapat dikemukakan bahwa volume nenas sebagai bahan baku

(50)

Selama proses pengolahan para karyawan harus lebih teliti dan berhati-hati

untuk menghindari kerusakan fisik nenas yang akan diekspor. Volume bahan baku

yang dibutuhkan selama satu tahun pada PT. AAI dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Volume Bahan Baku Pengolahan Nenas PT.AAI Selama Tahun 2005-2007

Dari Tabel 7 dapat dikemukakan bahwa volume bahan baku pada usaha

pegolahan nenas yaitu selama tahun 2005-2007 ternyata tidak sama. Pada tahu

2006 ternyata volume bahan baku yang digunakan turun drastis. Hal ini

disebabkan karena musim panen yang berlimpah tetapi permintaan buah kaleng

untuk diekspor kurang disebabkan sekarang ini banyak persaingan sesame

perusahaan buah kaleng, jadi perusahaan menurunkan harga bahan baku nenas.

Menurut bagian pengadaan staf PT. AAI bahan baku untuk pengolahan nenas

selalu tersedia dari mulai perusahaan ini beroperasi sampai sekarang belum

pernah mengalami kekurangan bahan baku nenas. Dapat disimpulkan bahan baku

selalu tersedia di daerah penelitian.

Bahan Penunjang

Selain bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan nenas tedapat

(51)

berwarna putih yang secara biokimia disebut Sukrosa. Gula ini diubah ke dalam

bentuk sirup dengan cara dicampurkan dengan air kemudiaan dimasukkan ke

dalam kaleng. Sumber gula tersebut dari grosir yang ada di Kabupaten Tapanuli

Utara dimana grosir tersebut mengantar langsung gula ke pabrik setiap harinya

dengan jumlah 1,8 Ton tiap harinya. Adapun Syarat Mutu Gula Pasir tersebut

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Syarat Mutu Gula Pasir

No Kriteria Uji Satuan 2. Warna (nilai remisi yang

direduksi ), %, b/b Min 53 Min 53 10.1 Timbal (Pb), mg/kg 10.2 Tembaga (Cu), mg/kg 10.3 Raksa (Hg), mg/kg

Sumber : Pusat Standarisasi Industri, 1997

Keterangan :

GKP : Gula Kristal Putih GKM : Gula Kristal Merah

Fungsi penambahan larutan gula pada nenas kalengan adalah sebagai

(52)

merata, memperbaiki flavour, membantu menyebarkan flavour dan warna secara

merata serta untuk mengisi rongga udara pada bahan pangan.

Volume bahan penunjang yang digunakan oleh PT. AAI dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Volume Bahan Penunjang (Gula Putih) Pada Pengolahan Nenas PT.AAI.

Sumber : Lampiran 5,6,7

Input Produksi

Selain bahan baku dan bahan penunjang input produksi lainnya sangat

penting dalam usaha pengolahan seperti tenaga kerja, bahan kemasan ,dll.

Tenaga kerja untuk pengolahan nenas adalah yang berasal dari daerah

penelitian (Tapanuli Utara), dimana selain pegawai tetap setiap hari perusahaan

ini merekrut pegawai tidak tetap 120 orang. Pegawai tidak tetap ini sama dengan

buruh harian lepas (BHL) di perkebunan ( Situmorang, M. 2008 ).

Menurut staf kepegawaian perusahaan perekrutan pegawai tidak tetap 120

orang setiap hari sampai sekarang belum pernah menghadapi masalah artinya

selalu tersedia setiap hari.

Bahan kemasan seperti drum, isolatif, kaleng, label, karton, lem, dll yang

digunakan untuk usaha pengolahan nenas selalu tersedia karena perusahaan

(53)

Teknologi Pengolahan

Teknologi pengolahan selain harus tersedia juga harus dikuasi oleh tenaga

kerja/ pemilik usaha yang terlibat dalam pengolahan tersebut. Penggunaan harus

seefisien mungkin agar setiap biaya yang dileluarkan dapat seoptimal mungkin

dan menguntungkan usaha.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa usaha pengolahan nenas PT.

AAI menggunakan alat dan mesin yang canggih. Alat dan mesin yang digunakan

oleh PT. AAI dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Alat-alat/ Mesin yang yang digunakan dalam Proses Pengolahan Nenas PT. AAI

8 Tangki Pembuatan

Sirup/Juice

5 2 40.000.000,00 Baik

9 Exhauster 5 1 1.000.000.000,00 Baik

10 Seamer/ Penutup

Kaleng

5 2 750.000.000,00 Baik

11 Cooker/ Masak 5 1 1.500.000.000,00 Baik

12 Cooler/ Pendinginan 5 1 1.500.000.000,00 Baik

13 Blower/ Pengeringan 5 1 20.000.000,00 Baik

14 Mesin Coding/ Inkjet

Printer

5 1 75.000.000,00 Baik

Total 70 33 5.565.450.000,00 Baik

Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa terdapat 14 jenis alat yang

digunakan dimana umur ekonomis semua alat 5 tahun dengan kondisinya baik.

Artinya dalam penyediaan alat/ mesin tersebut perusahaan tidak mengalami

(54)

kata lain perusahaan mampu menyediakan teknologi pengolahan nenas ini sesuai

dengan kebutuhan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hipotesis 1 yang mengatakan

bahwa bahan baku, input produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan tersedia

di daerah penelitian dapat diterima.

6.2. Nilai Tambah (Value Added) produk dalam pengolahan Nenas

Nilai tambah adalah nilai produk olahan dikurangi dengan nilai bahan

baku dan bahan penunjang. Nilai tambah memperkirakan peningkatan nilai bahan

baku setelah mengalami pengolahan dengan menggunakan bahan penunjang.

Rataan Nilai tambah (Value Added) yang diperoleh pengusaha pengolahan

nenas per tahun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Nenas di PT. AAI Tahun 2005 -2007

4. Nilai Tambah (Rp 000) 159.991.300.000 74.150.000 239.991.835.200

5. Nilai Tambah (Rp/Kg) 19.000 18.537,50 19.319,6

Sumber : Lampiran 4,5, dan 6

Dari Tabel 11. dapat dikemukakan bahwa nilai tambah yang diperoleh PT.

AAI ternyata bervariasi setiap tahun dimana pada tahun 2007 jauh lebih tinggi

(55)

sama. Variasi nilai tambah ini tentu saja dipengaruhi oleh volume bahan baku

yang digunakan.

Dari data ini dapat diketahui bahwa nilai produk olahan lebih besar dari

nilai bahan baku dan bahan penunjang maka hipotesis 2 dapat diterima.

6.3. Kemampuan Usaha Pengolahan Nenas dalam Menyerap Tenaga Kerja.

Kemampuan usaha pengolahan nenas menyerap tenaga kerja diukur dari

seberapa banyak tenaga kerja yang digunakan oleh usaha pengolahan untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam waktu tertentu. Dari 3 jenis tenaga kerja

dalam PT. AAI yaitu :

1. Staf dan Manager

2. Pegawai Tetap

3. Pegawai Tidak Tetap (Buruh Harian Lepas).

Bagaimana cara perekrutan pegawai ini telah dikemukakan dengan jelas

pada bab IV. Staf Manager adalah pegawai yang bekerja di kantor mulai dari pada

menetrasi- eksportir. Jumlahnya 10 orang.

Pegawai tetap adalah pegawai yang bekerja dalam proses pengolahan

dengan menerima gaji bulanan dengan perhitungan upah/hari Rp. 28.000 dikali 25

hari kerja. Selain gaji bulanan, diberikan tunjangan sakit dan tunjangan nikah.

Jumlahnya 37 orang terdiri dari 23 orang pria dan 14 orang wanita.

Pegawai tidak tetap atau disebut Buruh Harian Lepas di perkebunan diberi

upah Rp.19.200 per hari. Jumlah tenaga kerja di pengolahan nenas PT. AAI dapat

(56)

Tabel 12. Jumlah Tenaga Kerja Untuk Pengolahan Nenas Setiap Hari

No Kegiatan Pegawai

Tetap

Pegawai Tidak

Tetap Jumlah

1 Penerimaan Bahan Baku dan

Penimbangan

3 5 8

2 Pencucian 2 8 10

3 Pengupasan 2 9 11

4 Trimming dan Pemeriksaan 2 10 12

5 Potongan Menjadi

 Slice

Dari Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa pengolahan nenas PT. AAI

membutuhkan pegawai tetap 37 orang dan pegawai tidak tetap (Buruh Harian

Lepas) setiap hari 120 orang dimana proses pengolahan setiap hari menghasilkan

40.000 Kg produk olahan.

Bila usaha pengolahan nenas ini dikembangkan dengan menambahkan

kapasitas produksi olahan maka usaha ini akan lebih mampu menyerap tenaga

kerja lebih banyak. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan usaha

pengolahan nenas mampu menyerap tenaga kerja di daerah penelitian dapat

(57)

6.4. Kelayakan dan Prospek Usaha Pengolahan Nenas di Daerah Penelitian

Usaha pengolahan nenas layak diusahakan secara ekonomi baik ditinjau

dari Return-Cost Ratio (B/C) dan ROI (Return On Invesment). Karena R/C sama

dengan 1, maka usaha pengolahan nenas di daerah penelitian layak untuk

diusahakan.

1. Nilai Revenue-Cost Ratio

Analisis reveneu-cost ratio sebagai perbandingan (nisbah) antara

penerimaan dan biaya. Secara teoritis dengan rasio R/C artinya tidak untung dan

tidak pula rugi. Untuk melihat efisiensi usaha pengolahan nenas secara ekonomi

maka usaha dikatakan layak secara ekonomi apabila R/C > 1.

Rumus mendapatkan R/C adalah :

Nilai Reveneu-Cost Ratio usaha Pengolahan nenas yang dihasilkan

per-tahun dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan Nilai R/C Ratio PT.AAI Per Tahun

160.000.000.,00 80.000.000.,00 240.000.000.,00 160.000.000.,00

2 Biaya Produksi

(Rp 000)

18.717.054 15.153.774 19.008.402 17.526.410,00

3. Pendatan Bersih

(Rp 000)

141.282.946 64.846.226 220.991.598 142.406.920,00

4 R/C Ratio 8,55 5,28 12,63 8,82

Sumber : Lampiran 7

Dari Tabel 13 di atas dapat dikemukakan bahwa usaha pengolahan nenas

(58)

Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan nenas layak diusahakan secara

ekonomi.

2. Nilai Pengembalian Investasi ( ROI )

Return On Investment adalah penilaian terhadap kelayakan suatu proyek

dengan membandingkan tingkat pengembalian modal yang ditanamkan. Nilai ROI

dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga deposito. Rumus

untuk mendapatkan nilai ROI adalah :

ROI: Laba Bersih x 100% Modal Produksi

Tabel 14. Nilai ROI Usaha Pengolahan Nenas Di PT. AAI Per Tahun

Sumber : Lampiran 7

Dari Tabel 14 dapat dikemukakan bahwa usaha pengolahan nenas tersebut

layak diusahakan secara ekonomi, karena ROI lebih tinggi dari tingkat suku bunga

pinjaman. Dengan demikian berdasarkan nilai RCR dan nilai ROI yang diperoleh

lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sehingga usaha ini layak untuk

dijalankan. Artinya hipotesis yang mengatakan “ Tingkat Pengembalian Investasi

Usaha Pengolahan Nenas PT. AAI lebih tinggi dari Suku Bunga Deposito’’ di

daerah penelitian “ dapat diterima’’

No Uraian

Nenas Rataan

2005 2006 2007

1 Laba Bersih / Tahun 141.282.946.000 64.846.226.000 220.991.598.000 142.406.920.000

2 Nilai Investasi (Rp) 379.450.000.000 379.450.000.000 379.450.000.000 379.450.000.000

3 ROI (%) 8,55 5,28 12,63 8,82

Gambar

Tabel 1.  Luas Pertanaman Produksi dan Produktivitas Nenas di Kabupaten    Tapanuli Utara Tahun 2006 dan 2007
Tabel 2. Spesifikasi Pengumpulan Data Tahun 2008
Tabel 3. Ukuran Nenas dengan Diameter dan Beratnya
Tabel 4. Ukuran Diameter Nenas Dengan Mesin Ginaca
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk

Umar Maya Putra : Optimalisasi Penggunaan Input Bahan Baku dan Modal pada Pabrik Kawat di Kota Binjai..., 2003... Umar Maya Putra : Optimalisasi Penggunaan Input Bahan Baku dan

karena ketersediaan bahan baku (serat kapas) di dalam.. negeri sangat rendah, maka industri ini memiliki

Gambar 4.18 Desain Input Perputaran Modal Kerja UKM Pembuatan Tempe Desain input pengeluaran kas per hari untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

Metode yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan input yaitu dengan metode deskriptif, untuk menganalisis pendapatan menggunakan metode analisis pendapatan, untuk

Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan secara parsial modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh posistif signifikan terhadap pendapatan pengrajin usaha

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk

Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan kalokalo, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh pengolah kalokalo