• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN

(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN

(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

KetuaKomisiPembimbing AnggotaKomisiPembimbing

( Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. Iskandarini, M.M) NIP. 196308221988032003 NIP. 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRAK

KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Juni 1993 sebagai anak kedua dari

dua bersaudara dari Bapak Alm A. Hadi Lubis dan Ibu Hj. Syahrida Khairani.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar di SD Kemala Bhayangkari I Medan, lulus pada Tahun 2006.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Harapan 2 Medan, lulus pada Tahun 2009.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, lulus pada Tahun 2011.

4. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Agustus

2014 sampai dengan September 2014.

5. Mengadakan penelitian skripsi di Desa Mancang, Kecamatan Selesai,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (Kasus : Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

atas segala motivasi, bantuan serta dukungan berupa doa dan semangat kepada

ayahanda tercinta Bapak Alm A. Hadi Lubis dan ibunda tercinta Ibu Hj. Syahrida

Khairani, nenek tersayang Hj. Ratna Sari, serta abangda Reza Abduh SH yang

selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Ir.

Iskandarini, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak

memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan semangat selama penulisan skripsi

ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan

sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

(6)

3. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh

proses administrasi.

4. Sahabat-sahabat tersayang yang telah banyak membantu penulis selama

masa perkuliahan yaitu Astri Andani, Sonia Ramadhani, Juwita Sari

Manulang, Noviarny Anggasta Lara, Finka Adisti Nasution, Fadia Atikah,

Faqita Iqlima Putri, Nidya Diani dan kawan-kawan 2011 lain yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut

serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Teori Kelayakan ... 10

2.2.2 Teori Produksi ... 12

2.2.3 Teori Harga ... 13

2.2.4 Teori Pendapatan ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 15

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ...21

3.5.1 Definisi ...21

3.5.2 Batasan Operasional ...22

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 23

(8)

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 26

4.2 Karakteristik Responden ... 27

4.2.1. Umur ... 27

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 28

4.2.3. Jumlah Tanggungan ...29

4.2.4. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Dimiliki...29

4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi ...30

4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren ...31

4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap ...31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah Penelitian ... 33

5.1.1 Bahan Baku ... 33

5.1.2 Gula Aren ... 35

5.2 Ketersedian Input Produksi ... 39

5.2.1 Ketersediaan Lahan ... 39

5.2.2 Ketersediaan Bahan Baku ... 40

5.2.3 Ketersediaan Modal ... 41

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 42

5.3 Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang ... 44

5.3.1 Biaya Tetap (Total Cost) ... 44

5.3.2 Biaya Variabel ... 46

5.3.3 Biaya Total (Total Cost) ... 49

5.4 Analisis Pendapatan ... 49

5.4.1 Total Penerimaan (Total Return) ... 49

5.4.2 Pendapatan ... 50

5.5 Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren ... 51

5.5.1 BEP Volume Produksi ... 51

5.5.2 BEP Harga Produksi ... 52

5.5.3 Analisis Kelayakan Dengan R/C Ratio ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 54

(9)

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

3

2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

18

3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014 24

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

24

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 25

6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014 26

7. Sarana dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014 26

8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 27

9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 28

10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 29

11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

30

Pengalaman Pengrajin dalam Pengolahan Gula Aren di

Desa Mancang

Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di

Desa Mancang

Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan di

Daerah Penelitian

Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian

Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren

Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014

Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren

selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

(10)

20.

Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren

selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama

Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Total Pendapatan pada Usaha Gula aren selama Periode

Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

(11)
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Karakteristik Responden Gula Aren di Desa Mancang

2. Ketersediaan Bahan Baku (Nira) di Desa Mancang

3. Ketersediaan Modal

4. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

5. Total Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

6. Biaya Bahan Pendukung Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

7. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Keluarga pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

8. Penerimaan pada Usaha Gula Aren Selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

(13)

ABSTRAK

KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki iklim

yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Tanaman aren sudah sejak lama dikenal

sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan.

Tanaman ini merupakan tanaman yang sangat berguna bagi manusia sebab hampir

seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk bebagai keperluan.

Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian

fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian fisik

pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya: akar (untuk obat tradisional dan

peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda

atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan

kawung) (Iswanto, 2009).

Pohon aren merupakan pohon yang sangat cocok ditanam di daerah beriklim

tropis seperti Indonesia. Tanaman aren biasanya ditemui di daerah perbukitan,

lembah dan juga pegunungan. Tanaman ini dapat tumbuh dimana saja sebab tidak

memerlukan perawatan yang subur.

Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira

dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat

dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Hasil produksi aren yang paling

banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan

(15)

membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat,

Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994).

Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama. Namun agak

lama perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman

aren yang diusahakan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan.

Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah

mendapat perhatian pemerintah untuk ditelaah agar memperoleh teknologi aren.

Teknologi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik

penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan

teknik pengolahan “palm wine” (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2006).

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi aren.

Namun, Petani aren di Sumatera Utara belum menjadikan tanaman aren sebagai

komoditas unggulan. Kebutuhan aren di Provinsi Sumatra Utara masih jauh dari

mencukupi. Tanaman aren masih dikelola secara tradisional untuk bahan baku

tuak dan gula aren. Petani masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami

di kebunnya. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga

masih dilakukan dengan cara tradisional. Peluang mengembangkan industri hilir

dari tanaman aren di Sumatera Utara masih sangat tersedia (Siregar, 2007). Dari

data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2014 disajikan luas areal,

produksi dan produkstivitas komoditi aren Provinsi Sumatera Utara pada tahun

(16)
(17)

Dari tabel 1 dapat diketahui jumlah luas areal tanaman aren di Sumatera Utara

pada tahun 2013 sebesar 5.178,58 ha dengan total produksi sebesar 3.139,56 ton,

serta rata-rata produksi sebesar 965,91 kg/ha/tahun yang dikelola oleh 11.955

kepala keluarga.

Komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri

kecil adalah gula aren yang bahan baku berasal dari tanaman aren. Ditinjau dari

segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha pengolahan gula aren

termasuk dalam food-processor, yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan

konsumsi. Pada kenyataannya, gula merah yang berasal dari nira aren lebih

unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa

yang jauh lebih manis dan tajam. Oleh karena itu industri pangan yang

menggunakan gula merah lebih senang gula aren. Pada umumnya harga gula aren

dipasaran lebih mahal daripada gula kelapa (Sapari, 1995).

Usaha industri kecil pengolahan gula aren yang dilaksanakan oleh masyarakat

setempat masih menggunakan peralatan yang sederhana dan usaha ini

berkembang hingga sekarang, disamping itu penggunaan gula aren sebagai bahan

baku industri pangan sehari-hari banyak dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat,

baik di kota maupun di desa. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk

mengembangkan industri pengolahan gula aren secara lebih meluas.

Ketersediaan input perlu diperhatikan dalam usaha gula aren. Input yang

dimaksud adalah lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Modal merupakan

hal terpenting untuk memulai suatu usaha. Modal digunakan untuk membeli

berbagai alat investasi untuk memulai suatu usaha. Tenaga kerja juga diperlukan

(18)

mempermudah kita dalam suatu pekerjaan, misalnya adanya tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Usaha pengolahan gula aren kedepannya

mempunyai prospek yang baik, tetapi harus ditopang dengan keberadaan bahan

baku yang memadai guna menunjang kegiatan proses produksi gula aren tersebut.

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana ketersediaan input sebagai usaha awal

untuk mengetahui potensi gula aren dan bagaimana kelayakan usaha gula aren

secara ekonomis maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan baku) untuk

usaha gula aren di daerah penelitian?

2. Apakah usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah

penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan

baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak

(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengrajin usaha gula aren

guna meningkatkan produksi.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah dalam menentukan

kebijakan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup

(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini

termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat

mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia

tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).

Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa

batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) yaitu pelapah daun

dan kapasnya mudah di ambil sedangkan pohon aren memiliki batang yang sangat

kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat

sehingga pelapah daun yang sudah tua pun sangat sulit untuk diambil atau dilepas

dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh

banyak tanaman jenis paku-pakuan (Soeseno, 1995).

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter

tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm tanaman aren

dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi

15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang.

Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun

panjangnya dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada

(21)

Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah

yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan

berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi

(derajat keasaman tanah terlalu asam). Banyaknya curah hujan juga sangat

berpengaruh pada pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah

hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun

(Hatta, 1993).

Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi

pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada

daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800

m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang

memuaskan (Soesono, 1991).

Pada umunya tanaman ini mulai membentuk bunga pada umur 12-16 tahun.

Bunga yang muncul pertama kali adalah bunga betina. Sekitar 3 bulan kemudian

bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina tepung sari bunga jantan ini

sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina. Nira aren yang digunakan untuk

pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan

bunga jantan. Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina

harus dihilangkan (Sunanto, 1993).

Dalam pembuatan gula aren dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku

(utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula

aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren.

Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku

(22)

Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga aren yang belum

mekar, sedangkan bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula aren

adalah akar rabet, kapur, dan metabisulfide atau pengawet (Sapari, 1995).

Langkah pertama adalah penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat

akan menghasilkan gula aren yang mutunya buruk. Bahkan mungkin tidak akan

menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa dan

sebagainya. Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah

ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pembuatan

gula aren berjalan lancar. Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira

mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri

Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari

pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan

sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian

ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993).

Langkah keempat adalah penyeleksian hasil akhir. Ada dua macam tahap dalam

penyeleksian akhir ini, tahap yang pertama adalah sebelum dibungkus yaitu untuk

mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan

hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning

kecoklat-coklatan. Kemudian tahap yang kedua adalah sesudah dibungkus yaitu

untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus. Jika perlu

pada tahap ini dilengkapi dengan plastik, label dan tali yang baik. Label

digunakan untuk mengetahui identitas dari pengusaha/pengrajin (Sapari, 1995).

(23)

2.2.1. Teori Kelayakan

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang

direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah

kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan

manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit

(Ibrahim, 2009).

Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi

dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat

dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam

analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan

biaya (costs) dan manfaat dengan berbagai usulan investasi (Soetriono, 2006).

Untuk menilai suatu usaha gula aren dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur

yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode

analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Dengan demikian, suatu

kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan

layak atau tidak layak. Menurut Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Break Event Point (BEP)

Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu

perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang

(24)

Kurva BEP dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva BEP

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara

jumlah biaya (garis jumlah biaya) dengan jumlah penjualan (garis penjualan).

-Daerah rugi

Dimana garis jumlah biaya di atas garis penjualan atau dengan kata lain

jumlah biayanya lebih besar daripada jumlah penjualan.

-Daerah laba

Sebaliknya, dimana garis penjualan diatas atau lebih besar dari pada garis

jumlah biaya.

Manfaat BEP :

- Menentukan harga jual per satuan

- Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimum agar tidak

mengalami kerugian

- Memaksimalkan jumlah produksi

- Merencanakan laba yang diinginkan perusahaan

(25)

Kekurangan Analisis BEP :

-Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga

ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan

penawaran pasar.

-Asumsi terhadap biaya dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume

penjualan biaya tetap tidak bisa selalu tetap karena pembelian mesin dan

peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga

akan dapat berubah dipengaruhi oleh perubahan ini.

-Jenis barang yang diproduksi pada kenyataan tidak selalu satu jenis.

-Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

-Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

(Sofyan, 2006).

2. R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk

(Soekartawi, 2000).

2.2.2. Teori Produksi

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)

dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil

akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan

atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu

barang. Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru

atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan

perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output

(26)

Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan

manfaatnya. Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya manfaat

bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat, serta kombinasi dari beberapa manfaat

tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi

sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output

barang, tetapi juga jasa. Produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai

input menjadi output beberapa barang atau jasa (Salvatore, 2001).

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat

produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut (Sukirno, 2005).

2.2.3. Teori Harga

Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa

lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan

suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung

terhadap laba perusahaan. Salah satu gejala ekonomi yang penting bagi petani

baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang

mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan jumlahnya

terbatas.Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi

dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang

mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang

tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas (Tjiptono, 2002).

2.2.4. Teori Pendapatan

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani

(27)

produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga

kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan

pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga

dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah

(Soekartawi, 1990).

Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan

lebih dari total harta kekayaan, badan usaha awal periode dan menekankan pada

jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Pendapatan secara khusus diukur

sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Dari definisi

yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya

suatu aliran kas yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya (Wild, 2003).

Pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Pendapatan bagi masyarakat

(upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive

service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business

diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh

barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep

pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan

konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi (Rosyidi,1999).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan yang menjadi rujukan adalah

Rahman (2008) dengan judul “Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren

(28)

Kabupaten Paser” dengan hasil penelitian bahwa usaha pengolahan gula aren di

daerah penelitian diperoleh nilai R/C (1,5 > 1) maka usaha pengolahan gula aren

di daerah penelitian dinyatakan layak untuk dikembangkan secara finansial.

2.4. Kerangka Pemikiran

Usaha gula aren merupakan usaha yang dilakukan oleh petani dengan mengelola

input produksi yang tersedia untuk memperoleh hasil (produksi). Biaya-biaya

produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha gula aren terdiri

dari biaya pemeliharaan kebun aren, tenaga kerja, bahan baku, dan modal untuk

pengolahan aren. Jumlah produksi yang akan dihasilkan mempengaruhi

penerimaan petani, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh

produktivitas usaha gula aren tersebut. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga

jual gula aren dan penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual

gula aren ke pasaran. Pendapatan yang diterima petani dari usaha gula aren

merupakan jumlah penerimaan dari usaha gula aren yang dikurangi dengan total

biaya produksi. Usaha gula aren dikatakan layak diusahakan bila dari analisis

ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai

apakah usaha gula aren layak untuk dikembangkan secara ekonomis atau tidak,

yaitu dengan analisis BEP dan R/C Ratio.

Produksi

Input Produksi : Lahan

(29)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Hubungan

2.5. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai

berikut: usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian. Pendapatan Usaha Gula Aren

Penerimaan Biaya Produksi

Tidak Layak Layak

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu

di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat. Hal ini dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Mancang Kecamatan Selesai merupakan

salah satu sentra produksi tanaman aren dan penghasil gula aren di Kabupaten

Langkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara

Kecamatan Luas Areal (Ha)

(31)

Pangkalan Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu

semua individu yang ada dalam populasi dicacah (diselidiki atau diwawancarai)

sebagai responden (Wirartha, 2006). Adapun banyaknya sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu sebanyak 20 pengrajin

gula aren di daerah penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengrajin

gula aren dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti

Dinas Perkebunan Pemprov. Sumut dan kantor Kecamatan Selesai yang terkait di

daerah penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 diuji dengan menggunakan metode deskriptif,

yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input (lahan, bahan baku,

modal dan tenaga kerja) di daerah penelitian.

Untuk hipotesis dianalisis dengan menggunakan perhitungan BEP (Break Even

Point) dan R/C Ratio.

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

(32)

- BEP Volume Produksi =

- BEP Harga Produksi =

Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variable

lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).

 R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara

penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

a = R/C

R = Py. Q

C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)}

Dimana :

R = Penerimaan (Rp)

C = Biaya (Rp)

Py = Harga output (Rp)

Y = Output (Kg)

FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Tidak Tetap (Rp)

Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan

Jika R/C = 1, maka usaha impas

Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan

(33)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini

maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan gula aren.

2. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung produksi usaha gula aren

di daerah penelitian seperti lahan, bahan baku, modal dan tenaga kerja.

3. Produksi adalah semua hasil olahan gula aren baik untuk di jual maupun untuk

dikonsumsi sendiri (Kg).

4. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa

produksi hingga menghasilkan gula aren (Rp).

5. Pendapatan usaha gula aren adalah selisih antara penerimaan dengan total

biaya produksi (Rp).

6. Penerimaan adalah jumlah produksi gula aren dikalikan dengan harga gula aren

di pasaran (Rp).

7. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petani gula aren

(Rp).

8. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis suatu usaha layak atau

tidak layak dikembangkan secara ekonomis.

9. Break Even Point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha itu dikatakan tidak

untung dan tidak rugi atau dengan kata lain dikatakan impas.

10. R/C Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha

yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan membandingkan total

(34)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten

Langkat.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha gula aren.

(35)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Mancang, Kecamatan Selesai terletak 7 Km dari Ibukota Kecamatan, 20 Km

dari Ibukota Kabupaten dan 42 Km dari Ibukota Provinsi. Desa Mancang terletak

± 30 m dpl, dengan suhu rata-rata 28-30ºC dengan curah hujan 3.455 mm serta

dengan topografi datar. Desa Mancang mempunyai batas-batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Air Hitam

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pekan Selesai

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Limbat

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selayang

Luas Desa Mancang secara keseluruhan adalah ± 786 Ha dengan 953 KK dan

jumlah 3702 jiwa yang tersebar di 7 dusun. Sebagian dari luas wilayah Desa

Mancang adalah merupakan areal perkebunan sehingga mayoritas mata

pencaharian masyarakat Desa Mancang adalah berkebun. Penggunaan lahan di

(36)

Tabel 3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014

No. Jenis Lahan Luas (Ha)

1. Pemukiman 226

2. Persawahan 9

3. Perkebunan 542

4. Kuburan 1

5. Prasarana Umum Lainnya 8

Jumlah 786

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk

perkebunan, yaitu 542 Ha dan untuk penggunaan lahan terluas kedua digunakan

untuk pemukiman, yaitu 226 Ha dari luas Desa Mancang secara keseluruhan.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Mancang pada tahun 2014 adalah sebanyak 3702 jiwa,

dengan penduduk laki-laki sebanyak 1845 jiwa dan jumlah perempuan adalah

sebanyak 1857 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Jenis Kelamin 2014

1 Laki-laki 1845

2 Perempuan 1857

Jumlah Penduduk 3702

Jumlah Kepala Keluarga 953

(37)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa komposisi berdasarkan jenis kelamin paling

banyak adalah jenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 1845 laki-laki, sedangkan

jumlah penduduk perempuan adalah 1857.

Distribusi penduduk Desa Mancang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

No. Jenis Mata Pencaharian 2014 (Jiwa)

1. Petani 860

2. Buruh Tani 460

3. PNS 23

4. Karyawan Perusahaan Swasta 73

5. Pengrajin Industri Rumah Tangga 33

6. Pedagang Keliling 13

13. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 4

14. Pengusaha Kecil dan Menengah 56

15. Perawat Swasta 4

Jumlah 1579

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Selamat Tahun 2014

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Mancang paling banyak bermata

pencaharian sebagai petani, sedangkan untuk mata pencaharian terkecil adalah

(38)

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk seperti Desa Mancang yang

berpenduduk beragama. Distribusi penduduk Desa Mancang menurut agama dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014

No. Agama Yang Dianut 2014

1. Islam 3692

2. Protestan 10

Jumlah 3702

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Mancang sebagian

besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 3692 jiwa, sedangkan agama lain

yang dianut adalah agama Protestan dengan jumlah penduduk 10 jiwa.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Mancang saat ini dinilai kurang memadai. Hal ini

dikarenakan masih sedikitnya sarana-sarana yang tersedia baik itu sarana

pendidikan dan sarana sosial. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Mancang

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana Dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014

No. Sarana dan Prasarana 2014

1. Mesjid 5

2. Musholla 5

3. Prasarana Olahraga 5

4. Prasarana Hiburan dan Wisata 4

5. TK 1

(39)

7. SMP 1

8. SMA 1

9. Puskesmas Pembantu 1

10. Posyandu 5

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

4.2. Karateristik Responden

Adapun karateristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan, jumlah tanaman aren yang dimiliki, jumlah

tanaman aren yang berproduksi, pengalaman dalam pengolahan gula aren, dan

umur tanaman yang disadap.

4.2.1. Umur

Umur memegang peranan dalam kegiatan usaha yang akan dikelola, karena

semakin tua umur pengrajin maka fisik semakin lemah dalam bekerja, namun

semakin tua pengrajin maka semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki

dalam melakukan suatu usaha.

Karateristik pengrajin gula aren menunjukkan bahwa umur mereka berkisar antara

18 tahun sampai dengan 50 tahun. Kelompok terbesar berumur antara 29 - 39

tahun yaitu sebanyak 8 orang (40%). Untuk lebih jelasnya jumlah pengrajin gula

aren berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Komposisi (Tahun) Jumlah

Orang Persentase (%)

1 18 – 28 5 25

2 29 – 39 8 40

3 40 – 50 7 35

(40)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah pengrajin yang termasuk dalam usia

produktif (18 – 50 tahun) adalah 100%. Berdasarkan pengamatan di lapangan,

pengolahan gula aren dilakukan oleh petani yang termasuk ke dalam usia

produktif, hal ini karena usaha pengolahan gula aren memerlukan tenaga kerja

yang berpengalaman misalnya untuk proses pengambilan nira dan pemukulan

tandan buah.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap suatu usaha yang akan dikelola,

pengrajin dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima

sesuatu yang berkaitan dengan bidang usaha yang dikelola.

Tingkat pendidikan pengrajin gula aren masih tergolong rendah, hal ini diketahui

dari jumlah pengrajin yang berpendidikan SLTP/Sederajat lebih banyak

dibandingkan dengan yang berpendidikan SLTA/Sederajat. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang Persentase (%)

1 Tamat SD/Sederajat 5 25

2 Tamat SLTP/Sederajat 10 50

3 Tamat SLTA/Sederajat 5 25

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 9 terlihat komposisi tingkat pendidikan pengrajin gula aren terbesar

adalah tamat SLTP/Sederajat sebesar 50%, dan sisanya sebesar 25% tamat

(41)

bahwa tingkat pendidikan formal pengrajin masih tergolong rendah. Hal ini

tentunya merupakan kendala bagi pengembangan usahanya, sehingga dibutuhkan

bimbingan dan penyuluhan dari instansi terkait guna mengingkatkan keterampilan

dalam pengolahan gula aren agar dapat meningkatkan produksi gula aren.

4.2.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan pengrajin gula aren meliputi istri, anak dan keluarga yang ikut

dan menjadi tanggungan keluarga. Besarnya jumlah tanggungan keluarga

pengrajin pada usaha pengolahan gula aren berkisar antara 0 – 8 orang. Sedangkan

jumlah tanggungan keluarga yang terbesar yaitu 4 – 6 orang sebesar 60%,

sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terkecil berkisar 7 – 8 orang sebesar

15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Tanggungan Jumlah

Orang Persentase (%)

1 0 – 3 5 25

2 4 – 6 12 60

3 7 – 8 3 15

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan yang dimiliki pengrajin

gula aren relatif cukup, hal ini tentunya dapat menguntungkan bagi pengrajin

sendiri untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja guna membantu proses

pengolahan gula aren dan dapat menekan biaya produksi (biaya tenaga kerja) pada

usaha pengolahan gula aren.

(42)

Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha

pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Dari hasil pengamatan jumlah

tanaman (pohon) aren di daerah penelitian yang dimiliki pengrajin gula aren

berjumlah 5 - 20 pohon aren yaitu sebesar 50%, 21 – 40 pohon sebesar 40%, dan

41 – 100 pohon sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Jumlah Aren yang dimiliki (Pohon)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi

Banyaknya pohon aren yang berproduksi sangat menentukan banyaknya air nira

yang disadap oleh pengrajin gula aren. Dari hasil pengamatan jumlah tanaman

(pohon) aren yang berproduksi di daerah penelitian yang dimiliki oleh pengrajin

gula aren dengan pohon aren yang berproduksi terbesar berkisar antara 5 – 8

pohon sebesar 85% dan yang terkecil 9 – 15 pohon sebesar 15%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi di Desa Mancang

No. Tanaman yang Berproduksi (Pohon)

(43)

4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren

Pengalaman dalam pengolahan gula aren sangat mempengaruhi hasil olahan.

Semakin lama orang mengusahakan suatu pengolahan gula aren maka akan

semakin banyak pengetahuan tentang proses pengolahan yang dimiliki.

Dari lamanya pengalaman dalam pengolahan gula aren yang lama berkisar antara

3 - 10 tahun sebesar 50%, 11 – 21 tahun 35%, dan 22 – 30 tahun sebesar 15%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengalaman Pegrajin dalam Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang

No. Pengalaman (Tahun) Jumlah

Orang Persentase (%)

1 3-10 10 50

2 11 – 21 7 35

3 22 – 30 3 15

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap

Dari hasil pengamatan di daerah penelitian, umur tanaman yang disadap pengrajin

gula aren yang terbesar berkisar antara 14-17 tahun yaitu sebesar 45% sedangkan

umur tanaman yang terkecil berumur 18 tahun sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Umur Tanaman (Tahun)

Jumlah

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah Penelitian

Proses pengolahan gula aren di daerah penelitian dilakukan dalam beberapa tahap,

adapun caranya adalah sebagai berikut :

5.1.1. Bahan Baku

1. Sumber Bahan Baku

Bahan baku pengolahan gula aren yang ada di Desa Mancang berasal dari

penyadapan nira aren yang dilakukan oleh pengrajin gula aren sendiri. Pohon

aren tersebut tumbuh secara liar diantara pohon kelapa sawit dan tanaman

lainnya dilahan milik pengrajin tanpa adanya sistem pembudidayaan, namun

beberapa tahun terakhir ini tanaman aren telah dibudidayakan dengan

bimbingan dari instansi terkait.

(45)

2. Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan air nira setiap pengrajin berbeda-beda yaitu tergantung dari

banyaknya tanaman aren yang dimiliki dan umur tanaman aren tersebut,

semakin tua umur tanaman aren maka jumlah air nira yang diperoleh dari

hasil penyadapan pun akan semakin sedikit.

3. Persiapan dan Pemukulan Tandan Buah

Pohon aren yang akan disadap adalah berkisar antara umur 7-12 tahun dan

pohon yang akan diambil niranya adalah pohon yang sudah berbuah. Jika

bunga jantannya sudah cukup umur yang ditandai dengan bunganya yang

merekah maka dilakukan pemasangan tangga yang terbuat dari bambu yang

digunakan untuk pengambilan nira.

(46)

Setelah persiapan tangga kemudian dilakukanlah pemukulan pangkal bunga

(tandan buah). Tandan buah tersebut dipukul–pukul dengan palu kayu selama

waktu yang ditentukan kurang lebih 1 kali per minggu dan dilakukan 2 kali

sehari pagi dan sore.

4. Pengambilan Air Nira (Bahan Baku)

Air nira yang keluar adalah berasal dari bagian pangkal bunga yang dipotong,

air nira kemudian ditampung dengan menggunakan jerigen. Pemasangan dan

pengambilan jerigen dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar

jam 07.00 dan sore hari sekitar jam 17.00.

Setiap penggantian pangkal bunga tadi diiris tipis dengan menggunakan

parang yang tajam untuk menghindari keasaman air nira, karena jika air

niranya asam maka kualitas gula aren kurang baik, semakin manis air nira

maka semakin baik kualitas gula aren.

5.1.2. Gula Aren

1. Penyeleksian Bahan

Hal pertama yang dilakukan untuk melaksanakan proses produksi gula aren

adalah mengisi jerigen dengan kapur sirih dan kayu nangka. Campuran kapur

sirih dan kayu nangka ini disebut laru. Manfaat pemberian laru adalah untuk

mencegah nira menjadi asam, sebab nira yang asam akan mempengaruhi

kualitas gula yang dihasilkan. Nira yang asam dapat menyebabkan sulitnya

pemasakan nira menjadi gula. Namun, jika pemberian laru terlalu banyak

dapat menyebabkan warna dan rasa gula yang dihasilkan menjadi kurang

(47)

Setelah persiapan itu selesai, dilakukan proses penyadapan yaitu jerigen

dipasang pada tangkai bunga aren yang telah diiris dengan parang hingga

mengeluarkan air nira. Dalam proses penyadapan ini, nira harus diambil

sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Jerigen yang dipasang pagi hari

harus diambil sore hari, begitu pula sebaliknya jerigen yang dipasang sore

hari harus segera diambil pagi harinya. Air nira harus segera diambil agar

tidak asam, karena air nira yang dihasilkan bisa menjadi asam kalau terlalu

lama tidak diolah walaupun telah diberi campuran laru. Nira yang asam akan

sulit dimasak menjadi gula atau mungkin nira tersebut tidak akan

menghasilkan gula melainkan hanya akan menjadi cuka atau tuak.

2. Pembuatan Gula Aren

Pembuatan gula aren di Desa Mancang dilakukan setiap dua hari sekali atau

lebih kurang sebanyak tiga kali seminggu, pada hari pertama jerigen yang

berisi nira diturunkan untuk kemudian dikumpulkan niranya, nira

mempunyai sifat mudah asam sehingga harus segera dipanasi setelah diambil

dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari jerigen. Nira

dituangkan ke wajan sambil disaring dengan menggunakan saringan kelapa,

kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi.

Pada hari kedua, dilakukan pengolahan gula aren yaitu proses memasak nira

menjadi gula aren, pada proses ini perlu adanya pengadukan agar nira tidak

(48)

Gambar 5. Proses Pemanasan Nira

Gambar 6. Pengadukan Nira

3. Penyeleksian Hasil Akhir

Sebelum dibungkus, dilakukan pengecekan untuk mengetahui gula yang

berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan hitam. Gula aren yang

(49)

Sesudah dibungkus, untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan

kerapian bungkus.

Gambar 7. Cetakan Bambu

(50)

Gambar 9. Gula Aren 5.2. Ketersediaan Input Produksi

5.2.1. Ketersediaan Lahan

Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha

pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Untuk ketersediaan lahan, para

pengrajin gula aren memiliki lahan sendiri, dimana pohon aren pada lahan

tersebut tumbuh secara liar (alami). Biasanya pohon aren tumbuh secara alami di

(51)

Tabel 15. Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Di Daerah Penelitian

No Sampel Tersedia Kepemilikan Sendiri

1  

Sumber : Lampiran 1 (Data Diolah)

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa untuk ketersediaan lahan dari sampel 1-20

cukup tersedia di daerah penelitian.

5.2.2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pengolahan gula aren adalah berasal dari penyadapan nira aren yang

dimiliki sendiri oleh pengrajin. Kebutuhan air nira tiap pengrajin berbeda-beda

tergantung dari banyaknya pohon yang dimiliki serta umur pohon tersebut.

(52)

Tabel 16 . Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian

No Sampel Produksi Sendiri Membeli Nira

1  -

Sumber : Lampiran 2 (Data Diolah)

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa seluruh sampel memproduksi sendiri bahan

bakunya. Air nira yang disadap oleh pengrajin gula aren di Desa Mancang

berkisar rata-rata 2590,5 liter per usaha per bulan (lihat lampiran 2) dengan cara

dua kali penyadapan setiap harinya yaitu pagi dan sore hari. Sumber bahan baku

yaitu nira untuk pengolahan gula aren di daerah penelitian cukup tersedia dan

merupakan milik pengrajin sendiri.

5.2.3 Ketersediaan Modal

Di daerah penelitian usaha gula aren merupakan usaha industri rumah tangga dan

tidak semua masyarakat umum mengkonsumsi gula aren sebagai kebutuhan

utama. Untuk menjalankan usaha gula aren, para pengrajin di desa Mancang

(53)

Tabel 17. Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren

No Sampel Modal Sendiri Membeli Pinjaman

1  -

Sumber : Lampiran 3 (Data Diolah)

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa seluruh pengrajin gula aren memiliki modal

usaha yang berasal dari modal sendiri. Berdasarkan keterangan di atas, dapat

dikatakan bahwa ketersediaan modal pada usaha gula aren di Desa Mancang

cukup tersedia.

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya usaha gula

aren. Berdasarkan data distribusi penduduk Desa Mancang menurut usia dapat

(54)

Tabel 18. Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0-12 83 2,24

2 13-59 3145 84,95

3 60+ 474 12,80

Total 3702 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 18. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Mancang, Kecamatan

Selesai, Kabupaten Langkat sebesar 3702 orang. Data tabel di atas juga

menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak, dan remaja (0-12

Tahun) sebesar 83 orang (2,24%), manula (60+ Tahun) sebesar 474 orang

(12,80%). Jumlah usia produktif (13-59 Tahun) adalah sebesar 3145 orang

(84,95%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang

tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Data tersebut

menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang, Kecamatan

Selesai, Kabupaten Langkat cukup besar. Berdasarkan keterangan tersebut dan

berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja untuk usaha gula aren (lihat

lampiran 7), dimana semua penggunaan tenaga kerja menggunakan tenaga kerja

dalam keluarga dengan curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO, maka dapat

dikatakan ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang cukup tersedia.

5.3. Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang 5.3.1. Biaya Tetap

Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan)

Besarnya biaya PBB dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi

(1 bulan) rata-rata sebesar Rp 96.367 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya

(55)

Tabel 19. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Sampel Lahan (m2) Total Biaya PBB (Rp)

Total 9440 1.927.333,33

Rata-rata 472 96.367

Sumber : Lampiran 4 (Data Diolah)

Biaya Alat Perlengkapan

Besarnya biaya alat perlengkapan dalam usaha pengolahan gula aren selama

periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp 85.098 per usaha per bulan. Untuk

lebih jelasnya mengenai biaya alat dan perlengkapan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

(56)

6 Gayung 1 2.038 2,39

Sumber : Lampiran 5 (Data Diolah)

Tabel 20 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan alat

perlengkapan pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya alat perlengkapan

tangga bambu yaitu sebesar 64,37 % dan terendah adalah biaya alat perlengkapan

kapak yaitu sebesar 0,99 % dari keseluruhan biaya alat.

Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya tetap pada usaha

pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar

Rp 181.465 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya tetap ini

dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya

Biaya

Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Biaya PBB 96.367 53,10

2 Biaya Alat Perlengkapan 85.098 46,89

Jumlah 181.465 100

Sumber : Lampiran 4 dan 5 (Data Diolah)

Tabel 21 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya

tetap pada usaha gula aren adalah biaya PBB yaitu sebesar 53,10 % dan sisanya

(57)

5.3.2. Biaya Variabel

Biaya variabel terdiri dari biaya bahan pendukung dan tenaga kerja. Besarnya

biaya bahan pendukung dan tenaga kerja dalam usaha pengolahan gula aren

selama periode produksi (1 bulan). Biaya Bahan Pendukung

Dalam pembuatan gula aren di Desa Mancang bahan pendukung yang

diperlukan adalah tali rafia, plastik gula, kapur sirih, kayu nangka, minyak

makan, dan kayu bakar. Besarnya biaya bahan pendukung dalam usaha

pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp

407.238 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

22 berikut ini.

Tabel 22. Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Jenis Bahan Pendukung Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Tali Rafia

Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah)

Tabel 22 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan bahan

pendukung pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya kayu bakar yaitu

sebesar 83,49% dan terendah adalah biaya tali rafia yaitu sebesar 0,56% dari

(58)

Biaya Tenaga Kerja

Sumber tenaga kerja dalam penyelenggaraan usaha pengolahan gula aren di Desa

Mancang seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK).

Curahan tenaga kerja dalam keluarga ini meliputi kegiatan persiapan untuk

pemukulan tandan buah, pengambilan bahan baku (air nira), dan proses produksi.

Dalam menghitung tenaga kerja digunakan hari kerja orang (HKO), dimana dalam

1 hari kerja efektif dihitung 8 jam kerja.

Dengan demikian biaya rata-rata tenaga kerja pada usaha pengolahan gula aren

selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang disetarakan berdasarkan upah

tenaga kerja orang lain rata-rata sebesar Rp 632.077 per usaha per bulan dengan

curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO. Untuk lebih jelasnya mengenai

besarnya biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Jenis Kegiatan TKDK Biaya Rata-rata (Rp)

Persentase (%)

1 Pemukulan Tandan Buah 102.496

16,22 2 Pengambilan Air Nira 143.391

22,69

3 Proses Produksi 386.190

61,10

Total 632.077 100

Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah)

Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya variabel pada usaha

pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar

Rp 1.039.315 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya variabel

(59)

Tabel 24. Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata

(Rp) Persentase (%)

1 Bahan Pendukung 407.238 39,18

2 Tenaga Kerja 632.077 60,82

Total 1.039.315 100

Sumber : Lampiran 6 dan 7 (Data Diolah)

Tabel 24 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya

variabel pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar

60,82 % dan sisanya 39,18 % adalah biaya bahan pendukung.

5.3.3. Biaya Total (Total Cost)

Biaya total merupakan hasil dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya

variabel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan

oleh pengrajin gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang.

Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh pengrajin pada usaha pengolahan gula

aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang adalah rata-rata Rp

1.220.780 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya total pada

usaha pengolahan gula aren dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Biaya Tetap 181.465 15

2 Biaya Variabel 1.039.315 85

Total 1.220.780 100

(60)

Tabel 25 di atas menjelaskan biaya total dari usaha pengolahan gula aren selama

periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang didominasi oleh biaya variabel yaitu

sebesar 85 % dan sisanya 15% adalah biaya tetap.

5.4. Analisis Pendapatan

5.4.1 Total Penerimaan (Total Return)

Total penerimaan (Total Return) adalah perkalian antara produksi gula aren yang

diperoleh pengrajin dengan harga jual gula aren saat dilakukannya penelitian ini.

Analisis digunakan untuk mengetahui perolehan total penerimaan pada usaha

pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang.

Produksi gula aren yang diperoleh pengrajin selama periode produksi (1 bulan)

rata-rata sebesar 207,24kg per usaha per bulan, dimana harga yang berlaku pada

saat penelitian Rp 14.000 per kg, maka penerimaan dari hasil pengolahan gula

aren rata-rata sebesar Rp 2.901.360 per usaha per bulan.

Tabel 26. Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Gambar

Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di
Tabel 3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014
Tabel 7. Sarana Dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan bahan baku nenas, input produksi, (modal), teknologi, tenaga kerja,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis ketersediaan input (lahan, bibit, modal, pupuk, dan tenaga kerja) usahatani anggrekdi daerah penelitian, untuk menganalisis

Data yang terkumpul dianalisis dengan beberapa metode sesuai dengan tujuan penelitian, seperti analisis deskriptif untuk mengidentifikasi ketersediaan faktor produksi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis ketersediaan input (lahan, bibit, modal, pupuk, dan tenaga kerja) usahatani anggrekdi daerah penelitian, untuk menganalisis

Pemanfaatan faktor input industri rumah tangga keripik tempe yaitu bahan baku, tenaga kerja dan modal di Kabupaten Blora belum efisien, masih. diperlukan

Metode penelitian digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan pengrajin gula aren dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk