ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN
(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN
(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)SKRIPSI
KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
KetuaKomisiPembimbing AnggotaKomisiPembimbing
( Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. Iskandarini, M.M) NIP. 196308221988032003 NIP. 196405051994032002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi
“ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Juni 1993 sebagai anak kedua dari
dua bersaudara dari Bapak Alm A. Hadi Lubis dan Ibu Hj. Syahrida Khairani.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :
1. Sekolah Dasar di SD Kemala Bhayangkari I Medan, lulus pada Tahun 2006.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Harapan 2 Medan, lulus pada Tahun 2009.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, lulus pada Tahun 2011.
4. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Agustus
2014 sampai dengan September 2014.
5. Mengadakan penelitian skripsi di Desa Mancang, Kecamatan Selesai,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (Kasus : Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
atas segala motivasi, bantuan serta dukungan berupa doa dan semangat kepada
ayahanda tercinta Bapak Alm A. Hadi Lubis dan ibunda tercinta Ibu Hj. Syahrida
Khairani, nenek tersayang Hj. Ratna Sari, serta abangda Reza Abduh SH yang
selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Ir.
Iskandarini, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak
memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan semangat selama penulisan skripsi
ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan
sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Seluruh dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
3. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh
proses administrasi.
4. Sahabat-sahabat tersayang yang telah banyak membantu penulis selama
masa perkuliahan yaitu Astri Andani, Sonia Ramadhani, Juwita Sari
Manulang, Noviarny Anggasta Lara, Finka Adisti Nasution, Fadia Atikah,
Faqita Iqlima Putri, Nidya Diani dan kawan-kawan 2011 lain yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut
serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Teori Kelayakan ... 10
2.2.2 Teori Produksi ... 12
2.2.3 Teori Harga ... 13
2.2.4 Teori Pendapatan ... 14
2.3 Penelitian Terdahulu ... 15
2.4 Kerangka Pemikiran ... 15
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.4 Metode Analisis Data ... 19
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ...21
3.5.1 Definisi ...21
3.5.2 Batasan Operasional ...22
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23
4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 23
4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 26
4.2 Karakteristik Responden ... 27
4.2.1. Umur ... 27
4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 28
4.2.3. Jumlah Tanggungan ...29
4.2.4. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Dimiliki...29
4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi ...30
4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren ...31
4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap ...31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah Penelitian ... 33
5.1.1 Bahan Baku ... 33
5.1.2 Gula Aren ... 35
5.2 Ketersedian Input Produksi ... 39
5.2.1 Ketersediaan Lahan ... 39
5.2.2 Ketersediaan Bahan Baku ... 40
5.2.3 Ketersediaan Modal ... 41
5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 42
5.3 Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang ... 44
5.3.1 Biaya Tetap (Total Cost) ... 44
5.3.2 Biaya Variabel ... 46
5.3.3 Biaya Total (Total Cost) ... 49
5.4 Analisis Pendapatan ... 49
5.4.1 Total Penerimaan (Total Return) ... 49
5.4.2 Pendapatan ... 50
5.5 Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren ... 51
5.5.1 BEP Volume Produksi ... 51
5.5.2 BEP Harga Produksi ... 52
5.5.3 Analisis Kelayakan Dengan R/C Ratio ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54
6.2 Saran ... 54
DAFTAR TABEL
No. JUDUL HALAMAN
1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
3
2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
18
3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014 24
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
24
5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 25
6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014 26
7. Sarana dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014 26
8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 27
9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 28
10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 29
11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
30
Pengalaman Pengrajin dalam Pengolahan Gula Aren di
Desa Mancang
Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di
Desa Mancang
Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan di
Daerah Penelitian
Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian
Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren
Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014
Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren
selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
20.
Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren
selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama
Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Total Pendapatan pada Usaha Gula aren selama Periode
Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
DAFTAR LAMPIRAN
No. JUDUL
1. Karakteristik Responden Gula Aren di Desa Mancang
2. Ketersediaan Bahan Baku (Nira) di Desa Mancang
3. Ketersediaan Modal
4. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
5. Total Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
6. Biaya Bahan Pendukung Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
7. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Keluarga pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
8. Penerimaan pada Usaha Gula Aren Selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
ABSTRAK
KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi
“ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki iklim
yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Tanaman aren sudah sejak lama dikenal
sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan.
Tanaman ini merupakan tanaman yang sangat berguna bagi manusia sebab hampir
seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk bebagai keperluan.
Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian
fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian fisik
pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya: akar (untuk obat tradisional dan
peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda
atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan
kawung) (Iswanto, 2009).
Pohon aren merupakan pohon yang sangat cocok ditanam di daerah beriklim
tropis seperti Indonesia. Tanaman aren biasanya ditemui di daerah perbukitan,
lembah dan juga pegunungan. Tanaman ini dapat tumbuh dimana saja sebab tidak
memerlukan perawatan yang subur.
Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira
dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Hasil produksi aren yang paling
banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan
membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994).
Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama. Namun agak
lama perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman
aren yang diusahakan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan.
Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah
mendapat perhatian pemerintah untuk ditelaah agar memperoleh teknologi aren.
Teknologi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik
penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan
teknik pengolahan “palm wine” (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2006).
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi aren.
Namun, Petani aren di Sumatera Utara belum menjadikan tanaman aren sebagai
komoditas unggulan. Kebutuhan aren di Provinsi Sumatra Utara masih jauh dari
mencukupi. Tanaman aren masih dikelola secara tradisional untuk bahan baku
tuak dan gula aren. Petani masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami
di kebunnya. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga
masih dilakukan dengan cara tradisional. Peluang mengembangkan industri hilir
dari tanaman aren di Sumatera Utara masih sangat tersedia (Siregar, 2007). Dari
data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2014 disajikan luas areal,
produksi dan produkstivitas komoditi aren Provinsi Sumatera Utara pada tahun
Dari tabel 1 dapat diketahui jumlah luas areal tanaman aren di Sumatera Utara
pada tahun 2013 sebesar 5.178,58 ha dengan total produksi sebesar 3.139,56 ton,
serta rata-rata produksi sebesar 965,91 kg/ha/tahun yang dikelola oleh 11.955
kepala keluarga.
Komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri
kecil adalah gula aren yang bahan baku berasal dari tanaman aren. Ditinjau dari
segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha pengolahan gula aren
termasuk dalam food-processor, yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan
konsumsi. Pada kenyataannya, gula merah yang berasal dari nira aren lebih
unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa
yang jauh lebih manis dan tajam. Oleh karena itu industri pangan yang
menggunakan gula merah lebih senang gula aren. Pada umumnya harga gula aren
dipasaran lebih mahal daripada gula kelapa (Sapari, 1995).
Usaha industri kecil pengolahan gula aren yang dilaksanakan oleh masyarakat
setempat masih menggunakan peralatan yang sederhana dan usaha ini
berkembang hingga sekarang, disamping itu penggunaan gula aren sebagai bahan
baku industri pangan sehari-hari banyak dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat,
baik di kota maupun di desa. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk
mengembangkan industri pengolahan gula aren secara lebih meluas.
Ketersediaan input perlu diperhatikan dalam usaha gula aren. Input yang
dimaksud adalah lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Modal merupakan
hal terpenting untuk memulai suatu usaha. Modal digunakan untuk membeli
berbagai alat investasi untuk memulai suatu usaha. Tenaga kerja juga diperlukan
mempermudah kita dalam suatu pekerjaan, misalnya adanya tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Usaha pengolahan gula aren kedepannya
mempunyai prospek yang baik, tetapi harus ditopang dengan keberadaan bahan
baku yang memadai guna menunjang kegiatan proses produksi gula aren tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana ketersediaan input sebagai usaha awal
untuk mengetahui potensi gula aren dan bagaimana kelayakan usaha gula aren
secara ekonomis maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan baku) untuk
usaha gula aren di daerah penelitian?
2. Apakah usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah
penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan
baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengrajin usaha gula aren
guna meningkatkan produksi.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup
(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini
termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat
mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia
tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).
Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa
batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) yaitu pelapah daun
dan kapasnya mudah di ambil sedangkan pohon aren memiliki batang yang sangat
kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat
sehingga pelapah daun yang sudah tua pun sangat sulit untuk diambil atau dilepas
dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh
banyak tanaman jenis paku-pakuan (Soeseno, 1995).
Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter
tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm tanaman aren
dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi
15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun
panjangnya dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada
Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah
yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan
berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi
(derajat keasaman tanah terlalu asam). Banyaknya curah hujan juga sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah
hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun
(Hatta, 1993).
Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi
pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada
daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800
m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang
memuaskan (Soesono, 1991).
Pada umunya tanaman ini mulai membentuk bunga pada umur 12-16 tahun.
Bunga yang muncul pertama kali adalah bunga betina. Sekitar 3 bulan kemudian
bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina tepung sari bunga jantan ini
sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina. Nira aren yang digunakan untuk
pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan
bunga jantan. Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina
harus dihilangkan (Sunanto, 1993).
Dalam pembuatan gula aren dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku
(utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula
aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren.
Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku
Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga aren yang belum
mekar, sedangkan bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula aren
adalah akar rabet, kapur, dan metabisulfide atau pengawet (Sapari, 1995).
Langkah pertama adalah penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat
akan menghasilkan gula aren yang mutunya buruk. Bahkan mungkin tidak akan
menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa dan
sebagainya. Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah
ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pembuatan
gula aren berjalan lancar. Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira
mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri
Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari
pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan
sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian
ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993).
Langkah keempat adalah penyeleksian hasil akhir. Ada dua macam tahap dalam
penyeleksian akhir ini, tahap yang pertama adalah sebelum dibungkus yaitu untuk
mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan
hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning
kecoklat-coklatan. Kemudian tahap yang kedua adalah sesudah dibungkus yaitu
untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus. Jika perlu
pada tahap ini dilengkapi dengan plastik, label dan tali yang baik. Label
digunakan untuk mengetahui identitas dari pengusaha/pengrajin (Sapari, 1995).
2.2.1. Teori Kelayakan
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang
direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit
(Ibrahim, 2009).
Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi
dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat
dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam
analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan
biaya (costs) dan manfaat dengan berbagai usulan investasi (Soetriono, 2006).
Untuk menilai suatu usaha gula aren dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur
yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode
analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Dengan demikian, suatu
kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan
layak atau tidak layak. Menurut Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Break Event Point (BEP)
Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu
perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang
Kurva BEP dapat kita lihat sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva BEP
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara
jumlah biaya (garis jumlah biaya) dengan jumlah penjualan (garis penjualan).
-Daerah rugi
Dimana garis jumlah biaya di atas garis penjualan atau dengan kata lain
jumlah biayanya lebih besar daripada jumlah penjualan.
-Daerah laba
Sebaliknya, dimana garis penjualan diatas atau lebih besar dari pada garis
jumlah biaya.
Manfaat BEP :
- Menentukan harga jual per satuan
- Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimum agar tidak
mengalami kerugian
- Memaksimalkan jumlah produksi
- Merencanakan laba yang diinginkan perusahaan
Kekurangan Analisis BEP :
-Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga
ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan
penawaran pasar.
-Asumsi terhadap biaya dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume
penjualan biaya tetap tidak bisa selalu tetap karena pembelian mesin dan
peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga
akan dapat berubah dipengaruhi oleh perubahan ini.
-Jenis barang yang diproduksi pada kenyataan tidak selalu satu jenis.
-Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
-Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
(Sofyan, 2006).
2. R/C Ratio
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk
(Soekartawi, 2000).
2.2.2. Teori Produksi
Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil
akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan
atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu
barang. Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru
atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan
perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output
Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan
manfaatnya. Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya manfaat
bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat, serta kombinasi dari beberapa manfaat
tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi
sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output
barang, tetapi juga jasa. Produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai
input menjadi output beberapa barang atau jasa (Salvatore, 2001).
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut (Sukirno, 2005).
2.2.3. Teori Harga
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung
terhadap laba perusahaan. Salah satu gejala ekonomi yang penting bagi petani
baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang
mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan jumlahnya
terbatas.Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi
dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang
mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang
tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas (Tjiptono, 2002).
2.2.4. Teori Pendapatan
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani
produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga
kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan
pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan
produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga
dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah
(Soekartawi, 1990).
Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan
lebih dari total harta kekayaan, badan usaha awal periode dan menekankan pada
jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Pendapatan secara khusus diukur
sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Dari definisi
yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya
suatu aliran kas yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya (Wild, 2003).
Pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Pendapatan bagi masyarakat
(upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive
service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business
diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh
barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep
pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan
konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi (Rosyidi,1999).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan yang menjadi rujukan adalah
Rahman (2008) dengan judul “Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren
Kabupaten Paser” dengan hasil penelitian bahwa usaha pengolahan gula aren di
daerah penelitian diperoleh nilai R/C (1,5 > 1) maka usaha pengolahan gula aren
di daerah penelitian dinyatakan layak untuk dikembangkan secara finansial.
2.4. Kerangka Pemikiran
Usaha gula aren merupakan usaha yang dilakukan oleh petani dengan mengelola
input produksi yang tersedia untuk memperoleh hasil (produksi). Biaya-biaya
produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha gula aren terdiri
dari biaya pemeliharaan kebun aren, tenaga kerja, bahan baku, dan modal untuk
pengolahan aren. Jumlah produksi yang akan dihasilkan mempengaruhi
penerimaan petani, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh
produktivitas usaha gula aren tersebut. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga
jual gula aren dan penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual
gula aren ke pasaran. Pendapatan yang diterima petani dari usaha gula aren
merupakan jumlah penerimaan dari usaha gula aren yang dikurangi dengan total
biaya produksi. Usaha gula aren dikatakan layak diusahakan bila dari analisis
ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai
apakah usaha gula aren layak untuk dikembangkan secara ekonomis atau tidak,
yaitu dengan analisis BEP dan R/C Ratio.
Produksi
Input Produksi : Lahan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Hubungan
2.5. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai
berikut: usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian. Pendapatan Usaha Gula Aren
Penerimaan Biaya Produksi
Tidak Layak Layak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu
di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat. Hal ini dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Mancang Kecamatan Selesai merupakan
salah satu sentra produksi tanaman aren dan penghasil gula aren di Kabupaten
Langkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara
Kecamatan Luas Areal (Ha)
Pangkalan Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu
semua individu yang ada dalam populasi dicacah (diselidiki atau diwawancarai)
sebagai responden (Wirartha, 2006). Adapun banyaknya sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu sebanyak 20 pengrajin
gula aren di daerah penelitian.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengrajin
gula aren dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti
Dinas Perkebunan Pemprov. Sumut dan kantor Kecamatan Selesai yang terkait di
daerah penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menyelesaikan masalah 1 diuji dengan menggunakan metode deskriptif,
yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input (lahan, bahan baku,
modal dan tenaga kerja) di daerah penelitian.
Untuk hipotesis dianalisis dengan menggunakan perhitungan BEP (Break Even
Point) dan R/C Ratio.
Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue
- BEP Volume Produksi =
- BEP Harga Produksi =
Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variable
lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).
R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara
penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :
a = R/C
R = Py. Q
C = FC + VC
a = {(Py.Y) / (FC+VC)}
Dimana :
R = Penerimaan (Rp)
C = Biaya (Rp)
Py = Harga output (Rp)
Y = Output (Kg)
FC = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Tidak Tetap (Rp)
Kriteria :
Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
Jika R/C = 1, maka usaha impas
Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini
maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan gula aren.
2. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung produksi usaha gula aren
di daerah penelitian seperti lahan, bahan baku, modal dan tenaga kerja.
3. Produksi adalah semua hasil olahan gula aren baik untuk di jual maupun untuk
dikonsumsi sendiri (Kg).
4. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa
produksi hingga menghasilkan gula aren (Rp).
5. Pendapatan usaha gula aren adalah selisih antara penerimaan dengan total
biaya produksi (Rp).
6. Penerimaan adalah jumlah produksi gula aren dikalikan dengan harga gula aren
di pasaran (Rp).
7. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petani gula aren
(Rp).
8. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis suatu usaha layak atau
tidak layak dikembangkan secara ekonomis.
9. Break Even Point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha itu dikatakan tidak
untung dan tidak rugi atau dengan kata lain dikatakan impas.
10. R/C Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha
yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan membandingkan total
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten
Langkat.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha gula aren.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah
Desa Mancang, Kecamatan Selesai terletak 7 Km dari Ibukota Kecamatan, 20 Km
dari Ibukota Kabupaten dan 42 Km dari Ibukota Provinsi. Desa Mancang terletak
± 30 m dpl, dengan suhu rata-rata 28-30ºC dengan curah hujan 3.455 mm serta
dengan topografi datar. Desa Mancang mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Air Hitam
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pekan Selesai
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Limbat
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selayang
Luas Desa Mancang secara keseluruhan adalah ± 786 Ha dengan 953 KK dan
jumlah 3702 jiwa yang tersebar di 7 dusun. Sebagian dari luas wilayah Desa
Mancang adalah merupakan areal perkebunan sehingga mayoritas mata
pencaharian masyarakat Desa Mancang adalah berkebun. Penggunaan lahan di
Tabel 3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014
No. Jenis Lahan Luas (Ha)
1. Pemukiman 226
2. Persawahan 9
3. Perkebunan 542
4. Kuburan 1
5. Prasarana Umum Lainnya 8
Jumlah 786
Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk
perkebunan, yaitu 542 Ha dan untuk penggunaan lahan terluas kedua digunakan
untuk pemukiman, yaitu 226 Ha dari luas Desa Mancang secara keseluruhan.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Mancang pada tahun 2014 adalah sebanyak 3702 jiwa,
dengan penduduk laki-laki sebanyak 1845 jiwa dan jumlah perempuan adalah
sebanyak 1857 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
No. Jenis Kelamin 2014
1 Laki-laki 1845
2 Perempuan 1857
Jumlah Penduduk 3702
Jumlah Kepala Keluarga 953
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa komposisi berdasarkan jenis kelamin paling
banyak adalah jenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 1845 laki-laki, sedangkan
jumlah penduduk perempuan adalah 1857.
Distribusi penduduk Desa Mancang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014
No. Jenis Mata Pencaharian 2014 (Jiwa)
1. Petani 860
2. Buruh Tani 460
3. PNS 23
4. Karyawan Perusahaan Swasta 73
5. Pengrajin Industri Rumah Tangga 33
6. Pedagang Keliling 13
13. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 4
14. Pengusaha Kecil dan Menengah 56
15. Perawat Swasta 4
Jumlah 1579
Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Selamat Tahun 2014
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Mancang paling banyak bermata
pencaharian sebagai petani, sedangkan untuk mata pencaharian terkecil adalah
Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk seperti Desa Mancang yang
berpenduduk beragama. Distribusi penduduk Desa Mancang menurut agama dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014
No. Agama Yang Dianut 2014
1. Islam 3692
2. Protestan 10
Jumlah 3702
Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Mancang sebagian
besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 3692 jiwa, sedangkan agama lain
yang dianut adalah agama Protestan dengan jumlah penduduk 10 jiwa.
4.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Mancang saat ini dinilai kurang memadai. Hal ini
dikarenakan masih sedikitnya sarana-sarana yang tersedia baik itu sarana
pendidikan dan sarana sosial. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Mancang
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sarana Dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014
No. Sarana dan Prasarana 2014
1. Mesjid 5
2. Musholla 5
3. Prasarana Olahraga 5
4. Prasarana Hiburan dan Wisata 4
5. TK 1
7. SMP 1
8. SMA 1
9. Puskesmas Pembantu 1
10. Posyandu 5
Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014
4.2. Karateristik Responden
Adapun karateristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan, jumlah tanaman aren yang dimiliki, jumlah
tanaman aren yang berproduksi, pengalaman dalam pengolahan gula aren, dan
umur tanaman yang disadap.
4.2.1. Umur
Umur memegang peranan dalam kegiatan usaha yang akan dikelola, karena
semakin tua umur pengrajin maka fisik semakin lemah dalam bekerja, namun
semakin tua pengrajin maka semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki
dalam melakukan suatu usaha.
Karateristik pengrajin gula aren menunjukkan bahwa umur mereka berkisar antara
18 tahun sampai dengan 50 tahun. Kelompok terbesar berumur antara 29 - 39
tahun yaitu sebanyak 8 orang (40%). Untuk lebih jelasnya jumlah pengrajin gula
aren berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
No. Komposisi (Tahun) Jumlah
Orang Persentase (%)
1 18 – 28 5 25
2 29 – 39 8 40
3 40 – 50 7 35
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah pengrajin yang termasuk dalam usia
produktif (18 – 50 tahun) adalah 100%. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
pengolahan gula aren dilakukan oleh petani yang termasuk ke dalam usia
produktif, hal ini karena usaha pengolahan gula aren memerlukan tenaga kerja
yang berpengalaman misalnya untuk proses pengambilan nira dan pemukulan
tandan buah.
4.2.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap suatu usaha yang akan dikelola,
pengrajin dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima
sesuatu yang berkaitan dengan bidang usaha yang dikelola.
Tingkat pendidikan pengrajin gula aren masih tergolong rendah, hal ini diketahui
dari jumlah pengrajin yang berpendidikan SLTP/Sederajat lebih banyak
dibandingkan dengan yang berpendidikan SLTA/Sederajat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
Orang Persentase (%)
1 Tamat SD/Sederajat 5 25
2 Tamat SLTP/Sederajat 10 50
3 Tamat SLTA/Sederajat 5 25
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 9 terlihat komposisi tingkat pendidikan pengrajin gula aren terbesar
adalah tamat SLTP/Sederajat sebesar 50%, dan sisanya sebesar 25% tamat
bahwa tingkat pendidikan formal pengrajin masih tergolong rendah. Hal ini
tentunya merupakan kendala bagi pengembangan usahanya, sehingga dibutuhkan
bimbingan dan penyuluhan dari instansi terkait guna mengingkatkan keterampilan
dalam pengolahan gula aren agar dapat meningkatkan produksi gula aren.
4.2.3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan pengrajin gula aren meliputi istri, anak dan keluarga yang ikut
dan menjadi tanggungan keluarga. Besarnya jumlah tanggungan keluarga
pengrajin pada usaha pengolahan gula aren berkisar antara 0 – 8 orang. Sedangkan
jumlah tanggungan keluarga yang terbesar yaitu 4 – 6 orang sebesar 60%,
sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terkecil berkisar 7 – 8 orang sebesar
15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
No. Tanggungan Jumlah
Orang Persentase (%)
1 0 – 3 5 25
2 4 – 6 12 60
3 7 – 8 3 15
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan yang dimiliki pengrajin
gula aren relatif cukup, hal ini tentunya dapat menguntungkan bagi pengrajin
sendiri untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja guna membantu proses
pengolahan gula aren dan dapat menekan biaya produksi (biaya tenaga kerja) pada
usaha pengolahan gula aren.
Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha
pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Dari hasil pengamatan jumlah
tanaman (pohon) aren di daerah penelitian yang dimiliki pengrajin gula aren
berjumlah 5 - 20 pohon aren yaitu sebesar 50%, 21 – 40 pohon sebesar 40%, dan
41 – 100 pohon sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
No. Jumlah Aren yang dimiliki (Pohon)
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi
Banyaknya pohon aren yang berproduksi sangat menentukan banyaknya air nira
yang disadap oleh pengrajin gula aren. Dari hasil pengamatan jumlah tanaman
(pohon) aren yang berproduksi di daerah penelitian yang dimiliki oleh pengrajin
gula aren dengan pohon aren yang berproduksi terbesar berkisar antara 5 – 8
pohon sebesar 85% dan yang terkecil 9 – 15 pohon sebesar 15%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi di Desa Mancang
No. Tanaman yang Berproduksi (Pohon)
4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren
Pengalaman dalam pengolahan gula aren sangat mempengaruhi hasil olahan.
Semakin lama orang mengusahakan suatu pengolahan gula aren maka akan
semakin banyak pengetahuan tentang proses pengolahan yang dimiliki.
Dari lamanya pengalaman dalam pengolahan gula aren yang lama berkisar antara
3 - 10 tahun sebesar 50%, 11 – 21 tahun 35%, dan 22 – 30 tahun sebesar 15%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengalaman Pegrajin dalam Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang
No. Pengalaman (Tahun) Jumlah
Orang Persentase (%)
1 3-10 10 50
2 11 – 21 7 35
3 22 – 30 3 15
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap
Dari hasil pengamatan di daerah penelitian, umur tanaman yang disadap pengrajin
gula aren yang terbesar berkisar antara 14-17 tahun yaitu sebesar 45% sedangkan
umur tanaman yang terkecil berumur 18 tahun sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang
No. Umur Tanaman (Tahun)
Jumlah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah PenelitianProses pengolahan gula aren di daerah penelitian dilakukan dalam beberapa tahap,
adapun caranya adalah sebagai berikut :
5.1.1. Bahan Baku
1. Sumber Bahan Baku
Bahan baku pengolahan gula aren yang ada di Desa Mancang berasal dari
penyadapan nira aren yang dilakukan oleh pengrajin gula aren sendiri. Pohon
aren tersebut tumbuh secara liar diantara pohon kelapa sawit dan tanaman
lainnya dilahan milik pengrajin tanpa adanya sistem pembudidayaan, namun
beberapa tahun terakhir ini tanaman aren telah dibudidayakan dengan
bimbingan dari instansi terkait.
2. Kebutuhan Bahan Baku
Kebutuhan air nira setiap pengrajin berbeda-beda yaitu tergantung dari
banyaknya tanaman aren yang dimiliki dan umur tanaman aren tersebut,
semakin tua umur tanaman aren maka jumlah air nira yang diperoleh dari
hasil penyadapan pun akan semakin sedikit.
3. Persiapan dan Pemukulan Tandan Buah
Pohon aren yang akan disadap adalah berkisar antara umur 7-12 tahun dan
pohon yang akan diambil niranya adalah pohon yang sudah berbuah. Jika
bunga jantannya sudah cukup umur yang ditandai dengan bunganya yang
merekah maka dilakukan pemasangan tangga yang terbuat dari bambu yang
digunakan untuk pengambilan nira.
Setelah persiapan tangga kemudian dilakukanlah pemukulan pangkal bunga
(tandan buah). Tandan buah tersebut dipukul–pukul dengan palu kayu selama
waktu yang ditentukan kurang lebih 1 kali per minggu dan dilakukan 2 kali
sehari pagi dan sore.
4. Pengambilan Air Nira (Bahan Baku)
Air nira yang keluar adalah berasal dari bagian pangkal bunga yang dipotong,
air nira kemudian ditampung dengan menggunakan jerigen. Pemasangan dan
pengambilan jerigen dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar
jam 07.00 dan sore hari sekitar jam 17.00.
Setiap penggantian pangkal bunga tadi diiris tipis dengan menggunakan
parang yang tajam untuk menghindari keasaman air nira, karena jika air
niranya asam maka kualitas gula aren kurang baik, semakin manis air nira
maka semakin baik kualitas gula aren.
5.1.2. Gula Aren
1. Penyeleksian Bahan
Hal pertama yang dilakukan untuk melaksanakan proses produksi gula aren
adalah mengisi jerigen dengan kapur sirih dan kayu nangka. Campuran kapur
sirih dan kayu nangka ini disebut laru. Manfaat pemberian laru adalah untuk
mencegah nira menjadi asam, sebab nira yang asam akan mempengaruhi
kualitas gula yang dihasilkan. Nira yang asam dapat menyebabkan sulitnya
pemasakan nira menjadi gula. Namun, jika pemberian laru terlalu banyak
dapat menyebabkan warna dan rasa gula yang dihasilkan menjadi kurang
Setelah persiapan itu selesai, dilakukan proses penyadapan yaitu jerigen
dipasang pada tangkai bunga aren yang telah diiris dengan parang hingga
mengeluarkan air nira. Dalam proses penyadapan ini, nira harus diambil
sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Jerigen yang dipasang pagi hari
harus diambil sore hari, begitu pula sebaliknya jerigen yang dipasang sore
hari harus segera diambil pagi harinya. Air nira harus segera diambil agar
tidak asam, karena air nira yang dihasilkan bisa menjadi asam kalau terlalu
lama tidak diolah walaupun telah diberi campuran laru. Nira yang asam akan
sulit dimasak menjadi gula atau mungkin nira tersebut tidak akan
menghasilkan gula melainkan hanya akan menjadi cuka atau tuak.
2. Pembuatan Gula Aren
Pembuatan gula aren di Desa Mancang dilakukan setiap dua hari sekali atau
lebih kurang sebanyak tiga kali seminggu, pada hari pertama jerigen yang
berisi nira diturunkan untuk kemudian dikumpulkan niranya, nira
mempunyai sifat mudah asam sehingga harus segera dipanasi setelah diambil
dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari jerigen. Nira
dituangkan ke wajan sambil disaring dengan menggunakan saringan kelapa,
kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi.
Pada hari kedua, dilakukan pengolahan gula aren yaitu proses memasak nira
menjadi gula aren, pada proses ini perlu adanya pengadukan agar nira tidak
Gambar 5. Proses Pemanasan Nira
Gambar 6. Pengadukan Nira
3. Penyeleksian Hasil Akhir
Sebelum dibungkus, dilakukan pengecekan untuk mengetahui gula yang
berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan hitam. Gula aren yang
Sesudah dibungkus, untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan
kerapian bungkus.
Gambar 7. Cetakan Bambu
Gambar 9. Gula Aren 5.2. Ketersediaan Input Produksi
5.2.1. Ketersediaan Lahan
Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha
pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Untuk ketersediaan lahan, para
pengrajin gula aren memiliki lahan sendiri, dimana pohon aren pada lahan
tersebut tumbuh secara liar (alami). Biasanya pohon aren tumbuh secara alami di
Tabel 15. Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Di Daerah Penelitian
No Sampel Tersedia Kepemilikan Sendiri
1
Sumber : Lampiran 1 (Data Diolah)
Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa untuk ketersediaan lahan dari sampel 1-20
cukup tersedia di daerah penelitian.
5.2.2. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku pengolahan gula aren adalah berasal dari penyadapan nira aren yang
dimiliki sendiri oleh pengrajin. Kebutuhan air nira tiap pengrajin berbeda-beda
tergantung dari banyaknya pohon yang dimiliki serta umur pohon tersebut.
Tabel 16 . Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian
No Sampel Produksi Sendiri Membeli Nira
1 -
Sumber : Lampiran 2 (Data Diolah)
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa seluruh sampel memproduksi sendiri bahan
bakunya. Air nira yang disadap oleh pengrajin gula aren di Desa Mancang
berkisar rata-rata 2590,5 liter per usaha per bulan (lihat lampiran 2) dengan cara
dua kali penyadapan setiap harinya yaitu pagi dan sore hari. Sumber bahan baku
yaitu nira untuk pengolahan gula aren di daerah penelitian cukup tersedia dan
merupakan milik pengrajin sendiri.
5.2.3 Ketersediaan Modal
Di daerah penelitian usaha gula aren merupakan usaha industri rumah tangga dan
tidak semua masyarakat umum mengkonsumsi gula aren sebagai kebutuhan
utama. Untuk menjalankan usaha gula aren, para pengrajin di desa Mancang
Tabel 17. Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren
No Sampel Modal Sendiri Membeli Pinjaman
1 -
Sumber : Lampiran 3 (Data Diolah)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa seluruh pengrajin gula aren memiliki modal
usaha yang berasal dari modal sendiri. Berdasarkan keterangan di atas, dapat
dikatakan bahwa ketersediaan modal pada usaha gula aren di Desa Mancang
cukup tersedia.
5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja
Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya usaha gula
aren. Berdasarkan data distribusi penduduk Desa Mancang menurut usia dapat
Tabel 18. Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0-12 83 2,24
2 13-59 3145 84,95
3 60+ 474 12,80
Total 3702 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014
Dari Tabel 18. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Mancang, Kecamatan
Selesai, Kabupaten Langkat sebesar 3702 orang. Data tabel di atas juga
menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak, dan remaja (0-12
Tahun) sebesar 83 orang (2,24%), manula (60+ Tahun) sebesar 474 orang
(12,80%). Jumlah usia produktif (13-59 Tahun) adalah sebesar 3145 orang
(84,95%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Data tersebut
menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang, Kecamatan
Selesai, Kabupaten Langkat cukup besar. Berdasarkan keterangan tersebut dan
berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja untuk usaha gula aren (lihat
lampiran 7), dimana semua penggunaan tenaga kerja menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga dengan curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO, maka dapat
dikatakan ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang cukup tersedia.
5.3. Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang 5.3.1. Biaya Tetap
Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan)
Besarnya biaya PBB dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi
(1 bulan) rata-rata sebesar Rp 96.367 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya
Tabel 19. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
Sampel Lahan (m2) Total Biaya PBB (Rp)
Total 9440 1.927.333,33
Rata-rata 472 96.367
Sumber : Lampiran 4 (Data Diolah)
Biaya Alat Perlengkapan
Besarnya biaya alat perlengkapan dalam usaha pengolahan gula aren selama
periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp 85.098 per usaha per bulan. Untuk
lebih jelasnya mengenai biaya alat dan perlengkapan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
6 Gayung 1 2.038 2,39
Sumber : Lampiran 5 (Data Diolah)
Tabel 20 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan alat
perlengkapan pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya alat perlengkapan
tangga bambu yaitu sebesar 64,37 % dan terendah adalah biaya alat perlengkapan
kapak yaitu sebesar 0,99 % dari keseluruhan biaya alat.
Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya tetap pada usaha
pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar
Rp 181.465 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya tetap ini
dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
No. Uraian Biaya
Biaya
Rata-rata (Rp) Persentase (%)
1 Biaya PBB 96.367 53,10
2 Biaya Alat Perlengkapan 85.098 46,89
Jumlah 181.465 100
Sumber : Lampiran 4 dan 5 (Data Diolah)
Tabel 21 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya
tetap pada usaha gula aren adalah biaya PBB yaitu sebesar 53,10 % dan sisanya
5.3.2. Biaya Variabel
Biaya variabel terdiri dari biaya bahan pendukung dan tenaga kerja. Besarnya
biaya bahan pendukung dan tenaga kerja dalam usaha pengolahan gula aren
selama periode produksi (1 bulan). Biaya Bahan Pendukung
Dalam pembuatan gula aren di Desa Mancang bahan pendukung yang
diperlukan adalah tali rafia, plastik gula, kapur sirih, kayu nangka, minyak
makan, dan kayu bakar. Besarnya biaya bahan pendukung dalam usaha
pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp
407.238 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
22 berikut ini.
Tabel 22. Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
No. Jenis Bahan Pendukung Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)
1 Tali Rafia
Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah)
Tabel 22 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan bahan
pendukung pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya kayu bakar yaitu
sebesar 83,49% dan terendah adalah biaya tali rafia yaitu sebesar 0,56% dari
Biaya Tenaga Kerja
Sumber tenaga kerja dalam penyelenggaraan usaha pengolahan gula aren di Desa
Mancang seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK).
Curahan tenaga kerja dalam keluarga ini meliputi kegiatan persiapan untuk
pemukulan tandan buah, pengambilan bahan baku (air nira), dan proses produksi.
Dalam menghitung tenaga kerja digunakan hari kerja orang (HKO), dimana dalam
1 hari kerja efektif dihitung 8 jam kerja.
Dengan demikian biaya rata-rata tenaga kerja pada usaha pengolahan gula aren
selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang disetarakan berdasarkan upah
tenaga kerja orang lain rata-rata sebesar Rp 632.077 per usaha per bulan dengan
curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO. Untuk lebih jelasnya mengenai
besarnya biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
No. Jenis Kegiatan TKDK Biaya Rata-rata (Rp)
Persentase (%)
1 Pemukulan Tandan Buah 102.496
16,22 2 Pengambilan Air Nira 143.391
22,69
3 Proses Produksi 386.190
61,10
Total 632.077 100
Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah)
Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya variabel pada usaha
pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar
Rp 1.039.315 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya variabel
Tabel 24. Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata
(Rp) Persentase (%)
1 Bahan Pendukung 407.238 39,18
2 Tenaga Kerja 632.077 60,82
Total 1.039.315 100
Sumber : Lampiran 6 dan 7 (Data Diolah)
Tabel 24 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya
variabel pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar
60,82 % dan sisanya 39,18 % adalah biaya bahan pendukung.
5.3.3. Biaya Total (Total Cost)
Biaya total merupakan hasil dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya
variabel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan
oleh pengrajin gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang.
Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh pengrajin pada usaha pengolahan gula
aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang adalah rata-rata Rp
1.220.780 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya total pada
usaha pengolahan gula aren dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang
No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)
1 Biaya Tetap 181.465 15
2 Biaya Variabel 1.039.315 85
Total 1.220.780 100
Tabel 25 di atas menjelaskan biaya total dari usaha pengolahan gula aren selama
periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang didominasi oleh biaya variabel yaitu
sebesar 85 % dan sisanya 15% adalah biaya tetap.
5.4. Analisis Pendapatan
5.4.1 Total Penerimaan (Total Return)
Total penerimaan (Total Return) adalah perkalian antara produksi gula aren yang
diperoleh pengrajin dengan harga jual gula aren saat dilakukannya penelitian ini.
Analisis digunakan untuk mengetahui perolehan total penerimaan pada usaha
pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang.
Produksi gula aren yang diperoleh pengrajin selama periode produksi (1 bulan)
rata-rata sebesar 207,24kg per usaha per bulan, dimana harga yang berlaku pada
saat penelitian Rp 14.000 per kg, maka penerimaan dari hasil pengolahan gula
aren rata-rata sebesar Rp 2.901.360 per usaha per bulan.
Tabel 26. Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang