UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS CAMEL UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN BANK
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2008
Oleh :
NAMA
: OCTHA LYDIA SARAGIH
NIM
: 060503018
DEPARTEMEN
: AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Analisis CAMEL
untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008” adalah benar hasil karya
sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level S-1 Program Reguler
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas benar
apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas Sumatera Utara.
Medan,
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Anugerah dan kasihNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan
Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2006-2008” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi dari Universitas Sumatera Utara, Program Studi Akuntansi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak berterima kasih kepada
berbagai pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, baik dukungan moril maupun materil. Adapun
ungkapan terima kasih yang terdalam penulis sampaikan kepada:
1.
Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Mutia Ismail MM. Ak, selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
4.
Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs.
Sucipto, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding II yang banyak memberikan
masukan kepada penulis.
5.
Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak J. Saragih dan Ibu M. Br.
Tarigan yang telah membimbing dan membantu penulis selama ini, yang
memberikan motivasi baik secara moril maupun materi.
Penulis menyadari bahwa kripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi anda.
Medan,
Penulis,
ABSTRAK
Keadaan perbankan Indonesia yang dikenal kuat dan tangguh sebelum
terjadinya krisis moneter ternyata memiliki dasar/pondasi yang lemah. Guncangan
terhadap sistem di Indonesia mengakibatkan banyak bank mengalami kesulitan
likuiditas sehingga harus menutup usahanya/pailit. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa keadaan perbankan saat itu tidak sehat. Kesehatan suatu bank adalah
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan metode observasi/penelitian secara menyeluruh
terhadap proses yang terjadi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
yaitu yang berhubungan dengan laporan keuangan. Kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisa permodalan (capital), kualitas asset (asset quality),
manajemen (management), rentabilitas (earnings), dan likuiditas (liquidity) atau
biasa disebut CAMEL. Capital menggunakan rasio CAR, asset quality
menggunakan rasio NPL, management menggunakan rasio NPM, earnings
menggunakan rasio NIM dan BOPO, dan untuk liuqidity menggunakan rasio
LDR. Rasio-rasio tersebut dideskripsikan sehingga mampu memberikan informasi
untuk menjawab permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan perbankan di
BEI, diperoleh bahwa CAR adalah 17,37%, NPL 4,51%, NPM 9,02%, NIM
6,33%. BOPO 85,23%, LDR 71,74%. Rasio-rasio ini mengindikasikan bahwa
keadaan perbankan periode 2006-2008 tergolong sehat.
ABSTRACT
Banking in Indonesia recognized as a tough and strong banking before
crisis-monetary attacks was to have weak foundations. Unstability in Indonesian
system caused many banks/bankrupt. This situation descript that bank is in not
good. Stability in banking organizations is very important for economy. Good
performance of bank is ability of bank to do normally operational activities and
able to fullfil their responsibility with the good way.
This research used by observation method for whole process banking of
Indonesian Stock Exchange in relation with financial report. Ofer there financial
report analysis with capital, asset quality, management, earnigs, and liquidity as
known as CAMEL. Capital use CAR ratio, asset quality use NPL ratio,
management use NPM ratio, earnigs use NIM and BOPO ratio, and the last
liquidity use LDR ratio. That ratio can give information and had answered about
problem.
According to research in Indonesian Stock Exchange, would get that CAR is
17,37%, NPL 4,51%, NPM 9,02%, NIM 6,33%. BOPO 85,23%, LDR 71,74%. It
could be concluded that bank period 2006-2008 is in good perfornmance.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN
i
KATA PENGANTAR
ii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
4
C.
Tujuan Penelitian
4
D.
Manfaat Penelitian
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1.
Pengertian Bank
6
2.
Kesehatan Bank
7
3.
Rasio CAMEL
11
4.
Peringkat Komposit
19
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
21
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
24
B.
Populasi dan Sampel Penelitian
24
C.
Jenis Data
25
D.
Metode Pengumpulan Data
26
E.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
26
F.
Metode Analisis Data
28
G.
Jadawal Penelitian
27
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Data Penelitian
29
B.
Analisis Hasil Penelitian
1. Faktor Permodalan
29
2. Faktor Kualitas Aset
32
3. Faktor Manajemen
36
3. Faktor Rentabilitas
39
4. Faktor Likuiditas
43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
46
B.
Keterbatasan Penelitian
47
C.
Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
49
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
21
Tabel 3.1
Daftar Sampel
25
Tabel 3.2
Peringkat Komposit
27
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
28
Tabel 4.1
Capital Adequency Ratio (CAR)
29
Tabel 4.2
Non Performing Loan (NPL)
32
Tabel 4.3
Net Profit Margin (NPM)
36
Tabel 4.4
Net Interest Margin (NIM)
39
Tabel 4.5
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
23
Gambar 4.1
Capital Adequency Ratio (CAR)
32
Gambar 4.2
Non Performing Loan (NPL)
35
Gambar 4.3
Net Profit Margin (NPM)
38
Gambar 4.4
Net Interest Margin (NIM)
41
Gambar 4.5
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
Lampiran 1
Daftar Populasi Bank di BEI periode 2006-2008
51
Lampiran 2
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk
52
Lampiran 3
PT Bank Bukopin Tbk
53
Lampiran 4
PT Bank Bumi Artha Tbk
54
Lampiran 5
PT Bank Bumi Putera Tbk
55
Lampiran 6
PT Bank Central Asia Tbk
56
Lampiran 7
PT Bank Danamon Tbk
57
Lampiran 8
PT Bank Eksekutif Internasional Tbk
58
Lampiran 9
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
59
Lampiran 10
PT Bank Kesawan Tbk
60
Lampiran 11
PT Bank Mandiri Tbk
61
Lampiran 12
PT Bank Mayapada Tbk
62
Lampiran 13
PT Bank Mega Tbk
63
Lampiran 14
PT Bank Negara Indonesia
64
Lampiran 15
PT Bank CIMB Niaga Tbk
65
Lampiran 16
PT Bank OCBC NISP Tbk
66
Lampiran 17
PT Bank PAN Indonesia Tbk
67
Lampiran 18
PT Bank Permata Tbk
68
Lampiran 19
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
69
ABSTRAK
Keadaan perbankan Indonesia yang dikenal kuat dan tangguh sebelum
terjadinya krisis moneter ternyata memiliki dasar/pondasi yang lemah. Guncangan
terhadap sistem di Indonesia mengakibatkan banyak bank mengalami kesulitan
likuiditas sehingga harus menutup usahanya/pailit. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa keadaan perbankan saat itu tidak sehat. Kesehatan suatu bank adalah
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan metode observasi/penelitian secara menyeluruh
terhadap proses yang terjadi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
yaitu yang berhubungan dengan laporan keuangan. Kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisa permodalan (capital), kualitas asset (asset quality),
manajemen (management), rentabilitas (earnings), dan likuiditas (liquidity) atau
biasa disebut CAMEL. Capital menggunakan rasio CAR, asset quality
menggunakan rasio NPL, management menggunakan rasio NPM, earnings
menggunakan rasio NIM dan BOPO, dan untuk liuqidity menggunakan rasio
LDR. Rasio-rasio tersebut dideskripsikan sehingga mampu memberikan informasi
untuk menjawab permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan perbankan di
BEI, diperoleh bahwa CAR adalah 17,37%, NPL 4,51%, NPM 9,02%, NIM
6,33%. BOPO 85,23%, LDR 71,74%. Rasio-rasio ini mengindikasikan bahwa
keadaan perbankan periode 2006-2008 tergolong sehat.
ABSTRACT
Banking in Indonesia recognized as a tough and strong banking before
crisis-monetary attacks was to have weak foundations. Unstability in Indonesian
system caused many banks/bankrupt. This situation descript that bank is in not
good. Stability in banking organizations is very important for economy. Good
performance of bank is ability of bank to do normally operational activities and
able to fullfil their responsibility with the good way.
This research used by observation method for whole process banking of
Indonesian Stock Exchange in relation with financial report. Ofer there financial
report analysis with capital, asset quality, management, earnigs, and liquidity as
known as CAMEL. Capital use CAR ratio, asset quality use NPL ratio,
management use NPM ratio, earnigs use NIM and BOPO ratio, and the last
liquidity use LDR ratio. That ratio can give information and had answered about
problem.
According to research in Indonesian Stock Exchange, would get that CAR is
17,37%, NPL 4,51%, NPM 9,02%, NIM 6,33%. BOPO 85,23%, LDR 71,74%. It
could be concluded that bank period 2006-2008 is in good perfornmance.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi
seluruh lapisan masyarakat. Bank mempunyai fungsi sebagai lembaga
intermediasi yaitu memberikan jasa lalu lintas pembayaran, serta sebagai sarana
dalam pelaksanaan kebijakan moneter, sehingga bank mempuyai peran yang
penting dalam kehidupan perekonomian. Fungsi intermediasi berarti
menghubungkan kepentingan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana.
tidak sehat juga akan menghambat efektivitas kebijakan moneter. Kesehatan
suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,
pengelola bank, masyarakat, pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku
otoritas pengawasan bank. Faktor kepercayaan dari masyarakat juga merupakan
faktor yang utama dalam menjalankan bisnis perbankan, sehingga bank dituntut
untuk mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan dengan baik agar
dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.
Pada tahun 1997 Indonesia memasuki krisis ekonomi yang diawali dengan
anjloknya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Krisis ekonomi itu juga
melanda industri perbankan nasional, selanjutnya dikenal sebagai krisis perbankan
nasional. Krisis perbankan telah mempengaruhi bangsa dan akhirnya
menimbulkan krisis politik nasional. Bank komersial dilikuidasi oleh pemerintah,
sebelas bank diambil alih dan 36 bank direstrukturisasi yang menghabiskan biaya
lebih dari US$ 25 Milyar. Krisis tersebut juga mengakibatkan turunya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu
penarikan dana secara besar-besaran, semakin turunnya permodalan bank-bank,
banyak bank tidak mampu melunasi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar
rupiah dan manajemen tidak professional.
ketentuan Bank Indonesia yaitu bank wajib memenuhi modal inti minimum Rp 80
miliar karena pada saat itu BWK hanya memiliki modal inti Rp 45 miliar
(Desember 2006). Yang kedua adalah Bank CIMB Niaga dan Bank Lippo yang
melakukan merger pada 2 Juni 2008. Dan yang paling fenomenal adalah kasus
Bank Century yang telah menyeret berbagai institusi hukum di Indonesia, seperti
halnya KPK, POLRI, dan DPR. Posisi CAR Bank Century per 31 Oktober minus
3,53%. Tanggal 20 November 2008 Bank Century ditetapkan sebagai bank gagal.
23 November 2008 LPS memutuskan memberikan dana talangan senilai Rp 2,78
triliun untuk mendongkrak CAR menjadi 10 %.
Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prisip
kehati-hatian atau prudential banking dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia
merasa perlu menetapkan aturan kesehatan bank. Dengan adanya aturan
kesehatan bank, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga bank
tidak akan merugikan masyarakat. Oleh karenanya sebuah bank tentunya
memerlukan suatu analisis untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan
kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Analisis yang dilakukan
disini berupa penilaian tingkat kesehatan bank. Bank Indonesia dan bank-bank
yang ada di Indonesia memiliki alat untuk menilai tingkat kesehatan bank. Alat ini
dinamakan CAMEL, dimana alat ini menghitung rasio-rasio capital dengan
menggunakan rasio capital adequacy ratio (CAR), assets dengan menggunakan
non performing loan (NPL), management menggunakan rasio net profit margin
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan liquidity dengan
menggunakan rasio loan to deposit ratio (LDR) yang pada akhirnya akan terlihat
kondisi kesehatan suatu bank berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam
Surat Edaran BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka predikat tingkat kesehatan bank
dibagi dalam empat peringkat, yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”, “Kurang Sehat”,
dan “Tidak Sehat”.
Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa metode CAMEL merupakan
salah satu faktor untuk melihat kondisi serta tingkat kesehatan bank, oleh karena
itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai analisis tingkat
kesehatan bank dengan menggunakan data laporan keuangan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul “Analisis
CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan bank pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesehatan
perusahaan perbankan dengan metode CAMEL pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008?
C.
Tujuan Penelitian
perusahaan perbankan dengan metode CAMEL pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. bagi penulis, adalah untuk menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai kesehatan perusahaan perbankan yang dinilai
dengan rasio CAMEL,
2. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
kesehatan perusahaan perbankan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Pengertian Bank
Menurut Kasmir, secara sederhana bank dapat diartikan sebagai
“lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya”. Pengertian bank menurut UU RI No. 11
Tahun 1998 adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Definisi bank menurut UU No. 14 tahun 1967 Pasal 1 tentang
Pokok-Pokok Perbankan adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang”, dan pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,
yaitu “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa bank adalah
lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu
kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai
lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu
kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank
yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu
sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian sehat. Untuk
menciptakan bank sehat tersebut antara lain diperlukan pengaturan dan
pengawasan bank secara efektif.
2. Kesehatan Bank
a. Pengertian Kesehatan Bank
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank
sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”.
Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang
sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Menurut Budisantoso
dan Triandaru (2006:51), kegiatan tersebut meliputi:
2)
Kemampuan mengelola dana:
3)
Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat:
4)
Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain:
5)
Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui
penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penialian
serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan
perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap
posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian
kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil
penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank dan
saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode penilaian kesehatan secara
keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.
b. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank
Indonesia, menetapkan bahwa :
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
2)
dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
Bank,
3)
bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala
keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
4)
bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan
kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas
milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam
rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen,
dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,
5)
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik
secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank
Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama
Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank,
6)
bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,
perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan
berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut
wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik,
7)
bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi
dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c.
Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan
bank, Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan
tujuan dasar agar bank bersangkutan menjadi sehat dan tidak
membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar :
1)
pemegang saham menambah modal,
2)
pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi
bank,
3)
bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah yang macet, dan meperhitungkan kerugian bank
dengan modalnya,
4)
bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain,
5)
bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih
seluruh kewajiban,
6)
bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan
bank kepada pihak lain,
7)
bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank
kepada bank atau pihak lain.
penunjukan tim likuditas, dan perintah pelaksanaan likuditas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Rasio CAMEL
a. Pengertian Rasio CAMEL
Rasio CAMEL adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan
atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain
yang terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga keuangan. Dengan
analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu lembaga keuangan pada tahun berjalan. CAMEL sendiri
merupakan singkatan dari capital, assets, management, earning dan
liquidity.
Dalam Kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999)
dinyatakan bahwa “CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh
terhadap tingkat kesehatan lembaga keuangan. CAMEL merupakan tolak
ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Sesuai
dengan kepanjangannya, CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: (1) modal,
(2) aktiva (3) manajemen (4) pendapatan, dan (5) likuiditas”.
b. Aspek Penilaian Rasio CAMEL
Surat edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004,
menyebutkan aspek yang dinilai melalui rasio CAMEL adalah:
1)
Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a)
kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku,
b)
komposisi permodalan,
c)
trend ke depan/proyeksi KPMM,
d)
aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan
modal Bank,
e)
kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal
yang berasal dari keuntungan (laba ditahan),
f)
rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha,
g)
akses kepada sumber permodalan, dan
h)
kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan
permodalan Bank.
2)
Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a)
aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total
Aktiva produktif,
b)
debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit,
c)
perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset
dibandingkan dengan aktiva produktif,
d)
tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP),
e)
kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif,
f)
sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif,
g)
dokumentasi aktiva produktif, dan
h)
kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3)
Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a)
manajemen umum,
b)
penerapan sistem manajemen risiko,
c)
kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya
4)
Rentabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a)
return on assets (ROA),
b)
return on equity (ROE),
c)
net interest margin (NIM),
d)
Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional
(BOPO),
e)
perkembangan laba operasional,
f)
komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi
pendapatan,
g)
penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan
biaya, dan
h)
prospek laba operasional.
5)
Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a)
aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva
likuid kurang dari 1 bulan,
b)
1-month maturity mismatch ratio,
c)
Loan to Deposit Ratio (LDR),
d)
proyeksi cash flow 3 bulan mendatang,
e)
ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti,
f)
kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities
management/ALMA),
g)
kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,
pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya, dan
h)
stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
c. Analisis Rasio CAMEL
1)
Permodalan (Capital)
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank.
Faktor capital atau permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana
bank memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing bobot
risiko tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan
aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100% (Sigit Triandaru,dkk
2000:28). Dengan demikian ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko
yang memerlukan antisipasi modal yang cukup.
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami
bank-bank di negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat
bersumber dari dua hal, yang pertama karena modal yang jumlahnya
kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Bank
diwajibkan untuk memenuhi persyaratan Rasio Kecukupan Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) yang ditetapkan Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan secara kuantitatif nilai pos-pos aktiva dan
kewajiban, juga pertimbangan secara kualitatif tentang komponen dan
risiko tertimbang (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko atau ATMR).
Rasio KPMM merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
kesehatan Bank. Bank Indonesia menetapkan rasio KPMM adalah 8%.
Peraturan BI No.5/12/PBI/2003 menetapkan bahwa Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum harus memperhatikan risiko pasar.
2)
Kualitas Aset (Asset Quality)
hari sejak jatuh tempo dan/atau pada saat manajemen berpendapat bahwa
penerimaan atas pokok dan/atau bunga kredit tersebut diragukan.
Sehingga makin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
memungkinkan pencapaian laba menurun. Dalam penelitian ini NPL
yang disajikan bersifat bruto yaitu nilai kredit yang bermasalah dan
keseluruhan total kredit belum dikurangi dengan penyisihan kerugian.
3)
Manajemen (Management)
Aspek ini menggunakan indikator Net Profit Margin (NPM).
Rasio ini diukur dengan membandingkan jumlah laba bersih dengan
pendapatan operasi. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi
pendapatan operasional dalam menghasilkan laba bersih.
4)
Rentabilitas (Earnings)
Pengukuran tingkat kesehatan bank juga dapat dilihat melalui laba
yang dihasilkan perusahaan. Apabila bank selalu mengalami kerugian
dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian
tersebut akan memakan modalnya. Tentu saja bank seperti ini
dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat.
a)
Net Interest Margin (NIM)
Rasio ini membandingkan pendapatan bunga bersih dengan aktiva
produktif yang menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Aktiva produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan
pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek kecuali Sertifikat Bank
Indonesia, obligasi rekapitalisasi pemerintah, efek yang dibeli dengan
janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang
pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, penyertaan saham serta
komitmen dan kontinjensi dengan risiko kredit. Komitmen dan
kontinjensi dengan risiko kredit antara lain terdiri dari penerbitan
garansi, letters of credit, standby letters of credit dan fasilitas kredit
kepada nasabah yang belum digunakan.
Nilai aktiva produktif dalam penelitian ini adalah aktiva produktif
bersih yaitu aktiva produktif setelah dikurangi penyisihan kerugian.
Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas
aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
b) Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO)
bunga. Pendapatan bunga merupakan pendapatan operasional bank
karena bunga tersebut diperoleh dari kegiatan utamanya. Rasio
BOPO disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil.
5)
Likuiditas
Penilaian ini didasarkan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
Pengukuran likuiditas adalah pengukuan yang sifatnya dilematis, karena
di satu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan dan/atau
memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan.
Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan
sekecil mungkin mencegah uang nganggur (idlle money). Di sisi lain,
untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dan debitur
yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu
dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai
cadangan uang yang cukup.
uang tidak maksimal dan akhirnya bank tidak bisa memaksimalkan
keuntungannya. Secara umum penetapan rasio likuditas yang baik
adalah kurang dari 100% dengan kata lain harta lancar adalah sama
dengan atau lebih dari utang lancarnya. Manfaat pengukuran likuditas
bagi bank adalah mempertinggi kepercayaan masyarakat dan
pemerintah.
Penilaian rasio faktor likuiditas berpatokan pada Loan Deposit
Rasio (LDR), dimana LDR diperoleh dengan cara membandingkan
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada
bank lain) dengan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan
deposito (tidak termasuk antar bank). Kredit yang diberikan dalam
pengukuran LDR ini nilainya belum dikurangi dengan penyisihan
kerugian (bruto). Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.
4.
Peringkat Komposit (Composite Rating)
Berdasarkan hasil penilaian peringkat masing-masing faktor ditetapkan
peringkat komposite (composite rating) sebagai berikut :
b.
peringkat komposite 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergoong baik
dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan – kelemahan
minor yang dapat segera diatasi oleh tidakan rutin,
c.
peringkat komposite 3 (PK-3), mencerminkan bahwa bank tergolong
cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan
peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan
tindakan korektif,
d.
peringkat komposite 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong
kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang
serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan,
yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya,
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Ronald
Reagen
Alexander
Pardede
(2008)
Analisis perbedaan
tingkat kesehatan
bank perkreditan
rakyat di
kotamadya Binjai
berdasarkan
metode Altman
Z-Score dan Camel
1.
Z-Score,
2.
CAR,
3.
RORA,
4.
NPM,
5.
ROA
6.
BOPO
7.
LDR,
8.
NCM
Peneliti menggunakan data
dari BPR Talabumi dan
Bumiasih periode 2004-2007.
Hasil penelitiannya adalah
tingkat kesehatan kedua BPR
dengan menggunakan Altman
Z-Score berbeda secara
signifikan dimana nilai
t>0,05.
Dengan rasio CAR, LDR,
NCM tingkat kesehatan
adalah sama, sementara
dengan rasio RORA, NPM,
ROA, dan BOPO tingkat
kesehatan bank adalah
berbeda. Nilai signifikansi
dimana nilai t>0,05
Chatrin C.
M. Siregar
(2008)
Penilaian tingkat
kesehatan bank
dengan analisa
CAMELS studi
pada PT Bank
SUMUT
1.
CAR
2.
NPL
3.
PPAP
4.
ROA
5.
ROE
6.
NIM
7.
BOPO
8.
LDR
Dengan analisa CAMELS
dalam penilaian tingkat
kesehatan bank maka PT
Bank SUMUT dapat
diketahui bahwa:
a. Faktor permodalan
(capital) tergolong dalam
kategori sangat baik
(peringkat 1),
b. Faktor kualitas aset (Asset
Quality) tergolong dalam
kategori baik (peringkat 2),
c. Faktor rentabilitas (Equity)
tergolong kedalam kategori
sangat baik (peringkat 1),
d. Faktor likuiditas (Liquidity)
Katrin
Oktavia Sari
Sitanggang
(2007)
Pengaruh variabel
keuangan dan rasio
CAMEL terhadap
harga saham
perusahaan yang
tercatat pada PT
Bursa Efek
Indonesia
1.
EPS
2.
ROA
3.
CAR
4.
PNL
5.
ROE
6.
LDR
Peneliti menggunakan data
dari BEI periode 2002-2006
dengan 23 sampel.
Penelitian tersebut
memperoleh kesimpulan
bahwa variabel tersebut
sangat berpengaruh terhadap
peningkatan maupun
penurunan dari nilai buku dan
nilai pasar.
Keenam rasio sangat
berpengaruh terhadap nilai
buku dan nilai pasar namun
hanya earnings per share
(EPS)
yang menunjukkan
signifikansi yang lebih tinggi.
Sumber: Penulis
Laporan Keuangan Bank
Rasio CAMEL
a.
CAR
b.
NPL
c.
NPM
d.
NIM
e.
BOPO
f.
LDR
Tingkat Kesehatan Bank
Kerangka KonseptualBerdasarkan latar belakang masalah dan penjelasan di atas, diketahuilah
bahwa melalui laporan keuangan yang diperoleh dari setiap perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dapat dihitung rasio CAMEL yang terdiri dari
CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, LDR. Rasio CAMEL yang diwakili oleh
kedelapan rasio tersebut akan menggambarkan bagaimana tingkat kesehatan suatu
bank selama tahun penelitian dengan cara membandingkannya dengan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Dengan rasio
CAMEL, kita juga dapat membandingkannya dengan perusahaan perbankan
lainnya yang juga termasuk dalam sampel penelitian.
[image:36.595.228.397.437.683.2]Kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Menurut Herlina (2008: 33) “penelitian deskriptif memiliki variabel bebas
yang tidak dapat diperbandingkan dengan yang lainnya”. Jadi, penelitian ini
hanya memaparkan atau menjelaskan hasil penelitian ini.
B.
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Kuncoro (2003:103) “populasi adalah kelompok elemen yang
lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian, sedangkan sample
adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian”.
Perusahaan yang dimaksud di sini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2008. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling method. Teknik sampling ini
digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian
daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian.
Kriteria yang sampel digunakan dalam penelitian ini adalah:
2. memiliki laporan keuangan yang lengkap selama listing di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.
[image:38.595.172.462.217.581.2]Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah 19 perusahaan perbankan.
Tabel 3.1
Daftar Sampel
No.
Kode
Nama Bank
1
INPC
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2
BBKP
Bank Bukopin Tbk
3
BNBA
Bank Bumi Artha Tbk
4
BABP
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
5
BBCA
Bank Central Asia Tbk
6
BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
7
BEKS
Bank Eksekutif Internasional Tbk
8
BNII
Bank International Indonesia Tbk
9
BKSW
Bank Kesawan Tbk
10
BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
11
MAYA
Bank Mayapada Tbk
12
MEGA
Bank Mega Tbk
13
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
14
BNGA
Bank Niaga Tbk
15
NISP
Bank OCBC NISP Tbk
16
PNBN
Bank Pan Indonesia Tbk
17
BNLI
Bank Permata Tbk
18
BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
19
BVIC
Bank Victoria International Tbk
Sumber: Penulis
C. Jenis Data
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Data
eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari
organisasi yang bersangkutan.
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan.
Pada tahapan pertama, peneliti melakukan studi pustaka yakni berasal dari
buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam tahapan kedua,
pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload dari situs Bursa efek
Indonesia yait
tahunan setiap perusahaan dan juga melalui ICMD (Indonesia Capital Market
Directory).
E.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari:
1.
Permodalan (Capital)
100%
x
Risiko
Menurut
Tertimbang
Aktiva
Modal
CAR
=
2.
Kualitas Aset (Asset Quality)
100% x Kredit Total Bermasalah Kredit NPL=
3.
Manajemen (Management)
4.
Rentabilitas (Earnings)
a.
Net Interest Margin (NIM)
100% x Produktif Aktiva Bersih Bunga Pendapatan NIM=
b.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
100%
x
l
Operasiona
an
Pendapatat
l
Operasiona
Biaya
BOPO
=
5.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
100%
x
Diterima
yang
Dana
Diberikan
yang
Kredit
Jumlah
LDR
=
[image:40.595.62.578.596.745.2]Setelah dilakukan pengukuran berdasarkan variabel-variabel diatas, maka
hasilnya dikategorikan berdasarkan peringkat komposit untuk melihat hasil rasio
tersebut tergolong kedalam peringkat yang mana. Pengkategorian peringkat
komposit adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Peringkat Komposit
No. Faktor Komponen Peringkat Komposit (PK)
1 2 3 4 5
1 Capital CAR Rasio KPPM
lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPPM yang ditetapkan dalam ketentuan Rasio KPPM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPPM yang ditetapkan dalam ketentuan
8%≤ KPPM ≥9% Rasio KPPM dibawah ketentuan yang berlaku Rasio KPPM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable
2 Asset NPL Perkembangan
rasio sangat rendah
Perkembangan rasio rendah
5%≤ NPL ≥8% Perkembangan rasio cukup tinggi
3 Manajemen NPM Kinerja manajemen sangat baik Kinerja manajemen baik Kinerja manajemen cukup baik Kinerja manajemen buruk Kinerja manajemen sangat buruk
4 Earning NIM Pengelolaan
asset sangat baik
Pengelolaan asset baik Pengelolaan asset cukup baik Pengelolaan asset buruk pengelolaan asset sangat buruk BOPO Tingkat efisiensi
sangat baik
Tingkat efisiensi baik
94%≤BOPO≥96% Tingkat efisiensi buruk
Tingkat efisiensi sangat buruk
5 Liquidity LDR 50%≤LDR≥75% 75%<LDR≥85% 85%<LDR≥100% 100%<LDR≥120% LDR>120%
F. Metode Analisis Data
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif. Metode ini merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang
ada sehingga memberi gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan
melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisisan data.
[image:41.595.68.526.490.683.2]G.
Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No.
Tahapan
Penelitian
Bulan Penelitian
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1.
Pengajuan Judul
2.
Pencarian Data
Awal
3.
Penyelesaian
Proposal
4.
Seminar Proposal
5.
Penulisan
Laporan
6.
Penyelesaian
Laporan
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Data Penelitian
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif. Metode ini merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang
ada sehingga memberi gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan
melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisisan data. Nilai CAR, NPL,
NPM, NIM, BOPO, dan LDR dihitung secara manual, sementara grafik
digambarkan melalui Microsoft Exel. Data yang digunakan merupakan laporan
keuangan dari perusahaan perbankan yang terpilih sebagai sampel selama tahun
penelitian.
B.
Analisis Hasil Penelitian
[image:42.595.82.558.529.741.2]1.
Permodalan
Tabel 4.1
Capital Adequency Ratio (CAR)
No.
Nama Perusahaan
CAR
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
10.88%
12.18%
14.93%
12.66%
2.
Bank Bukopin Tbk
15.79%
12.84%
10.36%
12.99%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
41.02%
34.30%
31.15%
35.49%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
12.91%
11.86%
11.78%
12.18%
5.
Bank Central Asia Tbk
22.09%
19.22%
15.78%
19.03%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
20.39%
19.27%
13.37%
17.68%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
9.37%
11.82%
9.34%
10.18%
8.
Bank International Indonesia Tbk
23.34%
20.19%
19.58%
21.04%
10.
Bank Mandiri (Persero) Tbk
24.62%
20.75%
15.66%
20.34%
11.
Bank Mayapada Tbk
13.82%
29.95%
23.69%
22.49%
13.
Bank Negara Indonesia Tbk
15.30%
15.74%
13.59%
14.88%
14.
Bank Niaga Tbk
18.88%
17.03%
15.59%
17.17%
15.
Bank OCBC NISP Tbk
17.07%
16.15%
17.01%
16.74%
16.
Bank Pan Indonesia Tbk
29.47%
21.58%
20.31%
23.79%
17.
Bank Permata Tbk
13.47%
13.27%
10.76%
12.50%
18.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
18.82%
15.84%
13.18%
15.95%
19.
Bank Victoria International Tbk
20.27%
15.43%
22.77%
19.49%
Rata-Rata
18.56%
17.47%
16.07%
17.37%
Sumber: Penulis
Melalui rumus CAR yaitu dengan membandingkan antara jumlah modal
dengan aktiva tertimbang menurut risiko, maka diperolehlah nilai CAR dari
setiap bank seperti yang telah tertera pada tabel diatas.
Pada tahun 2006, nilai terendah CAR terdapat pada Bank Eksekutif
Internasional dan Bank Kesawan dengan nilai CAR 9.37% atau lebih sekitar
1.37% dari ketetapan CAR BI yaitu 8%. Posisi modal Bank Eksekutif
Internasional pada tahun tersebut adalah Rp 81,375,000,000 dan Rp
134,747,868,662 untuk Bank Kesawan, sementara
Sementara nilai CAR tertinggi diperoleh oleh Bank Bumi Artha yaitu
41.02 % dengan jumlah modal Rp 345,256,410,042. Rata-rata nilai CAR pada
tahun 2006 adalah 18.56%. Kesimpulannya pada tahun 2006 perbankan di
Indonesia dapat dikatakan sehat.
tahun sebelumnya. Sementara CAR Bank Bumi Artha turun 6.72% menjadi
34.30% namun dengan jumlah modal yang meningkat menjadi Rp
364,394,916,045. Namun, masih menduduki posisi pertama untuk CAR
tertinggi.
Lonjakan besar terjadi pada Bank Mayapada. Posisi CAR pada tahun
2006 sebesar 13.82% naik menjadi 29.95% yang ditandai dengan kenaikan
modal dari Rp 422,281,930,000 menjadi Rp1,085,909,604,000. Sementara
penurunan secara tajam dialami oleh Bank PAN Indonesia dengan posisi
CAR 29.47% pada tahun 2006 dan turun menjadi 21.58% tahun 2007.
Penurunan ini ditandai dengan kenaikan pembagi jumlah modalnya atau nilai
ATMR-nya, yang meningkat dari Rp 25,400,661,000,000 menjadi Rp
37,003,834,000,000. Rata-rata nilai CAR pada tahun 2007 adalah 17.47% atau
turun 1.06% dari tahun 2006.
Pada tahun 2008, Bank Eksekutif Internasional kembali berada di urutan
terakhir dengan CAR 9.34% atau turun 2.48% dari tahun 2007. Hal ini diiringi
dengan kenaikan ATMR sekitar Rp 300,000,000,000 sebagai pembaginya.
CAR Bank Bumi Artha masih terus turun menjadi 31.15 % . Modal yang terus
meningkat ternyata diimbangi juga oleh ATMR-nya.
Hal ini disebabkan peningkatan modal sekitar Rp 90,000,000,000 dan
penurunan ATMR sekitar Rp 500,000,000,000 pada tahun 2008. Rata-rata
nilai CAR pada tahun 2008 adalah 16.07% atau kembali turun sekitar 1.4%
dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.1
Capital Adequency Ratio (CAR)
[image:46.595.82.549.640.752.2]2.
Kualitas Aset (Asset Quality)
Tabel 4.2
Non Performing Loan (NPL)
No.
Nama Perusahaan
NPL
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
6.21%
3.77%
3.49%
4.49%
2.
Bank Bukopin Tbk
3.71%
3.57%
4.85%
4.04%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
2.34%
2.27%
1.92%
2.18%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
5.58%
6.10%
5.64%
5.77%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
3.27%
2.26%
2.36%
2.63%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
7.89%
15.17%
15.49%
12.85%
8.
Bank International Indonesia Tbk
5.54%
3.13%
2.69%
3.79%
9.
Bank Kesawan Tbk
6.20%
6.81%
4.08%
5.69%
10.
Bank Mandiri (Persero) Tbk
16.34%
8.64%
5.35%
10.11%
11.
Bank Mayapada Tbk
0.70%
0.48%
2.83%
1.33%
12.
Bank Mega Tbk
1.68%
1.53%
1.18%
1.46%
13.
Bank Negara Indonesia Tbk
10.50%
8.53%
5.00%
8.01%
14.
Bank Niaga Tbk
3.08%
3.03%
2.50%
2.87%
15.
Bank OCBC NISP Tbk
2.49%
2.53%
2.72%
2.58%
16.
Bank Pan Indonesia Tbk
7.97%
3.06%
4.34%
5.12%
17.
Bank Permata Tbk
6.39%
4.56%
3.53%
4.83%
18.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4.83%
3.45%
2.78%
3.68%
19.
Bank Victoria International Tbk
3.55%
3.75%
2.52%
3.27%
Rata-Rata 5.24% 4.39% 3.89% 4.51%
Sumber: Penulis
Melalui rumus NPL yaitu dengan membandingkan antara jumlah kredit
bermasalah dengan keseluruhan total kredit yang diberikan, maka diperolehlah
nilai NPL dari setiap bank seperti yang telah tertera pada tabel diatas.
Pada tahun 2006, nilai tertinggi NPL terdapat pada Bank Madiri sebesar
16.34% dengan jumlah kredit bermasalah sebesar Rp 19,229,020,000,000 dan
jumlah total kredit Rp 117,670,942,000,000. Nilai NPL 10.50% membuat
bank BNI berada diposisi kedua dengan jumlah kredit bermasalah
Rp6,976,259,000,000 dari total kredit Rp 66,459,947,000,000.
Rp798,850,000,000 dari total kredit Rp 61,422,308,000,000. Rata-rata nilai
NPL pada tahun 2006 adalah 5.24%.
Pada tahun 2007, nilai tertinggi NPL 15.17% menempatkan Bank
Eksekutif Internasional diurutan terakhir menggeser Bank Mandiri yang dapat
menekan NPL-nya menadi 8.64%. Peningkatan NPL Bank Eksekutif
Internasional ditandai dengan meningkatnya jumlah kredit bermasalah sekitar
Rp 70,000,000,000, padahal total kredit yang diberikan meningkat hanya
sekitar Rp 30,000,000,000. Bank Mandiri meningkatkan jumlah kredit sekitar
Rp 20,000,000,000,000, tapi dapat menekan jumlah kredit bermasalahnya
sekitar Rp 8,000,000,000,000.
Sementara, NPL terendah yaitu 0.48% tetap dipegang oleh Bank
Mayapada yang menurunkan nilai NPL sekitar 0.22% dari tahun lalu.
Demikian pula Bank BCA yang dapat menurunkan nilai NPL-nya sekitar
0.50%. Pada tahun ini penurunan NPL yang besar juga terjadi pada Bank Pan
Indonesia. Penurunan NPL terjadi hampir 5% dari tahun sebelumnya.
Rata-rata NPL keseluruhan bank tahun 2007 adalah 4.39%.
bermasalah Bank Mayapada diimbangi dengan peningkatan total kredit yang
diberikan yaitu sekitar Rp 900,000,000,000.
[image:49.595.113.526.307.585.2]Bank Eksekutif Internasional masih belum bisa mengatasi kredit
bermasalahnya. Terbukti dengan kenaikan NPL sekitar 3% menjadi 15.49%
dari tahun sebelumnya. Penambahan total kredit sebesar Rp 55,000,000,000
pada bank ini diimbangi dengan kenaikan kredit bermasalah sebesar Rp
10.000.000.000.
3.
Manajemen (Management)
Tabel 4.3
Net Profit Margin (NPM)
Sumber: Penulis
Melalui rumus NPM yaitu dengan membandingkan antara laba bersih
dengan jumlah pendapatan operasional, maka diperolehlah nilai NPM dari
setiap bank seperti yang telah tertera di tabel diatas.
Pada tahun 2006, nilai tertinggi NPM terdapat pada Bank BCA sebesar
21.90% dengan total laba bersih Rp 4,242,692,000,000. Di posisi kedua
No.
Nama Perusahaan
NPM
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2.22%
1.27%
1.73%
1.74%
2.
Bank Bukopin Tbk
9.73%
10.79%
10.02%
10.18%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
13.90%
10.92%
12.56%
12.46%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
1.15%
2.67%
0.26%
1.36%
5.
Bank Central Asia Tbk
21.90%
23.46%
24.92%
23.42%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
10.45%
14.74%
8.76%
11.32%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
-6.93%
0.39%
-17.49%
-8.01%
8.
Bank International Indonesia Tbk
8.45%
5.28%
6.66%
6.80%
9.
Bank Kesawan Tbk
1.78%
2.55%
1.41%
1.92%
10.
Bank Mandiri (Persero) Tbk
8.42%
16.04%
16.61%
13.69%
11.
Bank Mayapada Tbk
7.38%
8.01%
6.40%
7.26%
12.
Bank Mega Tbk
4.81%
14.51%
12.60%
10.64%
13.
Bank Negara Indonesia Tbk
10.76%
4.72%
6.06%
7.18%
14.
Bank Niaga Tbk
12.82%
15.97%
5.90%
11.57%
15.
Bank OCBC NISP Tbk
8.60%
8.45%
9.73%
8.93%
16.
Bank Pan Indonesia Tbk
13.98%
17.22%
10.63%
13.94%
17.
Bank Permata Tbk
6.06%
9.73%
8.32%
8.03%
18.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
18.86%
19.30%
19.45%
19.20%
19.
Bank Victoria International Tbk
10.14%
12.52%
6.52%
9.73%
ditempati oleh Bank BRI dengan NPM 18.86%. Total laba bersih Bank BRI
Rp 4,257,572,000,000.
Bank Eksekutif Internasional memiliki NPM terendah selama tahun
2006 yaitu -6.93%. nilai minus ini mengindikasikan bahwa Bank Eksekutif
Internasional mengalami rugi pada tahun tersebut. Kerugian
Rp50.715.024.460 berasal dari kerugian operasional. Kerugian diperkecil
dengan pendapatan nonoperasional sebesar Rp 31.675.629.324 yang sebagian
besar berasal dari penjualan agunan yang diambil alih berupa tanah dan
bangunan. Nilai NPM terendah kedua ditempati oleh Bank Bumiputera
dengan nilai 1.15%.
Pada tahun 2007, Bank BCA dan Bank BRI masih berada di urutan
teratas dengan nilai NPM masing-masing 23.46% dan 19.30%. Kenaikan
NPM sekitar 6% tidak membuat Bank Eksekutif bergeser dari posisi terbawah.
Bank eksekutif masih tetap mengalami kerugian operasional. Nilai NPM yang
positif berasal dari laba yang diperoleh dari pendapatan nonoperasional.
Kinerja Bank BCA dan Bank Mandiri masih terbukti pada tahun 2008
dengan NPM tertinggi masing-masing 24.29% dan 19.45%. Kerugian sebesar
Rp 32,012,458,087 kembali membuat NPM Bank Eksekutif anjlok menjadi
-17.49%.
Pada tahun 2008, tidak terjadi kenaikan NPM yang begitu berarti.
Namun, penurunan NPM secara drastis dialami oleh banyak bank seperti Bank
Danamon yang turun sekitar 7%, Bank Niaga sekitar 10%, Bank Pan
Indonesia sekitar 7%, dan Bank Victoria Internasional sekitar 6%.
[image:52.595.124.514.386.648.2]Rata-rata NPM adalah 8.66% tahun 2006, 10.46% tahun 2007,dan turun
pada tahun 2008 menjadi 7.95%.
4.
Rentabilitas
[image:53.595.86.559.202.574.2]a.
Net Interest Margin (NIM)
Tabel 4.4
Net Interest Margin (NIM)
No.
Nama Perusahaan
NIM
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
3.90%
3.92%
3.69%
3.84%
2.
Bank Bukopin Tbk
6.92%
5.65%
5.88%
6.15%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
12.75%
9.90%
9.86%
10.83%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
5.67%
6.84%
5.49%
6.00%
5.
Bank Central Asia Tbk
7.91%
6.79%
7.21%
7.30%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
8.80%
10.26%
10.42%
9.83%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
4.73%
8.75%
8.23%
7.24%
8.
Bank International Indonesia Tbk
5.52%
5.12%
5.54%
5.39%
9.
Bank Kesawan Tbk
4.00%
5.73%
4.54%
4.76%
10.
Bank Mandiri (Persero) Tbk
4.80%
5.16%
5.11%
5.02%
11.
Bank Mayapada Tbk
5.71%
6.55%
7.00%
6.42%
12.
Bank Mega Tbk
3.50%
5.59%
5.34%
4.81%
13.
Bank Negara Indonesia Tbk
5.20%
5.22%
5.68%
5.37%
14.
Bank Niaga Tbk
6.44%
5.74%
5.29%
5.83%
15.
Bank OCBC NISP Tbk
5.00%
5.30%
5.57%
5.29%
16.
Bank Pan Indonesia Tbk
5.71%
5.25%
4.68%
5.21%
17.
Bank Permata Tbk
6.54%
7.93%
6.05%
6.84%
18.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11.53%
10.86%
9.36%
10.58%
19.
Bank Victoria International Tbk
2.98%
3.82%
3.84%
3.55%
Rata-Rata 6.19% 6.55% 6.25%
6.33%
Sumber: Penulis
Melalui rumus NIM yaitu dengan membandingkan antara pendapatan
bunga bersih dengan total aktiva produktif, maka diperolehlah nilai NIM dari
setiap bank seperti yang telah tertera di tabel diatas.
Pada tahun 2007 Bank BRI yang tahun lalu berada diurutan kedua
berhasil menggeser NIM Bank Bumi Artha walaupun mengalami penurunann
NIM sebesar 1% menjadi 10.86%. Sementara Bank Bumi Artha turun 3% di
posisi 9.90%. Penurunan ini menjadi penurunan yang paling besar diantara
bank-bank lain selama tahun 2007. NIM terendah masih dipegang oleh Bank
Victoria dengan NIM 3.82%. Dan disusul Bank Artha Graha dengan NIM
3.92%. Kenaikan NIM terbesar dipegang oleh Bank Eksekutif yaitu sekitar
4% dan Bank Mega sekitar 2%.
Pada tahun 2008, Bank Danamon yang tahun lalu berada di urutan kedua
kini berada di posisi teratas dengan NIM 10.42%. Bank BRI mengalami
penurunan NIM sekitar 1%. Pergantian posisi terendah dari tahun lalu dialami
oleh Bank Artha dan Bank Victoria. Tahun 2008, Bank Artha berada di posisi
terakhir dengan NIM 3.69% dan Bank Victoria 3.84%. Selama tahun 2008
tidak ada kenaikan atau penurunan NIM yang cukup berarti.
Gambar 4.4
Net Interest Margin
b.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Tabel 4.5
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
No.
Nama Perusahaan
BOPO
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
97.14%
97.43%
97.50%
97.36%
2.
Bank Bukopin Tbk
81.94%
83.66%
82.10%
82.56%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
75.83%
79.87%
76.92%
77.54%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
92.53%
81.12%
92.06%
88.57%
5.
Bank Central Asia Tbk
68.99%
67.11%
66.92%
67.67%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
79.88%
74.91%
84.70%
79.83%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
125.79%
114.39%
118.69%
119.62%
8.
Bank International Indonesia Tbk
90.68%
96.29%
94.30%
93.76%
9.
Bank Kesawan Tbk
97.25%
95.12%
102.64%
98.34%
10.
Bank Mandiri (Persero) Tbk
79.23%
71.43%
67.00%
72.56%
[image:55.595.75.559.530.746.2]12.
Bank Mega Tbk
91.18%
76.42%
79.17%
82.26%
13.
Bank Negara Indonesia Tbk
85.14%
93.33%
90.71%
89.73%
14.
Bank Niaga Tbk
78.55%
77.66%
88.47%
81.56%
15.
Bank OCBC NISP Tbk
87.99%
88.19%
86.12%
87.43%
16.
Bank Pan Indonesia Tbk
60.84%
60.43%
74.12%
65.13%
17.
Bank Permata Tbk
89.88%
84.78%
88.58%
87.75%
18.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
74.38%
69.85%
72.75%
72.33%
19.
Bank Victoria International Tbk
86.29%
85.34%
91.85%
87.83%
Rata-Rata
85.84%
83.34%
86.51%
85.23%
Sumber: Penulis
Melalui rumus BOPO yaitu dengan membandingkan antara beban
operasional dengan total pendapatan operasional, maka diperolehlah nilai
BOPO dari setiap bank seperti yang telah tertera di tabel diatas.
Pada tahun 2006, niali tertinggi BOPO terdapat pada Bank Eksekutif
Internasional yaitu 125.79%. Rasio yang lebih dari 100% ini bertahan sampai
tahun 2008, yaitu 114.39% tahun 2007 dan 118.69% tahun 2008. Nilai BOPO
ini mengindikasikan bahwa jumlah beban operasional lebih besar daripada
pendapatan operasionalnya. Selain menunjukan kerugian operasional, hal ini
juga menunjukkan ketidakefisienan perusahaan dalam mengeluarkan beban
perusahaan. Sementara itu, bank yang menunjukkan keefisienannya adalah
Bank PAN Indonesia dengan BOPO 60.84% tahun 2006, 60.43% tahun 2007,
dan melonjak di tahun 2008 menjadi 74.12%. Bank BCA dengan BOPO
68.99% tahun 2006, 67.11% tahun 2007, dan 66.92% tahun 2008 menjadikan
bank ini berada di tempat kedua untuk ukuran keefisiensiannya.
Gambar 4.5
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
[image:57.595.79.561.502.752.2]5.
Likuiditas
Tabel 4.6
Loan to Deposit Ratio (LDR)
No.
Nama Perusahaan
LDR
2006
2007
2008
Rata-Rata
1.
Bank Artha Graha Internasional Tbk
79.58%
82.27%
93.56%
85.14%
2.
Bank Bukopin Tbk
59.00%
65.37%
83.72%
69.37%
3.
Bank Bumi Artha Tbk
45.51%
51.99%
59.86%
52.45%
4.
Bank Bumiputera Indonesia Tbk
87.42%
84.50%
90.44%
87.45%
5.
Bank Central Asia Tbk
40.21%
43.55%
53.81%
45.86%
6.
Bank Danamon Indonesia Tbk
75.96%
88.81%
87.85%
84.21%
7.
Bank Eksekutif Internasional Tbk
74.78%
78.05%
71.01%
74.61%
8.
Bank International Indonesia Tbk
58.46%
77.07%
80.98%
72.17%