PENGARUH RPE TERHADAP PERUBAHAN
LENGKUNG GIGI
TESIS
OLEH
YERZI AMRI RINJANI
Nim : 057028005
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
PENGARUH RPE TERHADAP PERUBAHAN
LENGKUNG GIGI
TESIS
Untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti ( Sp.Ort ) dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia
pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
OLEH
YERZI AMRI RINJANI
057028005
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERSETUJUAN TESIS
Judul Tesis : PENGARUH RPE TERHADAP
PERUBAHAN LENGKUNG GIGI
Nama Mahasiswa : YERZI AMRI RINJANI
Nomor Induk Mahasiswa : 057028005
Program : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI
SPESIALIS ORTODONSIA
Menyetujui
Telah diuji
Pada Hari Selasa, 19 April 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Penguji I : F.Susanto A. drg.,Sp.Ort (K), FICD
Penguji II : Muslim Yusuf, drg.,Sp.Ort (K)
PERNYATAAN
PENGARUH RPE TERHADAP PERUBAHAN
LENGKUNG GIGI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 26 April 2011 Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
Ortodonti di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan pengarahan
serta saran dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D., Sp.Prost(K) selaku mantan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K) selaku ketua Departemen
Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak F. Susanto A, drg.,Sp.Ort(K).,FICD selaku dosen pembimbing
utama dan tim penguji yang telah menyediakan waktu, fikiran dan
tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
7. Ibu Amalia Oeripto, drg.,MS.,Sp.Ort(K) selaku dosen yang telah turut
membantu penyempurnaan tesis ini.
8. Bapak Drs. Abdul Jalil Arma, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, atas
bimbingannya dalam analisa statistik hasil penelitian.
9. Almarhum ayahanda tercinta (H. Ruslan Mansyur) dan Ibunda tercinta
(Hj. Tengku Farida) yang telah melahirkan dan membesarkanku serta
selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis untuk terus
selalu berbuat kebaikan, serta adik-adikku tersayang Dra. Susi
Rusida, Suzanna,drg,. Yudi Amri, S.Sos,Y.P. Risdianto yang juga
telah memberikan perhatiannya yang begitu besar.
10.Keluargaku tercinta, istriku Rachmiaty Salmy dan anak-anakku Novi
Putri Faghira dan Dimas Abizar Rahman atas dukungan serta kasih
sayang kalian semua menjadi inspirasi dan memberi semangat padaku.
Begitu juga kepada Bapak dan Ibu Mertua serta keluarga semuanya.
11.Sahabatku, Romy Roslin M, drg., Sp.Ort, T. Lusi Laialani, drg. Dini
Rettyfina, drg, Tulus Pasaribu, drg., Sp.BM, H. Agus Pramono, drg.,
M. Kes yang telah memberi dukungan dan semangat selama
melaksanakan pendidikan .
12. Teman-teman seangkatanku di PPDGS Ortodonti FKG USU, Lina
Hadi, drg., Sp.Ort, Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort, Amiatun, drg., Sp.Ort,
yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan pendidikan.
13.Abang/Kakak/Adik Junior di PPDGS Ortodonti FKG USU yang tidak
14.Seluruh Staf Pegawai PPDGS Ortodonti FKG USU.
Akhirnya kepada semua pihak penulis juga memohon maaf atas khilaf
dan salah selama ini dan kepada Allah penulis mohon ampun, Billahittaufiq
Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Medan, 26 April 2011
Penulis
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian --- 16
3.2. Tempat dan Waktu --- 16
3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel --- 16
3.4. Kriteria Sampel --- 16
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional --- 17
3.6. Alat dan Bahan --- 20
3.7. Metode Pengukuran --- 21
3.8. Metode Pengumpulan Data --- 23
3.9. Metode Analisis Data --- 23
BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian dan Analisis Data --- 24
BAB 5. PEMBAHASAN --- 26
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan --- 28
6.2. Saran --- 28
DAFTAR KEPUSTAKAAN --- 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran lebar interkaninus, lebar intermolar,
panjang lengkung dan perimeter lengkung sebelum dan sesudah
ekspansi --- 24
Tabel 4.2. Perubahan lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang
lengkung dan perimeter lengkung sesudah ekspansi --- 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. A. Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan sagital --- 7
B. Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan frontal --- 7
Gambar 5. Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang frontal --- 7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alur Penelitian ... 32
2. Jadwal Penelitian ... 33
ABSTRAK
Latar Belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan lengkung gigi dalam arah transversal, anteroposterior dan perimeter lengkung gigi setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing.
Metode Penelitian : Sampel penelitian terdiri dari 8 pasien (usia non growing) yang membutuhkan perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non
growing. Perubahan lengkung dalam arah transversal, anteroposterior dan
perimeter lengkung gigi diukur dari studi model sebelum ekspansi (T1) dan setelah ekspansi (T2).
Hasil Penelitian : Test statistik ANOVA terlihat perubahan yang signifikan pada lengkung gigi dalam arah transversal (lebar lengkung gigi) yaitu lebar interkaninus sebesar 3,10 mm dengan standar deviasi1,85 (p<0,05), lebar intermolar 6,64 mm standar deviasi 2,37 (p<0,001). Dalam arah anteroposterior panjang lengkung berubah signifikan sebesar 1,71 standar deviasi 1,79 (p<0,05). Dan perimeter lengkung juga berubah secara signifikan sebesar 7,19 mm standar deviasi 1,14 (p<0,0001).
ABSTRACT
Introduction : The aim of this study was to know the changes of dental arch in tranverse dimensions, anteroposterior and arch perimeter after fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients.
Methods : Eight subjects ( non growing aged ) who required fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients. Dental changes in transverse, anteroposterior and arch perimeter were measured from dental cast study models before expansion (T1) and after expansioin (T2).
Result : ANOVA test showed a statistically significant change for dental arch in transverse ( arch width ) : intercanine width was 3,10 mm standard deviation 1,85 (p<0,05), intermolar width was 6,64 mm standard deviation 2,37 (p<0,001). In anteroposterior, arch length was significantly change about 1,71 standard deviation 1,79 (p<0,05). Arch perimeter was also significantly change at 7,19 mm standard deviation 1,14 (p<0,0001).
Conclusions : There were significant change of dental arch in tansverse, enteroposterior and arch perimeter on non growing patients.
ABSTRAK
Latar Belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan lengkung gigi dalam arah transversal, anteroposterior dan perimeter lengkung gigi setelah perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non growing.
Metode Penelitian : Sampel penelitian terdiri dari 8 pasien (usia non growing) yang membutuhkan perawatan ortodonti cekat kombinasi RPE pada pasien non
growing. Perubahan lengkung dalam arah transversal, anteroposterior dan
perimeter lengkung gigi diukur dari studi model sebelum ekspansi (T1) dan setelah ekspansi (T2).
Hasil Penelitian : Test statistik ANOVA terlihat perubahan yang signifikan pada lengkung gigi dalam arah transversal (lebar lengkung gigi) yaitu lebar interkaninus sebesar 3,10 mm dengan standar deviasi1,85 (p<0,05), lebar intermolar 6,64 mm standar deviasi 2,37 (p<0,001). Dalam arah anteroposterior panjang lengkung berubah signifikan sebesar 1,71 standar deviasi 1,79 (p<0,05). Dan perimeter lengkung juga berubah secara signifikan sebesar 7,19 mm standar deviasi 1,14 (p<0,0001).
ABSTRACT
Introduction : The aim of this study was to know the changes of dental arch in tranverse dimensions, anteroposterior and arch perimeter after fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients.
Methods : Eight subjects ( non growing aged ) who required fixed orthodontic treatment combined with RPE on non growing patients. Dental changes in transverse, anteroposterior and arch perimeter were measured from dental cast study models before expansion (T1) and after expansioin (T2).
Result : ANOVA test showed a statistically significant change for dental arch in transverse ( arch width ) : intercanine width was 3,10 mm standard deviation 1,85 (p<0,05), intermolar width was 6,64 mm standard deviation 2,37 (p<0,001). In anteroposterior, arch length was significantly change about 1,71 standard deviation 1,79 (p<0,05). Arch perimeter was also significantly change at 7,19 mm standard deviation 1,14 (p<0,0001).
Conclusions : There were significant change of dental arch in tansverse, enteroposterior and arch perimeter on non growing patients.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat populer untuk mengoreksi maksila dalam arah transversal salah
satunya adalah Rapid Palatal Expansion/RPE. RPE bertujuan untuk mengoreksi
defisiensi maksila dalam arah transversal, dan untuk menambah panjang lengkung
maksila. RPE merupakan alat yang bekerja secara ortodontik dan ortopedik.
Kekuatan yang dihasilkan akan membuka sutura midpalatal, yaitu dengan adanya
peningkatan lebar maksila dalam dimensi transversal disertai perubahan
dental.
Alat ini akan memberikan gaya yang dihasilkan oleh Jackscrew
melampaui batas resistensi sutura sehingga tidak hanya terjadi pemisahan sutura
midpalatal melainkan semua sutura maksila lainnya. Melalui pemisahan sutura ini,
maksila didorong untuk menempatkan posisinya ke bawah dan ke depan dengan
rotasi komponen maksila pada bidang horizontal dan frontal.
1,2,3,4,5
Penelitian mengenai keberhasilan pemakaian RPE pada pasien non
growing masih menjadi kontroversi. Namun, pengaruh dari penggunaan RPE
telah dilaporkan dari penelitian sebelumnya pada usia yang bervariasi. Menurut
Graber, pemakaian RPE diindikasikan pada pasien growing, tidak pada pasien non
growing.
1,2
1,3,4
Respon terbesar terjadi pada usia yang lebih muda daripada usia yang
lebih tua karena pengaruh dari alat ini menjadi kurang efektif yaitu tidak terjadi
melaporkan pada pasien non growing RPE memberikan perubahan yang
signifikan pada dental tapi tidak pada skeletal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh RPE
terhadap dental/lengkung gigi pada pasien non growing di klinik PPDGS
Ortodonti FKG USU.
1,4,5
1.2. Permasalahan
Apakah ada pengaruh RPE terhadap lengkung gigi pada pasien non
growing, meliputi :
1. Perubahan transversal dari lengkung gigi (lebar lengkung gigi)
sebelum dan sesudah ekspansi, meliputi :
a. Lebar interkaninus sebelum dan sesudah ekspansi.
b. Perubahan lebar intermolar sebelum dan sesudah ekspansi.
2. Perubahan anteroposterior dari lengkung gigi (panjang lengkung gigi)
sebelum dan sesudah ekspansi.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh RPE terhadap perubahan transversal dari
lengkung gigi (Lebar lengkung gigi) sebelum dan sesudah ekspansi.
2. Untuk mengetahui pengaruh RPE terhadap perubahan
anteroposterior dari lengkung gigi (Panjang lengkung gigi) sebelum
dan sesudah ekspansi.
3. Untuk mengetahui pengaruh RPE terhadap perubahan Perimeter
lengkung gigi sebelum dan sesudah ekspansi.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh RPE terhadap lengkung gigi pada pasien non growing yang
meliputi :
1. Perubahan transversal dari lengkung gigi (Lebar lengkung gigi)
sebelum dan sesudah ekspansi
2. Perubahan anteroposterior dari lengkung gigi (Panjang lengkung gigi)
sebelum dan sesudah ekspansi.
3. Perubahan Perimeter lengkung gigi sebelum dan sesudah ekspansi.
1.5. Manfaat Penelitian
• Membantu dalam menentukan rencana perawatan ortodonti dengan RPE
Gambar 1. RPE tipe Haas Expander.8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rapid Palatal Expansion
2.1.1. Pengertian
Rapid Palatal Expansion/RPE adalah suatu prosedur klinis yang bertujuan
untuk mengoreksi defisiensi maksila dalam arah transversal dan untuk menambah
panjang lengkung maksila.
2.1.2. Jenis-jenis Rapid Palatal Expansion
1,3
2.1.2.1. Banded Rapid Palatal Expansion
1. Tipe Haas Expander
Tipe ini diperkenalkan oleh Haas 1961, 1965, 1979 dan 1980, terdiri dari
band yang dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama maksila
(RPE-4 band). Di bagian tengah terdapat Jackscrew untuk
menghubungkan dua bagian akrilik yang menutupi mukosa palatal. Pada
bagian bukal dan lingual gigi posterior diletakkan wire support untuk
menambah rigidity. Alat ini lebih banyak menghasilkan pergerakan bodily
dan sedikit tipping, tapi sering terjadi inflamasi pada jaringan palatal
Gambar 2. RPE tipe Hyrax Expander; A. RPE 4-band, B. RPE 2-band .1
2. Tipe Hyrax Expander
Tipe ini terbuat dari stainless steel dengan band dipasangkan pada molar
pertama dan premolar pertama maksila (RPE-4 band) atau hanya molar
pertama maksila (RPE-2 band). Ekspansi screw terletak pada palatum
menutupi kontur palatum. Bukal dan lingual wire support dapat
ditambahkan untuk menambah rigidity alat (Gambar 2).8,9
2.1.2.2. Bonded Rapid Palatal Expansion
Akrilik split expander atau bonded RPE dapat memisahkan sutura
midpalatal dan melebarkan maksila serta mengaktivasi sistem sutura maksila.
Pada pasien growing, pengaruh alat ini adalah ortopedik alami. Bonded expander
tidak hanya mempunyai pengaruh dalam dimensi transversal tetapi juga terjadi
perubahan arah vertikal dan anteroposterior. Bagian oklusal dari gigi posterior
ditutup dengan akrilik setebal 3 mm dengan Split Biocryl seperti posterior bite
block yang dapat menghalangi erupsi gigi posterior, sehingga digunakan pada
wajah yang panjang (Gambar 3). Akrilik oklusal ini juga dapat membuka gigitan
Gambar 3. Bonded RPE.14
2.2. Biomekanik Rapid Palatal Expansion
RPE mampu mengeliminasi diskrepansi transversal lengkung rahang yang
disebabkan defisiensi maksila. Nanda telah memperlihatkan bahwa sutura wajah
dan jaringan periodontal memiliki respon sama terhadap gaya yang diberikan.
Gigi geligi dan tulang kraniofasial adalah hal penting yang melengkapi tubuh,
meliputi periodonsium dan sutura.
Lee dkk telah mengidentifikasi lokasi pusat resisten dari dentomaksila
dalam pandangan sagital dan frontal, seperti terlihat pada gambar 4. Lee juga
menyatakan bahwa gaya ekspansi yang dihasilkan akan diteruskan ke pusat
resisten dentomaksila melalui struktur osseus. Jika Jackscrew diaktifkan maka
akan menghasilkan moment dan gaya yang sama pada pusat resisten di tiap sisi
maksila. Moment yang dihasilkan tersebut tegak lurus terhadap jarak Y, yang
besarnya adalah besar gaya yang diberikan dikali dengan jarak Y (M=FY). Jarak
Y merupakan jarak dari lokasi pemberian gaya (lokasi jackscrew) ke pusat
resistensi dentomaksila (gambar 5)
1,7,10
7
Moment yang dihasilkan akan mengakibatkan maksila terbagi dua dan
berotasi pada pusat resisten, dimana pusat rotasi dentomaksila berada pada titik A
seperti yang terlihat pada gambar 6. Karena adanya struktur osseus, sutura
frontonasal mengalami resorbsi dengan cepat sehingga memungkinkan maksila
terbagi dua dan rotasi. Hal ini disebabkan terjadinya pola fringe (pola
mikro-stres) pada Zygoma. Pada sutura zygomaticotemporal mengalami pergeseran dan
pada sutura zygomaticomaksila dan sutura zygomaticofrontal mengalami tekanan
dan pergeseran. Sehingga terjadi pemisahan maksila menjadi dua bagian. 7
Dalam pandangan oklusal, terlihat bahwa lokasi pemberian gaya
Gambar 4.A, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan lateral. 7 B, Lokasi pusat resisten dentomaksila, pandangan frontal. 7
Gambar 5.Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang frontal. 7
dentomaksila, yang besar nya sama dengan moment to force ratio
(FZ/F=Z). Jarak Z sangat mempengaruhi lokasi titik A (pusat rotasi
dentomaksila) bila jarak Z berubah maka lokasi titik A akan berubah. Bila
penempatan jackscrew lebih ke atas mendekati palatum maka titik A lebih
ke superior (dalam pandangan frontal) sehingga mengakibatkan
berkurangnya tiping gigi. Dan bila penempatan jackscrew lebih ke
belakang maka lokasi titik A lebih ke posterior (dalam pandangan oklusal)
maka rotasi maksila dapat berkurang.
Gambar 6.Sistem gaya ekspansi sutura midpalatal pada bidang oklusal. 7
Gambar 7.Bidang frontal, pergerakan mikro (pola fringe). Tanda panah menunjukkan pusat rotasi dari tiap maksila yang terbagi. 7
2.3. Indikasi dan Kontra indikasi Rapid Palatal Expansion
Indikasi RPE adalah 8,9
Defisiensi maksila dengan gigitan terbalik posterior atau secara
keseluruhan :
Defisiensi maksila karena kebiasaan bernafas melalui mulut.
Defisiensi maksila tanpa crossbite (inklinasi gigi normal)
Defisiensi maksila dengan celah bibir dan palatum (telah dilakukan bone
graft)
Karena alasan medis misalnya adanya nasal deformitas sehingga terjadi
poor nasal airway
Kontra indikasi RPE adalah 8
Pasien dengan dataran mandibula curam dan pola pertumbuhan vertikal :
Asimetri maksila karena diskrepansi skeletal yang berat sehingga akan
lebih memuaskan bila dirawat secara bedah
2.4. Waktu Perawatan Rapid Palatal Expansion
Maturasi skeletal bervariasi pada setiap individu. Menurut Fernandes dkk
(1998) serta Rajagopal dan Kansel (2002), tahap-tahap maturasi skeletal pada
perempuan terjadi lebih awal dari laki-laki. Maturitas skeletal dapat dinilai dari
beberapa indikator biologi, yaitu pertambahan tinggi badan, maturasi skeletal
pergelangan tangan, erupsi dan perkembangan gigi, menarche, dada dan
mandibula dan pertumbuhan kraniofasial selama interval dari tahap tiga hingga
empat (Cvs 3-Cvs 4), ketika puncak tinggi badan juga terjadi secara bersamaan.8
T1. Inisiasi (tahap awal initiation)
Lamparski (1972) dan Fernandes dkk (1998) serta Franchi dan Bazetti telah
menentukan kriteria tahap-tahap maturasi vertebra servikal sebagai indikator
biologis yaitu (Gambar 9):
T2. Percepatan (accelaration)
T3. Masa pergantian (transition)
T4. Penurunan kecepatan (decelaration)
T5. Maturasi (maturation)
T6. Akhir pertumbuhan (completion)
Pada tahap tumbuh kembang juga dikenal adolescent spurt atau percepatan
pertumbuhan, yaitu pada wanita usia 11 sampai 12 tahun sedangkan pria 13
sampai 14 tahun, setelah adolescent spurt, pertumbuhan akan menurun.
Kebanyakan data dari beberapa penelitian mengenai waktu ideal untuk
perawatan defisiensi transversal pada maksila dengan menggunakan alat ortopedik
11
adalah tentang pertumbuhan dan maturasi sistem sutura intermaksilaris. Melson
menggunakan materi otopsi untuk memeriksa secara histologis maturasi sutura
midpalatal pada tahap perkembangan yang berbeda, yaitu 11,12
1. Tahap ‘infantil’
:
Di bawah usia 10 tahun, sutura lebar dan mulus.
2. Tahap ‘juvenile’
Usia 10-13 tahun, sutura telah berkembang menjadi bentuk sutura
squamosa yang lebih tipikal dengan bagian-bagian overlapping.
3. Tahap ‘adolescence’
Usia 13-14 tahun, sutura lebih bergelombang dan adanya peningkatan
interdigitasi.
4. Tahap ‘adult’
Di atas usia 14 tahun, sutura terlihat adanya synostosis dan sejumlah
formasi seperti jembatan tulang sepanjang sutura.
Dari data histologis penelitian yang dilakukan Melson (1982),
hambatannya adalah pasien pada tahap akhir maturasi skeletal, sutura midpalatal
akan sulit dilakukan ekspansi maksila ortopedik.
Beberapa studi tentang pengaruh RPE jangka panjang menunjukkan
bahwa penambahan dimensi transversal maksila relatif stabil.
5,12
12
Waktu perawatan
RPE telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya pada usia yang bervariasi.
Namun, respon alat ini lebih efektif digunakan pada usia lebih muda. Hal ini
berkaitan dengan bentuk anatomis dari maksila, yaitu pada usia lebih tua telah
Baccetti dkk mempelajari 46 pasien masa gigi bercampur dan menemukan bahwa
perubahan maksila secara signifikan terjadi pada tahap dini masa gigi bercampur
dibandingkan tahap akhir.1 Menurut Baccetti dkk, RPE digunakan pada pasien
masa prepubertal dan pubertal. Pengaruh RPE yang terjadi pada pasien dewasa
sangat kecil.
Pada penelitian Wertz dan Dreskin mencatat dari penemuan histologis
yang dilakukan bahwa perubahan ortopedi lebih besar dan lebih stabil pada pasien
yang dirawat di bawah usia 12 tahun. Namun, Merwin dkk, menemukan bahwa
adanya persamaan respon skeletal pada grup pasien usia lebih muda (5 s/d 8
tahun) dengan grup usia lebih tua (9 s/d 12 tahun).
5,12
6
Dalam bidang Ortodonti, faktor usia sangat mempengaruhi hasil
perawatan. Oleh karena itu, berdasarkan tahap tumbuh kembang manusia dengan
metode CVM dan penelitian yang dilakukan Melson terhadap sutura midpalatal
secara histologis, maka pada penelitian ini yang termasuk usia non growing yaitu
usia di atas 15 tahun dengan menggunakan metode maturasi skeletal CVM pada
Cvs 3 dan Cvs 4.
2.5. Pengaruh Rapid Palatal Expansion terhadap lengkung gigi.
Perubahan lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung
ditandai dengan perubahan lebar interkaninus, dan intermolar. Gigi premolar dan
molar maksila memperlihatkan kemiringan crown bukal yang berbeda secara
individual. Ekspansi palatal menghasilkan peningkatan panjang lengkung sekitar
0,7 kali perubahan lebar intermolar. Menurut Adkins dkk perubahan intermolar
dan interkaninus diprediksikan sebagai penambah perimeter lengkung dan
pertambahan perimeter lengkung yang terjadi dan X adalah pertambahan
intermolar.
Pergeseran palatal dari insisivus maksila menyebabkan panjang lengkung
gigi akan berkurang, menurut Adkins dkk tahun 1990 ekspansi RPE akan
mengurangi panjang lengkung Kemiringan crown bukal dari gigi penjangkar juga
terlihat sebagai akibat dari ekspansi alat.2,6,18 Tipping mahkota bukal gigi
penjangkar juga terjadi sekitar 6 + 6°. Namun, tidak ditemukan hubungan
signifikan secara statistik antara tipping gigi penjangkar dengan usia, lebar palatal
awal dan jumlah ekspansi.6,16,19 (Gambar 10)
Prediksi perubahan perimeter lengkung gigi untuk tingkat ekspansi
tertentu membantu dalam perencanaan perawatan kasus dengan RPE dan bisa
mempermudah perawatan orthodontik tanpa pencabutan.6
2.6. Kerangka Teori
RPE
Skeletal Dental
Pengaruh
- Sutura midpalatal
- Vertikal dari basis apikal & tinggi wajah
-Anteroposterior dari maksila
- Lebar lengkung - Panjang lengkung - Perimeter lengkung Defisiensi maksila
2.7. Kerangka Konsep
RPE
Non growing ( > 15 thn)
Pengaruh
Dental
1. Perubahan lebar lengkung Lebar interkaninus
Lebar intermolar
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Analitik dengan desain retrospektif. 20
3.2. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian : Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU
Waktu penelitian : Tahun 2010
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Pasien usia di atas 15 tahun (metode pengukuran model gigi) yang
menggunakan RPE tipe Hyrax Expander dengan lengan tambahan (extention arm)
di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU pada tahun 2005-2010.
3.3.2. Sampel
Perkiraan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel purposif, yaitu
besar sampel 8 orang.
3.4. Kriteria Sampel
21
Kriteria inklusi :
• Pasien yang menggunakan RPE tipe Hyrax Expander dengan
• Model cetakan gigi sebelum dan sesudah ekspansi dengan RPE dan
dalam masa pasif
Kriteria eksklusi :
• Model gigi mengalami kerusakan
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Hubungan Antar Variabel
3.5.2.Variabel bebas
RPE tipe Hyrax Expander dengan extention arm
3.5.3. Variabel tergantung Lebar interkaninus - Perimeter lengkung gigi
VARIABEL TERKENDALI
- Usia non growing ( > 15 thn)
VARIABEL TAK TERKENDALI
- Waktu pencetakan dan pengisian gips
3.5.4. Variabel terkendali
Usia non growing (> 15 tahun).
3.5.5. Variabel tak terkendali
Waktu pencetakan dan pengisian gips
Cara penyimpanan model kurang baik
3.5.6. Definisi Operasional
RPE tipe Hyrax Expander dengan extention arm adalah alat
ekspansi yang terdiri dari screw ekspansi dibantu dengan empat
molar band yang disemenkan pada dua gigi molar permanen dan
dua gigi premolar permanen maksila dengan lengan tambahan
(extention arm) berupa kawat yang memanjang sampai ke regio
insisivus sentralis maksila (Gambar 11). 8,9
Usia non growing adalah usia di atas 15 tahun.
T1LK adalah Lebar interkaninus sebelum ekspansi.
11,12
T1LM adalah Lebar intermolar sebelum ekspansi .
1
T1PL adalah Panjang lengkung gigi sebelum ekspansi.
1
1
Gambar 11.RPE tipe Hyrax Expander dengan extention arm
di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU.
T1P adalah Perimeter lengkung gigi sebelum ekspansi.
T2LK adalah Lebar interkaninus sesudah ekspansi.
1
T2LM adalah Lebar intermolar sesudah ekspansi.
1
T2PL adalah Panjang lengkung gigi sesudah ekspansi.
1
T2P adalah Perimeter lengkung gigi sesudah ekspansi.
1
Lebar interkaninus adalah jarak antara ujung cusp kaninus kanan
dan kiri.
1
1
Lebar intermolar adalah jarak antara ujung cusp mesiobukal molar
pertama kanan dan kiri.
sentralis tegak lurus ke garis yang menghubungkan titik kontak
Perimeter lengkung gigi adalah penjumlahan segmen antara titik
kontak dari mesial molar satu kanan sampai molar satu kiri.1
(Gambar 14)
Gambar 14 Perimeter lengkung
3.6. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang digunakan :
Jangka sorong digital merk prohex. (Gambar 15)
Pensil wax berwarna kuning untuk sebelum ekspansi dan pensil
wax berwarna merah untuk sesudah ekspansi. (Gambar 16)
Gambar 16. Pensil wax berwarna
Bahan penelitian yang digunakan :
Model studi sebelum ekspansi
Model studi sesudah ekspansi dan masih dalam pada masa pasif
(Gambar 17)
Gambar 17. Model studi sebelum dan sesudah ekspansi.
3.7. Metode Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan mengacu pada penelitian sebelumnya ( Adkins
1990 dan Moussa 1995 ), meliputi:
• Pengukuran Lebar lengkung gigi (Gambar 18)
a. Lebar interkaninus sebelum ekspansi
b Lebar intermolar sebelum ekspansi
Gambar 18, Cara pengukuran untuk lebar lengkung gigi • Pengukuran Panjang lengkung gigi (Gambar 19)
e. Panjang lengkung gigi sebelum ekspansi
f. Panjang lengkung gigi sesudah ekspansi
Gambar 19. Cara pengukuran panjang lengkung gigi
• Pengukuran Perimeter lengkung gigi (Gambar 20)
g. Perimeter lengkung gigi sebelum ekspansi
Gambar 20. Cara pengukuran perimeter lengkung gigi
3.8. Metode Pengumpulan Data
Model studi dibagi atas 2 grup, yaitu model studi sebelum ekspansi dan model
studi sesudah ekspansi. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran pada
model studi di maksila. Pada daerah yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu
titiknya dan ditandai dengan pensil wax berwarna pada model studi. Kemudian
dilakukan pengukuran transversal dan sagital pada model studi.
Data diambil dari pasien-pasien usia di atas 15 tahun yang menggunakan
RPE tipe Hyrax Expander di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU pada tahun
2005 – 2010.
3.9. Metode Analisis Data
Data diolah secara statistik. Kemudian data dianalisa dengan paired t-test
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil dan Analisis Data
Data hasil pengukuran model studi untuk melihat perubahan lebar
interkaninus, lebar intermolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung sesudah
ekspansi dengan RPE dapat terlihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung sebelum dan sesudah ekspansi
N Mean
Table 4.2. Perubahan lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung sesudah ekspansi
Berdasarkan hasil analisa statistik ternyata lebar interkaninus bertambah
intermolar juga bertambah secara signifikan sebesar 6,64 mm dengan standar
deviasi 2,37 (p<0,001). Pada panjang lengkung terlihat penambahan yang
signifikan sebesar 1,71 mm dengan standar deviasi 1,79 (p<0,05) dan perimeter
lengkung juga bertambah secara signifikan sebesar 7,19 mm dengan standar
deviasi 1,14 (p<0,0001).
BAB 5
PEMBAHASAN
Perawatan dengan RPE dapat digunakan pada pasien dengan usia growing
dan non growing. Hasil perawatan dengan alat ini memberikan respon yang
efektif pada usia growing, sedangkan pada usia non growing kurang efektif, hal
tersebut berkaitan dengan anatomis dari maksila. Pada usia non growing, tulang
sepanjang garis sutura midpalatal telah terjadi penyatuan sehingga tidak terjadi
pemisahan sutura midpalatal sebagai efek pemakaian RPE1,2,3
Davidovitch dkk pada tahun 2005 menyatakan pemakaian RPE pada usia
growing memberikan efek dental dan skeletal yang signifikan. Sedangkan pada
usia non growing walaupun menunjukan efek skeletal tidak signifikan tetapi
menimbulkan efek dental yang signifikan.
.
Pemakaian RPE akan menimbulkan ekspansi dalam arah transversal. Gaya
yang diberikan pada sekrup akan mengakibatkan interkaninus terekspansi
sehingga terjadi pertambahan lebar interkaninus. Pada penelitian ini menunjukan
bahwa lebar kaninus bertambah secara signifikan sebesar 3,10 mm ± 1,85. Adkins
dkk tahun 1990 yang meneliti 21 sampel juga menyatakan ekspansi dengan RPE
akan terjadi pertambahan lebar interkaninus yang signifikan sebesar 2,9 mm ± 1,4.
Peneliti lain Moussa dkk tahun 1995 juga meneliti efek RPE menyatakan
pertambahan lebar interkaninus terjadi secara signifikan sebesar 3,6 mm ± 3,0 dan
Davidovitch dkk tahun 2005 lebar interkaninus bertambah 2,78 mm ± 2.38.
Ekspansi dengan RPE juga mengakibatkan pertambahan lebar intermolar.
Pada penelitian ini lebar intermolar secara signifikan bertambah sebesar 6,64 mm
21 pasien yang dirawat dengan RPE, bahwa dengan pemakaian RPE lebar
intermolar bertambah sebesar 6,5 mm ± 1,2. Penelitian lain yang juga menyatakan
bahwa RPE akan menambah lebar intermolar yaitu Moussa dkk (6,7 mm ± 4,1)
serta Davidovitch dkk (6,36 mm ± 4,44).
Dalam arah sagital RPE memberikan efek terhadap panjang lengkung gigi
anterior maksila. Dalam penelitian ini pertambahan panjang lengkung signifikan
terjadi yaitu sebesar 1,71 mm ± 1,79. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Adkins dkk. Pada penelitiannya, panjang lengkung gigi tidak
bertambah melainkan berkurang sebesar 0,4 mm ± 0,5 karena pergerakan
insisivus maksila ke palatal. Hasil yang berlawanan tersebut diduga karena adanya
penambahan lengan (extention arm) sampai regio insisivus pertama pada RPE
yang digunakan pada penelitian ini, sehingga pergerakan insisivus ke palatal
terhalang lengan tambahan (extention arm) tersebut
Pada penelitian ini perimeter lengkung signifikan bertambah sebesar 7,19
mm ± 1,14. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Davidovitch dkk,
pertambahan perimeter lengkung lebih kecil yaitu sebesar 5,87 mm ± 5,10.
Menurut Adkins dkk pertambahan perimeter lengkung berhubungan kuat dengan
pertambahan lebar intermolar (r2=0,54). Mereka juga menyatakan bahwa
pertambahan perimeter lengkung 0,7 kali pertambahan lebar intermolar. Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Berlocher pada tahun 1980.
Berlocher menyatakan bahwa pertambahan perimeter lengkung sesudah ekspansi
BAB 6
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa :
1. Sesudah pemakaian RPE terjadi perubahan dalam arah transversal
yaitu pertambahan yang signifikan pada lebar interkaninus dan
intermolar dan sagital, yaitu pertambahan yang signifikan pada
panjang lengkung gigi, serta perimeter lengkung.
2. Sesudah pemakaian RPE lengkung gigi bertambah secara signifikan.
3. Pemakaian RPE pada usia non growing dapat memberikan perubahan
yang signifikan pada lengkung gigi.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
2. Perlu dilakukan penelitian pada pasien yang dirawat dengan RPE tanpa
DAFTAR PUSTAKA
1. Davidovitch M, Efstathiou S, Same O and Vardimon AD. Skeletal and
Dental Response to Rapid Maxillary Expansion with 2-versus 4-band
Appliances, Am J Orthod Dentofacial Orthop 2005; 127: 483-92.
2. Da Silva OG, Boas MCV, Capelozza L, Rapid Maxillary Expansion in
The Primary and Mixed Dentitions: A Cephalometric Evaluation, Am J
Orthod Dentofacial Orthop 1991;100:171-81.
3. Saadia M, Torres E, Sagital Changes after Maxillary Protraction with
Expansion in Class III Patients in The Primary, Mixed, and Late Mixed
Dentitions: A Longitudinal Retrospective Study, Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2000;117:669-80.
4. Hesby RM, Marshall SD, Dawson DV, Southard KA, Casko JS,
Franciscus RG, Southard TE, Transverse Skeletal and Dentoalveolar
Changes During Growth, Am J Orthod Dentofacial Orthop
2006;130:721-31.
5. Franchi L, Baccetti T, McNamara JA, Postpubertal Assessment of
Treatment Timing for Maxillary Expansion and Protraction Therapy
Followed by Fixed Appliances, Am J Orthod Dentofacial Orthop
2004;126:555-68.
6. Sandikcioiu M, and Hazar S, Skeletal and Dental Changes After
Maxillary Expansion In The Mixed Dentition. Am J Orthod Dentofacial
7. Braun S, Bottrel A, Lee K-G, Lunazzi JJ, Legan HL. The Biomechanics
of Rapid Maxillary Sutural Expansion, Am J Orthod Dentofacial Orthop
2000;118:257-61.
8. Bishara SE, Textbook of Orthodontics, Philadelpia, WB. Saunders Co,
2001;324-74.
9. McNamara JA, dkk, Orthodontic and Dentofacial Orthopedic, Michigan,
Needham Press Inc 1994; 75-84.
10.Utomo H, Margaretha MS, The Orthopedic Face Mask Therapy: Is It
Effective in Adult Patient? (Case Report), Majalah Ortodontik Suplemen
Agustus 2007 Bali Orthodontic Conference:1-5.
11.Koesoemahardja HD, Jenie I, Tumbuh Kembang Kraniodentofasial, FKG
TRISAKTI, 2004; 11-12.
12.Baccetti T, Franchi L, Cameron CG, McNamara JA. Treatment Timing
for Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2001; 71: 343-350.
13.Jiang J, Lin J, Ji C, Two-Stage Treatment of Skeletal Class III
Malocclusion during The Early Permanent Dentition, Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2005;128:520-7.
14.Vargo J, Buschang PH, Boley JC, English JD, Behrents RG, and Owen
H, Treatment Effects and Short-Term Relapse of Maxillomandibular
Expansion during The Early to Mid Mixed Dentition, Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2007;131:456-63.
15.Geran RG, McNamara JA, Baccetti T, Franchi L, Shapiro LM, A
Expansion in The Early Mixed Dentition, Am J Orthod Dentofacial
Orthop 2006;129:631-40.
16.Filho L, Ruellas ACO, Long-Term Anteroposterior and Vertical
Maxillary Changes in Skeletal Class II Patients Treated with Slow and
Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthodontist 2005 vol 77,870-74.
17.Da Silva OG, Montes LAP, Torelly LF, Rapid Maxillary Expansion in
The Deciduous and Mixed Dentition Evaluated through Posteroanterior
Cephalometric Analysis, Am J Orthod Dentofacial Orthop 1995;107:
268-75.
18.Smith SW, English JD, Orthodontic Correction of A Class III
Malocclusion in An Adolescent Patient With A Bonded RPE and
Protraction Face Mask, Am J Orthod Dentofacial Orthop
1999;116:177-83.
19.Garib DG, Henriques JFC, Carvalho PEG, Gomes SC, Longitudinal
Effects of Rapid Maxillary Expansion, Angle Orthod 2007; 77: 442-447.
20.Budiarto E, Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC 2003; 14-17
Alur Penelitian
RPE
Non growing ( > 15 thn )
Model studi
Sebelum ekspansi Sesudah ekspansi
T1LK T1P T2LK T2LM
Pengukuran :
1. Perubahan Lebar lengkung gigi - Lebar interkaninus ( LK ) - Lebar intermolar ( LM )
2. Perubahan Panjang lengkung gigi (PL) 3. Perubahan Perimeter lengkung gigi (P)
T1PL
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan Maret 2009 - Agustus 2010
3 4 5 6 7 8
1 Penelusuran kepustakaan xx xx xx xx xx
2 Pembuatan proposal
xx xx xx
3 Seminar proposal xxxx
4 Pengambilan data di lapangan
xx xxx xx
5 Penulisan laporan tesis xx xx xx
6 Seminar hasil xx
7 Perbaikan dan penyerahan laporan
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Yerzi Amri Rinjani
Tempat/Tgl/Lahir : Lombok Timur, 13 Maret 1965
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. STM No. 17 C Kp. Baru Medan
PENDIDIKAN FORMAL
1970 – 1976 : SD Negeri V Jakarta
1977 – 1980 : SMP Negeri I Tg. Balai Asahan
1980 – 1983 : SMA Negeri 3 Medan
1984 – 1991 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2005 : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis I FKG