• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang Mengandung Indometasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang Mengandung Indometasin"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PEN

DA

M

NGEMBA

AN SIFAT

MATRIKS

M

U

ANGAN,

T BERTA

S KALSIU

MENGAN

SU

FAK UNIVERSI

EFEK IR

AHAN DA

UM ALGI

NDUNG IN

SKRIP

OLEH USANTI SI

0508040

KULTAS F ITAS SUM MEDA 2010

RITASI SE

ALAM LA

INAT- KI

NDOMET

PSI

H:

IREGAR 069

FARMASI MATERA U

AN 0

ECARA H

AMBUNG

ITOSAN

TASIN

UTARA

HISTOLO

G DARI

YANG

(2)

UJI PEN

DA

M

Di

NGEMBA

AN SIFAT

MATRIKS

M

iajukan un gelar

U

ANGAN,

T BERTA

S KALSIU

MENGAN

ntuk meleng r Sarjana F Unive

SU N

FAK UNIVERSI

EFEK IR

AHAN DA

UM ALGI

NDUNG IN

SKRIP gkapi salah Farmasi pa ersitas Sum

OLEH USANTI SI

NIM : 0508

KULTAS F ITAS SUM MEDA 2010

RITASI SE

ALAM LA

INAT- KI

NDOMET

PSI

h satu syara ada Fakulta matera Utar

H:

IREGAR 804069

FARMASI MATERA U

AN 0

ECARA H

AMBUNG

ITOSAN

TASIN

at untuk m as Farmasi ra

UTARA

HISTOLO

G DARI

YANG

mencapai i

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI PENGEMBANGAN, EFEK IRITASI SECARA HISTOLOGI

DAN SIFAT BERTAHAN DALAM LAMBUNG DARI

MATRIKS KALSIUM ALGINAT- KITOSAN YANG

MENGANDUNG INDOMETASIN

OLEH:

SUSANTI SIREGAR NIM: 050804069

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : April 2010

Pembimbing I Panitia Penguji

(Dra. Dra. Anayanti Arianto, MSi., Apt.) (Dr. Karsono, Apt) NIP. 195306251986012001 NIP. 1950060719 0 002

Pembimbing II

(Dra. Masria L.Tambunan,M.Si,Apt.) NIP. 195005081977022001

(dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes) NIP. 197610042001122002

(Dra. Masfria MS., Apt.) NIP 195707231986012001

(Dra. Saleha Salbi M.Si., Apt.) NIP. 130 817 963

Medan, April 2010 Fakultas Farmasi UniversitasSumatera Utara

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala Kasih, Karunia,

dan Kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini yang berjudul “Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan

Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang

Mengandung Indometasin”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera

Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan laju pelepasan dan

efek iritasi dari indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan serta untuk

mengetahui sifat bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan

yang mengandung indometasin. Melalui penelitian ini diketahui bahwa laju

pelepasan indometasin dari matriks kalsium alginat-kitosan diperkirakan lebih

cepat terjadi di usus, matriks kalsium alginat-kitosan tidak dapat mencegah iritasi

pada lambung yang disebabkan oleh indometasin dan matriks tersebut memiliki

sifat bertahan dalam lambung. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi

informasi untuk pengembangan sediaan farmasi yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis penulis menyampaikan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto M.Si., Apt. dan Ibu

dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes. selaku pembimbing yang penuh kesabaran

membimbing dan mengarahkan penulis dari awal penelitian hingga selesainya

penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra,

(5)

selaku penasehat akademik, Prof. Dr. Hakim Bangun selaku Kepala Laboratorium

Farmasi Fisik yang telah mengijinkan dan memberikan fasilitas serta banyak

masukan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian ini hingga selesai

dengan baik. Kepada orang tua, Ayahanda alm. T.S.P. Siregar, M. Kes, Ibunda

alm. S. br Harianja dan A. Harianja tercinta, serta Kak Laura, Bang Willy Susanto

Situmorang, Ika, Lia, Nella, Kak Ame, Ros, Bu Ira, Bang Gokma, Arti, Bang

Septiani, dan seluruh keluarga yang tidak dapat dituliskan satu persatu atas doa,

dorongan dan pengorbanan baik moril maupun material dalam penyelesaian

skripsi ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih buat teman-teman

seperjuangan yang tercinta (Anggelia dan Yuli yang selalu setia menjadi tempat

curhat penulis, Hermin yang selalu setia mendukung dan menasehati penulis,

Juniar dan Sandry yang telah berkorban banyak waktu dan tenaga untuk

membantu penulis dalam pembuatan kandang kelinci, Andi dan Intan yang telah

mengajar dan memberi banyak masukan kepada penulis, Harry, Siska, Rianti,

Ernita, Riris, Dian, Ester, Januar, Tagor, Iwanto, Viktor dan seluruh anak Farmasi

stambuk 2005 yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun spirituil.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran

untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi

ilmu pengetahuan, khususnya bidang farmasi.

Medan, April 2010

Penulis,

(6)

Uji Pengembangan, Efek Iritasi Secara Histologi Dan Sifat Bertahan Dalam Lambung Dari Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Yang Mengandung

Indometasin Abstrak

Telah dilakukan uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat

bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

indometasin. Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium

alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v)

sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir

matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu

dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro

dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam

dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti. Uji pengembangan secara in vivo

dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung

kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi

dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4

kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah

kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga,

dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium

alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut

dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi). Uji sifat

bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam

lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat.

Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan

bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin

mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji

efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi

matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi

yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil

uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium

alginat-kitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.

(7)

Swelling, Irritation Effect Histologically, and Gastroretentive Property of Calcium Alginate-Chitosan Matrix Containing Indomethacine

Abstract

Swelling, irritation effect histologically, and gastroretentive property of

calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine have been conducted.

The calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine was made by

mixing indomethacine with sodium alginate and chitosan equally and then it was

made to become a compact mass with the addition of 5% (b/v) mucillage of starch

(amili mucilago). After that the compact mass was formed to become spherical

matrices and were immersed into the 0,15 M of CaCl2 solution for 21 minutes.

Then the matrices were taken and dried at room temperature for 3 days. The in

vitro swelling was done by observing the changes of weight and diameter of the

matrix after been soaked in pH 1,2; pH 6,8 and changing pH of medium solutions.

The in vivo swelling was done by observing the changes of weight and diameter

of the matrix in rabbits’ stomach after 1, 2 and 3 days of drug giving. The study of

irritation effect histologically was done to 12 rabbits. These rabbits were divided

into 4 groups that consisted of 3 rabbits for each group. The 1st group was a group

given indomethacine in gelatin capsule. The 2nd, 3rd and 4th group were groups

given indomethacine in calcium alginate-chitosan matrix. After 1, 2 and 3 days of

drug giving, these rabbits were killed and observed macroscopically and

microscopically (histologically). The gastroretentive property was done by

examining the position of matrix in rabbits’ stomach that were killed after 1, 2 and

3 days of drug giving.

The result of the in vitro swelling showed that calcium alginate-chitosan

matrix containing indomethacine swelled in all of medium solutions, but it

swelled faster in pH 6,8 of medium solution. The irritation effect histologically

showed that 8 among 9 rabbits which were given indomethacine in calcium

alginate-chitosan matrix were irritated which were shown by the thinning of

epithelium and the vein dilatation. As a result of in vivo swelling, it was

concluded that calcium alginate-chitosan matrix had a gastroretentive property.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Perumusan Masalah ...

1.3 Hipotesis ...

1.4 Tujuan Penelitian ...

1.5 Manfaat Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... BAB III. METODELOGI PENELITIAN ...

3.1 Alat-alat ...

3.2 Bahan-bahan ...

3.3 Hewan Percobaan ...

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Medium ...

3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi Untuk Uji Histologi ...

3.6 Pembuatan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Yang Mengandung Indometasin ...

(9)

3.7.1 Parameter Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Secara In Vitro ...

3.7.2 Prosedur Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan ...

3.8 Uji Pengembagan Matriks Secara In Vivo dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...

3.9 Uji Efek Iritasi Terhadap Saluran Cerna Kelinci dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...

3.9.1 Pengamatan Makroskopik ...

3.9.2 Pengamatan Mikroskopik ...

3.9.3 Pembuatan Preparat Jaringan Organ Saluran Cerna ...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Pembuatan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan ...

4.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Secara In Vitro ...

4.2.1 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH 1,2 dan pH 6,8 ...

4.2.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH berganti ...

4.3 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Secara In Vivo dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...

4.4 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci ...

4.4.1 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...

4.4.1.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...

4.4.1.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...

(10)

4.4.2.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci

yang Diberi Indometasin dalam Kapsul Gelatin ...

4.4.2.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Kapsul Gelatin ...

4.4.3 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.3.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.3.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.4 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.4.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.4.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.5 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 3 Hari Setelah Pemberian Obat ...

4.4.5.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 3 Hari Setelah Pemberian Obat ...

(11)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ...

5.2 Saran ...

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pembagian kelinci berdasarkan pemberian sediaan ...

Tabel 2. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...

Tabel 3. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Tabel 4. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

Tabel 5. Rata- rata pertambahan berat (%) dan diameter (mm) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin pada lambung kelinci dan dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. ...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Foto matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

Indometasin (awal) ...

Gambar 2. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Gambar 3. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Gambar 4. Grafik perubahan diameter (

Фt/

Фi

) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Gambar 5. Foto keadaan matriks dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC...

Gambar 6. Foto keadaan matriks dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC...

Gambar 7. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

Gambar 8. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti ...

Gambar 9. Grafik perubahan diameter (

Фt

/

Фi

)

terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

Gambar 10. Foto keadaan matriks dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

Gambar 11. Grafik berat (mg) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. ...

(14)

Gambar 13. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 1 hari di dalam lambung kelinci ...

Gambar 14. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 2 hari di dalam lambung kelinci ...

Gambar 15. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 3 hari di dalam lambung kelinci ...

Gambar 16. Foto makroskopik lambung kelinci tanpa pemberian obat ...

Gambar 17.Foto makroskopik usus halus kelinci tanpa pemberian obat ...

Gambar 18. Foto makroskopik usus besar kelinci tanpa pemberian obat ...

Gambar 19. Foto mikroskopik jaringan saluran cerna kelinci tanpa pemberian obat dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...

Gambar 20. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin ...

Gambar 21. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin ...

Gambar 22. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. ...

Gambar 23. Foto mikroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin ...

Gambar 24. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 25. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 26. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...

(15)

Gambar 28. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 29. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 30. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 31. Foto mikroskopik lambung kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...

Gambar 32. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 33. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 34. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...

Gambar 35. Foto mikroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci ...

Lampiran 2. Bagan alur pembuatan matriks kalsium alginat-kitosan ...

Lampiran 3. Bagan alur uji pengembangan ...

Lampiran 4. Bagan alur pemeriksaan makroskopik saluran cerna ...

Lampiran 5. Bagan alur pemeriksaan mikroskopik lambung ...

Lampiran 6a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 6b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 6c. Data pertambahan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 7a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 7b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 7c. Data pertambahan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...

Lampiran 8a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

Lampiran 8b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...

(17)

Lampiran 9. Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm) matriks kalsium alginat-kitosan pada uji pengembangan secara in vivo ... Lampiran 10. Data berat dan diameter matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin setelah dikeringkan selama 3 hari ...

Lampiran 11. Foto makroskopik kelinci yang dibedah 4 hari setelah pemberian matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin ...

Lampiran 12. Foto makroskopik kelinci yang dibedah 5 hari setelah pemberian matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin ...

Lampiran 13. Foto alat mikrotom ...

Lampiran 14. Foto alat oven ...

Lampiran 15. Foto alat water bath ...

Lampiran 16. Foto blok parafin ...

(18)

Uji Pengembangan, Efek Iritasi Secara Histologi Dan Sifat Bertahan Dalam Lambung Dari Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Yang Mengandung

Indometasin Abstrak

Telah dilakukan uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat

bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

indometasin. Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium

alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v)

sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir

matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu

dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro

dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam

dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti. Uji pengembangan secara in vivo

dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung

kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi

dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4

kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah

kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga,

dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium

alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut

dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi). Uji sifat

bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam

lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat.

Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan

bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin

mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji

efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi

matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi

yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil

uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium

alginat-kitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.

(19)

Swelling, Irritation Effect Histologically, and Gastroretentive Property of Calcium Alginate-Chitosan Matrix Containing Indomethacine

Abstract

Swelling, irritation effect histologically, and gastroretentive property of

calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine have been conducted.

The calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine was made by

mixing indomethacine with sodium alginate and chitosan equally and then it was

made to become a compact mass with the addition of 5% (b/v) mucillage of starch

(amili mucilago). After that the compact mass was formed to become spherical

matrices and were immersed into the 0,15 M of CaCl2 solution for 21 minutes.

Then the matrices were taken and dried at room temperature for 3 days. The in

vitro swelling was done by observing the changes of weight and diameter of the

matrix after been soaked in pH 1,2; pH 6,8 and changing pH of medium solutions.

The in vivo swelling was done by observing the changes of weight and diameter

of the matrix in rabbits’ stomach after 1, 2 and 3 days of drug giving. The study of

irritation effect histologically was done to 12 rabbits. These rabbits were divided

into 4 groups that consisted of 3 rabbits for each group. The 1st group was a group

given indomethacine in gelatin capsule. The 2nd, 3rd and 4th group were groups

given indomethacine in calcium alginate-chitosan matrix. After 1, 2 and 3 days of

drug giving, these rabbits were killed and observed macroscopically and

microscopically (histologically). The gastroretentive property was done by

examining the position of matrix in rabbits’ stomach that were killed after 1, 2 and

3 days of drug giving.

The result of the in vitro swelling showed that calcium alginate-chitosan

matrix containing indomethacine swelled in all of medium solutions, but it

swelled faster in pH 6,8 of medium solution. The irritation effect histologically

showed that 8 among 9 rabbits which were given indomethacine in calcium

alginate-chitosan matrix were irritated which were shown by the thinning of

epithelium and the vein dilatation. As a result of in vivo swelling, it was

concluded that calcium alginate-chitosan matrix had a gastroretentive property.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka

jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat- zat

mikrobiologik. Inflamasi juga adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau

merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur

derajat perbaikan jaringan. Namun, kadang-kadang inflamasi tidak bisa

dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu

respons imun, seperti asma atau artritis rematoid. Pada kasus seperti ini, reaksi

pertahanan mereka sendiri mungkin menyebabkan luka jaringan progresif, dan

obat-obat anti-inflamasi mungkin diperlukan untuk memodulasi proses

peradangan (Mycek, dkk., 2001).

Indometasin merupakan salah satu dari obat- obat AINS turunan indol

metilat dengan efek lebih kuat dibanding aspirin (Daniel, 2006). Semua OAINS

merupakan iritan terhadap mukosa lambung, walaupun ada perbedaan gradasi

diantara obat-obat ini (Yodhian, 1994). Oleh karena itu, banyak penelitian yang

sudah dilakukan untuk mengatasi atau memperkecil efek iritasi yang disebabkan

oleh obat- obat AINS tersebut.

Kitosan adalah suatu polikationik polimer yang bersifat biodegradable,

biocompatible, bioabsorbable dan tidak toksik (Karo, dkk., 1995; Li, dkk., 1992).

(21)

dilakukan untuk tujuan pembuatan sediaan mikrokapsul dengan pelepasan obat

yang dapat dimodifikasi (Honary, et al., 2009).

Natrium alginat merupakan suatu polisakarida yang diperoleh dari alga

coklat yang merupakan suatu kopolimer yang terdiri dari β -D asam manuronat

(M) dan

α

(1,4)-L asam guluronat (G) (George dan Emilia, 2006). Salah satu sifat

dari natrium alginat adalah jika dicampurkan dengan larutan kalsium klorida

segera membentuk gel kalsium alginat yang tidak larut dalam air (Morries, et a.l,

1978). Polimer ini tidak bersifat toksik, tidak memberikan reaksi alergi dan dapat

terurai dalam tubuh. Secara klinis alginat telah digunakan sebagai anti ulkus

(Belitz, 1987).

Saat ini ketertarikan untuk melakukan studi tentang alginat-kitosan sebagai

bahan pembawa obat controlled release semakin meningkat. Beberapa peneliti

diantaranya adalah Gaserod, dkk. (1999), meneliti tentang pengaruh jumlah berat

molekul kitosan dengan ikatan antara alginat-kitosan. Dari hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa ikatan antara alginat dan kitosan akan semakin

meningkat seiring dengan menurunnya jumlah berat molekul kitosan. Selain itu

juga diketahui bahwa stabilitas dari kapsul alginat-kitosan sangat tergantung

dengan jumlah kitosan yang berikatan dengan kapsul. George dan Emilia (2006),

dalam penelitiannya tentang pelepasan obat-obat protein mengemukakan bahwa

penggabungan obat protein ke dalam matriks alginat-kitosan dapat meminimalkan

denaturasi dari protrein sehingga pelepasan obat dapat lebih efektif. Zhao, dkk.

(2007), melakukan enkapsulasi doxorubicin sebagai obat anti tumor dengan

alginat-kitosan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa doxorubicin yang

(22)

dari pada doxorubicin yang tidak dienkapsulasi. Wang, dkk. (2007), dalam

penelitiannya menemukan bahwa mikrokapsulasi alginat-kitosan adalah suatu cara

yang efektif untuk membuat ibuprofen sebagai obat dengan pelepasan

diperpanjang. Honary, dkk. (2009), membuat sediaan alginat-kitosan yang

mengandung prednisolon dengan berat molekul kitosan yang berbeda-beda (kecil,

sedang, dan besar) dan membandingkan ketiga sediaan ini terhadap pelepasan

prednisolon dan sifat mukoadhesivenya selama 3 jam. Hasil yang diperoleh adalah

bahwa semakin besar berat molekul kitosan, maka sifat mukoadhesive semakin

besar dan pelepasan obat prednisolon lebih lambat dibandingkan dengan sediaan

dengan berat molekul kitosan yang lebih kecil.

Peneliti sebelumnya telah melakukan pengujian efek iritasi kronik pada

tikus putih yang diberi indometasin dengan dosis 10 mg/KgBB dalam matriks

kalsium alginat dan kapsul gelatin. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

indometasin dalam matriks kalsium alginat tidak menimbulkan iritasi dan

pengikisan jaringan sel epitel pada lambung sementara indometasin dalam kapsul

gelatin menimbulkan iritasi bahkan kematian tikus pada hari ke-3 sampai hari

ke-7 (Ukur Malem,2003). Pengujian perbandingan disolusi antara aspirin dalam

matriks kalsium alginat-kitosan dan aspirin dalam matriks kalsium alginat yang

dilakukan oleh Erani (2006), menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada

matriks kalsium alginat dapat mempengaruhi laju disolusi aspirin dari matriks

kalsium alginat dalam medium pH 1,2; pH 4,5 dan pH 6,8 sedangkan dalam

medium pH berganti tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu bahwa kitosan dapat

(23)

juga dapat mempengaruhi laju pelepasan obat yang pada akhirnya akan

mempengaruhi efek iritasi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat bertahan

dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

indometasin.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Pada medium manakah matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

indometasin mengembang lebih cepat?

b. Apakah matriks kalsium alginat-kitosan dapat mencegah efek iritasi dari

indometasin ?

c. Apakah matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin

memiliki sifat bertahan dalam lambung?

1.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini diduga bahwa :

a. Pengembangan dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung

indometasin akan lebih cepat terjadi pada medium pH 6,8

b. Matriks kalsium alginat-kitosan dapat mencegah efek iritasi dari

indometasin

c. Matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin memiliki

(24)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk memperkirakan laju pelepasan obat indometasin dalam matriks

kalsium alginat-kitosan dari hasil uji pengembangannya

b. Untuk mengetahui efek iritasi dari indometasin dalam kapsul gelatin dan

matriks kalsium alginat kitosan pada saluran cerna kelinci

c. Untuk mengetahui sifat bertahan dalam lambung dari matriks kalsium

alginat-kitosan yang mengandung indometasin

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah merupakan suatu masukan terhadap

pengembangan sediaan untuk mengurangi efek iritasi terhadap saluran pencernaan

(25)

2.1 Indom Tu poten dari penderita artritis go lebih efek (Mycek dk 2.1.1 Urai Rumus Ba Rumus M Berat Mol Nama kim Pemerian metasin urunan asam ipada aspiri artritis rem

out akut, sp

ktif menang kk.,2001). ian Umum angun olekul lekul mia TIN m indolaset

in, tetapi leb

matoid. Pa

pondilitas an

ggulangi p

Indometas :

: C19H16Cl

: 357,79

: Asam

3-asetat [

: serbuk h

kuning k Peka terh 162o BAB I NJAUAN P tat. Sebaga bih inferior ada keadaan nkilosa, dan peradangan

sin (Depkes

lNO4 (p-kloroben [53-86-1] hablur, polim kecoklatan; hadap caha II PUSTAKA i anti-inflam

r terhadap s

n tertentu,

n osteoartri

daripada a

s RI,1995) nzoil)-5-met morf kuning tidak berbau aya; melele masi, obat salisilat pad bagaimana itis pinggan aspirin atau toksi-2-met

g pucat hing

u atau hamp

eh pada suh

AINS ini

da dosis tole

apun (misa

ng), indome

u AINS la

tilindola-

gga

per tidak be

(26)

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut

dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

pKa : 4,51

2.1.2 Farmakologi

Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) telah lama memegang peranan

penting dalam terapi penyakit inflamasi. Pengujian secara in vitro menunjukkan

bahwa indometasin menghambat enzim siklooksigenase yang berperan terhadap

pembentukan prostaglandin. Prostaglandin merupakan salah satu mediator

kimiawi yang dilepaskan selama terjadi inflamasi (peradangan). Dengan

dihambatnya enzim siklooksigenase maka konversi asam arakidonat menjadi

prostaglandin terganggu, dengan demikian terjadi pengurangan nyeri (Foye,1996). 2.1.3. Farmakokinetika

Indometasin cepat dan hampir sempurna diabsorbsi dari saluran cerna

bagian atas setelah pemberian per-oral. Metabolismenya terjadi di hati (Mycek

dkk.,2001). Indometasin diekskresikan ke dalam bentuk asal maupun metabolit

melalui urin dan empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam. Dosis

indometasin yang lazim adalah 2-4 kali 25 mg, 50 mg, atau 75 mg sehari

(Foye,1996).

2.1.4. Efek Samping

Efek samping Indometasin terjadi sampai 50% penderita yang diobati;

sekitar 20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian

obat dihentikan. Kebanyakan efek samping ini berhubungan dengan dosis.

Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare dan nyeri abdomen.

(27)

dan penda frontal, ya indometas ringan, da akut. Rea hipersensi akut (Myc 2.2 Salura 2.2.1. Lam La makanan dalam usu berbentuk lambung mendekati

antara 1 d

korpus dan

arahan. Efe

ang terjadi p

sin. Efek S

an kebingun aksi hemato itif berupa cek dkk.,200 an Pencern mbung ambung me dicampur

us halus (Sh

k seperti bu

1–2 liter (P

i satu, teta

dan 3 (Aiach

n antrum pi

ek SSP yan

pada 25 sam

SP yang le

ngan menta opoietik ya kemerahan 01). naan erupakan su dengan cai hargel,2005) uah alpuka

Price dan W

api karena

he dkk.,199

ilorikum ata

Gamba

ng paling b

mpai 50% p

ebih sering

al. Telah di

ang dilapor

n pada kulit

uatu organ iran cerna ). Lambung at raksasa Wilson, 19 adanya pen 93). Secara

au pilorus (P

ar 2.1 Anato

berat dan s

penderita ya

g adalah pu

ketahui dap rkan berup t, urtikaria, ”pencampu dan secara g merupakan bila terisi 991). Keasa ngenceran anatomis la

Price dan W

omi Lambu

sering adal

ang secara k

using, vertig

pat juga ter

a trombosi

gatal, dan

ur dan pen

a periodik

n huruf ”J”

penuh. K

aman (pH)

biasanya p

ambung terb

Wilson,1991)

ung

lah nyeri k

kronis men

go, nyeri k

rjadi pankre

itopenia. R

n serangan nsekresi” di dikosongka bila koson Kapasitas no cairan lam

pH dapat b

bagi atas fu

(28)

La

lapisan lua

viseralis m

memanjan

tersusun d

bagian lua ketiga sub mukosa d dalam rug jarang, de pembuluh (Leeson,1

tersusun d

lipatan-lip

Wilson,19

Gambar

ambung terd

ar merupak

menyatu p

ng ke arah

dari tiga lap

ar, lapisan s

bmukosa ter

an lapisan

gae atau li

engan serat

h darah, pe

985). Dan

dari lipatan

patan ini lam

991).

2.2 Struk

Hem

diri dari em

kan bagian d

pada kurvat

hati, memb

pis dan buk

sirkular di te

rdiri dari jar

muskularis patan mem t-serat kola embuluh lim lapisan ke n-lipatan lo mbung dap ktur Histol matoxylin Eo mpat lapisan dari periton tura minor bentuk omen

kan dua lap

engah, dan

ringan aero

(Price dan

manjang lam

agen dan e

mfe dan s

eempat, mu

ongitudinal

pat berdisten

logis Lamb

osin. 57x (D

n. Lapisan

neum visera

lambung

ntum minus

pis otot po

lapisan obli

lar jarang y

n Wilson,19 mbung, dan elastin. Sub araf perife ukosa adal yang diseb nsi sewaktu bung Man Di Fiore, 198

pertama tun

lis. Dua lap

dan duode

s. Lapisan k

los: lapisan

ik di bagian

yang mengh

91). Submu

n terdiri at

bmukosa ju

r dari plek

lah lapisan

but rugae.

u diisi mak

nusia Deng 86) unika serosa pisan perito enum dan kedua musk n longitudin

n dalam. La

(29)

2.2.2 Usus Halus

Panjang usus halus adalah sekitar 10–14 kaki. Bagian pertama steril,

sedangkan bagian akhir yang menghubungkan ”cecum” mengandung beberapa

bakteri (Shargel,2005). Usus halus dibagi dalam duodenum, yeyenum dan ileum.

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, yeyenum kira-kira dua per tiga sisa usus

halus lainnya dan ileum kira-kira tiga per lima bagian terminalnya (Price dan

Wilson,1991).

Rentang pH isi usus halus adalah :

pH

duodenum bulbus 4 – 5

duodenum menurun 5 – 6

yeyenum 6 – 7

ileum 7 – 8

(Aiache dkk.,1993).

Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yaitu mukosa,

submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Mukosa disusun oleh selapis sel

epitel dengan membran basalis filamentosanya, suatu lamina propria yang

mengandung pembuluh darah, kelenjar limfe, sel-sel otot halus, serat saraf, sel

plasma, limfosit, fibroblast, eosinofil, makrofag, sel retikulum, sel mast, kolagen,

dan fibril-fibril retikuler, serta lapisan ini dipisahkan dari submukosa oleh mukosa

muskularis. Submukosa mengandung pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh

limfe yang lebih besar serta lebih banyak jaringan penyambung, saraf, ganglia

(30)

polos sirkuler di sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar, dengan

pleksus mienterikus tersebar di antara keduanya (Sodeman,1995).

2.2.3 Usus Besar

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar

5 kaki. Diameter usus besar lebih besar dari usus halus. Diameter rata- rata sekitar

2, 5 inci, tetapi makin mendekati ujungnya, diameternya makin berkurang. Usus

besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir

di usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit

(Price dan Wilson,1994).

2.2.4 Mekanisme terjadi pendarahan pada lambung

Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) termasuk indometaisn dapat

menyebabkan terjadinya pendarahan karena kristal-kristal obat berkontak

langsung dengan mukosa lambung. Indometasin merusak mukosa lambung

sehingga mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam

klorida dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh darah. Histamin

dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin. mukosa menjadi edema, dan

sejumlah protein plasma dapat hilang sehingga mukosa kapiler dapat rusak dan

dapat mengakibatkan pendarahan (Price dan Wilson,1994).

2.3 Alginat

Alginat merupakan suatu polisakarida yang diperoleh dari alga coklat yang

merupakan suatu kopolimer yang terdiri dari β-D asam manuronat (M) dan

α

(1,4)-L asam guluronat (G) (George dan Emilia,2006). Polimer ini tidak bersifat

toksik, tidak memberikan reaksi alergi dan dapat terurai dalam tubuh

(31)

Al surfaktan untuk men yang mud pembentuk pembentuk pembekua

glazing, e

badan ikan

mutu lainn

2.4 Natri Na coklat yan dalam ind kosmetik, (Anonim,2 Ga Sa dengan pe ginat merup (surface ac ningkatkan

dah rusak. S

k film, pen

k gel, pelap

an produk p

efektif untu

n sewaktu p

nya selama ium alginat atrium algin ng sangat dustri sang kertas, dete 2008).

ambar 2.3 S G alah satu sifa

enambahan

pakan zat a

ctive agent )

mutu prod

Selain itu d

ngemulsi, s

pis, dan pen

perikanan. A

uk mencega

proses thaw

penyimpan

t

nat merupak

diperlukan

gat luas, d

ergen, cat, t

Struktur Alg G : - L asa

at dari natriu

larutan ga

aditif hidrok

). Surfaktan

duk dan me

digunakan s

stabilisator

nggumpal.

Alginat dan

ah terjadiny

wing), menc

nan beku (A

kan salah s

dalam ind diantaranya textile, vern ginat Strukt am gulurona um alginat aram kalsiu koloid pent n digunakan

engurangi k

ebagai peng

emulsi, pe

Alginat jug

polifosfat d

ya drip los

cegah oksid

nonim, 200

satu hasil d

dustri. Natr

: makana

nis, fotograf

tur

at dan M:  adalah kem

um seperti

ting yang b

n dalam pen

kesulitan pe

gikat, pence

engental, ko

ga banyak d

ditambahka

ss ( kehilan

asi lemak, d

8).

ari pengola

rium algina

an, minuma

fi, kulit bua

- D asam m

mampuannya

kalsium gl

berfungsi se

ngolahan pa

enanganan b

egah kristal

oloid pelin

digunakan d

an pada air u

ngan cairan

dan kemund

ahan rumpu

at pemakaia

an, obat-ob

atan dan lain

(32)

tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat

antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Morris, et al,1978). Natrium alginat

merupakan senyawa serat yang mudah larut dalam air, membentuk suatu larutan

kental dan tidak bisa dicerna oleh cairan yang disekresi dalam saluran cerna. Saat

larut dalam air, serat natrium alginat membentuk kisi-kisi seperti jala yang mampu

mengikat kuat banyak molekul air dan menahan zat terlarut air dengan baik

(Anonim,2008).

2.5 Kitosan

Kitosan adalah hasil deasetilasi dari kitin, suatu polisakarida yang banyak

ditemukan di alam, terutama pada kulit binatang air yang berkulit keras,

mempunyai pKa 6,5. Kitosan merupakan hasil deasetilasi N dari kitin, meskipun

deasetilasi N ini hampir tidak pernah sempurna. Kitosan hasil deasetilasi dari kitin

dapat larut dalam asam lemah seperti asam asetat, asam formiat, dan lain- lain.

Kitosan telah dikenal dapat menjadi bahan yang baik sekali untuk sediaan obat

karena polimer alami ini mempunyai keunggulan yang utama seperti tidak toksik,

biokompatibel, terbiodegradasi dan kemampuan absorbsi, serta kemampuannya

membentuk gel pada pH rendah. Kitosan mempunyai aktivitas sebagai antasida

dan antiulser yang mencegah atau mengurangi iritasi obat pada lambung. Formula

matriks kitosan muncul mengapung dan perlahan- lahan mengembang dalam

medium asam. Dari semua sifat kitosan yang menarik tersebut, membuat polimer

alami ini sebagai suatu kandidat yang ideal untuk formulasi obat pelepasan

terkontrol (Kumar,2000).

Banyak kegunaan kitosan didasarkan pada sifat kationik alaminya yang

(33)

protein, polisakarida anionik dan asam nukleat. Karenanya pada kondisi tertentu

alginat dan kitosan yang berbeda muatan dapat saling berinteraksi. Material ini

banyak digunakan untuk aplikasi biomedikal dan farmasetika dikarenakan sifat

biocompatible, biodegradable, bioaktif, dan non toksiknya yang sangat baik.

Walaupun kitosan dapat diproduksi dalam bentuk tepung, lapisan tipis, butiran

dan serat, namun produk- produk yang terbuat dari kitosan murni tidak dapat

diproduksi terus dikarenakan mahalnya biaya produksi yang terlibat (proses

deproteinisasi, demineralisasi, dan deasetilasi) dibutuhkan untuk memproduksi

kitosan yang cukup murni (Kumar,2000).

2.6 Matriks

Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang

didalamnya obat tercampur secara merata. Suatu matriks dapat dibentuk secara

sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dan bahan matriks secara

bersama-sama. Sebagian besar bahan matriks tidak larut dalam air meskipun ada

beberapa bahan yang dapat mengembang secara lambat dalam air. Jenis matriks

dari pelepasan obat dapat dibentuk menjadi suatu tablet atau butir-butir kecil

(Shargel,2005). Matriks dapat digolongkan menjadi 3 karakter (Lachman dkk.,

1994) yaitu :

a. Matriks tidak larut, inert

Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida dan

kopolimer akrilat, etilselulosa telah digunakan sebagai dasar untuk banyak

formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini didesain untuk

(34)

b. Matriks tidak larut, terkikis

Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.

Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil

alkohol, malam carnauba dan polietilen glikol.

c. Matriks hidrofilik

Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel

sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya

adalah metil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksipropil metilselulosa, natrium

karboksimetilselulosa, natrium alginat, xanthan gum dan carbopol. Bila

bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks terhidrasi.

Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga terlarut.

2.7 Preparasi Jaringan 2.7.1 Fiksasi

Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan

elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami

perubahan bentuk maupun ukuran. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para ahli

sitologi berusaha keras mencari suatu media yang terdiri dari unsur-unsur kimia,

yang kemudian dibuat suatu larutan atau dalam bentuk gas. Media ini kemudian

disebut fiksatif. Fiksatif umumnya mempunyai kemampuan untuk mengubah

indeks bias bagian-bagian sel, sehingga bagian-bagian dalam sel tersebut mudah

terlihat di bawah mikroskop, dan fiksatif pun mempunyai kemampuan membuat

jaringan mudah menyerap zat warna (Jones,1985).

Dalam hal ini digunakan formaldehid sebagai fiksatif. Formaldehid

(35)

jaringan, terutama bila yang digunakan formaldehid 40% . Oleh karena itu

konsentrasi yang biasa digunakan untuk fiksasi adalah 4%-10% (Jones,1985).

2.7.2 Pencucian dan Dehidrasi

Setelah proses fiksasi maka dilakukan pencucian. Hal ini dimaksudkan

untuk menghilangkan larutan fiksatif dari jaringan. Setelah proses pencuciasn

selesai maka dilakukan dehidrasi. Istilah dehidrasi di sini berarti penarikan

molekul air dari dalam jaringan. Proses ini dimaksudkan untuk menarik air yang

terdapat dalam jaringan agar nantinya seluruh ruangan antar sel dalam jaringan

dapat diisi oleh molekul-molekul parafin (Jones,1985).

Dalam proses ini, dehidran yang digunakan adalah etanol atau biasa

disebut alkohol. Proses ini biasanya dimulai dari alkohol persentase rendah

kemudian setingkat demi setingkat menuju ke alkohol persentase tinggi (alkohol

absolute). Proses ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan

yang tiba-tiba terhadap sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang terjadi

sekecil mungkin (Jones,1985).

2.7.3 Penjernihan (Clearing) dan Infiltrasi Parafin

Pada proses clearing digunakan xylol atau xylene. Proses ini dimaksudkan

untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan, agar nantinya

dapat digantikan oleh molekul parafin (Jones,1985).

Setelah proses penjernihan diperkirakan sudah sempurna, selanjutnya

dimulai proses infiltrasi parafin. Parafin yang digunakan adalah yang titik cairnya

berkisar 50-56oC. Proses ini seluruhnya dikerjakan di dalam oven. Waktu yang

diperlukan oleh suatu jaringan di dalam campuran zat parafin murni, tidak terlalu

(36)

I, parafin II, kemudian parafin murni III; hal ini dimaksudkan agar jaringan

mendapatkan suatu lingkungan parafin yang betul-betul murni. Selain itu

tingkatan parafin ini, dimaksudkan untuk mencegah tertahannya sejumlah besar

zat penjernih di dalam jaringan, karena akan melunakkan jaringan dan membuat

jaringan sukar diiris. Setelah proses ini maka dibuatlah suatu blok jaringan

sehingga diperoleh massa yang keras dan padat sehingga dapat dipotong menjadi

jaringan yang tipis (Jones,1985).

2.7.4 Deparafinasi dan Pewarnaan

Deparafinasi adalah suatu proses menghilangkan parafin yang terdapat di

dalam jaringan. Proses ini dimaksudkan untuk mempermudah proses masuknya

zat warna ke dalam jaringan. Caranya ialah dengan merendam irisan jaringan ke

dalam xylene sekurang-kurangnya selama 15 menit (Jones,1985).

Setelah proses deparafinasi dilakukan proses pewarnaan. Kebanyakan

jaringan tidak berwarna sehingga sulit memeriksa jaringan yang tidak diwarnai di

bawah mikroskop. Kebanyakan zat warna yang digunakan dalam pemeriksaan

histologik bersifat seperti senyawa asam atau basa dan mempunyai kecenderungan

membentuk ikatan garam dengan gugus-gugus jaringan yang dapat berionisasi.

Zat warna yang paling sering digunakan adalah hematoksilin eosin

(Junqueira,2005).

Jaringan tersebut tidak langsung dimasukkan ke dalam zat warna

kematoksilin tetapi direndam dahulu dengan dengan larutan alkohol bertingkat

dari konsentrasi tinggi sampai ke konsentrasi rendah kemudian baru dicelupkan ke

dalam larutan hematoksilin. Hal ini dilakukan karena pewarna hematoksilin

(37)

ke media aquosa. Kemudian jaringan akan diwarnai dengan eosin 0,5% (dalam

alkohol 70%) yang sebelumnya jaringan harus dimasukkan sebentar-sebentar saja,

berturut-turut dari alkohol 30%, kemudian 50%, dan 70% (Jones,1985).

Eosin banyak digunakan sebagai background stain, atau disebut juga

counterstain, yaitu zat warna yang berfungsi untuk memberikan warna yang

kontras dengan zat warna yang diberikan oleh zat warna yang terdahulu

(38)

4.1 Pembu Ma dengan ca dengan ju mucilago berfungsi dapat dibe diperlukan

menjadi b

0,15 M se

dari larut

membentu

Setelah itu

matriks d

[image:38.595.220.406.582.713.2]

dikeringka kalsium al Gambar uatan Matr atriks kalsi ara mencam umlah yan amili sedi sebagai ba entuk. Dari n mucilago

butir- butir

elama 35 m

tan CaCl2

uk gel kalsiu

u matriks di

dengan ber

an adalah 8

lginat-kitosa

1. Foto mat ( awal)

HASIL riks Kalsiu ium alginat

mpurkan in

ng sama b

ikit demi

ahan pengik

hasil perco

o amili seb

matriks ke menit. Peren dapat bere um alginat-ikeringkan p rat yang

82 mg deng

an dapat dil

triks kalsiu

BAB I L DAN PEM um

Alginat-t-kitosan y

ndometasin

banyak (pe

sedikit. Pe

kat untuk m

obaan diketa banyak 1,17 emudian dir ndaman sela eaksi semp -kitosan den

pada suhu k

sudah stab

gan diamete

lihat pada G

um alginat-k IV MBAHASA -Kitosan ang menga dengan na erbandingan enambahan memperoleh ahui bahwa

714 g. Ma

rendam dala

ama 35 me

purna denga

ngan bentuk

kamar selam

bil. Berat

er rata- rata

Gambar 1.

kitosan yang AN

andung ind

atrium algi

n 1:1). La

mucilago

h massa ya

untuk mem

assa yang t

am larutan

nit bertujua

an natrium

k yang bulat

ma 3 hari un

rata-rata

a 3,3 mm.

g mengandu

dometasin d

inat dan ki

alu ditamba

amili 5%

ang kompak

mbuat 10 m

telah dibul

kalsium kl

an agar ion

m alginat-ki

t, kuat dan k

ntuk mempe

matriks se

Gambar m

ung indome dibuat

itosan

ahkan

(b/v)

k dan

atriks

latkan

lorida

n Ca2+

(39)

4.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan secara In Vitro Uji pengembangan matriks secara in vitro dilakukan untuk mengetahui

sifat fisik matriks dalam saluran pencernaan dengan melihat pengaruh medium

terhadap perubahan berat dan diameter matriks. Perubahan berat matriks

dilakukan dengan membandingkan selisih berat matriks sebelum dan setelah

perendaman dengan berat awal matriks, sedangkan perubahan diameter dilakukan

dengan membandingkan diameter setelah perendaman dengan diameter awal

matriks.

4.2.1 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH 1,2 dan Medium pH 6,8

Gambar 2 dan 3 merupakan grafik pertambahan berat (%) dan diameter

(mm) pada uji pengembangan matriks dalam medium pH 1,2 dan medium pH 6,8.

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertambahan berat (%) dari matriks kalsium

alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 terus mengalami peningkatan dari waktu ke

waktu, yaitu dari menit ke-30 sebesar 67,90% sampai menit ke-480 adalah sebesar

329,63% dari berat awal matriks. Demikian juga halnya pada diameter matriks

yang ditunjukkan pada Gambar 3. Diameter matriks terus meningkat yaitu dari

menit ke-30 sebesar 4,447 mm sampai menit ke-480 sebesar 7,585 mm. Pada

medium pH 6,8 baik pertambahan berat (%) maupun diameter juga mengalami

peningkatan. Pertambahan berat (%) meningkat dari menit ke-30 sebesar 48,37%

sampai menit ke-360 sebesar 137,80% dari berat awal matriks dan diameter

meningkat dari menit ke-30 sebesar 4,253 mm sampai pada menit ke-360 sebesar

5,615 mm. Namun pada menit ke-420 sampai menit ke-480 pertambahan berat

(%) dan diameter mengalami penurunan. Pertambahan berat (%) matriks pada

(40)

menit ke-480 adalah 5,239 mm. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

pertambahan berat (%) dan perubahan diameter matriks dalam medium pH 1,2

lebih besar daripada dalam medium pH 6,8.

Penambahan berat dan diameter terjadi karena difusi air ke dalam pori-pori

yang terdapat dalam matriks kalsium alginat-kitosan. Pori-pori ini terbentuk

karena pada saat pengeringan partikel-partikel air meninggalkan matriks dan

membentuk pori-pori kosong. Pada saat matriks dimasukkan ke dalam medium

pH 1,2 dan pH 6,8 terjadi pengisian pori-pori tersebut sehingga terjadi

pertambahan berat dan diameter dari matriks tersebut.

Pada medium pH 1,2 pertambahan berat (%) dan diameter terjadi lebih

besar karena kitosan bersifat mengembang dalam medium asam sehingga partikel

air dapat berdifusi lebih banyak dan matriks akan lebih mengembang pada

medium pH 1,2. Hal ini dapat terjadi karena adanya gugus amina (NH2) dari

kitosan yang terprotonasi membentuk gugus amina yang bermuatan kationik

(NH3+) yang bersifat hidrofilik. Dengan demikian, air dapat berdifusi ke dalam

matriks dan membuat matriks menjadi mengembang. Sementara kalsium-alginat

pada medium asam akan bereaksi dengan HCl membentuk asam alginat yang

tidak larut dalam air. Pada medium pH 6,8 matriks mulai mengecil pada menit

ke-420 dan mengalami penurunan berat dan diameter. Hal ini terjadi karena alginat

larut dalam medium pH 6,8 sehingga terjadi erosi dan matriks menjadi mengecil.

Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm) dari matriks kalsium

alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada

(41)
[image:41.595.119.507.290.709.2]

Tabel 2. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 37 oC

Tabel 3. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 37 oC

Gambar 2. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 37 oC

0 50 100 150 200 250 300 350

0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

P

e

rt

a

m

b

a

h

a

n

 

b

e

ra

t

 

(%)

Waktu (menit)

pH 1,2 pH 6,8

Waktu (menit)

Berat (mg)

Pertambahan berat %)

Diameter (mm)

Perubahan diameter

(Φt/Φi)

0 81,00 0 3,222 1

30 136,00 67,90 4,447 1,380 60 179,67 121,81 5,344 1,739 240 300,00 270,37 6,778 2,104 360 339,67 319,34 7,311 2,269 480 348,00 329,63 7,585 2,354

Waktu (menit)

Berat (mg)

Pertambahan berat %)

Diameter (mm)

Perubahan diameter

(Φt/Φi)

0 82,00 0 3,391 1

(42)
[image:42.595.120.509.82.345.2]

Gambar 3

Gambar 4 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

0

D

ia

m

e

te

r

 

(m

m

)

3. Grafik di matriks k pada suhu

4. Grafik p pengemb 1,2 dan p

0 30 60

iameter (mm kalsium alg u 37 oC

erubahan d bangan ma pH 6,8 pada

90 120 150

m) terhadap ginat-kitosan

diameter (

Ф

atriks kalsiu a suhu 37 oC 0 180 210 2

pH 1,2

waktu (me n dalam m

Ф

t/

Ф

i) terha um alginat-k

C 240 270 300

pH 6,8

nit) pada uj medium pH

adap waktu kitosan dal 330 360 39

W

ji pengemba 1,2 dan pH

(menit) pad lam medium 90 420 450 4

Waktu (menit)

angan H 6,8

da uji m pH

480

[image:42.595.120.508.402.669.2]
(43)
[image:43.595.222.401.83.210.2]

Keteranga Gambar 5 Keteranga Gambar 4.2.2 Uji pH Pe berat dan pencernaa

jam pada m

Gambar 7

an : A = m B = se C = se D = se

5. Foto kea pada suhu

an : A = m B = se C = se D = se

6. Foto kea pada suh

Pengemba H Berganti

ngujian pad

diameter d

an yaitu dar

medium pH

7 dan 8 men

matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend

adaan matrik u 37 oC

matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend

adaan matri hu 37 oC

angan Mat

da medium

dari matriks

i lambung m

H 1,2 setelah

nunjukkan g

A

A

(sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me

ks pada uji

(sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me

iks pada uji

triks Kalsi

pH bergan

kalsium al

menuju usu

h itu diganti

grafik perta B C B C perendaman nit enit enit pengemban perendaman nit enit enit i pengemban ium Algina nti dilakuka lginat-kitosa

us halus. Pe

i dengan me

ambahan be D D n) ngan dalam n) ngan dalam at-Kitosan

an untuk me

an selama m

ngujian dila

edium pH 6

erat (%) dan

m medium pH

m medium p

pada Me

elihat perub

melewati sa

akukan sela

6,8 selama 6

[image:43.595.223.403.334.455.2]
(44)

dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam

medium pH berganti.

Dari Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa pada 2 jam pertama, pertambahan

berat (%) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin

adalah sebesar 124,31% dari berat awal matriks dan diameternya sebesar

5,239 mm. Setelah diganti dengan medium pH 6,8 selama 6 jam, pertambahan

berat (%) pada menit ke-480 menjadi 389,80% dari berat awal matriks dan

diameternya sebesar 7,355 mm. Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm)

dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam

medium pH berganti pada waktu- waktu tertentu dapat dilihat pada Tabel 4.

Dari hasil uji pengembangan pada medium pH 1,2 ; pH 6,8 dan pH

berganti selama 8 jam pada suhu ± 37 oC diketahui bahwa pertambahan berat (%)

dan diameter (mm) matriks kalsium alginat-kitosan yang paling besar terjadi

dalam medium pH berganti dan paling kecil terjadi dalam medium pH 6,8. Hal ini

terjadi karena pada waktu matriks direndam dalam medium pH 1,2 kitosan yang

ada di dalam matriks mengembang sehingga matriks juga mengembang,

sementara alginat menjadi bebas dan bereaksi dengan asam membentuk asam

alginat yang tidak larut. Setelah dimasukkan dalam medium pH 6,8 asam alginat

bereaksi dengan NaOH dan membentuk natrium alginat yang bersifat hidrofilik

sehingga matriks menjadi lebih mengembang.

Pada dasarnya jika jumlah pertambahan berat (%) dan diameter (mm)

matriks semakin besar maka berarti bahwa matriks semakin cepat mengembang

dan akhirnya pecah sehingga obat dalam matriks akan semakin cepat dilepaskan.

(45)

kalsium al

pH 1,2 d

pertambah

dengan m

kitosan m

dan mediu

[image:45.595.117.511.259.728.2]

Tabel 4.

Gambar Wa (me 0 3 6 24 36 48 lginat-kitos

dan pH be

han berat (

mengecilnya

mengembang

um pH berg

Pertambah matriks ka 37 oC

7. Grafik pengem pH berg aktu enit) 0 0 60

40 2 60 3 80 4

pH1,2

an dalam m

erganti tetap

(%) dan di

a matriks. H

g lebih cepa

anti.

an berat (% alsium algin

pertambaha mbangan m

ganti pada s Berat (mg) P 85,00 153,67 190,67 282,00 347,33 416,33 medium pH api matriks ameter (mm

Hal ini be

at dalam m

%) dan dia nat-kitosan

an berat (% matriks kals

suhu 37 oC Pertambaha berat %) 0 80,78 124,31 231,76 308,63 389,80 pH 6,8

6,8 lebih ke

sudah mu

m) pada m

rarti bahwa medium pH ameter (mm dalam med %) terhada sium algin an Dia ( 3 4 5 6 6 7 ecil daripad ulai menga menit ke-42

a matriks k

6,8 daripad

m) pada uji dium pH ber

p waktu (m at-kitosan ameter (mm) 3,300 4,875 5,239 6,300 6,911 7,355

da dalam me

alami penur

0 yang dit

kalsium alg

da dalam pH

(46)
[image:46.595.115.503.80.333.2] [image:46.595.114.506.382.638.2]

Gambar 8

Gambar 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

0

D

ia

m

e

te

r

 

(m

m

)

8. Grafik di matriks k 37 oC

9. Grafik p pengemb pH berg

30 60 90

pH 1,2 pH1,2

iameter (mm kalsium algi

perubahan d bangan ma anti pada su 0 120 150 1 pH 6

m) terhadap inat-kitosan

diameter (Ф atriks kals uhu 37 oC 180 210 240

pH 6,8 6,8

waktu (me n dalam med

Фt/Фi) terhad

sium algina 0 270 300 33

nit) pada uj dium pH be

dap waktu at-kitosan 30 360 390

W

ji pengemba erganti pada

(menit) pad dalam me 420 450 480

Waktu (menit)

angan a suhu

da uji edium

(47)

Keteranga

Gambar

4.3 Uji Pe Sifat Da obat, dik indometas berat (%) dilihat pad

[image:47.595.219.409.84.215.2]

pada Ga

Tabel 5.

Wak (men 1 Ha 2 Ha 3 Ha

an : A = m B = se C = se D = se

10. Foto pH ber

engembang Bertahan d ari hasil pem

ketahui bah

sin tetap b

dan perub

da Tabel 5 d

ambar 11 da

Rata- rata kalsium alg kelinci yan ktu nit) B

ari 3 ari 3 ari 3

matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend

keadaan m rganti pada gan Matrik dalam Lam mbedahan k hwa matrik berada di ahan diame

dan grafik p

an 12.

pertambah ginat-kitosa ng dibedah s

Berat (mg) P 322,67 329,00 310,33 A (sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me

matriks pad suhu 37 oC

ks Kalsium mbung

kelinci baik

ks kalsium

dalam lam

eter (mm) m

perubahan b

han berat ( an yang men setelah 1, 2

Pertambahan berat %) 295,25 307,95 278,50 B perendaman nit enit enit

a uji peng C

m Alginat-K

setelah 1, 2

m alginat-k

mbung. Dat

matriks set

berat dan dia

(%) dan di ngandung in

dan 3 hari p

n Dia ( 7, 7, 7, C D n) gembangan Kitosan seca

2 maupun 3

kitosan yan

ta rata- ra

elah 1, 2 d

ameter matr iameter (mm ndometasin pemberian o ameter (mm) ,211 ,400 ,087 dalam me

ara In Vivo

3 hari pemb

ng mengan

ata pertamb

dan 3 hari

riks dapat d

m) dari m pada lambu obat.

Perubahan diameter

(48)

Gambar 11. Grafik berat (mg) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat

Gambar 12. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat

Dari Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa selama 2 hari di dalam

lambung, matriks tetap mengalami pertambahan berat dan diameter, tetapi pada 305

310 315 320 325 330

0 1 2 3

B

e

ra

t

 

(m

g

)

waktu (hari)

2,18 2,20 2,22 2,24 2,26 2,28 2,30 2,32

0 1 2 3

D

ia

m

e

te

r

 

(m

m

)

(49)

hari ke-3

matriks te

terdapat d

kalsium a

dalam lam

pengaruh

matriks tid

adanya in

lambung y

pembedah Gambar 1 Keteranga Gambar A terjadi pen etap berada

di dalam lam

alginat-kitos

mbung. Hal

kitosan yan

dak dapat t

nteraksi ion

yang bermu

han setelah

3, 14 dan 15

(

an : A = mat B = mat

13. Foto lambu A

nurunan ber

di dalam la

mbung (lam

san yang m

l ini dapat

ng bersifat

turun ke usu

nik antara

uatan negat

1 hari, 2 h

5.

(a)

triks awal ( triks yang b

matriks ka ung: (a) Kel

A B

rat dan dia

ambung. Ba

mpiran). Ma

mengandung

terjadi kar

mengemban

us dan sifa

kitosan ya

tif (George

hari dan 3 h

(c) (sebelum di berada dalam alsium algi

linci 4, (b) K B

meter. Nam

ahkan selam

aka dapat d

g indometas

rena dipeng

ng dalam la

t mukoadhe ang bermua

Gambar

Gambar matriks
Tabel 2. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 37 oC
Gambar 4 4. Grafik ppengemb1,2 dan perubahan dbangan mapH 6,8 padadiameter (Фatriks kalsiua suhu 37 ФoCt/Фi) terhaum alginat-kC        adap waktu kitosan dal(menit) padlam mediumda uji m pH
Gambar 77 dan 8 mennunjukkan ggrafik pertaambahan beerat (%) dann diameter (mm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Game yang dibuat memiliki kemampuan user-friendly yaitu sebuah tampilan yang nyaman untuk user dan game play dari game ini sangat mudah hanya dengan menekan layar

MARYATI J.230 10 30 82.. Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 1 Februari 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat. Hari Setyobudi, S.Kep., Ns.. Y DENGAN

Hipotesis dari penelitian ini adalah penggunaan ampas kecap dalam ransum dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas eksterior telur itik yang

[r]

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

4ydrocharitaceae sendiri merupakan salah satu suku anggota tumbuhan berbunga yang dimana kebayakan anggotanya adalah tanaman air. amun yang berasal

Melalui perhitungan korelasi antara data hasil interpolasi dengan data pengukuran langsung, maka didapatkan bahwa metoda interpolasi spline memiliki tingkat presisi