UJI PEN
DA
M
NGEMBA
AN SIFAT
MATRIKS
M
U
ANGAN,
T BERTA
S KALSIU
MENGAN
SU
FAK UNIVERSI
EFEK IR
AHAN DA
UM ALGI
NDUNG IN
SKRIP
OLEH USANTI SI
0508040
KULTAS F ITAS SUM MEDA 2010
RITASI SE
ALAM LA
INAT- KI
NDOMET
PSI
H:
IREGAR 069
FARMASI MATERA U
AN 0
ECARA H
AMBUNG
ITOSAN
TASIN
UTARA
HISTOLO
G DARI
YANG
UJI PEN
DA
M
Di
NGEMBA
AN SIFAT
MATRIKS
M
iajukan un gelar
U
ANGAN,
T BERTA
S KALSIU
MENGAN
ntuk meleng r Sarjana F Unive
SU N
FAK UNIVERSI
EFEK IR
AHAN DA
UM ALGI
NDUNG IN
SKRIP gkapi salah Farmasi pa ersitas Sum
OLEH USANTI SI
NIM : 0508
KULTAS F ITAS SUM MEDA 2010
RITASI SE
ALAM LA
INAT- KI
NDOMET
PSI
h satu syara ada Fakulta matera Utar
H:
IREGAR 804069
FARMASI MATERA U
AN 0
ECARA H
AMBUNG
ITOSAN
TASIN
at untuk m as Farmasi ra
UTARA
HISTOLO
G DARI
YANG
mencapai i
PENGESAHAN SKRIPSI
UJI PENGEMBANGAN, EFEK IRITASI SECARA HISTOLOGI
DAN SIFAT BERTAHAN DALAM LAMBUNG DARI
MATRIKS KALSIUM ALGINAT- KITOSAN YANG
MENGANDUNG INDOMETASIN
OLEH:
SUSANTI SIREGAR NIM: 050804069
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : April 2010
Pembimbing I Panitia Penguji
(Dra. Dra. Anayanti Arianto, MSi., Apt.) (Dr. Karsono, Apt) NIP. 195306251986012001 NIP. 1950060719 0 002
Pembimbing II
(Dra. Masria L.Tambunan,M.Si,Apt.) NIP. 195005081977022001
(dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes) NIP. 197610042001122002
(Dra. Masfria MS., Apt.) NIP 195707231986012001
(Dra. Saleha Salbi M.Si., Apt.) NIP. 130 817 963
Medan, April 2010 Fakultas Farmasi UniversitasSumatera Utara
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala Kasih, Karunia,
dan Kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang berjudul “Uji Pengembangan, Efek Iritasi secara Histologi dan
Sifat Bertahan dalam Lambung dari Matriks Kalsium Alginat-Kitosan yang
Mengandung Indometasin”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan laju pelepasan dan
efek iritasi dari indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan serta untuk
mengetahui sifat bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan
yang mengandung indometasin. Melalui penelitian ini diketahui bahwa laju
pelepasan indometasin dari matriks kalsium alginat-kitosan diperkirakan lebih
cepat terjadi di usus, matriks kalsium alginat-kitosan tidak dapat mencegah iritasi
pada lambung yang disebabkan oleh indometasin dan matriks tersebut memiliki
sifat bertahan dalam lambung. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi
informasi untuk pengembangan sediaan farmasi yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto M.Si., Apt. dan Ibu
dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes. selaku pembimbing yang penuh kesabaran
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal penelitian hingga selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra,
selaku penasehat akademik, Prof. Dr. Hakim Bangun selaku Kepala Laboratorium
Farmasi Fisik yang telah mengijinkan dan memberikan fasilitas serta banyak
masukan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian ini hingga selesai
dengan baik. Kepada orang tua, Ayahanda alm. T.S.P. Siregar, M. Kes, Ibunda
alm. S. br Harianja dan A. Harianja tercinta, serta Kak Laura, Bang Willy Susanto
Situmorang, Ika, Lia, Nella, Kak Ame, Ros, Bu Ira, Bang Gokma, Arti, Bang
Septiani, dan seluruh keluarga yang tidak dapat dituliskan satu persatu atas doa,
dorongan dan pengorbanan baik moril maupun material dalam penyelesaian
skripsi ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih buat teman-teman
seperjuangan yang tercinta (Anggelia dan Yuli yang selalu setia menjadi tempat
curhat penulis, Hermin yang selalu setia mendukung dan menasehati penulis,
Juniar dan Sandry yang telah berkorban banyak waktu dan tenaga untuk
membantu penulis dalam pembuatan kandang kelinci, Andi dan Intan yang telah
mengajar dan memberi banyak masukan kepada penulis, Harry, Siska, Rianti,
Ernita, Riris, Dian, Ester, Januar, Tagor, Iwanto, Viktor dan seluruh anak Farmasi
stambuk 2005 yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun spirituil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran
untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi
ilmu pengetahuan, khususnya bidang farmasi.
Medan, April 2010
Penulis,
Uji Pengembangan, Efek Iritasi Secara Histologi Dan Sifat Bertahan Dalam Lambung Dari Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Yang Mengandung
Indometasin Abstrak
Telah dilakukan uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat
bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
indometasin. Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium
alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v)
sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir
matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu
dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro
dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam
dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti. Uji pengembangan secara in vivo
dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung
kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi
dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4
kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah
kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga,
dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium
alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut
dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi). Uji sifat
bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam
lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat.
Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan
bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin
mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji
efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi
matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi
yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil
uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium
alginat-kitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.
Swelling, Irritation Effect Histologically, and Gastroretentive Property of Calcium Alginate-Chitosan Matrix Containing Indomethacine
Abstract
Swelling, irritation effect histologically, and gastroretentive property of
calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine have been conducted.
The calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine was made by
mixing indomethacine with sodium alginate and chitosan equally and then it was
made to become a compact mass with the addition of 5% (b/v) mucillage of starch
(amili mucilago). After that the compact mass was formed to become spherical
matrices and were immersed into the 0,15 M of CaCl2 solution for 21 minutes.
Then the matrices were taken and dried at room temperature for 3 days. The in
vitro swelling was done by observing the changes of weight and diameter of the
matrix after been soaked in pH 1,2; pH 6,8 and changing pH of medium solutions.
The in vivo swelling was done by observing the changes of weight and diameter
of the matrix in rabbits’ stomach after 1, 2 and 3 days of drug giving. The study of
irritation effect histologically was done to 12 rabbits. These rabbits were divided
into 4 groups that consisted of 3 rabbits for each group. The 1st group was a group
given indomethacine in gelatin capsule. The 2nd, 3rd and 4th group were groups
given indomethacine in calcium alginate-chitosan matrix. After 1, 2 and 3 days of
drug giving, these rabbits were killed and observed macroscopically and
microscopically (histologically). The gastroretentive property was done by
examining the position of matrix in rabbits’ stomach that were killed after 1, 2 and
3 days of drug giving.
The result of the in vitro swelling showed that calcium alginate-chitosan
matrix containing indomethacine swelled in all of medium solutions, but it
swelled faster in pH 6,8 of medium solution. The irritation effect histologically
showed that 8 among 9 rabbits which were given indomethacine in calcium
alginate-chitosan matrix were irritated which were shown by the thinning of
epithelium and the vein dilatation. As a result of in vivo swelling, it was
concluded that calcium alginate-chitosan matrix had a gastroretentive property.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB I. PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Perumusan Masalah ...
1.3 Hipotesis ...
1.4 Tujuan Penelitian ...
1.5 Manfaat Penelitian ...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... BAB III. METODELOGI PENELITIAN ...
3.1 Alat-alat ...
3.2 Bahan-bahan ...
3.3 Hewan Percobaan ...
3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Medium ...
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi Untuk Uji Histologi ...
3.6 Pembuatan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Yang Mengandung Indometasin ...
3.7.1 Parameter Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Secara In Vitro ...
3.7.2 Prosedur Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan ...
3.8 Uji Pengembagan Matriks Secara In Vivo dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...
3.9 Uji Efek Iritasi Terhadap Saluran Cerna Kelinci dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...
3.9.1 Pengamatan Makroskopik ...
3.9.2 Pengamatan Mikroskopik ...
3.9.3 Pembuatan Preparat Jaringan Organ Saluran Cerna ...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Pembuatan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan ...
4.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Secara In Vitro ...
4.2.1 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH 1,2 dan pH 6,8 ...
4.2.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH berganti ...
4.3 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Secara In Vivo dan Sifat Bertahan Dalam Lambung ...
4.4 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci ...
4.4.1 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...
4.4.1.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...
4.4.1.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci Tanpa Pemberian Obat ...
4.4.2.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci
yang Diberi Indometasin dalam Kapsul Gelatin ...
4.4.2.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Kapsul Gelatin ...
4.4.3 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.3.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.3.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 1 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.4 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.4.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.4.2 Pengamatan Mikroskopik Lambung Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 2 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.5 Pengamatan Efek Iritasi Pada Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 3 Hari Setelah Pemberian Obat ...
4.4.5.1 Pengamatan Makroskopik Saluran Cerna Kelinci yang Diberi Indometasin dalam Matriks Kalsium Alginat-Kitosan dan Dibedah 3 Hari Setelah Pemberian Obat ...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Pembagian kelinci berdasarkan pemberian sediaan ...
Tabel 2. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...
Tabel 3. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Tabel 4. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...
Tabel 5. Rata- rata pertambahan berat (%) dan diameter (mm) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin pada lambung kelinci dan dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. ...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Foto matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
Indometasin (awal) ...
Gambar 2. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Gambar 3. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Gambar 4. Grafik perubahan diameter (
Фt/
Фi
) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 23 oC ...Gambar 5. Foto keadaan matriks dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC...
Gambar 6. Foto keadaan matriks dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC...
Gambar 7. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...
Gambar 8. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti ...
Gambar 9. Grafik perubahan diameter (
Фt
/
Фi
)
terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...Gambar 10. Foto keadaan matriks dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...
Gambar 11. Grafik berat (mg) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. ...
Gambar 13. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 1 hari di dalam lambung kelinci ...
Gambar 14. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 2 hari di dalam lambung kelinci ...
Gambar 15. Foto matriks kalsium alginat-kitosan selama 3 hari di dalam lambung kelinci ...
Gambar 16. Foto makroskopik lambung kelinci tanpa pemberian obat ...
Gambar 17.Foto makroskopik usus halus kelinci tanpa pemberian obat ...
Gambar 18. Foto makroskopik usus besar kelinci tanpa pemberian obat ...
Gambar 19. Foto mikroskopik jaringan saluran cerna kelinci tanpa pemberian obat dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...
Gambar 20. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin ...
Gambar 21. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin ...
Gambar 22. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. ...
Gambar 23. Foto mikroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin ...
Gambar 24. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 25. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 26. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 1 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 28. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 29. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 30. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 2 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 31. Foto mikroskopik lambung kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...
Gambar 32. Foto makroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 33. Foto makroskopik usus halus kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 34. Foto makroskopik usus besar kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dan dibedah 3 hari setelah pemberian obat. ...
Gambar 35. Foto mikroskopik lambung kelompok kelinci yang diberi indometasin dalam matriks kalsium alginat-kitosan dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. ...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci ...
Lampiran 2. Bagan alur pembuatan matriks kalsium alginat-kitosan ...
Lampiran 3. Bagan alur uji pengembangan ...
Lampiran 4. Bagan alur pemeriksaan makroskopik saluran cerna ...
Lampiran 5. Bagan alur pemeriksaan mikroskopik lambung ...
Lampiran 6a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 6b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 6c. Data pertambahan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 7a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 7b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 7c. Data pertambahan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 23 oC ...
Lampiran 8a. Data uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...
Lampiran 8b. Data pertambahan berat (%) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH berganti pada suhu 23 oC ...
Lampiran 9. Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm) matriks kalsium alginat-kitosan pada uji pengembangan secara in vivo ... Lampiran 10. Data berat dan diameter matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin setelah dikeringkan selama 3 hari ...
Lampiran 11. Foto makroskopik kelinci yang dibedah 4 hari setelah pemberian matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin ...
Lampiran 12. Foto makroskopik kelinci yang dibedah 5 hari setelah pemberian matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin ...
Lampiran 13. Foto alat mikrotom ...
Lampiran 14. Foto alat oven ...
Lampiran 15. Foto alat water bath ...
Lampiran 16. Foto blok parafin ...
Uji Pengembangan, Efek Iritasi Secara Histologi Dan Sifat Bertahan Dalam Lambung Dari Matriks Kalsium Alginat- Kitosan Yang Mengandung
Indometasin Abstrak
Telah dilakukan uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat
bertahan dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
indometasin. Matriks dibuat dengan mencampurkan indometasin dengan natrium
alginat dan kitosan sama banyak. Lalu ditambahkan mucilago amili 5% (b/v)
sampai terbentuk masa yang kompak. Masa ini lalu dibulatkan menjadi butir-butir
matriks dan direndam dalam larutan CaCl2 0,15 M selama 21 menit. Lalu
dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. Uji pengembangan secara in vitro
dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks setelah direndam
dalam medium pH 1,2, pH 6,8 dan pH berganti. Uji pengembangan secara in vivo
dilakukan dengan melihat perubahan berat dan diameter matriks dalam lambung
kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat. Uji efek iritasi
dilakukan terhadap 12 ekor kelinci. Kelinci-kelinci tersebut dibagi menjadi 4
kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama adalah
kelompok yang diberi indometasin dalam kapsul gelatin. Kelompok kedua, ketiga,
dan keempat adalah kelompok yang diberi indometasin dalam matriks kalsium
alginat-kitosan. Setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat, kelinci-kelinci tersebut
dibedah dan diamati secara makroskopik dan mikroskopik (histologi). Uji sifat
bertahan dalam lambung dilakukan dengan melihat keberadaan matriks dalam
lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat.
Hasil yang diperoleh pada uji pengembangan secara in vitro menunjukkan
bahwa matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin
mengembang dalam semua medium tetapi lebih cepat dalam medium pH 6,8. Uji
efek iritasi secara histologi menunjukkan bahwa 8 dari 9 ekor kelinci yang diberi
matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin mengalami iritasi
yang ditandai dengan penipisan epitel dan pelebaran pembuluh darah. Dari hasil
uji pengembangan secara in vivo menunjukkan bahwa matriks kalsium
alginat-kitosan memiliki sifat bertahan dalam lambung.
Swelling, Irritation Effect Histologically, and Gastroretentive Property of Calcium Alginate-Chitosan Matrix Containing Indomethacine
Abstract
Swelling, irritation effect histologically, and gastroretentive property of
calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine have been conducted.
The calcium alginate-chitosan matrix containing indomethacine was made by
mixing indomethacine with sodium alginate and chitosan equally and then it was
made to become a compact mass with the addition of 5% (b/v) mucillage of starch
(amili mucilago). After that the compact mass was formed to become spherical
matrices and were immersed into the 0,15 M of CaCl2 solution for 21 minutes.
Then the matrices were taken and dried at room temperature for 3 days. The in
vitro swelling was done by observing the changes of weight and diameter of the
matrix after been soaked in pH 1,2; pH 6,8 and changing pH of medium solutions.
The in vivo swelling was done by observing the changes of weight and diameter
of the matrix in rabbits’ stomach after 1, 2 and 3 days of drug giving. The study of
irritation effect histologically was done to 12 rabbits. These rabbits were divided
into 4 groups that consisted of 3 rabbits for each group. The 1st group was a group
given indomethacine in gelatin capsule. The 2nd, 3rd and 4th group were groups
given indomethacine in calcium alginate-chitosan matrix. After 1, 2 and 3 days of
drug giving, these rabbits were killed and observed macroscopically and
microscopically (histologically). The gastroretentive property was done by
examining the position of matrix in rabbits’ stomach that were killed after 1, 2 and
3 days of drug giving.
The result of the in vitro swelling showed that calcium alginate-chitosan
matrix containing indomethacine swelled in all of medium solutions, but it
swelled faster in pH 6,8 of medium solution. The irritation effect histologically
showed that 8 among 9 rabbits which were given indomethacine in calcium
alginate-chitosan matrix were irritated which were shown by the thinning of
epithelium and the vein dilatation. As a result of in vivo swelling, it was
concluded that calcium alginate-chitosan matrix had a gastroretentive property.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat- zat
mikrobiologik. Inflamasi juga adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau
merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur
derajat perbaikan jaringan. Namun, kadang-kadang inflamasi tidak bisa
dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu
respons imun, seperti asma atau artritis rematoid. Pada kasus seperti ini, reaksi
pertahanan mereka sendiri mungkin menyebabkan luka jaringan progresif, dan
obat-obat anti-inflamasi mungkin diperlukan untuk memodulasi proses
peradangan (Mycek, dkk., 2001).
Indometasin merupakan salah satu dari obat- obat AINS turunan indol
metilat dengan efek lebih kuat dibanding aspirin (Daniel, 2006). Semua OAINS
merupakan iritan terhadap mukosa lambung, walaupun ada perbedaan gradasi
diantara obat-obat ini (Yodhian, 1994). Oleh karena itu, banyak penelitian yang
sudah dilakukan untuk mengatasi atau memperkecil efek iritasi yang disebabkan
oleh obat- obat AINS tersebut.
Kitosan adalah suatu polikationik polimer yang bersifat biodegradable,
biocompatible, bioabsorbable dan tidak toksik (Karo, dkk., 1995; Li, dkk., 1992).
dilakukan untuk tujuan pembuatan sediaan mikrokapsul dengan pelepasan obat
yang dapat dimodifikasi (Honary, et al., 2009).
Natrium alginat merupakan suatu polisakarida yang diperoleh dari alga
coklat yang merupakan suatu kopolimer yang terdiri dari β -D asam manuronat
(M) dan
α
(1,4)-L asam guluronat (G) (George dan Emilia, 2006). Salah satu sifatdari natrium alginat adalah jika dicampurkan dengan larutan kalsium klorida
segera membentuk gel kalsium alginat yang tidak larut dalam air (Morries, et a.l,
1978). Polimer ini tidak bersifat toksik, tidak memberikan reaksi alergi dan dapat
terurai dalam tubuh. Secara klinis alginat telah digunakan sebagai anti ulkus
(Belitz, 1987).
Saat ini ketertarikan untuk melakukan studi tentang alginat-kitosan sebagai
bahan pembawa obat controlled release semakin meningkat. Beberapa peneliti
diantaranya adalah Gaserod, dkk. (1999), meneliti tentang pengaruh jumlah berat
molekul kitosan dengan ikatan antara alginat-kitosan. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa ikatan antara alginat dan kitosan akan semakin
meningkat seiring dengan menurunnya jumlah berat molekul kitosan. Selain itu
juga diketahui bahwa stabilitas dari kapsul alginat-kitosan sangat tergantung
dengan jumlah kitosan yang berikatan dengan kapsul. George dan Emilia (2006),
dalam penelitiannya tentang pelepasan obat-obat protein mengemukakan bahwa
penggabungan obat protein ke dalam matriks alginat-kitosan dapat meminimalkan
denaturasi dari protrein sehingga pelepasan obat dapat lebih efektif. Zhao, dkk.
(2007), melakukan enkapsulasi doxorubicin sebagai obat anti tumor dengan
alginat-kitosan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa doxorubicin yang
dari pada doxorubicin yang tidak dienkapsulasi. Wang, dkk. (2007), dalam
penelitiannya menemukan bahwa mikrokapsulasi alginat-kitosan adalah suatu cara
yang efektif untuk membuat ibuprofen sebagai obat dengan pelepasan
diperpanjang. Honary, dkk. (2009), membuat sediaan alginat-kitosan yang
mengandung prednisolon dengan berat molekul kitosan yang berbeda-beda (kecil,
sedang, dan besar) dan membandingkan ketiga sediaan ini terhadap pelepasan
prednisolon dan sifat mukoadhesivenya selama 3 jam. Hasil yang diperoleh adalah
bahwa semakin besar berat molekul kitosan, maka sifat mukoadhesive semakin
besar dan pelepasan obat prednisolon lebih lambat dibandingkan dengan sediaan
dengan berat molekul kitosan yang lebih kecil.
Peneliti sebelumnya telah melakukan pengujian efek iritasi kronik pada
tikus putih yang diberi indometasin dengan dosis 10 mg/KgBB dalam matriks
kalsium alginat dan kapsul gelatin. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
indometasin dalam matriks kalsium alginat tidak menimbulkan iritasi dan
pengikisan jaringan sel epitel pada lambung sementara indometasin dalam kapsul
gelatin menimbulkan iritasi bahkan kematian tikus pada hari ke-3 sampai hari
ke-7 (Ukur Malem,2003). Pengujian perbandingan disolusi antara aspirin dalam
matriks kalsium alginat-kitosan dan aspirin dalam matriks kalsium alginat yang
dilakukan oleh Erani (2006), menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada
matriks kalsium alginat dapat mempengaruhi laju disolusi aspirin dari matriks
kalsium alginat dalam medium pH 1,2; pH 4,5 dan pH 6,8 sedangkan dalam
medium pH berganti tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu bahwa kitosan dapat
juga dapat mempengaruhi laju pelepasan obat yang pada akhirnya akan
mempengaruhi efek iritasi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang uji pengembangan, efek iritasi secara histologi dan sifat bertahan
dalam lambung dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
indometasin.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Pada medium manakah matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
indometasin mengembang lebih cepat?
b. Apakah matriks kalsium alginat-kitosan dapat mencegah efek iritasi dari
indometasin ?
c. Apakah matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin
memiliki sifat bertahan dalam lambung?
1.3 Hipotesis
Dalam penelitian ini diduga bahwa :
a. Pengembangan dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung
indometasin akan lebih cepat terjadi pada medium pH 6,8
b. Matriks kalsium alginat-kitosan dapat mencegah efek iritasi dari
indometasin
c. Matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin memiliki
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk memperkirakan laju pelepasan obat indometasin dalam matriks
kalsium alginat-kitosan dari hasil uji pengembangannya
b. Untuk mengetahui efek iritasi dari indometasin dalam kapsul gelatin dan
matriks kalsium alginat kitosan pada saluran cerna kelinci
c. Untuk mengetahui sifat bertahan dalam lambung dari matriks kalsium
alginat-kitosan yang mengandung indometasin
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah merupakan suatu masukan terhadap
pengembangan sediaan untuk mengurangi efek iritasi terhadap saluran pencernaan
2.1 Indom Tu poten dari penderita artritis go lebih efek (Mycek dk 2.1.1 Urai Rumus Ba Rumus M Berat Mol Nama kim Pemerian metasin urunan asam ipada aspiri artritis rem
out akut, sp
ktif menang kk.,2001). ian Umum angun olekul lekul mia TIN m indolaset
in, tetapi leb
matoid. Pa
pondilitas an
ggulangi p
Indometas :
: C19H16Cl
: 357,79
: Asam
3-asetat [
: serbuk h
kuning k Peka terh 162o BAB I NJAUAN P tat. Sebaga bih inferior ada keadaan nkilosa, dan peradangan
sin (Depkes
lNO4 (p-kloroben [53-86-1] hablur, polim kecoklatan; hadap caha II PUSTAKA i anti-inflam
r terhadap s
n tertentu,
n osteoartri
daripada a
s RI,1995) nzoil)-5-met morf kuning tidak berbau aya; melele masi, obat salisilat pad bagaimana itis pinggan aspirin atau toksi-2-met
g pucat hing
u atau hamp
eh pada suh
AINS ini
da dosis tole
apun (misa
ng), indome
u AINS la
tilindola-
gga
per tidak be
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
pKa : 4,51
2.1.2 Farmakologi
Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) telah lama memegang peranan
penting dalam terapi penyakit inflamasi. Pengujian secara in vitro menunjukkan
bahwa indometasin menghambat enzim siklooksigenase yang berperan terhadap
pembentukan prostaglandin. Prostaglandin merupakan salah satu mediator
kimiawi yang dilepaskan selama terjadi inflamasi (peradangan). Dengan
dihambatnya enzim siklooksigenase maka konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin terganggu, dengan demikian terjadi pengurangan nyeri (Foye,1996). 2.1.3. Farmakokinetika
Indometasin cepat dan hampir sempurna diabsorbsi dari saluran cerna
bagian atas setelah pemberian per-oral. Metabolismenya terjadi di hati (Mycek
dkk.,2001). Indometasin diekskresikan ke dalam bentuk asal maupun metabolit
melalui urin dan empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam. Dosis
indometasin yang lazim adalah 2-4 kali 25 mg, 50 mg, atau 75 mg sehari
(Foye,1996).
2.1.4. Efek Samping
Efek samping Indometasin terjadi sampai 50% penderita yang diobati;
sekitar 20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian
obat dihentikan. Kebanyakan efek samping ini berhubungan dengan dosis.
Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare dan nyeri abdomen.
dan penda frontal, ya indometas ringan, da akut. Rea hipersensi akut (Myc 2.2 Salura 2.2.1. Lam La makanan dalam usu berbentuk lambung mendekati
antara 1 d
korpus dan
arahan. Efe
ang terjadi p
sin. Efek S
an kebingun aksi hemato itif berupa cek dkk.,200 an Pencern mbung ambung me dicampur
us halus (Sh
k seperti bu
1–2 liter (P
i satu, teta
dan 3 (Aiach
n antrum pi
ek SSP yan
pada 25 sam
SP yang le
ngan menta opoietik ya kemerahan 01). naan erupakan su dengan cai hargel,2005) uah alpuka
Price dan W
api karena
he dkk.,199
ilorikum ata
Gamba
ng paling b
mpai 50% p
ebih sering
al. Telah di
ang dilapor
n pada kulit
uatu organ iran cerna ). Lambung at raksasa Wilson, 19 adanya pen 93). Secara
au pilorus (P
ar 2.1 Anato
berat dan s
penderita ya
g adalah pu
ketahui dap rkan berup t, urtikaria, ”pencampu dan secara g merupakan bila terisi 991). Keasa ngenceran anatomis la
Price dan W
omi Lambu
sering adal
ang secara k
using, vertig
pat juga ter
a trombosi
gatal, dan
ur dan pen
a periodik
n huruf ”J”
penuh. K
aman (pH)
biasanya p
ambung terb
Wilson,1991)
ung
lah nyeri k
kronis men
go, nyeri k
rjadi pankre
itopenia. R
n serangan nsekresi” di dikosongka bila koson Kapasitas no cairan lam
pH dapat b
bagi atas fu
La
lapisan lua
viseralis m
memanjan
tersusun d
bagian lua ketiga sub mukosa d dalam rug jarang, de pembuluh (Leeson,1
tersusun d
lipatan-lip
Wilson,19
Gambar
ambung terd
ar merupak
menyatu p
ng ke arah
dari tiga lap
ar, lapisan s
bmukosa ter
an lapisan
gae atau li
engan serat
h darah, pe
985). Dan
dari lipatan
patan ini lam
991).
2.2 Struk
Hem
diri dari em
kan bagian d
pada kurvat
hati, memb
pis dan buk
sirkular di te
rdiri dari jar
muskularis patan mem t-serat kola embuluh lim lapisan ke n-lipatan lo mbung dap ktur Histol matoxylin Eo mpat lapisan dari periton tura minor bentuk omen
kan dua lap
engah, dan
ringan aero
(Price dan
manjang lam
agen dan e
mfe dan s
eempat, mu
ongitudinal
pat berdisten
logis Lamb
osin. 57x (D
n. Lapisan
neum visera
lambung
ntum minus
pis otot po
lapisan obli
lar jarang y
n Wilson,19 mbung, dan elastin. Sub araf perife ukosa adal yang diseb nsi sewaktu bung Man Di Fiore, 198
pertama tun
lis. Dua lap
dan duode
s. Lapisan k
los: lapisan
ik di bagian
yang mengh
91). Submu
n terdiri at
bmukosa ju
r dari plek
lah lapisan
but rugae.
u diisi mak
nusia Deng 86) unika serosa pisan perito enum dan kedua musk n longitudin
n dalam. La
2.2.2 Usus Halus
Panjang usus halus adalah sekitar 10–14 kaki. Bagian pertama steril,
sedangkan bagian akhir yang menghubungkan ”cecum” mengandung beberapa
bakteri (Shargel,2005). Usus halus dibagi dalam duodenum, yeyenum dan ileum.
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, yeyenum kira-kira dua per tiga sisa usus
halus lainnya dan ileum kira-kira tiga per lima bagian terminalnya (Price dan
Wilson,1991).
Rentang pH isi usus halus adalah :
pH
duodenum bulbus 4 – 5
duodenum menurun 5 – 6
yeyenum 6 – 7
ileum 7 – 8
(Aiache dkk.,1993).
Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yaitu mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Mukosa disusun oleh selapis sel
epitel dengan membran basalis filamentosanya, suatu lamina propria yang
mengandung pembuluh darah, kelenjar limfe, sel-sel otot halus, serat saraf, sel
plasma, limfosit, fibroblast, eosinofil, makrofag, sel retikulum, sel mast, kolagen,
dan fibril-fibril retikuler, serta lapisan ini dipisahkan dari submukosa oleh mukosa
muskularis. Submukosa mengandung pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh
limfe yang lebih besar serta lebih banyak jaringan penyambung, saraf, ganglia
polos sirkuler di sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar, dengan
pleksus mienterikus tersebar di antara keduanya (Sodeman,1995).
2.2.3 Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
5 kaki. Diameter usus besar lebih besar dari usus halus. Diameter rata- rata sekitar
2, 5 inci, tetapi makin mendekati ujungnya, diameternya makin berkurang. Usus
besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
di usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit
(Price dan Wilson,1994).
2.2.4 Mekanisme terjadi pendarahan pada lambung
Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) termasuk indometaisn dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan karena kristal-kristal obat berkontak
langsung dengan mukosa lambung. Indometasin merusak mukosa lambung
sehingga mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam
klorida dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh darah. Histamin
dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin. mukosa menjadi edema, dan
sejumlah protein plasma dapat hilang sehingga mukosa kapiler dapat rusak dan
dapat mengakibatkan pendarahan (Price dan Wilson,1994).
2.3 Alginat
Alginat merupakan suatu polisakarida yang diperoleh dari alga coklat yang
merupakan suatu kopolimer yang terdiri dari β-D asam manuronat (M) dan
α
(1,4)-L asam guluronat (G) (George dan Emilia,2006). Polimer ini tidak bersifat
toksik, tidak memberikan reaksi alergi dan dapat terurai dalam tubuh
Al surfaktan untuk men yang mud pembentuk pembentuk pembekua
glazing, e
badan ikan
mutu lainn
2.4 Natri Na coklat yan dalam ind kosmetik, (Anonim,2 Ga Sa dengan pe ginat merup (surface ac ningkatkan
dah rusak. S
k film, pen
k gel, pelap
an produk p
efektif untu
n sewaktu p
nya selama ium alginat atrium algin ng sangat dustri sang kertas, dete 2008).
ambar 2.3 S G alah satu sifa
enambahan
pakan zat a
ctive agent )
mutu prod
Selain itu d
ngemulsi, s
pis, dan pen
perikanan. A
uk mencega
proses thaw
penyimpan
t
nat merupak
diperlukan
gat luas, d
ergen, cat, t
Struktur Alg G : - L asa
at dari natriu
larutan ga
aditif hidrok
). Surfaktan
duk dan me
digunakan s
stabilisator
nggumpal.
Alginat dan
ah terjadiny
wing), menc
nan beku (A
kan salah s
dalam ind diantaranya textile, vern ginat Strukt am gulurona um alginat aram kalsiu koloid pent n digunakan
engurangi k
ebagai peng
emulsi, pe
Alginat jug
polifosfat d
ya drip los
cegah oksid
nonim, 200
satu hasil d
dustri. Natr
: makana
nis, fotograf
tur
at dan M: adalah kem
um seperti
ting yang b
n dalam pen
kesulitan pe
gikat, pence
engental, ko
ga banyak d
ditambahka
ss ( kehilan
asi lemak, d
8).
ari pengola
rium algina
an, minuma
fi, kulit bua
- D asam m
mampuannya
kalsium gl
berfungsi se
ngolahan pa
enanganan b
egah kristal
oloid pelin
digunakan d
an pada air u
ngan cairan
dan kemund
ahan rumpu
at pemakaia
an, obat-ob
atan dan lain
tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat
antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Morris, et al,1978). Natrium alginat
merupakan senyawa serat yang mudah larut dalam air, membentuk suatu larutan
kental dan tidak bisa dicerna oleh cairan yang disekresi dalam saluran cerna. Saat
larut dalam air, serat natrium alginat membentuk kisi-kisi seperti jala yang mampu
mengikat kuat banyak molekul air dan menahan zat terlarut air dengan baik
(Anonim,2008).
2.5 Kitosan
Kitosan adalah hasil deasetilasi dari kitin, suatu polisakarida yang banyak
ditemukan di alam, terutama pada kulit binatang air yang berkulit keras,
mempunyai pKa 6,5. Kitosan merupakan hasil deasetilasi N dari kitin, meskipun
deasetilasi N ini hampir tidak pernah sempurna. Kitosan hasil deasetilasi dari kitin
dapat larut dalam asam lemah seperti asam asetat, asam formiat, dan lain- lain.
Kitosan telah dikenal dapat menjadi bahan yang baik sekali untuk sediaan obat
karena polimer alami ini mempunyai keunggulan yang utama seperti tidak toksik,
biokompatibel, terbiodegradasi dan kemampuan absorbsi, serta kemampuannya
membentuk gel pada pH rendah. Kitosan mempunyai aktivitas sebagai antasida
dan antiulser yang mencegah atau mengurangi iritasi obat pada lambung. Formula
matriks kitosan muncul mengapung dan perlahan- lahan mengembang dalam
medium asam. Dari semua sifat kitosan yang menarik tersebut, membuat polimer
alami ini sebagai suatu kandidat yang ideal untuk formulasi obat pelepasan
terkontrol (Kumar,2000).
Banyak kegunaan kitosan didasarkan pada sifat kationik alaminya yang
protein, polisakarida anionik dan asam nukleat. Karenanya pada kondisi tertentu
alginat dan kitosan yang berbeda muatan dapat saling berinteraksi. Material ini
banyak digunakan untuk aplikasi biomedikal dan farmasetika dikarenakan sifat
biocompatible, biodegradable, bioaktif, dan non toksiknya yang sangat baik.
Walaupun kitosan dapat diproduksi dalam bentuk tepung, lapisan tipis, butiran
dan serat, namun produk- produk yang terbuat dari kitosan murni tidak dapat
diproduksi terus dikarenakan mahalnya biaya produksi yang terlibat (proses
deproteinisasi, demineralisasi, dan deasetilasi) dibutuhkan untuk memproduksi
kitosan yang cukup murni (Kumar,2000).
2.6 Matriks
Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang
didalamnya obat tercampur secara merata. Suatu matriks dapat dibentuk secara
sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dan bahan matriks secara
bersama-sama. Sebagian besar bahan matriks tidak larut dalam air meskipun ada
beberapa bahan yang dapat mengembang secara lambat dalam air. Jenis matriks
dari pelepasan obat dapat dibentuk menjadi suatu tablet atau butir-butir kecil
(Shargel,2005). Matriks dapat digolongkan menjadi 3 karakter (Lachman dkk.,
1994) yaitu :
a. Matriks tidak larut, inert
Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida dan
kopolimer akrilat, etilselulosa telah digunakan sebagai dasar untuk banyak
formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini didesain untuk
b. Matriks tidak larut, terkikis
Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.
Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil
alkohol, malam carnauba dan polietilen glikol.
c. Matriks hidrofilik
Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel
sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya
adalah metil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksipropil metilselulosa, natrium
karboksimetilselulosa, natrium alginat, xanthan gum dan carbopol. Bila
bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks terhidrasi.
Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga terlarut.
2.7 Preparasi Jaringan 2.7.1 Fiksasi
Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan
elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami
perubahan bentuk maupun ukuran. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para ahli
sitologi berusaha keras mencari suatu media yang terdiri dari unsur-unsur kimia,
yang kemudian dibuat suatu larutan atau dalam bentuk gas. Media ini kemudian
disebut fiksatif. Fiksatif umumnya mempunyai kemampuan untuk mengubah
indeks bias bagian-bagian sel, sehingga bagian-bagian dalam sel tersebut mudah
terlihat di bawah mikroskop, dan fiksatif pun mempunyai kemampuan membuat
jaringan mudah menyerap zat warna (Jones,1985).
Dalam hal ini digunakan formaldehid sebagai fiksatif. Formaldehid
jaringan, terutama bila yang digunakan formaldehid 40% . Oleh karena itu
konsentrasi yang biasa digunakan untuk fiksasi adalah 4%-10% (Jones,1985).
2.7.2 Pencucian dan Dehidrasi
Setelah proses fiksasi maka dilakukan pencucian. Hal ini dimaksudkan
untuk menghilangkan larutan fiksatif dari jaringan. Setelah proses pencuciasn
selesai maka dilakukan dehidrasi. Istilah dehidrasi di sini berarti penarikan
molekul air dari dalam jaringan. Proses ini dimaksudkan untuk menarik air yang
terdapat dalam jaringan agar nantinya seluruh ruangan antar sel dalam jaringan
dapat diisi oleh molekul-molekul parafin (Jones,1985).
Dalam proses ini, dehidran yang digunakan adalah etanol atau biasa
disebut alkohol. Proses ini biasanya dimulai dari alkohol persentase rendah
kemudian setingkat demi setingkat menuju ke alkohol persentase tinggi (alkohol
absolute). Proses ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan
yang tiba-tiba terhadap sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang terjadi
sekecil mungkin (Jones,1985).
2.7.3 Penjernihan (Clearing) dan Infiltrasi Parafin
Pada proses clearing digunakan xylol atau xylene. Proses ini dimaksudkan
untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan, agar nantinya
dapat digantikan oleh molekul parafin (Jones,1985).
Setelah proses penjernihan diperkirakan sudah sempurna, selanjutnya
dimulai proses infiltrasi parafin. Parafin yang digunakan adalah yang titik cairnya
berkisar 50-56oC. Proses ini seluruhnya dikerjakan di dalam oven. Waktu yang
diperlukan oleh suatu jaringan di dalam campuran zat parafin murni, tidak terlalu
I, parafin II, kemudian parafin murni III; hal ini dimaksudkan agar jaringan
mendapatkan suatu lingkungan parafin yang betul-betul murni. Selain itu
tingkatan parafin ini, dimaksudkan untuk mencegah tertahannya sejumlah besar
zat penjernih di dalam jaringan, karena akan melunakkan jaringan dan membuat
jaringan sukar diiris. Setelah proses ini maka dibuatlah suatu blok jaringan
sehingga diperoleh massa yang keras dan padat sehingga dapat dipotong menjadi
jaringan yang tipis (Jones,1985).
2.7.4 Deparafinasi dan Pewarnaan
Deparafinasi adalah suatu proses menghilangkan parafin yang terdapat di
dalam jaringan. Proses ini dimaksudkan untuk mempermudah proses masuknya
zat warna ke dalam jaringan. Caranya ialah dengan merendam irisan jaringan ke
dalam xylene sekurang-kurangnya selama 15 menit (Jones,1985).
Setelah proses deparafinasi dilakukan proses pewarnaan. Kebanyakan
jaringan tidak berwarna sehingga sulit memeriksa jaringan yang tidak diwarnai di
bawah mikroskop. Kebanyakan zat warna yang digunakan dalam pemeriksaan
histologik bersifat seperti senyawa asam atau basa dan mempunyai kecenderungan
membentuk ikatan garam dengan gugus-gugus jaringan yang dapat berionisasi.
Zat warna yang paling sering digunakan adalah hematoksilin eosin
(Junqueira,2005).
Jaringan tersebut tidak langsung dimasukkan ke dalam zat warna
kematoksilin tetapi direndam dahulu dengan dengan larutan alkohol bertingkat
dari konsentrasi tinggi sampai ke konsentrasi rendah kemudian baru dicelupkan ke
dalam larutan hematoksilin. Hal ini dilakukan karena pewarna hematoksilin
ke media aquosa. Kemudian jaringan akan diwarnai dengan eosin 0,5% (dalam
alkohol 70%) yang sebelumnya jaringan harus dimasukkan sebentar-sebentar saja,
berturut-turut dari alkohol 30%, kemudian 50%, dan 70% (Jones,1985).
Eosin banyak digunakan sebagai background stain, atau disebut juga
counterstain, yaitu zat warna yang berfungsi untuk memberikan warna yang
kontras dengan zat warna yang diberikan oleh zat warna yang terdahulu
4.1 Pembu Ma dengan ca dengan ju mucilago berfungsi dapat dibe diperlukan
menjadi b
0,15 M se
dari larut
membentu
Setelah itu
matriks d
[image:38.595.220.406.582.713.2]dikeringka kalsium al Gambar uatan Matr atriks kalsi ara mencam umlah yan amili sedi sebagai ba entuk. Dari n mucilago
butir- butir
elama 35 m
tan CaCl2
uk gel kalsiu
u matriks di
dengan ber
an adalah 8
lginat-kitosa
1. Foto mat ( awal)
HASIL riks Kalsiu ium alginat
mpurkan in
ng sama b
ikit demi
ahan pengik
hasil perco
o amili seb
matriks ke menit. Peren dapat bere um alginat-ikeringkan p rat yang
82 mg deng
an dapat dil
triks kalsiu
BAB I L DAN PEM um
Alginat-t-kitosan y
ndometasin
banyak (pe
sedikit. Pe
kat untuk m
obaan diketa banyak 1,17 emudian dir ndaman sela eaksi semp -kitosan den
pada suhu k
sudah stab
gan diamete
lihat pada G
um alginat-k IV MBAHASA -Kitosan ang menga dengan na erbandingan enambahan memperoleh ahui bahwa
714 g. Ma
rendam dala
ama 35 me
purna denga
ngan bentuk
kamar selam
bil. Berat
er rata- rata
Gambar 1.
kitosan yang AN
andung ind
atrium algi
n 1:1). La
mucilago
h massa ya
untuk mem
assa yang t
am larutan
nit bertujua
an natrium
k yang bulat
ma 3 hari un
rata-rata
a 3,3 mm.
g mengandu
dometasin d
inat dan ki
alu ditamba
amili 5%
ang kompak
mbuat 10 m
telah dibul
kalsium kl
an agar ion
m alginat-ki
t, kuat dan k
ntuk mempe
matriks se
Gambar m
ung indome dibuat
itosan
ahkan
(b/v)
k dan
atriks
latkan
lorida
n Ca2+
4.2 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan secara In Vitro Uji pengembangan matriks secara in vitro dilakukan untuk mengetahui
sifat fisik matriks dalam saluran pencernaan dengan melihat pengaruh medium
terhadap perubahan berat dan diameter matriks. Perubahan berat matriks
dilakukan dengan membandingkan selisih berat matriks sebelum dan setelah
perendaman dengan berat awal matriks, sedangkan perubahan diameter dilakukan
dengan membandingkan diameter setelah perendaman dengan diameter awal
matriks.
4.2.1 Uji Pengembangan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan pada Medium pH 1,2 dan Medium pH 6,8
Gambar 2 dan 3 merupakan grafik pertambahan berat (%) dan diameter
(mm) pada uji pengembangan matriks dalam medium pH 1,2 dan medium pH 6,8.
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertambahan berat (%) dari matriks kalsium
alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 terus mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu, yaitu dari menit ke-30 sebesar 67,90% sampai menit ke-480 adalah sebesar
329,63% dari berat awal matriks. Demikian juga halnya pada diameter matriks
yang ditunjukkan pada Gambar 3. Diameter matriks terus meningkat yaitu dari
menit ke-30 sebesar 4,447 mm sampai menit ke-480 sebesar 7,585 mm. Pada
medium pH 6,8 baik pertambahan berat (%) maupun diameter juga mengalami
peningkatan. Pertambahan berat (%) meningkat dari menit ke-30 sebesar 48,37%
sampai menit ke-360 sebesar 137,80% dari berat awal matriks dan diameter
meningkat dari menit ke-30 sebesar 4,253 mm sampai pada menit ke-360 sebesar
5,615 mm. Namun pada menit ke-420 sampai menit ke-480 pertambahan berat
(%) dan diameter mengalami penurunan. Pertambahan berat (%) matriks pada
menit ke-480 adalah 5,239 mm. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pertambahan berat (%) dan perubahan diameter matriks dalam medium pH 1,2
lebih besar daripada dalam medium pH 6,8.
Penambahan berat dan diameter terjadi karena difusi air ke dalam pori-pori
yang terdapat dalam matriks kalsium alginat-kitosan. Pori-pori ini terbentuk
karena pada saat pengeringan partikel-partikel air meninggalkan matriks dan
membentuk pori-pori kosong. Pada saat matriks dimasukkan ke dalam medium
pH 1,2 dan pH 6,8 terjadi pengisian pori-pori tersebut sehingga terjadi
pertambahan berat dan diameter dari matriks tersebut.
Pada medium pH 1,2 pertambahan berat (%) dan diameter terjadi lebih
besar karena kitosan bersifat mengembang dalam medium asam sehingga partikel
air dapat berdifusi lebih banyak dan matriks akan lebih mengembang pada
medium pH 1,2. Hal ini dapat terjadi karena adanya gugus amina (NH2) dari
kitosan yang terprotonasi membentuk gugus amina yang bermuatan kationik
(NH3+) yang bersifat hidrofilik. Dengan demikian, air dapat berdifusi ke dalam
matriks dan membuat matriks menjadi mengembang. Sementara kalsium-alginat
pada medium asam akan bereaksi dengan HCl membentuk asam alginat yang
tidak larut dalam air. Pada medium pH 6,8 matriks mulai mengecil pada menit
ke-420 dan mengalami penurunan berat dan diameter. Hal ini terjadi karena alginat
larut dalam medium pH 6,8 sehingga terjadi erosi dan matriks menjadi mengecil.
Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm) dari matriks kalsium
alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada
Tabel 2. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 pada suhu 37 oC
Tabel 3. Pertambahan berat (%) dan diameter (mm) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 6,8 pada suhu 37 oC
Gambar 2. Grafik pertambahan berat (%) terhadap waktu (menit) pada uji pengembangan matriks kalsium alginat-kitosan dalam medium pH 1,2 dan pH 6,8 pada suhu 37 oC
0 50 100 150 200 250 300 350
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480
P
e
rt
a
m
b
a
h
a
n
b
e
ra
t
(%)
Waktu (menit)
pH 1,2 pH 6,8
Waktu (menit)
Berat (mg)
Pertambahan berat %)
Diameter (mm)
Perubahan diameter
(Φt/Φi)
0 81,00 0 3,222 1
30 136,00 67,90 4,447 1,380 60 179,67 121,81 5,344 1,739 240 300,00 270,37 6,778 2,104 360 339,67 319,34 7,311 2,269 480 348,00 329,63 7,585 2,354
Waktu (menit)
Berat (mg)
Pertambahan berat %)
Diameter (mm)
Perubahan diameter
(Φt/Φi)
0 82,00 0 3,391 1
Gambar 3
Gambar 4 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0
0
D
ia
m
e
te
r
(m
m
)
3. Grafik di matriks k pada suhu
4. Grafik p pengemb 1,2 dan p
0 30 60
iameter (mm kalsium alg u 37 oC
erubahan d bangan ma pH 6,8 pada
90 120 150
m) terhadap ginat-kitosan
diameter (
Ф
atriks kalsiu a suhu 37 oC 0 180 210 2pH 1,2
waktu (me n dalam m
Ф
t/Ф
i) terha um alginat-kC 240 270 300
pH 6,8
nit) pada uj medium pH
adap waktu kitosan dal 330 360 39
W
ji pengemba 1,2 dan pH
(menit) pad lam medium 90 420 450 4
Waktu (menit)
angan H 6,8
da uji m pH
480
[image:42.595.120.508.402.669.2]Keteranga Gambar 5 Keteranga Gambar 4.2.2 Uji pH Pe berat dan pencernaa
jam pada m
Gambar 7
an : A = m B = se C = se D = se
5. Foto kea pada suhu
an : A = m B = se C = se D = se
6. Foto kea pada suh
Pengemba H Berganti
ngujian pad
diameter d
an yaitu dar
medium pH
7 dan 8 men
matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend
adaan matrik u 37 oC
matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend
adaan matri hu 37 oC
angan Mat
da medium
dari matriks
i lambung m
H 1,2 setelah
nunjukkan g
A
A
(sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me
ks pada uji
(sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me
iks pada uji
triks Kalsi
pH bergan
kalsium al
menuju usu
h itu diganti
grafik perta B C B C perendaman nit enit enit pengemban perendaman nit enit enit i pengemban ium Algina nti dilakuka lginat-kitosa
us halus. Pe
i dengan me
ambahan be D D n) ngan dalam n) ngan dalam at-Kitosan
an untuk me
an selama m
ngujian dila
edium pH 6
erat (%) dan
m medium pH
m medium p
pada Me
elihat perub
melewati sa
akukan sela
6,8 selama 6
[image:43.595.223.403.334.455.2]dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam
medium pH berganti.
Dari Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa pada 2 jam pertama, pertambahan
berat (%) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin
adalah sebesar 124,31% dari berat awal matriks dan diameternya sebesar
5,239 mm. Setelah diganti dengan medium pH 6,8 selama 6 jam, pertambahan
berat (%) pada menit ke-480 menjadi 389,80% dari berat awal matriks dan
diameternya sebesar 7,355 mm. Data pertambahan berat (%) dan diameter (mm)
dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin dalam
medium pH berganti pada waktu- waktu tertentu dapat dilihat pada Tabel 4.
Dari hasil uji pengembangan pada medium pH 1,2 ; pH 6,8 dan pH
berganti selama 8 jam pada suhu ± 37 oC diketahui bahwa pertambahan berat (%)
dan diameter (mm) matriks kalsium alginat-kitosan yang paling besar terjadi
dalam medium pH berganti dan paling kecil terjadi dalam medium pH 6,8. Hal ini
terjadi karena pada waktu matriks direndam dalam medium pH 1,2 kitosan yang
ada di dalam matriks mengembang sehingga matriks juga mengembang,
sementara alginat menjadi bebas dan bereaksi dengan asam membentuk asam
alginat yang tidak larut. Setelah dimasukkan dalam medium pH 6,8 asam alginat
bereaksi dengan NaOH dan membentuk natrium alginat yang bersifat hidrofilik
sehingga matriks menjadi lebih mengembang.
Pada dasarnya jika jumlah pertambahan berat (%) dan diameter (mm)
matriks semakin besar maka berarti bahwa matriks semakin cepat mengembang
dan akhirnya pecah sehingga obat dalam matriks akan semakin cepat dilepaskan.
kalsium al
pH 1,2 d
pertambah
dengan m
kitosan m
dan mediu
[image:45.595.117.511.259.728.2]Tabel 4.
Gambar Wa (me 0 3 6 24 36 48 lginat-kitos
dan pH be
han berat (
mengecilnya
mengembang
um pH berg
Pertambah matriks ka 37 oC
7. Grafik pengem pH berg aktu enit) 0 0 60
40 2 60 3 80 4
pH1,2
an dalam m
erganti tetap
(%) dan di
a matriks. H
g lebih cepa
anti.
an berat (% alsium algin
pertambaha mbangan m
ganti pada s Berat (mg) P 85,00 153,67 190,67 282,00 347,33 416,33 medium pH api matriks ameter (mm
Hal ini be
at dalam m
%) dan dia nat-kitosan
an berat (% matriks kals
suhu 37 oC Pertambaha berat %) 0 80,78 124,31 231,76 308,63 389,80 pH 6,8
6,8 lebih ke
sudah mu
m) pada m
rarti bahwa medium pH ameter (mm dalam med %) terhada sium algin an Dia ( 3 4 5 6 6 7 ecil daripad ulai menga menit ke-42
a matriks k
6,8 daripad
m) pada uji dium pH ber
p waktu (m at-kitosan ameter (mm) 3,300 4,875 5,239 6,300 6,911 7,355
da dalam me
alami penur
0 yang dit
kalsium alg
da dalam pH
Gambar 8
Gambar 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0
0
D
ia
m
e
te
r
(m
m
)
8. Grafik di matriks k 37 oC
9. Grafik p pengemb pH berg
30 60 90
pH 1,2 pH1,2
iameter (mm kalsium algi
perubahan d bangan ma anti pada su 0 120 150 1 pH 6
m) terhadap inat-kitosan
diameter (Ф atriks kals uhu 37 oC 180 210 240
pH 6,8 6,8
waktu (me n dalam med
Фt/Фi) terhad
sium algina 0 270 300 33
nit) pada uj dium pH be
dap waktu at-kitosan 30 360 390
W
ji pengemba erganti pada
(menit) pad dalam me 420 450 480
Waktu (menit)
angan a suhu
da uji edium
Keteranga
Gambar
4.3 Uji Pe Sifat Da obat, dik indometas berat (%) dilihat pad
[image:47.595.219.409.84.215.2]pada Ga
Tabel 5.
Wak (men 1 Ha 2 Ha 3 Ha
an : A = m B = se C = se D = se
10. Foto pH ber
engembang Bertahan d ari hasil pem
ketahui bah
sin tetap b
dan perub
da Tabel 5 d
ambar 11 da
Rata- rata kalsium alg kelinci yan ktu nit) B
ari 3 ari 3 ari 3
matriks awal etelah dirend etelah dirend etelah dirend
keadaan m rganti pada gan Matrik dalam Lam mbedahan k hwa matrik berada di ahan diame
dan grafik p
an 12.
pertambah ginat-kitosa ng dibedah s
Berat (mg) P 322,67 329,00 310,33 A (sebelum p dam 30 men dam 240 me dam 480 me
matriks pad suhu 37 oC
ks Kalsium mbung
kelinci baik
ks kalsium
dalam lam
eter (mm) m
perubahan b
han berat ( an yang men setelah 1, 2
Pertambahan berat %) 295,25 307,95 278,50 B perendaman nit enit enit
a uji peng C
m Alginat-K
setelah 1, 2
m alginat-k
mbung. Dat
matriks set
berat dan dia
(%) dan di ngandung in
dan 3 hari p
n Dia ( 7, 7, 7, C D n) gembangan Kitosan seca
2 maupun 3
kitosan yan
ta rata- ra
elah 1, 2 d
ameter matr iameter (mm ndometasin pemberian o ameter (mm) ,211 ,400 ,087 dalam me
ara In Vivo
3 hari pemb
ng mengan
ata pertamb
dan 3 hari
riks dapat d
m) dari m pada lambu obat.
Perubahan diameter
Gambar 11. Grafik berat (mg) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat
Gambar 12. Grafik diameter (mm) terhadap waktu (hari) dari matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung indometasin yang terdapat dalam lambung kelinci yang dibedah setelah 1, 2 dan 3 hari pemberian obat
Dari Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa selama 2 hari di dalam
lambung, matriks tetap mengalami pertambahan berat dan diameter, tetapi pada 305
310 315 320 325 330
0 1 2 3
B
e
ra
t
(m
g
)
waktu (hari)
2,18 2,20 2,22 2,24 2,26 2,28 2,30 2,32
0 1 2 3
D
ia
m
e
te
r
(m
m
)
hari ke-3
matriks te
terdapat d
kalsium a
dalam lam
pengaruh
matriks tid
adanya in
lambung y
pembedah Gambar 1 Keteranga Gambar A terjadi pen etap berada
di dalam lam
alginat-kitos
mbung. Hal
kitosan yan
dak dapat t
nteraksi ion
yang bermu
han setelah
3, 14 dan 15
(
an : A = mat B = mat
13. Foto lambu A
nurunan ber
di dalam la
mbung (lam
san yang m
l ini dapat
ng bersifat
turun ke usu
nik antara
uatan negat
1 hari, 2 h
5.
(a)
triks awal ( triks yang b
matriks ka ung: (a) Kel
A B
rat dan dia
ambung. Ba
mpiran). Ma
mengandung
terjadi kar
mengemban
us dan sifa
kitosan ya
tif (George
hari dan 3 h
(c) (sebelum di berada dalam alsium algi
linci 4, (b) K B
meter. Nam
ahkan selam
aka dapat d
g indometas
rena dipeng
ng dalam la
t mukoadhe ang bermua