• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA

PENAMBANG EMAS DI TAMBANG EMAS

RAKYATDI DESA HUTABARGOT

KECAMATAN HUTABARGOT

KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara

110902022

SANDI AJIBAH

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Sandi Ajibah

Nim : 110902022

ABSTRAK

Tinjauan Kondisi Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Rakyat Illegal Di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 112 Halaman, dan 5 Tabel.

Kehidupan yang modern dan maju seperti sekarang ini, banyak cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Di Indonesia Pertambangan telah banyak dilakukan baik perusahaan dan perorangan, pertambangan sering kali menjadi perbincangan yang hangat, di karenakan adanya sumber daya alam yang bisa dijadikan alat untuk mengahasilkan uang demi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sering dibuat sebagai tempat investasi oleh Negara asing dan banyak pula masyarakat Indonesia yang tergantung kehidupannya di pertambangan ini. Di pasal 23 ayat 3 UUD 1945 menegaskan bahwa “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat “. Dari penjelasan tersebut mengatakan bahwa segala sesuatu di berikan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

(3)

ii

Dari data yang telah dikumpulkan dan telah di analisis dapat disimpulkan bahwa keadaan gambaran kondisi sosial dan ekonomi penambang emas di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal cukup merubah kehidupan dan pendapatan masyarakat dengan adanya pertambangan emas rakyat ini. Hal ini lah yang membuat pertambangan emas rakyat yang berstatus illegal ini masih berlanjut sampai dengan hari ini, karena dengan adanya pertambangan rakyat ini pendapatan masayarakat di Desa Hutabargot Nauli meningkat dan membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sosial dan ekonominya.

(4)

iii University of North Sumatera,

Faculty of Social Sciences and Political Science,

The Science Department of Social Welfare.

Name : Sandi Ajibah,

NIM : 110902022

Abstract

Overview of social and economic conditions in the mines of gold mining families of illegal people in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. This thesis consists of 6 CHAPTER, 112 Pages, and 5 tables.

Modern life and advanced as today, many ways to meet the economic needs of society. Mining in Indonesia have been carried out both companies and individuals, mining is often a warm conversation, in because of the natural resources that can be used as a tool to make money for the survival of Indonesian society. Indonesia is rich in natural resources are often created as a place for investment by foreign countries and many Indonesian communities that depend on mining life. In article 23, paragraph 3 of the 1945 Constitution states that "Earth, water and natural resources contained there in shall be controlled by the state and used for the greatest prosperity of the people". The explanation, say that everything is given to the welfare of Indonesian society.

So is the case in this study, which was conducted in an illegal mine in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. This research uses descriptive studies that aim to describe the picture of social and economic conditions gold mining, both based on indicators of social and economic indicators, the study was conducted at the location of the gold mining illegal status in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. Doing a way to take the main informant amounting to 5 people from artisanal mining workers who are married, and 1 (one) additional informants from artisanal mining financier. The data collect were done by observation, interviews, and documentation in the form of photos and data obtained in the field field. While the method of data analysis is qualitative to describe explanation of the social and economic situation of gold miners from the data that has been collected. From the data that has been collected and analyzed it can be concluded that the state of social and economic picture of the gold miners in the Village Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot , Kabupaten Mandailing Natal enough to change the lives and incomes in the presence of this gold mining. This is what makes gold mining illegal status is still continuing to this day, because of the presence of these artisanal mining society in rural incomes increased Hutabargot nauli and make public can meet social and economic needs.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ku ucapkan kepada Allah swt dan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah meberikan nikmat dan kesempatan untuk menyelesaika skripsi ini dengan baik. Dan berkat kesehatan dan rezeki yang telah diaberikan tiada berhenti saya ucapkan syukur atas semua nikmat dan karunianya.

Pertambangan emas rakyat bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Banyak pertambangan emas rakyat yang berstatus illegal di Indonesia, dan masyarakat terlibat dalam hal pertambangan tersebut. Semua hal itu dilakukan masyarakat semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi keluarganya, dimana pendidikan yang rendah, alat tradisional yang digunakan, semua hanya untuk menari uang demi kelangsungan hidup manusia.

(6)

v

Indonesia. Dalam tataran implementasinya, diperlukan instrumen organik agar bahan galian yang terkandung di dalam bumi Indonesia dapat diambil manfaatnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.

Pembahasan tentang gambaran kondisi sosial dan ekonomi masyarakat penambang emas inilah yang dibahas dalam skripsi ini melalui penelitian dengan judul “ Tinjauan Sosial dan Ekonomi Penambang Emas di Tambang Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal”. Penelitian ini akan menjawab bagaimana gambaran kondisi sosial dan ekonomi para penambang emas di Desa Hutabargot Nauli.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fisip USU.

2. Ibu Hairani S.Sos., M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Husni Thamrin S.Sos., M.SP selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Seluruh staf-staf Pembantu Dekan I,II,III.

(7)

vi

menjalani semua keperluanku. Memberikan arahan dan motivasi untuk kehidupanku dan selalu ada disetiap langkahku emnuntun agar menjadi orang yang baik dan sukses dalam kehidupan. Ayah merupakan sosok yang selalu memberikanku arahan untuk terus maju mengejar cita-cita dan keinginanku. Ibu sosok yang selalu mengerti dan selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Terimakasih Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan memberikan yang terbaik tanpa Ayah dan Ibu, aku tidak akan bisa seperti ini. Sampai kapanpun aku akan selalu menyayangi kalian.

6. Untuk kedua saudaraku, Ahmad afandi Amd, dan Bobi Akbar kalian adalah alasan untuk aku tetap berjuang meraih mimpi dan masa depan yang lebih baik, agar menjadi contoh sebagai abang kalian. Terima kasih untuk adek-adekku, tetap berjuang dan bekerjasama dalam meraih kesuksesan dan mimpi bersama.

7. Kepada keluarga Besar Alm. Djidin selaku Kakek yang sangat kusayangi dan kubanggakan, dan tidak lupa kepada adek- adek Kakek, Kakek Zainal, Kakek Derun, Kakek Suban, Kakek Sudjono.

8. Kepada Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, SE., M.S. selaku teman Kakek Drs. Sudjono M.M dosen UPI YAI di Jakarta yang telah meberikan arahan masuk di Universitas Sumatera Utara, dan tidak lupa kepada Ibu Maria Kaban selaku teman dari orang tua terima kasih atas semua dukungannya.

(8)

vii

10.Kepada Dinas Kecamatan Hutabargot yang telah memberikan data-data untuk keperluan penelitian.

11.Kepada Kepala Desa Hutabargot Nauli yang telah memberikan data-data untuk keperluan penelitian ini.

12.Kepada Pemilik Tambang Emas Hanapi Lubis, terima kasih teman atas bantuan informasinya untuk memenuhi penelitian dalam mengerjakan skripsi yang saya jalani. Dan para pegawai tambang yang telah memberikan informasi saya ucapkan terimaksih.

13.Untuk Pacar saya Erni Agustina Harahap S.Pd terima kasih sayang atas bantuannya dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Aku sayang kamu.

14.Untuk Teman-teman di Kesos 2011 terima kasih atas kebersamaannya semoga suatu hari nanti kita semua menjadi orang yang sukses. Amin ya Allah swt. 15.Untuk Teman-teman satu perjuangan Mahasiswa dari Mandailing Natal saya

ucapkan terima kasih.

(9)

viii

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita.

Medan, Mei 2015 Penulis

(10)

ix

1.3 TujuandanManfaatPenelitian ... 8

1.3.1 TujuanPenelitian ... 8

1.3.2 ManfaatPenelitian ... 8

1.4 SistematikaPenulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosial dan Ekonomi ... 11

2.3.3 Gejala-gejala Kemiskinan ... 25

2.3.4 Ciri-ciri Kemiskinan ... 27

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 28

2.5 Pertambangan Rakyat ... 30

(11)

x

2.7 Defenisi Konsep ... 35

2.8 Defenisi Operasional ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 39

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Subjek Penelitian... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Mayarakat dan Desa Hutabargot Nauli………….. 43

4.1.1 Sejarah Singkat Desa Hutabargot Nauli……….. .. 43

4.2 Letak Geografis……….. . 44

4.3 Struktur Organisasi Pemerintahan……….. . 46

4.4 Sarana Umum……….. 48

4.5 Keadaan Penduduk……… . 49

4.6 Gambaran Umum Lokasi Pertambangan Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli……… . 52

BAB V ANALISIS MASALAH 5.1 Uraian Tahapan Pengumpulan Data……….. .. 55

5.1.1 Study Kepustakaan……… .. 55

5.1.2 Penjajakan Lokasi Penelitian………... ... 56

5.1.3 Permohonan Izin Penelitian ... 57

5.1.4 Penentuan Subjek Penelitian……… ... 57

5.1.5 Pelaksanaan Pengumpulan Data………. .... 57

5.1.6 Penyajian dan analisis Data………. .... 59

(12)

xi

6.1.1 Kesimpulan……… ... 89

6.1.2 Saran………. ... 91

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI FOTO

(13)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

4.2 Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Hutabargot……….44

4.3 Komposisi Penduduk Desa Hutabargot Nauli…………...50

4.4 Komposisi Penduduk Desa Hutabargot Nauli

Menurut Kelompok Umur………..50

4.5 Komposisi Penduduk Desa Hutabargot Nauli

Menurut Tingkat Pendidikan……….52

5.1 Perbandingan Kondisi Sosial dan Ekonomi Penambang

Emas di Tambang Emas Rakyat Illegal Dengan Standar

(14)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Sandi Ajibah

Nim : 110902022

ABSTRAK

Tinjauan Kondisi Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Rakyat Illegal Di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 112 Halaman, dan 5 Tabel.

Kehidupan yang modern dan maju seperti sekarang ini, banyak cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Di Indonesia Pertambangan telah banyak dilakukan baik perusahaan dan perorangan, pertambangan sering kali menjadi perbincangan yang hangat, di karenakan adanya sumber daya alam yang bisa dijadikan alat untuk mengahasilkan uang demi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sering dibuat sebagai tempat investasi oleh Negara asing dan banyak pula masyarakat Indonesia yang tergantung kehidupannya di pertambangan ini. Di pasal 23 ayat 3 UUD 1945 menegaskan bahwa “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat “. Dari penjelasan tersebut mengatakan bahwa segala sesuatu di berikan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

(15)

ii

Dari data yang telah dikumpulkan dan telah di analisis dapat disimpulkan bahwa keadaan gambaran kondisi sosial dan ekonomi penambang emas di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal cukup merubah kehidupan dan pendapatan masyarakat dengan adanya pertambangan emas rakyat ini. Hal ini lah yang membuat pertambangan emas rakyat yang berstatus illegal ini masih berlanjut sampai dengan hari ini, karena dengan adanya pertambangan rakyat ini pendapatan masayarakat di Desa Hutabargot Nauli meningkat dan membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sosial dan ekonominya.

(16)

iii University of North Sumatera,

Faculty of Social Sciences and Political Science,

The Science Department of Social Welfare.

Name : Sandi Ajibah,

NIM : 110902022

Abstract

Overview of social and economic conditions in the mines of gold mining families of illegal people in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. This thesis consists of 6 CHAPTER, 112 Pages, and 5 tables.

Modern life and advanced as today, many ways to meet the economic needs of society. Mining in Indonesia have been carried out both companies and individuals, mining is often a warm conversation, in because of the natural resources that can be used as a tool to make money for the survival of Indonesian society. Indonesia is rich in natural resources are often created as a place for investment by foreign countries and many Indonesian communities that depend on mining life. In article 23, paragraph 3 of the 1945 Constitution states that "Earth, water and natural resources contained there in shall be controlled by the state and used for the greatest prosperity of the people". The explanation, say that everything is given to the welfare of Indonesian society.

So is the case in this study, which was conducted in an illegal mine in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. This research uses descriptive studies that aim to describe the picture of social and economic conditions gold mining, both based on indicators of social and economic indicators, the study was conducted at the location of the gold mining illegal status in the village Hutabargot nauli, kecamatan Hutabargot , kabupaten Mandailing Natal. Doing a way to take the main informant amounting to 5 people from artisanal mining workers who are married, and 1 (one) additional informants from artisanal mining financier. The data collect were done by observation, interviews, and documentation in the form of photos and data obtained in the field field. While the method of data analysis is qualitative to describe explanation of the social and economic situation of gold miners from the data that has been collected. From the data that has been collected and analyzed it can be concluded that the state of social and economic picture of the gold miners in the Village Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot , Kabupaten Mandailing Natal enough to change the lives and incomes in the presence of this gold mining. This is what makes gold mining illegal status is still continuing to this day, because of the presence of these artisanal mining society in rural incomes increased Hutabargot nauli and make public can meet social and economic needs.

(17)

1

Bab I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh rakyat, dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Berdasarkan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pertambangan rakyat sering sekali di persulit dengan perizinan oleh pemerintah, dimana langkah perizinan ini harus melalui proses yang terpusat kewenangan dan pengurusan legalitas pengusahaan bahan galian pada tangan menteri, selain itu undang undang no. 11 tahun 1976, kurang berpihak kepada kepentingan rakyat.

(18)

2

Mas Miningpun muncul, dikarenakan adanya sumber yang berpangkal dari isi kandungan emas dan logam mulia lainnya di perut bumi diwilayah kontrak karya yang ditandatangani Presiden RI di Jakarta 19 Januari 1998 yang diawali surat Menteri Pertambangan dan Energi 17 Desember 1997. (bom waktu tambang emas madina, 2013)

Pertambangan emas rakyat di Kab. Mandailing Natal dilakukan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hutabargot dan Kecamatan Nagajuang. Pertambangan rakyat ini telah dimulai sekitar tahun 2007, dimana pertambangan rakyat ini dimulai di Kecamatan Hutabargot.Dengan berjalan waktu masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal mulai beralih menjadi penambang emas, dan munculnya mesin-mesin pengolahan emas yang masih tradisional yaitu gelundung, bahan kimia, dan mesin penggiling batuan yang terbuat dari baja. Pertambangan rakyat yang dilakukan dengan cara menggali dan mengkais membuat lobang yang berkedalaman sekitar puluhan bahkan ratusan meter.Tidak sedikit masyarakat yang harus mempertaruhkan nyawa seperti keracunan, tertimpa batuan, dan kehabisan oksigen.Cukup banyak juga kerugian yang dialami dengan adanya pertambangan rakyat ini, seperti pencemaran sumber daya air, keanekaragaman hewan yang ada di sekitar pengolahan pertambangan rakyat.

(19)

3

Mandailing Natal menimbulkan dampak positif bagi masyarakat seperti mengurangi tingkat pengangguran dan meninggkatkan perekonomian masyarakat. Menurut data Badan Penelitian Statistika Kabupaten Mandailing Natal Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012. Berdasarkan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kab. Mandailing Natal sekitar 72,54 % dan tingkat pengangguran terbuka sekitar 5,69 %. (kependudukan, 2012)

Pertambangan rakyat sebenarnya bukan hanya ada di daerah Mandailing Natal, tapi hampir diseluruh Indonesia.Pertambangan di daerah Mandailing Natal jelas masih berstatus illegal.Tidak sedikit tambang berstatus illegal di Indonesia seperti PETI emas di derah Topo Nabire (Papua), tambang emas rakyat di Sungai Tahi Ite, Wumbubangka, Bombana (Sulawesi Tenggara), tambang emas rakyat di Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi (Jawa Timur), tambang emas rakyat di daerah Sekotong Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), tambang emas rakyat di Pelabuhan Bajo, Flores (Nusa Tenggara Timur) dan yang sekarang menjadi primadona para penambang liar adalah penambangan emas di wilayah Gunung Botak, desa Wamsait, Kabupaten Namlea, Provinsi Maluku. Penambangan di daerah yang disebutkan di atas adalah penambangan yang dilakukan tanpa kaidah penambangan yang baik dan benar (good mining parctice), yang akhirnya akan menimbulkan masalah terhadap masyarakat, ekonomi, pendidikan dan lingkungan sekitar wilayah penambangan. (Pengaruh pertambangan illegal terhadap ekonomi, 2010)

(20)

4

berbagai daerah di Indonesia. Adapun penyebab berdatangannya penambang dari daerah lain adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat merupakan suatu fenomena dan erat hubungannya dengan kemiskinan, karena tujuan pertambangan rakyat ini jelas untuk memenuhi ekonominya sendiri. Akibat dari keterbatasan penambangan biasanya menimbulkan persoalan sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi.

Kehidupan sosial budaya masyarakat menagalami sedikit pergeseran dengan adanya perubahan mata pencaharian yang dulunya sebagai petani dan berkebun merubah kehidupannya menjadi sebagai penambang emas dan meninggalkan kebiasaannya yang lama.Dampak ini bukan hanya sampai sosial budaya, akibat dari pertambangan rakyat perekonomian masyarakat juga berubah dan tidak menentu.Menurut World Bank membuat garis kemiskinan absolut sebesar US$ 1 dan US$ 2 PPP (purchasing power parity/ paritas daya beli) per hari (bukan nilai tukar US $ resmi). Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat. (Bappenas, 2012)

(21)

jasa-5

jasa sebesar 7,68 persen, sektor pertanian sebesar 6,67 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran bertumbuh sebesar 5,99 persen, sektor bangunan sebesar 5,84 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,44 persen dan sektor pertambangan dan penggalian 5,30 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling kecil yaitu sebesar 2,05 persen. Besaran PDRB Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp. 4.808,31 miliar, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 2.300,54 miliar. Terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012 sebesar 6,41 persen, sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 2,94 persen, kemudian sektor jasa-jasa sebesar 1,18 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.03 persen dan sisanya oleh keenam sektor lainnya yang hanya memberikan sumbangan masing-masing dibawah 1 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp.11,70 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar Rp. 10,46 juta. (BPS, 2012)

(22)

6

orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).Selama periode September 2012, Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan danperdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan padaSeptember 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara pendudukmiskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. (BPS, 2013)

Pertambangan rakyat bukanlah suatu hal yang baru dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, hampir di seluruh Indonesia pertambangan rakyat dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Meskipun bersifat instan dan spekulatif, keadaan yang seperti ini banyak menimbulkan perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat dan ekonomi.Masyarakat memang makhluk sosial dan mudah menerima perubahan baik dalam segi ekonomi dan sosial budaya. Pertambangan merupakan satu usaha yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan, tapi tidak semua daerah di Indonesia memiliki sumber daya alam yang sama. Keanekaragaman inilah yang menimbulkan adanya perbedaaan sosial dan ekonomi dalam masayarakat.

(23)

7

memiliki keahlian yang berbeda. Penambang emas tentu melakukan penggalian dan mengkorek hasil dari perut bumi sedangkan seorang nelayan mencari ikan dilaut ini merupakan perbedaan yang beragam dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Umumnya sosial masyarakat dilihat dari interaksi masyarakat dan perubahan terjadi disebabkan adanya pembahuran antara masyarakat yang berbeda suku dan budaya dan lain halnya dengan ekonomi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Mengambil hasil dari perut bumi merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutahan masyarakat, tapi tidak jarang hal ini menimbulkan permasalahan-permasalahan yang menjadikan kerusakan terhadap lingkungan.

Berdasarkan persoalan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat di daerah Kecamatan Hutabargot dalam kehidupan sosial budayanya dan untuk memenuhi kebutuhannya ekonominya membuat pertanyaan-pertanyaan, mulai dari aktivitas masyarakat dan cara memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertambangan yang ada di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal membuat profesi baru terhadap masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Hal ini juga tidak lepas dari kehidupan sosial budaya masyarakat, dimana akibat pertambangan rakyat yang berada disekitar Kecamatan Hutabargot telah membuat daya tarik terhadap masyarakat luar untuk datang ikut dalam proses penambangan emas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah

(24)

8

Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot,

Kabupaten Mandailing Natal”.

1.2Rumusan Masalah

Masalah merupakan suatu bahan dalam kegiatan penelitian, umumnya penelitian ini dibuat untuk merumuskan masalah-masalah yang di teliti berdasarkan hasil paparan dilatar belakang dan uraian diatas. Dalam rangka melakukan penelitin perumusan masalah merupakan suatu langkah yang penting dalam menetapkan kajian dan membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah merupakan objek kajian dalam penlitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis dapat merumuskan batasan masalah sebagai berikut :“ Bagaimana Gambaran Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas di Tambang Emas

Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot,

Kabupaten Mandailing Natal ”.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi keluarga penambang emas di tambang emas rakyat illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan :

(25)

9

2. Menjadi masukan bagi Pemerintah dan instantsi swasta yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan pemerhatian terhadap masalah-masalah penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

3. Dapat berguna menjadi suatu bahan pertimbangan dan referensi bagi seluruh civitas akademika dan penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun urutan susunan sistematika dalam penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar Belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang diteliti, kerangka Penelitian, hipotesa, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang terkait dengan masalah objek yang diteliti.

(26)

10

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI PENUTUP

(27)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sosial dan Ekonomi

2.1.1. Pengertian Sosial dan Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi sangat jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial ekonomi sering di bahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjukkan pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan bahwa sosial merupakan kegiatan yang di tujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masayarakat (KBBI, 1996 : 958 ). Sedangkan pendekatan epistimologisnya menjelaskan tentang dasar-dasar pengetahuan dalam konteks pendefenisian. Sosiologi menurut Roucek dan Warren merupakan ilmu yang mempelajari manusia dan kelompok kelompok. Menurut Bruce J. Cohen “Sosiologi adalah studi ilmiah tentang kehidupan kelompok – kelompok manusia (Zakaria, 6). Sementara istilah ekonomi dikenal dari bahasa inggris economy yang berasal dari bahasa Yunani yaitu pengelolaan rumah tangga. Sedangkan menurut pendekatan epistimologisnya ekonomi di defenisikan sebagai berikut :

(28)

12

pertumbuhan optimal atas sumber-sumber daya tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa secara tak terbatas.

b. Menurut Damsar ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing (Zakaria, 8).

KBBI, mengatakan ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian, dan perdagangan) (KBBI, 1996 : 251). Maka berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan kebutuhan masayarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi. Pemenuhan kebutuhan hidup seseorang berkaitan dengan pengahasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan.

2.1.2. Indikator Sosial dan Ekonomi

Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981 : 38 ). Berdasarkan hal tersebut dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat dijabarkan sebagai indikatornya sebagai berikut :

a. Pendapatan

(29)

13

sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christhoper dalam Sumardi (2004) mendefenisikan Pendapatan berdasarkan kamus Ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

Sedangkan Biro Pusat statistika merincikan Pendapatan dalam kategori sebagai berikut :

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari :

a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, serta keja lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah.

c) Hasil investasi yankni pendapatan yang diperoleh dari kepemilikan tanah, keuntungan yang diperoleh dari hak milik tersebut.

(30)

14

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu :

a) Golongan pendapatan sangat tinggi.

Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan.

b) Golongan pendapatan tinggi.

Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000,00 – 3.500.000,00 per bulan.

c) Golongan pendapatan sedang.

Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000,00 – 2.500.000 per bulan.

d) Golongan pendapatan rendah.

Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata di bawah Rp 1.500.000,00 perbulan. (Wijaksana, 1992 : 52 )

Berdasarkan kategori diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan atau penghasilan seseorang sangat berpengaruh pada tingakat kesejahteraannya. Apabila tingkat pendapatan yang dimiliki tinggi maka tingkat ekonominya juga tinggi, disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya memiliki pengahasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dari penghasilan insidentil. b. Perumahan

(31)

15

tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan lingkungan pemukiman sebagai mana mestinya.

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyimpan barang bergharga, dan rumah juga sebagi status lambing soial (Mukono, 2000 : 25).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan saran pembinaan keluarga. (undang – undang Nomor 4 Tahun 1992)

Menurut WHO (World Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai kesehatan dan Lingkungan, 2001)

Menurut America Public Health Associstion (APHA) rumah sehat sebagai berikut :

a) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, pentilasi yang nyaman, dan jauh dari kebisingan.

b) Memenuhi kebutuhan kejiwaan.

(32)

16

d) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, karena arus pendek listrik, kercunan, bahkan dari ancaman lalu lintas (Sanropie, 1992 : 55 dan Azwar, 1996 : 64 ).

Berdasarkan Undang – undang No. 4 Tahun 1992 Tentang perumahan sebagai berikut :

Pasal 1

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga;

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan;

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur;

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;

(33)

17

7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan;

8. Kawasan siap bangun adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai denganrencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

9. Lingkungan siap bangun adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari kawasan siap bangun ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang;

10.Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk membangun bangunan;

(34)

18

Pemerintah Daerah Tingkat II, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 4

Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan mengenai pengertian perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian di lengkapi dengan prasana dan sarana lingkungan (Sastra, 2006 : 2009).

c. Pendidikan

(35)

19

potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceradasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara yang tak lain adalah Bapak Pendidikan Nasional Indonesia menjelaskan tentang pengertian pendidikan, yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak adapun maksudnya, Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dari beberapa pengertian diatsas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses bimbingan, pembelajaran untuk menuju kedewasaan dan memilki bekal hidup dalam masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain. d. Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut WHO tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.Pada tahun 1986, WHO, dalam piagam Ottawa untuk promosi kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan sebagai sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, tujuan hidup kesehatan adalah konsep positif menekankan pada sumberdaya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

(36)

20

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

e. Sandang dan Pangan

Sandang adalah pakaian manusia.Pakaian menjadi kebutuhan primer pertama walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang paling penting.Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan primer.Pangan meliputi pekerjaan dan hal-hal yang dilakukan yang tujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan.Manusia hidup dalam mayarakat dan membutuhkan pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya sehari-hari.

2.2Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Defenisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakarat adalah sebagai berikut :

1. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.

(37)

21

3. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

4. Menurut Bergess (1962) keluarga terdiri dari atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri (Harmoko, 2012 : 8).

5. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.2.2 Keluarga Sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah serta mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak.Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Tahapan keluarga sejahtera dibagi menjadi 5 yaitu : 1. Keluarga prasejahtera

(38)

22

2. Keluarga sejahtera tahap I

Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, kebutuhan psikologis keluarga meliputi : kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam sejahtera I kebutuhan dasar 1 sampai dengan 5 telah terpenuhi.

3. Keluarga sejahtera tahap II

Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material, keuangan untuk sosial kemasyarakatan, dan belum berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

(39)

23

Keluarga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi, serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada masyarakat.

2.3Kemiskinan

2.3.1 Defenisi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah global yang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya, seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan terus menjadi penyakit dan masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah di Indonesia maupun di dunia.World bank (2002) mendefenisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekeurangan pada taraf hidup manusia baik fisik atau sosial sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilan tidak mencapai 1,00 dolar AS per hari. Jika di tinjau dari standard kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam upaya memenuhi standar hidup yang layak.

(40)

24

kesejahteraan sekelompok orang atau individu.Aspek ekonomi lebih di tentukan oleh sumber daya, basis-basis produksi dan produktivitas kerja seseorang dalam menghasilkan, modal, dan jaringan (syaifullah, 2008, 18).

2.3.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata, dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah di pahami secara holistik. Langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu : a. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Apabila ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi dua aspek yaitu aspek primer seperti miskin akan asset-asset, organisasi-oraganisasi sosial, kelembagaan-kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang dapat dianggap mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder antara lain, miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber-sumber keuangan yang kesemuanya merupakan faktor-faktor dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan meningkatkan kualita hidup.

b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(41)

25

lainnya.Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemaham yang komperehensif. Menganalisis kemikinan kemiskinan secara parsial akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear.

c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Adapula yang cenderung mengatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur. Cara berpikir seperti ini harus dicegah karena akan menjauhkan kita dari pemahaman yang benar dan holistik tentang kemiskinan itu sehingga kitapun mustahil dapat menemukan solusi. Kemiskinan diklasifikasikan dalam berbagi tingkat, miskin,sangat miskin, dan sangat miskin sekali.

(42)

26

2.3.3 Gejala-gejala Kemiskinan

Memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlukan data yang lengkap dan valid. Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara pendekatan lain, seperti gejala-gejala kemiskinan.Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

Kemiskinan tidak datang secara serta merta.Demikian halnya dengan pendapatan, tidak datang serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian tersebut. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.

2. Angka ketergantungan penduduk.

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga, tabungan, dan lain-lain. Kondisi lapangan sebagaimana dikemukakan mengakibatkan tenaga kerja di Indonesia dalam kondisi power less. Mereka sering harus menerima perlakuan tidak manusiawi dari pengusaha, seperti menerima upah yang rendah.

3. Kekurangan gizi

(43)

27

sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang dapat hidup secara layak.Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirerkhis, mulai dri kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.

4. Pendidikan yang rendah

Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting.Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat.Oleh karena itu, rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat dalam jumlah yang masih cukup banyak terutama bukanlah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah, melainkan disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan yang rendah juga merupakan gejala kemiskinan(Siagian,2012 : 16 – 19 ).

2.3.4 Ciri-ciri Kemiskinan

Sulitnya memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin.

(44)

28

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan sesuatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamat SD.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin kedalam berbagai sektor informal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memilki keterampilan atau pendidikan yang memadai.

2.4Kesejahteraan Sosial

(45)

29

Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat (Wibhawa dkk, 2010 :24 ).

Elizabeth Wickenden (dalam Friedlander, 1974 : 4) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai “a system of laws, programs,benefits, and service which strenghthen or assure provision for meeting social needs recognized as

basic for the welfare of the population and for the functioning of the social

order”. ( suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan, dan bantuan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi berfungsinya ketertiban sosial secara lebih baik) (Wibhawa dkk, 2010 : 23).

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, dan keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat. Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan :

1. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup. 2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

(46)

30

4. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawabsosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

5. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraaan sosial melembaga dan berkelanjutan.

6. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan agar warga Negara bisa menjalankan fungsi-fungsi sosialnya dan memenuhi kebutuhannya. Sedangkan yang menajadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti, kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, dan penyimpangan perilaku, korban bencana dan korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

2.5 Pertambangan Rakyat

(47)

31

pembinaan yang baik merupakan salah satu potensi ekonomi lokal. Adanya legalisasi dan pembinaan pertambangan rakyat, maka selain dampak positif dan dapat mendatangkan beberapa keuntungan dan dampak positif lainnya, yaitu :

1. Menanggulangi persoalan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah tersebut. 2. Terbuka dan terciptanya lapangan kerja.

3. Membangkitkan jiwa-jiwa wirausaha di daerah. 4. Mencegah terjadinya urbanisasi.

5. Dapat menekan dan mengendalikan kerusakan lingkungan, karena dilakukan pada wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan peruntukannya sebagai WPR. 6. Adanya transfer kemampuan dan teknologi tepat guna.

7. Dapat dijadikan salah satu sumber PADS.

Kegiatan pertambangan rakyat di wilayah yang telah ditentukan peruntukannya sebagai WPR (Pasal 20 UU No. 4 Tahun 2009) dan pada wilayah yang telah ada kegiatan penambangan rakyat sekurang-kurangnya 15 tahun. Adapun ruang lingkup rakyat sebagai berikut :

1. Komoditas yang dapat diusahakan, diatur dalam Pasal 66, yaitu, bahwa kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan ke dalam :

a) Pertambangan Mineral Logam. b) Pertambangan Mineral bukan Logam. c) Pertambangan Batuan.

d) dan Pertambangan Batu bara.

(48)

32

a) Perseorangan, dengan luas areal maksimum 1 Ha. b) Kelompok, dengan luas areal maksimum 5 Ha. c) Koperasi, dengan luas areal maksimum 10 Ha.

d) Jangka waktu pengusaha pertambangan rakyat maksimum selama 5 tahun dan dapat di perpanjang.

3. Hak dan Kewajiban Pelaku usaha pertambangan rakyat sebagai pemegang, yaitu :

a) Hak-hak pemegang IPR, terdiri dari :

a. Mendapat pembinaan dan pengawasan dibidang K3, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. b. Mendapat bantuan modal.

b) Kewajiban pemegang IPR, terdiri dari :

a. Melaksanakan kegiatan pertambangan paling lambat tiga bulan setelah IPR di terbitkan.

b. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang K3, lingkungan, teknis pertambangan, pengelolaan lingkungan dan mematuhi standar yang berlaku.

c. Melakukan pengelolaan lingkungan hidup bersama pemerintah daerah. d. Membayar iuran tetap dan iuran produksi.

(49)

33

2.6Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa sulitnya mendapatkan lapangan kerja, sempitnya lapangan kerja membuat masyarakat semakin resah, dengan tingkat kelulusan yang terus menerus hadir dalam pendidikan dan lapangan kerja yang sangat sedikit membuat penghalang bagi para pencari kerja, persaingan pun dilakukan untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan pekerjaan, tetapi dengan melimpahnya sumber daya alam di Negara Indonesia ini membuat beberapa daerah mengekploitasi sumber daya alam yang mereka miliki. Seperti penelitian yang dilakukan penulis dengan meneliti Sosial Ekonomi keluarga Penambang Emas yang ada di Desa Hutabargot, Kecamatan Hutabargot, Kab. Mandailing Natal.

(50)

34

emas.Untuk menjelaskan alur pemikiran, Penulis menggambarkan Bagan yang mengambarkan isi dari kerangka pemikiran tersebut adalah :

Kerangaka Pemikiran

Masyarakat Penambang Emas

Keluarga Penambang Emas

Sosial Keluarga Ekonomi Keluarga

(51)

35

2.7Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa. Objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menayamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ( Silalahi, 2009 : 23).

Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa untuk mencegah salah pengertian atas konsep yang di teliti oleh peneliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memakai konsep itu sesuai dengan yang di inginkan dan dimaksud oleh si peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian ( Siagian, 2012 : 136-138).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian adalah :

1. Sosial ekonomi keluarga adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan ekonomi dan menempatkan seseorang (keluarga) pada kondisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status sosial tersebut yang terdiri dari pendapatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, sandang dan pangan, serta interaksi.

(52)

36

mencari emas yang berada di dalam tanah, guna untuk memenuhi kebutahan, diatas bukit di Desa Hutabargot Nauli Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal.

3. Kemiskinan adalah suatu penyakit yang menyerang masyarakat yang lemah, karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

4. Sistem kerja penambang emas, mulai melakukan penggalian dan menemukan batuan-batuan yang terkandung emas di dalam tanah, kemudian memecahkan batuan menggunakan palu (alat perkakas) atau dengan cara menghancurkan batu dengan mesin pemecah batu yang terbuat dari baja, setelah tahapan pemecahan kemudian menggelundungkan batu di mesin gelundungan, setelah itu menjual emas yang dilapisi mercury (air raksa), peleburan dan ditimbang dengan air di tempat penjualan Emas.

2.8Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).

(53)

37

benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011:141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional mengenai Tinjauan Sosial dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas di Desa Hutabargot Nauli Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal dapat diukur melalui indikitar sebagai berikut.

Indikator Sosial keluarga Penambang Emas yaitu :

1. Interaksi sosial

a. Komunikasi dengan anak b. Komunikasi dengan keluarga c. Komunikasi dengan tetangga d. Perkumpulan

Indikator Ekonomi Keluarga Penambang Emas :

1. Pendapatan

a. Penghasilan

b. Pemenuhan kebutuhan c. Jumlah yang ditanggung d. Tabungan

2. Perumahan

(54)

38

b. Adanya sistem pembuangan c. Adanya ventilasi

d. Luas rumah e. Bangunan rumah

3. Pendidikan

a. Tingkat pendidikan anak b. Jumlah anak yang sekolah

4. Pangan

a. Jenis makanan yang dikonsumsi

b. Unsur gizi pembangunan sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin dan air

c. Unsur gizi pengatur pekerjaan jaringan tubuh kita yaitu vitamin dan mineral.

5. Kesehatan

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan

b. Kemampuan berobat ke rumah sakit

c. Kemampuan berobat ke puskesmas

6. Sandang

1.1 Jenis Pakaian yang di pakai

(55)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu mengambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol. Penelitin memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau dari subjek tersebut, untuk mengambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009 : 27-28).

Burhan (2001 : 48) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang di rancang untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu.

3.2Lokasi Penelitian

(56)

40

Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing natal. Posisi dari letak Kota Kabupaten Mandailing Natal yaitu Panyabungan memiliki jarak sekitar 6 Km. Adapun waktu tempuh sekitar 30 menit dari Panyabungan. Peneliti memilih Desa Hutabargot sebagai tempat penelitian, karena tempat ini merupakan tempat penambangan rakyat dan merupakan desa terdekat dari lokasi penambangan, adapun alasan lainnya karena status pertambangan rakyat ini masih illegal dan masyarakat Mandailing Natal merubah mata pencahariannya menjadi penambang emas. Akibat terjadinya perubahan mata pencaharian menjadi penambang emas, berarti pertambangan emas ini memiliki pengaruh dalam sistem sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal khususnya Desa Hutabargot Nauli yang berada di dekat lokasi Pertambangan emas.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti gambaran sosial ekonomi masyarakat Desa Hutabargot Nauli. Adapun indikator yang ingin diteliti adalah pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, sandang dan pangan, serta interaksi.

3.3Subjek Penelitian

(57)

41

mengetahui sosial dan ekonomi keluarga penambang emas tersebut. Dengan spesifikasi Penambang Emas dan pemilik tambang sebagai informan.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian iniuntuk memperoleh datayang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan yang ada relevasinya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui :

a. Observasi yaitu pengamatan lapangan terhadap objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara yaitu data variabel (kata-kata) sebagai data yang diperoleh melalui percakapan tanya jawab.

c. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik observasi cenderung merupakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari instansi tertentu dan terkait.

3.5Teknik Analisis Data

(58)

42

berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyususn dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moeleong,2007: 247).

(59)

43

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Masyarakat Dan Desa Hutabargot Nauli

4.1.1 Sejarah Singkat Desa Hutabargot Nauli

Terdengar suatu cerita yakni di suatu wilayah dilereng perbukitan sebelah barat sungai batang gadis. Alam yang indah dan subur serta dilereng gunung yang sungainya mengalir sangat jernih yaitu sungai aek simalagi, ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Sekitar seratus tahun yang lewat, tempat ini ditemukan oleh yang bernama Tan Barat, beliau berasal dari wilayah Huta Dolok atau yang sekarang disebut Desa Hutabargot Dolok. Beliau berfikir dan mengamati tempat ini dengan kondisi dan segala potensi yang ada, maka tinggallah dan menetaplah di tempat itu beserta dengan keluarganya.

(60)

44

tersebut. Pemerintahan Desa Hutabargot Nauli sekarang di pimpin oleh kepala Desa yaitu Drs. Goffar.

4.2 Letak Geografis

Desa Hutabargot Nauli berada dihulu Kecamatan Hutabargot yang luas kecamatan Hutabargot sekitar 11.620,97 ha. Secara geografis Kecamatan Hutabargot terletak paling barat laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Naga Juang.

Sebelah Selatan : Kecamatan Panyabungan Barat

Sebelah Barat : Kecamatan Muara Batang Gadis

Sebelah Timur : Kecamatan Panyabungan Utara

Wilayah administrasi Kecamatan Hutabargot dibagi menjadi 14 Desa. Hal ini ditetapkan oleh pemerintahan Mandailing Natal. Pusat pemerintahan Kecamatan Hutabargot ada di Desa Bangun Sejati.

Tabel 4.2

Luas Desa/kelurahan di Kecamatan Hutabargot

No. Desa/ kelurahan Luas (Ha) 1 Hutabargot Dolok 1871,92

(61)

45

4 Bangun Sejati 159,65 5 Hutabargot Lombang 127,07 6 Hutabargot Setia 2087,36

7 Mondan 227,60

8 Sayur Maincat 1385,24

9 Simalagi 1704,52

10 Hutarimbaru 109,78 11 Kumpulan Setia 159,62 12 Hutanaingkan 109,76

13 Binanga 159,64

14 Saba Padang 950,18 Sumber : KCDA Kecamatan Hutabargot 2014

Secara geografis Desa Hutabargot Nauli memiliki luas wilayah sekitar 3409,05 ha dan desa ini memiliki 3 dusun yaitu :

1. Dusun Mawar 2. Dusun Indah 3. Dusun Melati

Adapun batas batas wilayah Desa Hutabargot Nauli sebagai berikut :

a. Utara : Desa Sayur Maincat b. Selatan : Desa Hutabargot Setia c. Barat : Desa Natal

(62)

46

Luas kemiringan lahan Hutabargot Nauli, datar sekita 46,00 ha dan ketinggian rata-rata diatas permukaan laut sekitar 140 m. Adapun menurut klimatologinya suhu di daerah ini sekitar 27-34 oC, curah hujan sekitar 2000/4500 mm, dan kecepatan udara sekitar 5-25 Km/jam. Luas lahan pertanian Desa Hutabargot Nauli adalah sekitar 30,00 ha dan luas lahan pemukiman warga 16,00 ha, dan daerah ini termasuk daerah yang rawan dengan kawasan Banjir sekitar 2,0 ha.

4.3 Struktur Organisasi Pemerintahan

Struktur organisasi suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hirarki yang ada. Struktur organisasi pada dasarnya mengandung penetapan batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian diharapkan adanya satu kesatuan komando dalam penggerakan dan langkah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

(63)

47

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

Desa : Hutabargot Nauli

Kecamatan : Hutabargot

Kabupaten : Mandailing Natal

Provinsi : Sumatera Utara

Struktur Pemerintahan Desa Hutabargot Nauli

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutabargot Nauli tahun 2015

Dari data diatas, terlihat bahwa Desa Hutabargot Nauli memiliki struktur pemerintahan, dimana susunan untuk kepala dusun tidak ada dan semua urusan di bantu oleh 3 Kaur dalam menjalankan aktifitas Desa Hutabargot Nauli Yang

Kepala Desa

Sekretaris Desa

KAUR Pemerintahan

KAUR Pembangunan KAUR

(64)

48

bertanggung jawab kepala desa, dan sekretaris desa. Disamping itu ada juga Lembaga Musyawarah Desa dan lembaga perkumpulan anak muda Desa yang di sebut Naposo Nauli Bulung. Tidak ada struktur yang jelas tentang Naposo nauli bulung ini, karena Naposo Nauli Bulung bergerak berdasarkan kesadaran anak muda di desa Hutabargot Nauli. Adapun kegunaan Naposo Nauli Bulung ini adalah untuk membantu kegiatan-kegiatan yang ada didesa.

Sarana saran LKMD yang sudah tersedia antara lain :

1. Sarana keagamaan, dengan membentuk remaja masjid di Desa Hutabargot Nauli.

2. Sarana Pemuda dan sosial masyarakat, dengan membentuk Naposo Nauli Bulung di Desa Hutabargot Nauli.

3. Sarana Kesehatan, dengan membangun satu unit posyandu.

4.4 Sarana Umum

(65)

49

akses jalan yang rusak dan jarak yang cukup jauh dari ibukota Kabupaten Mandailing Natal.

Sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari masyarakat dapat menggali sumur dengan kedalaman 7-10 meter, dan masyarakat juga banyak masih tergantung dengan aliran sungai batang gadis. Untuk sarana PDAM belum bisa tersalur kedaerah desa karena jarak yang cukup jauh dan akses yang belum masuk aliran PAM, untuk aliran Listrik Negara (PLN) telah masuk di desa Hutabargot Nauli dan banyak dimanfaatkan masayarakat desa tersebut.

Dibidang kesehatan, di desa Hutabargo Nauli tersebut terdapat posyandu dan untuk puskesmas berada di dekat kantor Kecamatan Di desa Bangun Sejati. Puskesma ini memiliki beberapa medis baik dokter dan bidan desa yang membantu jalannya kesehatan masyarakat di desa tersebut. Tidak jarang juga ditemukan praktek bidan desa di setiap desa, gunanya untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kesehatan mereka.

4.5 Keadaan Penduduk

(66)

50

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Desa Hutabargot Nauli

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-Laki 872

2 Perempuan 872

Sumber : Data Desa Hutabargot Nauli 2014

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Desa Hutabargot Nauli

Menurut Kelompok Umur

No. Umur Jumlah

1 1 – 5 160

2 6 – 10 230

3 11 – 15 214

4 16 – 20 170

5 21 – 25 105

6 26 – 30 98

7 31 – 35 93

8 36 – 40 86

9 41 – 45 79

(67)

51

11 51 – 55 60

12 56 ke atas 214

Jumlah 1573

Sumber : Data Desa Hutabargot Nauli 2014

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Hutabargot Nauli Berusia antara 6 – 10 tahun hingga sebanyak 230 jiwa. Dari data diatas dapat lihat usia 1 – 5 tahun sebanyak 160 jiwa, umur 6 – 10 sebanyak 230 jiwa, umur 11 – 15 tahun sebanyak 214 jiwa, umur 16 – 20 sebanyak 170 jiwa, umur 21 – 25 sebanyak 105 jiwa, umur 26 – 30 sebanyak 98 jiwa, umur 31 – 35 sebanyak 93 jiwa, umur 36 – 40 sebanyak 86 jiwa, umur 41 – 45 sebanyak 79 jiwa, umur 51 – 55 sebanyak 60 jiwa, dan umur 56 ke atas sebanyak 214 jiwa. Dan usia produktif 16 – 55 tahun sebanyak 755 jiwa. Kelompok usia non produktif sebanyak 818 jiwa.

Sarana pendidikan di desa Hutabargot Nauli tersedia untuk Sekolah Dasar yaitu sekolah Dasar Negeri. Umumnya masayarakat Hutabargot Nauli setelah tamat SD Menlanjut sekolah SMP ke daerah ibukota kecamatan Hutabargot. Demikian juga halnya tingkat SLTA, dimana SLTA tersedia hanya di ibukota kecamatan Hutabargot dan setatus Sekolah Negeri.

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
Tabel 5.1

Referensi

Dokumen terkait

Three types of cores were studied: cores in which Aporrectodea nocturna, an anecic earthworm was introduced (treatment 1), cores in which Allolobophora chlorotica, an endogeic

memiliki sifat dan ruang lingkup pekerjaan yang sama menjadi beberapa paket, baik pada saat penyusunan anggaran, penyusunan Rencana Umum Pengadaan, maupun pada

Inoculation with Å313 also caused discoloration and shrinkage of roots at all three cell densities tested which indicates that observations on developing root systems is one suit-

Dörnyei and associates argued that integrative and instrumental orientations are unable to capture learners’ fluctuations and complexity of motivation as the

a. Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas, Ditjen GTK, Kemdikbud menerima usulan peserta pemilihan Guru TK berprestasi Pemenang I Tingkat Provinsi disertai dengan berkas

5 Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin dapat menyebabkan asam urata. 6 Durian dan alpukat mengandung

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keyakinan konsumen terhadap keputusan pembelian mempunyai pengaruh yang lebih besar / dominan dibanding pengaruh sikap

1) Melaksanakan seleksi peserta pemilihan Pengawas TK berprestasi tingkat Kabupaten/Kota didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan. 2) Menetapkan Pengawas TK