• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium Dan Zat Goitrogenik Dengan Status Iodium Dan Stunting Pada Siswa SD Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium Dan Zat Goitrogenik Dengan Status Iodium Dan Stunting Pada Siswa SD Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM

DAN ZAT GOITROGENIK DENGAN STATUS IODIUM

DAN

STUNTING

PADA SISWA SD DI KECAMATAN

KROYA KABUPATEN CILACAP

ANGGA RIZQIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015 Angga Rizqiawan NIM I14110020

(4)
(5)

ABSTRAK

ANGGA RIZQIAWAN. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting pada siswa SD di kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desain penelitian adalah cross sectional study. Sejumlah 69 siswa dari dua sekolah dasar diikutsertakan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi untuk contoh yaitu berada di wilayah endemik GAKI dan merupakan siswa kelas 4 atau 5 SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangan sumber iodium yang sering dikonsumsi adalah ikan, susu, dan roti dengan total rata-rata konsumsi 50 gram setiap harinya. Pangan sumber goitrogenik yang sering dikonsumsi adalah kangkung, bayam, singkong, daun singkong, buncis, ubi jalar dan terong dengan total rata-rata konsumsi 59.9 gram setiap harinya. Rata-rata asupan iodium sebagian besar contoh dikategorikan kurang (<120µg/hari). Median nilai EIU contoh dikategorikan berlebih (>300µg/L). Tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara asupan iodium dengan kadar EIU, konsumsi pangan goitrogenik dan kadar EIU maupun kadar EIU dan status gizi (TB/U).

Kata kunci: EIU, GAKI, goitrogenik, iodium, stunting

ABSTRACT

ANGGA RIZQIAWAN. The Correlation of Goitrogenic Substance and Iodine Sources Food Consumption Patterns with Iodine Status and Stunting on Elementary Students in Kroya Subdistrict, District Cilacap. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI.

This study aimed to analyze the association between food consumption patterns of goitrogenic substance and iodine sources with iodine status and stunting in elementary school students in Kroya Subdistric, District Cilacap, Central Java. The design of this study was a cross sectional study. A number of 69 students from two elementary schools were participated in this study. The criteria for inclusion were in the endemic area of IDD and a Grade 4 or 5 in elementary school. The results showed that iodine sources food that often consumed by subjects were fish, milk, and wheat bread with a total average daily consumption were 50 grams. Goitrogenic substance sources food that often consumed by subjects were kale, spinach, cassava, cassava leaves, green beans, sweet potatoes and eggplant with a total average daily consumption were 59.9 grams. Iodine intake of most of sample categorized less (<120µg/hari). The median of UIE were categorized as excess iodine status (>300µg/L). There was no correlation (p> 0.05) between the intake of iodine and UIE levels, goitrogenic food consumption and UIE levels as well as UIE level and nutritional status (HAZ).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

ANGGA RIZQIAWAN

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM

DAN ZAT GOITROGENIK DENGAN STATUS IODIUM

DAN

STUNTING

PADA SISWA SD DI KECAMATAN

KROYA KABUPATEN CILACAP

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik atas waktu, bimbingan, dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr Rimbawan selaku moderator seminar dan dosen penguji atas waktu dan masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta: Sutarno (Ayah), Puji Rahayu (Ibu), Siti Fatimah (Bibi) dan keluarga besar lainnya atas kasih sayang yang luar biasa, dukungan dan doa yang tak ada hentinya kepada penulis di setiap perjalanan kehidupan. 4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas beasiswa Bidik Misi yang

diberikan selama 8 Semester.

5. Kepala Sekolah SD Negeri Mergawati 01 dan SD Negeri Ayamalas 03 atas izin yang diberikan kepada penulis untuk pengambilan data penelitian. 6. Teman-teman HIMAGIZI khususnya BPH Kadiv periode 2013/2014 dan

divisi Infokom periode 2013/2014 atas bantuan, dukungan, semangat dan motivasinya.

7. Rekan tim sekretariat PERGIZI PANGAN Indonesia dan AIPGI: Nazhif Gifari, Khoirul Anwar, Teguh Jati Prasetyo, Kustarto Rifki Taufani, Septian Suhandono, Alghifari Tri Handoko Nisa Mawadaturrohmah dan Zakia Umami atas bantuan, dukungan, semangat dan motivasinya.

8. Rekan tim UNICEF Project: Hanifah Al Khairiyah dan Aviani Harfika atas bantuan, dukungan, semangat dan motivasinya.

9. Seluruh dosen, tenaga kependidikan Departemen Gizi Masyarakat dan teman-teman seperjuangan Gizi Masyarakat IPB Angkatan 48, seluruh kakak dan adik tingkat, serta seluruh teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas kebersamaan dan semangat yang diberikan. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang lebih besar dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 6

Desain, Tempat, dan Waktu 6

Cara Pemilihan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Contoh 11

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh 12

Pengetahuan Gizi Ibu/Pengasuh 14

Status Gizi Contoh 15

Status Iodium Contoh 16

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi Contoh 17

Konsumsi Pangan Sumber Iodium 18

Konsumsi Pangan Goitrogenik 19

Hubungan antar Variabel 20

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data 7

2 Kategori status gizi TB/U 8

3 Kriteria median kadar iodium urin pada anak SD 9

4 Kecukupan asupan iodium 9

5 Kategori tingkat kecukupan gizi makro 10

6 Kategori tingkat kecukupan gizi mikro 10

7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu 11

8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 12

9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 13 10 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua 13 11 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita 14 12 Besar pengeluaran menurut kategori pendapatan per kapita 14 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu/pengasuh 15 14 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (TB/U) 16 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi makro 17 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi mikro 18 17 Konsumsi rata-rata pangan goitrogenik per hari (gram) 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting pada siswa SD di

Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan per kapita dengan

konsumsi pangan sumber iodium 23

2 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan per kapita dengan

konsumsi pangan sumber goitrogenik 23

3 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh

dengan konsumsi pangan sumber iodium 24

4 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh

dengan konsumsi pangan sumber goitrogenik 24

5 Uji korelasi Spearman hubungan asupan iodium total dan kadar

ekskresi iodium urin 24

6 Uji korelasi Spearman hubungan konsumsi pangan goitrogenik dan

ekskresi iodium urin 25

7 Uji korelasi Spearman Iodium Urin dan Status Gizi 25

8 Kuisioner Penelitian 28

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia merupakan masalah yang masih belum bisa diatasi sampai saat ini. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh beberapa negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Stunting merupakan bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat, yang disebabkan oleh kondisi malgizi dalam waktu yang panjang, sehingga stunting merupakan masalah gizi kronis. Stunting menjadi masalah gizi yang perlu mendapatkan perhatian karena dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, namun secara umum dikategorikan menjadi tiga faktor yaitu faktor dasar (basic factors), faktor yang mendasari (underlying factors), dan faktor dekat (immediate factors). Faktor ekonomi, sosial, dan politik, termasuk dalam basic factors; faktor keluarga, pelayanan kesehatan termasuk dalam underlying factors sedangkan faktor diet dan kesehatan termasuk dalam immediate factors. Faktor diet memegang peranan penting karena berpengaruh langsung terhadap asupan yang akan mempengaruhi status gizi.

Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (stunting) berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada anak usia 5—12 tahun sebesar 30.7%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 –

39 persen dan serius bila prevalensi pendek ≥40 persen (Riskesdas 2013).

Sedangkan untuk provinsi Jawa Tengah prevalensi anak pendek usia 5-12 tahun berdasarkan Riskesdas 2013 sedikit di bawah prevalensi nasional.

Selain stunting masalah gizi yang masih dihadapi adalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Data WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa terdapat 130 negara di dunia yang mengalami masalah GAKI, termasuk Indonesia. Sementara itu, di Indonesia Survei Nasional pemetaan GAKI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa sekitar 8.2% daerah di Indonesia masuk kategori endemik berat, 13.1% endemik sedang dan 35.8% endemik ringan. Hasil pemetaan GAKI secara nasional menunjukan adanya penurunan prevalensi GAKI pada anak SD yaitu dari 27.7% pada tahun 1990 menjadi 9.3% pada tahun 1998. Namun pada tahun 2003 kembali meningkat menjadi 11.1%. Secara umum GAKI masih dianggap sebagai masalah karena prevalensi kejadiannya masih di atas 5% yang merupakan ambang batas masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Depkes RI 2005).

(16)

2

juga menyebutkan bahwa kabupaten dengan konsumsi garam beryodium terendah adalah Kabupaten Cilacap (29.23%) dan Kabupaten Grobogan (29.23%).

Data yang ada menunjukkan bahwa kabupaten Cilacap telah menjadi daerah endemis GAKI sejak lama. Berdasarkan data yang diperoleh dari harian Suara Merdeka tahun 2003 disebutkan bahwa terdapat beberapa kecamatan yang menjadi daerah endemis GAKI di Kabupaten Cilacap yaitu Kecamatan Cimanggu, Patimuan, Binangun, Karangpucung, Jeruk Legi, Kroya, Sidareja, dan Gandrungmangu. Melihat letak geografis Kabupaten Cilacap yang berbatasan langsung dengan laut dan memiliki garis pantai yang panjang, serta beberapa kecamatan termasuk kecamatan Kroya yang merupakan daerah dekat pantai masih menjadi daerah endemis GAKI menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

GAKI tidak hanya mengakibatkan gondok dan kretinisme saja, namun juga berpengaruh terhadap penurunan daya tahan terhadap penyakit, perkembangan otak (intelektual) yang terhambat dan berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ), produktivitas rendah bahkan terlahir cacat baik fisik maupun mental serta gangguan pertumbuhan (Riskesdas 2007). Adanya akibat dari GAKI yaitu gangguan terhadap pertumbuhan anak

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap”. Penelitian mengenai GAKI sering dilakukan pada anak usia sekolah dasar yaitu pada usia 6-12 tahun karena pertimbangan kerentanan mereka terhadap defisiensi iodium. Anak pada usia ini sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga perhatian terhadap gizi anak sekolah merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana pola konsumsi pangan sumber iodium dan komponen goitrogenik pada siswa SD?

2. Bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan status iodium siswa SD? 3. Bagaimana hubungan antara status iodium dengan kejadian stunting pada

siswa SD?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

(17)

3

Tujuan Khusus:

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan gizi ibu/pengasuh contoh.

2. Menganalisis status gizi (TB/U) contoh.

3. Menganalisis pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik contoh.

4. Menganalisis asupan energi, protein, iodium, kalsium, zat besi, vitamin A dan tingkat kecukupan gizi contoh.

5. Menganalisis kadar iodium urin contoh.

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan gizi ibu dengan konsumsi pangan sumber iodium dan goitrogenik.

7. Menganalisis hubungan antara asupan iodium dan zat goitrogenik dengan kadar iodium urin contoh

8. Menganalisis hubungan kadar iodium urin contoh dengan status gizi (TB/U) contoh.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status iodium contoh.

2. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan kejadian stunting.

3. Terdapat hubungan antara status iodium dengan stunting.

Manfaat Penelitian

(18)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dilihat dari jenis dan jumlah konsumsi pangan sumber iodium termasuk penggunaan garam serta jenis dan jumlah konsumsi pangan yang mengandung zat goitrogenik. Keadaan suatu wilayah mempengaruhi ketersediaan dan kualitas pangan yang tersedia. Daerah pantai biasanya memiliki ketersediaan pangan sumber iodium yang banyak, namun tidak menutup kemungkinan banyak juga tersedia pangan yang mengandung goitrogenik. Ketersediaan pangan ini dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan seseorang.

Karakteristik individu seperti umur dan jenis kelamin juga dapat menentukan preferensi untuk memilih makanan yang membentuk pola konsumsi pangan termasuk konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik. Demikian juga dengan karateristik sosial ekonomi serta pengetahuan gizi. Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan dikonsumsi. Semakin baik pendidikan akan memberi peluang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang lebih baik akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi pemilihan makanan yang lebih baik. Pengetahuan gizi juga dapat mendukung praktik gizi yang akan menentukan jenis makanan apa yang akan dikonsumsi.

(19)

5

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting pada siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

Keterangan:

: Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

(20)

6

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dan informasi dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach) dan peneliti tidak memberikan intervensi apapun terhadap contoh. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar di Kecamatan Kroya, yaitu SD Negeri Ayamalas 03 dan SD Negeri Mergawati 01. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2015, sedangkan pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.

Cara Pemilihan Contoh

Populasi pada penelitian utama adalah siswa SD kelas 4 dan 5 beserta orang tuanya, dimana dalam satu keluarga hanya ada satu responden. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Berada wilayah endemik GAKI. 2. Siswa SD kelas 4 dan 5.

Perhitungan jumlah contoh minimal berdasarkan pada rumus untuk Cross Sectional Study menurut Lameshow et al (1997) yaitu:

� = �

2 α

2 P − P �2

Dimana:

n = Besar sampel

Z(1-α/2) = Tngkat signifikansi pada 95% (α = 0.05)

P = Prevalensi konsumsi garam beriodium daerah Cilacap (29.23%) d = presisi/ tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.08)

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah minimal subyek yaitu sebanyak 63 siswa. Jumlah tersebut ditingkatkan menjadi 70 siswa dengan tujuan untuk meningkatkan ketepatan penelitian dan memperkirakan adanya drop out.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(21)

7 Magelang – Jawa Tengah. Data sekunder merupakan data gambaran wilayah Kecamatan Kroya. Tabel 1 berikut ini merupakan daftar jenis dan cara pengumpulan data berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data

No Jenis Data Variabel Cara Pengumpulan

data

 Pendapatan Orang Tua

Wawancara vitamin A dann zat besi

 Penggunaan Garam 4 Karakteristik Contoh  Identitas

 Umur

6 Penilaian status iodium contoh

(22)

8

pengecekan kelengkapan data, tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan pemasukan data dan pengolahan data. Data kemudian dimasukkan (entry) ke dalam tabel yang sudah ada. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan Statitical Program for social Sciences (SPSS) versi 16.0. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji normalitas, uji korelasi Spearman.

Data pengetahuan gizi orang tua ditentukan dengan memberikan poin pada setiap pertanyaan yang diajukan. Pengkategorian pengetahuan gizi orang tua mengacu pada Khomsan (2000) yaitu jika mendapat poin lebih dari 80 maka pengetahuan orang tua sampel termasuk ke dalam kategori baik. Apabila mendapat poin 60 – 80 maka pengetahuan gizi orang tua termasuk ke dalam kategori sedang dan jika kurang dari 60 maka pengetahuan gizi orang tua termasuk ke dalam kategori kurang. Besar keluarga dikelompokkan tiga kategori

berdasarkan Hurlock (1998) yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4

orang, keluarga sedang jika jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar jika jumlah anggota keluarga ≥8 orang.

Data pendapatan per kapita diperoleh dari penjumlahan pendapatan yang diperoleh oleh semua anggota keluarga yang sudah bekerja kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan per kapita yang didapat digolongkan menjadi tiga tingkatan berdasarkan Puspitawati (2010) yaitu, termasuk keluarga miskin jika pendapatan per kapita <1 Garis Kemiskinan (GK), hampir miskin jika pendapatan per kapita 1GK–2GK dan menengah ke atas jika pendapatan per kapita >2GK. Data Garis Kemiskinan yang digunakan pada penelitian ini adalah Garis Kemiskinan untuk Provinsi Jawa Tengah bulan September tahun 2014 yaitu Rp 277 802,- (BPS 2014). Data pendidikan orang tua dibagi menjadi lima kelompok, yaitu tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, dan D3/PT.

Status gizi contoh dihitung berdasarkan data umur dan tinggi badan contoh dengan parameter tinggi badan menurut umur (TB/U) menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Berikut adalah kategori status gizi menurut TB/U yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kategori status gizi TB/U

Nilai z-score Kategori

(23)

9 Tabel 3 Kriteria median kadar iodium urin pada anak SD

Median iodium urin (μg/L) Kadar iodium dalam urin <20

Sumber: Gibney et al. (2008)

Data asupan iodium, didapat dari penjumlahan asupan iodium yang berasal dari pangan-pangan sumber iodium dan garam beriodium. Asupan iodium diperoleh dengan melakukan pendekatan melalui rata-rata jenis dan jumlah pangan sumber iodium yang dikonsumsi sehari dalam satu ukuran takaran saji dikali dengan kandungan iodium dari bahan pangan yang mengacu pada Nutrisurvey (2007). Hasilnya kemudian digolongkan ke dalam tiga kategori berdasarkan angka kecukupan iodium sehari kelompok umur contoh. Pengkategorian kecukupan iodium disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Kecukupan asupan iodium

Asupan iodium Kategori

<120 μg/hr Kurang

120-240 μg/hr Cukup

>240 μg/hr Lebih

Sumber: Gibney et al. (2008)

Selain itu sampel garam diuji kandungan iodiumnya menggunakan metode iodina test. Rumah tangga dinyatakan mengonsumsi garam yang mengandung cukup iodium (30 ppm KIO3).

Data asupan zat goitrogenik didapat dari penjumlahan asupan zat goitrogenik yang berasal dari pangan-pangan sumber goitrogenik. Asupan zat goitrogenik diperoleh dengan melakukan pendekatan melalui rata-rata jenis dan jumlah pangan sumber zat goitrogenik yang dikonsumsi sehari dalam satu ukuran takaran saji dikali dengan kandungan sianida dari bahan pangan yang mengacu pada Ningtyas et al (2014).

Data konsumsi pangan diperoleh dari hasil Semi Quantitative - Food Frequency Questionare (SQ-FFQ). Kandungan energi dan zat gizi dari masing-masing pangan yang dikonsumsi contoh dihitung dengan mengalikan frekuensi dengan kandungan gizi dari perhitungan menggunakan DKBM dibagi dengan rentang waktunya. Data konsumsi pangan kemudian dikonversikan kedalam data

asupan energi (Kal), protein (g), iodium (μg), kalsium (mg), zat besi (mg) dan vitamin A (RE). Data asupan zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG 2013) untuk mendapatkan data tingkat kecukupan gizi (TKG) menggunakan rumus menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) dan dikategorikan sesuai Tabel 5 dan 6.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi = ������ ����

(24)

10

Tingkat kecukupan zat gizi makro seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat dikategorikan menjadi empat kategori seperti yang tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori tingkat kecukupan gizi makro

Tingkat Kecukupan Kategori

Tingkat kecukupan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral dikategorikan menjadi dua kategori seperti yang tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro

Tingkat Kecukupan Kategori

≥77% Cukup

<77% Kurang

Sumber: Gibson (2005)

Definisi Operasional

Contoh adalah siswa SD kelas 3 dan 4 di Kecamatan Kroya.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh adalah karakteristik sosial ekonomi yang dimiliki keluarga contoh yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan sumber iodium dan pangan goitrogenik.

Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang hidup dalam satu sistem manajemen rumah tangga

Pendidikan Orang Tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua.

Pekerjaan Orang Tua adalah pekerjaan utama dan sampingan yang memberikan kontribusi penghasilan bagi keluarga.

Pedagang adalah jenis pekerjaan yang melakukan jual beli dalam jumlah kecil.

Wiraswasta adalah jenis pekerjaan dimana seseorang memiliki usaha sendiri dan telah memiliki sistem yang jelas dalam pengembangan usahanya.

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diterima oleh keluarga diperoleh dari total penghasilan dari anggota keluarga yang bekerja.

Pengetahuan gizi ibu/pengasuh adalah pengetahuan kandungan dan fungsi zat gizi dalam makanan secara umum dan pangan sumber iodium dan goitrogenik.

Jenis Konsumsi Pangan adalah bermacam-macam jenis bahan pangan yang dikonsumsi contoh

Jumlah konsumsi pangan adalah total keseluruhan konsumsi pangan yang dikonsumsi contoh dalam satu hari

Garam beriodium adalah garam dengan kandungan iodium sesuai anjuran SNI yaitu 30-80 ppm dalam bentuk KIO3.

(25)

11

Pangan sumber zat goitrogenik adalah pangan mengandung zat goitrogenik yaitu zat yang menghambat penyerapan iodium di dalam tubuh seperti progoitrin dan linamarin.

Pangan sumber iodium adalah pangan yang mempunyai kandungan iodium dan memenuhi 10% AKG

Status Iodium adalah interpretasi median nilai ekskresi iodium urin dari suatu kelompok di suatu wilayah yang dikategorikan menjad 6 kategori: defisiensi tingkat berat, defisiensi tingkat sedang, defisiensi tingkat ringan, cukup, lebih dari cukup dan berlebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin dan kelas. Contoh dalam penelitian ini merupakan siswa SD kelas 4 dan 5 yang diambil dari dua SD di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, yaitu SD Negeri Ayamalas 03 dan SD Negeri Mergawati 01. Jumlah keseluruhan contoh awal adalah 69 anak. Kisaran usia contoh yaitu antara 9-13 tahun dengan sebaran sebanyak 10 anak (14.49%) berusia 9 tahun, 22 anak (31.88%) berusia 10 tahun, 28 anak (40.58%) berusia 11 tahun, 7 anak (10.14%) berusia 12 tahun dan 2 anak (2.90%) berusia 13 tahun. Sebaran berdasarkan jenis kelas, sebanyak 49 anak (71.01%) merupakan siswa kelas 5 SD dan sisanya sebanyak 20 anak (28.99%) merupakan siswa kelas 4. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 29 anak (42.03%) berjenis kelamin laki-laki dan 40 anak (57.97%) lainnya berjenis kelamin perempuan. Sebaran contoh penelitian berdasarkan karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu

Karakteristik Contoh Jumlah (n) Persentase (%) Usia

9 tahun 10 14.49

10 tahun 22 31.88

11 tahun 28 40.58

12 tahun 7 10.14

13 tahun 2 2.90

Total 69 100.00

Kelas

Kelas 4 20 28.99

Kelas 5 49 71.01

Total 69 100.00

Jenis Kelamin

Laki-laki 29 42.03

Perempuan 40 57.97

(26)

12

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang dianalisis pada penelitian ini mencakup besar keluarga, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat pendapatan keluarga contoh. Besar keluarga ditentukan berdasarkan banyaknya anggota keluarga yang ada dalam suatu keluarga. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga (Adiana dan Karmini 2012). Besarnya keluarga akan berpengaruh pada konsumsi pangan rumah tangga. Peningkatan jumlah anggota keluarga tanpa pendapatan yang cukup akan berpengaruh terhadap ketidakseimbangan distribusi makanan di dalam keluarga (Jayana 2013).

Besar keluarga dapat dikelompokkan tiga kategori berdasarkan Hurlock (1998) yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga sedang jika jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar jika jumlah

anggota keluarga ≥8 orang. Sebagian besar keluarga contoh dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori keluarga kecil, yaitu sebanyak 60.87%, sedangkan 37.68% keluarga contoh termasuk kedalam kategori keluarga sedang dan hanya ada satu keluarga contoh (1.45%) yang termasuk ke dalam kategori keluarga besar. Data sebaran besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)

Kecil (≤ 4) 42 60.87

Sedang (5-7) 26 37.68

Besar (≥ 8) 1 1.45

Total 69 100.00

Tingkat pendidikan merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan gizi, perilaku serta sikap gizi. Tingkat pendidikan yang dianalisis pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan orang tua contoh, karena contoh masih dalam asuhan orang tua sehingga tingkat pendidikan orang tua yang akan menentukan penyediakan dan pengawasan makanan yang dikonsumsi contoh. Menurut Rifai dan Gulat (2003), tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku, baik perilaku dalam hal produksi maupun perilaku konsumsi pangan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang cenderung memiliki pola pikir dan pengaturan konsumsi pangan yang lebih baik.

(27)

13 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Pendidikan

Dengan demikian lebih dari separuh ayah contoh (79.71%) dan ibu contoh (89.86%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sangat memperihatinkan mengingat peran pendidikan yang begitu penting dalam pembentukan sikap dan perilaku dalam mengasuh anak. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan menyebabkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik semakin sempit dan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh (Jayana 2013).

Jenis pekerjaan orang tua contoh pada penelitian ini yaitu Petani, Pedagang, PNS, Karyawan Swasta, Wiraswasta, Buruh, Perangkat Desa dan Ibu Rumah Tangga. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Jenis Pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai Buruh yaitu sebanyak 50.72%, sedangkan 15.94% ayah contoh bekerja sebagai Petani, 14.49% ayah contoh bekerja sebagai Wiraswasta, 5.80% Tidak Bekerja, 5.80% bekerja sebagai Pedagang, 2.90% bekerja sebagai PNS, 2.90% Karyawan Swasta dan 1.45% lainnya bekerja sebagai Perangkat Desa. Jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki ibu contoh adalah sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 79.71%. Sedangkan sebanyak 13.04% ibu contoh bekerja sebagai Buruh, 4.35% bekerja sebagai Karyawan Swasta, 1.45% bekerja sebagai Wiraswasta dan 1.45% lainnya Tidak Bekerja.

(28)

14

Ibu Rumah Tangga dengan pendapatan yang kecil yang merupakan implikasi dari rendahnya tingkat pendidikan orang tua contoh.

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan pendapatan yang diperoleh oleh semua anggota keluarga yang sudah bekerja. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seseorang sehingga erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan gizi harian. Status ekonomi keluarga ditentukan oleh besarnya pendapatan perkapita. Kisaran pendapatan perkapita keluarga contoh adalah Rp 41 667-Rp 2 000 000 per bulan. Rata-rata keluarga contoh memiliki pendapatan perkapita Rp 335 352 dengan standar deviasi yang cukup besar yaitu Rp 325 373.

Sebanyak 57.97% keluarga contoh termasuk kedalam keluarga miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari Rp 277 802, sedangkan 27.54% keluarga contoh termasuk kedalam keluarga hampir miskin dan hanya 14.49% keluarga contoh yang termasuk kedalam kategori menengah ke atas (Tabel 11). Meskipun lebih dari separuh contoh termasuk keluarga miskin namun rata-rata pendapatan perkapita dari semua contoh berada di atas Garis Kemiskinan.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita

Pendapatan per kapita/bulan n %

Miskin (<Rp 277 802) 40 57.97

Hampir miskin (Rp 277 802-555 604) 19 27.54

Menengah ke atas (>Rp 555 604) 10 14.49

Total 69 100.00

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas (Sulistyoningsih 2011). Hal ini dapat silihat pada Tabel 12 yang menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pendapatanyya, pengeluaran pangan untuk setiap orang setiap bulannya semakin besar. Semakin besarnya pengeluaran pangan pada keluarga dengan tingkat pendapatan per kapita yang baik menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi makin berkualitas dan biasanya terjadi ppeningkatan konsumsi pangan hewani. Selain itu, untuk konsumsi jenis makanan lain seperti sayuran akan lebih beragam.

Tabel 12 Besar pengeluaran menurut kategori pendapatan per kapita Kategori pendapatan per kapita Pengeluaran pangan/orang/bulan Miskin

(29)

15 gizi ibu/pengasuh contoh didapat dari total skor jawaban benar dari pertanyaan yang diajukan. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu/pengasuh pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu/pengasuh

Pengetahuan Gizi n %

Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu/pengasuh termasuk ke dalam kategori sedang yaitu sebesar 57.97%, sedangkan 30.43% tingkat pengetahuan ibu/pengasuh temasuk ke dalam kategori kurang dan 11.59% lainnya berada pada kategori baik. Rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu contoh berada pada kategori sedang dengan rata-rata nilai yang didapat 63± 15.6. Jika dijabarkan lagi, pengetahuan ibu/pengasuh tentang gizi secara umum sebagian besar masuk ke dalam kategori kurang (79.71%), sedangkan pengetahuan ibu/pengasuh tentang iodium sebagian besar masuk ke dalam kategori baik (81.16%) dan hanya 1.45% yang masuk ke dalam kategori kurang. Faktor pendidikan yang rendah menjadi salah satu penyebab rendahnya pengetahuan gizi ibu. Selain itu kurang terpaparnya informasi terkait gizi dan kesehatan pada ibu/pengasuh contoh membuat tingkat pengetahuan ibu/pengasuh contoh sebagian besar berada pada kategori sedang dan kurang.

Moehji (2003) dalam Annisa (2013) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi ibu tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dan kegunaan bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan sehingga makanan yang dikonsumsi oleh anak memenuhi kebutuhan gizi, termasuk iodium, untuk memacu pertumbuhan tubuhnya. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu menentukan kualitas anak. Safawi (2009) dalam Dasuki et al (2011), juga menyebutkan bahwa keterlibatan kaum perempuan secara intensif dalam program penanggulangan gizi buruk bisa menjadi kunci dalam penanggulangan masalah gizi sehingga perilaku gizi ibu sangat diperlukan untuk meningkatkan status gizi anak. Namun bukan berarti pengetahuan gizi yang baik akan membawa pada praktik gizi yang baik juga.

Status Gizi Contoh

(30)

16

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (TB/U)

Status Gizi n %

Status gizi TB/U contoh sebagian besar berada pada kategori normal yaitu sebesar 79.71%. Contoh yang masuk ke dalam kategori pendek sebesar 17.39% dan sangat pendek hanya 2.90%. Rata-rata status gizi contoh berada dalam kategori normal (-2 ≤ z ≤ +2). Status gizi TB/U merupakan bentukan dari keadaan gizi pada masa sebelumnya yang berlangsung lama, sehingga dapat menggambarkan status gizi masa lalu. Anak yang memiliki status gizi yang baik pertambahan tinggi badannya akan sesuai dengan pertambahan usianya, sebaliknya anak yang memiliki status gizi yang kurang baik maka pertambahan tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya sehingga menjadi pendek.

Status Iodium Contoh

Status iodium merupakan gambaran keadaan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan iodium tubuh. Status iodium biasa ditentukan menggunakan nilai Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU). Analisis nilai EIU merupakan metode biokimia yang paling sering digunakan untuk menilai status iodium untuk menentukan ekskresi iodium melalui urin baik 24 jam maupun contoh urin sewaktu. Ekskresi yodium urin merefleksikan konsumsi yodium harian karena hanya sedikit yodium yag dikeluarkan melalui feses. Lebih dari 90% asupan yodium dikeluarkan melalui urin (Nath et al 1992 dalam Gibson 2005).

Iodium urine telah digunakan sebagai indeks pada penilaian yodium di skala besar untuk menilai kekurangan maupun kelebihan iodium. WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) menjelaskan metode sederhana yang cocok untuk menganalisis yodium urin pada survey epidemiologi, yang biayanya sekitar $ 0.5 - 1 per spesimen, termasuk tenaga kerja, 150 spesimen dapat diproses setiap hari menggunakan metode ini. Hasil analisis nilai EIU dari keseluruhan sampel diambil nilai mediannya untuk dikategorikan menjadi status iodium populasi tersebut.

(31)

17 penyerapan iodium ke dalam kelenjar tiroid, dan sintesis hormon tiroid. Dengan demikian tingginya status iodium urin tidak selalu mencerminkan fungsi tiroid, sehingga dalam kondisi seperti ini ekskresi iodium urin mungkin normal atau berlebih.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi Contoh

Konsumsi pangan merupakan data yang terkait dengan jumlah dan jenis makanan yang dimakan. Data ini berisi tentang apa dan berapa yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Konsumsi makanan akan menentukan jumlah zat gizi yang diasup oleh tubuh. Jika konsumsi makanan kurang besar kemungkinan zat gizi yang diasup juga kurang dan dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi.

Asupan zat gizi dapat diperoleh dengan mongkonversikan data konsumsi pangan ke dalam kandungan gizinya. Asupan zat gizi dapat diukur tingkat kecukupannya dengan membandingkan data asupan dan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berikut tersaji dalam Tabel 15 sebaran contoh berdasarkan tingkat kecupukan gizi.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi makro

Tingkat Kecukupan Gizi Energi Protein

n % n %

Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar contoh berada pada kategori baik. Hanya 7.25% contoh yang tingkat kecukupan energinya termasuk ke dalam kategori defisit dan 11.59% termasuk ke dalam kategori kurang. Begitu juga dengan tingkat kecukupan protein, hanya 1.45% contoh yang termasuk ke dalam kategori defisit dan 2.90% termasuk ke dalam kategori kurang.

(32)

18

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Selain itu rendahnya tingkat asupan ini juga dimungkinkan adanya bias data karena data asupan hanya dianalisis dari SQ-FFQ. Keterbatasan data kandungan iodium pada bahan pangan yang ada juga turut menyumbang bias data yang terjadi dalam penghitungan asupan zat gizi mikro ini. Berikut tersaji dalam Tabel 16 sebaran contoh berdasarkan tingat kecukupan zat gizi mikro.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi mikro Tingkat

Rata-rata kalsium (mg) ± SD Rata-rata zat besi (mg) ± SD Rata-rata vitamin A (RE) ± SD

237.09 ± 83.34 18.68 ± 6.03 461.93 ± 331.94 Kalsium merupakan komponen penting untuk jaringan penyusun tulang, sehingga berperan dalam pertumbuhan. Iodium merupakan mineral yang dibutuhkan oleh kelenjar normal tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid, Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3) sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik dan mental yang normal pada hewan serta manusia, dalam pembentukan danperkembangan otak, serta pengaturan temperatur tubuh. Defisiensi pada hormon tiroid akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan kematangan pada hampir semua sistem organ (Jayakrishnan dan Jeeja 2002).

Zat besi juga memegang peran kunci dalam tahapan metabolism iodium. Kekurangan zat besi akan menyebabkan kadar T3 dan T4 rendah. Selain itu kekurangan zat besi juga akan menyebabkan konversi T4 menjadi T3 terhambat yang mengakibatkan konsentrasi TSH meningkat (Gibson 2005). Vitamin A juga dapat mempengaruhi metabolism hormone tiroid. Asupan vitamin A yang tinggi dapat menhambat sekresi TSH (Gibson 2005). Dalam kondisi seperti ini, tubuh akan merespon bahwa hormone tiroid mencukupi namun pada kenyatannya bisa juga kekurangan.

Konsumsi Pangan Sumber Iodium

(33)

19 Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3) sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik dan mental yang normal pada hewan serta manusia, dalam pembentukan dan perkembangan otak, serta pengaturan temperatur tubuh.

Menurut Jayana (2013) Iodium secara alami dapat diperoleh dari konsumsi berbagai jenis pangan yang kandungannya berbeda-beda tiap jenis dan yang dapat dipengaruhi oleh jenis tanah, air, dan juga pakan ternak. Sumber iodium lain dapat diperoleh dari garam dan air yang difortifikasi dengan iodium. Rata-rata konsumsi pangan sumber iodium contoh sebesar 50 gram setiap harinya. Beberapa jenis pangan sumber iodium yang paling sering dikonsumsi adalah ikan, susu, dan roti, sedangkan rata-rata konsumsi garam sebagai sumber iodium sebesar 3 gram. Hasil studi literatur yang diambil dari Laporan Studi Diet Total oleh Kementerian Kesehatan RI (2014) menunjukkan bahwa konsumsi garam rata-rata untuk anak usia 6-12 tahun adalah 3 gram/orang/hari. Hasil pengamatan terhadap konsumsi garam beriodium pada keluarga contoh dengan metode iodine test menunjukkan masih ada satu keluarga dari 69 keluarga contoh yang tidak menggunakan garam beriodium.

Konsumsi Pangan Sumber Zat Goitrogenik

Zat Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa jenis makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan dapat bersifat goitrogenik. Konsumsi pangan goitrogenik contoh rata-rata 59.9 gram per hari. Jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pangan sumber iodium rata-rata konsumsi pangan goitrogenik lebih tinggi. Pangan goitrogenik yang paling sering dikonsumsi contoh adalah kangkung, bayam, singkong, daun singkong, kol, buncis, ubi jalar dan terong. Tingginya konsumsi pangan tersebut karena ketersediaan pangan tersebut banyak di pasaran dan juga beberapa keluarga mempunyai pekarangan yang juga ditanami sayuran tersbut. Berikut tersaji dalam Tabel 17 rata-rata konsumsi perhari pangan yang banyak mengandung zat goitrogenik yang sering dikonsumsi responden beserta kandungan sianidanya yang dihitung berdasarkan (Ningtyas et al 2014).

Tabel 17 Konsumsi rata-rata pangan goitrogenik perhari (gram)

No Jenis Pangan Konsumsi/hari

(34)

20

Meskipun rata-rata konsumsi pangan sumber zat goitrogenik lebih tinggi daripada konsumsi pangan sumber iodium, namun jika dilihat kandungan sianida dari total konsumsi rata-rata pangan goitrogenik seluruh responden masih tergolong sedikit, yaitu hanya sebesar 1.79 mg. Menurut WHO, UNICEF ICCID (1994) batas aman konsumsi sianida adalah 10 mg/hari.

Hubungan Antar Variabel

Pendapatan Perkapita dengan Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pendapatan perkapita dengan konsumsi pangan sumber iodium maupun zat goitrogenik. Hubungan pendapatan perkapita dengan konsumsi pangan sumber iodium menunjukkan hubungan positif yang berarti bahwa peningkatan pendapatan akan mempengaruhi meningkatnya konsumsi pangan sumber iodium. Hubungan pendapatan perkapita dan konsumsi pangan goitrogenik menunjukkan hubungan negatif yang berarti peningkatan pendapatan akan mempengaruhi menurunnya konsumsi pangan sumber zat goitrogenik. Hal tersebut dapat terjadi karena pendapatan yang lebih tinggi akan membuat daya beli meningkat dan akan lebih memperhatikan kualitas pangan yang dibelinya. Sulistyoningsih (2011) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pendapatan per kapita maka pengeluaran untuk pangan akan semakin besar. Besarnya pengeluaran pangan ini menuju pada kualitas pangan yang dikonsumsi. Besarnya pengeluaran untuk pangan biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi pangan hewani dan makanan yang lebih beraneka ragam.

Pengetahuan Gizi Ibu/Pengasuh dengan Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Goitrogenik

(35)

21

Asupan Iodium Total dan Kadar Ekskresi Iodium Urin

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan iodium total dengan kadar Ekskresi Iodium Urin (EIU) (p>0.05). Dengan demikian, konsumsi makanan yang mengandung iodium belum tentu akan mempengaruhi nilai EIU. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayana (2013) yang menunjukkan bahwa asupan iodium tidak berpengaruh terhadap kadar iodium urin. Kadar iodium urin tidak hanya dipengaruhi oleh asupan iodium saja tetapi juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan goitrogenik. Uji kadar EIU menjadi tidak sensitif jika ada faktor penghambat penyerapan iodium dalam kelenjar tiroid, dan sintesis hormon tiroid seperti zat goitrogenik (WHO/UNICEF/ICCIDD 1994).

Tingkat kecukupan zat besi dan vitamin A contoh menunjukkan tidak adanya kondisi yang dapat mempengaruhi metabolisme hormon tiroid dan iodium yang menyebabkan hasil EIU tidak akurat. Asupan vitamin A yang tinggi dapat menghambat sekresi TSH (Gibson 2005). Terhambatnya sekresi TSH akan menyebabkan tubuh merespon bahwa hormon tiroid yang ada cukup sehingga iodium tidak diserap oleh kelenjar tiroid, dengan demikian iodium akan banyak dibuang. Tingkat kecukupan vitamin A contoh sebagian besar berada pada kategori kekurangan yang mengindikasikan tidak adanya pengaruh yang besar dari vitamin A dalam metabolisme hormon tiroid. Begitu juga dengan asupan zat besi sebagian contoh masuk ke dalam kategori cukup yang berarti tidak ada pengaruh yang bearti dari zat besi dalam metabolisme iodium. Kekurangan zat besi akan menyebabkan konversi T4 menjadi T3 terhambat yang mengakibatkan konsentrasi TSH meningkat (Gibson 2005). Adanya keterbatasan data kandungan iodium dalam perhitungan asupan iodium total menungkinkan terjadinya bias data asupan iodium, sehingga tidak sejalan dengan tingkat kecukupan zat besi dan vitamin A.

Konsumsi Pangan Goitrogenik dan Ekskresi Iodium Urin

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi pangan goitrogenik dengan kadar Ekskresi Iodium Urin (EIU) (p>0.05). Hal ini terjadi karena uji kadar EIU menjadi tidak sensitif jika ada faktor penghambat penyerapan iodium dalam kelenjar tiroid, dan sintesis hormon tiroid seperti zat goitrogenik (WHO/UNICEF/ICCIDD 1994). Adanya zat goitrogenik yang menghambat penyerapan menyebabkan banyaknya iodium yang dibuang melalui urin, kondisi ini menyebabkan nilai ekskresi iodium urin tidak bisa mencerminkan fungsi tiroid.

Kadar Iodium Urin dan Status Gizi

(36)

22

zat-zat gizi yang diperlukan tubuh yang terjadi dalam waktu lama. Zat gizi lain yang berperan terhadap status gizi TB/U adalah protein dan kalsium. Menurut Hughes (2003) protein dan kalsium merupakan komponen penting untuk jaringan tulang. Jaringan tulang mengandung 70% mineral, 8% air, dan 22% protein. Selain sebagai komponen penting dalam jaringan tulang, protein juga membantu meningkatkan penyerapan kalsium (Looker 2003). Kalsium inilah yang menjadi komponen utama dalam pembentukan tulang, sehingga turut berperan sebagai faktor penentu tinggi badan. Selain itu zat besi dan vitamin A juga dapat mempengaruhi metabolisme iodium dan hormon tiroid yang juga berperan dalam pertumbuhan. Terpenuhinya salah satu zat gizi tidak bisa mencerminkan status gizi (TB/U) yang terbentuk, karena semuanya saling mendukung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar keluarga contoh merupakan keluarga kecil (60.87%). Orang tua contoh baik ayah maupun ibu sebagian besar memiliki pendidikan yang rendah dengan pendapatan perkapita keluarga yang termasuk ke dalam kategori miskin (57.97%). Status gizi contoh berdasarkan TB/U menunjukkan sebagian besar berada pada kategori normal (79.71%). Hanya sebesar 17.39% yang termasuk ke dalam kategori pendek dan 2.90% yang berada pada kategori sangat pendek. Median nilai EIU contoh masuk ke dalam kategori berlebih (>300µg/L).

Tingkat kecukupan energi dan protein contoh sebagian besar berada pada kategori baik. Namun untuk tingkat kecukupaan kalsium dan iodium masih sangat kurang. Tingkat kecukupan zat besi contoh sebagian besar masuk ke dalam kategori cukup dan tingkat kecukupan vitamin A sebagian besar contoh masuk ke dalam kategori kurang. Rata-rata konsumsi pangan sumber iodium contoh adalah sebesar 50 gram/hari sedangkan rata-rata konsumsi pangan sumber zat goitrogenik sedikit lebih tinggi yaitu 59.9 gram/hari.

Uji hubungan pendapatan perkapita dengan konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0.05). Semakin tinggi pendapatan makan semakin meningkat konsumsi pangan sumber iodium dan semakin menurun konsumsi pangan goitrogenik, begitupun sebaliknya. Tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara asupan iodium dengan kadar EIU, konsumsi pangan goitrogenik dengan kadar EIU maupun kadar EIU dengan status gizi (TB/U).

Saran

(37)

23 biomarker iodium pada anak-anak. Selain itu, perlu juga dilakukan analisis Fe dalam darah dan serum retinol agar semakin valid penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiana P. P, Karmini N. 2012. Pengaruh pendapatan, jumlah anggota keluarga,dan pendidikan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di kecamatan Gianyar. E-Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali (ID). Vol. 1, No. 1, November 2012 (pp. 1-60).

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Umum.

Annisa N. 2013. Kaitan perilaku gizi ibu dengan status iodium, kecerdasan kognitif dan tinggi badan siswa sekolah dasar di daerah pantai kabupaten karawang. Skripsi. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Budiman B dan Sumarno I. 2007. Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun. Universa Medicina 2007. 26: 80-9.

Dasuki MS et al. 2011. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan perkembangan kognitif anak usia 24-59 bulan. Jurnal Biomedika 3 (1). [Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2004. Kebijakan program

penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium provinsi jawa tengah. . 2009. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah [terhubung berkala].

http://www.dinkesjatengprov.go.id (7 Januari 2015).

. 2013. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah [terhubung berkala] http://www.dinkesjatengprov.go.id (7 Januari 2015).

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2004. Peningkatan Konsumsi Garam Beriodium. Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

__________. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

Gibney et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Gibson. 2005. Principal of Nutritional Assessment. Oxford (UK): Oxford University Press.

Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): IPB Press.

Hetzel BS. 1996. For a billion – the nature and magnitude of the iodine deficiency disorder. In Hetzel BS, Pandav CS (eds). The conquest of iodine deficiency disorder. 2 ed. Oxford UNIV Press. p. 18.

(38)

24

Jayakrishnan, T dan Jeeja, M.T. 2002. IDD in Schoolchildren in Kannur District. discussion paper. No. 41. Karala Research Programme on Local Level Dev. Centre for Dev. Studies. Thirunanthapuram.

Jayana R. 2013. Hubungan konsumsi pangan sumber protein dan iodium dengan status iodium siswa SD di daerah pantai kabupaten Karawang. Skripsi. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia IPB.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013, tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI.

__________. 2014. Studi Diet Total: Survey Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Linder M. C. 2006. Nutritional Biochemistry and Metabolism: Nutritional and Metabolism of The Trace Elements. New York (US): Elseint.

Looker A. C. 2003. Interaction of science, consumer practices and policy: calcium and bone health as case study. J. Nutr. 133: 1987S-1991S.

Muliadi. 2007. Peranan gizi yang berkualitas dalam mencegah malnutrisi pada anak sekolah dasar. Jurnal Samudera Ilmu. 2007. 356-8.

Ningtyas F. W, Asdie A. H, Julia M, Prabandari Y. S. 2014. Eksplorasi kearifan lokal masyarakat dalam mengonsumsi pangan sumber zat goitrogenik terhadap gangguan akibat kekurangan iodium. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Februari 2014, Vol. 8 No. 7.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.

Paramita I. 2013. Analisis hubungan konsumsi buah dan sayur dengan ukuran lingkar pinggang pada perempuan usia dewasa muda. Skripsi. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Puspitawati H. 2010. Pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap pola asuh belajar. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen. ISSN: 1907-6037:46-55. Rifai A, Gulat MEM. 2003. Identifikasi tingkat konsumsi pangan masyarakat di

Kabupaten Pelalawan [internet]. Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru (ID). SAGU, Maret 2003, Vol. 2 No. 3: 34-44 ISSN 1412-4424 [diunduh 2015 Oktober 5]. Tersedia pada: http:// ejournal.unri.ac.id/ index.php/JSG/article/viewFile/695/688.

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar Indonesia. 2007. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) [terhubung berkala]. http://www.gizi.depkes.go.id/gaky/lb-gaky.pdf (10 Desember 2014).

(39)

25 Soekatri. 2001. Interaksi iodium dengan zat gizi lain. [terhubung berkala].

http://gizi.depkes.go.id/.../Interaksi%20Iodium%20dengan%20Zat%20gizi (4 April 2015).

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta (ID): Direltorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sulityoningsih H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

[WHO] World Health Organization. 2001. Assessment of IDD and monitoring their elimination. 2nd edition. Geneva: WHO.

WHO, UNICEF and ICCIDD. 1994. Indicators for assessing Iodine DeficiencyDisorders and their control through salt iodisation. WHO publ. WHO/NUT/ 94.6,1-55.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan perkapita dengan konsumsi pangan sumber iodium

Korelasi

pendapatan

perkapita Kons. Iod

Spearman's rho pendapatan perkapita Koefisien Korelasi 1.000 .271*

Sig. (2-tailed) . .024

N 69 69

Kons. Iod Koefisien Korelasi .271* 1.000

Sig. (2-tailed) .024 .

N 69 69

*. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed).

Lampiran 2 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan perkapita dengan konsumsi pangan sumber goitrogenik

Korelasi

pendapatan

perkapita Kons. Goit

Spearman's rho pendapatan perkapita Koefisien Korelasi 1.000 -.240*

Sig. (2-tailed) . .047

N 69 69

Kons. Goit Koefisien Korelasi -.240* 1.000

Sig. (2-tailed) .047 .

N 69 69

(40)

26

Lampiran 3 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh dengan konsumsi pangan sumber iodium

Correlations

Kons. Iod pengiz

Spearman's rho Kons. Iod Correlation Coefficient 1.000 .182

Sig. (2-tailed) . .135

N 69 69

pengiz Correlation Coefficient .182 1.000

Sig. (2-tailed) .135 .

N 69 69

Lampiran 4 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh dengan konsumsi pangan sumber goitrogenik

Correlations

pengiz Kons. Goit

Spearman's rho Pengiz Correlation Coefficient 1.000 .019

Sig. (2-tailed) . .877

N 69 69

Kons. Goit Correlation Coefficient .019 1.000

Sig. (2-tailed) .877 .

N 69 69

Lampiran 5 Uji korelasi Spearman hubungan asupan iodium total dan kadar ekskresi iodium urin

Korelasi

Iod EIU

Spearman's rho Iod Koefisien Korelasi 1.000 -.115

Sig. (2-tailed) . .347

N 69 69

EIU Koefisien Korelasi -.115 1.000

Sig. (2-tailed) .347 .

(41)

27 Lampiran 6 Uji korelasi Spearman hubungan konsumsi pangan goitrogenik dan

ekskresi iodium urin

Korelasi

Goit EIU

Spearman's rho Goit Koefisien Korelasi 1.000 .146

Sig. (2-tailed) . .230

N 69 69

EIU Koefisien Korelasi .146 1.000

Sig. (2-tailed) .230 .

N 69 69

Lampiran 7 Uji korelasi Spearman Iodium Urin dan Status Gizi Korelasi

EIU Ket HAZ

Spearman's rho EIU Koefisien Korelasi 1.000 -.031

Sig. (2-tailed) . .800

N 69 69

Ket HAZ Koefisien Korelasi -.031 1.000

Sig. (2-tailed) .800 .

(42)

28

Lampiran 8 Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER

IODIUM DAN GOITROGENIK DENGAN STATUS IODIUM

DAN KEJADIAN STUNTING PADA SISWA SD

DI KECAMATAN KROYA

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini orang tua dari wali murid, menyatakan bahwa anak saya bersedia menjadi objek penelitian dan bersedia mengisi data berikut dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari siapapun.”

Tanda tangan

(……….…)

Sheet 1: Cover

Nama Lengkap : H1___________________________________________ Nomor Induk Siswa : H2___________________________________________ Kelas : H3___________________________________________ Tempat Tinggal : H4___________________________________________ Tanggal Lahir : H5___________________________________________ No. Telepon/HP : H6___________________________________________ Tanggal Pengisian : H7__________________________________________ *diisi dengan identitas anak

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(43)

29

Sheet 2: KarIndv

A. Data Karakteristik Individu

1. Tinggi Badan: ...cm [A1] 2. Berat Badan: ...Kg [A2] 3. Status Gizi [A3]

a. BB/TB ... (...)[A31] b. TB/U ... (...)[A32] 4. Kadar EIU...[A4]

5. Apakah dalam 1 bulan ini pernah sakit yang menyebabkan penurunan

berat badan? (Ya/Tidak)...(sebutkan)[A5]

B. Data Keluarga

1. Jumlah anggota keluarga...orang [B1] 2. Ayah [B2]

a. Nama...[B21] b. Umur...tahun [B22] c. Berat Badan...Kg [B23] d. Tinggi Badan...cm [B24]

e. Pendidikan terakhir (Tidak Sekolah/SD/SMP/SMA/PT) [B25] f. Pekerjaan (Tidak Bekerja/Petani/Pedagang/PNS/ABRI/Polisi/

Karyawan Swasta/Wiraswasta/Buruh/Lainnya...)[B26]

g. Penghasilan perbulan Rp...[B27]

3. Ibu [B3]

a. Nama...[B31] b. Umur...tahun [B32] c. Berat Badan...Kg [B33] d. Tinggi Badan...cm [B34]

e. Pendidikan terakhir (Tidak Sekolah/SD/SMP/SMA/PT) [B35] f. Pekerjaan (Tidak Bekerja/Petani/Pedagang/PNS/ABRI/Polisi/

Karyawan Swasta/Wiraswasta/Buruh/Lainnya...)[B36] g. Penghasilan perbulan Rp...[B37]

(44)

30

Sebesar Rp...[B462] 5. Alokasi biaya hidup untuk non pangan dalam 1 bulan [B5]

a. Keperluan rumah tangga (listrik, sewa, dll) Rp...[B51] b. Keperluan pribadi (perlengkapan mandi, dll) Rp...[B52]

c. Hiburan Rp ... [B53]

d. Biaya transportasi Rp ... [B55] e. Biaya pulsa Rp ... [B56] f. Lainnya...(sebutkan) [B571],

sebesar Rp .../bulan [B572]

Sheet 3: PengGiz

C. Pengetahuan Gizi

Pilihlah jawaban yang Anda anggap benar.

[C1] Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar dan mengetahui istilah PGS (Pedoman Gizi seimbang)?

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu

[C2] Makanan yang beragam adalah makanan yang mengandung bahan

makanan sumber …

1. Zat tenaga, zat pembangun, dan zat pemelihara 2. Zat tenaga, zat pemelihara, dan zat pengatur

3. Zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur

[C3] Manakah jenis makanan berikut yang merupakan sumber protein hewani? 1. Susu kedelai, tempe, ikan

2. Ikan, tahu, daging 3. Ikan, ayam, daging

[C4] Manakah yang termasuk menu makan yang seimbang? 4. Mie, nasi, telur

5. Nasi, telur, tahu, ikan

6. Nasi, ikan, tempe, tumis kangkung

[C5] Berapa liter air minum yang dianjurkan untuk dikonsumsi dalam sehari? 1. 1 liter 2. 2 liter 3. 3 liter

[C6] Berapa lama ASI eksklusif yang dianjurkan untuk diberikan kepada bayi?

1. 1-4 bulan 2. 0-6 bulan 3. 0-2 tahun

[C7] Garam beryodium adalah...

(45)

31 [C8] Apa akibat kekurangan iodium?

1. Gangguan pencernaan

2. Hipertensi (tekanan darah tinggi) 3. Penyakit Gondok

[C9] Apa akibat kekurangan yodium pada anak sekolah?

1. Tidak nafsu makan

2. Menurunkan tingkat kecerdasan 3. Menjadi pendiam

[C10] Bagaimana cara menyimpan garam beryodium yang benar? 1. Dibiarkan dalam wadah terbuka

2. Terkena panas dan cahaya matahari

3. Tertutup rapat dan kering serta terhindar dari panas dan cahaya matahari

Sheet 4: FrekPang

D. Kuesioner Frekuensi Pangan

Isilah pada salah satu kolom saja. 1. Serealia dan Umbi-umbian

(46)

32

o. Keju

p. Madu

q. ……….

3. Kacang-kacangan dan Polong-polongan

(47)

33

7. Pangan berbahan dasar tepung (snack)

(48)

34

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian

(49)

35

(50)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 8 Mei 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sutarno dan Puji Rahayu. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu SD Negeri Mergawati 01 dari tahun 1999 hingga tahun 2005, tahun 2005 hingga 2008 melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Kroya, dan tahun 2008 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kroya hingga tahun 2011. Penulis diterima sebagai Mahasisiwa Gizi Masyarakat Angkatan 48, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai Anggota Divisi Desain & Infokom HIMAGIZI periode 2012/2013 dan Ketua Divisi Desain & Infokom HIMAGIZI periode 2013/2014. Penulis juga mengikuti kepanitiaan lainnya di bidang gizi seperti Panitia Nutrition Fair 2013 dan Nutrition Fair 2014 yang diselenggarakan oleh HIMAGIZI serta Panitia International Young Food and Nutrition Leadership (iYouLead) Workshop and Training 2014, Panitia Pusat Pendidikan Sarapan Sehat 2015, Panitia Pekan Sarapan Nasional 2015, Panitia International Symposium on Food and Nutrition (ISFAN) 2015 dan Panitia Rencana Pengajuan Tempe ke UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity yang diselenggarakan oleh PERGIZI PANGAN Indonesia. Penulis juga merupakan pengurus sekretariat Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia dan pengurus sekretariat Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI).

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium
Tabel 1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data
Tabel 5 Kategori tingkat kecukupan gizi makro
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari kenjungan yang telah dilakukan selama KKN di Desa Batuan maka dapat di identifikasikan permasalahan yang ada pada keluarga Bapak Dewa Made Eka

Untuk mengetahui pengaruh Infra Red (IR) dan terapi latihan dalam meningkatkan kekuatan otot pada kondisi post operasi femur sepertiga tengah dekstra dengan pemasangan

Simpulan yang diperoleh yaitu motivasi berolahraga para santri pondok pesantren Al-Asror berada dalam kategori sangat tinggi dan faktor yang menjadi kurangnya motivasi santri

Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua jenis produk yang datang

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa bank sampah dapat meningkatkan kecerdasan naturalis pada anak TK BINTANG SIWI Boyolali tahun ajaran 2014/205, sehingga

Pergolakan Pada tanggal 10 Februari 1958, Achmad Husein mengadakan rapat raksasa di Padang dan mengeluarkan ultimatum pada pemerintah pusat. Namun, ultimatum tersebut tidak

Simpulan penelitian ini yaitu prevalensi pasien kanker paru periode Januari 2013 hingga Desember 2014 adalah 51 pasien, jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan

Subjek Tugas Akhir ini adalah bagaimana menyampaikan informasi mengenai keberadaan SBTH secara tepat dan efektif sehingga SBTH menjadi lebih banyak diminati serta