• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN

HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI

KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2010

(3)

ABSTRACT

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province. Under the Direction of KOMARSA GANDASASMITA and WIDIATMAKA.

The aims of this research was to determine the optimal location for area of agricultural product processing industry in Tulang Bawang district based on agricultural yield potential and accessibility. Optimal location was a region located outside the territory of consessio and, protected area, close to raw materials, ports and water resources. All indicators were analyzed with spatial analysis, LQ, P-Median Problem and AHP. The analysis showed that there are 10 districts which are outside the plantation consession and protected area. LQ results based on planting extended are cassava, rubber and palm oil. Optimal location for potential agricultural and accessibility was Penawar Aji and Rawajitu Selatan sub-districts. Based on the location of water sources, the three sub districts met the criteria as an industrial area whereas for the electricity network, just Menggala sub-districts was that met the criteria. AHP results showed all respondents considered that the District of Rawajitu Selatan as the optimal location area of agricultural product processing industry with a priority on the feasibility of the road, increasing growth, increasing revenues and existing production.

(4)

RINGKASAN

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Dibimbing oleh : KOMARSA GANDASASMITA dan WIDIATMAKA

Berdasarkan data pada PDRB tahun 2008, dapat dikemukakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang sebesar 43,29%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun kedepan. Sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi yang terbesar kedua setelah pertanian yaitu 21,04 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang ke depan.

Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung keseluruhan produksi pertanian yang ada. Akibat over supply menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian tersebut dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Selain itu adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah, sehingga dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya dalam satu kawasan yang terpadu, antara lain dalam hal ketersediaan kawasan industri sebagai pendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah dengan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya.

Dari hasil tumpang tindih peta kawasan hak guna usaha, peta kawasan lindung dan peta administrasi didapat bahwa kecamatan yang tidak masuk dalam kawasan hak guna usaha dan lindung ada 10 kecamatan yaitu Menggala, Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Gedung Aji Baru, Meraksa Aji, Penawar Tama, Penawar Aji, Rawa Pitu dan Rawa Jitu Selatan. Untuk Kecamatan Gedung Meneng, Dente Teladas dan Rawa Jitu Timur merupakan kecamatan yang wilayahnya merupakan kawasan hak guna usaha dan lindung, hanya sebagian kecil yang bukan kawasan keduanya. Selanjutnya dalam menentukan lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian, digunakan 10 kecamatan terpilih ini sebagai wilayah penelitian.

(5)

kecamatan, kacang hijau di 3 kecamatan dan kacang tanah di 5 kecamatan. Untuk perhitungan LQ tanaman perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa komoditas karet yang memiliki nilai LQ > 1 berada di 4 kecamatan, komoditas kopi di 2 kecamatan, komoditas lada di 2 kecamatan, komoditas kelapa dalam di 2 kecamatan, komoditas kelapa hibrida di 3 kecamatan dan komoditas kelapa sawit di 6 kecamatan. Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu, padi, karet dan kelapa sawit. Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan yang cukup sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sesuai masing-masing komoditas.

Hasil dari perhitungan lokasi optimal maka Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan jarak dan waktu tempuh sebenarnya, jika dibangun jalan yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas maka lokasi yang optimal untuk industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan. Berdasarkan kedekatan dengan sumber air maka Kecamatan Menggala, Penawar Aji dan Rawajitu Selatan dilalui oleh sungai. Berdasarkan keberadaan jaringan listrik maka hanya Kecamatan Menggala yang memiliki jaringan listrik.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN

HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI

KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul

Nama NRP

:

: :

Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung

Drie Sarwiedi Sumpriyatno A156080254

Disetujui : Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc

Anggota

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

(9)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Seluruh keluarga besar atas doa dan restunya serta dukungan dan bantuan baik moral dan material

Istriku tercinta :

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yng dipilih dalam penelitian ini adalah penentuan kawasan industri, dengan judul Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc dan Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku komisi pembimbing serta Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bupati Tulang Bawang beserta segenap jajarannya di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang telah memberikan kesempatan tugas belajar dan bantuan material, Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas yang telah memberikan beasiswa, staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, mertua, istri serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1973 dari ayah Mochamad Sarwiyono dan ibu Sudilah. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 38 Jakarta dan pada tahun 1993 masuk Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta pada Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi. Penulis lulus sebagai Sarjana pada tahun 1999 kemudian pada tahun yang sama bekerja di CV Cigagak Farm Cipanas sampai tahun 2001. Pada tahun 2001 sampai dengan 2003 bekerja di PT Guna Mulia Intikapita Jakarta dan pada tahun 2003 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Saat ini penulis ditempatkan sebagai staf Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

(12)

DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 Atas Dasar Harga Berlaku ... Matriks Pendekatan Penelitian ... Kepadatan Penduduk dan Presentase Rumah Tangga Miskin ... Jumlah Tenaga Kerja per Sektor ... Perusahaan Pengelola Hak Guna Usaha di Kabupaten Tulang Bawang LQ untuk Tanaman Pangan ... LQ untuk Tanaman Perkebunan ... Komoditas Berdasarkan Luas Tanaman ... Hasil Perhitungan Jarak Optimal Terhadap Produksi Hasil Pertanian .. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Menggunakan Jarak

(15)

DAFTAR GAMBAR

Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ... Bagan Alir Analisis Penelitian ... Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ... Pelabuhan Industri Sementara di Dente Teladas ... Peta Alokasi Pemanfaatan Lahan ... Peta Kawasan Lindung ... Peta Kawasan Hak Guna Usaha ... Peta Lokasi Terpilih ... Peta Rencana Pelabuhan Industri ... Peta Luasan dan Sebaran Komoditas Pertanian Untuk Industri ... Peta Jalan dan Rencana Jalan di Kabupaten Tulang Bawang ... Peta Alternatif Lokasi Optimal ... Peta Keberadaan Listrik di Kabupaten Tulang Bawang ... Hasil Analisis AHP Dalam Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian ... Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan industri ... Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan industri berdasarkan rencana pembangunan jalan ...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1.

2.

3. 4.

5.

Luasan komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ... Luasan komoditas tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ... Jarak Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Waktu Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ... Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Menurut Rencana Pembangunan Jalan ...

62

63 64

65

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam penentuan kawasan industri perlu diperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung pengembangan suatu kawasan seperti adanya sumberdaya yang tersedia baik kemampuan manusia, potensi alam, sosial kemasyarakatan dan sumberdaya buatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional disebutkan bahwa kompetensi inti industri daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian propinsi dan kabupaten/kota menuju kemandirian. Dalam rangka menyuburkan industri nasional perlu ditumbuhkan industri baru yang potensial berbasis pada potensi sumberdaya nasional, yang memiliki potensi berkembang yang tinggi, khususnya yang berbasis sumberdaya alam terbarukan yang ditunjang oleh sumberdaya manusia berpengetahuan maupun keunggulan aspek lain seperti kondisi geografi, luas bentang wilayah, kekayaan budaya, dan sebagainya.

Hal tersebut dapat dikaitkan dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, kepada pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan unggulan yang dimiliki. Jika suatu daerah memiliki potensi dan unggulan yang dapat diarahkan ke sektor lainnya, maka pemerintah daerah harus mengupayakan ketersediaan sarana dan prasarana. Begitu pula dengan sektor industri, agar pembangunan industri di daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, maka diperlukan sinkronisasi arah pembangunan industri antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota.

(18)

Bawang tercatat seluas kurang lebih 298.943 ha. Disamping itu potensi pertanian lainnya yang memiliki prospek yang baik adalah ubi kayu.

Dari berbagai sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Tulang Bawang, sektor industri memegang peranan yang cukup penting. Kehadiran perusahaan besar disamping perusahaan kecil lainnya sangat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah ini. Beberapa industri yang telah berkembang di Kabupaten Tulang Bawang adalah industri kerajinan, industri gula, industri CPO dan industri tapioka.

Tabel 1 PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 (sebelum pemekaran) atas dasar harga berlaku (juta rupiah)

Lapangan Usaha Tahun ke-

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan

1.629.877 1.800.663 1.973.481 2.334.136 2.879.356 3.521.513 4.503.439

Pertambangan dan Total PDRB 3.794.123 4.222.680 4.617.855 5.391.501 6.444.873 7.921.438 10.129.195 Sumber : PDRB Tulang Bawang, 2009.

Struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2008 sebesar 44,46%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun ke depan. Namun demikian melihat kepada Tabel 1 nampak bahwa sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian yaitu 21,71 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang.

(19)

tumpuan tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dan bidang pembangunan lainnya secara berkelanjutan. Pembangunan industri sangat berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan tingkat pendapatan sekaligus menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, peningkatan produktifitas serta memeratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Beberapa potensi yang dimiliki Kabupaten Tulang Bawang untuk pengembangan industri adalah adanya kapasitas produk perkebunan yang cukup besar, berkembangnya industri menengah di bidang pengolahan hasil pertanian dan keberadaan pelabuhan perusahaan.

Beberapa dampak positif / keuntungan dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya. Keuntungan pertama adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Keuntungan kedua dari pembentukan kawasan industri adalah kemudahan dalam hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik – pabrik dalam melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan industri, dimana lokasi industri yang satu dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana yang diperlukan untuk proses produksi cenderung susah dilakukan dan lebih mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk keperluan sendiri. Namun dengan adanya kawasan industri yang merupakan aglomerasi/pengumpulan dari beberapa industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana industri dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama-sama.

(20)

Selain hal–hal yang berkaitan dengan ekonomi, keuntungan pengembangan kawasan industri juga dapat diperoleh dari aspek lingkungan. Pengembangan kawasan industri dapat mempermudah pengelolaan lingkungan. Pengelolaan limbah secara terintegrasi dengan mudah bisa dilakukan. Pencemaran lingkungan dapat diminimalisir karena pengawasan dapat dilakukan secara rutin. Dengan dikelompokkannya industri dalam satu kawasan, maka amdal-nya dapat berupa amdal kawasan, sehingga lebih mempermudah dalam pengecekan dan pengontrolan lingkungannya.

Keuntungan lainnya adalah memudahkan pemasaran hasil panen dari komoditi pertanian yang merupakan bahan baku dari industri. Dengan adanya kawasan industri diharapkan seluruh hasil pertanian dapat diserap sebagai bahan baku industri tidak hanya yang berasal dari sekitar kawasan namun dapat juga yang berada pada luar kawasan.

Dari aspek kependudukan, pengembangan kawasan industri juga memiliki nilai penting. Letak kawasan industri yang biasanya berada di pingiran kota atau terletak di luar kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga kota yang bekerja di kawasan industri juga cenderung akan memilih tinggal di daerah kawasan industri apabila kawasan industri telah menyediakan fasilitas hunian yang memadai.

Perumusan Masalah

Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung

keseluruhan produksi pertanian yang ada (over supply). Akibat over supply ini menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil

(21)

pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan

multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya.

Keberadaan lahan-lahan yang berstatus HGU sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, namun kurang memberikan multiplier effect karena sifatnya yang enclave, sehingga tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa aktifitas perusahaan besar tersebut bahkan menghambat akses antar wilayah karena adanya komplek-komplek HGU yang tidak boleh dilalui. Dengan posisi tawar perusahaan yang sangat besar menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk melakukan intervensi pembangunan di wilayah tersebut (Bappeda, 2009).

Adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya berada dalam satu kawasan yang terpadu. Ketersediaan kawasan industri yang mampu mendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah yang akan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya.

Pentingnya industri menurut Fatah (2009) adalah memperluas kesempatan kerja, menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, menghasilkan devisa melalui ekspor dan menghemat devisa melalui substitusi produk impor. Dengan adanya pertumbuhan industri maka akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku juga merangsang pengembangan sektor jasa seperti lembaga keuangan, pemasaran, perdagangan, periklanan dan transportasi.

Dari latar belakang dan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penulisan adalah sebagai berikut :

1. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian?

(22)

3. Bagaimana persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang ?

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran dalam penentuan kawasan industri berbasis spasial di Kabupaten Tulang Bawang. Bila dijabarkan lebih lanjut, tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian.

2. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas. 3. Menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan

industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Agar dapat menjadi acuan dalam menentukan letak dan posisi dari kawasan industri di Kabupaten Tulang Bawang.

2. Agar dapat menjadi bahan masukan untuk memperkaya pemikiran dalam merencanakan pengembangan wilayah, khususnya dalam pengembangan industri berbasis pertanian.

Kerangka Pemikiran

(23)

pertanian. Demikian juga bila terjadi surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang dapat ditampung di sektor industri akan tetap menjaga tingkat pendapatan yang tinggi di sektor pertanian. Akhirnya dari hubungan sinergis antar kedua sektor tersebut dapat terus merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah (Rustiadi et al., 2008).

Tumbuhnya berbagai industri di beberapa lokasi yang tersebar memunculkan keuntungan dan kerugian bagi daerah dimana lokasi industri tersebut beroperasi. Keuntungan jika lokasi industri tersebar adalah dapat dekat dengan bahan baku, ongkos angkut bahan baku ke industri rendah dan dekat dengan tenaga kerja. Kerugiannya adalah jarak dengan pasar relatif jauh sehingga dapat menimbulkan biaya angkut yang tinggi ke pasar, tidak menimbulkan efek yang menguntungkan bagi daerah di sekitarnya dan jika terjadi kerusakan lingkungan akibat adanya industri sulit terkontrol. Di samping itu dengan industri yang tersebar maka berbagai limbah dari industri pokok yang masih dapat diolah menjadi hasil industri lainnya menjadi kurang optimal seperti limbah yang berasal dari industri pengolahan tapioka yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, jika industri terpusat pada satu lokasi maka jumlah limbah tersebut dapat bernilai ekonomis sangat tinggi.

Pemanfaatan limbah industri hasil pertanian dalam jumlah yang besar dapat memunculkan industri baru pengolahan limbah sehingga jumlah limbah yang tidak terpakai dapat diminimalisasi. Sebagai contoh, pada industri minyak sawit, dihasilkan beberapa limbah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Diantaranya adalah tandan kosong kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, pupuk Kalium dan serat sebagai pengisi jok mobil dan bahan

pengepak industri . Jika limbah tersebut diolah

secara optimal dalam skala besar maka akan menumbuhkan industri baru disamping industri pengolahan hasil pertanian.

(24)

ton. Jarak ton-mil terdekat berkaitan dengan biaya pengiriman yang dikeluarkan seberat 1 ton dalam jarak 1 mil.

Jarak ton-mil terdekat dari pasar mempertimbangkan biaya pengangkutan yang minimal dari wilayah industri ke pasar. Menurut Crafts dan Mulatu (2005) industri secara relatif dengan skala ekonomi tinggi cenderung untuk berlokasi di daerah yang potensi pasarnya tinggi. Alasannya adalah perusahaan dengan teknologi maju akan menghadapi suatu penjualan dengan meminimalkan biaya-biaya pengangkutan dan keuntungan dari produksi yang besar dengan menempatkan industri di dalam lokasi-lokasi pusat pertumbuhan.

Pertimbangan jarak ton-mil terdekat dengan bahan baku, selain untuk meminimalkan biaya pengangkutan juga mempertimbangkan daya tahan bahan baku selama perjalanan menuju lokasi industri. Untuk hasil pertanian, kondisi bahan baku yang cepat rusak sangat membutuhkan pengangkutan yang cepat menuju tempat pengolahan sehingga jarak terhadap sumber bahan baku merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan kriteria kawasan industri.

Infrastuktur yang baik juga sangat menentukan kecepatan pengangkutan bahan baku dan pengangkutan ke pasar. Dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur maka akan didapatkan penghematan biaya, bisa pada saat pengangkutan bahan baku atau pada saat pengangkutan menuju ke pasar.

Untuk itu maka dibutuhkan suatu kriteria dalam menentukan suatu kawasan industri yang dalam hal ini dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kriteria utama dan kriteria pertimbangan. Adapun kriteria utama yang dipakai dalam penelitian ini meliputi jarak terhadap pasar, jarak terhadap bahan baku, jaringan infrastruktur yang ada dan jarak terhadap sungai. Sementara untuk kriteria pertimbangan meliputi daya dukung lahan, kesuburan tanah, peruntukan lahan, ketersediaan lahan, komoditas eksisting, harga lahan, orientasi lokasi, kerawanan terhadap bencana dan jarak terhadap pemukiman.

(25)

digunakan untuk berdirinya suatu perusahaan akan mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut.

Kerangka pemikiran yang dapat menggambarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.

Wilayah Administrasi Kabupaten Tulang Bawang

Kepentingan :

- Pemerintah

- Masyarakat

- Dunia Usaha

- Potensi Sumber Daya Alam - Kondisi Geografis - Kondisi Eksisting

- Ketersediaan Infrastruktur

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Kriteria Kawasan Industri Pengolahan

Hasil Pertanian Bahan

Pertimbangan Pemda, DPRD, LSM, Akademisi, Masyarakat

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Industri

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. pengelola suatu zona / wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut, terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri– industri yang sifatnya mengelompok dalam kawasan industri (Industrial Estate). Di Indonesia pada tahun 2005 sudah terdapat 203 kawasan industri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan luas + 67.000 Ha. Dari jumlah tersebut baru beroperasi 64 kawasan dengan total area + 20.000 Ha, dan rata-rata tingkat pemanfaatan + 44% yang di dalamnya terdapat + 60.000 industri (Subagya, 2008).

Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat spasial. Perusahaan kawasan industri wajib melakukan kegiatan penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan analisis tapak tanah, pemasaran kapling industri,

(27)

diberlakukan di suatu kawasan industri berupa pemberian fasilitas dan insentif fiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga investor dapat tertarik untuk membuka pabriknya pada kawasan industri tersebut. Selain itu usaha pemerintah yang lain untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan pembangunan kelengkapan infrastruktur yang menunjang usaha-usaha produksi di kawasan industri ini (Subagya, 2008).

Kunci untuk menentukan kelayakan suatu lokasi bagi aktivitas manufaktur adalah akumulasi jumlah ton-mil terendah di suatu lokasi. Penentuan lokasi terbaik tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan yaitu : 1) Ubiquitous

dari bahan, artinya bahan baku yang tersedia di mana saja sehingga tidak ada kendala produksi, 2) Bahan baku setempat berpengaruh spesifik terhadap lokasi. (Rustiadi et al., 2008).

Agroindustri

Agroindustri adalah industri yang mempunyai kaitan yang kuat dengan pertanian. Kaitannya dapat berbentuk sumber input atau output yang digunakan di bidang pertanian. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang relatif besar dalam produksi nasional. Agroindustri dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Agroindustri juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum kegiatannya yang luas. Tidak kalah pentingnya, agroindustri umumnya dapat diselaraskan dengan usaha pelestarian lingkungan karena keterkaitannya dengan budidaya pertanian ( Saragih 2001, dalam Moravia, 2009 ).

(28)

diarahkan sehingga matarantai kegiatan agroindustri dalam negeri tidak lagi mengandalkan produk atau bahan baku impor. Kemandirian ini perlu diwujudkan, sehingga kegiatan agroindustri diarahkan untuk mendukung substitusi impor, sehingga nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati pelaku agroindustri domestik, misalnya berupa penciptaan lapangan kerja baru ( Djamhari, 2004).

Pengembangan Wilayah

Menurut Misra (1985) dalam Djakapermana (2005), pengembangan wilayah adalah upaya agar wilayah tersebut dapat berkembang mencapai tingkat yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya alam secara harmonis melalui pendekatan yang komprehensif pada aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya untuk pembangunan berkelanjutan.

Salah satu cara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah dengan penataan ruang yang dimanfaatkan sebagai leverage agar wilayah berkembang mencapai tujuan yang ditetapkan. Penataan ruang merupakan proses yang mencakup penyusunan rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang melalui serangkaian program pelaksanaan pembangunan agar sesuai rencana serta pengendalian pelaksanaan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang.

(29)

Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005).

Menurut Tarigan (2005) dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan, terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis datar dan kondisinya sama di semua arah. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia mengatur kegiatannya dalam ruang, baru kemudian asumsi ini dilonggarkan secara bertahap sehingga ditemukan kondisi dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya menjadi lebih mudah dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan “gangguan” ketika manusia berhubungan/bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu jarak juga menciptakan gangguan informasi,sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama.

(30)

aktivitas ekonomi yang terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan sangat terkait dengan potensi ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya. Dengan demikian, potensi mempengaruhi aksesibilitas, tetapi di sisi lain, aksesibilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah.

Menurut Hanafiah (1982), pemerintah sebagai penentu lokasi mempunyai kekuatan atau kewenangan yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi berbagai kegiatan ekonomi rumah tangga dan perusahaan melalui kegiatan masyarakat yang tersebar secara spasial, dan bertujuan untuk memaksimumkan pelayanan kepada masyarakat melalui penyebaran fasilitas pelayanan secara merata.

Analisis Spasial

Perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan Dahuri, 2004). Proses perencanaan pembangunan wilayah selalu berhadapan dengan obyek-obyek perencanaan yang memiliki sifat keruangan (spasial). Oleh karena itu dalam analisis perencanaan wilayah, analisis yang menyangkut obyek-obyek dalam sistem keruangan (analisis spasial) menjadi sangat penting (Rustiadi, et al

2008).

(31)

bumi dan bahkan ”dimana”. Domain kajian ilmu geografi lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial. Oleh karenanya ilustrasi-ilustrasi spasial dengan ”peta” yang memiliki akurasi informasi spasial di dalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola spasial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spasial dan lain-lain) kecenderungan spasial, bentuk-bentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi kajian-kajian yang banyak mendapat perhatian dari ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya. Sementara dalam perspektif ekonomi, analisis spasial lebih menekankan pada ”apa yang menjadi masalah” (what) dan ”mengapa masalah itu terjadi” (why). Aspek-aspek spasial tidak didefinisikan dalam bahasa-bahasa posisi yang memiliki pengertian lebih kuantitatif, melainkan lebih pada masalahnya. Bahkan aspek spasial lebih dianggap memiliki makna jika ada kejelasan masalah di dalamnya. Segala aspek spasial yang dijelaskan di bidang ilmu geografi hanya akan memiliki arti spasial dalam kacamata ilmu sosial ekonomi jika dipahami ada masalah dan ada permasalahan sosial ekonomi terhadapnya.

Menurut Rondinelli (1985) dalam Ansoriudin (2008), analisis spasial hanya menyediakan beberapa hasil perhitungan atau olahan data yang dibutuhkan untuk menyusun pendapat secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan cara mengkombinasikan dengan hasil-hasil analisis lainnya.

Di samping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini semakin signifikan. Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi (Burrough 1989,

dalam Barus dan Wiradisastra, 2000).

Komponen utama SIG terbagi 4 kelompok yaitu perangkat keras, perangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masing-masing komponen tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung dari tujuan dibuatnya SIG tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000).

(32)
(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan, mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (Peta-Peta-peta Penggunaan Lahan, Administratif, Jalan, Kawasan Lindung), kuisioner untuk memperoleh data primer, data-data sekunder, software ArcGIS versi 9.3, Expert choice 11, MS office excel, MS Word

Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang, peta status lahan, peta penggunaan lahan, peta jalan dan peta-peta pendukung lainnya dari Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, data-data statistik BPS, data potensi desa, Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka dan data dari sumber-sumber lain yang mendukung.

Metode Analisis

Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti.

Analisis Spasial

(34)

tumpang tindih dengan menggunakan software Arc. GIS 9.3 untuk mengetahui wilayah yang dapat dipilih dan wilayah yang tidak dapat dipilih. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam memisahkan daerah-daerah yang dibutuhkan untuk diamati secara spasial.

Dalam menentukan lokasi yang sesuai dengan kriteria kawasan industri pengolahan hasil pertanian juga dilakukan analisis terhadap komoditas eksisiting yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Setelah disusun dalam suatu data atribut maka sebaran komoditas tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta administrasi serta beberapa peta tematik.

Analisis Location Quotient (LQ)

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan sektor basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al., 2008). Persamaan dari LQ ini adalah :

Xij : produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di kecamatan ke-i

Xi. : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di kecamatan ke-i

X.j : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di semua

kecamatan

X.. : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di seluruh kabupaten

Analisis Interaksi Spasial Location-allocation Model

Spatial Interaction Analysis dengan menggunakan metoda The

Location-allocation Models adalah merupakan salah satu pendekatan dari model-model

(35)

Salah satu analisa interaksi spasial melalui pendekatan dari

Location-allocation Model adalah penggunaan metoda The P-Median Problem.

Penyelesaian fungsi-fungsi dari The P-Median Problem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer/software Java AppletsP-Median Solver. Model analisis ini sejak tahun 1998 mulai diperkenalkan sebagai salah satu mata ajaran pada mata kuliah Facilities Design and Logistics oleh Professor Phill Kaminsky

dari University of Berkeley, informasi lebih rinci dapat diperoleh dari

Software P-Median Solver ini disediakan secara gratis melalui situs internet

yang untuk mengolah datanya harus

dalam keadaan on line dengan situs tersebut. Program ini dapat digunakan untuk menganalisa suatu wilayah dengan jumlah simpul yang besar sampai dengan 99 simpul.

The P-Median Problem adalah metoda pemecahan masalah dalam penentuan

lokasi optimal untuk penempatan ’P’ fasilitas di suatu wilayah dengan upaya meminimalkan kendala atau constraints. Dalam metoda The P-Median Problem

ada dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu faktor jarak antar simpul dan faktor bobot dari simpul yang akan dianalisis.

1. Jarak antar simpul atau wilayah (dij).

Pengertian jarak di sini adalah hubungan secara spasial antar lokasi suatu tempat dalam ruang., dalam konsep fisika, interpretasi yang paling modern terhadap dij adalah nilai hambatan berinteraksi dari i ke j, sedangkan dalam konsep ekonomi dij secara umum diartikan sebagai besarnya korbanan atau biaya (cost) berinteraksi dari i ke j. Dengan demikian pengertian terhadap jarak harus diperluas tidak sekedar pengertian jarak dalam pengertian fisik semata. Namun demikian dalam tatanan operasional terdapat berbagai konsep jarak fisik, seperti konsep jarak lurus terdekat (straight line distance), jarak menurut jalan darat (road distance), jarak jalan setapak, dan sebagainya. Untuk berbagai kasus seringkali konsep jarak ”waktu tempuh” memiliki pengertian yang lebih efektif dan logis (Rustiadi et al., 2004 dalam Mirza.,

(36)

Dalam model ekonomi, konsep jarak sering diartikan sebagai biaya atau korbanan di dalam berinteraksi. Secara praktis. Konsep biaya perjalanan dapat memanfaatkan harga nominal tarif yang berlaku dalam melakukan perjalanan menggunakan kendaraan umum. Namun menggunakan nilai tarif kendaraan umum sering tidak realistik akibat sistem tarif kendaraan umum yang tidak kontinyu, karena adanya kesamaan tarif pada interval jarak tertentu. Di berbagai studi, banyak peneliti lebih mengandalkan pendekatan opportinity cost dalam memperkirakan biaya interaksi atau biaya perjalanan (Rustiadi

et al., 2008).

Konsep jarak lurus terdekat (straight line distance) antara dua titik disebut juga jarak absolut, karena pada dasarnya tidak akan pernah berubah besarannya dan satuan yang lazim digunakan adalah km atau mil. Selain dari konsep pendekatan jarak tersebut disebut dengan jarak relatif. Dalam berbagai hal banyak cara untuk menyatakan jarak relatif suatu lokasi di mana jarak relatif dapat berubah secara radikal walaupun jarak absolutnya tetap. Dalam hal ini jarak yang akan digunakan dalam perhitungan adalah jarak relatif antara satu ibukota kecamatan ke ibukota kecamatan yang lain

2. Bobot dari simpul atau wilayah yang akan dianalisis.

Dalam interpretasi lebih lanjut, bobot simpul atau wilayah diartikan sebagai faktor yang berpengaruh baik sebagai faktor pendorong (push factors)

dari wilayah asal i dan faktor daya tarik interaksi (pull factors) ke wilayah tujuan j. Penggunaan massa atau bobot dari suatu wilayah atau simpul sangat tergantung pada masalah yang diteliti. Bobot tersebut dapat berbentuk faktor kependudukan, faktor ekonomi, dan faktor sosial yang secara logis berpengaruh, seperti jumlah penduduk, luas wilayah, PDRB wilayah, jumlah komoditi pertanian suatu daerah, pendapatan asli daerah, jumlah tenaga kerja, indeks ketersediaan fasilitas wilayah, indeks perkembangan wilayah, dan lain-lain (Rustiadi et al.,2008).

(37)

Adapun persamaan yang digunakan dalam P-Median dengan menggunakan software GAMS ini adalah sebagai berikut :

Z =

∑ ((i,j),(C(i,j)

x X(i,j))) +

((k,j),(T(k,j) x S(k,j)))

Dimana :

Z = lokasi optimal;

(i,j) = jarak antara wilayah demand ke-i dan wilayah pembangunan fasilitas ke-j;

C(i,j) = produksi yang harus ditanggung dari fasilitas j ke wilayah i; X(i,j) = lokasi demand i yang dilayani oleh lokasi fasilitas j;

(k,j) = jarak antara wilayah produksi ke-k ke wilayah pasar j;

T(k,j) = jumlah penduduk yang harus ditanggung dari daerah produksi i ke fasilitas j;

S(k,j) = lokasi produksi k yang dikirimkan ke lokasi fasilitas j

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970. Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk mengetahui dan menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri. Dalam menetapkan suatu kebijakan, maka perumusan kebijakan akan dihadapkan pada banyak faktor, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Dengan menggunakan metode AHP, maka semua faktor yang dianggap berpengaruh terhadap suatu kebijakan akan dilakukan dalam perhitungan.

Beberapa keuntungan dari penggunaan metode AHP antara lain adalah : 1. Dapat mempresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana

(38)

2. Membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan memberikan skala pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas.

3. Mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Mengukur secara komprehensif pengaruh unsur-unsur yang mempunyai korelasi dengan masalah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas.

(39)

Gambar 2 Bagan alir analisis penelitian Data Primer dan Sekunder

Identifikasi Komoditas untuk industri yang paling banyak

ditanam masyarakat

Wilayah Terpilih dengan kriteria bukan wilayah lindung dan HGU

(40)

Tabel 2 Matriks Pendekatan Penelitian

No Tujuan Metode

Analisis Jenis Data Sumber Data Keluaran 1. Mengidentifikasi

4. Penggalian Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian

(41)

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri menjadi Ibukota Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 1997 berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tanggamus. Kabupaten Tulang Bawang merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara.

Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang melaksanakan persiapan rencana pemekaran wilayah kabupaten menjadi 3 (tiga) daerah otonom, yaitu Kabupaten Tulang Bawang sebagai kabupaten induk, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Mesuji. Pada tahun 2008 Kabupaten Tulang Bawang dimekarkan Berdasarkan Undang-undang nomor 49 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji dan Undang-undang nomor 50 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas 233.985 ha. Wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mesuji

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat

(42)

Kabupaten Mesuji

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

Gambar 3 Peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang

Bentang Lahan

Secara garis besar bentang lahan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4 unit (Masterplan Pengendalian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang, 2008), yaitu:

1. Daerah dataran hingga dataran bergelombang

Merupakan daerah dataran sampai dengan dataran bergelombang, berada pada kemiringan antara 15-30 persen yang dimanfaatkan untuk areal pertanian, perkebunan dan pencadangan pengembangan transmigrasi.

2. Daerah Rawa

Daerah Rawa terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0 – 1 m yang merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Rawa-rawa tersebut terdapat di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rawa Jitu Utara, Rawa Jitu Selatan dan Kecamatan Gedung Meneng. Daerah-daerah tersebut

Kabupaten Mesuji

Kabupaten Lampung Tengah Kab.

(43)

merupakan areal yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tambak dan perikanan laut.

3. Daerah River Basin

Daerah river basin ini terdapat di pedalaman yang relatif jauh dari pantai dan umumnya terletak di pinggir aliran sungai. Daerah ini berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan membentuk rawa-rawa atau lebung-lebung. Daerah ini memiliki luas 10.150 Km2 dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan tambak udang. Rawa-rawa tersebut diantaranya berada di sekitar aliran Way Tulang Bawang di Kecamatan Menggala, Gedung Meneng, dan Gedung Aji.

4. Daerah Pantai

Dataran ini terletak di pinggir pantai timur yang merupakan bagian hilir

(down steem) dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang dan yang

dimanfaatkan untuk pelabuhan dan areal persawahan pasang surut. Di lokasi Rawa Pitu telah dimanfaatkan seluas ± 36.000 Ha dan ± 20.000 Ha (Rawa Pitu I dan II).

Kependudukan

Pada tahun 2007, terdapat 350.299 jiwa penduduk Kabupaten Tulang Bawang. Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Menggala (14,57%), Dente Teladas (13,03 %) dan Banjar Agung (11,97 %). Adapun konsentrasi penduduk terendah ada di Kecamatan Gedung Aji (3,15 %). Jika melihat dari kepadatannya, Kecamatan Rawajitu Selatan adalah kecamatan terpadat (6,09 jiwa/ha), sedangkan Kecamatan Menggala mempunyai kepadatan terendah (0,77 jiwa/ha).

(44)

Tulang Bawang, yaitu Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Penawar Aji, Meraksa Aji dan Menggala.

Tabel 3 Kepadatan penduduk dan presentase rumah tangga miskin

No Kecamatan Jumlah

(45)

Tabel 4. Jumlah tenaga kerja per sektor

*) data masih bergabung dengan kecamatan induk

Kebijakan Industri di Kabupaten Tulang Bawang

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Kawasan strategis yang terdapat di wilayah Kabupaten Tulang Bawang ada tiga, yaitu Kawasan Industri Dente Teladas sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Berikat Tambak Udang Rawajitu Timur sebagai Kawasan Strategi Provinsi, dan Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Selatan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten. Kawasan tersebut memilki nilai potensi dan peluang investasi serta perkembangan perekonomian yang cukup potensial dan menjadi daya tarik yang tinggi apabila ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh dan dengan perencanaan/manajemen yang matang.

(46)

terperinci setiap zona (blok) pengembangan ruangnya, agar di dalam pengendalian dan pemanfaatan ruangnya dapat diawasi secara tertib.

Kawasan Industri Dente Teladas

Rencana penetapan kawasan strategis Dente Teladas sebagai kawasan strategis merupakan kebijakan dan keputusan sebagai langkah awal memotivasi laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tulang Bawang. Lokasi kawasan strategis ini terdapat di sebagian besar wilayah barat Kabupaten Tulang Bawang dengan luas areal kawasan sekitar 3.000 Ha. Kawasan ini mampu menjadi pusat pertumbuhan sendiri yang akan menarik minat investasi di Kabupaten Tulang Bawang.

Rencana penetapan kawasan industri Dente Teladas sebagai kawasan strategis di wilayah Kabupaten Tulang Bawang akan berdampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian (taraf hidup) baik bagi masyarakat pada kawasan tersebut (setempat) maupun bagi fsik dan perekonomian wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Kawasan industri Dente Teladas mampu menampung kegiatan industri yang berskala menengah dan besar.

(47)

Gambar 4 Pelabuhan industri sementara di Dente Teladas

Kawasan Berikat Tambak Udang Rawajitu Timur

Penetapan kawasan strategis Rawajitu Timur merupakan ketetapan dari RTRW Provinsi Lampung. Kawasan ini merupakan kawasan produksi udang yang potensial di Provinsi Lampung.

Beberapa isu strategis terkait Kawasan Berikat ini adalah:

1. Terjadinya kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak udang secara tidak terkontrol

2. Sebagian besar penduduk di Rawajitu Timur adalah petambak plasma dengan penempatan ditentukan oleh perusahaan

3. Pernah terjadi mismanajemen sehingga menimbulkan kredit macet pada tahun 1998 sehingga masuk ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

4. Tumbuhnya beberapa pusat perekenomian di wilayah sekitar akibat perkembangan ekonomi

5. Mulai diperkenankannya masyarakat oleh pihak perusahaan untuk mengembangkan usaha-usaha ekonomi alternative diluar penambak plasma seperti PNS dan pedagang

(48)

7. Budidaya ternak kambing menjadi usaha peternakan terbanyak dimana setiap KK rata-rata memiliki 10-20 ekor kambing yang didukung oleh ketersediaan pakan (vegetasi lamtoro)

8. Terdapatnya usaha pengolahan ikan yang dilakukan masyarakat namun belum memenuhi standar hiegenis

Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur

Penetapan Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur didasarkan pada pertimbangan untuk mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dan juga merupakan Kebijakan Tata Ruang Propinsi dimana bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang menjadi salah satu Kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan Agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian, baik yang dibutuhkan sebelum proses produksi, dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi. Upaya tersebut dilakukan melalui pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi pusat pelayanan, dan peletakan jaringan prasarana.

(49)

dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi. Upaya tersebut dilakukan melalui pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi pusat pelayanan, dan peletakan jaringan prasarana

Rencana tata ruang Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur sebagaimana rencana tata ruang Kawasan Agropolitan umumnya merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) atau beberapa wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan Agropolitan memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan Agropolitan;

b. Rencana struktur ruang kawasan Agropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan Agropolitan;

c. Rencana pola ruang kawasan Agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;

d. Arahan pemanfaatan ruang kawasan Agropolitan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen antardesa; dan

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Spasial

Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera dan jalan lintas Asean yang merupakan penghubung antara Pelabuhan Bakauheni yang melintasi jalan di sepanjang pantai timur sumatera tanpa melalui ibukota Propinsi Lampung. Jalan lintas sumatera yang merupakan jalan nasional hanya melintasi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Menggala, Banjar Agung dan Banjar Margo yang terletak di sebelah barat wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang.

(51)

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

Gambar 5 Peta alokasi pemanfaatan lahan

(52)

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

Gambar 6 Peta Kawasan Lindung

(53)

industri maka kawasan hak guna usaha bukan merupakan wilayah yang dipilih sehingga kawasan tersebut tidak dipertimbangkan sebagai lokasi kawasan industri. Adapun kawasan di luar hak guna usaha merupakan lokasi terpilih yang dapat dipertimbangkan sebagai kawasan industri. Namun dalam menentukan kawasan industri tetap mempertimbangkan industri yang ada di dalam kawasan hak guna usaha (Gambar 7).

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

(54)
(55)

Sumber : Hasil analisis

Gambar 8 Peta lokasi terpilih

(56)

sulit dijangkau. Dengan adanya kawasan industri dan pelabuhan ini diharapkan semua industri yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut sehingga dapat membawa pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi di sekitar daerah tersebut. Selain itu untuk menarik akses kemudahan penjualan hasil pertanian dari wilayah di sekitar Kabupaten Tulang Bawang (Gambar 9).

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

(57)

Jumlah perusahaan yang mendapatkan hak guna usaha di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 21 perusahaan, yang terdiri dari hak pengelolaan tebu, kelapa sawit, kakao, ubi kayu, udang dan pertambangan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari beberapa jenis hak guna usaha yang ada maka sebagian besar mengelola perkebunan tebu sisanya merupakan perkebunan kakao, kelapa sawit, ketela pohon, tambak udang dan tambang batubara.

Tabel 5 Perusahaan pengelola hak guna usaha di Kabupaten Tulang Bawang

No. Perusahaan Luas (Ha) Jenis

PT. Citra Lamtorogung Persada

PT. Mitra Sungkai Himalaya

PT. Sweet Indo Lampung

Koperasi Indo Lampung Perkasa

PT. Indo Lampung Perkasa

PT. Indo Lampung Cahaya Makmur

PT. Garuda Panca Artha

PT. Indo Lampung Buana Makmur

PT. AWS

PT. Bujung Tenuk Raya

PT. Sumber Indah Perkasa

PT. Sumber Indah Perkasa

PT. SAC Nusantara

PT. Lambang Sawit Perkasa

PT. Gunung Mas Persada Karya

PT. Balai Murni Jaya

PT. Kencana Acicindo Perkasa

Budi Acid Jaya

Teguh Wibawa Bakti

PT. Arya Dwi Pantara Nusantara

PT. Andalas Bangun Nusantara

(58)

Banyaknya industri yang ada di kawasan hak guna usaha dapat menjadi pilihan dari jenis kawasan industri yang akan ditetapkan. Selain itu jenis industri yang berada di kawasan hak guna usaha dapat memanfaatkan kawasan industri yang akan ditetapkan sebagai tempat yang dapat mendukung keberadaan industri yang berada dalam kawasan hak guna usaha.

Hasil Analisis Komoditas Pertanian (LQ)

(59)

Komoditas padi sawah banyak diusahakan di Kecamatan Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu yang selama ini merupakan sentra produksi tanaman padi terbesar di Kabupaten Tulang Bawang. Selama ini poduksi padi sawah mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang bahkan diantaranya ada yang dikirim keluar wilayah.

Tabel 6 LQ untuk tanaman pangan

KECAMATAN Padi

Sumber : Hasil analisis

(60)

Tabel 7 LQ untuk tanaman perkebunan

Sumber : Hasil analisis

Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu, padi, karet dan kelapa sawit (Tabel 8). Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan yang cukup luas sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sesuai masing-masing komoditas.

Komoditas padi sawah memiliki luasan terbesar kedua setelah ubi kayu. Selama ini komoditas padi sawah banyak diproduksi oleh 2 kecamatan yaitu Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu. Potensi untuk pengembangan industri padi dapat berupa pengemasan sampai pada pemberian label pada kemasan.

Tabel 8. Komoditas unggulan berdasarkan luas tanam

(61)

Berdasarkan sebaran luasan tanaman ubi kayu, karet dan kelapa sawit yang digunakan untuk industri dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber : Hasil analisis

Gambar 10 Peta sebaran luasan komoditas pertanian untuk industri

Hasil Analisis Penentuan Lokasi Optimal Kawasan Industri ( P-Median )

(62)

secara pasti, jelas dan terukur. Model yang digunakan adalah jenis model optimasi yaitu metode P-Median yang berasal dari dalil Hakimi. Dalam metode P-Median

ini untuk menentukan titik optimum adalah dengan meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul, dimana titik tersebut berasal pada suatu simpul dalam jaringan.

Untuk mencari alternatif paling baik maka digunakan model optimasi penerapan GAMS dengan memasukan prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode P-Median. Asumsi dasar dalam metoda ini adalah:

1. Simpul yang dicalonkan sebagai pusat pelayanan berasal dari simpul yang berada dalam jaringan

2. Jaringan jalan mempunyai kesamaan kualitas

3. Untuk setiap kecamatan hanya diwakili oleh 1 simpul

4. Letak simpul ditentukan berdasarkan pertimbangan lokasi pusat (centroid) kecamatan.

5. Kecamatan dianggap tidak mengalami pemekaran

6. Bobot simpul hendaknya mencerminkan jumlah penerima pelayanan.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor jarak, dan permintaan (demand) yaitu jumlah penduduk di setiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang, serta faktor produksi tanaman ubi kayu, karet dan kelapa sawit. a. Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam penelitian ini mengikuti pengertian lokasi relatif, yaitu posisi yang berkenaan dengan posisi lainnya dengan menggunakan data panjang jalan dan waktu tempuh yang menghubungkan antar satu kecamatan dengan kecamatan lainnya yang didapatkan dari BPS Kabupaten Tulang Bawang. Asumsi jarak antar kecamatan yang digunakan adalah jarak antar ibukota kecamatan. Dalam penelitian ini satuan jarak yang digunakan adalah kilometer dan menit.

b. Jumlah Penduduk

(63)

c. Faktor Produksi

Pengertian faktor produksi dalam studi kasus ini adalah produksi ubi kayu, karet dan kelapa sawit yang dihasilkan oleh tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang, yang selama ini digunakan oleh industri pengolahan hasil pertanian. Dalam penelitian ini satuan produksi yang digunakan adalah ton.

Berdasarkan hasil perhitungan yang tercantum dalam Tabel 9 dengan mempertimbangkan total produksi hasil pertanian dengan jarak tempuh terdekat, maka alternatif pertama lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Penawar Aji karena dapat melayani produksi dari 5 kecamatan. Alternatif kedua lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian berada pada Kecamatan Menggala yang dapat melayani produksi 4 kecamatan. Untuk Alternatif ketiga adalah Kecamatan Rawajitu Selatan yang mampu melayani 3 kecamatan.

Hasil perhitungan dengan menggunakan pertimbangan total produksi hasil pertanian dengan waktu tempuh terdekat, maka alternatif pertama adalah Kecamatan Penawar Aji yang mampu melayani 5 kecamatan, diikuti alternatif kedua adalah Kecamatan Menggala yang dapat melayani 4 kecamatan dan alternatif ketiga adalah Kecamatan Rawajitu Selatan

(64)

Tabel 9 Hasil perhitungan jarak optimal terhadap produksi hasil pertanian

No. Kecamatan Keterangan

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1. (jml penduduk x

total produksi) –

jarak tempuh (km)

Penawar Aji Menggala Rawajitu

Selatan

Penawar Aji Rawajitu

Selatan Menggala

Selatan Menggala Penawar Aji

Berdasarkan rencana

pembangunan jalan

Dari hasil perhitungan optimalisasi lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi dengan menggunakan P-median maka kecamatan yang sering muncul pada alternatif pertama dari ketiga perhitungan adalah Kecamatan Penawar Aji, sehingga wilayah yang optimal untuk melayani produksi hasil pertanian dari tiap kecamatan adalah Kecamatan Penawar Aji. Untuk alternatif kedua, Kecamatan Menggala yang sering muncul yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten Tulang Bawang.

Berdasarkan perhitungan dengan mempertimbangkan ketiga alternatif kecamatan dengan jarak terhadap pelabuhan maka didapatkan hasil bahwa Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan jarak sebenarnya (Tabel 10). Saat ini jalan yang menghubungkan dengan pelabuhan merupakan jalan yang berada di wilayah hak guna usaha perkebunan tebu. Dengan kondisi seperti itu maka transportasi yang melintasi jalan tersebut sangat terbatas karena harus melalui pintu pengamanan untuk melewatinya.

Tabel 10. Jarak antar kecamatan dan pelabuhan menggunakan jarak sebenarnya Kecamatan Penawar Aji Menggala Rawajitu Selatan Pelabuhan

Penawar Aji 0 69 28 152

Menggala 69 0 120 83

Rawajitu Selatan 28 120 0 203

(65)

Berdasarkan rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, direncanakan akan dibangun jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Rawajitu Selatan dan Dente Teladas seperti pada Gambar 11. Jika berdasarkan perhitungan dengan menggunakan jarak sesuai dengan rencana pembangunan jalan kolektor yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Dente Teladas maka didapatkan hasil bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian. Asumsi perhitungan jarak disajikan pada Tabel 11. Dengan hasil ini berarti transportasi menuju ke pelabuhan tidak melalui kawasan hak guna usaha tetapi diasumsikan melalui jalan kolektor yang menghubungkan antara Rawajitu Selatan ke Dente Teladas.

Tabel 11 Jarak antar kecamatan dan pelabuhan berdasarkan rencana jalan kolektor Kecamatan Penawar Aji Menggala Rawajitu Selatan Pelabuhan

Penawar Aji 0 69 28 50

Menggala 69 0 120 83

Rawajitu Selatan 28 120 0 29

Pelabuhan 50 83 29 0

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

(66)

Berdasarkan kriteria kawasan industri yang salah satunya harus dekat dengan keberadaan dengan sumber air, maka seperti pada Gambar 12 ketiga kecamatan dilalui oleh sungai yang dapat digunakan sebagai sumber air industri. Kecamatan Menggala dilalui oleh Sungai Tulang Bawang. Kecamatan Penawar Aji dilalui oleh Sungai Pidada dan Tulang Bawang, sedangkan Kecamatan Rawajitu Selatan dilalui oleh Sungai Mesuji, Pidada dan Tulang Bawang.

Sumber : Hasil analisis

(67)

Berdasarkan keberadaan jaringan listrik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, maka ketiga kecamatan memiliki kondisi yang berbeda. Kondisi Kecamatan Menggala lebih baik dibandingkan Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan. Sebagian besar wilayah Kecamatan Menggala telah dialiri listrik, namun untuk Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan belum ada jaringan listrik (Gambar 13). Kondisi listrik yang ada di Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan saat ini masih diusahakan secara swadaya oleh masyarakat.

Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008

(68)

Hasil Analisis Terhadap Persepsi Stakeholders (AHP)

Berdasarkan persepsi dari pengambil kebijakan di lingkup Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dan para petani pemilik lahan dalam pencapaian tujuan penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian diprioritaskan pada kriteria bahan baku dengan nilai 0,467 dengan pencapaian sub kriteria produksi eksisting, kemudian diikuti kriteria pasar dengan nilai 0,197 dengan pencapaian sub kriteria pertumbuhan ekonomi. Setelah kriteria bahan baku dan pasar diikuti kriteria ketersediaan tenaga kerja dengan nilai 0,195 dengan pencapaian sub kriteria peningkatan pendapatan, lalu kriteria sarana transportasi dengan nilai 0,142 dengan pencapaian sub kriteria kelayakan jalan. Alternatif yang diprioritaskan dalam penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan dengan nilai 0,407, diikuti Kecamatan Menggala dengan nilai 0,298 dan Kecamatan Penawar Aji dengan nilai 0,295.

(69)
(70)

Rekapitulasi analisis disajikan seperti pada Tabel 12 di bawah ini : Tabel 12 Rekapitulasi analisis

Kecamatan Catatan : *) jika dibangun jalan baru

- Total nilai terkecil merupakan wilayah yang optimal

(71)

Sumber : Hasil analisis

Gambar 15 Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan industri

Jika rencana pembangunan jalan dapat terealisasi maka Kecamatan Rawajitu Selatan yang merupakan lokasi optimal kawasan industri akan mudah menjangkau jarak terhadap hasil pertanian dan pelabuhan. Kecamatan Rawajitu Selatan

(72)

sebagai lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian disajikan pada Gambar 16.

Sumber : Hasil analisis

Gambar 16 Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan industri berdasarkan rencana pembangunan jalan

Gambar

Tabel 1 PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 (sebelum
Gambar 1  Bagan alir kerangka pemikiran  penelitian.
Gambar 2   Bagan alir analisis penelitian
Tabel 2  Matriks Pendekatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

To connect WebLogic Server to multiple Oracle RAC nodes using multi data sources, first configure a JDBC data source for each Oracle RAC instance in your Oracle RAC cluster with

Gerakan sosial keagamaan menggunakan ideologi Islam sebagai faktor penggeraknya, dan sebagai aktivitas kolektif, gerakan tersebut memerlukan ideologi Islam

Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tindakan preventif dan promotif pada autisme. Materi Pokok :

(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 12.245 (dua belas ribu dua ratus empat puluh lima) hektar meliputi:..

Pertama, untuk mendapatkan kaedah terbaik bagi mengkaji penyakit bawaan air dan makanan (PBA) dan kandungan air minuman (baki klorin, kolifom fekal, gabungan baki klorin dan

Meningkatkan keimanan kepada hari akhir dan alam gaib yang masih berhubungan dengan hari akhir3. 1.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada

Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage (DER) Dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan Penghindaran

Hasil chi square test diperoleh nilai p value sebesar 0.000 ≤ nilai α (0.05), artinya ada pengaruh kepercayaan dengan komitmen pencegahan tersier pada siswa perokok