IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) PADA RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA LUBUK
PAKAM
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
070903072
MARIDHAYANI SINAGA
DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.
Shalawat beriring salam untuk junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, keluarga
beserta para sahabat beliau, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir
kelak. Amin.
Adapun skripsi ini berjudul ” Implementasi Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan kesehatan
pada pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Skripsi ini
disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program strata 1 (S1) di Departemen
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik pada penulisan redaksi maupun dari substansi penulisan skripsi itu
sendiri. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Selama proses pembuatan skripsi ini penulis juga banyak dibantu dari
berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Badarudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Februati Trimurni M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis A. Sinaga dan R. Purba yang paling mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengetahuan serta nasehat dan arahan selama penulis menimba ilmu di
Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
8. Bapak Emra Sofyan Sinaga selaku Humas di RS. Grand Medistra yang
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih juga penulis ucapkan pada seluruh staf administrasi yang ada di
Departemen Ilmu Administrasi Negara khususnya Kak Dian dan Kak Mega
yang telah banyak membantu urusan administratif dari awal sampai selesai
10.Staf administrasi, Perawat, Pasien dan tim verifikator Jamkesmas yang telah
banyak membantu dan mempermudah penulis dalam proses penyelesaian
skripsi di RS. Grand Medistra Lubuk Pakam.
11.Terimakasih juga buat teman-temanku Lisa, Susi, Wirda, Mala dan Engga dan
semua teman seperjuangan di AN 07
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan semoga apa
yang telah di tulis oleh penulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2013
Penulis
070903072
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….………i
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR GAMBAR ………...…..ix
DAFTAR TABEL………x
ABSTRAKSI...xi
BAB I PENDAHULUAN………...……….……1
1.1Latar Belakang……….1
1.2Rumusan Masalah………....4
1.3Tujuan Penelitian……….………4
1.4Manfaat Penelitian……….…………..5
1.5Kerangka Teori……….……..….6
1.5.1Implementasi……….………6
1.5.1.1 Pengertian Implementasi…………..……….6
1.5.1.2 Model-Model Implementasi Kebijakan……….………7
1.5.2Pelayanan……….15
1.5.2.1 Pengertian Pelayanan……….…………..…………15
1.5.2.2 Pengertian Pelayanan Publik………...…………16
1.5.2.3 Pelayanan Kesehatan……….………..17
1.5.2.4 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan………...……19
1.5.2.5 Rumah Sakit………..………..22
1.5.2.5.2 Klasifikasi Rumah Sakit………..…………23
1.5.3 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)…………..…………24
1.5.3.1 Pengertian Program……….24
1.5.3.2 Program Jaminan Kesehatan ……….…………..…25
1.5.3.3 Pengertian Progam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)….27 1.5.3.4 Dasar Hukum………..…..………...28
1.5.3.4.1 Kepesertaan……….………30
1.5.3.4.2 Alur Pelayanan……….31
1.5.3.4.3 Pendanaan Jamkesmas………..……….…………..34
1.5.3.4.4 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas…..………35
1.5.3.5 Organisasi Jamkesmas………....….………..…35
1.5.3.5.1.1 Tim Pengelola Jamkesmas……….……..……36
1.5.3.5.1.2 Tim Pengelola Jamkesmas Pusat……….36
1.5.3.5.1.3 Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi………37
1.5.3.5.1.4 Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota………...37
1.5.5.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas………..38
1.5.5.2.1 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Pusat…….………..….38
1.5.5.2.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Provinsi………....39
1.5.5.2.3 Tim Koordinasi Program Jamkesmas Kabupaten/Kota….…40 1.5.3.7 Verifikasi……….41
1.6 Definisi Konsep……….42
BAB II METODOLOGI PENELITIAN……….…46
II.1 Bentuk Penelitian...46
II.2. Lokasi Penelitian...46
II.3. Informan Penelitian...46
II.4.Teknik Pengumpulan Data...48
II.5.TeknikAnalisis Data...49
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….……….50
III.1 Sejarah Pendirian Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam……..………....50
III.2 Visi dan Misi………52
III.3 Struktur Organisasi………..…53
III.4 Pasien dan Fasilitas Pelayanan………57
III.4.1 Pasien………....57
III.4.1.1 Pasien Umum………..………...57
III.4.1.2 Pasien Asuransi………..57
III.4.1.3 Pasien Perusahaan………..58
III.4.1.4 Pasien Jamkesmas……….….59
III.4.2 Fasilitas Pelayanan………....63
III.4.2.1 Instalasi Gawat Darurat……….…63
III.4.2.2 Poliklinik Spesialis dan Subspesialis………...……..63
III.4.2.3 Pelayanan Rawat Inap………....64
III.4.2.3.2 Ruangan Kelas I………66
III.4.2.3.3 Ruangan Kelas II……….….66
III.4.2.3.4 Ruangan Kelas III……….……67
III.4.2.4 Ruang Bersalin………...67
III.4.2.5 Kamar Bayi………67
III.4.2.6 Kamar Operasi……….…..68
III.4.2.7 Ruang ICU (Intensive Care Unit)………..68
III.4.2.8 Unit Pemeriksaan Penunjang……….…69
III.4.2.9 Laboratorium……….70
III.4.2.10 Pemeriksaan Penunjang Lain………...70
III.4.2.11 Instalasi Farmasi………..71
III.4.2.12 Instalasi Kamar Jenazah………..71
BAB IV PENYAJIAN DATA……….……….72
IV.1 Karakteristik Informan………...……….72
IV.2 Penyajian Data tentang Implementasi Program Jamkesmas pada Rumah Sakit Grand Medistra Kecamatan Lubuk Pakam………..………..79
IV.2.1 Penafsiran atau Interpretasi..……….……….………..…79
IV.2.2 Organisasi….……….…………..82
IV.2.3 Penerapan..……….……..…....83
IV.3 Penyajian Data tentang Hambatan yang dihadapi dalam Implementasi Program Jamkesmas pada Rumah Sakit Grand MedistraKecamatan Lubuk Pakam……86
V.1 Implementasi Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai
Pemberi Pelayanan Kesehatan pada peserta Jamkesmas ………..…...89
V.2 Hambatan yang dihadapi dalam Implementasi ProgramJamkesmas Khususnya dalam Bidang Pelayanan Kesehatan……….………..100
BAB VI PENUTUP……….103
VI.1 Kesimpulan………103
VI.2 Saran………..105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn……11
Gambar 2 Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III………....13
Gambar 3 Kartu Peserta Jamkesmas……….….………33
Gambar 4 Alur Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit………...……32
Gambar 5 Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam tampak depan………....…...51
Gambar 6 Ruangan Kelas III RS. Grand Medistra………..….………..78
Gambar 7 Gedung Poliklinik Dokter Spesialis………..………...92
Gambar 8 Loket Pendaftaran Jamkesmas ………...………..…..93
Gambar 9 Loket Askes……….………...95
Gambar 10 Kartu Berobat RS. Grand Medistra……….…………..…………..96
Gambar 11 Farmasi RS. Grand Medistra……….………..………96
Gambar 12 Lorong Rawat Inap……….……….97
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistraselama
tahun 2010……....……….60
Tabel 2 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistra selama tahun2011……….61
Tabel 3 Pasien Jamkesmas yang telah Dilayani Rumah Sakit Grand Medistraselama tahun 2012………....……….62
Tabel 4 Ruangan rawat inap………..……….…65
Tabel 5 Informan Penelitian……..……….…………73
Tabel 6 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Usia……….……….74
Tabel 7 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin………....………….75
Tabel 8 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………..…………..76
ABSTRAKSI
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
Skripsi ini disusun oleh :
Nama : Maridhayani Sinaga NIM : 070903072
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni M.Si
Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin dalam undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992. Tetapi kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas dibuat untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Program yang telah dibuat akan terlihat jelas pada saat implementasinya. Namun, buruknya kinerja pelayanan publik selama ini membuat ada keraguan pada tahap implementasi program Jamkesmas tidak akan berjalan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas serta untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan. Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan. Informan dalam penelitian ini adalah Humas RS. Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai informan kunci dan para pegawai yang berjumlah tiga orang serta peserta Jamkesmas berjumlah tujuh orang sebagai informan utama. Selain itu ada juga informan tambahan dari masyarakat bukan pengguna Jamkesmas sebanyak satu orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ditemukan bahwa implementasi program Jamkesmas telah berjalan cukup baik. Masih ada beberapa hambatan yang dihadapi rumah sakit dalam penerapannya dan pihak pemerintah serta rumah sakit telah berusaha meminimalkannya.
ABSTRAKSI
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
Skripsi ini disusun oleh :
Nama : Maridhayani Sinaga NIM : 070903072
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni M.Si
Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara yang telah dijamin dalam undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992. Tetapi kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas dibuat untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Program yang telah dibuat akan terlihat jelas pada saat implementasinya. Namun, buruknya kinerja pelayanan publik selama ini membuat ada keraguan pada tahap implementasi program Jamkesmas tidak akan berjalan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada peserta Jamkesmas serta untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan. Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan. Informan dalam penelitian ini adalah Humas RS. Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai informan kunci dan para pegawai yang berjumlah tiga orang serta peserta Jamkesmas berjumlah tujuh orang sebagai informan utama. Selain itu ada juga informan tambahan dari masyarakat bukan pengguna Jamkesmas sebanyak satu orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ditemukan bahwa implementasi program Jamkesmas telah berjalan cukup baik. Masih ada beberapa hambatan yang dihadapi rumah sakit dalam penerapannya dan pihak pemerintah serta rumah sakit telah berusaha meminimalkannya.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gagasan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus
mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring
tuntutan rakyat dan perkembangan di dalam pemerintah itu sendiri. Namun demikian,
pembaruan dari kedua sisi tersebut sampai saat ini masih tetap belum memuaskan arti
posisi pemerintah dan rakyat yang masih belum menguntungkan dipihak rakyat
sebagai pihak yang lemah dan termarjinalisasi dalam kerangka pelayanan. Oleh
karena itu, dibutuhkan pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk
melayani dirinya sendiri ataupun dilayani oleh rakyat, melainkan untuk melayani
kebutuhan rakyat (Kurniawan, 2005:2)
Sebagai penyelenggara pemerintahan, pemerintah dituntut untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat di sektor- sektor yang menjadi kebutuhan orang banyak.
Salah satunya pelayanan kesehatan. Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak
setiap warga negara yang telah dijamin dalam Undang-undang sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Oleh
karena itu negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya tak terkecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat miskin, pemerintah
agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Program tersebut adalah program
Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas sendiri adalah program
pemerintah berskala nasional yang pendanaannya berasal dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara). Program ini hanya melanjutkan program terdahulunya
yaitu Askeskin dan kartu sehat dengan tujuan untuk menjamin pembiayaan kesehatan
masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas ini juga tidak dikenakan biaya saat ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, rumah sakit milik pemerintah atau
swasta yang telah bekerjasama dengan Jamkesmas. Rumah sakit pemerintah wajib
menjadi penyedia pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. Sedangkan rumah
sakit swasta harus terlebih dahulu mempunyai IKS (Ikatan Kerjasama) dengan
kementerian kesehatan. Sasaran program adalah 76,4 juta jiwa di 33 provinsi seluruh
Indonesia.
Kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah.
Ini tergambar dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah
sampai empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Derajat
kesehatan yang rendah tersebut disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan
kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2008 :1).
Selain itu terkadang pelayanan kesehatan juga dibeda-bedakan. Hal ini
menimbulkan pandangan masyarakat bahwa pelayanan disesuaikan dengan harga.
Artinya, jika membayar mahal maka akan mendapat pelayanan yang baik dan
sebaliknya bila membayar murah maka pelayanan akan seadanya. Dengan program
lain gratis maka yang tergambar adalah jauh dari kata terlayani
Padahal Jamkesmas sama sekali tidak gratis.
Penolakan pasien Jamkesmas dan pemungutan biaya pada pasien Jamkesmas
juga masih terdengar di beberapa daerah. Hal ini menambah anggapan buruk akan
pelayanan kesehatan masyarakat ini
11/11/07/lualq/lagi-rsud-tolak-pasien-jamkesmas-garagara-masalah-biaya). Sehingga
ada keraguan bahwa program Jamkesmas ini tidak akan berjalan dengan semestinya.
Salah satu rumah sakit swasta pelaksana Jamkesmas adalah Rumah Sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam. Setidaknya untuk Kabupaten Deli Serdang saja
jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 377.561 jiwa (Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan
Jamkesmas 2011). Artinya ada banyak masyarakat miskin yang akan menggunakan
jasa pelayanan kesehatan dengan Jamkesmas sebagai bantuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak dan gratis.
Dalam sebuah program, tahap yang paling penting adalah pelaksanaannya
atau implementasi. Rumah sakit termasuk dalam street level burcancrat, atau
organisasi yang berhadapan langsung dengan target yang dituju. Rumah sakit adalah
sebagai pelaksana atau implementor. Berjalan atau tidaknya program dapat dilihat
pada tahap implementasinya. Lalu bagaimana dengan implementasi program
Jamkesmas ini di Rumah Sakit Grand Medistra dalam memberikan pelayanan yang
bertajuk Jamkesmas, apakah masih menurut pelayanan sesuai harga atau telah
melakukan penelitian lebih lanjut terkait masalah tersebut dengan judul
“Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat pada Rumah Sakit Umum
Grand Medistra Lubuk Pakam)”.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya perumusan masalah agar memiliki
arah yang jelas darimana memulai, kemana harus pergi dan dengan apa melakukan
penelitian (Arikunto, 2002). Mengingat program Jamkesmas yang begitu luas maka
peneliti membuat rumusan masalah ”Bagaimana implementasi program Jamkesmas
di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan
(PPK) pada peserta Jamkesmas?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi program Jamkesmas di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) pada
peserta Jamkesmas.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam implementasi
program Jamkesmas khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan di Rumah
1.4. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik untuk diri sendiri, maupun pihak lain yang berkepentingan dengan penelitian
ini. Adapun manfaat yang diharapkan :
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis penulis dalam menyusun suatu
wacana baru, dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi
stakeholder yaitu pihak rumah sakit dan masyarakat pengguna jasa layanan
rumah sakit khususnya di tempat penelitian dilaksanakan agar dapat terus
meningkatkan kinerjanya dalam bidang pelayanan.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi perpustakaan, Departemen Ilmu
1.5. Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (Singarimbun, 1995:37) teori merupakan serangkaian
asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep
dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif
yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92).
Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan
referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman
yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti. Adapun
kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Implementasi
1.5.1.1 Pengertian Implementasi
Menurut Jeffri L.Pressman dan Aaron B.Wildavski dalam buku Charles
O.Jones (1996:295), mengartikan implementasi sebagai suatu proses interaksi antara
suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi
adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam
rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan.
pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan
resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
untuk mencapai tujuan dari implementasi tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran dan
juga kemampuan organisasi ataupun instansi seperti teknologi informasi.
Sementara itu, Van Meter dan Van Horn dalam A.G Subarsono (2005:99).
membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Sedangkan
menurut George C. Edward dalam AG Subarsono implementasi kebijakan adalah
salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan
konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan
tidak tepat atau tidak mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan,
maka dapat mengalami kegagalan sekalipun diimplementasikan dengan baik.
Sebaliknya kebijakan yang telah direncanakan dengan baik namun tidak
diimplementasikan dengan baik oleh pelaksana dapat mengalami kegagalan juga.
1.5.1.2 Model-Model Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah dibuat dan disahkan bukanlah jaminan bahwa kebijakan
tersebut akan berhasil dalam implementasinya. Keberhasilan implementasi kebijakan
ditentukan oleh banyak variabel atau faktor yang masing- masing saling
Wibawa (Tangkilisan 2003:20) berpendapat implementasi kebijakan adalah
untuk menentukan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai
hasil dari kegiatan pemerintah. Sedangkan menurut Jones dikutip oleh Hesel Nogi S,
Tangkilisan (2003:18) implementasi merupakan suatu proses dinamis yang
melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat
dilakukan. Namun Jones mendasarkan pada konsepsi-konsepsi kegiatan fungsional
mengenai program- program yang telah disahkan, menentukan implementasi dan
membahas aktor-aktor yang terlibat dengan memfokuskan pada birokrasi yang
merupakan lembaga eksekutor.
Jadi implementasi adalah serangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan
dirumuskan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masih
menurut Jones dalam implementasi ada tiga kegiatan utama yang paling penting
yaitu:
1. Penafsiran atau interpretasi yaitu kegiatan untuk menafsirkan makna suatu
program kedalam suatu pengaturan yang dapat dipahami dan dijalankan
nantinya. Artinya harus ada penafsiran makna yang sama antara pembuat
kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memastikan program telah berjalan
dengan baik.
2. Organisasi yaitu wadah sebagai tempat untuk menjalankan program sebagai
kebijakan. Dalam pelaksanaan program harus ada wadah yang menaunginya
agar memiliki kepastian hukum yang akan mempermudah dan menguatkan
3. Penerapan yaitu pelaksanaan kebijakan yang telah ditafsirkan dalam suatu
organisasi berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan
lainnya. Setelah program dibuat dan dibentuk organisasi yang menaungi maka
saatnya untuk pelaksanaan lapangan dan hal ini adalah kunci dari
implementasi itu sendiri.
Kemudian menurut Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (Model
Proses Implementasi Kebijakan) dikutip dari A.G Subarsono (2005:99) adapun
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi adalah standard dan sasaran
kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas,
karakteristik agen pelaksana dan kondisi social, ekonomi dan politik serta disposisi
implementor.
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur agar dapat direalisir dan
tidak menimbulkan multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik
diantara agen implementasi.
2. Sumberdaya
Sumberdaya yang berkualitas juga diperlukan agar implementasi berhasil baik
sumberdaya manusia maupun sumberdaya non manusia. Seringkali suatu
3. Hubungan antar organisasi
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi
lain sehingga koordinasi dan kerjasama antar instansi sangat berpengaruh bagi
keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik Agen Pelaksana
Adapun yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana adalah struktur
birokrasi, norma- norma dan pola- pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi
yang mempengaruhi implementasi suatu program.
terhadap kebijakan; (c) intensitas disposisi implementor yaitu preferensi nilai
yang dimiliki implementor.
5. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi.
Yang termasuk dalam variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan, karakteristik partisipan seperti
apa mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public dan apakah elite
Gambar 1
Model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn
Sumber : AG. Subarsono, 2005 : 99
6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini meliputi tiga hal penting yaitu (a) respon
implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya dalam
pelaksanaan kebijakan; (b) kognisi yaitu pemahaman implementor.
Sementara itu Menurut George C. Edwards III yang dikutip dari A.G
Subarsono (2005: 102) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable yaitu
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan
Kinerja impleme ntasi Ukuran dan tujuan
kebijakan
Karakteristik badan pelaksana
Disposisisi pelaksana
sumberdaya
1. Komunikasi
Komunikasi adalah syarat untuk keberhasilan implementasi antara tujuan yang
diinginkan pembuat kebijakan dan penafsiran implementor, antara implementor dan
kelompok sasaran yang dituju.. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran haruslah
ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi.
2. Sumberdaya
Sumber daya juga tak kalah pentingnya dalam implementasi, walaupun
kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi bila implementor
tidak memiliki sumberdaya yang memadai dalam pelaksanaan maka semuanya tidak
akan berjalan efektif.
3. Disposisi
Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki implementor
seperti komitmen, kejujuran atau sifat demokratis. Semakin baik disposisi yang
dimiliki oleh implementor maka pelaksanaan kebijakan dapat berjalan dengan baik
layaknya seperti yang diingini pihak pembuat kebijakan.Sebaliknya jika implementor
kurang memiliki disposisi yang baik atau memiliki sikap dan perspektif yang berbeda
dengan pembuat keputusan maka implementasi kebijakan juga tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Adapun struktur birokrasi berperan dalam mengimplementasikan kebijakan
satunya adalah prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau
SOP).
Gambar 2
Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III
Komunikasi
Sumber daya
Implementasi disposisi
Struktur birokrasi
Sumber : AG. Subarsono, 2005 : 102
Kemudian, menurut Randall B. Rippley dan Grace A. Franklin (1986) dalam
Hesel Yogi S, Tangkilisan (2003:21) menyatakan dalam mencapai keberhasilan
implementasi kebijakan program dapat dilihat dari tiga faktor yakni:
1. Prespektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari
kepatuhan street level burcancrats yaitu birokrasi terbawah yang langsung
berhubungan dengan pelaksanaan program.
2. Kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan
3. Kinerja yang memuaskan semua pihak terutama pada kelompok penerima
Kemudian menurut Peters, dalam Hesel Yogi S, Tangkilisan (2003: 22)
implementasi kebijakan gagal disebabkan oleh:
1. Informasi
Informasi sangat penting dalam menjalankan segala sesuatunya. Kekurangan
informasi dapat menghambat aktor-aktor pelaksana dalam melaksanakan
program dan memberikan gambaran yang kurang tepat dari isi kebijakan dan
hasil-hasil dari kebijakan tersebut.
2. Isi kebijakan
Isi kebijakan juga penentu keberhasilan program. Masih samarnya isi
kebijakan dan tujuan kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern
dan ekstern kebijakan itu sendiri dapat menggagalkan implementasi
kebijakan.
3. Dukungan
Jika dalam pelaksaannya implementasi kebijakan tidak mendapat dukungan
yang memadai dalam arti teknis ataupun non teknis maka implementasi
kebijakan tersebut telah dekat dengan kegagalan.
4. Pembagian potensi
Hal ini berhubungan dengan para aktor pelaksana dan juga organisasi
1.5.2. Pelayanan
1.5.2.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu usaha untuk
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain sedangkan menurut Kotler
dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
tidak terikat pada satu produk secara fisik. Kemudian Sampara dalam Lijan Poltak
(2006:5) menyatakan pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan
menyediakan kepuasan pelanggan.
Jadi pelayanan lebih kepada kegiatan pemberian jasa maupun non jasa pada
masyarakat umum untuk membantu menyiapkan apa yang dibutuhkan orang lain
yang memberikan kepuasan bagi penerima layanan.
Ada tiga unsur pokok dalam pelayanan yaitu biayanya harus relatif lebih
rendah, waktu untuk mengerjakannya relative singkat dan mutu yang diberikan relatif
bagus (Lijan Poltak 2006:5). Dengan kata lain pelayanan yang baik adalah jasa
pelayanan yang ditawarkan diganjar dengan biaya yang tidak mahal dan terjangkau
dengan waktu mulai pendaftaran sampai pengerjaan pelayanan yang hemat waktu dan
tidak bertele-tele serta pelayanan yang dihasilkan berkualitas bagus. Artinya dengan
hanya mengeluarkan biaya yang sedikit dapat memperoleh pelayanan yang
berkualitas dan cepat sehingga kata pelayanan kembali pada fungsinya untuk
1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (MENPAN) Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Laksana
Pelayanan Umum adalah: “Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan
Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 dikatakan bahwa
pelayanan public adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.
Menurut Saiful Arif (2008:3) Pelayanan public (public service) adalah suatu
pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan
fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi public
dalam hal ini adalah suatu pemerintahan.
Jadi pelayanan public dapat diartikan sebagai kegiatan pemberian pelayanan
pada masyarakat berupa penggunaan fasilitas umum baik jasa maupun non jasa yang
Untuk mencapai sasaran dan tujuan tugas- tugas administrasi dalam
kepentingan publik hendaknya dapat dikembangkan prinsip- prinsip pelayanan
sebagai berikut:
1. Aksesibilitas yaitu jarak tempat dan lokasi setiap jenis pelayanan harus
benar-benar dapat diakses masyarakat sebagai pengguna layanan.
2. Kontinuitas yaitu ketersediaan pelayanan yang terus menerus disertai
kepastian dan kejelasan bagi publik.
3. Teknikalitas yaitu mekanisme dan proses pelayanan harus ditangani oleh
tenaga professional yang memahami secara teknis yang mendasar pada
sasaran adanya kejelasan, ketetapan kemantapan system, prosedur dan
instrument pelayanan.
4. Profitabilitas yaitu proses pelayanan public yang dilakukan dapat memberikan
keuntungan ekonomi dan sosial bagi pemerintah maupun bagi masyarakat
luas.
5. Akuntabilitas yaitu produk dan kualitas pelayanan yang telah diberikan
kepada masyarakat nantinya harus dapat dipertanggungjawabkan di ranah
public.
1.5.2.3 Pelayanan Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan harusnya dapat menyediakan informasi terbuka
bagi pasien dan keluarganya agar dapat menentukan pilihan terhadap lembaga
pelayanan pelayanan kesehatan atau rumah sakit yang akan dikunjungi, asuransi
Pelayanan kesehatan itu sendiri seperti tercantum dalam Undang-undang
nomor 36 tahun 2009 pasal 30 terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perseorangan yaitu pelayanan
yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit atau memulihkan kesehatan
perseorangan atau keluarga. Kemudian pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan
kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan
(RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam program
Jamkesmas menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
• Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM), Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM), BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit (RS).
• Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap
kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/POLRI dan
RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Departemen
membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat, yang diketahui
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.
• Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun
tidak memiliki perjanjian kerjasama. Penggantian biaya pelayanan kesehatan
diklaimkan ke Departemen Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/Kota
setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
program ini.
1.5.2.4 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan
Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan
masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan dan standar
pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa
janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para
pemberi dan penerima pelayanan.
Dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 228 tahun
2002 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal rumah sakit yang
wajib dilaksanakan daerah :
1. Rumah sakit minimal harus menyelenggarakan pelayanan manajemen rumah
sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik
2. Indikator. Rumah sakit minimal harus memenuhi beberapa indikator.
Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan
indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur kinerja
rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:
a. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang
yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat,
prosedur tetap dan lain-lain.
b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.
c. Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
d. Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil
pelayanan sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas
terhadap pelayanan dan lain-lain.
e. Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah
sakit maupun penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan
yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
f. Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas
misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
3. Standar. Rumah sakit harus mengikuti standar yang telah ditetapkan. Standar
melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan
propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.
4. Rumah sakit harus memberikan pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya
ditanggung oleh pemerintah.
Adapun manfaat standar pelayanan minimal yaitu:
1. Bagi masyarakat:
a. tersedia pelayanan yang terjangkau dan berkesinambungan.
b. Pelayanan bermutu dan sesuai standar
c. Meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat.
d. Melindungi hak asasi masyarakat dibidang kesehatan.
2. Bagi Rumah Sakit
a. akuntabilitas rumah sakit kepada pemerintah daerah.
b. Pemacu untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja rumah sakit.
c. Memudahkan rumah sakit untuk menentukan strategi.
d. Dapat dijadikan salah satu dasar untuk menghitung besarnya subsidi kepada
rumah sakit oleh pemerintah kabupaten/kota untuk pelayanan masyarakat.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Adanya akuntabilitas pelayanan kesehatan.
b. Merupakan rujukan dalam rangka melakukan pembinaan diwilayahnya.
c. Mengetahui hal-hal yang harus di fasilitasi oleh Kabupaten/Kota
d. Mengetahui ruang kewenangan dalam bidang kesehatan daerah Kabupaten/
e. Merupakan acuan yang dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pembinaan.
4. Bagi Propinsi
Merupakan acuan untuk propinsi dalam menetapkan sebagai tolok ukur
pelaksanaan kewenangan minimal yang menjadi kewajiban daerah kabupaten kota.
5. Bagi Pemerintah Pusat
Terjaminnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya yang tidak mampu.
1.5.3 Rumah Sakit
1.5.3.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya
Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jadi rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan profesional yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan
1.5.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berdasarkan
jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan sebagai :
a. Rumah Sakit Umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Jenis Rumah Sakit khusus antara lain
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa,
Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi
dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal,
Kulit dan Kelamin.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi :
• Rumah Sakit publik : dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit privat.
• Rumah Sakit privat : dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
1.5.5 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 1.5.5.1 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu
kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap
program dijelaskan mengenai :
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Menurut Charles O. Jones (Jones, 1996:295) pengertian program adalah cara
yang disahkan untuk mencapai tujuan. Jadi suatu program adalah kumpulan
proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut
secara keseluruhan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Selain itu program hanya
bersifat sementara.
Menurut Charles O. Jones, beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau
tidak yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui
oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis
yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan
memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi
terbaik (Jones, 1996:295).
1.5.4.2 Program Jaminan Kesehatan
Berdasarkan pengertian Charles O. Jones (Jones, 1996:295) tentang
pengertian program maka program jaminan kesehatan adalah kumpulan
proyek-proyek yang berhubungan dengan jaminan kesehatan yang telah dirancang untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai
sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Jaminan kesehatan ini ada yang
dikelola pemerintah dan dikelola swasta. Untuk jaminan yang dikelola pemerintah
ada beberapa jaminan kesehatan seperti :
• Jamkesmas yaitu jaminan kesehatan berskala nasional yang dikelola
pemerintah yakni dibawah kepengurusan kementerian kesehatan.
• Jamkesda adalah program jaminan kesehatan dari pemerintah daerah untuk
masyarakatnya yang miskin dan tidak termasuk kedalam quota Jamkesmas.
Hal ini disebabkan tidak terdatanya sebagian masyarakat dalam BPS
kabupaten, orang miskin baru yang muncul setelah pendataan atau
kekurangcakapan petugas dalam mendata. Masyarakat miskin ini dapat
mengurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desa atau kelurahan
untuk kemudian diproses di dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
mendapatkan Jamkesda. Program ini sama dengan Jamkesmas, hanya
Jamkesda bersifat regional sedangkan Jamkesmas bersifat nasional.
• Askes (Asuransi Kesehatan) sosial yaitu jaminan kesehatan bagi para pegawai
negeri sipil (PNS) dan pensiunan TNI/Polri
• Jamsostek atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja yaitu jaminan bagi tenaga kerja.
Namun tidak terbatas hanya pada jaminan kesehatan saja
• Inhealth merupakan anak perusahan dari PT Askes namun sebagian saham
telah dimiliki swasta. Inhealth bersifat mencari untung dan tidak dikhususkan
hanya bagi perusahaan negara.
• Jasa Raharja yaitu jaminan sosial untuk kecelakaan lalu lintas baik korban
selamat maupun meninggal.
• Jampersal (Jaminan Persalinan) yaitu jaminan kesehatan dari pemerintah
Selain jaminan kesehatan yang dikelola pemerintah, jaminan kesehatan juga
dikelola swasta namun biasanya dalam perusahaan-perusahaan.
1.5.4.3 Pengertian Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Kebijakan pemeliharaan kesehatan pada penduduk miskin sudah lama
diterapkan. Mulai dari surat miskin dari rukun tetangga (RT), rukun warga (RW),
desa dan pembagian kartu sehat. Sejak tahun 1998 muncul kebijakan yang lebih
sistematis untuk melayani kebutuhan masyarakat miskin akan kesehatan yaitu
program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Kemudian pada
tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke rumah sakit bagi
masyarakat miskin yang berasal dari pemotongan subsidi bahan bakar minyak
(BBM), yang disebut dana Penanggulangan Dampak Pemotongan Subsidi Energi
(PDPSE). PDPSE ini kemudian diubah namanya menjadi Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM).
Program terbaru pemerintah adalah jaminan kesehatan masyarakat atau
Jamkesmas. Dalam pedoman pelaksanaan jamkesmas disebutkan bahwa jamkesmas
adalah program bantuan social untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu serta peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh pemerintah.
Jamkesmas diselenggarakan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin /JPKMM atau
lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.
Program jamkesmas ini diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan
institusi-institusi kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta yang telah bekerjasama
dengan pemerintah
Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu pada
pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Jadi Pasien
Jamkesmas adalah orang yang melakukan pemeriksaan maupun pemeliharaan
kesehatan dengan menggunakan kartu peserta Jamkesmas.
Jadi, program Jamkesmas merupakan program berskala nasional untuk
memudahkan kalangan masyarakat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dimana biaya pelayanan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh
pemerintah melalui APBN. Karena Jamkesmas adalah program maka hanya bersifat
sementara atau tidak permanen.
1.5.4.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Jamkesmas
Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah Pasal 28 H
ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa
”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) Undang–Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa ’Negara bertanggung jawab atas
Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin, sulit
untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk
karena mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok masyarakat tertentu sulit
mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas kesehatan,
pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengalokasikan dana bantuan
sosial sektor kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin.
Upaya pelaksanaan Jamkesmas sendiri merupakan perwujudan pemenuhan hak
rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen
pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat
ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang–
Undang Nomor 40 Tahun 2004 belum terbentuk maka departemen kesehatan
mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin
sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan
Jamkesmas ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dalam Kepmen ini dijelaskan
ketentuan-ketentuan tentang tata cara pelaksanaan program Jamkesmas. Selain itu, peraturan ini
1.5.4.5 Kepesertaan
Setiap peserta jamkesmas memiliki hak mendapat pelayanan kesehatan dasar
yaitu rawat jalan (RJ), rawat inap (RI) serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan
tingkat lanjutan (RJTL) dan rawat inap tingkat lanjutan (RITL) serta pelayanan gawat
darurat.
Adapun kategori peserta jamkesmas adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat miskin dan tidak mampu
2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak
memiliki identitas.
3. Semua peserta Program keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki atau
mempunyai kartu Jamkesmas.
4. Penghuni panti sosial, penghuni lembaga permasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara serta korban bencana.
Gambar 3 : Kartu Peserta Jamkesmas
Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitan dan
pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan Departemen
• Data peserta yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah, kemudian dilakukan entry
oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di kabupaten/kota.
• Entry data setiap peserta.
• Berdasarkan database tersebut kemudian diterbitkan kartu dan didistribusikan kepada
peserta.
• PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada
penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol
peserta atau anggota keluarga peserta.
• PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada
Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten/ Kota serta rumah sakit setempat.
1.5.5Alur Pelayanan
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:
a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan
jaringannya.
b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang
keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan
oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali
c. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan
dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan
kesehatan, kecuali pada kasus emergency.
d. Pelayanan rujukan tersebut meliputi :
1. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/
BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.
2. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit
3. Pelayanan obat-obatan
4. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic
e. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/
BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta. Bila
berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat
Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan
Gambar 4
Alur Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Peserta
pulang
Verifikasi Kepesertaan
(Kasus gawat darurat ) - - - --- Peserta
Sumber : kementerian Kesehatan RI, 2010 :14
Keterangan :
Dalam situasi normal yaitu Peserta mengunjungi loket pendaftaran Jamkesmas
lalu mendapatkan pelayanan. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan si pasien
Loket pendaftaran puskesmas
Pelayanan kesehatan
RS
( PPATRS) RJTL
bisa langsung pulang. Namun jika harus dirujuk kerumah sakit maka pasien
mengunjungi rumah sakit kemudian pihak rumah sakit memverifikasi kepesertaan
pada petugas Askes. Setelah data dinyatakan valid maka surat keterangan peserta
dikeluarkan pihak rumah sakit. Sang pasien pun dapat memperoleh pelayanan
kesehatan berupa rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) atau rawat inap tingkat lanjutan
(RITL). Setelah selesai mendapat pelayanan kesehatan si pasien pun boleh pulang.
Dalam kasus gawat darurat peserta langsung di bawa ke instalasi gawat darurat
(IGD) dan mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus melalui pendaftaran. Bila
kondisi pasien telah membaik dapat segera pulang. Namun jika tidak maka dapat
menggunakan RITL atau RJTL.
1.5.4.7 Pendanaan Jamkesmas
Pendanaan Jamkesmas berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) sector kesehatan yang di mulai dari tahun 2008. Adapun ketentuan umum
dalam tata laksana pendanaan adalah :
1. Pendanaan program Jamkesmas merupakan dana bantuan sosial.
2. Pembayaran ke rumah sakit dalam bentuk paket, berdasarkan klaim. Klaim adalah
biaya yang diajukan rumah sakit untuk dibayarkan oleh Negara melalui Jamkesmas.
3. Pembayaran ke PPK disalurkan langsung dari kas negara melalui PT. POS ke
Puskesmas dan KPPN melalui Bank ke Rumah sakit/
BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM.
4. Peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun. Dalam pendanaan,
diluncurkan dalam empat tahap dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Masing-masing rumah sakit mendapatkan dana dalam jumlah
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan.
1.5.4.8 Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas
Adapun tujuan umum penyelenggaraan Jamkesmas yaitu meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal dan
secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas.
Adapun tujuan khususnya dapat dibagi :
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta
diseluruh jaringan PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) Jamkesmas
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta,
tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Sedangkan sasaran Jamkesmas sendiri adalah masyarakat miskin dan tidak
mampu diseluruh Indonesia sejumlah 76,4 jiwa, tidak termasuk yang telah
mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Jika setelah kartu peserta dikeluarkan masih
ada masyarakat miskin yang belum masuk ke entry data PT. Askes maka daerah yang
menanggungnya dalam Jaminan Kesehatan Daerah atau Jamkesda dimana
1.5.5 Organisasi Jamkesmas
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari tim
pengelola dan tim koordinasi di pusat, propinsi dan kabupaten/kota, pelaksana
verifikasi di PPK dan PT. Askes. Tim pengelola bersifat internal lintas program
departemen kesehatan sedangkan tim koordinasi bersifat lintas departemen.
1.5.5.1 Tim pengelola Jamkesmas
Tim Pengelola JAMKESMAS melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan
bagi masyarakat miskin meliputi kegiatan-kegiatan manajemen kepesertaan,
pelayanan, keuangan, perencanaan dan SDM, informasi, hukum dan organisasi serta
telaah hasil verifikasi.
1.5.5.2 Tim Pengelola Jamkesmas Pusat
Adapun tim pengelola pusat mempunyai tugas :
a. Penetapan kebijakan operasional dan teknis, pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
b. Menyusun pedoman teknis pelaksanaan, penataan sasaran, penataan sarana
pelayanan kesehatan (pemberi pelayanan kesehatan)
c. Melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait dalam rangka evaluasi
penyelenggaraan program
d. Melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi pembayaran klaim.
e. Melakukan pembinaan, pengawasan dan menyusun laporan pelaksanaan
Menteri kesehatan membentuk tim pengelola pusat terdiri dari penanggung
Penanggung jawab adalah menteri kesehatan sedangkan pengarah adalah
pejabat eselon I yang diketuai Sekjen Depkes RI. Untuk pelaksana terdiri dari pejabat
eselon I dan eselon II departemen kesehatan yang terdiri dari ketua, wakil ketua,
sekretaris dan anggota.
1.5.5.3 Tim pengelola Jamkesmas Provinsi
Adapun timpengelola provinsi mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
sesuai kebijakan yang sudah ditetapkan
b. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
c. Melakukan verifikasi, pemantauan dan evaluasi
d. Melakukan analisis aspek kendali biaya, dan kendali mutu
e. Menyampaikan laporan pengelolaan penyelenggaraan program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).
Kepala dinas kesehatan propinsi membentuk tim pengelola propinsi terdiri dari
satu orang penanggung jawab yang dijabat kepala dinas kesehatan propinsi, satu
orang coordinator operasional dan dua orang staf.
1.5.5.3 Tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota
Adapun tugas tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
a. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan,
manajemen keuangan.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri
Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk tim pengelola terdiri dari satu
orang penanggung jawab yang dijabat kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, satu
orang coordinator operasional dan tiga orang staf.
1.5.5.2 Tim Koordinasi Program Jamkesmas 1.5.5.2.1 Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat
Adapun tugas tim koordinasi pusat adalah :
a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
b. Melakukan pembinaan dan pengendalian program.
Struktur Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Pusat
Pelindung : Menteri Kesehatan
Ketua : Sekretaris Utama Menko Kesra
Anggota : Sekjen Depkes
Sekjen Depdagri
Sekjen Depsos
Deputi Bidang SDM Bappenas
Sekjen Depkeu
Dirjen Binkesmas
Dirjen Yanmedik
Dirut PT. Askes (Persero)
Sekretariat :
Ketua : Kepala Bagian Tata Usaha PPJK
Staf sekretariat : 4 orang
Menteri kesehatan membentuk tim koordinator pusat terdiri dari pelindung, ketua
dan anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector terkait dengan
sekretaris utama kementrian koordinasi kesejahteraan rakyat sebagai ketua dan
anggota yang terdiri dari pejabat eselon I departemen terkait dan unsur lainnya.
1.5.5.2.2 Tim Koordinasi Propinsi
Adapun tugas tim koordinator propinsi yaitu :
a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program Jaminan
Kesehatan Masyarakat yang tetap mengacu pada kebijakan pusat
b. Melakukan pembinaan dan pengendalian program
Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Propinsi berikut:
Pelindung : Gubernur
Ketua : Sekretaris Daerah
Anggota : Kadinkes Propinsi
: Asisten Kesra
: Direktur Rumah Sakit
: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan
Sekretariat
Ketua : Kasubdin/Kabid yang bertanggung jawab pada program Pembiayaan
dan Jaminan Kesehatan
Staf Sekretariat : 2 orang
Gubernur membentuk tim koordinator propinsi terdiri dari pelindung, ketua dan
anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector terkait dengan
sekretaris daerah provinsi sebagai ketua dan anggota yang terdiri dari pejabat terkait.
1.5.5.2.3 Tim koordinasi kabupaten/kota
Adapun tugas dari tim koordinasi kabupaten/kota adalah :
a. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jamkesmas
Tingkat Kabupaten/Kota
b. Melakukan pembinaan dan pengendalian Program Jamkesmas Tingkat
Kabupaten/Kota.
Struktur Tim Koordinasi Program JAMKESMAS Tingkat Kabupaten/Kota
Pelindung : Bupati/ Walikota
Ketua : Sekretaris Daerah
Anggota : Kadinkes Kabupaten/Kota
: Asisten Kesra
: Direktur Rumah Sakit
: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan
Sekretariat
Ketua : Kasubdin/kabid yang bertanggung jawab program Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan
Staf Sekretariat : 2 orang
Bupati/walikota membentuk tim koordinator kabupaten/kota terdiri dari
pelindung, ketua dan anggota serta secretariat. Tim koordinasi bersifat lintas sector
terkait dengan sekretaris daerah kabupaten/kota sebagai ketua dan anggota yang
terdiri dari pejabat terkait.
1.5.3.6 Verifikasi
Verifikasi adalah kegiatan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK
(Pemberi Pelayanan Kesehatan) yang dilakukan oleh Pelaksana Verifikasi dengan
mengacu pada standar penilaian klaim dengan tujuan agar diperolehnya hasil
pelaksanaan program Jamkesmas yang menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali
mutu. (Departemen Kesehatan RI, 2008 :27)
Adapun verifikasi program Jamkesmas meliputi verifikasi administrasi
kepesertaan, administrasi pelayanan dan administrasi keuangan. Dengan kata lain
verifikasi ini adalah klaim biaya perobatan pasien Jamkesmas dari rumah sakit
kepada organisasi penyelenggara Jamkesmas.
Verifikasi administrasi kepesertaan adalah pengecekan daftar peserta di dalam
data base PT Askes atas penugasan menteri kesehatan, melaksanakan tugas-tugas
manajemen kepesertaan di dukung dengan jaringan kantor yang terdiri dari PT.Askes
(kabupaten/kota). Administrasi pelayanan merupakan pengecekan terhadap jenis
pelayanan kesehatan yang telah digunakan oleh peserta. Sementara administrasi
keuangan adalah pengecekan terhadap biaya tiap-tiap pelayanan yang telah digunakan
berdasarkan INA-DRG.
Petugas verifikasi disebut verifikator. Verifikator ada dua jenis yaitu
verifikator dari rumah sakit ( mengajukan klaim dari rumah sakit) dan verifikator dari
pemerintah (memeriksa kemudian menyetujui klaim dari rumah sakit untuk di klaim
pada pemerintah agar dibayarkan). Adapun tugas verifikator yaitu :
• Memeriksa data keabsahan peserta
• Memeriksa rujukan dari Puskesmas
• Diagnosa tarif (per paket) atau biaya masing-masing pelayanan yang
telah digunakan
• Memeriksa kartu Jamkesmas termasuk KTP dan KK apakah ada di
dalam data base
• Klaim atau biaya yang diajukan untuk pelayanan yang telah dilakukan
1.6. Defenisi Konsep
Dalam Singarimbun (1995: 33) konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok atau
individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial agar dapat menyederhanakan
pemikirannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari
1. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah suatu
kebijakan dirumuskan agar tercapai tujuan yang diinginkan.
2. Program Jamkesmas
Program Jamkesmas merupakan program berskala nasional untuk
memudahkan masyarakat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan kesehatan ini ditanggung oleh
pemerintah.
3. Implementasi Program Jamkesmas
Implementasi program Jamkesmas yaitu pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang diberikan Rumah Sakit Grand Medistra pada pasien peserta Jamkesmas
dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu dapat dilihat dari :
1. Penafsiran atau interpretasi yaitu kegiatan untuk menafsirkan makna suatu
program kedalam suatu pengaturan yang dapat dipahami dan dijalankan
nantinya. Artinya harus ada penafsiran makna yang sama antara pembuat
kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memastikan program telah berjalan
dengan baik.
2. Organisasi yaitu wadah sebagai tempat untuk menjalankan program sebagai
kebijakan. Dalam pelaksanaan program harus ada wadah yang menaunginya
agar memiliki kepastian hukum yang akan mempermudah dan menguatkan
3. Penerapan yaitu pelaksanaan kebijakan yang telah ditafsirkan dalam suatu
organisasi berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan dan
lainnya. Setelah program dibuat dan dibentuk organisasi yang menaungi maka
saatnya untuk pelaksanaan lapangan dan hal ini adalah kunci dari
1.7 Sistematika Penulisan
Bab 1 : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan sistematika
penulisan.
Bab II : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan data atau karakteristik objek yang relevan dengan
topik penelitian.
Bab IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama peneliti di lapangan
dan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis.
Bab V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh pada
saat penelitian dan memberikan interprestasi terhadap masalah yang
diajukan.
Bab VI : PENUTUP
bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelit