• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP IT AL-HIJRAH DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP IT AL-HIJRAH DELI SERDANG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI

PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH DI SMP IT AL-HIJRAH

DELISERDANG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

MAHARANI PUTRI 8146171048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah di SMP IT Al-Hijrah Deli Serdang”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan terbaik.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Tesis ini menelaah penggunaan pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan penalaran matematis, kemandirian belajar siswa, interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa. Dalam proses penyusunan tesis ini mulai dari observasi lapangan, penulisan, seminar KJM, seminar proposal, pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen, serta rangkaian uji coba, penulis mendapat banyak doa, motivasi, bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

(7)

iv

2. Lidya Astri, A.Md dan Muhammad Aldian Putra selaku saudara kandung penulis dan suami tercinta kanda Haris Sucipto, STP yang telah memberikan bantuan baik berupa bantuan moril maupun materil dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Ibu Dr. Ani Minarni, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Izwita Dewi,

M. Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak awal pemunculan ide, saran-saran, serta pertanyaan kritis guna mempertajam gagasan sehingga telah membuka dan memperluas cara berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Edi Syaputra, M.Pd , Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, dan

Bapak Prof Dr. Mukhtar, M. Pd, selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 5. Bapak Prof. Dr. Edi Syaputra, M.Pd dan Bapak Dr. Muliadi, M.Si, selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. 6. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang

telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Dapot Tua Manullang, M. Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED.

(8)

v

9. Teman-teman di kelas A-4 dan seluruh rekan-rekan satu angkatan 2014 dari Program Studi Pendidikan Matematika yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini benar-benar bermanfaat bagi penulis maupun rekan-rekan lain terutama rekan pendidik dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika di kelas serta dapat menjadi seorang pendidik yang berkompetensi dan professional.

Medan, 2016 Penulis,

(9)

vi

2.1.6 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)... 37

2.1.7 Perbedaan Pedagogik ... 46

2.1.8 Kemampuan Awal Matematika... 47

2.1.9 Teori Belajar yang Mendukung... 49

2.1.10. Penelitian yang Relevan ... 52

2.2 Kerangka Konseptual... 54

2.3 Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 61

3.2 Populasi dan Sampel ... 61

3.2.1 Populasi Penelitian... 61

3.2.2 Sampel Penelitian... 62

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

3.4 Desain Penelitian ... 63

3.7.1 Tes Kemampuan Awal Matematika(KAM)... 67

(10)

vii

3.7.3 Skala Kemandirian Belajar ... 70

3.8 Uji Coba Instrumen... 71

3.8.1 Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 71

3.8.2 Validasi Ahli Terhadap Instumen Penelitian ... 72

3.8.2.1 Analisis Validitas tes ... 72

3.8.2.2 Reliabilitas Tes ... 73

3.8.2.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 74

3.8.2.4 Daya Pembeda Butir Soal... 76

3.9 Teknik Analisis Data... 77

3.9.1 Uji Persyaratan Analitis ... 77

3.9.1.1 Uji Normalitas Data... 77

3.9.1.2 Uji Homogenitas Data ... 78

3.9.2 Uji Hipotesis ... 78

3.10 Prosedur Penelitian ... 82

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 85

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 106

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 115

5.2 Implikasi... 116

5.3 Saran... 117

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Inkuiri)...122

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Inkuiri)...127

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (Inkuiri)...132

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (PBM) ...138

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (PBM) ...143

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (PBM ) ...150

Lembar Aktivitas Siswa 1 (Inkuiri) ...156

Lembar Aktivitas Siswa 2 (Inkuiri) ...161

Lembar Aktivitas Siswa 3 (Inkuiri) ...164

Lembar Aktivitas Siswa 1 (PBM) ...168

Lembar Aktivitas Siswa 2 (PBM) ...173

Lembar Aktivitas Siswa 3 (PBM) ...177

Lampiran B Soal Kemampuan Awal Matematik (KAM) ...182

Kunci Jawaban Kemampuan Awal Matematika ...186

Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ...187

Tes Kemampuan Penalaran Matematis...188

Rubrik Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis...190

Kisi-kisi Skala Kemandirian Belajar Matematika Siswa ...194

Deskriptif Indikator dan Daftar Pertanyaan Skala Kemandirian Belajar...195

Skala Kemandirian Belajar ...198

Lampiran C Laporan Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ...200

Laporan Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian.... 207

Lampiran D.1 Deskripsi Hasil Kemampuan Awal Matematika Kelas Eksperimen I dan II ... 216

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Kelas Eksperimen I dan II ... 220

Lampiran D.2 Data Hasil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 227

(13)

xii Lampiran E

Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Awal Matematis Kelas

Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 Berdasarkan SPSS 20 ... 252 Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Penalaran Matematis Kelas

Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 Berdasarkan SPSS 20 ... 254 Perhitungan ANAVA 2 Jalur Pada Kemampuan Penalaran Matematis

Berdasarkan SPSS 20 ... 257 Uji Normalitas dan Homogenitas Angket Kemandirian Belajar Siswa

Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 Berdasarkan SPSS

20 ... 259 Perhitungan ANAVA 2 Jalur Pada Kemandirian Belajar Berdasarkan

SPSS 20 ... 261

Lampiran F

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan dan pembelajaran, baik formal maupun nonformal yang efektif dan efisien. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang kreatif adalah aspek yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Dunia pendidikan tak luput pula dari dampak perkembangan global, kita dituntut untuk terus melakukan perubahan positip termasuk di bidang

(15)

2

pendidikan, oleh karena itu perlu dicermati betul bagaimana kualitas yang sudah dicapai dan bagaimana mengejar ketertinggalan, agar bangsa kita sejajar dengan bangsa lain.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan.Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (Abubakar, 2014) mengemukakan bahwa :

Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena matematika berkaitan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Untuk mempelajari matematika haruslah bertahap,berurutan serta mendasar pada pengalaman belajar yang lalu. tetapi kenyataan walaupunsulit namun matematika merupakan mata pelajaran yang amat berguna dan banyakmemberi bantuan dalam mempelajari berbagai keahlian dan kejujuran.

Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa: tujuan umum pendidikan

matematika ditekankan agar siswa memiliki kemampuan menggunakan matematika

sebagai cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan seperti berpikir

kritis, sistematis, objektif, jujur, disiplin dalam memandang dan menyelesaikan masalah.

Tujuan ini juga menuntut siswa memiliki kemampuan pemahaman matematika yang baik

agar matematika dapat bermanfaat secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia disampaikan kepada para siswa secara lebih menarik dan bervariasi, untuk menghilangkan keraguan dan kecemasan siswa, sehingga siswa mampu untuk mempunyai pemikiran yang terbuka, lebih mampu menggunakan logika serta mempunyai pola pikir yang lebih kreatif dan kritis.

(16)

3

sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) indonesia yang masih rendah (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara, tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108, dan tahun 2013 peringkat ke 108 dari 187 negara di dunia). Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa

SD indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui Programme for International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menenpati peringkat ke-39, pada tahun 2009 dari 65 negara yang disurvei untuk bidang Sains, Indonesia menempati peringkat ke-60, sementara untuk bidang Matematika menempati urutan ke-61, dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-57.

(17)

4

(18)

5

Namun kenyataannya, kemampuan penalaran siswa masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dari uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IX SMP IT Al-Hijrah Deli Serdang, untuk melihat kemampuan penalaran matematika siswa. Adapun soalnya adalah sebagai berikut :

“sebuah bilangan berupa pecahan, jika pembilangnya ditambah 2, maka nilai pecahan itu menjadi ¼, dan jika penyebutnya dikurangi 5, maka nilai pecahan menjadi 1/5. Tentukan jumlah nilai pembilang dan penyebut bilangan pecahan tersebut”

Penulis membuat 1 soal penalaran matematik seperti di atas. Namun hasilnya tidak satupun yang mampu menjawabnya dengan tepat dan benar. Jawaban siswa tidak menunjukkan penalaran, dimana penalaran yang ingin dilihat pada soal di atas adalah penalaran silogisme, seharusnya siswa dapat menarik kesimpulan dari soal tersebut tetapi kenyataannya siswa menuliskan respon (penyelesaian) tetapi keliru dalam menyelesaikan soal. Salah satu contoh jawaban siswa adalah sebagai berikut.:

Gambar 1.1. Jawaban Siswa

(19)

6

menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan tidak dapat memanipulasi dari pernyataan tersebut akibatnya siswa tidak dapat menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menarik kesimpulan serta menunjukkan bahwa pembelajaran selama ini belum menjadikan penalaran matematik sebagai tujuan pembelajaran.

Seharusnya soal tersebut memiliki penyelesaian sebagai berikut :

ܯ ݅ ݏ ܽ ݈ ݇ ܽ ݊ ܾ ݅ ݈ ܽ ݊ ݃ ܽ ݊ ݅ ݐ ݑܾܽ

(20)

7

Selain kemampuan penalaran matematik, kemandirian belajar juga merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh siswa. Jennifer(2011), menyatakan :self regulated learning (SRL) can be described as the process by which students activate and sustain cognitions, behaviours, and affect that are

systematically directed toward the attainment of goal. Unfortunately, students can

(21)

8

dalam proses belajar dan memulai usahan belajar dengan kesadaran diri sendiri tanpa bantuan orang lain seperti teman, orang tua dan guru.

Dalam proses pembelajaran, seharusnya guru memberi kesempatan pada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Kemandirian belajar merupakan proses aktif dan kontruktif dengan cara siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan prilaku yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan. Kemandirian belajar akan mengarahkan siswa untuk bersifat aktif dalam mencari kepentingan untuk dirinya sendiri. Membangun sendiri motivasi serta keinginan dan tujuan dalam dirinya terhadap pelajaran yang dihadapi. Selain itu, siswa juga harus mampu untuk mengarahkan dirinya serta proses belajar yang telah ia konstruk sendiri ke tujuan belajar yang sebenarnya, serta juga mampu untuk mengontrol emosi serta motivasi belajar untuk dirinya sendiri. Kesatuan segala komponen diatas akan menjadikan siswa dikatakan memiliki kemandirian belajar. Oleh karena itu, yang dikatakan dengan kemandirian belajar tidak hanya terbatas pada mampu untuk mengerahkan kemampuan sendiri, akan tetapi juga harus mampu untuk mengontrol emosi, motivasi dan prilaku supaya selalu berada di koridor tujuan yang akan dicapai oleh siswa dalam proses belajar, khususnya dalam belajar matematika yang memiliki peranan besar dalam total proses pembelajaran siswa.

(22)

9

mengatakan bahwa kebanyakan siswa sekarang bersifat serba pasif, semuanya harus disuruh baik itu hal yang sebenarnya kebutuhan mereka misalnya dalam membaca buku pelajaran, kalau tidak diminta atau diperintahkan oleh guru maka tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak dibaca. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dari pada mengulang pembelajaran yang sudah diajarkan, dalam hal ini kemandirian belajar siswa dalam menganalisis soal, memonitor proses penyelesaian, dan mengevaluasi hasilnya, kurang ditunjukkan pada dirinya siswa.

Oleh sebab itu keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru saja, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar siswa itu sendiri. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas sangat diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri, sehingga kemandirian belajar menjadi salah satu penentu apakah siswa mampu menghadapi tantangan atau tidak. Selain itu kemandirian belajar atau Self-Regulated Learning juga diperlukan agar siswa mempunyai tanggung jawab dalam mengatur mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajarnya juga atas kemauan sendiri.

(23)

10

pelajaran, pada saat mengajar matematika guru langsung menjelaskan materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan contoh soal dan latihan. Kegiatan siswa hanya seputar mengerjakan soal berdasarkan rumus dan contoh yang pernah diberikan oleh guru. Tentunya jika diberikan soal, siswa hanya mampu menjawab soal yang sama seperti yang dilatihkan oleh guru di dalam kelas. Namun, jika siswa dihadapkan pada soal yang sedikit berbeda, maka siswa akan kesulitan. Kesulitan ini timbul karena pola pengajaran yang tidak memungkinkan siswa menyelidiki pengetahuannya sendiri, dan menuntut siswa mengerjakan soal sebagaimana yang telah dicontohkan, sehingga siswa menjadi tergantung dengan guru dan lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan gagasan/ide. Oleh sebab itu, jika siswa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan, maka siswa menjadi turun semangatnya untuk belajar matematika karena ia beranggapan matematika itu sangat sulit untuk dipelajari. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, keinginan untuk belajar kembali tidak ada, dan mereka pun akan menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Akibatnya, kemampuan siswa dalam bernalar rendah yang menyebabkan tidak adanya kemandirian dalam belajar.

(24)

11

sebagai fasilitator, sumber ajar dan pemonitor kegiatan siswa. Jadi, perlu suatu penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan, agar siswa dapat aktif dalam proses membangun pengetahuannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran. Koray (2013) menarik kesimpulan sebagai berikut :” The result of independent t-test showed that the students in Problem Based Learning (PBL) classses had significantly higher mean scores on

reasoning ability than the students of control group.” Mary (2013) meyatakan :

PBL and self regulated learning(SRL) is presented, along guide lines on how to

promote student responsibility for learning.. Koray menyebutkan kemampuan

penalaran matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas kontrol sedangkan Mary berpendapat bahwa kemandirian belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong tanggung jawab di dalam pembelajaran. Dari kedua pendapat tersebut, dikatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberi pengaruh yang positif terhadap penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa.

Sedangkan pendapat yang dikemukakan Damawati (2016) menyatakan “result of independent research shows that there are significant differences in reasoning abilities beetween the experiment class (Inquiry learning) and control

class in this research, the experiment class perform more better reasoning skill

(25)

12

inform, future approaches for scaffolding”. Hasil penelitian Damawati menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa berbeda secara signifikan daripada kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas kontrol dan Sabourin menyatakan kemandirian belajar yang diterapkan dalam pembelajaran inkuiri dapat memberikan dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti kedua pembelajaran (inkuiri dan PBM) tersebut untuk meningkatkan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa. Maksud dari pembelajaran (inkuiri dan PBM) yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

(26)

13

Pembelajaran inkuiri lebih menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Model pembelajaran inkuiri berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal melainkan merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahami melalui proses berpikir secara sistematis.” Pada pembelajaran ini siswa terlibat aktif bekerja sama mencari, menggali, mengeksplorasi, mencoba-coba, menyelidiki dari berbagai keadaan, untuk menemukan dan mengkonstruksi ide baru, pengetahuan baru, berdasarkan berbagai sumber informasi dan pengetahuan awal atau konsep yang telah dikuasai sebelumnya, dan selanjutnya menyimpulkan, menguji simpulannya dan memberi laporan atas hasil kerjanya. Sehingga dengan model pembelajaran inkuiri kemampuan penalaran dan kemandirian siswa akan meningkat.

(27)

14

Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi. Menurut Arends (Ramadhani, 2014) pembelajaran berdasarkan masalah memiliki esensi yaitu menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Sehingga peran para guru adalah untuk menyajikan berbagai masalah kontekstual dengan tujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa berminat untuk belajar, menemukan konsep, dan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Model Problem Based Learning (PBL) is an instuctional model to create confrontation to students with problem as a stimulus in the study

(28)

15

pengalaman nyata dan simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri”.

Berdasarkan pendapat di atas, pada model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di samping siswa dituntut untuk aktif mengkonstruksi konsep-konsep matematika dari masalah yang diberikan, juga mampu menjelaskan konsep-konsep yang sudah diperoleh. Diharapkan dengan munculnya pemahaman konsep, siswa dapat mengkomunikasikan dalam bahasa matematika dengan baik. Dari kedua model pembelajaran yang telah diuraikan di atas, setiap tahapan pembelajaran berpotensi dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan kemandirian belajar matematis siswa.

Kemampuan penalaran dan kemandirian belajar matematis siswa tidak hanya didorong dari pembelajaran yang menggunakan Inkuiri dan PBM saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan awal matematikanya juga. Kemampuan Awal Matematika (KAM) merupakan kemampuan yang diperlukan oleh seorang siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Kemampuan awal matematika adalah kemampuan pengetahuan mula-mula yang harus dimiliki seorang siswa yang merupakan prasyarat untuk mempelajari pelajaran yang lebih lanjut dan agar dapat dengan mudah melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

(29)

16

belajar khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran harus dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa yang heterogen.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila model pembelajaran yang digunakan oleh guru menarik dan menyenangkan, sesuai dengan tingkat kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak begitu besar pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan dalam matematika. Hal ini terjadi karena siswa kemampuan tinggi lebih cepat memahami matematika.

Dalam pembelajaran matematika materi-materi yang dipelajari tersusun secara hierarkis dan konsep matematika yang satu dengan yang lain saling berhubungan membentuk konsep baru yang lebih kompleks. Ini berarti bahwa pengetahuan matematika yang dimiliki siswa sebelumnya menjadi dasar pemahaman untuk mempelajari materi selanjutnya. Mengingat matematika merupakan dasar dan bekal untuk mempelajari berbagai ilmu, dan mengingat matematika tersusun secara hierarkis, maka kemampuan awal matematika yang dimiliki peserta didik akan memberikan sumbangan yang besar dalam memprediksi keberhasilan belajar siswa selanjutnya.

(30)

17

mempelajari pokok bahasan lanjutannya. Sebaliknya siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mempunyai latar belakang kemampuan awal yang berbeda-beda, sehingga kemampuan mengikuti pelajaran berbeda pula.

Berdasarkan latar belakang dan kelebihan kedua model pembelajaran yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul : Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Antara Siswa yang Diberi Pembelajaan Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah di SMP IT Al-Hijrah Deli Serdang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah 2. Kemandirian belajar siswa masih rendah

3. Siswa masih lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu gagasan/ide

4. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered)

5. Kemampuan awal siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika 6. Strategi pembelajaran matematika kurang relevan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah pada penelitian ini, dibatasi hanya pada: 1. Kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah

(31)

18

3. Strategi pembelajaran matematika kurang relevan

Dari beberapa strategi pembelajaran yang ada, banyak pembelajaran yang mungkin digunakan, tetapi khusus dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada penggunaan Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Berbasis Masalah di SMP IT Al-Hijrah Deli Serdang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang diberi model Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)?

2. Apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar antara siswa yang diberi model Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah) dengan kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?

(32)

19

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang diberi model Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

2. Mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar matematis antara siswa yang diberi model Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah) dengan kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.

4. Mennganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Berbasis Masalah) dengan kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha-usaha memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan:

1) Manfaat bagi siswa

(33)

20

meningkat kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa.

2) Manfaat bagi guru

Meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan membiasakan guru menggunakan metode mengajar serta meningkatkan professional guru dalam rangka meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa.

3) Manfaat bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.

(34)

115

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan yang

berkaitan dengan pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah,

kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa. Simpulan tersebut sebagai

berikut:

1 Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang diberi

Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM). Dalam hal ini, penalaran matematis siswa yang diajarkan

menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada penalaran

matematis siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran inkuiri.

2 Terdapat perbedaan kemandirian belajar antara siswa yang diberi

Pembelajaran Inkuiri dengan yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM). Dalam hal ini, kemandirian belajar siswa yang diajarkan

menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemandirian

belajar siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran inkuiri.

3 Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran (Inkuiri,Pembelajaran Berbasis

Masalah) dengan faktor kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah)

terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Hal ini berarti bahwa

interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa

(tinggi, sedang, rendah) memiliki kontribusi secara bersama-sama terhadap

(35)

116

4 Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran (Inkuiri, Pembelajaran Berbasis

Masalah) dengan faktor kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah)

terhadap kemandirian belajar siswa. Hal ini berarti bahwa interaksi antara

pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang,

rendah) memiliki kontribusi secara bersama-sama terhadap kemandirian

belajar siswa.

5.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada

kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran

inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah. Terdapat perbedaan kemampuan

penalaran dan kemandirian belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri

dengan pembelajaran berbasis masalah secara signifikan. Ditinjau dari interaksi

antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat

dilihat dari pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas eksperimen I dan

siswa kelas eksperimen II dengan kategori KAM siswa.

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari

pelaksanaan proses pembelajaran dengan pembelajaran inkuiri dan pembelajaran

berbasis masalah antara lain :

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan di lapangan terlihat bahwa

kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa masih kurang

memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh

soal-soal yang langsung dalam bentuk model matematika, sehingga ketika

(36)

117

2. Pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan

pada kategori KAM (Tinggi, Sedang dan Rendah) pada kemampuan penalaran

matematis dan kemandirian belajar siswa. Adapun pembelajaran inkuiri dan

pembelajaran berbasis masalah mendapatkan keuntungan lebih besar terhadap

siswa dengan kategori KAM tinggi.

5.3 Saran

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan pembelajaran

inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah ini masih merupakan langkah awal

dari upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi

siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi

ini dipandang perlu agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya

dilaksanakan oleh guru matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang

berminat.

1. Kepada Guru

Kemampuan penalaran matematis dan kemandirian belajar siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada penalaran

matematis dan kemandirian belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

inkuiri, untuk itu disarankan untuk guru SMP khususnya guru SMP IT Al-Hijrah

Deli Serdang untuk menggunakan pembelajaran berbasis masalah di dalam

pembelajaran, karena siswa SMP lebih menyukai bentuk masalah dalam

matematika yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

2. Kepada lembaga terkait

Pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah masih sangat

(37)

118

karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat

meningkatkan kemampuan belajar siswa, khususnya meningkatkan

kemampuan penalaran dan kemandirian belajar siswa yang tentunya akan

berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi

matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya dapat dilengkapi dengan

(38)

119

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together. Jurnal Didaktik Matematika, (Online), Vol. 1. No.2,

(http://www.malang.ac.id, diakses 21 Oktober 2015).

Arends I.A. 2008. Learning to teach belajar untuk mengajar. Edisi Ketujuh buku kesatu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berns, R.G and Erickson. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone.

Damawati, N.A.C and E.A. Juanda. 2016. The Effect of Inquiry Based Learning on the Reasoning Ability of Grade VII Students about Heat Concept. International Journal, Vol 12, No.1.

Emilya, Devi. 2010. Pengembangan Soal-Soal Open Ended Materi Lingkaran Untuk Meningkatkan Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Palembang. Jurnal pendidikan matematika Volume 4 No.10.

English,Mary C and Anastasia Kinsantas. 2013. Supporting Student Self Regulated Learning in Problem and Project Based Learning. International Journal, Vol 7, No.2.

Handayani. A.D. 2013. Penalaran Kreatif Matematis. Jurnal Pengajaran MIPA, (Online), Vol. 18, No. 2, 2013, diakses 14 Oktober 2015.

Hargis, J. 2000. The Self-Regulated Learner Advantage: Learning Science on the Interet. Electronic Journnal of Sciene Education, (Online), Vol.4 No.4, (http://wolfweb.unr.edu/homepage/crowther/ejse/hargis.html, diakses 7 Desember 2015).

Hasanah, Wilda. 2013. Peningkatan Kemampuan Penalaran dan self efficacy siswa SMP Negeri 1 Padangsidempuan dengan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Sofware Cabri 3-D. Medan: Tesis PPS UNIMED.

Hendriana, H.H dan Utari Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung : Refika Aditama.

(39)

120

Karlimah, dkk. 2010. Penembangan Kemampuan Proses Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Tidak Langsung Di Sekolah Dasar. Artikel Penelitian, Bandung, November 2010.

Kunandar. 2007. Guru Propesional. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Latipah, E. 2010. Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi, (Online), Vol. 37, No. 1 (jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/43/32, diakses 7 Desember 2015).

Masruri. 2013. Implementasi Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, (Online), Vol. 14 No.1, (http://digilib.stkippgri-blitar.ac.id/206/1/MASRURI_APR_2013.pdf, diakses 10 Pebruari 2014).

Purnamasari, Yanti. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Kemandirian Belajar Dan Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, (Online),Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 2, (portalgaruda.org/article.php?article, diakses 14 Oktober 2015)

Ramadhani, Ima S, dkk. 2014. Perbedaan Kemampuan Penalaran Logis Siswa Pada Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Ekspositori di SMP Negeri 2 Tanjung Pura . Jurnal Pendidikan Matematika. (Online), Vol.7 No.1, diakses 21 Desember 2015).

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Rusman,. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sabourin, Jennifer., Bradford Moot, and james Lester. 2011. Discovering Behavior Pattens on Self Regulated Learning in an Inquiry Based Learning Environment. North Carolina State University. Adfa, P.1, 2011

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Safrina and Saminan. 2015. The Effect of Model Problem Based Learning (PBL). Vol.3, No.2, May 2015. International Multidisciplinary Journal.

Siregar, Tanti J. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan

Kemandirian Belajar Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui

(40)

121

Sumarmo, U. 2004. Kemandirian Belajar Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 8 Juli.

Sumartini, T.S. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 5 No. 1. ISSN: 2086-4299.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Agama.

Utami, dkk. 2014, Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Painan Melalui Penerapan Pembelajaran Think Pair Square. Jurnal Pendidikan Matematika. , (Online), Vol. 3 No. 1, (google.co.id/url? uact=8, diakses 14 Oktober 2015)

Wardani, Y.K dan Eidi Sihombing. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry Dan Discovery Kelas VIII Semester II SMP Negeri 4 Binjai T.A 2012/2013. Jurnal INPAFI. (Online), Vol. 1. No.2, (diakses 21 Oktober 2015).

Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yunika, Y.E, Santoso, S., dan Ariyanto, J. 2011. Penerapan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Biologi,(Online),Vol.3, No. 2, (jurnal.fkip.uns.ac.id ,diakses 7 Desember 2015).

Gambar

Gambar 1.1. Jawaban Siswa ................................................................................
Gambar 1.1. Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

 Alat Kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna Dalam DPR terdapat Fraksi yang merupakan wadah berhimpunnya para anggota dewan dan dibentuk untuk

Pada hari ini, Jumat tanggal Sembilan bulan Januari tahun Dua Ribu Lima Belas , dimulai pukul 09.30 WITA sampai selesai di Ruang Rapat Pengadilan Tinggi Agama

Tidak berbeda dengan Indonesia, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan di Kamboja juga mengalami peningkatan tiap tahunnya, Peningkatan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS

(9)FBIR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2013 sampai dengan

Adapun permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana kedudukan hukum daftar piutang sebagai jaminan fidusia, perlindungan hukum terhadap kreditur penerima

Diaken 4 : Marilah orang­orang berhikmat, berilah persembahanmu sebagai tanda ungkapan

Koleksi semen segar pada unit semen beku UPTD BPBPTDK DIY pada tahun 2014 dilakukan pada 16 pejantan yang terdiri dari 8 ekor simmental, 6 ekor sapi lokal dan 2 ekor limousin..