• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan BUMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan BUMN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN

SKRIPSI

OLEH :

MHD SYAFRIDAL

NIM 080523024

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor

fundamental yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan

BUMN yaitu Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI. Variabel – variabel yang

dianggap mempengaruhi harga saham perbankan adalah Earning Per Share (EPS),

Return On Asset (ROA), Book Value Per Share (BVS) dan Net Interst Margin

(NIM). Penelitian ini menggunakan data quarter yg di publikasikan oleh laporan

keuangan masing - masing bank dan laporan Bank Indonesia (BI) serta dari

publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) masing – masing bank sama dengan 81,4 % (BNI), 70,9 % (Mandiri), 60,7% (BRI). Hal ini

berarti variabel – variabel fundamental dapat memberikan pengaruh terhadap

harga saham perbankan.

Untuk variabel Earning Per Share (X1) hanya pada Bank Mandiri yang

tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,576 lebih kecil

dari pada t-tabel yaitu 1,77. Return On Assset (X2) hanya pada bank BRI yang

tidak berpengauh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,349 < t-tabel,

Book Value Per Share (X4) juga pada Bank BRI yang tidak berpengaruh nyata

terhadap harga saham yaitu 1,369 < t-tabel.dan untuk variabel Net Interst Margin

(NIM) pada ke-3 (tiga) Bank semuanya tidak berpengaruh nyata (signifikan) pada

(3)

KATA PENGANTAR

Bissmilahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang masih memberikan kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga

penulisan skripsi ini dapat selesai. Adapun judul skripsi ini adalah “ ANALISIS

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM

PERBANKAN BUMN”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak sekali

hambatan, tetapi berkat bantuan, dukungan, semangat dan sumbangan pemikiran

dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan. Untuk

itu pada kesempatan kali ini penulis ingijn mengucapkan terimakasih yang sebesar

– besarnya kepada:

1. Teristimewa buat orang tuaku tercinta dan tersayang H Baharuddin

Sinaga (Alm),Hj Asriah Rahim Spd atas kasih sayang dan seluruh

dukungan baik dana maupun semangat. Serta buat orang yang saya

sayangi Yela Pangestu, Mora Sartika atas semangat yang terus - menerus

diberikan.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi

(4)

Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan, Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si selaku Dosen Wali.

6. Bapak Syarief Fauzie, SE.M.Ak.Ak selaku Dosen Pembaca yang telah

meluangkan waktunya, memberikan saran dan kritikan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ekonomi Pembangunan atas bantuan

dalam menyelasikan skripsi ini.

8. Buat semua teman – teman dan sahabat yang tidak disebutkan satu

persatu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan di beberapa bagiannya, untuk itu penulis mohon maaf. Akhir kata,

penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH

SWT.

Medan, Oktober 2012

Penulis

(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Dinamika rasio keuangan EPS, ROA, BVS, NIM.. 9

4.1 Daftar perusahaan perbankan BUMN... 44

4.2 Harga saham perbankan BUMN... 45

4.3 Data faktor fundamental pada Bank BNI... 48

4.4 Data faktor fundamental pada Bank MANDIRI... 49

4.5 Data faktor fundamental pada Bank BRI... 50

4.6 Hasil regresi pada Bank BNI... 51

4.7 Hasil regresi pada Bank Mandiri... 52

4.8 Hasil regresi pada Bank BRI... 53

4.9 Uji normalitas pada Bank BNI... 56

4.10 Uji normalitas pada Bank Mandiri... 56

4.11 Uji normalitas pada Bank BRI... 57

4.12 Nilai VIF pada Bank BNI... 58

4.13 Nilai VIF pada Bank Mandiri... 58

(7)

DAFTAR ISI

2.3.1 Rasio Labah Terhadap Harga Saham (EPS) 2.3.2 Net Interst Margin (NIM) ... 22

(8)

2.3.4 Book Value Per Share (BVS) ... 24

2.3.5 Kategori Faktor Fundamental ... 24

2.4 Penelitian Terdahulu ... 29

2.5 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Batasan Operasional ... 33

3.3 Defenisi Operasional ... 34

3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.6 Jenis Data ... 36

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8 Teknik Analisis ... 37

3.8.1 Uji Normalitas ... 38

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.8.2.1 Uji Multikolinearitas ... 39

3.8.2.2 Uji Autokorelasi ... 39

3.8.2.3 Pengujian Hipotesis ... 40

3.8.2.4 Uji t ... 40

3.8.2.5 Uji f ... 41

3.8.2.6 Uji R2 ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 44

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

4.2.1 Harga Saham ... 41

4.3 Pembahasan ... 51

(9)

4.3.2 Uji Normalitas ... 56

4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 57

4.4.1 Uji Multikolineritas ... 57

4.4.2 Uji Autokorelasi ... 60

4.4.3 Pengujian Hipotesis ( Uji t ) ... 60

4.4.4 Uji Keseluruhan ( Uji f Statistik ) ... 64

4.4.5 Koefisien Determinasi ( R-Square) .. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor

fundamental yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan

BUMN yaitu Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI. Variabel – variabel yang

dianggap mempengaruhi harga saham perbankan adalah Earning Per Share (EPS),

Return On Asset (ROA), Book Value Per Share (BVS) dan Net Interst Margin

(NIM). Penelitian ini menggunakan data quarter yg di publikasikan oleh laporan

keuangan masing - masing bank dan laporan Bank Indonesia (BI) serta dari

publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) masing – masing bank sama dengan 81,4 % (BNI), 70,9 % (Mandiri), 60,7% (BRI). Hal ini

berarti variabel – variabel fundamental dapat memberikan pengaruh terhadap

harga saham perbankan.

Untuk variabel Earning Per Share (X1) hanya pada Bank Mandiri yang

tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,576 lebih kecil

dari pada t-tabel yaitu 1,77. Return On Assset (X2) hanya pada bank BRI yang

tidak berpengauh nyata (signifikan) terhadap harga saham yaitu 1,349 < t-tabel,

Book Value Per Share (X4) juga pada Bank BRI yang tidak berpengaruh nyata

terhadap harga saham yaitu 1,369 < t-tabel.dan untuk variabel Net Interst Margin

(NIM) pada ke-3 (tiga) Bank semuanya tidak berpengaruh nyata (signifikan) pada

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti

telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

menjadi sangat di perlukan dalam menopang perekonomian yang modern. Sektor

Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang berperan aktip dalam

pembangunan ekonomi, yang diharapkan dapat meningkatkan peran serta dalam

mewujudkan perkembangan industri ekonomi yang diharapkan akan berkembang

dengan pesat guna menghadapi persaingan global dan perkembangan investasi

dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada pasar keuangan di Indonesia.

Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan go public yang terus

bertambah, yang pada dasarnya investasi adalah suatu aktivitas untuk

menempatkan dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan

tertentu atas dana tertentu.

Pada umumnya investasi pada pasar keuangan (financial market) dibagi

atas dua bagian yaitu Pasar modal (Capital market) dan Pasar Uang (Money

Market). Pembagian ini didasarkan atas instrumen keuangan atau surat berharga

yang di perjualbelikan.

(12)

Pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang seperti

saham, obligasi, warrant, right, dan berbagai produk untuk surat berharga jangka

panjang seperti Put and Call sedangkan Pasar Uang merupakan pasar untuk surat

berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga

Pasar Uang ( SBPU ), Call Money, Treasury Bills, dll.

Pasar modal (Capital Market) adalah salah satu sarana untuk menghimpun

sumber dana ekonomi dalam jangka panjang yang tersedia di perbankan dan

masyarakat. Pasar Modal menyedian dua fungsi pokok bagi masyarakat yaitu

fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Dalam fungsi ekonominya pasar modal menyediakan saran untuk

memindahkan dana dari pihak ketiga yang kelebihan dana (investor) kepada pihak

yang memerlukan dana ( emiten ). Pihak yang kekurangan dana memperolah dana

dengan cara menjual sebahagian dari kepemilikannya dengan menerbitkan

sekuritasnya, yang digunakan dalam pengembangan usahanya sedangkan yang

kelebihan dana akan mendapatkan hasil dari dana yang di tanamkannya.

Dalam fungsi keuangannya pasar modal menyediakan dana yang

diperlukan oleh para peminjam dana, dimana penyandang dana menyerahkan dana

tersebut tanpa harus terlibat secara langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang

digunakan dalam kegiatan investasi tersebut.

Investor memiliki banyak pilihan dalam menginvestasikan dananya,

(13)

faktor yang akan mempengaruhi yang dibuat harus berdasrkan analisis dan

perhitungan yang matang dalam berinvestasi.

Investasi merupakan penundaan konsumsi pada saat ini dengan tujuan

mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima dimasa yang akan

datang. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat resiko yang lebih besar

dibandingkan dengan dengan alternatif investasi lain seperti obligasi, deposito dan

tabungan. Investor maupun calon investor dapat memeperkirakan berapa tingkat

pengembalian yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan

hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan.

Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka

investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula, dengan

kata lain, semakin tinggi resiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin

tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor dalam

menanamkan sahamnya.

Saham memiliki resiko paling tinggi di antara semua jenis instrumen.

Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten bangkrut. Namun

kejadian bangkrutnya emiten jarang terjadi, Investor selalu mencari alternatif lain

yang memberikan return yang tinggi dengan tingkat resiko tertentu, untuk

melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur

nilai saham , yaitu analisis Fundamental.

Dimana analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisis

(14)

juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis). Data histories

mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu yang digunakan sebagai dasar

untuk memproyeksikan keadaan keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam

Company analysis para investor atau pemodal akan mempelajari laporan

keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan

dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta memahami sifat dasar dan

karakter operasional perusahaan, analisis fundamental berkaitan dengan penilaian

kinerja perusahaan, tentang efektivitas perusahaan mencapai sasarannya.

Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan

yang terbagi dalam berbagai kelompok, yaitu rasio likuiditas, leverange,

Profitabilitas, dan aktivitas, dengan analisis tersebut para analisis mencoba

memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi

nilai dari faktor faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa

yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor fundamental yang

menerapkan hubungan faktor faktor tersebut sehingga di peroleh taksiran harga

saham. Disamping analisis fundamental, investor harus memperhatikan resiko

sistematis yang berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu

atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap

perubahan tingkat kembalian yang diharapkan.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu informasi teknikal yang

merupakan dasar dari analisis sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk, maka

(15)

merefleksikan penurunan yang sebanding, namun jika kondisi ekonomi baik,

maka refleksi harga saham akan baik pula.

Analisis ekonomi ini menggunakan harga indikator ekonomi yang ada

pada suatu negara maupun berbagai variabel sasaran menengah yang digunakan

didalam menentukan kebijakan moneter. Secara teori, banyak terdapat indikator

yang dapat mengukur variabel makro, termasuk didalamnya indikator politik

ekonomi, namun demikian dari sekian banyak indikator yang cukup lazim

digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara

langsung di kendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi

melalui pasar keuangan. Variabel – variabel tersebut meliputi tingkat bunga dan

kurs valuta asing. Terkait dengan hubungan antar faktor fundamental ekonomi

terhadap saham perbankan adalah : Earning per share (EPS), Net Interest Margin

(NIM), Return on Assets (ROA), Price to Book Value (PBV), maupun kondisi

ekonomi yang dalam hal ini nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga.

Perusahaan Perbankan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga tidak terlepas dari

kondisi ekonomi, terutama bagi perusahaan perbankan yang go public. Salah

satu yang menunjukkan keberhasilan kinerja perusahaan adalah tingkat

pengembalian sahamnya dimana sektor perbankan merupakan sektor yang rentan

terhadap resiko, karena sektor ini sangat erat kaitannya dengan kondisi makro

(16)

Kondisi perekonomian indonesia dimana tingkat inflasi yang tinggi dan

tingkat suku bunga yang tinggi merupakan isyarat buruk bagi pasar, dengan

tingkat suku bunga yang tinggi maka investor lebih tertarik untuk membeli saham

atau menginvestasikan dananya di bank dengan perhitungan akan memberikan

return yang tinggi dengan tingkat resiko yang lebih rendah, sedangkan nilai tukar

mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap mata

uang dalam negeri (Rupiah) maupun mata uang asing (US Dolar). Merosotnya

nilai tukar rupiah terhadap US dolar merefleksikan menurunnya permintaan

masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena permintaan

masyarakat internasional terhadap mata uang Rupiah menurun. Menurunnya

permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena

menurunnya peranan ekonomi nasional, atau meningkatnya permintaan uang

asing US $ oleh karena peranannya sebagai alat tukar internasional.

Aktivitas investasi yang dilakukan para investor selalu berorientasi pada

pendapatan saham dimasa yang akan datang. Sehingga para investor perlu

melakukan penilaian kewajaran harga saham melalui pendekatan faktor

fundamental ekonomi maupun faktor lain.

Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui berbagai macam variabel atau

indikator. Variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan. Apabila kinerja sebuah perusahaan

publik meningkat, nilai keusahaannya akan semakin tinggi. Menurut Ikatan

Akuntansi Indonesia (IAI, 1995), kinerja perusahaan dapat diukur dengan

(17)

keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi

posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik

perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas

dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan

dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Menurut Usman (2005), kinerja perbankan dapat diukur dengan

menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan,

dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan

bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan

menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya diisimpulkan bahwa

profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu

bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE)

untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada industri

perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity

(ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan

dalam bisnis tersebut, sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai

ukuran kinerja perbankan.

Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah

karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam

(18)

ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena

tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti

profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah

peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Dalam kenyataannya, tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan

diatas, (dimana pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Book Value Share (BVS)

berbanding lurus terhadap Return On Asset (ROA) dan Net Interst Margin (NIM)

berbanding terbalik terhadap (ROA) sejalan dengan bukti empiris yang ada.

Seperti yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu periode tahun 2007 sampai

dengan tahun 2011, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang

ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan perbankan

yang tercatat di BEI dari periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011,

(19)

Tabel 1.1

Dinamika Rasio Keuangan EPS, NIM, ROA, dan BVS

Tahun EPS NIM ROA BVS

2007 64 0.9 1.127 5.0

2008 80 1.1 1.010 6.3

2009 163 1.7 1.253 6.0

2010 266 2.5 1.776 5.8

2011 312 2.9 2.012 6.0

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BI ( data diolah )

Jika dilihat dari tabel 1.1, pergerakan Return On Asset (ROA) secara garis

besar stabil, fluktuasi berkisar pada 2.012 % untuk yang tertinggi yaitu pada tahun

2011 dan yang terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.010 %, dimana standar

ROA adalah 1,5 % (infoBank, 2007). Earning Per Share (EPS) fluktuasi

pergerakannya begitu besar dari tahun ke tahun dimana tahun 2011 juga menjadi

tahun yang tertinggi yaitu 312 % dan yang terendah pada tahun 2007 yaitu

sebesar 64 % begitu juga dengan Net Interst Margin (NIM) yaitu yang tertinggi

juga pada tahun 2011 yaitu 2.9 % dan yang terendah juga pada tahun 2007 yaitu

0.9 % lain halnya dengan BVS fluktuasinya tidak terlalu siginfikan untuk yang

tertinggi terdapat pada tahun 2008 yaitu 6.3 % dan yang terendah pada tahun 2007

sebesar 5.0 % hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun faktor – faktor

fundamental ekonomi perbankan khususnya pada perbankan BUMN telah banyak

(20)

Dilatar belakangi oleh penjelasan penjelasan diatas maka penelitian yang

berhubungan dengan jasa perbankan tentang pemilihan investor memilih

berinvestasi di perusahaan BUMN yang selanjutnya penelitian ini memfokuskan

tentang faktor – faktor ekonomi apa saja yang mempengaruhi harga saham

terhadap perusahaan perbankan khususnya perusahaan BUMN. Sehingga penulis

tertarik untuk melakukan penelitian di badan Pusat Statistik (BPS) dan data yang

di publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Judul “ANALISIS PENGARUH

FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah di uraikan di

atas maka perumusan masalah penulis simpulkan untuk dijadikan sebagai bahan

kajian dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh Earning Per Share terhadap tingkat pembelian saham

perbankan BUMN ?

2. Apakah ada pengaruh Net Interest Margin terhadap tingkat pembelian saham

perbankan BUMN ?

3. Apakah ada pengaruh Return On Asset terhadap tingkat pembelian saham

perbankan BUMN ?

4. Apakah ada pengaruh Price Book Value terhadap tingkat pembelian saham

(21)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Earning Per Share terhadap

tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Net Interest Margin terhadap

tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Asset terhadap tingkat

pembelian saham perbankan BUMN.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Price Book Value terhadap

tingkat pembelian saham perbankan BUMN.

I.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka kegunaan yang diperoleh

dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Emiten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang

keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan dan

pemegang saham, sehingga saham perusahaan – perusahaan BUMN dapat

(22)

2. Bagi Investor

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi untuk bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan

investasi saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Bagi Akademis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi

untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi penulis

Menambah wawasan pengetahuan tentang faktor fundamental

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian harga saham, nilai tukar,

analisis teori – teori tentang faktor fundamental perusahaan dan pengembangan

hipotesa.

2.2 Kerangka Konseptual

Earning Per Share (X1)

Net Interst Margin (X2)

Harga Saham (Y)

Return On Asset (X3)

Price Book Value (x4)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual : Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham.

(24)

Kerangka Konseptual bertujuan untuk memberikan gambaran konsep

pemikiran dalam menjalankan penelitian ini. Kerangka pemikiran disusun

berdasarakan pemahan penulis terhadap tinjauan teoritis serta penelitian terdahulu

yang telah dikaji penulis pada bagian sebelumnya. Kerangka pemikiran ini akan

digunakan untuk menyusun hipotesa dan instrument dalam penelitian yang

digunakan.

2.2.1 Pengertian Saham

Saham dapat didefeniskan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan

atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Adapun wujud

dari saham tersebut adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga tersebut. Dengan memiliki saham suatu perusahaan , maka investor akan

mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi

dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak

tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor.

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikan dalam bentuk saham.

Suatu perusahaan mengeluarkan sertifikasi saham kepada kepemilikannya sebagai

bukti investasi mereka dalam usaha. Satuan dasar modal saham adalah lembar

saham, saham yang ada ditangan pemegang saham di sebut saham beredar, total

jumlah dalam peredaran pada tiap waktu mewakili seratus persen kepemilikan

perusahaan di sebut modal saham.

(25)

Beberapa karakteristik Yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan,

antara lain :

1. Limited Risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai

jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan

2. Ultimate Control, artinya pemegang saham ( secara kolektip ) akan

menentukan arah dan tujuan perusahaan.

3. Residual Claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang

mendapatkan pembagian hasil usaha perusahaan ( dalam bentuk deviden )

dan sisa asset dalam proses likuidasi perusahaan.

Pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang diperoleh investor dengan

membeli saham, yaitu deviden dan Capital Gain dimana :

a) Deviden

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut, atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.

Deviden tersebut diberikan atas persetujuan dari pemegang saham

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Jika seorang investor ingin mendapatkan deviden, maka investor

tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang

relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam

periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak

(26)

bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti investor

institusi atau dana pensiun dan lain - lain.

b) Capital Gain

Yaitu merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat

fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar modal ketika pemegang

saham tersebut menjual sahamnya, berbeda dengan deviden.

2.2.2 Jenis Saham

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham

terbagi atas :

a. Saham biasa ( Common Stock ), yaitu merupakan saham yang

menempatkan kepemilikannya pada posisi paling rendah

terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan

perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham Preferen ( Preferen Stock ), merupakan saham yang

memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham

biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap ( seperti

bunga obligasi ), tetapi juga tidak dapat mendatangkan hasil

seperti yang didinginkan oleh investor.

2. Dilihat dari peralihannya, saham dapat dibedakan atas :

a. Saham atas unjuk ( Barrier Stock ), artinya pada saham tersebut

tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah di pindah tangan-

(27)

pemiliknya, dan berhak untuk turut hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham ( RUPS ).

b. Saham atas nama ( Registered Stock ), merupakan saham yang

ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dimana cara

peralihannya harus sesuai prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:

a. Blue chip Stock, yaitu saham bisaa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi, sebagai leader diindustri sejenis,

memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam

membayar dividen.

b. Income Stock, yaitu Saham dari suatu emiten yang memiliki

kemampuan membayar deviden yang lebih tinggi dari rata-rata

deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten

seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapataan yang

lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai.

Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan

potensi pertumbuhan harga saham.

c. Growth Stock ( Weel- Known ), yaitu saham – saham dari

emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang

tinggi,umumnya saham ini berasal dari daerah kurang populer

(28)

d. Speculative Stocks, yaitu suatu perusahaan yang tidak bisa

secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi dimasa

yang akan datang meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh

oleh kondisi ekonomi makro maupun bisnis secara umum.

2.2.3 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan

pergerakan harga saham. Indeks harga saham membandingkan perubahan harga

saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau

penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu.

Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi:

1. Sebagai indikator trend pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

3. Sebagai tolak ukur

4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif

5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative

Perkembangan investasi dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada

pasar keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan

go public yang terus bertambah . pada dasarnya investasi dapat diartikan sebagai

kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan

harapan pada waktunya nati investor mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil

(29)

Pengertian lain investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada satu

atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh

penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Dengan demikian tujuan

investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun

dimasa yang akan datang. Investasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Real

Asset dan Financial Asset.

Real Asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat seperti tanah,

gedung, real estate atau logam mulia seperti emas, perak dan berlian. Dan

Financial Asset adalah investasi yang secara fisik tidak dapat dilihat seperti

sertifikat atau surat berharga menunjukkan kepemilikan asset keuangan seperti

saham atau obligasi.

Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal

atau suatu investasi yang dilakukannya. Return yang diterima oleh seorang

pemodal yang melakukan investasi tergantung dari instrumen investasi yang

dibelinya / ditransaksikan. Return sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari

investasi yang berupa return realisasi dan retun ekspektasi, diaman return realisasi

merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data histories dan

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return Realisasi ini

juga berguna sebagai dasar penentuan Return Ekspektasi yang merupakan return

yang diharapkan oleh investor dimasa yang akan datang. Return realisasi diukur

dengan menggunakan return total, relative return, kumulative return dan return

(30)

2.2.4 Nilai Tukar

2.2.4.1 Pengertian Nilai Tukar

Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang nilai tukar atau harga nilai jika

ditukar dengan mata uang yang lain.

2.2.4.2 Kebijakan Sistem Kurs

Kebijakan pemerintah ataupun Bank Sentral suatu negara beraneka ragam

untuk memperhatikan kondisi perekonomian nasional yang memiliki derajat

tertentu akibat dari globalisais ekonomi dunia. Kebijakan tersebut antara lain

dengan memberlakukan sistem kurs tertentu. Adapun kebijakan sistemkurs antara

lain :

1. Sistem Kurs Tetap (fixed Excange Rate), yaitu mematok nilai tertentu atas

mata uang dalam jangka waktu yang relaif lama, belakangan ini,

penerapan sistem kurs ini tetap digunakan pada negara yang menganut

Curency Board System (CBS) atau dikenal dengan Dewan Mata Uang.

2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate

System) yaitu kurs domestik secara otomatis di bebaskan bergerak dalam

rentang tertentu atas mata uang utamanya, akan tetapi dalam waktu yang

relatip pendek ( juga terjadwal ). Bank Sentral akan melakukan intervensi

sebagai range tertentu yaitu dengan memakai band intervensi.

3. Sistem Kurs Mengambang Bebas ( Free Floating Exchange Rate System )

yaitu Bank Sentral melepas band intervensinya dan membiarkan kurs atau

(31)

melakukan intervensi secara tidak langsung guna kestabilan kurs,

diantaranya adalah dengan peningkatan suku bunga dalam negeri, operasi

pasar terbuka dan valas.

2.3 Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang

diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor tersebut diantanya

kinerja perusahaan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan,

pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen, dan lain – lain.

Analisi fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor

dasar perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas

dasar laporan keunagan para investot dapat melakukan penilaian kinerja keunagan

perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi dan bagi para

pemilik atau pemegnag saham bermanfaat untuk melihat tingkat kembalian yang

tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para

pemegang saham.

Analisi Fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang

akan datang dengan mengestimasi nilai – nilai faktor faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan

hubungan variabel – variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham.

Secara umum analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali variabel data

yang harus di analisa, dimana berapa diantanya variabel tersebut yang cukup

(32)

2.3.1 Rasio laba Terhadap Saham Beredar (EPS)

EPS = Keuntungan Bersih / Jumlah Saham Beredar

Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari

perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama

pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan

perusahaan.

Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan

kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Rasio

pertumbuhan EPS diperoleh dengan membandingkan nilai rasio laba terhadap

saham beredar (EPS) pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang

sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat

keuntungan perusahaan.

2.3.2 Net Interest Margin (NIM)

Salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian

rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding)

dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute,

yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya

bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin

(NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

(33)

operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit).

Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva

produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk

rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya

pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin

besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja

keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan

sebaliknya, jika net interest margin (NIM) semakin kecil, return on asset juga

akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin

menurun.

2.3.4 Return On Asset ( ROA )

ROA merupakan salah satu rasio profitabiltas yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting

diantara rasio rentabilitas yang ada. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan – perusahaan multinasional khususnya

jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return On

Asset ( ROA ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA sering

(34)

antara laba bersih setelah pajak atau net income after tax ( NIAT ) terhadap total

asset.

2.3.4 Rasio Harga Saham Terhadap Laba Perlembar Saham ( BVS )

P/E Ratio = Harga Saham / EPS

Biasa juga disebut dengan P/E ratio yang dihitung dengan cara membagi

harga saham dengan keuntungan perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk

membandingkan suatu perusahaan dengan P/E ratio rata-rata dari perusahaan

dalam kelompok industri sejenis.

2.3.5 Kategori Faktor Fundamental

Faktor – Faktor Fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut

dapat dikelompokkan kedalam empat kategori besar, yaitu:

1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi

pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu

terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi

nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada

pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa

pun terhadap pergerakan nilai tukar.

2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental.

Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan

oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut

(35)

terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini

juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu

utama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah

uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga

tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin

kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian

bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu

menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku

bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan

pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku

bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.

3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan

terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam

suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian

negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era

global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal

batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang

melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi,

bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke

dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.

4. Faktor ekonomi : indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak

(36)

fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering

digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :

a. Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa

yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang

bertempat tinggal/ berdomisili di dalam negeri maupun yang

berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu.

b. Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh

barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh

perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang

beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode

tertentu.

c. Tingkat inflasi : Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi

inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku

bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator

fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat PDB

dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil

merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor

dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di

mancanegara.

Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor:

• Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah

(37)

oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam

setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai

sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan,

dan pertanian.

• Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah

digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari

sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan

oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat

inflasi yang terjadi.

• Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca

yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian

internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun

finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca

pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk,

pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri,

seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio , transaksi

antar bank sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca

pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami

surplus maupun defisit.

• Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor

dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya,

neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset

(38)

tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari

total eksport dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau

penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima

sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap

mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor

barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna

membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah

penawaran akan mata uang negara importir.

• Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak

langsung, dimana pada investasi langsung, investor dari luar negeri

melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya saja

membangun pabrik, gedung perkantoran dll. Investasi ini biasanya

bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat

kita temui di dalam investasi instrument keuangan. Misalnya

seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di

bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata

uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi

di Indonesia.

• Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat

memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor

ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa

sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian

(39)

pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam

keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.

• Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut

nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.

Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat

kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu

Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka

dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik

atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu

Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian

negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu

tren pertumbuhan.

• PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan

tunai sektor publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sebab

pemerintah seringkali mengeluarkan lebih dari yang mereka terima

dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara untuk menambah

kekurangannya adalah dari meminjam.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap faktor fundamental ekonomi perbankan terhadap harga

saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam penelitian tersebut

(40)

terhadap harga saham perusahaan. Beberapa peneliti terdahulu menjelaskan

pengaruh – pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan perusahaan adalah

sebagai berikut:

No Peneliti Judul Objek Penelitian Hasil Penelitian

1 P. Erwin Michael

Perbankan Di Bursa Efek

Jakarta

2 Vernande Nirohito

( 2009 )

Analisis Pengaruh Faktor

Fundamental Dan Resiko

Sistematik Terhadap Harga

Saham Pada Industri Properti

Dan Real Estate Di Bursa

(41)

resiko sistematik

(Beta) berpengaruh

terhadap harga saham.

3 Bahtiar Usman

(2003)

Analisa Rasio Keuangan

dalam memprediksi

perubahan laba pada bank

Indonesia

NIM dan LDR

berpengaruh positif

terhadap laba bank.

Kecukupan

permodalan dan NPM

berpengaruh negatif

terhadap laba bank

dimasa yang akan

datang sementara

NPL tidak

berpengaruh pada

(42)

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan

yang ada, artinya hipotesa bukanlah merupakan berarti jawaban akhir, namun

menjadi kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya dengan data – data

yang mempunyai hubungan ataupun dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan.

Maka berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam

penelitian ini adalah:

a. Faktor fundamental Earning Per Share (EPS), Book Value Per

Share (BVS), Return On Asset (ROA), Price Book Value (PBV)

berpengaruh terhadap harga sahamperbankan BUMN.

b. Profitabilitas menjadi alat ukur kemampuan untuk mendapatkan

laba, rendahnya profitabiltas akan menunjukkan rendahnya laba

dalam perusahaan, sebaliknya profitabiltas yang tinggi

menunjukkan bahwa perusahaan menunjukkan laba yang tinggi

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Evaluasi yaitu mencari

jawaban tentang pencapaian tujuan yang di gariskan sebelumnya. Evaluasi disini

mencakup formatip (melihat dan meneliti pelaksanaan program), dan sumatif

(Dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).

3.2 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini merupakan pembahasan seberapa

jauh pengaruh variabel – variabel independen (X) yang meliputi EPS, NIM, ROA

PBV terhadap variabel dependen (Y) yaitu harga saham dengan menggunakan

data tahunan yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan

(44)

3.3 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa defenisi operasional yang dapat di

jelaskan sebagai berikut:

1. Harga Saham

Harga Saham yang dimaksudkan adalah harga pasaranya, harga

pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal,

dan harga pasar saham ini juga yang sering diperhatikan oleh investor.

2. Earning Per Share ( EPS )

Alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan

konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari alat ukur yang sering

di gunakan untuk mengevaluasi saham biasa dalam lingkaran keuangan.

Besarnya Earning Per Share ( EPS ) suatu perusahaan bila di

ketahui dari informasi laporan keuangan langsung atau dapat di hitung

berdasarakan laporan neraca dana laporan laba rugi perusahaan.

3. Net Interst Margin ( NIM )

Salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan

demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga

pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau

dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga

pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva

(45)

bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan

operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman

(kredit).

4. Return On Asset ( ROA )

ROA merupakan salah satu resiko profitabiltas yang digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasioini merupakan rasio

terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada. Semakin besar ROA

menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin

besar.

5. Price Book Value ( PBV )

PBV adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai niali buku saham perusahaan, yaitu semakin besakin tinggi

rasio ini berati pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang akan dilakukan dalam penelitian adalah

mengukur tingkat harga saham yang harus memperhatikan faktor – faktor

fundamental ekonomi terhadap ekonomi terhadap saham perbankan BUMN.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan

(46)

Untuk sampel penelitian adalah data laporan keuangan pada bank bank BUMN

tersebut yang di publikasikan oleh masing masing bank dan data laporan

keuangan yang di publikasikan oleh bank BI maupun data dari Badan Pusat

Statistik ( BPS ).

3.6 Jenis Data

Untuk mendapatkan data yang akan di gunakan pada penelitian ini, di

gunakan data sekunder berupa laporan keungan perusahaan perbankan BUMN

yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN dan Bank Mutiara, data yang di ambil

adalah data tahunan yaitu dimulai dari tahun pertengahan 2006 dan awal 2007

sampai dengan tahun 2011.

Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari

berbagai literature, penelitian lain, referensi pasar modal indonesia, buku – buku,

serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

(library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan – bahan

kepustakaan berupa literature dan laporan – laporan ilmiah yang memiliki

hubungan dengan topik yang di teliti dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung data

(47)

3.8 Teknik Analisis

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan model ekonometrika dalam meregresikan variabel –

biasa ( Ordinary Least Square ).

Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f (X1,X2,X3,X4)

kemudian fungsi tersebut di transformasikan ke dalam model persamaan regresi

berganda sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Dimana :

Y = Harga Saham

a = Konstanta

x1 = Earning Per Share ( EPS )

x2 = Net Interst Margin ( NIM )

x3 = Return On Asset ( ROA )

x4 = Book Value Per Share (BVS)

(48)

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis,

mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika

koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah

antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai

variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian

pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan

adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan

mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable terikat dan variable bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati

normal.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis

statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = Data residual terdistribusi normal

Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho

ditolak, yang berarti data terdistibusi tidak normal.

b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho

(49)

3.8.2 Uji Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar

variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau

variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.8.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan

menggunakan uji Glejser.

Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser

dilakukan sebagai berikut:

1. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik,

yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.

2. Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data

(50)

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi.

Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji

Durbin-Watson (DW test).

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–du)

maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka

koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti

ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-

dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Akan tetapi uji Durbin-Watson

memiliki kelemahan jika jumlah datanya besar. untuk sampel besar diatas 100

observasi, lebih tepat dengan menggunakan uji.

Lagrange Multiplier (LM). Uji LM akan menghasilkan statistic

Breusch-Godfrey (BG). BG test dilakukan dengan meregresi variable pengganggu

(residual) Ut menggunakan autoregressive model dengan orde p dengan rumus

sebagai berikut:

(51)

3.8.2.4 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai

statistik t, nilai statistik F, dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan

statistik disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak

signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.8.2.5 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh rasio keuangan

perbankan terhadap kinerja perbankan di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu

uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1, Ha2, Ha3, Ha4.

Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (kinerja

perbankan) secara parsial.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

c. Membandingkan thitung dengan ttabel,. Jika thitung lebih besar dari ttabel

maka Ha diterima. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus :

Thitung = Koefisien regresi / Standart deviasi

1. Bila –ttabel < -thitung dan thitung < ttabel, variabel independen secara individu

(52)

2. Bila thitung > ttabel dan –thitung < -ttabel, variabel independen secara individu berpe-

ngaruh terhadap variabel dependen.

d. Berdasarkan probprobabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap variabel dependen

Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.

3.8.2.6 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh EPS (Earning Per

Share), Net Interst Margin (NIM), ROA ( Return On asset), PBV (Price Book

Value ),terhadap Harga Saham secara simultan. Langkah–langkah yang dilakukan

adalah :

a. Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan.

b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)

c. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus :

F_Hitung = R2 / (k – 1) /((1 – R2 )/ (N – k ) )

dimana:

R2 = Koefisien Determinasi

k = Banyaknya koefisien regresi

(53)

1. Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

d. Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas

kurang dari 0,05

e. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukkan

seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu

menjelaskan variabel dependennya.

3.8.2.7 Uji R2 ( R – Square )

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien

determinasi dapat dicari dengan rumus :

�2 = ∑XY √X2√Y2 Dimana:

R2 = Koefisien determinasi Y = Variabel dependen

X = Variabel Independen

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel –

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

industri BUMN perbankan periode 2007 – 2011 (5 tahun). Berikut ini nama -

nama perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :

TABEL 4.1

DAFTAR PERUSAHAAN PERBANKAN BUMN

NAMA KODE

PT BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk BBNI

PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk BMRI

PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk BBRI

PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk BBTN

PT MUTIARA BANK (Persero) TBK BCIC

Sumber : Bank Indonesia

4.2 Deskriptip Hasil Penelitian 4.2.1 Harga Saham

Harga saham diperoleh dari rata – rata harga saham penutupan (Closing

(55)

perusahaan perbankan, berikut daftar harga saham masing – masing perusahaan

perbankan BUMN tersebut:

Tabel 4.2

Harga Saham Perbankan BUMN Tahun 2007 – 2011 Rata - rata Harga Saham 1315,833 1103,333 1466,417 2822,75 3559,167

(56)
(57)

Bank Harga saham (RP)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukkan bahwa saham yang terjadi di

perusahaan perbankan tersebut dilihat dari rata – rata harga setiap akhir periode.

Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat bahwa harga saham pada perusahaan

perbankan diatas selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun dimana Bank

Mandiri lah yang mengalami perubahan saham terbesar yaitu pada akhir periode

pada tahun 2011 yaitu dengan jumlah sebesar Rp 80933 dan rata – rata nya

sebesar Rp 6744,417 sedangkan untuk yang terkecil adalah bank mutiara yang

mengalami perubahan penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar Rp 600,

(58)

Tabel 4.3

Data Faktor fundamental ekonomi

Tahun EPS ROA BVS NIM Harga saham Juni 2006 155.23 1.52 1.32 4.55 2002.1 2007 177 1.82 1.435 5.82 2053.5 2008 354.94 2.92 16.86 5.22 4351.75 2009 372.468 4.42 14.18 10.11 3972.817 2010 139.6 1.85 18.316 5.38 1299.583 2011 88.2 1.74 12.88 5.86 50.6875

Sumber :

4.3. PEMBAHASAN 4.3.1 Hasil Analisis Regresi

Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh

tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Regresi Dependen dan independen Variabel Tingkat Pengembalian Saham

Variabel Standart Koefisien Standart error t-hit

EPS (x1) 17,858 0,231 77,432

ROA (x2) -1751,813 -42,415 -41,302

(59)

NIM (x4) 680,125 14,612 46,545

Konstanta -1866,701 43,910 -42,512

F 7226,167

R 1.000

R2 1.000

Variabel terikat : Harga Saham

Sumber : Data diolah, 2012

Hasil analisis linier sederhana diatas, dapat disusun dalam bentuk

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1866,701+ 17,858x1 – 1751,813x2 + 10,811x3 + 680,125x4

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat nilai koefisien regresi, nilai

t-hitung dan nilai R – squared. Kemudian dari model persamaan tersebut dapat

dijelaskan pengaruh variabel independen (variabel bebas), yaitu EPS (Earning Per

Share), ROA (Return On Asset), BVS ( Book Value per Share), dan NIM (Net

Interst Margin) pada Harga Saham.

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Konstanta (a) = 1866,701 hal ini menunjukkan apabila tidak ada

pengaruh faktor variabel dari pada EPS, ROA, BVS, dan NIM atau bernialia

konstan maka harga saham akan sebesar Rp. 1866,701

2. Koefisien regresi variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 17,858 ini

menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika

variabel Earning Per Share meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan

(60)

3. Koefisien regresi variabel Return On Asset (ROA) sebesar -1751,813 ini

menunjukkan pengaruh negative terhadap variabel harga saham, artinya jika

variabel Return On asset meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan

menurunkan harga saham sebesar 1751,81 poin.

4. Koefisien regresi variabel Book Value per Share (BVS) sebesar 10,811 ini

menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika

variabel Book Value per Share meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka

akan meningkatkan kenaikan harga saham sebesar 10,81 poin.

5. Koefisien regresi variabel Net Interst Margin (NIM) sebesar 680,125 ini

menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel harga saham, artinya jika

variabel Net Interst Margin meningkat sebesar 1% ceteris paribus, maka akan

meningkatkan kenaikan harga saham sebesar 680,125 poin.

4.3.2 Koefisiean Determinasi ( R-Square)

R2 = 1,000

Dari Hasil regresi yang telah diolah tersebut dengan menggunakan

program SPSS 19 maka diperoleh nilai koefisien sebesar 1,000 Hal ini

menggambarkan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan

pengaruh yang besar dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu sebesar 100 %.

Ini menandakan bahwa semua faktor fundamental ini adalah sangat amat besar

dan nyata pengaruhnya pada variabel harga saham dan pada faktor lain tidaklah

terlalu berpengaruh.

(61)

4.3.3 Pengujian Hipotesis (Uji t)

Uji t-statistik merupaan uji yang betujuan untuk mengetahui apakah

masing – masing variable independen berpengaruh signifan atau tidak terhadap

variable dependen.

1. Variabel Earning Per Share / EPS (x1)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan

Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel EPS

adalah 77,432 > t-tabel (6,313) artinya Ho ditolak, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa variabel Earning Per Share / EPS (x1) berpengaruh nyata

(signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

2. Variabel Return On Asset / ROA (x2)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan

Ha : b1 ≠ 0 ……signifikan

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa t-hitung dari pada variabel ROA

adalah – 41,302 < t-tabel (6,313) artinya Ho diterima,, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Retun on Asset / ROA (x2) tidak berpengaruh nyata

(signifikan) terhadap Harga Saham (Y).

3. Variabel Book Value per Share / BVS (x3)

Hipotesa : Ho : b1 = 0 ……tidak signifikan

Gambar

Tabel
Tabel 1.1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual : Pengaruh Variabel Fundamental
TABEL 4.1 DAFTAR PERUSAHAAN PERBANKAN BUMN
+4

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain

jabatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Adapun yang menjadi kebaruan dalam penelitian ini ialah, penulis meneliti terlebih dahulu terhadap kitab tafsir al-Mara&gt;ghi&gt; dengan cara melakukan telaah terlebih dahulu pada

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran, penerapan metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) dengan membandingkan beberapa membership function memiliki

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini menetapkan untuk mengambil judul “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), RETURN ON ASSET

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya Tugas Akhir Skripsi dengan judul Pengaruh Tarif Pajak dan Penerapan Tax Amnesty

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami makna pesan dakwah yang terdapat dalam foto jurnalistik karya Oscar Motuloh dalam bukunya Soulscape Road..