BENTUK PENYAJIAN GONDANG DUA DALAM ACARA
PESTA PERNIKAHAN ADAT MANDAILING
DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT
KECAMATAN MEDAN TEMBUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
WILLI SANTONO LUMBANTOBING
NIM. 2112142010
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Willi Santono Lumbantobing. NIM 2112142010. BENTUK PENYAJIAN GONDANG DUA DALAM ACARA PESTA PERNIKAHAN ADAT MANDAILING DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan adat Batak Mandailing. Bentuk penyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan adat Batak Mandailing. Alat musik yang digunakan dalam bentuk penyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.
Teori dalam Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk penyajian, pengertian musik, pengertian Gondang Dua dan teori acara pesta pernikahan adat batak Mandailing.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi di transferkan ke tempat lin pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. dalam penelitian ini adalah satu orang pelatih, lima orang pemain Gondang Dua, dan dua orang undangan yang selalu diundang dalam pesta pernikahan yaitu satu orang naposo bulung dan satu orang petua.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 – Juni 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian musik gondang dua ada beberapa alat musik yang digunakan sebagai musik untuk mengiringi tor-tor dalam acara pernikahan adat mandailing. Adapun instrumen yang digunakan adalah gondang dua, momongan, tawak-tawak, gong, doal, cenang , talempong, tali sasayak dan Suling. Gondang dua berperan mengiringi seluruh rangkaian acara pernikahan. Selain dari acara pernikahan, Gondang Dua juga berguna sebagai hiburan pada masyarakat Mandailing. Kegunaan musik gondang dua dalam pesta pernikahan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung adalah sebagai pengiring upacara, saranan komunikasi antar keluarga, kekerabatan, menyampaikan rasa suka cita, sebagai salah satu upaya melestarikan kebudayaan, khusunya kebudayaan masyarakat mandailing.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Sendratasik
Universitas Negeri Medan.
Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian Gondang Dua Dalam Acara
Pesta Pernikahan Adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung”. Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu,
dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih
yang tiada terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd, Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.
5. Dr. Pulumun Ginting, S.Sn, M.Sn, Ketua Prodi Pendidikan Musik.
6. Octaviana Tobing, M.Pd, Pembimbing I Skripsi dan Herna Hirza,
M.Sn, Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian
Skripsi ini.
7. Lamhot Basani Sihombing, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik.
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri
Medan.
9. Kedua Orangtua tercinta, Ayah Muda Lumbantobing dan Ibu Mindo
Delima Sitompul yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang
yang tak terhingga mendukung baik secara moril maupun materil,
memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada
iii
10.Saparuddin Batubara, Tokoh Adat tradisi Batak Mandiling.
11.Kakak tercinta, Tutur br Tobing, Tetty br Tobing dan Asti br Tobing
Abang tercinta Manaek lumbantobing, Lasma Lumbantobing, Marudut
Lumbantobing dan Carles Lumbantobing yang selalu memberikan
semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.
12.Devi Friska Romauli Sihombing, S.Pd yang selalu memberikan doa,
semangat, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini dan Nelly
Sihombing serta abg yaitu Yose Sibuea, S.Pd yang memberikan
semangat dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
13.Teman – teman Mandiri Beruru, S.Pd, Desma, Masniari, Edy
Panjaitan, Fiolina Yuyun, Elsa, Dodhy, Tian, yang telah memberikan
doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini, serta Tulang Manahan
Sitompul dan Nantulang Mey Melva Matondang yang selalu memberi
penghiburan dan semangat.
14.Teman-teman yang ada di Prodi Pendidikan Musik angkatan
2011-2012 terimakasih atas kerjasamanya selama perkuliahan.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.
Medan, September 2016
Penulis
iv DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL .. 10
A. Landasan Teoritis ... 10
1. Bentuk Penyajian ... 11
2. Gondang Dua ... 13
3. Acara Pesta Pernikahan Adat Mandailing ... 17
B. Kerangka Konseptual ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Metodologi Penelitian ... 22
v
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
1. Populasi ... 23
2. Sampel ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
1. Observasi (Pengamatan) ... 26
2. Interview (Wawancara) ... 26
3. Dokumentasi ... 27
E. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 32
A. Letak Geografis Gondang Dua ... 32
B. Instumen Gondang Dua... 33
1. Gondang Dua... 34
C. Kegunaan Musik Gondang Dua ... 42
D. Bentuk penyajian Gondang Dua Dalam Acara Pesta Pernikahan ... 45
vi
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 62
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gondang Dua ... 34
Gambar 4.2 Tawak-tawak ... 35
Gambar 4.3 Gong ... 36
Gambar 4.4 Doal ... 37
Gambar 4.5 Cenang ... 38
Gambar 4.6 Talempong ... 39
Gambar 4.7 Tali Sasayak ... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga
merupakan hasil dari suatu kebudayaan masyarakat yang diwariskan secara turun
temurun dan sampai sekarang tetap dilestarikan walaupun sudah berkurang
eksistensinya dibandingkan dengan zaman dahulu. Kebudayaan adalah segala
sesuatu yang dapat dipikirkan, dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia. Secara
formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai sikap, serta didukung dengan pengetahuan, hukum,
adat-istiadat. Budaya suatu suku bangsa merupakan sebuah ekspresi identitas dari suku
bangsa tersebut.
Umumnya pada suatu budaya, musik memegang peranan yang sangat
penting. Karena musik merupakan salah satu alat komunikasi antara manusia
dengan manusia, atau antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, musik juga
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu budaya. Oleh karena itu,
musik sangat penting dalam budaya tersebut. Musik yang terlahir dari suatu
budaya biasa disebut dengan musik tradisional. Alat musik tradisional dari
berbagai etnik dikategorikan kedalam suatu alat musik pukul, alat musik tiup, alat
2
baik yang menyangkut upacara adat istiadat atau hiburan, selalu menggunakan
kesenian musik tradisional yang terdapat pada daerah tersebut.
Demikian halnya di daerah Provinsi Sumatera Utara yang didiami banyak
etnis, seperti batak Toba, Melayu, Batak Mandailing, batak Karo, Batak
Simalungun, Pak-pak Dairi, Angkola, dan Nias. Masyarakat Batak Mandailing
adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara yang mempunyai beragam
instrumen musik. Mandailing dalam konsep etnosains mereka dibagi dua
walaupun adatnya sama, yaitu Mandailing Godang dan Mandailing Julu.
Mandailing Godang didominasi oleh marga Nasution yang wilayahnya mulai dari
Sehepeng sebelah utara Panyabungan sampai Maga di sebelah selatan, serta di
daerah Batang Natal sampai Muarasoma dan Muara Parlampungan di sebelah
barat. Sedangkan daerah Mandailing Julu didominasikan oleh marga Lubis yang
wilayahnya dari Laru dan Tambangan disebelah utara Kotanopan, sampai
Pakantan dan Hutanagodang di sebelah Selatan.
Dalam konteks kehidupan tradisional Batak Mandailing, bermain musik
tradisional sudah merupakan hal yang umum serta diminati oleh masyarakatnya.
Berbagai kegiatan bermain musik tersebut dapat dilihat dari dua konteks
kegunaannya. Yang pertama, musik berguna hanya untuk sebagai hiburan semata,
dan yang kedua, musik digunakan dalam konteks adat istiadat.
Seorang ahli bernama Syahmerdan Lubis (2012:1) dalam buku Adat
Hangoluan Batak Mandailing berpendapat bahwa Etnis Batak Mandailing di kota
3
di Kota Medan, seperti pada daerah Sei Mati. Kedatangan masyarakat Batak
Mandailing dimulai pada masa penjajahan Belanda yaitu sekitar tahun 1940 ketika
penjajah membutuhkan sumber daya manusia dalam proses pengelolaan usaha
perkebunan di Deli (Medan). Pada lokasi Bandar Selamat dan Simpang Limun
(Marindal) kedatangan masyarakat Batak Mandailing disebabkan karena
dibukanya daerah tersebut sebagai pusat transportasi antar kota atau terminal di
Medan. Kedatangan masyarakat Batak Mandailing di daerah Pancing disebabkan
dekatnya jarak lokasi dengan terminal transportasi darat Bandar Selamat serta
lokasi ini merupakan pilihan utama sebagai daerah alternatif pemukiman etnis
Batak Mandailing sekitar kota Medan.
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung merupakan salah
satu daerah di kota Medan yang saat ini banyak ditempati oleh suku Batak
Mandailing yang berimigrasi dari daerah asalnya yaitu Kabupaten Batak
Mandailing Natal. Letak geografis Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung berada ± 6,8 km dari pusat kota Medan. Masyarakat Batak Mandailing
berimigrasi dengan membawa segala bentuk budaya dan kesenian yang
merupakan warisan nenek moyang, budaya ini telah berjalan secara turun temurun
dan dilaksanakan dengan ketentuan dari adat yang berlaku bagi mereka.
Begitu juga dalam hal bermusik, kesenian musik yang diwariskan secara
turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Salah satu intrumen musik yang
terdapat pada etnis Batak Mandailing adalah Gondang Dua. Gondang dua adalah
bagian dari ansambel gondang sambilan. Tetapi gondang dua dapat berdiri sendiri
4
gondang sambilan mempunyai perbedaan yang sangat mencolok. Dimana
gondang dua lebih praktis dan lebih murah dalam hal biaya dari pada gondang
sambilan. Sehingga untuk masyarakat ekonomi menengah lebih memilih musik
gondang dua dalam acara adatnya dari pada gondang sambilan. Namun akibat
adanya pengaruh musik modern seperti keyboard yang lebih murah lagi daripada
gondang dua, maka penggunaan gondang dua ini semakin jarang dimainkan baik
dalam acara pernikahan atau pertunjukan kesenian. Sedangkan gondang dua
merupakan salah satu ikon musik budaya Batak Mandailing yang harus dijaga
keberadaannya. Suku Batak Mandailing yang mayoritas masyarakatnya adalah
umat Muslim sering memakai ansamble gondang dua ini dalam acara –acara adat
seperti acara tunangan ataupun upacara pernikahan.
Namun ada beberapa hal yang menarik pada pesta perkawinan masyarakat
Mandailing di kelurahan Bandar Selamat, didalam pelaksanaannya sudah
beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan penduduk setempat,
sehingga pertunjukannya pun sudah tidak terpatuk dengan ketentuan yang telah
berlaku, serta faktor besarnya dana menyebabkan masyarakat Mandailing
kesulitan untuk menyelenggarakan dengan menyertakan musik gondang dua.
Gondang dua merupakan alat musik pukul yang dimainkan secara
berkelompok oleh dua orang dibawah seorang pemimpin yang disebut panjangati.
Dalam pertunjukan gondang dua ini biasanya dilengkapi dengan alat musik
5
Dalam acara pernikahan adat Batak Mandailing kedua mempelai memakai
properti yang terdiri dari baju sokim bola uta, sisamping, penutup kepala, puntu
jantan yang digunakan mempelai laki-laki, sedangkan mempelai perempuan
memakai baju kurung yang ditaburi dengan bintang-bintang emas, berselempang
silang dua yg terbuat dari tonun patani atau songket sesuai dengan keadaan.
Perhiasannya memakai bulang bisa bertingkat tiga ataupun bertingkat lima,
lengkap dengan bagian-bagiannya termasuk keris dua mata dibagian depan.
Dalam acara tersebut para undangan yang diundang terdiri dari suhut,
inanta soripada dan naposo bulung. Para undangan memberikan ucapan selamat
berupa ulos kepada pengantin yang diiringi musik gondang dua. Dan
dipenghujung acara kedua mempelai diarak ke sungai untuk melakukan acara
ritual melepaskan masa lajangnya. Tetapi karena adanya keterbatasan jarak dari
lokasi pernikahan ke sungai maka acara pelepasan masa lajang pengantin tersebut
tidak selalu dilakukan di sungai.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih
dalam dan membuat sebuah penelitian dengan judul “Bentuk Penyajian Gondang
Dua Dalam Acara Pesta Pernikahan Adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar
Selamat Kecamatan Medan Tembung”.
B. Identifikasi Masalah
Menurut pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa:
6
dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan dan yang
lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Peneliti
mengidentifikasi masalah dalam beberapa pertanyaan yaitu sebagai berikut :
1. Instrumen apa saja yang digunakan dalam musik Gondang Dua?
2. Bagaimana kegunaan instrument musik gondang dua dalam acara pesta
pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung?
3. Bagaimana bentuk peyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan
adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung?
4. Bagaimana fungsi musik dalam acara pesta pernikahan adat Batak
Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung?
5. Bagaimana teknik memainkan alat musik Gondang Dua dalam acara pesta
pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung?
6. Properti apa saja yang digunakan dalam penyajian Gondang Dua?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk mempersingkat cakupan masalah
yang ada. Peneliti membatasi masalah untuk mempermudah pemecahan masalah
yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan
7
penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta
faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti membatasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Alat musik apa saja yang digunakan dalam bentuk penyajian gondang dua
dalam acara pesta pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar
Selamat Kecamatan Medan Tembung?
2. Bagaimana kegunaan instrument musik gondang dua dalam acara pesta
pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung?
3. Bagaimana bentuk penyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan
adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung?
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian
yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik
sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan. Berdasarkan
uraian di atas dan sejalan dengan pendapat Sugiyono (2014:288) mengatakan
bahwa: “Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu
8
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimanakah Bentuk Penyajian Gondang Dua Dalam
Acara Pesta Pernikahan Adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian.
Maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui alat musik apa saja yang digunakan dalam bentuk
penyajian gondang dua dalam acara pesta pernikahan adat Batak
Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.
2. Untuk mengetahui kegunaan instrumen musik gondang dua dalam acara
pesta pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung.
3. Untuk mengetahui bentuk penyajian gondang dua dalam acara pesta
pernikahan adat Batak Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat
9
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian. Penelitian akan
memiliki manfaat apabila tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun manfaat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bentuk pelestarian alat musik Gondang Dua yang tidak banyak
dikenal pada masyarakat umum.
2. Salah satu pemeliharaan musik daerah sebagai bagian dari kekayaan
budaya nasional.
3. Bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya generasi muda
masyarakat Mandailing untuk menindak lanjuti atau melestarikan musik
tradisional Mandailing.
4. Menambah wawasan bagi peneliti dalam penyusunan sebuah karya ilmiah.
5. Menambah kepustakaan di UNIMED terkhusus mahasiswa/i di Program
Studi Pendidikan Musik UNIMED.
6. Sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian yang sejenis.
7. Sebagai informasi atau acuan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan
tentang alat musik Gondang Dua dan menambah keterampilan penulis.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Bentuk Penyajian Gondang Dua Dalam Acara
Pesta Pernikahan adat Mandailignyang telah dilakukan di kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung,peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam penyajian musik gondang dua ada beberapa alat musik yang digunakan
sebagai musik untuk mengiringi tor-tor dalam acara pernikahan adat
mandailing. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Gondang dua
b. Momongan
c. Tawak-tawak
d. Gong
e. Doal
f. Cenang
g. Talempong
h. Tali sasayak
i. Suling
37
2. Kegunaan musik gondang dua dalam pesta pernikahan di Kelurahan Bandar
Selamat Kecamatan Medan Tembung adalah sebagai pengiring upacara,
saranan komunikasi antar keluarga, kekerabatan, menyampaikan rasa suka
cita, sebagai salah satu upaya melestarikan kebudayaan, khusunya kebudayaan
masyarakat mandailing. Dalam pelaksanaan upacara adat pernikahan
Mandailing bukan hanya Gondang Dua saja yang dipertontonkan, tetapi
terdapat juga tarian atau tor tor yang disajikan. Bagi adat Mandailing tor-tor
bukanlah suatu tari-tarian tetapi adalah suatu gerak khusus penghormatan adat
budaya suku Mandailing yang bersifat sakral, keindahan, tontonan dan
keikutsertaan hadirin.
3. Gondang Dua disajikan selama satu hari. Peneliti. Gondang Dua mengiringi
acara pernikahan mulai dari awal sampai akhir. Sebelum acara adat dimulai,
biasanya diperlukan perlengkapan upacara adat seperti sirih (napuran), terdiri
dari sirih, sentang (gambir), tembakau, soda, pinang, yang semuanya
dimasukkan ke dalam sebuah tepak. Lalu sebagai simbol kebesaran (paragat)
disiapkan payung rarangan, pedang dan tombak, bendera adat, dan
langit-langit dengan tabir. Prosesi upacara adat pernikahan dimulai dari musyawarah
adat yang disebut makkobar/makkatai, yaitu berbicara dalam tutur sapa yang
sangat khusus dan unik. Orang pertama yang membuka pembicaraan adalah
suhut, dilanjutkan dengan menantu yang punya hajat (anak boru suhut), ipar
dari anak boru, peserta musyawarah, raja adat kampung, raja adat dari
38
dilaksanakan acara tradisi yang dikenal dengan nama mangupa (memberkati).
Pangupa atau bahan untuk mangupa berupa hidangan yang diletakkan ke
dalam tampah besar dan diisi dengan nasi, telur dan ayam kampung dan
garam.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumentasi
peneliti menyarankan :
1. Hendaknya musik Gondang dua tetap dilestarikan oleh semua masyarakat
Mandailing di kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.Karena
hasil budaya harus tetap dikembangkan dan hendaknya di pertahankan dari
masa ke masa karena masyarakat Mandailing akan mengingatnya sebagai
sebuah sejarah.
2. Hendaknya pihak pemerintah membangun sanggar sebagai wadah musik
gondang dua di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung
3. Alat musik gondang dua dilestarikan sehingga bisa digunakan oleh generasi
muda.
4. Kepada generasi muda yang mengikuti pertunjukan musik gondang dua, agar
dapat memperlajarinnya secara baik guna pelestarian budaya.
5. Perlu penelitian yang lebih mendalam dari institusi-institusi seni, khususnya
para seniman dan pihak pendidik seni agar musik Gondang Dua dapat
63
DAFTAR PUSTAKA
Banoe. Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius
Djelantik. 2000. Estetika: Sejarah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Delfiana. 2015. Bentuk Penyajian Gondang Hasapi Pada Upacara Ritual Parmalim Si Pahasada di Huta Tinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir (Kajian Bentuk Penyajian dan Fungsi). Skripsi. FBS UNIMED.
Fajar. 2016. Bentuk Penyajian Musik Tari Anggun Pola Pada Masyarakat Pakpak Di Desa Singgabur Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi. FBS UNIMED.
Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Imom. 2002. Panguhalan Bisuk Adat Budaya Daerah Tapanuli Selatan. Medan : Binawah.
Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London
Lubis, H. Syahmerdan. 2012. Adat Hangoluan Mandailing. Medan : Tanpa Penerbit.
M Ben dkk.2004.Pluralitas Musik Etnik : batak toba, Mandailing, Melayu, Pakpak-Dairi, Angkola, Karo, Simalungun. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen
Muhammad. 2006. Musik Tradisional Mandailing Pada Upacara Adat Horja Godang Di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Netty. 2004. Peranan Musik Gordang Sambilan Dalam Pesta Perkawinan di
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. FBS UNIMED.
Soeharto. 2001. Musik Dalam Mencerdaskan Anak. Jakarta: Cakrawala.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta
Yose. 2012. Keberadaan Alat Musik Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. FBS UNIMED.
Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/bentuk diakses pada tanggal 29 Januari 2016
Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/adat diakses pada tanggal 18 Maret 2016
Wiktionary. https://id.m.wiktionary.org/wiki/penyajian diakses pada tanggal 10 Februari 2016