• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA EKS KARESIDENAN MADIUN TAHUN 2010-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA EKS KARESIDENAN MADIUN TAHUN 2010-2015"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) IN DISTRICT / CITY OF EX KARESIDENAN MADIUN PERIOD 2010-2015

Oleh

AMIN BASNAWI 20130430254

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA EKS

KARESIDENAN MADIUN TAHUN 2010-2015

ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) IN DISTRICT / CITY OF EX KARESIDENAN MADIUN

PERIOD 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

AMIN BASNAWI 20130430254

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Amin Basnawi Nomor Mahasiswa : 20130430254

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA EKS KARESIDENAN

MADIUN TAHUN 2010-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 21 April 2017

(4)

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al -Baqarah: 153).

“Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan

menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. An-Nazi’at: 40-41).

Al-Mustaurid bin Syaddad r.a. berkata, Nabi saw. Bersabda, “Sesungguhnya dunia ini di akhirat tidak berarti apa-apa, kecuali laksana seseorang dari kalian yang meletakkansalah satu jarinya di lautan, maka hendaklah ia menyadari apa yang dapat dibawa oleh jarinya itu.” (HR. Muslim).

“Melakukan kesalahan adalah kekurangan dari manusia, tapi belajar dari

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Keluargaku Tercinta

Almamater Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Teman-teman seperjuangan mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

B. Batasan Masalah Penelitian... 15

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 15

D. Tujuan Penelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

A. Indeks Pembangunan Manusia ... 18

1. Konsep Pembangunan Manusia ... 18

2. Komponen-Komponen IPM ... 21

3. Manfaat indeks pembangunan manusia (IPM) ... 27

4. Hubungan Jumlah Penduduk Miskin dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 28

5. Hubungan Rasio Gini dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 34

6. Hubungan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan Indeks Pembangunan Manusia ... 37

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 41

C. Model Penelitian ... 50

D. Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

(7)

B. Jenis dan Sumber Data ... 53

C. Teknik Pengumpulan Data ... 53

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 54

E. Metode Analisis ... 55

F. Uji Kualitas Data ... 62

G. Uji Hipotesis ... 65

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 69

A. Profil Eks Karesidenan Madiun ... 69

B. Indeks Pembangunan Manusia ... 73

C. Jumlah Penduduk Miskin ... 76

D. Rasio Gini ... 78

E. Upah Minimum Kabupaten/Kota ... 80

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 83

1. Uji Heteroskedastisitas ... 83

2. Uji Multikoliniearitas ... 84

B. Pemilihan Metode Pengujian Data Panel ... 85

1. Uji Chow (Uji Likehood Ratio) ... 86

2. Uji Hausman ... 87

3. Uji Langrange Multiplier (LM) ... 88

C. Hasil Estimasi Model Data Panel ... 89

D. Uji Statistik ... 91

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 91

2. Uji F-statistik... 92

3. Uji t-statistik ... 92

E. Intreprestasi Hasil Pengujian Random Effect Model... 94

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

C. Keterbatasan Penelitian ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pertumbuhan IPM Nasional dan Jawa Timur Tahun 2010-2015 ... 7

Tabel 1. 2 IPM Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa ... 8

Tabel 1. 3 Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012-2014 Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 46

Tabel 4. 1 Angka Harapan Hidup Saat Lahir Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2010-2015 ... 74

Tabel 4. 2 Harapan Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2010-2015 ... 75

Tabel 4. 3 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2010-2015 ... 75

Tabel 4. 4 Pengeluaran Per Kapita Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2010-2015 ... 75

Tabel 4. 5 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2010-2015 ... 76

Tabel 4. 6 Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2012-2015 ... 77

Tabel 4. 7 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 ... 81

Tabel 5. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 84

Tabel 5. 2 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 85

Tabel 5. 3 Hasil Uji Chow... 86

Tabel 5. 4 Hasil Uji Hausman ... 87

Tabel 5. 5 Hasil Uji Langrange Multiplier ... 88

Tabel 5. 6 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Random Effect Model ... 89

Tabel 5. 7 Hasil Uji T-Statistik ... 93

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 IPM Negara-Negara di ASEAN ... 4 Gambar 1. 2 IPM Indonesia dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015 ... 6 Gambar 2. 1 Komponen-Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia 22 Gambar 2. 2 Kurva Lorenz... 35 Gambar 2. 3 Kerangka Berfikir ... 52 Gambar 4. 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Eks Karesidenan Madiun ... 73 Gambar 4. 2 Rasio Gini Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun

(10)
(11)

tahun 2010-2015. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang berupa data panel yang diambil menurut kabupaten/kota seluruh wilayah Eks Karisidenan Madiun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis data panel dengan model random effect model (REM). Hasil dari analisis model data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Sedangkan variabel rasio gini dan upah minimum kabupaten/kota berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di kabupaten/kota Eks Karisidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

(12)

index (HDI) in the district/city Karisidenan Ex Madiun period 2010-2015. This research used quantitativeusing secondary dataand panel data be taken according by district/city is the region ex Karisidenan Madiun. The analysis methods was used in this research are using panel data analysis methods with random effects model (REM). The results of the panel data model analysis showed that the independent variable total of poor people is significant and negative effect to human development index (HDI). While variable gini ratio and minimum wage districts/cities are both positive and significant effect to human development index (HDI) in the district/city Karisidenan Ex Madiun period 2010-2015.

(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan (Todaro, 2006). Keberhasian pembangunan diukur dari berbagai hal, salah satunya yaitu dengan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia merupakan potensi dan kekayaan dari suatu negara, maka manusia harus selalu menjadi target pembangunan dari suatu negara. Karena sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi potensi bagi pembangunan suatu negara, namun sebaliknya jika sumber daya manusia disuatu negara kurang berkualitas maka hanya akan menjadi beban bagi pembangunan disuatu negara.

(14)

permasalahan-permasalahan mendasar di negaranya, misalnya masalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf dan gizi buruk (Kacaribu, 2013).

Menurut Yusri (2010), ada tiga alasan pembangunan manusia yang perlu diperhatikan, dikarenakan pertama, banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi gagal mengurangi masalah kesenjangan sosial, ekonomi dan juga kemiskinan. Kedua, banyak negara maju yang berpendapatan tinggi masih belum mampu mengatasi masalah-masalah sosial seperti narkoba, alkohol, AIDS, gelandangan dan KDRT. Ketiga, sedangkan beberapa negara yang masih berpendapatan rendah mampu mencapai pembangunan manusia yang tinggi, jika negara tersebut dapat menggunakan secara bijaksana semua sumber daya yang ada, untuk mengembangkan kemampuan dasar manusia.

United Nations Development Programme (UNDP) menjelaskan

pembangunan manusia adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk untuk membangun hidupnya yang dianggap berharga. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan juga perekonomian yang semakin baik. Sebagian negara di dunia, baik negara maju ataupun negara berkembang menggunakan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengukur kualitas sumber daya manusianya.

(15)

Pertama yaitu, panjang umur dan kesehatan, yang diukur menggunakan angka harapan hidup saat lahir. Kedua pendidikan, diukur menggunakan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Ketiga, standar hidup atau biasa disebut ekonomi yang diukur menggunakan paritas daya beli (PPP) atau penghasilan. Ketiga dimensi tersebut sangat penting untuk menentukan tingkat kemampuan suatu negara untuk meningkatkan kualitas SDM.

IPM memang bukanlah ukuran menyeluruh tentang pembangunan manusia, tetapi indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan (Irawan, 2009). IPM sendiri dapat digunakan menjadi salah satu tolak ukur apakah suatu negara termasuk negara maju, negara berkembang ataupun negara terbelakang. Selain itu IPM juga dapat digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat suatu negara.

(16)

Sumber: UNDP, 2015

Gambar 1. 1.

IPM Negara-Negara di ASEAN

IPM Indonesia berada diperingkat 5 diantara seluruh negara ASEAN dibawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. Singapura merupakan negara dengan IPM tertinggi di ASEAN, IPM Singapura mencapai 91,18 menempati peringkat 11 di dunia dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan Myanmar merupakan negara dengan IPM terendah di ASEAN, IPM Myanmar mendapat peringkat 148 di dunia dan termasuk dalam kategori rendah dengan IPM sebesar 53,56. Tetapi meskipun begitu, peningkatan IPM Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan bahwa kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat.

(17)

yaitu pembangunan yang mengedepankan aspek pembangunan manusia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Rustariyuni, 2014).

(18)

Sumber: BPS Jatim, 2016

Gambar 1. 2

IPM Indonesia dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2015

(19)

Tabel 1. 1

Pertumbuhan IPM Nasional dan Jawa Timur Tahun 2010-2015 (Persen)

Tahun Nasional Jawa Timur

2010-2011 0,84 1,07 2011-2012 0,91 1,03 2012-2013 0,90 1,21 2013-2014 0,86 0,87 2014-2015 0,94 1,19

Sumber: BPS Jatim, 2016

Meskipun IPM Jawa Timur masih lebih rendah dibandingkan IPM Nasional tapi dalam kurun waktu lima tahun terkahir dan juga tingkat kemiskinan masih tergolong tinggi di Provinsi Jawa Timur tapi IPM Provinsi Jawa Timur tetap menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan pertumbuhan IPM Jawa Timur selalu berada diatas pertumbuhan IPM nasional. Dari tahun 2010 sampai 2015 IPM Jawa Timur naik sebesar 3,59 poin, lebih tinggi dibanding nasional yang hanya 3,02 poin. Pada periode waktu 2014-2015 IPM nasional naik 0.94 persen, sedangkan IPM Jawa Timur naik 1,19 persen.

(20)

komponen-komponen pembentuk pembangunan manusia sehingga akan dapat memacu perekonomian diberbagai sektor.

Tabel 1. 2

IPM Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa

Provinsi Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta 76,98 77,53 78,08 78,39 78,99 Jawa Barat 66,67 67,32 68,25 68,80 69,50 Jawa Tengah 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 DI Yogyakarta 75,93 76,15 76,44 76,81 77,59 Jawa Timur 66,06 66,74 67,55 68,14 68,95 Banten 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27

Sumber: BPS Jatim, 2016

(21)

Jawa, berbeda dengan DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang merupakan daerah dengan IPM tertinggi di Indonesia.

Wilayah Eks Karesidenan Madiun merupakan wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Timur bagian barat daya. Wilayah ini terdiri dari enam wilayah yang terdiri dari lima kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi dan Kota Madiun.

Tabel 1. 3

IPM Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun Tahun 2012-2015

Kabupaten/Kota

Tahun

2012 2013 2014 2015

IPM Rank IPM Rank IPM Rank IPM Rank Kabupaten Pacitan 62,94 28 63,38 30 63,81 30 64,92 29 Kabupaten Ponorogo 66,16 22 67,03 21 67,4 21 68,16 21 Kabupaten Madiun 67,32 18 68,07 18 68,6 18 69,39 18 Kabupaten Magetan 69,56 11 69,86 12 70,29 12 71,39 11 Kabupaten Ngawi 66,72 20 67,25 20 67,78 20 68,32 20 Kota Madiun 77,21 3 78,41 3 78,81 3 79,48 2

Sumber: BPS Jatim, 2016

(22)

IPM di Kota Madiun. Hal berbeda terjadi untuk Kabupaten Madiun yang masih berada diperingkat tengah. IPM Kabupaten Madiun masih termasuk dalam katagori sedang dengan IPM sebesar 69.39 dengan peringkat 18 sejak tahun 2012 hingga 2015. Namun tren IPM Kabupaten Madiun yang selalu positif dan selalu naik bukan tidak mungkin kategori IPM Kabupaten Madiun akan naik menjadi kategori tinggi. Sedangkan untuk IPM Kabupaten Magetan termasuk kategori tinggi dengan IPM sebesar 71,39 lebih besar dibanding IPM nasional dan Provinsi Jawa Timur dan pada tahun 2015 menempati peringkat 11. Sedangkan untuk Kabupaten Ngawi masih termasuk dalam kategori sedang dengan IPM sebesar 68.32 berada pada peringkat 20 sejak tahun 2011 sampai 2015. Dan untuk IPM Kabupaten Pacitan juga masih berada dikategori rendah dengan IPM sebesar 64.92 membuat Kabupaten Pacitan berada diurutan bawah dengan peringkat 29 pada tahun 2015 dari 37 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Tetapi meskipun IPM Kabupaten Pacitan masih dalam kategori rendah pertumbuhan IPM Kabupaten Pacitan pada tahun 2015 sebesar 1,75 persen merupakan tercepat ketiga di provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Sampang dan Kabupaten Blitar.

(23)

Timur malah meningkat presentase jumlah penduduk miskin. Peningkatan presentase jumlah penduduk miskin di Jawa Timur juga relatif besar, meningkat 1,82 persen di banding tahun sebelumnya, sedangkan DKI Jakarta hanya naik sebesar 0,37 persen.

(24)

Ketimpangan distribusi pendapatan penduduk sering diukur menggunaan indikator rasio gini. Rasio gini Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun berada dalam kategori rendah. Tetapi meskipun begitu terlihat bahwa tren rasio gini berfluktuatif dan cenderung meningkat, bukan berarti dalam beberapa tahun kedepan rasio gini Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun dapat masuk dalam kategori sedang jika Rasio Gini sudah naik melewati 0,4. Rasio gini Kota Madiun merupakan yang terbesar yaitu sebesar 0,38 sedangkan Kabupaten Madiun terendah dengan 0,32. Dengan adanya ketimpangan distribusi pendapatan walaupun nilai rasio gini masih termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut tetap berpengaruh terhadap IPM, dimana walaupun IPM meningkat setiap tahunnya namun menyebabkan peningkatan IPM tidak secara tidak maksimal, karena masih terjadi ketimpangan distribusi pendapatan. Kenaikan Rasio gini berarti telah terjadi peningkatan ketidakmerataan distribusi pendapatan, hal ini bisa berarti terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin, dan akhirnya dapat menurunkan indeks pembangunan manusia (Basuki & Saptutyningsih, 2016).

(25)

Pacitan dan Kabupaten Magetan sama-sama dengan upah minimum sebesar Rp.1.150.000. Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Magetan merupakan kabupaten dengan upah minimum terkecil dari seluruh 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Meskipun upah minimum kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun pada tahun 2010-2015 cenderung meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan upah minimum di kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun masih sangat kecil dibanding kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur. Meskipun dengan upah minimum masih tergolong kecil, bahkan beberapa kabupaten termasuk kabupaten dengan upah minimum terkecil di Provinsi Jawa Timur. IPM di Kota Madiun merupakan yang terbesar kedua di Jawa Timur. IPM Kota Madiun dan Kabupaten Magetan juga masuk dalam kategori kelompok tinggi, dan juga Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten dengan pertumbuhan IPM tercepat ketiga di Provinsi Jawa Timur.

(26)

Karesidenan Madiun dengan tingkat kemiskinan terbesar, tapi pertumbuhan IPM Kabupaten Pacitan merupakan yang tercepat kedua diantara kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur. Hal lain terjadi untuk Kota Madiun yang juga masuk wilayah Eks Karesidenan Madiun, Kota Madiun merupakan salah satu wilayah dengan tingkat kemiskinan terendah dan merupakan wilayah dengan IPM tertinggi kedua di Provinsi Jawa Timur. Beberapa kabupaten/kota lain di Eks Karesidenan Madiun merupakan kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan yang tinggi sekaligus merupakan wilayah dengan tingkat upah minimum terendah serta ketimpangan distribusi yang cenderung meningkat dari tahun ketahun tapi tetap menunjukan peningkatan indeks pembangunan manusia setiap tahunnya.

(27)

Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Eks Karesidenan Madiun periode 2010-2015”.

B. Batasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini tidak meluas, tetap terarah dan terfokus, maka penulis membatasi penelitian ini yaitu hanya meneliti indeks pembangunan manusia (IPM), jumlah penduduk miskin, rasio gini dan upah minimum kabupaten/kota di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi dan Kota Madiun periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah jumlah penduduk miskin berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di Eks Karesidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

2. Apakah rasio gini berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di Eks Karesidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

(28)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap indeks pembangunan manusia di Eks Karesidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio gini terhadap indeks pembangunan manusia di Eks Karesidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap indeks pembangunan manusia di Eks Karesidenan Madiun periode tahun 2010-2015.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

(29)

2. Manfaat praktik

(30)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Pembangunan Manusia

1. Konsep Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia mempunyai arti yang luas, namun ide dasar dari pembangunan manusia adalah menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia harus diposisikan sebagai potensi kekayaan bangsa, sehingga pembangunan manusia diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report, 1990). Konsep ini berbeda jika dibandingkan dengan konsep konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama kepada pertumbuhan ekonomi bukan pada pembangunan manusia.

(31)

konsep kebutuhan hanya terfokus pada penyediaan barang dan jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukan memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat diberbagai bidang.

Sedangkan konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Sehingga pembangunan manusia yang dimaksudkan adalah suatu proses memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Antara lain yang terpenting adalah pilihan untuk berumur panjang dan sehat, pilihan untuk berilmu, pilihan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Pembangunan manusia merupakan perwujudan pembangunan jangka panjang, yang meletakkan pembangunan disekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

(32)

berpendapat pembangunan manusia merupakan proses perluasan pilihan yaitu kebebasan berpolitik, partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, pilihan untuk pendidikan, bertahan hidup dan sehat, serta menikmati standar hidup yang layak (BPS Jatim, 2016).

Menurut UNDP (1995) dasar pemikiran konsep pembangunan manusia adalah:

a. Pembangunan harus mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian. b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan penduduk. Jadi konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

c. Pembangunan manuisa bukan hanya meningkatkan kemampuan atau kapasitas manusia tapi juga memanfaatkan kemampuan atau kapasitas manusia dengan maksimal.

d. Pembangunan manusia didukung dengan empat pilar pokok yakni: produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

e. Pembangunan manusia sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembangunan dan digunakan untuk menganalisis pilihan yang ada untuk mencapainya.

(33)

Indonesia sendiri mulai menghitung IPM sejak tahun 1996 hingga sekarang. Ada tiga dimensi pembentuk IPM yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standart hidup layak. Pada tahun 2010 UNDP melakukan penyempurnaan dalam penghitungan IPM dengan merubah indikator yaitu dengan menggunakan komponen angka harapan hidup saat lahir (AHH), rata-rata lama sekolah (RLS), harapan lama sekolah (HLS), dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita sedangkan BPS dalam menghitung standart hidup layak dengan menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power parity).

2. Komponen-Komponen IPM

(34)

Sumber: BPS Jatim, 2016

Gambar 2. 1

Komponen-Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia Gambar diatas merupakan gambaran tentang pembentukan IPM dengan metode baru. Ada dua alasan yang menjadi dasar perubahan metodologi perhitungan IPM oleh BPS. Pertama, angka melek huruf tidak relevan dalam mengukur pendidikan karena secara utuh tidak menggambarkan kualitas pendidikan sehingga diganti dengan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf disebagian besar wilayah sudah tinggi sehingga tidak dapat untuk membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. Selain itu perhitungan indeks PDB per kapita diganti dengan PNB per kapita karena PDB per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan disuatu wilayah. Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah disuatu dimensi dapat

Umur Panjang

(35)

ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain (BPS Jatim, 2016). Komponen-komponen yang digunakan untuk membentuk indeks pembangunan manusia adalah:

a. Indeks Kesehatan

Indeks kesehatan merupakan indeks yang terdiri dari angka harapan hidup saat lahir (AHH), yaitu rata-rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indeks harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 20 tahun. Komponen AHH dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(1)

b. Indeks Pendidikan

(36)

yang diharapkan dapat ditempuh oleh setiap anak. Sesuai dengan standar dari UNDP harapan lama sekolah memiliki batas maksimum 18 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Komponen HLS dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(2)

Sedangkan rata-rata lama sekolah adalah perhitungan jumlah tahun yang digunkan penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sesuai dengan standar dari UNDP rata-rata lama sekolah memiliki batas maksimum 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Komponen RLS dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(3)

Sedangkan indeks pendidikan diperoleh dari gabungan rata-rata lama sekolah dengan harapan lama sekolah. Komponen Indeks Pendidikan dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(4)

c. Indeks Pengeluaran

Indeks pengeluran digunakan untuk mengukur kualitas hidup

layak. Standar hidup layak adalah tingkat kesejahteraan yang dinikmati

oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP

(37)

(PNB) per kapita yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung

standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil

yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power parity).

Penghitungan paritas daya beli dilakukan berdasarkan 96 komoditas

kebutuhan. Untuk menghitung paritas daya beli (purcashing power

parity) digunakan rumus sebagai berikut:

...(5)

Keterangan :

: paritas daya beli di wilayah j

: harga komoditas i di kabupaten/kota j : harga komoditas i di Jakarta Selatan m : jumlah komoditas

Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah

kabupaten tahun 2010 yaitu Talikora-Papua dan daya beli maksimum

merupakan nilai tertinggi kabupaten diproyeksikan hingga 2025 (akhir

RPJPN) yaitu pengeluran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.

Sedangkan batas maksimum dan minimum penghitungan pengeluaran

per kapita yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah sebesar Rp

26.572.352 sementara batas minimumnya adalah Rp 1.007.436. Dalam

penghitungan standar hidup layak BPS menggunakan rumus sebagai

(38)

...(6)

Untuk menghitung nilai IPM berdasarkan komponen-komponen diatas menggunakan rumus sebagai berikut:

...(7)

Keterangan :

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

= Indeks Kesehatan (dihitung dari AHH)

= Indeks Pendidikan (dihitung dari HLS dan RLS) =Indeks Pengeluaran (dihitung dari Pengeluaran per

Kapita)

Menurut BPS pembangunan manusia dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu:

1) Kelompok “Sangat Tinggi” : IPM ≥ 80 2) Kelompok “Tinggi” : 70 ≤ IPM < 80 3) Kelompok “Sedang” : 60 ≤ IPM < 70 4) Kelompok “Rendah” : IPM < 60

(39)

itu IPM juga dapat digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat suatu negara.

IPM suatu negara dapat meningkat jika ketiga unsur itu dapat ditingkatkan, karena nilai IPM itu sendiri menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu negara. Menurut Tambunan yang dikutip dalam Kacaribu (2013) dengan kata lain, terdapat korelasi positif antara nilai IPM dengan derajat keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu negara. IPM memang bukanlah ukuran menyeluruh tentang pembangunan manusia, tetapi indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan (Irawan, 2009).

3. Manfaat indeks pembangunan manusia (IPM)

Manfaat indeks pembangunan manusia (IPM) menurut (Soleha, 2016) dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

(40)

b. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda.

c. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsi-provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber masalah dan solusinya.

4. Hubungan Jumlah Penduduk Miskin dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(41)

non-makanan merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya.

Kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan berdasarkan penyebabnya dan kemiskinan konseptual. Kemiskinan berdasarakan penyebabnya dapat dibagi menjadi dua yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural disebabkan oleh ketidakberdayaan seseorang atau suatu kelompok masyarakat karena sistem atau tatanan sosial yang tidak adil sehingga menyebabkan mereka berada pada posisi yang lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan diri untuk lepas dari jeratan kemiskinan. Kemiskinan kulturan yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh suatu tatanan adat dan budaya disuatu daerah yang mengatur seseorang atau kelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya terjebak pada jerat kemiskinan (BPS, 2016).

(42)

Menurut Mahmudi yang dikutip oleh Hasan (2016) dalam lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty) terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya pendapatan, dan rendahnya tingkat pendidikan. Lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty) disebabkan oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi

sehingga menyebabkan keadaan dimana suatu akan tetap miskin dan sulit bangkit dari kemiskinan karena banyak hambatan untuk meningkatkan pembangunan.

Menurut (Sukirno, 2005) perangkap yang membentuk lingkaran setan kemiskinan ada 3, yaitu:

a. Penawaran dan permintaan modal

(43)

b. Analisa Nurske

Menurut Nurske yang dikutip dalam Zamharir (2016) peningkatan pembentukan modal tidak hanya terbatas pada lingkaran setan kemiskinan tapi juga karena International Demonstration Effect yaitu kecenderungan untuk mencontoh corak konsumsi dikalangan masyarakat yang lebih maju.

c. Meier dan Baldwin

Menurut Meier dan Baldwin yang dikutip dalam Zamharir (2016) Lingkaran setan kemiskinan timbul dari kombinasi hubungan yang saling mempengaruhi dari masyarakat tradisional dan terbelakang dengan kekayaan alam yang belum dikembangkan. Karena masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional sehingga membuat sumber daya yang ada tidak dapat diolah, hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan yang masih rendah, SDM yang terbatas. Semakin rendah keadaan sosial ekonomi suatu negara, maka semakin terbatas pula sumber daya yang dapat dikelola dan dikembangkan sehingga akan membuat tingkat pembangunan yang rendah.kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penduduk juga terbatas.

(44)

menyebabkan rendahnya investasi yang menyebabkan keterbelakangan, dan begitu seterusnya.

Kemisikinan dapat terlihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Kemiskinan diartikan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya yang bermartabat. Kemisikinan berdampak pada turunnya produktifitas sebagian masyarakat, turunnya produktifitas masyarakat berakibat pada bertambahnya orang miskin baru, dan pada gilirannya akan menurunkan indeks pembangunan manusia. (Basuki & Saptutyningsih, 2016)

Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas (Prawoto, 2005).

(45)

pembangunan manusia sebab penduduk miskin memiliki daya beli yang rendah. Kemiskinan berkaitan erat dan ikut menentukan proses pembangunan yang mengedepankan partisipasi masyarakat.paradigma pembangunan yang kini bergeser dari dominasi peran negara kepada peran masyarakat tidak akan dapat diwujudkan apabila jumlah penduduk miskin masih dalam jumlah yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya penduduk miskin lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sebab penduduk miskin tidak tertarik untuk melibatkan diri terhadap kegiatan yang tidak berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar.

(46)

ketidakmampuan untuk memperoleh pendidikan dan biaya perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Hal tersebut terjadi karena pada umumnya penduduk miskin lebih banyak menghabiskan waktu, tenaga dan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kemiskinan akan berdampak pada turunnya produktifitas sebagian masyarakat, turunnya produktifitas masyarakat berakibat pada bertambahnya orang miskin baru, dan pada gilirinnya akan menurunkan indeks pembangunan manusia, semakin banyak jumlah penduduk miskin akan menekan terhadap pembangunan manusia karena penduduk miskin mempunyai tingkat kesehatan, pendidikan dan daya beli yang rendah.

5. Hubungan Rasio Gini dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(47)

pendapatan perorangan dengan menggunakan kurva lorenz yang diperkenalkan pertama kali oleh Max Otto Lorenz pada tahun 1905.

Sumber : Todaro dan Smith, 2006

Gambar 2. 2

Kurva Lorenz

Kurva lorenz adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara presentase kumulatif pendapatan yang diterima dalam jangka waktu tertentu dengan presentase kumulatif populasi yang menerima pendapatan yang benar-benar diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Jika semakin jauh jarak antara kurva lorenz dari garis diagonalnya maka semakin tidak merata atau timpang distribusi pendapatannya, sebaliknya jika jarak antara kurva lorenz dari garis diagonalnya maka semakin dekat maka semakin merata distribusi pendapatannya.

Rasio gini digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya ketimpangan distribusi pendapatan. Perhitungan dasar rasio gini didapatkan dari perhitungan luas kurva lorenz yang menggambarkan

(48)

distribusi pendapatan seluruh kelompok pengeluaran. Rasio atau perbandingan antara luas daerah kurva lorenz dengan luas daerah di bawah garis diagonalnya akan menghasilkan nilai rasio gini. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio gini adalah sebagai berikut:

...(8)

Keterangan:

: Presentase penduduk pada kelas pengeluaran ke-i k : Jumlah kelas pengeluaran yang dibentuk

: Presentase kumulatif jumlah pengeluaran pada kelas pengeluaran ke-i

Perhitungan tingkat distribusi pendapatan dengan menggunakan indeks rasio gini memiliki rasio anatar 0 sampai 1. Jika indeks rasio gini sama dengan 1 maka terjadi ketimpangan distribusi yang sempurna, maksudnya adalah seluruh pendapatan hanya dinikmati oleh satu orang saja. Jika indeks rasio gini sama dengan 0 maka terjadi distribusi pendapatan yang sempurna, maksudnya adalah setiap golongan penduduk mendapatkan pendapatan yang merata atau sama.

(49)

pendapatan, hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dan akhirnya dapat menurunkan indeks pembangunan manusia (Brata, 2002).

6. Hubungan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Upah merupakan salah satu sarana bagi pekerja untuk meningkatkan kualitias hidup dan kesejahteraannya. Kebijakan upah minimum merupakan sistem penguapahan yang telah banyak diterapkan dibeberapa negara (Sulistiawati, 2012). Kebijakan upah minimum dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Kedua sebagai proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktifitas (Simanjuntak, 2001). Tujuan dari diberlakukannya upah minimum menurut (Sumarsono, 2003) ada 3, yaitu:

a. Menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu.

b. Meningkatkan produktifitas pekerja.

c. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas perusahaan dengan cara produksi yang lebih efisien.

(50)

kebutuhan hidupnya secara layak. Tentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar layak diperlukan pendapatan, pendapatan atau upah yang diperoleh oleh masyarakat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Zamharir (2016) upah minimum regional merupakan komponen dari pendapatan seseorang yang tinggal disuatu daerah, sehingga tingkat upah merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat dari suatu negara. Upah minimum juga merupakan salah satu faktor penentu bagi investor untuk menanamkan modalnya disuatu wilayah, terutama jika investor ingin mendirikan perusahaan atau pabrik yang akan banyak menyerap tenaga kerja. Semakin tinggi upah minimum regional suatu daerah menunjukan semakin tinggi tingkat ekonominya (Zamharir, 2016)

Menurut Mankiw (2006) teori efisiensi upah (efficiency-wage) dibagi menjadi empat, antara lain sebagai berikut :

a. Upah yang tinggi akan menyebabkan pekerja lebih produktif

Pengurangan upah akan menurunkan besaran upah yang dikeluarkan perusahaan terhadap pekerja, tetapi hal itu juga akan menurunkan produktifitas pekerja dan memangkas laba perusahaan.

(51)

Dengan membayar upah yang tinggi akan membuat pekerja tetap bertahan, sehingga akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencari dan melatih lagi pekerja yang baru.

c. Kualitas tenaga kerja ditentukan oleh besarnya upah.

Jika perusahaan melakukak pengurangan upah, maka akan membuat pekerja terbaik memilih bekerja di perusahaan lain sehingga menyisakan pekerja yang kurang terdidik.

d. Upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja.

Jika perusahaan tidak dapat melakukan pengawasan penuh terhadap pekerjanya dan setiap pekerja yang memutuskan sendiri bagaimana mereka akan bekerja keras maka dengan semakin tinggi upah yang diberikan akan membuat pekerja lebih bersemangat bekerja, karena pekerja akan mengalami kerugian jika sampai dipecat. Tingginya upah yang diberikan memotivasi pekerja untuk lebih giat bekerja untuk meningkat produktifitasnya.

Inti dari teori efisiensi upah adalah perusahaan akan beroperasi dengan lebih efisien jika perusahaan membayar pekerjanya dengan upah yang tinggi, hal itu membuat perusahaan menganggap mempertahankn upah diatas tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan adalah hal yang menguntungkan.

(52)

masyarakat juga akan naik. Pertambahan pendapatan akan menaikkan pengeluaran konsumsi, tambahan konsumsi dapat berupa makanan, non makanan, pendidikan dan kesehatan. Selanjutnya akan ada efek pengganda atau pelipat (Multipler Effect), peningkatan ini dapat meningkatkan pembangunan manusia. Pendidikan merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi tingkat upah, karena dengan pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mendapat pendapatan yang lebih tinggi. Sehingga dengan pendidikan akan memberikan kesempatan bagi seseorang untuk dapat memperoleh kesempatan agar dapat meningkatkan standar hidupnya. Sehingga naiknya upah dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

(53)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu. Beberapa acuan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Basuki dan Saptutyaningsih (2016) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008-2015 (Studi Kasus Kab/Kota D I Yogyakarta)”. Menggunakan variabel independen pendapatan perkapita, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan, pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum, rasio gini dan jumlah penduduk miskin di 5 kabupaten/kota di DIY dengan jangka waktu 7 tahun (2008-2014). Dengan menggunakan metode data panel diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM di DIY. Variabel pengeluaran pemeritah untuk kesehatan dan umum berpengaruh signifikan dan positif terhadap IPM di DIY. Variabel rasio gini dan jumlah penduduk miskin berpengaruh signifikan dan negatif terhadap IPM di DIY.

(54)

Tengah. Variabel rasio gini dan rasio ketergantungan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap IPM di Jawa tengah.

3. Penelitian Zamharir (2016) yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, PDRB Per Kapita dan Upah Minimum terhadap Human Development Index: Studi Kasus 12 Provinsi dengan Kategori

Lower Medium di Indonesia”. Menggunakan variabel independen pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, PDRB per kapita dan upah minimum di 12 Provinsi di Indonesia. Dengan menggunakan metode data panel diperoleh hasil bahwa variabel kemiskinan berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap IPM di 12 Provinsi di Indonesia. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan upah minimum berpengaruh signifikan dan positif terhadap IPM di 12 Provinsi di Indonesia.

(55)

variabel pertumbuhan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, variabel penanaman modal asing dan variabel penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan dan negatif terhadap IPM di Indonesia.

5. Penelitian Yusri (2014) yang berjudul “Analisis Determain Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi Aceh”. Menggunakan variabel independen pengeluaran rumah tangga, pengeluaran rumah tangga bukan makanan, rasio penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan di Provinsi Aceh dengan periode waktu 5 tahun. Dengan menggunakan metode data panel diperoleh hasil bahwa variabel independen pengeluaran rumah tangga, pengeluaran rumah tangga bukan makanan, rasio penduduk miskin dan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh signifikan terhadap IPM di Provinsi Aceh. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM di Provinsi Aceh.

6. Penelitian Brata (2002) yang berjudul “Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional di Indonesia”. Menggunakan variabel independen rasio pembentukan modal tetap domestik bruto (RPMTDB), Indeks Gini, rasio migas terhadap PDRB (RMIGAS), variabel boneka konflik provinsi dan rata-rata lama sekolah perempuan (LLSP) terhadap IPM dan PDRB per kapita. Dengan menggunakan metode two stages least square (TSLS) diperoleh hasil bahwa variabel PDRB per kapita dan

(56)

IPM di Indonesia. Sedangkan variabel rasio pembentukan modal tetap domestik bruto (RPMTDB), Indeks Gini, rasio migas terhadap PDRB (RMIGAS), variabel boneka konflik provinsi tidak berpengaruh terhadap IPM dan PDRB per Kapita di Indonesia. Variabel indeks gini, rasio migas terhadap PDRB(RMIGAS), dan rata-rata lama sekolah perempuan (LLSP) berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB per kapita di Indonesia. 7. Penelitian Kacaribu (2013) yang berjudul “Analisis Indeks Pembangunan Manusia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Provinsi Papua”. Menggunakan variabel independen produk domestik reginal bruto (PDRB), pengeluaran pemerintah menurut fungsi pendidikan, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah bidan, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah perawat, rasio kemiskinan terhadap jumlah penduduk, rasio murid SD terhadap guru, rasio murid SMP terhadap guru dan rasio murid SMA terhadap guru di 29 kabupaten/kota yang ada di provinsi Papua dengan periode waktu 3 tahun. Dengan menggunakan metode data panel dengan pendekatan fixed effect Model diperoleh hasil bahwa variabel PDRB, pengeluaran pemerintah

(57)

dan rasio murid SMP terhadap guru tidak berpengaruh terhadap IPM di provinsi Papua.

8. Penelitian Rustariyuni (2014) yang berjudul “Pengaruh Gini Ratio, Pengeluaran Non Makanan Per Kapita, Belanja Daerah dan Laju Pertumbuhan Ekonomi pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode 2004-2012. Menggunakan variabel gini ratio, pengeluaran non makanan per kapita, belanja daerah dan laju pertumbuhan ekonomi di 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan periode waktu 9 tahun. Dengan menggunakan metode data panel diperoleh hasil bahwa variabel gini ratio, variabel pengeluaran non makanan per kapita, variabel belanja daerah dan variabel laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan positif terhadap IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali periode 2004-2012.

(58)

Tabel 2. 1

1. Variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh signifikan 2. Variabel pengeluaran

pemeritah untuk kesehatan berpengaruh signifikan dan positif. 3. Variabel pengeluaran

(59)

No

1. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan positif 2. Variabel kemiskinan

berpengaruh negatif

VECM 1. Variabel pertumbuhan pengeluaran

pemerintah bidang kesehatan berpengaruh signifikan dan positif 2. Variabel pertumbuhan

pengeluaran

pemerintah bidang pendidikan

berpengaruh signifikan dan negatif

3. Variabel penanaman modal asing berpengaruh signifikan dan negatif

(60)

No

1. Variabel pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh signifikan

2. Variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan tidak berpengaruh signifikan 3. Variabel pengeluaran

rumah tangga berpengaruh signifikan

4. Variabel pengeluaran rumah tangga bukan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB per kapita

(61)

No

3. Variabel rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter berpengaruh

signifikan

4. Variabel rasio jumlah penduduk terhadap jumlah bidan berpengaruh

signifikan

5. Variabel rasio jumlah penduduk terhadap jumlah perawat berpengaruh signifikan

6. Variabel rasio kemiskinan terhadap jumlah penduduk berpengaruh signifikan 7. Variabel rasio murid SMA

terhadap guru berpengaruh signifikan

8. Variabel rasio murid SD terhadap guru tidak berpengaruh

(62)

No

4. Variabel laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan positif

C. Model Penelitian

Peningkatan jumlah penduduk miskin akan menyebabkan daya beli masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan lain, misalnya kesehatan, pendidikan juga tidak dapat terpenuhi. Dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan juga pendapatan akan menyebabkan kesejahteraan mereka menurun. Kemiskinan dapat memberikan dampak buruk bagi pembangunan manusia, karena ketiga indikator tersebut merupakan komponen pembentuk indeks pembangunan manusia.

(63)

berpendapatan tinggi semakin meningkat dan penghasilan penduduk berpendapatan rendah semakin turun. Dengan rendahnya pendapatan akan menurunkan daya beli masyarakat dan menambah jumlah penduduk miskin, sehingga kesejahteraan akan menurun dan pembangunan manusia akan terkena dampak negatif dari ketimpangan distribusi pendapatan.

Upah merupakan salah satu sarana bagi masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan, dengan adanya peraturan upah minimum dari pemerintah akan mendorong kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya kenaikan upah minimum akan menyebabkan daya beli masyarakat akan meningkat dan standar hidup layak juga akan meningkat, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, kebutuhan lain seperti kesehatan dan pendidikan juga akan terpenuhi. Sehingga kesejahteraan masyarakat akan naik dan tentunya akan mendorong pembangunan manusia.

(64)

Gambar 2. 3

Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau simpulan yang diambil berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Perubahan indikator pada variabel jumlah penduduk miskin diduga berpengaruh negatif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun.

2. Perubahan indikator pada variabel rasio gini diduga berpengaruh negatif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun.

3. Perubahan indikator pada variabel upah minimum kabupaten/kota diduga berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun.

Jumlah Penduduk Miskin

Rasio Gini

Upah Minimum Kab/Kota

Indeks Pembangunan Manusia

-

-

(65)

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan, rasio gini dan upah minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel dependen (Y) di 6 kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun, yang terdiri dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi dan Kota Madiun periode tahun 2010 sampai dengan 2015.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang berupa deret waktu (time series) dan data silang (cross section) atau data panel periode tahun 2010-2015. Data diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur dan seluruh kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun.

C. Teknik Pengumpulan Data

(66)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan seacara langsung yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur, BPS Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun serta intansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional memuat variabel-variabel yang digunakan dalam penelitan ini yaitu, jumlah penduduk miskin, rasio gini dan upah minimum kabupaten/kota sebagai variabel independen (bebas) serta indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel dependen (terikat).

1. Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (IPM) yang diambil dari data BPS setiap kabupaten/kota di eks Karesidenan Madiun dan Jawa timur. Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks untuk mengukur perkembangan manusia yang diukur berdasarkan kesehatan, pendidikan dan kemampuan secara ekonomi. Suatu indeks pada umumnya tidak memiliki satuan ukuran.

2. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Jumlah Penduduk Miskin (JPM)

(67)

yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan yang berada dibawah garis kemiskinan dari enam kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun selama periode 2010-2015.

b. Variabel Rasio Gini (GINI)

Variabel rasio gini yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel bebas. Rasio gini merupakan indeks ketimpangan distribusi pendapatan antar penduduk dari enam kabupaten/kota di Eks Karesidenan Madiun. Suatu indeks pada umumnya tidak memiliki satuan ukuran.

c. Variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Variabel UMK yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel bebas. UMK merupakan upah minimum yang berlaku diwilayah kabupaten/kota. Variabel UMK menggunakan satuan Rupiah (Rp).

E. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitaif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel. Data panel adalah gabungan antara runtut waktu (time series) dan data silang (cross section) (Basuki dan Yuliadi, 2015). Menurut Widarjono dalam yang dikutip

(68)

observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain sebagai berikut:

1. Data panel merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

2. Data panel menggabungkan data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-varible).

Hsiao yang dikutip dalam Basuki dan Yuliadi (2015) mencatat bahwa penggunaan panel data dalam penelitian ekonomi memiliki beberapa keuntungan utama dibandingkan data jenis cross section maupun time series. Antara lain sebagai berikut:

1. Data panel dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabilitas yang besar dan mengurangi koliniearitas antara variabel penjelas, dimana dapat menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien. 2. Data panel dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat

diberikan oleh cross section atau time series saja.

3. Data panel dapat memberikan penyelesian yang lebih baik dalam inferensi perubahan dinamis dibandingkan data cross section.

(69)

1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

2. Data panel mampu mengontrol heterogenitas sehingga data panel dapat membangun model yang lebih kompleks.

3. Data panel yang memuat cross section yang berulang-ulang (time series) sehingga cocok untuk study of dynamic adjustment.

4. Banyaknya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, variatif dan kolinieritas (multiko) antara data semakin berkurang dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga hasil lebih efisien.

5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin terjadi karena agregasi individu.

Analisis regresi dalam penelitian ini diolah menggunakan program Eviews 9.0 dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

...(1)

Keterangan:

Y= variabel dependen i = cross-section atau kabupaten/kota

α = Konstanta t = waktu atau time seres

(70)

β(1,2,3) = koefisien regresi masing-masing variabel independen

X1 = Kemiskinan / Variabel Independen 1

X2 = Rasio Gini / Variabel Independen 2

X3 = Upah Minimum / Variabel Independen 3

ε = error term

Model dalam penelitian ini dimodifikasi disesuaikan dengan ketersediaan data di Eks Karesidenan Madiun. Sehingga didapatkan persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

...(2)

Keterangan:

IPM = Indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun tahun 2010-2015

JPM = Jumlah penduduk miskin di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun tahun 2010-2015

GINI = Ketimpangan distribusi pendapatan di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun tahun 2010-2015

UMK = Upah minimum di kabupaten/kota Eks Karesidenan Madiun tahun 2010-2015

(71)

1. Common Effect Model

Merupakan bentuk teknik regresi yang paling sederhana karena hanya menggunakan kombinasi data time series dan data cross section tanpa memperhatikan dimensi waktu maupun individu/wilayah. Sehingga mengasumsikan perilaku setiap individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode estimasi ini sama halnya dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil.

Dalam pendekatan ini hanya mengamsumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa penelitian data panel, model ini sering kali tidak pernal digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini bisa digunakan sebagai pembanding untuk pemilihan model lain.

Adapun persamaan regresi dalam model common effects dapat ditulis sebagai berikut (Basuki, 2014):

...(3) Keterangan:

i : Data Cross Section(Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun)

(72)

2. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Estimasi Fixed Effect Model (FEM) menggunakan teknik variabel dummy untuk melihat perbedaan intersep antar individu atau wilayah, namun terdapat kesamaan slop antar wilayah. Teknik ini juga sering disebut sebagai Least Square Dummy Variabel (LSDV). Penggunaan model ini tepat untuk melihat perilaku data

dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam menginterpretasi data.

Pemilihan model antara Common Effect dengan Fixed Effect dapat dilakukkan dengan pengujian Likehood Ratio dengan ketentuan apabila nilai probabilitas yang dihasilakan signifikan dengan alpha maka yang metode yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

3. Random Effect Model

Dalam model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar wilayah. Pada model ini perbedaan intersep diakomodasi oleh error term masing-masing wilayah. Keuntungan menggunakan model ini adalah menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga biasa disebut sebagai Error Component Model atau teknik Generalized Least Square (GLS).

(73)

hasil estimasi akan semakin efisien. Keputusam penggunaan model efek tetap ataupun acak ditentukan dengan menggunakan Hausman Test. Jika probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat digunakan model Fixed Effect namun apabila sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang terbaik antara Fixed Effect dengan Random Effect. Dengan demikian, persamaan model Random Effect dapat dituliskan sebagai berikut :

Yit = ...(4)

Keterangan:

i = Data Cross Section (Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Madiun)

t = Data Time Series (2010,2011,2012,2013,2014,2015,2016)

Untuk menentukan model yang tepat dalam estimasi data panel perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu (Basuki dan Yuliadi, 2015). Beberapa pengujian yang dapat dilakukan yaitu:

1. Uji Chow

Chow test yaitu pengujian untuk mengetahui model Fixed Effect atau Common Effect yang paling tepat untuk mengestimasi data panel.

2. Uji Hausman

Hausman test adalah adalah pengujian statistik untuk memilih

(74)

3. Uji Lagrange Multiplier (LM)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah model Random Effect atau Common Effect (OLS) yang paling tepat untuk mengestimasi data panel.

Secara formal, ada tiga prosedur pengujian yang akan digunakan, yaitu uji statistik F yang digunakan untuk memilih antara (Basuki,2014).

1. Model common effect atau fixed effects

2. Uji Langrange Multiplier (LM) yang digunakan untuk memilih antara model common effects atau model random effects

3. Uji Hausman yang digunakan untuk memilih antara model fixed effects atau model random effects.

F. Uji Kualitas Data

Dalam metode Ordinary Least Square (OLS), untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih tepat, maka diperlukan pendeteksian apakah model tersebut menyimpang dari asumsi klasik atau tidak, deteksi tersebut terdiri dari:

1. Uji Multikolinearitas

Menurut Basuki dan Yuliadi (2015) salah satu asumsi regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinearitas sempurna (no perfect multicolinearity) yaitu tidak adanya hubungan linear antara variabel bebas

(75)

terkena multikolinieritas apabila terjadi hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Akibatnya yaitu sulit untuk melihat pengaruh variabel bebas atau penjelas terhadap variabel terikat atau yang dijelaskan Maddala yang dikutip dalam Basuki dan Yuliadi (2015). Salah satu cara mendeteksi adanya multikoliniearitas yaitu:

a. R2 cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi tingkat signifikan uji-t untuk masing-masing koefisien regresi nya sedikit.

b. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup (sufficient) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary) utuk terjadinya multikolinieritas, sebab pada R2 yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi multikolinieritas. c. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel

independen yang lain, kemudian di hitung R2 nya dengan uji F: 1) Jika F* > F tabel berarti H0 di tolak, ada multikolinieritas.

2) Jika F* < F tabel berarti H0 di terima, tidak ada multikoliniearitas.

(76)

2. Uji Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas terjadi apabila nilai probabilitas tetap sama dalam sebuah observasi x, dan varian setiap residual sama untuk setiap variabel bebas, sebaliknya apabila terjadi heteroskedastisitas maka nilai variansnya berbeda (Basuki dan Yuliadi, 2015).

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang yain tetap, maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak adanya heterokedatisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

a. Signifikan korelasi > 0,05, berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Signifikan korelasi > 0,05, berarti bebas dari heteroskedastisitas.

Menurut Basuki dan Yuliadi (2015) tidak semua uji asumsi klasik harus digunakan pada setiap regresi.

1. Uji linieritas hampir tidak digunakan dalam setiap regresi karena sudah diasumsikan bahwa model bersifat linier. Walaupun harus dilakukan uji tersebut maka hanya untuk melihat sejauh mana tingkat linieritasnya. 2. Uji normalitas bukan merupakan syarat BLUE (Best Linier Unbias

Estimator). Beberapa pendapat menyebutkan bahwa tidak mengharuskan

(77)

3. Autokorelasi hanya terjadi pada data time series. Pengujian pada data panel akan sia-sia atau tidaklah berarti.

4. Multikolinieritas perlu dilakukan pada regresi linier apabila menggunakan variabel bebas lebih dari satu. Apabila hanya terdapat satu variabel bebas maka pastilah tidak terjadi multikolinieritas.

5. Heteroskedastisitas biasnya terjadi pada data cross section, dimana data panel lebih mendekati ciri-ciri data cross section dibandingkan time series. Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada regresi dengan menggunakan data panel tidak semua uji asumsi klasik digunakan pada metode OLS, maka dari itu peneliti hanya akan melakukan pengujian dengan uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas saja.

G. Uji Hipotesis

Uji signifikasi hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahan atau kebenaran dari suatu hipotesis.

1. Koefisien Determinasi/R2

Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh variabel indepeden dalam sebuah model (Basuki dan Yuliadi, 2015).

(78)

menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R2 dapat naik dapat turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model. Pengujian ini pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.

2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk melihat seberapa tinggi tingkat signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat secara dan variabel lain dianggap tetap. Langkah-langkah uji t antara lain sebagai berikut:

a. Tentukan hipotesis dalam penelitian

1) Uji t variabel tingkat kemiskinan (JPM)

a) H0 : β2 ≥ 0, diduga tidak ada pengaruh signifikan variabel jumlah penduduk miskin (JPM) terhadap variabel dependen indeks pembangunan manusia (IPM).

b) H1 : β2 <0, diduga ada pengaruh signifikan variabel jumlah penduduk miskin (JPM) terhadap variabel dependen indeks pembangunan manusia (IPM).

2) Uji t untuk variabel rasio gini (GINI)

Gambar

Gambar 1. 1.
Gambar 1. 2
Tabel 1. 1
Tabel 1. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor belanja pemerintah bidang kesehatan, belanja bidang infrastruktur, pendapatan per kapita

Pengaruh secara tidak langsung faktor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi umumnya melalui beberapa cara, antara lain misalnya perbaikan kesehatan penduduk akan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan Judul

1. Untuk dapat melihat model regresi linear berganda yang dapat digunakan untuk pemodelan IPM di Sumatera Utara berdasarkan variable-variabel yang mempengaruhinya.

Badan Pusat Statistik.2015.Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara 2015.. Medan: BPS

Universitas Sumatera Utara...

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perkembangan tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi di Kota Jambi dan untuk

Nilai efek marginal sebesar 0,1 mengandung arti bahwa setiap terjadi peningkatan persentase penduduk yang berpendidikan diatas SLTP, maka Provinsi DI Yogyakarta