TUGAS AKHIR
Nama : ANANDA KURNIA MIRANI
NIM : 09.42010.0006
Program Studi : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
RESTO KAMPOENG STEAK DENGAN MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK SURABAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
BRAND LOYALTY
Ananda Kurnia Mirani1
(Muh. Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom. Pembimbing I, Thomas Hanandry D, M.T. Pembimbing II)
1
Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM
Resto Kampoeng Steak Surabaya (KS) adalah salah satu resto waralaba lokal yang berasal dari Surabaya. Usaha bisnis makanan ini tidak memperlihatkan suatu keunikan seperti karakteristik Surabaya. Padahal jika hal ini dilakukan, maka resto ini akan memiliki nilai lebih, terutama ketika membuka cabang di kota-kota besar di luar Surabaya. Kampoeng Steak akan memiliki nilai tambah berupa ciri khas sebagai usaha bisnis lokal yang berasal dari Surabaya. Meski Kampoeng Steak sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang khas Surabaya, tetapi masyarakat belum aware atau tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Penggambaran image Kampoeng Steak sebagai salah satu resto yang berasal dari Surabaya belum tersampaikan. Maka untuk menyampaikan karakteristik Kampoeng Steak harus dibuat suatu strategi pemasaran yang jitu. Sehingga franchise lokal seperti resto Kampoeng Steak tetap menjadi pilihan masyarakat di tengah maraknya persaingan bisnis kuliner baru yang juga menawarkan menu steak. Dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty. Sehingga Kampoeng Steak akan mempunyai identitas unik dan berbeda dengan memperkenalkan karakteristik Surabaya maka akan menjadi sebuah ingatan khusus bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk semakin dikenal masyarakat.
Kata Kunci : Perancangan, Promosi, Brand loyalty
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Batasan Masalah... 6
1.4 Tujuan Perancangan ... 6
1.5 Manfaat Perancangan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Resto ... 8
2.2 Resto Kampoeng Steak ... 8
2.2.1 Visi dan Misi Kampoeng Steak ... 9
2.3 Surabaya ... 10
2.3.1 Sejarah Surabaya ... 10
2.3.2 Karakteristik Kota Surabaya ... 10
2.4 Brand Loyalty ... 12
2.5 Media Promosi ... 16
2.5.1 Definisi Promosi ... 16
2.5.2 Media Promosi dan Periklanan ... 18
2.5.3 Pemasaran Viral ... 21
2.6 Visual ... 22
2.6.1 Warna ... 22
2.7 Tipografi ... 26
2.7.1 Layout ... 30
2.9.3 Positioning ... 37
2.10 Unique Selling Proposition (USP) ... 38
2.11 Tagline... 39
2.11.1 Jenis-Jenis Tagline ... 39
2.12 Analisis Data ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
3.1 Metodologi Penelitian ... 42
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.3 Teknik Analisis Data ... 45
3.3.1 Hasil dan Analisis Data ... 46
3.5 Metode Perancangan Karya ... 65
3.5.1 Konsep Perancangan ... 65
3.5.2 Konsep Kreatif ... 66
3.5.3 Strategi Komunikasi ... 79
3.6 Perencanaan Kreatif ... 80
3.6.1 Tujuan Kreatif ... 80
3.6.2 Strategi Kreatif... 80
3.6.3 Program Kreatif ... 81
3.7 Perencanaan Media ... 82
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 104
4.1 Implementasi Desain ... 104
BAB V PENUTUP ... 117
5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran……….. ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
BIODATA PENULIS ... 122
Gambar 2.2 Diagram Nilai Loyalitas Merek ... 15
Gambar 2.3 Contoh Huruf Serif ... 27
Gambar 2.4 Contoh Huruf San Serif ... 27
Gambar 2.5 Contoh Huruf Script ... 28
Gambar 2.6 Bagan Matrix SWOT ... 35
Gambar 3.1 Brosur Resto Kampoeng Steak ... 49
Gambar 3.2 Flyer Resto Kampoeng Steak ... 50
Gambar 3.3 Flyer Promo Diskon Resto Kampoeng Steak ... 50
Gambar 3.4 Brosur Resto Kampoeng Steak (Edisi Ramadhan) ... 51
Gambar 3.5 Spanduk Resto Kampoeng Steak (Edisi Ramadhan)... 51
Gambar 3.6 Banner Kegiatan Sosial Resto Kampoeng Steak ... 52
Gambar 3.7 Skema Analisis Keyword ... 62
Gambar 3.8 Skema Konsep Perancangan ... 65
Gambar 3.9 Alternatif Warna 1………...68
Gambar 3.10 Alternatif Warna 2… ... 68
Gambar 3.11 Alternatif Warna 3 ... 68
Gambar 3.12 Alternatif Warna 4 ... 69
Gambar 3.13 Alternatif Warna 5 ... 69
Gambar 3.14 Warna Akhir Terpilih ... 71
Gambar 3.15 Alternatif Font Script Tidak Resmi ... 71
Gambar 3.16 Alternatif Font Script Resmi ... 71
Gambar 3.17 Alternatif Font Script ... 72
Gambar 3.18 Alternatif Font Decorative ... 72
Gambar 3.19 Alternatif Font San Serif ... 72
Gambar 3.20 Alternatif Font San Serif Tidak Resmi ... 73
Gambar 3.21 Alternatif Font Serif ... 73
Gambar 3.22 Alternatif Font Serif Tidak Resmi ... 73
Gambar 3.23 Desain Ilustrasi Suro&Boyo ... 75
Gambar 3.28 Headline “Surabaya’s Real Steak!!” ... 77
Gambar 3.29 Headline “Berani Nahan Enaknya?” ... 78
Gambar 3.30 Headline “Real Steak, Real Surabaya” ... 78
Gambar 3.31 Sketsa Alternatif Iklan Televisi ... 89
Gambar 3.32 Sketsa Terpilih Iklan Televisi ... 89
Gambar 3.33 Sketsa Alternatif Iklan Internet ... 91
Gambar 3.34 Sketsa Terpilih Iklan Internet ... 92
Gambar 3.35 Sketsa Alternatif Flyer ... 94
Gambar 3.36 Sketsa Terpilih Flyer ... 94
Gambar 3.37 Sketsa Alternatif Iklan Koran ... 96
Gambar 3.38 Sketsa Terpilih Iklan Koran ... 97
Gambar 3.39 Sketsa Alternatif Iklan Majalah ... 98
Gambar 3.40 Sketsa Terpilih Iklan Majalah ... 99
Gambar 3.41 Sketsa Alternatif Tusukan Steak ... 101
Gambar 3.42 Sketsa Terpilih Tusukan Steak ... 102
Gambar 3.43 Sketsa Alternatif Merchandise (notes) ... 103
Gambar 3.44 Sketsa Terpilih Merchandise (notes) ... 103
Gambar 4.1 Story Board Iklan Televisi... 106
Gambar 4.2 Story Board Iklan Internet ... 108
Gambar 4.3 Flyer Resto Kampoeng Steak ... 109
Gambar 4.4 Iklan Majalah ... 110
Gambar 4.5 Ilustrasi Penempatan Iklan Majalah ... 111
Gambar 4.6 Iklan Koran ... 112
Gambar 4.7 Ilustrasi Penempatan Iklan Koran ... 113
Gambar 4.8 Merchandise Tusukan Steak... 115
Gambar 4.9 Merchandise Notes (Buku Kecil) ... 116
Tabel 3.1 Tabel Matrix SWOT ... 60
Tabel 3.2 FGD Menentukan Warna ... 70
Tabel 3.3 FGD Menentukan Font ... 74
Tabel 3.4 FGD Menentukan Desain Ikon Surabaya ... 76
Tabel 3.5 FGD Menentukan Headline ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini bisnis waralaba (franchise) tidak pernah sepi peminat. Kategori
usaha makanan menjadi primadona dalam bisnis waralaba (Agustaman, 2007:1).
Resto Kampoeng Steak Surabaya (KS) adalah salah satu resto waralaba lokal yang
telah merambah di kota-kota besar seperti Semarang, Gresik, dan Jakarta.
Permasalahannya, meski resto ini berasal dari Surabaya, usaha bisnis makanan ini
tidak memperlihatkan karakteristik Surabaya. Padahal jika hal ini dilakukan, maka
resto ini akan memiliki nilai lebih, terutama ketika membuka cabang di kota-kota
besar di luar Surabaya. Kampoeng Steak akan memiliki nilai tambah berupa ciri
khas sebagai usaha bisnis lokal yang berasal dari Surabaya. Sehingga dengan
memberi suatu inovasi baru berupa karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng
Steak, diharap pelanggan tidak berpindah ke resto steak lainnya. Berangkat dari
permasalahan tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk merancang media
promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya
sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.
Saat ini kebutuhan manusia sangatlah banyak. Menurut Rizkacil (2012)
dalam blognya bahwa berdasarkan tingkat kepentingan/prioritas, kebutuhan
manusia dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Untuk
kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan dan papan. Ketiga unsur tersebut
sangat penting bagi kehidupan manusia terutama kebutuhan pangan.
Kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia karena makanan merupakan
sumber energi. Saat ini ada sekitar 350 waralaba asing dan 2000 waralaba lokal
yang diantaranya berkategori berpeluang usaha (Mix Marketing Communications,
2013: 36). Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) memperkirakan bahwa tahun ini
waralaba asing tumbuh 6-7%, untuk waralaba lokal diperkirakan hanya tumbuh
2-3%. Salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan waralaba lokal adalah karena
ketidakmampuan waralaba dalam membangun diferensiasi. Padahal, bisnis
waralaba harus memiliki keunikan atau ciri khas dalam usahanya yang sulit ditiru
oleh pesaing (Mix Marketing Communications, 2013: 36).
Di Surabaya, salah satu bisnis franchise lokal yang cukup terkenal adalah
resto Kampoeng Steak. Kampoeng Steak adalah resto lokal yang menyajikan
produk makanan dan minuman dengan menu spesial steak dengan harga yang
terjangkau. Kampoeng Steak sendiri adalah salah satu resto waralaba lokal yang
berasal dari Surabaya. Saat ini Kampoeng Steak telah membuka cabang di
kota-kota besar seperti Semarang, Gresik, dan Jakarta.
Meski resto Kampoeng Steak berasal dari Surabaya, tetapi usaha bisnis
makanan ini belum memperlihatkan karakteristik Surabaya yang merupakan
identitas asal dari Kampoeng Steak itu sendiri. Hal ini penting bagi bisnis
waralaba karena identitas merupakan salah satu faktor yang membedakan
waralaba satu dengan waralaba lainnya (Mix Marketing Communications, 2013:
37). Visi dari resto ini juga ingin menjadikan resto Kampoeng Steak sebagai salah
satu ikon wisata kuliner Surabaya. Dengan mengangkat karakteristik Surabaya
maka akan menjadikan perubahan pada resto Kampoeng Steak selama ini.
Sehingga Resto Kampoeng Steak akan mempunyai nilai tambah atau image yang
unik dan berbeda.
Kampoeng Steak merupakan salah satu dari sekian resto steak di Surabaya
yang bersaing dengan kompetitor steak lainnya. Untuk menghadapi persaingan
tersebut, selama ini Resto Kampoeng Steak hanya menampilkan ciri khas
penataan interior dengan ornamen kayu serta warna biru dan kuning. Kampoeng
Steak juga memberikan harga yang relatif terjangkau untuk sajian menu steak agar
dapat dinikmati oleh masyarakat dari segala kalangan, sehingga menjadikan resto
Kampoeng Steak cukup terkenal khususnya di kalangan remaja.
Menurut pengamatan, ada beberapa hal yang bisa Kampoeng Steak
tonjolkan untuk memperkuat merek Kampoeng Steak di tengah-tengah gempuran
pesaing dibidang steak lainnya. Salah satunya adalah dengan memberikan suatu
inovasi baru berupa penggambaran image Surabaya pada resto Kampoeng Steak.
Meski Kampoeng Steak sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang khas,
tetapi masyarakat belum aware atau tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.
Penggambaran image Kampoeng Steak sebagai salah satu resto yang
berasal dari Surabaya belum tersampaikan. Maka untuk menambahkan
karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng Steak harus dibuat suatu media
promosi yang akan digunakan sebagai pengenalan image Surabaya kepada
masyarakat. Sehingga dengan adanya nilai tambah sebagai franchise lokal yang
berasal dari Surabaya, resto Kampoeng Steak juga mempunyai image yang unik
dan berbeda sehingga tetap menjadi pilihan masyarakat di tengah maraknya
persaingan bisnis kuliner baru yang juga menawarkan menu steak.
Dengan adanya image Surabaya, maka pelanggan dari Kampoeng Steak
harus diperhatikan. Untuk mempertahankan pelanggan lama maupun calon
konsumen yang baru, serta meningkatkan merek resto Kampoeng Steak agar
mempunyai image tersendiri dan tetap menjadi pilihan masyarakat yang ingin
menikmati menu steak di tengah maraknya pesaing-pesaing yang menawarkan
menu steak dengan konsep yang sama, perlu direncanakan suatu diferensiasi atau
ciri khas yang berbeda. Seperti tampilan unik dengan menonjolkan karakteristik
daerah asal resto Kampoeng Steak yaitu Surabaya sehingga menjadikan
Kampoeng Steak berbeda dengan resto steak lainnya. Oleh karena itu, loyalitas
merek merupakan ukuran untuk mencegah konsumen beralih ke merek lain,
terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga
ataupun atribut lainnya. Sehingga perlu dilakukan perancangan media promosi
resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai
upaya meningkatkan brand loyalty.
Karakteristik merupakan suatu hal yang berhubungan dengan suatu ciri
khusus tertentu. Penambahan karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng Steak
akan ditonjolkan pada media promosi. Sehingga dengan adanya karakteristik
sebagai franchise lokal yang berasal dari Surabaya, Kampoeng Steak akan
mempunyai nilai tambah berupa identitas unik dan berbeda yang sulit ditiru oleh
pesaing. Dengan memperkenalkan karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng
Steak maka akan menjadi perubahan yang nantinya akan menjadi sebuah ingatan
khusus bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk.
Dalam hal ini media promosi berperan sebagai salah satu sarana untuk
mengenalkan/mempublikasikan sesuatu yang dimiliki perusahaan kepada para
konsumen. Dengan adanya media promosi, ciri khas berupa image karakteristik
Surabaya melalui Resto Kampoeng Steak tersebut akan ditonjolkan dan akan
semakin meningkatkan loyalitas pelanggan dari Kampoeng Steak. Sehingga resto
Kampoeng Steak tetap diminati oleh pelanggan lama dan semakin dikenal luas
oleh publik.
Media promosi yang cocok untuk meningkatkan brand loyalty dengan
menggunakan karakteristik Surabaya adalah iklan media cetak seperti iklan surat
kabar (koran), iklan majalah, iklan televisi, iklan internet, dan media pendukung
seperti flyer, iklan radio, dan merchandise. Sehingga dengan semakin kuatnya
karakteristik franchise lokal yang berasal dari Surabaya, diharapkan hal tersebut
dapat menjadikan resto Kampoeng Steak sebagai salah satu ikon wisata kuliner
Surabaya dan mampu menarik minat masyarakat/konsumen lama yang berasal
dari dalam maupun luar Surabaya.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka Tugas Akhir ini mengangkat tentang
upaya meningkatkan brand loyalty dengan menampilkan nilai tambah yang
selama ini belum ditonjolkan yaitu karakteristik Surabaya dalam bentuk media
promosi, sehingga judul dari Tugas Akhir ini adalah “Perancangan Media
Promosi Resto Kampoeng Steak Dengan Menggunakan Karakteristik Surabaya
Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Loyalty”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan adalah
bagaimana merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan
menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty ?
1.3Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam laporan ini terfokus dan tidak terlalu meluas, maka
diperlukan batasan-batasan mengenai permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan karakteristik Surabaya pada perancangan media promosi
ditujukan untuk meningkatkan brand loyalty resto Kampoeng Steak.
2. Perancangan media promosi resto Kampoeng Steak ditentukan pada media
televisi dan internet, selain itudirancang media pendukung lainnya seperti
iklan koran, iklan majalah, iklan radio, flyer dan merchandise yang
dianggap relevan bagi peningkatan brand loyalty.
3. Hanya dibatasi untuk wilayah kota Surabaya.
1.4. Tujuan Perancangan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk
merancang media promosi resto Kampoeng Steak sebagai upaya meningkatkan
brand loyalty.
1.5. Manfaat Perancangan 1.5.1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari perancangan media ini adalah dapat menambah
pengetahuan umum akan ciri khas atau karakteristik yang ada pada kota Surabaya.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat serta
mahasiswa yang ingin mengetahui tentang perancangan media promosi,
khususnya dalam mengenalkan karakteristik dari daerah asal sebagai suatu
keunikan yang mempunyai daya tarik tersendiri.
1.5.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi resto Kampoeng Steak dalam pengenalan karakteristik perusahaan
sehingga dapat menjadi ciri khas yang unik dan berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berisi data dan teori yang
relevan dengan perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan
menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.
2.1 Resto
Berasal dari Prancis pada abad 16 dan berkembang pada akhir abad
ke-18. Pada masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan
(tavern), tempat para pelancong mengisi perut. Resto sendiri merupakan singkatan
dari kata restoran. Menurut Marsum (2000) restoran adalah suatu tempat atau
bangunan yang diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada konsumennya baik berupa makanan maupun minuman.
2.2 Resto Kampoeng Steak
Kampoeng Steak adalah salah satu restoran yang didirikan di Surabaya oleh
sepasang suami istri yaitu Bapak Juned dan Ibu Lilik pada akhir Desember 2002.
Bisnis ini termasuk bisnis franchise lokal yang saat ini telah mempunyai 13
outlet/cabang yang tersebar di kota-kota besar seperti Sidoarjo, Gresik, Semarang,
dan Jakarta. Restoran ini menyajikan produk makanan dan minuman yang halal
dengan menu spesial aneka steak, spaghetti, serta minuman seperti jus buah segar
2.2.1 Visi dan Misi Kampoeng Steak Visi:
Kampoeng Steak sebagai rumah makan yang menyajikan produk makanan
dan minuman yang halal dengan menu spesial yakni aneka steak, spaghetti, jus
buah segar, milk shake dengan rasa nikmat, harga hemat sehingga dpat diterima
masyarakat luas dan menjadi salah satu ikon di Surabaya yang bertujuan
memperkaya wisata kuliner nusantara dan menjadikan usaha yang barokah.
Misi:
1. Melayani masyarakat untuk menikmati sajian di Kampoeng Steak dengan
sebaik-baiknya.
2. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
3. Membangun dan mengembangkan usaha Kampoeng Steak bersama karyawan
dalam rangka peningkatran kesejahteraan hidup karyawan Kampoeng Steak.
4. Dapat ikut dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar dan mendukung
program pemerintahan
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kehidupan dan dapat mewujudkannya di
dalam lingkungan kerja Kampoeng Steak pada khususnya dan lingkungan
2.3 Surabaya
2.3.1 Sejarah Surabaya
Kota Surabaya dikenal sebagai kota Pahlawan karena sejarahnya yang
sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia
dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara
sura (ikan hiu) dan baya (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Surabaya
merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Timur dan merupakan pusat bisnis,
perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur.
Kota Surabaya kaya akan sejarah perjuangannya atau keheroismenya pada
saat arek-arek Suroboyo memperjuangkan kemerdekaannya. Kota yang
berjulukan Kota Pahlawan ini memiliki beragam keunikan yang dapat segera
menarik perhatian bagi siapa saja. Selain sebagai kota sejarah, Surabaya juga
dikenal sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Maka kehidupan
tradisional daerah dan modernitas terlihat nyata di kota ini, membentuk
kebudayaan yang unik dan tentu saja menarik.
2.3.2 Karakteristik Kota Surabaya
Secara historis, pusat perdagangan Surabaya sudah ditata untuk memiliki
penanda atau ikon sebagai identitas kawasan. Surabaya hingga kini diyakini
memiliki ikon-ikon lingkungan yang juga memberikan karakter kuat terhadap
perjuangan masyarakat Surabaya. Diantaranya adalah Tugu Pahlawan, Patung
lebih dari 700 tahun, dan tentunya telah memberikan makna dan arti tertentu bagi
warga maupun pendatangnya.
Kekuatan ekonomi Surabaya, yang didukung dengan lengkapnya segala
aktifitas perdagangan, pendidikan, perkantoran, dan juga perumahan, semakin
lama semakin berkembang. Fasilitas tersebut memberikan penanda atau ikon bagi
kota Surabaya seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kota mengarah ke
kota modern (Rully Damayanti).
Untuk budaya, budaya arek yang mengistilahkan dirinya sebagai “orang
Surabaya yang sebenarnya” adalah pribadi-pribadi yang berkeinginan kuat, suka
merasa bebas dari kewajiban sosial dan kewajiban lainnya, dan cenderung
bereaksi kasar kalau ditekan. Mereka juga pekerja keras, mandiri dan sering
bersifat merakyat. Sudah sejak lama masyarakat yang mendukung budaya arek
dikenal sebagai pribadi-pribadi pemberani. Keberanian pendukung budaya arek
tidak hanya tercermin dalam peristiwa 10 November 1945. Sebab jauh
sebelumnya keberanian pendukung budaya arek dalam melawan
kesewenang-wenangan penjajah sudah sering dilakukan.
Menurut Purnawan, secara umum pendukung budaya arek memilik sifat dan
sikap yang kaku dan cenderung kasar. Sikap ini sesuai dengan karakter
masyarakat setempat yang cenderung tanpa kompromi dan sering bersifat
individual. Jika mereka memiliki kemauan maka harus dapat diwujudkan. Jika ada
yang menghalangi maka harus dilawan. Tidak jarang mereka mengidentifikasikan
Pendukung budaya arek terkenal kukuh pada pendirian. Masyarakat budaya
arek pada umumnya sangat menghormati dan menyenangi orang yang teguh pada
kata-katanya karena dapat dipercaya. Karakter apa adanya dan lugas bukan berarti
polos tanpa pretensi. Karakter semacam ini diartikan sebagai sikap-sikap yang
tidak mau menyembunyikan sesuatu, apalagi menyembunyikan kesalahan.
Karakter semacam ini juga menyimbolkan kejujuran dalam menyatakan perasaan
hati. Hal tersebut tercermin dari tutur kata masyarakat dalam lingkungan budaya
arek yang cenderung ceplas-ceplos dan to the point jika menghendaki atau
meminta sesuatu dari orang lain.
Masyarakat budaya arek sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan
kebersamaan. Mereka tidak mau terkungkung dengan penjenjangan masyarakat
yang terlalu rumit. Hal tersebut tercermin dalam keseharian mereka terutama
dalam bertutur kata, yang sangat minim dengan idiom-idiom yang menunjukkan
perbedaan strata. Bahasa yang digunakan sehari-hari banyak merupakan bahasa
ngoko yang sangat egaliter dan merakyat. Model budaya egaliter tentu saja sangat
baik untuk dikembangkan terutama pada pola-pola kepemimpinannya.
2.4 Brand Loyalty
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku The Power of Brand, pengertian
loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.
Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral
dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang
kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini
merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan
laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat
diartikan sebagai penjualan di masa depan.
Loyalitas memiliki tingkatan seperti berikut:
Commited Menyukai merek Pembeli yang puas dengan biaya peralihan Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan, tidak ada masalah
untuk beralih Berpindah-berpindah, peka terhadap perubahan harga,
Tidak ada loyalitas pelanggan
Gambar 2.1 Piramida Loyalitas
Berdasarkan piramida loyalitas di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama
sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan
demikian, merek memainkan peran yang kecl dalam keputusan pembelian.
disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih
memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).
2. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia
gunakan, atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak
terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu
perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu
tambahan biaya. Para pembeli tipe ini pembeli tipe kebiasaan (habitual
buyer).
3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya
peralihan, baik dalam waktu, uang atau risiko sehubungan dengan upaya
untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut
dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia
melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli ini disebut satisfied
buyer.
4. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.
Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas
yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena
terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.
5. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu
kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna satu merek. Merek
tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya, maupun sebagai
Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan
jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar akan mempunyai potensi untuk
memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam
gambar berikut:
Gambar 2.2 Diagram Nilai Loyalitas Merek
Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas
merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya
untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan
pelanggan baru. Keuntungan kedua, loyalitas merek yang tinggi dapat
meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak
pengecer untuk memajang di rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para
pelanggan akan mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftrar belanjanya.
Keuntungan ketiga, dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki
keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal minimal dapat mengurangi Loyalitas Merek
Pengurangan biaya pemasaran
Peningkatan perdagangan
Mengikat customer baru:
a. Menciptakan kesadaran brand
b. Meyakinkan kembali
resiko. Keuntungan keempat adalah loyalitas merek memberikan waktu, semacam
ruang bernafas, pada suatu perusahaan untuk cepat merespons gerakan-gerakan
pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang
pengikut loyal akan memberi waktu pada perusahaan tersebut agar
memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya
(Rangkuti, 2002: 60-64).
2.5 Media Promosi 2.5.1 Definisi Promosi
Promosi penjualan (sales promotion) terdiri dari semua kegiatan pemasaran
yang bertujuan untuk mendorong terjadinya pembelian suatu produk secara cepat,
atau dalam waktu yang relatif singkat. Promosi penjualan merupakan serangkaian
teknik persuasif yang menawarkan insentif atau nilai tambah suatu produk, baik
kepada para perantara maupun pemakai langsung, dalam jangka waktu tertentu
dan digunakan untuk mencapai sasaran penjualan yang segera (Harjanto,
2009:84).
Promosi merupakan bagian penting dari pemasaran suatu produk karena
promosi akan membantu konsumen mengingat merek (Harjanto, 2009:262).
Promosi merupakan kegiatan penting yang berperan aktif dalam memperkenalkan,
memberitahukan, dan menginformasikan potensi suatu produk agar
keberadaannya lebih dikenal oleh khalayak luas dan dapat mendorong khalayak
Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak
mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan mengingat produk
tersebut. Bahkan, promosi merek juga dapat mengubah citra produk dan
mambuatnya menjadi lebih dihargai karena sikap hormat kepada merek tersebut.
Michael Ray (Morissan, 2010:16) menyatakan bahwa promosi adalah
koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai oleh pihak penjual untuk membangun
berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau
memperkenalkan suatu gagasan. Informasi yang terkandung dalam promosi
biasanya berisi bujukan atau mengingatkan konsumen kembali tentang sebuah
produk.
Promosi mencakup berbagai metode dan teknik yng digunakan untuk
berkomunikasi dengan para konsumen potensial. Untuk mengadakan promosi,
setiap perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah
yang dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan. Beberapa
unsur yang mendukung promosi, yakni bauran promosi. Adapun bauran promosi
menurut Philip adalah sebagai berikut (Basir, 2010):
1. Periklanan (Advertising)
Kegiatan komunikasi non-personal tentang produk, jasa, atau gagasan yang
disampaikan ke khalayak sasaran melalui berbagai media.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Variasi insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan
3. Hubungan Masyarakat dan Publishitas (Public Relation and Publishity)
Serangkaian kegiatan komunikasi yang dipergunakan untuk menciptakan dan
memelihara hubungan yang kondusif di internal maupun eksternal perusahaan
pemasar.
4. Penjualan Personal (Personal Selling)
Penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli
potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.
5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Komunikasi langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, internet, untuk
mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara jelas. Promosi dan
penjualan dilakukan langsung kepada konsumen akhir.
2.5.2 Media Promosi dan Periklanan
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa promosi memiliki beberapa
bauran promosi. Frank Jefkins (1995:84) menyebutkan bahwa media promosi
meliputi seperangkat yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan
kepada calon pembeli. Aplikasi media dalam promosi tergantung pada strategi dan
tujuan yang ingin dicapai.
Promosi menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan iklan (Kotler dan
Keller, 2007 : 234). Iklan memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a. Iklan Informatif
Iklan informatif ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahan
b. Iklan Persuasif
Iklan persuasif ini bertujuan untuk menciptakan menciptakan kesukaan,
preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produkatau jasa.
c. Iklan Pengingat
Iklan pengingat ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian kembali
produk atau jasa.
d. Iklan Penguat
Iklan penguat ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli konsumen yang
sudah ada bahwa produk yang mereka beli atau yang mereka gunakan tepat.
Periklanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk
mengkomunikasikan produk atau jasa yang dihasilkan, dan memerlukan
pembayaran serta menggunakan media yang bervariasi. Dalam hal ini pemilihan
media priklanan yang tepat dapat ditempuh dengan menentukan jangkauan,
frekuensi, dan dampak yang diinginkan (memilih diantara berbagai jenis media
utama, memilih sarana media tertentu, memutuskan waktunya, serta memutuskan
alokasi media secara geografis).
Yang dimaksudkan dengan jangkauan disini, bahwa media yang akan kita
gunakan harus mampu menjangkau audience yang ditargetkan, sehingga media
yang digunakan tidak sia-sia. Jangkauan paling berperan penting ketika
meluncurkan produk baru, merek satu diantara merek lainnya, perluasan merek
Frekuensi merupakan jumlah waktu penayangan iklan, jumlah waktu
tersebut dalam kurun waktu tertentu agar tepat dan efektif. Dalam hal ini frekuensi
penayangan akan berperan penting jika terdapat pesaing yang kuat, sesuatu yang
rumit untuk diceritakan, dan penolakan konsumen yang tinggi. Sedangkan
dampak merupakan efek akhir yang diinginkan setelah iklan tersebut tayang.
Selain menempuh langkah diatas ada beberapa variabel yang harus di
pertimbangkan pula untuk menentukan media periklanan yang tepat, diantaranya
kebiasaan media audience sasaran, ciri-ciri produk, ciri-ciri pesan, dan biaya yang
akan dikeluarkan. Penyampaian iklan, baik untuk televisi maupun cetak, bisa
dilakukan menggunakan berbagai cara, antara lain:
a. Maskot sebagai daya tarik (Pinokio pada iklan Pocari Sweat)
b. Human Interest (model sebagai daya tarik)
c. Tokoh/idola/bintang film/selebriti
d. Anak kecil, contoh: Pepsodent, susu anak, trika dan lain-lain
e. Orang tak dikenal yang akhirnya bisa menajdi terkenal, contohnya “Asiknya
rame-rame” iklan sampoerna ijo.
Disamping itu penyampaiannya pun dapat dilakukan dengan gambar
kartun/humor, tokoh pelawak sebagai model, plesetan dari adegan film,
menggunakan imajinasi sex, pria ganteng, atau wanita cantik. Untuk klinik
kecantikan penggunaan model wanita cantik sebagai simbol kecantikan
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007) dalam buku manajen
pemasaran menyebutkan bahwa media terdiri atas media cetak (Koran dan
majalah), media penyiaran (radio, televisi), media jaringan (telepon, kabel, satelit,
nirkabel), media elektronik (rekaman, audio, video, video disk, CD-ROM,
halaman internet), dan media pajangan (papan reklame, tanda, poster). Setiap
media tidak ada yang lebih hebat dari media lainnya, karena setiap media pasti
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam menjangkau
sasarannya. Untuk itulah bentuk media promosi sangat beragam karena sesuai
dengan kebutuhan dan kreativitas pembuatnya.
2.5.3 Pemasaran Viral
Pemasaran viral dalam bahasa inggris yaitu viral marketing adalah strategi
dan proses penyebaran pesan elektronik yang menjadi saluran untuk
mengkomunikasikan informasi suatu produk kepada masyarakat secara meluas
dan berkembang (wikipedia.org). istilah viral marketing dipopulerkan oleh Tim
Draper dan Steve Jurvetson dari perusahaan venture capital, Draper Fisher
Jurvetson pada 1997 untuk menjelaskan kesuksesan marketing Hotmail sebagai
email provider. Viral dalam tinjauan marketing adalah terjadinya suatu tindakan
baik kepada objek atau suatu pola pikir, sehingga memiliki kemampuan utnuk
menyebar dan menduplikasikan diri atau mengubah objek atau pola pikiran
sehingga semakin menyerupai viral objek ketika berinteraksi dengan viral objek
Viral marketing daat ini secara umum bergantung pada teknologi internet
dimana konsumen sangat memahami penggunaan internet dan menggunakan
internet sebagai sarana berkomunikasi sehari-hari. Viral marketing dan viral
advertising mengacu pada teknik-teknik marketing yang menggunakan social
network yang sudah ada dimana penyebarannya seperti pola penyebaran virus
biologis maupun virus komputer. Sehingga viral marketing dapat disebut juga
fenomena marketing yang memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk
menyebarkan pesan-pesan marketing secara sukarela.
2.6 Visual 2.6.1 Warna
Warna memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan
saat membeli barang. Karena itu memilih warna yang tepat merupakan proses
yang sangat penting dalam mendesain. Memilih warna tidak hanya sekedar
mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah memilihnya
dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Menurut buku Warna, Teori dan
Kreativitas Penggunaannya, Marian L. David dalam bukunya Visual Design in
Dress (1987: 119), menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan
internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedang
warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat
warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya. Warna
dapat mempengaruhi emosi manusia dan warna dapat pula menggambarkan
Sifat warna digolongkan menjadi dua golongan ekstrem yaitu warna panas
dan warna dingin (Dharmaprawira, 2002: 33).
- Warna panas adalah keluarga merah/jingga yang memiliki sifat dan pengaruh
hangat, segar, menyenangkan, merangsang, dan bergairah.
- Warna dingin adalah kelompok biru/hijau yang memiliki sifat dan pengaruh
sunyi, tenang, makin tua, dan makin gelap serta arahnya makin menambah
tenggelam dan depresi.
Berikut akan dijabarkan beberapa karakteristik/sifat dari warna panas dan warna
dingin, sebagai berikut ( Dharmaprawira W.A, 2002 ):
Tabel 2.1 Karakteristik dan Sifat Warna
Warna Panas Warna Dingin
Warna Merah
- Pribadi yang integratif - Mudah menyesuaikan diri - Cinta
- Selera makan yang tinggi - Tenang
- Hangat
- Melambangkan kepecayaan - Simbol agama Islam
- Harmoni
- Murung dan menyerah - Lambang duka cita, lambang
agama, dan suci - Spiritual - Kebanggaan
Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi
seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L.David (1987: 135)
dalam buku Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya, sebagai berikut:
Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa,
pengorbanan.
Merah Jingga : semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah.
Jingga : hangat, semangat muda, ekstremis, menarik.
Kuning Jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.
Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut,
Kuning Hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau Muda : kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar.
Hijau Biru : istirahat, tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut,
menahan diri, ikhlas.
Biru Ungu : spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana,
rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, semtosa.
Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung
(mulia).
Merah Ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa,
rendah hati.
Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu : tenang.
Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta,
tenang.
Menurut Marianne Rosner Klimchuck dan Sandra A. Krasovec dalam buku
Desain Kemasan (2008), menjelaskan bahwa merah, warna yang hangat dalam
spektrum warna, diasosiasikan dengan matahari dan panas, dan menggambarkan
2.7 Tipografi
Tipografi merupakan istilah yang sering digunakan sebagai cara memilih
dan mengelola huruf dalam desain grafis. Pengelolahan tipografi akan sangat
menentukan keberhasilan dalam desain, karena dibaca tidaknya sebuah pesan
tergantung pada huruf yang digunakan, keterbacaan huruf, dan tergantung cara
penyusunannya pula.
Berdasarkan fungsinya, huruf dibagi menjadi dua macam yaitu huruf teks
dan huruf judul (Supriyono, 2010:23). Jika menggunakan huruf teks, sebaiknya
memilih huruf yang sederhana dan akrab dengan pembaca misalnya Times New
Roman dan Arial, nilai keterbacaan jauh lebih penting dari pada keindahan.
Sedangkan untuk huruf judul, dapat menggunakan jenis huruf yang sedikit unik
dengan tetap menjaga nilai keterbacaan dan kesesuaian untuk menarik minat
pembaca. Pemakaian huruf yang berlebihan akan memberikan kesan crowded atau
berdesakkan. Kesederhanaan huruf menjadi syarat untuk menciptakan sebuah
desain yang nyaman untuk dibaca.
Menurut (Rustan, 2011: 1-10) pengelompokan huruf sesuai garis besar
antara lain :
1. Serif
Huruf jenis serif dapat dikenali memiliki kait yang terdapat
diujung-ujungnya. Selain membantu keterbacaan, serif juga memudahkan saat diukir
Gambar 2.3 Contoh huruf serif
(Sumber : http://blogkelompoktiga.blgspot.com/)
2. Sans Serif
Huruf jenis sans serif tidak memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya.
Sans serif melambangkan kesederhanaan.
Gambar 2.4 Contoh huruf san serif
(Sumber : http://blogkelompoktiga.blogspot.com/)
3. Script
Jenis huruf ini juga sering disebut Kursif. Huruf ini menyerupai goresan
tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya
miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi, akrab,
keanggunan, dan kepuasan. Seperti halnya huruf jawa adalah salah satu
Gambar 2.5 Contoh Huruf Script (Sumber : http://muhuck.files.wordpress.com/)
Huruf San serif cocok untuk heading karena memiliki karakter yang elegan,
lugas, tegas, simple, dan mudah dibaca. Sementara untuk huruf serif memiliki
kesan luwes, fleksibel, familier, dan lebih nyaman dibaca untuk teks panjang
(Supriyono, 2010 : 32).
Pemilihan huruf yang tepat belum tentu menghasilkan teks yang nyaman
untuk dibaca, untuk itu perlu beberapa pertimbangan untuk mengelola huruf,
diantaranya:
1. Ukuran Huruf
Nilai keterbacaan sebuah huruf ditentukan pula oleh besar kecil huruf yang
digunakan. Jika ingin menonjolkan judul sebagai eye catcher maka huruf
perlu dibuat besar, tebal, dan kontras.
Sedangkan jika ingin menonjolkan gambar atau unsur visual pada desain
maka judul bisa dibuat lebih kecil agar komposisinya enak dilihat dan tidak
bersaing merebut perhatian pembaca.
2. Variasi Huruf
Tebal tipis sebuah huruf juga berpengaruh pada keterbacaan sebuah desain.
efektif jika digunakan pad poster, iklan, leaflet, dan publikasi lainnya.
Sedangkan huruf tipis cocok digunakan untuk menyampaikan pesan yang
halus, sopan, dan informasi yang ringan, yang didukung dengan latar yang
cukup kontras.
3. Panjang Baris atau Lebar Kolom
Pengaturan panjang baris perlu disesuaikan dengan spasi dan ukuran huruf.
Menurut penelitian spancer, jumlah huruf per baris yang nyaman dibaca
adalah sekitar 60 karakter. Baris teks yang terlalu pendek mengakibatkan
banyak penggalan kata yang dapat mengganggu kenyamanan saat membaca.
4. Spasi Baris (leading)
Pengaturan jarak baris ini bertujuan untuk kenyamanan membaca
(readability) dan keindahan (aesthetic). Kerapatan baris dapat disesuaikan
dengan panjang baris. Terkadang hanya butuh kepekaan rasa untuk
menentukan jarak baris sesuai dengan komposisi, dan keseimbangan pada
desainnya.
5. Spasi Huruf, kerning, dan tracking
Kerning merupakan pengaturan spasi huruf yang hanya dilakukan pada dua
huruf berdampingan dalam satu kata. Tracking merupakan spasi huruf dalam
satu kata yang dirapatkan atau direnggangkan. Kedunya dilakukan tentu
untuk memberikan kemudahan membaca.
6. Bentuk Susunan
Dalam perancangan tipografi penataan baris (alignment) memiliki peranan
perancangan. Berdasarkan bentuk susunannya, baris teks dapat ditata dengan
lima cara, yaitu: (1) rata kiri/flush left, (2) rata kanan/flush right, (3) rata
tengah/centered, (4) rata kiri kanan/justified, dan (5) asimetris/random.
2.7.1 Layout
Moriarty (2009:519) menyatakan bahwa layout merupakan rancangan
semua elemen yang ditata untuk menciptakan kesan estetis yang bagus. Layout
yang berbeda dapat memberikan kesan yang berbeda tentang suatu produk.
Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007: 277), prinsip layout
yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu
proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam penerapan
perancangan ini desain layout menjadi landasan untuk dijadikan acuan dasar
dalam memberikan panduan dalam mendesain layout dari perancangan buku
monumen bersejarah di kota Surabaya. Untuk mengatur layout, di perlukan
pengetahuan akan jenis-jenis layout.
Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik brosur, majalah,
iklan maupun pada buku.
1. Mondrian Layout
Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu
penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape /
portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian
dan memuat gambar / copywriting yang saling berpadu sehingga membentuk
2. Multi Panel Layout
Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa
tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).
3. Picture Window Layout
Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up.
Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model
(public figure).
4. Copy Heavy Layout
Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau
dengan kata lain komposisi layout nya didominasi oleh penyajian teks (copy).
5. Frame Layout
Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu
naratif (mempunyai cerita).
6. Shilhoutte Layout
Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya
ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna
spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya
dengan tehnik fotografi.
7. Type Specimen Layout
Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan
8. Sircus Layout
Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku.
Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya
tidak beraturan.
9. Jumble Layout
Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi
beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.
10. Grid Layout
Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan
tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam
skala grid.
11. Bleed Layout
Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah
belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut
pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.
12. Vertical Panel Layout
Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi lay
out iklan tersebut.
13. Alphabet Inspired Layout
Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang
berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga
14. Angular Layout
Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut
kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.
15. Informal Balance Layout
Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu
perbandingan yang tidak seimbang.
16. Brace Layout
Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi
bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.
17. Two Mortises Layout
Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang
masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil
penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.
18. Quadran Layout
Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan
volume / isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga
12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila
dibagi empat sama besar).
19. Comic Script Layout
Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk
20. Rebus Layout
Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga
membentuk suatu cerita.
2.8 Teori Analisis SWOT
Menurut Rangkuti dalam Marimin (2004: 58), analisis SWOT adalah suatu
cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
merumuskan strategi perusahaan. Dalam hal ini SWOT dipergunakan untuk
mengevaluasi suatu hal dengan tujuan meminimumkan resiko yang akan timbul,
dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi
negatif yang akan menghambat keputusan perancangan yang diambil (Sarwono
dan Hari, 2007:18).
1. Strength, untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk
dibanding kompetitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang
menguntungkan perusahaan tersebut.
2. Weakness, untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk dibanding
kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondisi
yang merugikan perusahaan.
3. Opportunity, untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan
sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak
diambil bisa merugikan, atau sebaliknya.
4. Threats, untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan
Menganalisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan matrix SWOT.
Setelah mengkaji gagasan segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threat), kemudian disimpulkan.
Kesimpulan tersebut disusun berdasarkan analisis hal-hal yang dikandung
oleh empat factor diatas menjadi sesuatu yang positif dan netral. Penyusunan
tersebut ditampung dalam matrix SWOT. Berikut merupakan bagan matrix
SWOT:
Gambar 2.6 Bagan Matrix SWOT
Keterangan:
• PE – KU : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan
• PE – LEM : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan • A – KU : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah
kekuatan
2.9 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP) 2.9.1 Segmentasi
Segmentasi merupakan upaya untuk membagi calon konsumen dalam
kelompok-kelompok tertentu (Harjanto, 2009). Upaya ini dilakukan untuk
memudahkan usaha penjualan seseorang karena segmentasinya yang dipertajam.
Penentuan segmentasi pasar ini dapat dilakukan dengan menganalisis
segmentasi yang sudah ada atau menentukan sendiri pasar konsumen yang
dianggap potensial. Penentuan segmentasi ini dapat dilakukan dengan melihat:
1. Demografis, membagi pasar dalam kelompok yang didasarkan pada variable
demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, siklus keluarga, agama,
besar keluarga, pendidikan, penghasilan.
2. Geografis, membagi pasar dalam unit-unit geografis seperti Negara / tempat /
kota / wilayah, kepadatan, ukuran kota, dan iklim.
3. Psikografis, seperti kelas sosial, kepribadian dan gaya hidup.
4. Behavioristik, seperti kebiasaan pembeli, status pembeli, tingkat konsumsi,
kadar kesetiaan, dan kesiapan membeli.
Penentuan segmentasi ini umumnya berawal dari riset media yang terukur,
yang khalayaknya minimal harus didukung parameter diatas. Segmentasi
umumnya disampaikan secara deskriptif, hal ini dilakukan untuk memudahkan
2.9.2 Targeting
Targeting adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Targeting yang
dimaksdukan disini adalah target market (pasar sasaran), yakni beberapa segmen
pasar yang akan menjadi focus pemasaran (Kasali, 2000). Targeting juga dapat
dikatakan sebagai upaya untuk menyeleksi pasar sasaran dengan menfokuskan
kegiatan pemasaran atau promosi pada beberapa segmen saja dan meninggalkan
segmentasi lainnya yang kurang potensial. Pemasar dapat memilih untuk
menargetkan pada satu atau dua segmen sekaligus. Targeting memiliki dua fungsi
yakni untuk menyeleksi pasar sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu
(selecting), dan menjangkau pasar sasaran tersebut (reaching) untuk
mengkomunikasikan nilai.
2.9.3 Positioning
Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran
agar dapat tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen. Dengan kata lain
Positioning adalah bagaimana menempatkan produk kedalam pikiran audience,
sehingga calon konsumen memiliki pemikiran tertentu dan mengidentifikasikan
produknya dengan produk tersebut. Positioning merupakan hal yang penting
dalam pemasaran, khususnya bagi produk yang tingkat persaingannya sudah
sangat tinggi.
Philip mendefinisikan positioning (dalam Kasali, 2000):
(Positioning adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya, berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benar sasaran).
Dari berbagai definisi mengenai positioning diatas dapat disimpulkan bahwa
positioning merupakan strategi komunikasi yang mengandung arti tertentu untuk
menancapkan kesan tertentu dibenak khalayak/konsumen. Beberapa hal yang
dapat ditonjolkan dalam positioning diantaranya adalah:
1. Positioning harus memberikan arti yang penting bagi konsumen
2. Apa yang ingin ditonjolkan harus unik dan berbeda dari pesaingnya
3. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu penyataan, pernyataan
tersebut harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan dapat dipercaya.
Positioning juga dapat ditentukan dengan melihat hal-hal berikut (kasali,
2000), diantaranya positioning berdasarkan perbedaan produk, positioning
berdasarkan manfaat produk, positioning berdasarkan pemakaian, positioning
berdasarkan kategori produk, positioning berdasarkan kepada pesaing, positioning
melalui imajinasi, dan positioning berdasarkan masalah.
2.10 Unique Selling Proposition (USP)
Dalam membangun posisi produk dibenak konsumen, perusahaan atau
lembaga harus mengembangkan Unique Selling Proposition yang merupakan
competitive advantage (Kotler, 2005:76). Strategi ini beriorientasi pada
keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya.
Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan
spesifik. USP dapat menggunakan perbedaan karakteristik fisik atau sekedar
atributnya, sepanjang ia memberi manfaat bagi konsumen, dan tidak dimiliki oleh
produk-produk pesaing (Harjanto, 2009: 179).
2.11 Tagline
Tagline adalah salah satu atribut dalam sistem identitas, berupa satu kata
atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun positioning brand
(Rustan, 2009: 70). Eric Swart, seorang penulis dan ahli brand tagline dalam buku
Logo mendefinisikan tagline sebagai susunan kata yang ringkas (biasanya tidak
lebih dari 7 kata), diletakkan mendampingi logo dan mengandung pesan brand
yang kuat ditujukan kepada audience tertentu.
Tagline juga disebut dengan istilah slogan yang menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam periklanan. Kata-kata pada tagline makin lama makin singkat
namun sarat makna. Selain slogan, tagline juga dikenal dengan istilah motto. Usia
pemakaian tagline pada suatu brand tidak selamanya. Seringkali tagline diganti
menyesuaikan perkembangan pasar dan gaya hidup target audiensnya (Rustan,
2009: 70).
2.11.1 Jenis-jenis Tagline Berdasarkan Sifatnya
Menurut Rustan dalam buku Logo, jenis-jenis tagline dibedakan berdasarkan
sifatnya, seperti:
a. Descriptive : menerangkan produknya/ servisnya/ janji brand.
c. Superlative : memposisikan dirinya sebagai yang paling unggul.
d. Imperative : menyuruh/menggambarkan suatu aksi, biasa diawali dengan
kata kerja.
e. Provocative : mengajak/ menantang/ memancing logika atau emosi,
seringkali berupa kalimat tanya.
2.12 Analisis Data
Secara umum proses analisis data mencakup reduksi data, kategorisasi data,
sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusus hipotesa (Moleong, 2006:288).
1. Teknik reduksi data
Merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang
telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik pengumpulan data.
Proses ini dilakukan untuk menajamkan, mengarahkan dan menggolongkan
hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting
dalam penelitian, jika melebar maka hasil jawaban akan dibuang dan tidak
digunakan. Reduksi data ini juga bertujuan untuk mempermudah pemahaman
terhadap data yang telah terkumpul, dari hasil catatan lapangan dengan cara
merangkumnya serta mengklasifikasikan sesuai masalah.
2. Kategorisasi
Merupakan upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang
memiliki kesamaan, yang nantinya setiap kategori di berinama dan di sendiri
3. Sintesisasi
Merupakan mencari kaitan antara kategori satu dengan kategori kategori
lainnya.
4. Menyusun Hipotesis Kerja atau Kesimpulan
Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari penjelasan yang dilakukan
terhadap data-data yang telah dianalisis, dengan mencari hal-hal yang
dianggap penting. Dalam hal ini kesimpulan disusun dalam bentuk
pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijabarkan bagaimana langkah-langkah yang diambil
oleh peneliti dalam mendapatkan data serta langkah menganalisisnya.
3.1 Metodologi Penelitian
Perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006:4) penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dari
pendekatan ini diharapkan mampu memproleh uraian yang mendalam mengenai
obyek yang sedang diteliti.
Menurut Rachmat Kriyantono (2006: 62) pendekatan berdasarkan
metodologi kualitatif, dikenal beberapa metode riset antara lain focus group
discussion, wawancara mendalam, studi kasus, dan observasi.
3.2Teknik Pengumpulan Data
Penentuan teknik atau metode pengumpulan data merupakan kelengkapan
atau pengembangan metode riset yang dipilih, agar data bisa dikumpulkan. Data
yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk mengetahui garis besar
permasalahan yang dihadapi dalam perancangan media promosi resto Kampoeng
Steak. Menurut Wimmer dan Sendjaya (Kriyantono, 2006: 95) Pengumpulan data
yang menggunakan riset kualitatif antara lain observasi, focus group
discussion, wawancara dan studi kasus. Agar data yang dikumpulkan lebih
lengkap, didukung juga teknik pengumpulan data antara lain kepustakaan dan
dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2006: 100).
Peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan
terus-menerus (lebih dari 1 kali) untuk menggali informasi dari informan
(Kriyantono, 2006: 63-64). Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan
Bapak Adi, beliau adalah pihak marketing dari resto Kampoeng Steak.
Wawancara akan diarahkan pada pertanyaan yang menyangkut visi dan misi
serta media promosinya dan upaya yang telah dilakukan dalam
mempromosikan resto Kampoeng Steak. Dari wawancara tersebut dapat
diketahui permasalahan, kendala, dan berbagai informasi pendukung
penelitian lainnya.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung sesuatu
objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut
(Kriyantono, 2006: 110). Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara
mengamati beberapa outlet/cabang resto Kampoeng Steak di Surabaya.
Observasi ini penting untuk melihat lebih dalam tentang karakteristik
3. Focus Group Discussion (FGD)
FGD adalah metode pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap dan
perilaku khalayak. Biasanya terdiri dari 6-12 orang yang secara bersamaan
dikumpulkan, diwawancarai dengan dipandu oleh moderator (peneliti)
(Kriyantono, 2006: 120). Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari
referensi dalam pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi
pustaka ini penting untuk mendukung data penelitian yang akan
diimplementasikan ke dalam perancangan media promosi. Pada penelitian ini
banyak buku yang digunakan seperti buku tentang pemasaran, serta
buku-buku lainnya yang menjadi bahan acuan dalam melaksanakan penelitian ini.
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah,
hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai
(internet, koran, dan lain lain).
4. Kepustakaan
Metode ini menggunakan literatur dalam menunjang semua data yang
diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori
yang berhubungan dengan penulisan ini dan menunjang keabsahan data yang
diperoleh di lapangan.
Pada metode ini, digunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan
proses perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan
menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan Brand
Loyalty seperti penelitian terdahulu, buku, jurnal, dan artikel yang diperoleh
5. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan seluruh bukti yang berkaitan dengan media promosi resto
Kampoeng Steak berupa foto produk-produk seperti menu steak, suasana dan
interior dari resto Kampoeng Steak. Dokumentasi ini penting untuk
mendapatkan informasi yang mendukung penelitianmperdalam data
penelitian.
3.3Teknik Analisis Data
Sebagai landasan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif-kualitatif. Deskriptif yaitu penafsiran data yang dilakukan
dengan penalaran yang didasarkan pada data yang telah dikumpulkan. Setelah
data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, dilakukan pengolahan atau analisis
data yang mencakup reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesa
kerja atau kesimpulan (Moleong, 2006:288).
Teknik reduksi data merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari
seluruh pertanyaan yang telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik
pengumpulan data. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah data yang diperoleh
dengan mencari kesamaan. Selanjutnya di cari kaitan antara data yang satu dengan
lainnya dalam proses sintesisasi. Dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data tersebut selesai dilaksanakan,
maka dibuat beberapa rancangan media promosi yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
3.3.1 Hasil dan Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi & wawancara yang dilakukan di kantor
pemasaran Kampoeng Steak cabang Nginden pada tanggal 14 September 2012
dengan Bapak Adi sebagai marketing di Kampoeng Steak bahwa selama ini
Kampoeng Steak merupakan bisnis franchise lokal bidang makanan yang berasal
dari Surabaya. Saat ini Resto Kampoeng Steak telah memiliki 12 cabang di
Indonesia. Resto ini menawarkan menu steak sebagai menu utamanya dan
beberapa menu lainnya yang tersedia hanya sebagai pelengkap. Dengan harga
yang ekonomis untuk kategori steak yang selama ini termasuk makanan mewah
(high class), Kampoeng Steak berharap dapat diterima di masyarakat dan dapat
dinikmati oleh berbagai kalangan. Visi dari Kampoeng Steak sendiri adalah ingin
menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Surabaya.
Resto Kampoeng Steak menawarkan harga yang ekonomis dan bervariasi
sesuai dengan jenis makanannya. Harga ini disesuaikan dengan segmentasi pasar
yaitu untuk remaja kalangan menengah. Dengan targetnya yang dominan adalah
anak muda/remaja meskipun saat ini keluarga juga termasuk konsumen dari
Kampoeng Steak.
Saat ini menjadi ciri khas Resto Kampoeng Steak adalah warna kuning dan
outlet/cabangnya. Ciri khas tersebut berdasarkan konsep dari Kampoeng Steak
yang memang memakai konsep tradisisonal. Dengan ciri khas yang ada pada
Resto Kampoeng selama ini, bertujuan agar masyarakat dapat menerima bahwa
makanan steak yang biasanya tergolong makanan mahal pun bisa didapat dengan
harga yang ekonomis dan semua kalangan bisa merasakan steak yang rasanya tak
kalah dengan steak di restoran.
Selain itu, meskipun selama ini Resto Kampoeng Steak berasal dari
Surabaya, tetapi Resto Kampoeng Steak belum menggambarkan suatu
karakteristik Surabaya. Penggambaran image Resto Kampoeng Steak sebagai
resto lokal yang berasal dari Surabaya belum tersampaikan.
Berdasarkan hasil wawancara, ternyata resto Kampoeng Steak selama ini
masih menonjolkan masakan steaknya saja, bukan karakteristik asal Kampoeng
Steak itu sendiri. Padahal itu dapat dijadikan suatu keunikan baru yang menjadi
pembeda dengan resto steak lainnya. Saat ini memang Resto Kampoeng Steak
sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang menjadi ciri khasnya. Tetapi
banyak masyarakat maupun konsumen yang tidak tahu bahwa Resto tersebut
berasal dari Surabaya. Sehingga karakteristik dari kota asal Kampoeng Steak
memang perlu ditonjolkan.
Dengan adanya unsur yang memperlihatkan karakteristik Surabaya pada
Resto Kampoeng Steak, maka hal tersebut akan menjadi nilai lebih terutama
ketika Resto Kampoeng Steak membuka cabang di kota-kota besar di luar
benar-benar berbeda dengan tempat makan lainnya yang juga menjual produk
yang sama.
Media promosi yang pernah digunakan selama ini adalah brosur, banner,
spanduk, facebook dan twitter. Dari sekian media yang diguanakan oleh resto
Kampoeng Steak, tidak ditemukan sesuatu ciri khas atau keunikan yang bisa
menarik audiens agar tetap loyal pada merek Kampoeng Steak. Oleh karena itu,
perlu dirancang suatu media promosi yang tepat dan tesrstruktur dengan harapan
dapat menghasilkan sesuatu yang lebih menarik dan memuaskan dari pada
kegiatan promosi sebelumnya.
3.3.2 Studi Eksisting
Analisa studi eksisting dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang
telah dilakukan terhadap obyek yang diteliti, media promosi terdahulu, serta
kompetitornya.
Studi eksisting yang didapatkan dari observasi berupa data-data tertulis
maupun observasi yang dilakukan. Dari observasi yang dilakukan, didapatkan
brosur maupun buku menu dari pihak KS Surabaya. Kemudian untuk studi
eksisting kompetitor, didapatkan dari data berupa file dan artikel-artikel sebagai
pendukung analisis yang berada di lapangan.
Media promosi yang pernah dibuat oleh resso Kampoeng Steak berupa
beberapa brosur yang berisikan informasi menu dan promo makanan dengan
syarat dan ketentuan berlaku, selebaran/flyer yang berisi paket hemat menu steak,