• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABITY DAN KUAT TEKAN PADA SELF COMPACTING CONCRETE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABITY DAN KUAT TEKAN PADA SELF COMPACTING CONCRETE"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh : DHANY SETYAWAN

2012 011 0004

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

i

FLOWABITY DAN KUAT TEKAN PADA SELF COMPACTING CONCRETE

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : DHANY SETYAWAN

2012 011 0004

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(3)

ii

Puji syukur peyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan dan

menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir. Shalawat serta salam penyusun

ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat–sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju alam yang penuh ilmu

pengetahuan seperti sekarang ini.

Penyusun menyelesaikan Tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Penambahan

Abu Ampas Tebu Sebagai Pengganti Sebagian Semen Terhadap Flowability dan

Kuat Tekan Pada Self Compacting Concrete” ini, menyadari bahwa banyak kritik dan saran, dukungan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang senantiasa sangat

bermanfaat, untuk itu tidak lupa penyusun ucapkan banyak terimakasih kepada

yang berikut ini.

1. Dr. Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ir. Hj. Anita Widianti, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ir. Fadillawaty S., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.

4. Hakas Prayuda, S.T., M.Eng., selaku asisten Dosen Pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan serta koreksi yang sangat baik dalam

penyusunan laporan Tugas Akhir ini..

5. Ibu Restu Faizah ST, M.T., selaku Dosen penguji. Terimaksih atas masukan,

(4)

iii

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik yang banyak membantu dalam

administrasi akademis.

8. Ayah, Ibu, Kakak-kakak dan keponakan-keponakan tercinta atas segala

dukungan, doa, kasih sayang dan semangat tiada habisnya selalu diberikan

kepada saya selaku penyusun.

9. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yaitu Yoga Nugraha, Moch. Ervianto,

Muhammad Nur Ikhsan, Sustika Pratiwi, Jezi Firnanda, Diaz Gandy Prakoso,

Dian Wahyudi, Dicky Saputra dan Bagus Setyawan Pambudi

10. Teman-teman Teknik Sipil 2012 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

yang telah memberi saran, nasehat, bantuan, dukungan dan semangat untuk

menyelesaikan Tugas Akhir.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna menyempurnakan laporan ini. Harapan saya selaku penyusun,

semoga laporan ini dapat bermanfaat nantinya sebagai referensi dalam bidang

Teknik Sipil dan terutama untuk kelanjutan studi penulis. Amin Ya Rabbal

Alamin.

Yogyakarta, 2016

(5)

iv

besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi

pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa.

( Al- Ghazali )

Hendaklah kamu semua mengusahakan ilmu pengetahuan itu sebelum dilenyapkan.

Lenyapnya ilmu pengetahuan ialah dengan matinya orang-orang yang memberikan

atau mengajarkannya. Seorang itu tidaklah dilahirkan langsung pandai, jadi ilmu

pengetahuan itu pastilah harus dengan belajar.

( Ibnu Mas’ud r.a )

Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang

yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.

( al-Mujadalah : 11 )

Belajarlah yang rajin nak, apapun yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh

dan disertai dengan niat, insyaallah allah akan mengabulkan segala permohonan

untuk membantu hambanya.

(Ibu, Suryani)

Ilmu yang mengajarkan arti tentang arti, kehidupan, ilmu yang memberikan tujuan

untuk kemasa depan, dan ilmu yang yang mengantarkan kita kesuksesan.

(Dhany Setyawan)

Dia yang mau berusaha, dia yang selalu berjuang, dia yang mau bekerja keras dia yang selalu berdo’a kepada Sang Pencipta dan dialah yang akan meraih kesuksesan

(6)

v

anugerah yang tak terhingga. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, cinta, kasih

sayang, jasa dan pengorbanan orang-orang disekitar saya, maka Tugas Akhir ini kupersembahkan sebagai “Serangkai Budi Penghargaan “kepada yang berikut ini,

Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, yang karena-Nya segala sesuatu ada“ (QS. Ali Imran : 2)

Karena-Mu kesulitan itu sirna. Karena-Mu kemudahan itu tiba. Karena-Mu Tugas

Akhir ini ada. Ya, karena-Mu segala sesuatu ada. Alloh SWT. Semoga Engkau

senantiasa meneguhkan imanku, meluruskan niatku, menundukan kapalaku hanya

kepada Engkau, Sang Penguasa Semesta

Dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat” (QS. An-Nuur : 56)

Nabi Muhammad SAW, teladan dari segala keteladan. Izinkan penulis untuk

menjadi pengikut setia, yang senantiasa menyerukan nama-Mu dan Tuhan-Mu,

yang senantiasa meneladani perilaku-Mu, sehingga prnulis termasuk ke dalam

orang-orang yang diberi safaat ketika hari akhir nanti.

“….Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku ketika kecil” (QS. Al Israa’ : 24)

Ibu, Siti Juwariyah Kekuatan ibu memanglah sungguh nyata. Air mata, tetesan

keringat, doa, canda, luar biasa. Ibu adalah penyempurna dari

ketidaksempurnaan. Penguat dikala lemah. Sumber ketegaran yang menegarkan.

Pendengar yang menyemangati. Do’a yang selalu terpanjatkan, Fardhu dan

Tahajud ibu yang selalu membuat penulis mampu dan bertahan atas semua ini.

Terimakasih yang tiada terhingga atas pengorbanan dan tetesan keringat yang

telah diperjuangkan sejak pertama dilahirkan hingga saat ini..

Bapak, Prayitno (alm). Rindu pada sosok yang tak bisa ditemui dimanapun dan

(7)

vi

Terimakasih atas pengorbanan dan tetesan keringat yang telah diperjuangkan

sejak pertama dilahirkan hingga saat ini.

Nenek dan Kakek, terima kasih sudah membantu perjuangan do’a selama menempuh gelar sarjana ini.

“Berpegang teguhlah kamu sekalian pada agama Allah, dan janganlah kamu berpecah belah…” (QS. Al-Imran : 103)

Kakak Eny Destiyani, dan adik Salsabilla Tri Yulianti, tiada yang paling

mengharukan saat kita kumpul bersama kalian. Senyum, tawa, dan canda menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan. Terimakasih atas do’a dan dukungan untuk bisa cepat lulus. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi penulis akan

selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua. Terima kasih untuk persaudaraan

yang memotivasi, semoga kita tetap satu, satu keluarga yang senantiasa dinaungi

cinta akan Sang Pencipta. Berbagi dalam kebaikan. Bersatu melawan keburukan.

“ Dosen Pembimbing ”

Ibu Fadillawaty Saleh.,Ir.,MT Dosen Pembimbing I dan Mas Hakas Prayudha, ST,

M.,Eng selaku Asisten Dosen Pembimbing. Terima kasih untuk atas waktu

bimbingannya, untuk kesediaaan direpotkan, dan untuk memaafkan setiap

kesalahan Terimakasih atas ilmu yang diberikan hingga Tugas Akhir ini bisa

terselesaikan.

“ Berjuanglah dan jangan sampai terhenti, sukses adalah mimpi kita sahabat”

Kelompok Jeruk (Keluarga tawa). Segelas cokelat untuk para kalian sahabat “Dian

Wahyudi, Dias Gandy Prakoso, Dicky Saputra, Septiandi Prabowo, Acep

Widiyanto, Rony Wahyu Widiyanto, Pipit Chandra Windarto, Anas Miftachur

(8)

vii

meminum kopi, dimana kita menghabiskan waktu untuk berdiskusi tentang hidup,

tentang dunia, tentang waktu, tentang, mimpi, dan tentang cita-cita. Terima kasih

yang takkan pernah habis atas lingkaran persaudaraan yang tak tergantikan,

berbagi senyum dan air mata sebagai bagian dalam cerita perjuangan perjalanan

hidup selama berjuang bersama untuk menggapai gelar Sarjana Teknik yang telah

menciptakan sebuah cerita dengan penulis di kota istimewa ini.

Pejuang penelitian Beton Yoga Nugraha, Moch. Ervianto Nugraha, Sustika

Pratiwi, Muhammad Nur Ikhsan, Jezi Firnanda dan Bagus Setyawan Pambudi.

Terima kasih untuk kerja sama yang luar biasa dan untuk pelajaran tentang

perjuangan. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.

Teman-teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Teknik Sipil

Angkatan 2012 khusunya, sampai jumpa dipuncak kejayaan. Semoga terus menjadi

sarjana muda mendunia yang selalu unggul dan islami baik untuk almamater

penulis maupun teman-teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Teknik Sipil Angkatan 2012 khusunya.

(Anonim)

Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan

banyak terimakasih. Kamu, dia, mereka, dan kalian. Kamu yang mungkin terlewat

yang senantiasa mendoakan dalam diam. Dia yang mungkin terlupakan yang

memperhatikan dalam enggan. Mereka yang mungkin terlewat yang

mengkhawatirkan dari jauh. Kalian yang mungkin terlupakan yang mendukung

dengan ikhlas. Maafkan setiap ke-alfa-an yang mungkin melukai hati. Setiap dari

kalian adalah sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan. Terima kasih untuk

(9)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR MONITORING ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

INTISARI ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Penelitian ... 4

F. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengujian Agregat Halus ... 6

B. Pengujian Agregat Kasar ... 7

C.Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Tekan Beton ... 8

D.Pengaruh Penambahan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton . 13 E. Self Compacting Concrete ... 20

BAB III. LANDASAN TEORI A.Beton ... 34

B. Definisi Self Compacting Concrete ... 36

(10)

ix

G.Sifat Fisik dan Mekanik Material ... 55

H.Perencanaan Campuran Beton ... 60

I. Perawatan Beton ... 60

J. Kuat Tekan Beton ... 61

BAB IV. METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian ... 66

B. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 66

C.Tahapan Penelitian ... 72

D.Pelaksanaan Penelitian ... 76

E. Analisis Hasil ... 87

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Dasar Material ... 89

B. Hasil Pengujian Fresh Properties Self Compacting Concrete ... 94

C. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ... 99

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(11)

x

Lampiran B. Mix Design Self Compacting Concrete

Lampiran C. Alat dan Bahan Pembuatan Benda Uji

(12)

xi

Bagan Alir Penelitian………..……75

(13)
(14)

Flowability dan Kuat Tekan Pada Self Compacting Concrete

Penggunaan beton konvensional pada daerah yang rapat tulangan dirasa sudah

tidak memadai lagi, karena seringnya terjadi keropos pada beton. Penggunaan vibrator

pada daerah yang rapat tulangan juga tidak dapat menjamin menghasilkan beton yang

baik. Self compacting concrete memanfaatkan berat sendirinya untuk dapat mengalir

mengisi ruangan tanpa ada proses mpemadatan sama sekali. Penggunaan abu ampas

tebu sebagai pengganti sebagian semen dalam beton yang cukup tinggi mampu

memperkecil ruang antar agregat sehingga beton yang dihasilkan lebih padat dan dapat

meningkatkan sifat workability dan kemampuan alir beton. Pada umumnya Self

compacting concrete memerlukan penggunaan superplasticizer untuk meningkatkan

workabilitas dan daya alir beton .

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui penggaruh penambahan abu ampas

tebu sebgai pengganti sebagian dari semen pada sifat Self compacting concrete.

Pembuatan benda uji menggunakan silinder berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30

cm dengan jumlah benda uji sebanyak 18 benda uji segar dengan 3 variasi abu ampas

tebu sebesar 5 %, 10%, dan 15 % dan penambahan viscocrete dengan dosis yang

berbeda yaitu 1,2%, 1,4%, dan 1,6% dari berat semen dan diuji pada umur 28 hari.

Penambahan abu ampas tebu terhadap pengujian beton pada kondisi segar (fresh

properties) dari variasi 3 % ; 5 % dan 15 % telah memenuhi standar yang telah

ditetapkan oleh EFNARC. Pada pengujian J-Ring (T50 cm dan slump flow) campuran

beton SCC dengan abu ampas tebu 5 % memiliki sifat passingability yang baik yaitu

2,38 detik, pengujian V-Funnel menunjukkan bahwa campuran beton SCC yang

optimum adalah 7,15 detik dengan abu ampas tebu 10 %. Sedangkan pada uji L-Box

campuran SCC menggunakan abu ampas tebu optimum untuk persentase 10 % yaitu

sebesar 1,66. Untuk pengujian kuat tekan rata-rata maksimal terjadi pada variasi abu

ampas tebu 5 % dan superplasticizer 1,2 % sebesar 21,50 MPa, dan kuat tekan

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Banyaknya inovasi desain bangunan dalam perkembangan dunia konstruksi,

mendorong munculnya teknologi beton yang lebih baik dari beton konvensional.

Hal ini dikarenakan penggunaan beton konvensional pada tahap pengecoran

komponen bangunan yang unik serta metode konstruksi yang bervariasi belum

menjamin tercapainya kepadatan yang optimal, sehingga kuat tekan yang

diharapkan tidak dapat tercapai dengan baik. Pada beberapa kondisi dengan desain

konstruksi yang padat tulangan penggunaan beton konvensional sudah tidak

memadai lagi. Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu pemisahan antara

agregat halus, semen, dan air dengan agregat kasar (segregasi), karena jarak antar

tulangan yang terlalu rapat dan sudah tidak memungkinkan bagi alat vibrator untuk

mencapai daerah-daerah padat tulangan tersebut.

Salah satu pemecahan untuk memperoleh struktur beton yang memiliki

kepadatan serta ketahanan yang lebih baik adalah dengan menggunakan Self

Compacting Concrete (SCC). Self Compacting Concrete (SCC) merupakan beton

yang memiliki sifat kecairan (fluidity) yang tinggi sehingga mampu mengalir dan

mengisi ruang-ruang di dalam cetakan tanpa proses pemadatan (Tjaronge, 2006).

Kemampuan mengalir dengan tingkat ketahanan terhadap segregasi yang tinggi

pada SCC disebabkan oleh pembatasan kandungan dan ukuran agregat yang lebih

kecil dari pada beton konvensional, rasio air-semen (w/c-ratio) yang rendah, serta

penggunaan superplasticizer yang memadai. Berbeda dengan beton normal pada

umumnya, komposisi semen yang dibutuhkan pada mix design Self Compacting

Concrete (SCC) lebih banyak jika dibandingkan komposisi semen pada beton

normal, selain itu Self-Compacting Concrete (SCC) sebagai alternatif campuran

beton yang memiliki volume pori-pori kecil, membutuhkan karakteristik yang

sedikit berbeda dari beton konvensional. Diantaranya adalah agregat kasar yang

(17)

digunakan memiliki ukuran yang relatif lebih kecil untuk mencegah terjadinya

segregasi (Okamura dan Ouchi, 2003).

Untuk mengetahui sifat dari Self-Compacting Concrete (SCC) memerlukan

filler sebagai bahan pengisi disamping untuk mencegah segregasi dan memerlukan

bahan tambah kimia berjenis High Range Water Reducer yang memiliki sifat

viskositas yang tinggi. Mengingat Standar Nasional Indonesia (SNI) sampai saat ini

belum mengakomodasi teknologi self-compacting concrete berkaitan minimnya

penelitian yang dilakukan tentang teknologi baru ini, sedangkan potensi material

yang dimiliki cukup besar, maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan mix

design yang optimal dalam pembuatan beton jenis SCC di Indonesia. Sehingga hal

ini dapat mengatasi berbagai permasalahan yang timbul selama masa pengecoran

komponen bangunan yang hanya menggunakan beton konvensional. Hal inilah

yang juga sering dijadikan sebagai penelitian untuk menemukan bahan tambahan

pengganti semen yang sesuai dengan sifat dan karakteristik semen itu sendiri.

Self-Compacting Concrete (SCC) dapat diperoleh dengan cara variasi

campuran beton yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan alam atau

limbah industri, seperti kapur, abu terbang (fly ash), pasir besi, bubuk kaca, abu

ampas tebu dan penambahan bahan tambah kimia (chemical admixture).

Penggunaan limbah industri merupakan alternatif yang baik, oleh karena itu pada

penelitian ini akan dicoba menambah abu ampas tebu dan akan dikaji terhadap kuat

tekan beton. Abu ampas tebu (AAT) merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas

tebu. Ampas tebu sendiri merupakan limbah hasil buangan dari proses pembuatan

gula. Dari uji porositas pada penelitian beton telah terbukti bahwa AAT dapat

berfungsi sebagai pozzolan. AAT mempunyai kandungan SiO2, Al2O3, Fe2O3,

CaO, K2O, Na2O, MgO, dan P2O5 yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan

pengganti semen dan diharapkan menambah kuat tekan beton karena butirannya

yang relativ kecil dan mampu mengisi lubang pori pada beton. Selain itu bahan

tambah kimia (chemical admixture) seperti superplasticizer Sika Viscocrete-1003

dapat melarutkan gumpalan-gumpalan dengan cara melapisi pasta semen sehingga

semen dapat tersebar dengan merata pada adukan beton dan mempunyai pengaruh

(18)

Bahan ini digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit karena sangat mudah

mengakibatkan terjadinya bleeding. Superplasticizer dapat mereduksi air sampai

40% dari campuran awal (ASTM C494-82). Penggunaan superplasticizer pada

SCC meningkatkan workabilitas dari beton segar dengan tidak berpengaruh banyak

pada nilai kuat tekan beton tersebut. SCC yang masih segar memiliki nilai slump

yang sangat tinggi, sehingga pengukuran dengan kerucut Abrams sudah tidak

memungkinkan lagi. Pengukuran sifat SCC mengacu pada tingkat flowability serta

passingability beton segar tersebut. Pengukuran sifat beton segar jenis

self-compacting concrete dapat mengacu pada dua alat ukur yang berupa Slump-Flow

Test dan L-Shape Box Test (Grunewald, 2004). Usaha penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan suatu alternatif baru dalam teknologi beton, dengan menggunakan

semen seefisien mungkin.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah yang

akan diteliti, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh abu ampas tebu terhadap kuat tekan beton Self

Compacting Concrete (SCC)?

2. Bagaimana hasil pengujian beton segar untuk beton SCC (filling ability, passing

ability, dan segregation resistance nya)?

3. Bagaimana pengaruh superlasticizer viscocrete-1003 terhadap flowability pada

Self Compacting Concrete (SCC).?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebgai

berikut.

1. Mengetahui pengaruh penambahan abu ampas tebu sebagai pengganti sebagian

semen terhadap kuat tekan beton Self Compacting Concrete (SCC).

2. Mengetahui hasil pengujian beton segar SCC (filling ability, passing dan ability)

dengan penambahan abu ampas tebu.

3. Mengetahui pengaruh superplasticizer viscocrete-1003 untuk pengujian Self

(19)

4. Memperoleh hasil mengenai perilaku kuat tekan beton Self Compacting

Concrete (SCC) dengan tambahan abu ampas tebu sebagai bahan tambahan

pengganti semen dan superplasticizer Sika Viscocrete-10 pada umur 28 hari .

5. Manfaat Penelitian

1. Informasi tentang pengaruh yang terjadi akibat dari pemakaian abu ampas tebu

sebagai pengganti sebagian semen terhadap campuran beton Self Compacting

Concrete (SCC)

2. Alternatif bahan pengganti semen untuk pembuatan beton dan diharapkan dapat

memberikan dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang jasa konstruksi.

3. Kekurangan dan kelangkaan bahan-bahan campuran pembuatan beton dapat

memanfaatan abu ampas tebu untuk mengurangi biaya.

4. Hasil limbah abu ampas tebu dapat di olah dalam skala besar untuk diproduksi

sebagai bahan bangunan terutama sebagai bahan campuran beton, sehingga

menjadi ramah lingkungan

6. Batasan Penelitian

1. Abu ampas tebu sebagai bahan pengganti sebagian semen berasal dari pabrik

gula Madukismo di Yogyakarta, yang lolos saringan No. 100.

2. Proporsi abu ampas tebu yang digunakan sebagai bahan pengganti semen

sebesar 5%, 10%, dan 15 % dari berat semen.

3. Benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Semua benda uji berjumlah 28 buah dengan tiga variasi dan setiap variasi dibuat

sebanyak 6 sampel.

4. Metode perancangan beton (mix design) menggunakan Indian Standar

(IS-10262-1982) yaitu M15 Self Compacting Concrete dan European Federation

for Specialist Construction Chemicals and Concrete system (EFNARC) tentang

pengujian beton segar.

5. kuat tekan beton di uji pada umur 28 hari.

6. Agregat halus yang berupa pasir Merapi yang berasal dari Sungai Progo,

(20)

7. Agregat kasar yang digunakan iyalah agregat yang di pecah/splite clereng asal

Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta.

8. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe

1 Semen Holcim kapasitas kemasan 40 kg.

F.

Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai Self- Compacting

Concrete diantaranya sebagai berikut ini.

1. Perilaku Fisik dan Mekanik Self Compacting Concrete (SCC) dengan

Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Sebagai Bahan Tambahan Pengganti Semen

.(Andika Ade Indra Saputra, 2011).

2. Pengaruh Kadar Fly Ash Sebagai Pengganti Sebagian Semen Terhadap Kuat

Tarik Belah dan Modulus of Rupture pada High Volume Fly Ash – Self

Compacting Concrete , (Avri Priatama, 2012).

3. Penggunaan superplasticizer untuk kuat tekan self compacting concrete

dengan kadar yang berbeda. (Juwita Laily Citrakusuma,2012).

4. Pemanfaatan Abu Sawit Sebagai Binder pada Self- Compacting Concrete

(SCC). (Mei Eftarika Harahap, Monita Olivia, Alex Kurniawandy, 2013).

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan maka penelitian mengenai

pengaruh penambahan abu ampas tebu terhadap flowability dan kuat tekan pada

self compacting concrete belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini masih

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Hasil Penggunaan Agregat Halus untuk Beton

Pujiono (2013) melakukan pengujian yang sama terhadap bahan susun beton

yaitu agregat halus (pasir) yang berasal dari Sungai Progo. Hasil pengujian

menunjukkan gradasi agregat termasuk dalam daerah gradasi No.1, yaitu pasir

kasar dengan modulus halus butir sebesar 3,647. Kadar air agregat halus diperoleh

sebesar 3,860% yang termasuk dalam koridor normal, berat jenis pasir jenuh

kering muka diperoleh sebesar 2,67 dan penyerapan air dari keadaan kering

menjadi keadaan jenuh kering muka adalah 1,01%. Berat satuan pasir SSD

diperoleh sebesar 1,738 gram/cm3 dan kadar lumpur sebesar 2,9%.

Rizky (2014) melakukan pemeriksaan gradasi pasir berada pada (daerah 2)

pasir kasar, dan diperoleh hasil pengujian gradasi pasir dengan modulus halus

3,21. Pada pengujian kadar air pasir yang dilakukan di laboratorium kadar air pasir

diperoleh 2,68 %, pasir yang digunakan dalam pengujian termasuk kadar air yang

normal dan kadar air tidak melebihi 5 %. Pada pemeriksaan berat jenis pasir,

diperoleh hasil pengujian pasir berat jenis kering jenuh muka SSD yaitu sebesar

2,57. Pada pemeriksaan kadar lumpur yang terdapat pada pasir diperoleh kadar

lumpur sebesar 0,18%. Pada pemeriksaan berat satuan pasir diperoleh hasil

pengujian sebesar 1,726 gram/m3.

Saputra (2015) melakukan pemeriksaan gradasi agregat halus pasir kali progo

barada pada daerah 4 dengan modulus halus butiran sebesar 2,204. Pada

pemeriksaan berat jenis pasir kering di dapat sebesar 2,809 sehingga pasir ini

tergolong dalam agregat berat dimana batas jenis agregat berat diatas 2,8. Pada

pemeriksaan kadar lumpur agregat halus di peroleh hasil pengujian kadar lumpur

sebesar 2,2 % lebih kecil dari nilai standar yang di tetapkan yaitu 5%. Pada

pemeriksaan kadar air agregat halus pada kondisi SSD, di dapat sebesar 0,81 %.

Pada pemeriksaan berat satuan agregat halus berat satuan pasir SSD di dapat

sebesar 1,23 gram/cm3.

(22)

Perbandingan ketiga hasil pengujian agregat halus (pasir) yang berasal dari

Sungai Progo tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Hasil pengujian agregat halus (pasir) Sungai Progo

No. Jenis Pengujian Agregat

Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3 Pujiono

(2013)

Rizky (2014)

Saputra (2015)

1 Gradasi daerah No. 1 No.2 No. 4

2 Modulus halus butir 3,647 3,21 2,204

3 Berat jenis 2,76 2,57 2,809

4 Berat satuan (gr/cm3) 1,738 1,726 1,23

5 Kadar air (%) 3,86 2,68 0,81

6 Penyerapan air (%) 1,01 1,2 -

7 Kadar lumpur (%) 2,90 0,18 2,2

B.Hasil Penggunaan Agregat Kasar untuk Beton

Rizky (2014) melakukan pemeriksaan kadar diperoleh hasil pengujian sebesar

1,32 %. Pada pemeriksaan berat jenis batu pecah jenuh kering muka diperoleh

hasil sebesar 2,51, dan penyerapan air sebesar 1,52 % agregat tersebut tergolong

kedalam agregat normal 2,5 sampai 2,7. Pada pemeriksaan keausan batu pecah

diperoleh hasil pengujian sebesar 24,96 %. Pada pemeriksaan berat satuan agregat

kasar diperoleh hasil pengujian sebesar 1,514 gram/m3. Pada pengujian kadar

lumpur agregat kasar dilapangan tanpa proses pencucian terlebih dahulu didapat

hasil pengujian sebesar 1 % dan belum melebihi dari ambang normal yaitu 1%,

makadari itu sebelum digunakan sebagai bahan campur perlu dicuci terlebih

dahulu.

Christiadi (2014) melakukan pemeriksaan kadar air yang terdapat dalam

agregat kasar kadar air yang terkandung dalam kerikil sebesar 1,21 % dan syarat

kandungan air dalam kerikil maksimal adalah sebesar 2 %. Pada pemeriksaan

kadar lumpur terdapat kadar lumpur kerikil sebesar 0,6 % dan syarat kadar lumpur

kerikil tidak melebihi batas maksimal sebesar 2%. Pada pemeriksaan berat jenis

kerikil didapat hasil pengujian sebesar 2,57, sehingga kerikil tergolong kedalam

(23)

didapat hasil pengujian sebesar 1,421 gram/m3. Pada pemeriksaan pengujian

keausan agregat kasar diperoleh hasil 13,44 %, sehingga keausan kerikil di anggap

normal, batas maksimum keausan kerikil tidak boleh lebih dari 40 %. Untuk

pengujian kadar lumpur diperoleh kadar lumpur sebesar 0,02 %.

Yoehanes (2014) juga melakukan pemeriksaan bahan susun agregat kasar

terhadap pembuatan beton yang berasal dari Clereng, Kulon Progo. Dari

pemeriksaan kadar air agregat kasar diperoleh kadar air sebesar 3,36%.

Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar diperoleh berat jenuh

kering muka 2,44, penyerapan air dari keadaan kering menjadi keadaan jenuh

kering muka sebesar 0,86%, dan penyerapan air untuk agregat normal maksimum

adalah 2%. Untuk pengujian kadar lumpur diperoleh kadar lumpur sebesar 8,25%

melebihi ketentuan 1%, sehingga sebelum digunakan agregat perlu dicuci terlebih

dahulu. Keausan agregat kasar sebesar 45,28% dan untuk berat satuan agregat

kasar diperoleh 1,55 gram/cm3.

Perbandingan ketiga hasil pengujian agregat kasar (split) yang berasal dari

Clereng, Kulon Progo tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Hasil pengujian agregat kasar (split) Clereng, Kulon Progo

No. Jenis Pengujian Agregat

Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3

Yoehanes (2014) Rizky

(2014)

Christiadi (2014)

1 Berat jenis 2,51 2,57 2,44

2 Berat satuan (gr/cm³) 1,514 1,421 1,55

3 Keausan (%) 24,96 13,44 45,28

4 Kadar air (%) 1,32 1,21 3,36

5 Penyerapan air (%) 1,52 0,6 0,86

6 Kadar lumpur (%) 1 0,02 8,25

C.Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Tekan Beton

Nugroho (2006), mengkaji tentang penambahan abu ampas tebu dan abu arang

briket sebagai filler terhadap kuat tekan dan Tarik pada beton. 1990-03, variasi

bahan tambah abu ampas tebu sebesar 7,5% ; 10% ; 12,5% dari berat semen dan

(24)

menggunakan fas sebesar 0,45 dengan umur beton 14 hari. Beton yang dibuat

berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm. Dari hasil pengujian

kuat tekan rata-rata optimum tertinggi diperoleh pada variasi abu ampas tebu 10%

dan abu arang briket 12,5% sebesar 90% dari kuat tekan beton normal. Dari

pengujian kuat tarik rata-rata optimum tertinggi diperoleh pada variasi abu ampas

tebu 10% dan abu arang briket 12,5% sebesar 43,85% dari kuat tarik beton normal.

Ktekan dan tarik beton dengan bahan tambah filler abu ampas tebu dan abu arang

briket dengan fas 0,45,diperoleh kuat tekan beton tertinggi adalah 26,880 MPa

dan kuat tarik tertinggi adalah 2,782 MPa.

Tabel 2.3 Kuat tekan rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu arang

briket - abu ampas tebu pada fas 0,45

Sumber : Hasil penelitian (Nugroho,2006)

Tabel 2.4 Kuat tarik rata-rata beton dengan variasi penambahan filler abu arang

briket - ampas tebu pada fas 0,45

Sumber : Hasil penelitian (Nugroho,2006)

Kuat tekan rata-rata Kadar abu ampas tebu

0 % 7,5 % 10 % 15 %

Kadar abu arang briket

0 % 14,147 18,580 25,088 25,465

7,5 % 22,541 23,013 23,484 21,503

10 % 24,899 23,578 24,993 23,673

15 % 24,239 22,541 26,880 24,899

Kuat tarik rata-rata Kadar abu ampas tebu

0 % 7,5 % 10 % 15 %

Kadar abu arang briket

0 % 1,934 1,957 2,122 2,405

7,5 % 2,476 2,263 2,358 2,311

10 % 2,711 2,358 2,617 2,287

(25)

Gambar 2.1 Gabungan hubungan kuat tarik rata-rata dengan variasi bahan

tambah abu ampas tebu - abu arang briket (Nugroho, 2006).

Gambar 2.2 Gabungan hubungan kuat tekan rata-rata dengan varias bahan

tambah filler abu ampas tebu - abu arang briket (Nugroho,2006).

Christiadi (2014) , meneliti tentang pengaruh penambahan Abu Ampas Tebu

(AAT) sebesar 5% sebagai bahan pengganti sebagian semen terhadap variasi umur

(26)

kenaikan uji kuat tekan beton. Dalam perancangan campuran beton (Mix Design) ini digunakan SK SNI : 03-2847-2002 (Tjokrodimuljo, 2007).

Pada penelitian ini, didapatkan hasil uji kuat tekan masing-masing variasi umur

dengan penambahan abu ampas tebu sebesar 5% pada umur 3 hari dengan kuat

tekan rata-rata sebesar 19,677 MPa, pada umur 7 hari sebesar 23,720 MPa, pada

umur 14 hari sebesar 26,063 MPa, pada umur 21 hari sebesar 28,013 MPa, pada

umur 28 hari sebesar 31,838 MPa, dan pada umur 40 hari sebesar 33,838 MPa.

Tabel 2.5 Hasil uji kuat tekan beton

Sumber : Hasil penelitian (Christiadi, 2014) Variasi

Umur

Kuat tekan beton (Mpa) Faktor

pengali Sampel I Sampel II Sampel III Rata - rata

3 19,870 19,531 19,629 19,677 1,721

7 24,409 24,853 21,898 23,720 1,428

14 24,371 24,211 29,607 26,063 1,299

21 30,623 25,760 27,658 28,013 1,209

28 26,973 43,495 25,045 31,838 1,064

40 51,061 25,583 25,990 33,878 1,000

(27)

Harjianto (2015), membuat beton dengan memanfaatan Abu Ampas Tebu Dari

Hasil Pembakaran Nira Pg. Gondang Baru Klaten Dan Kapur Tohor Pengganti

Semen Untuk Campuran Betonbertujuan untuk mengetahui perbedaan kuat tekan,

tarik dan lentur yang dihasilkan dari penambahan abu ampas tebu dengan perekat

kapur tohor atau pun menggunakan semen. Persentase variasi penambahan abu

ampas tebu 0%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dari berat semen atau kapur tohor untuk

variasi 5 benda uji. Untuk kuat tekan dan kuat tarik belah beton menggunakan

cetakan silinder dengan dimensi diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 60

benda uji. Untuk uji kuat lentur balok tanpa tulangan menggunakan cetakan balok

dengan dimensi panjang 60 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 20 cm sebanyak 30 benda

uji. Mix design menggunakan metode Road Note No.4. pengujian dilakukan

ketika benda uji berumur 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan menggunakan

perekat semen atau kapur tohor dapat disimpulkan bahwa untuk campuran beton

menggunakan semen dengan penambahan abu ampas tebu sebesar 10%

menghasilkan kuat tekan maksimal sebesar 22,46 MPa sehingga mengalami

peningkatan sebesar 21,6% dari beton normal 20,30 MPa. Untuk perkat kapur

tohor pengujian kuat tekan maksimal sebesar 10% menghasilkan kuat tekan 2,23

sehingga mengalami peningkatan sebesar 61,20% dari beton normal 1,62 MPa.

Tabel 2.6 Hasil pengujian kuat tekan beton menggunakan AAT

(28)

Gambar 2.4 Hubungan antara variasi abu ampas tebu dengan pengujian kuat

tekan beton dengan perekat semen (Harjianto, 2015).

D.Penambahan Superplasticizer Terhadap Kuat TekanBeton

Pujianto (2011), mengkaji penambahan superplasticizer dan silica fume

terhadap beton mutu tinggi. Perancangan bahan susun beton dengan mengacu

pada SK.SNI.03-2834-1992. Variasi penambahan superplasticizer yang di

pakai yaitu 0,5 %, 1,0 %, 1,5 %, 2 %, dan 2,5 %, sedangkan penambahan silica

fume yang digunakan yaitu 2,5 %, 5 %, 7,5 %, 10 %, 12,5 %, 15 %, 17,5 % dan

20 %. Pembuatan benda uji dan perawatan (SK SNI 03-2493-1991). Setiap

variasi campuran berjumlah sebanyak 4 buah benda uji, maka jumlah sampel

untuk pengujian awal sebanyak 6 x 4 = 24 benda uji. Untuk pengujian lanjutan

sebanyak 5 x 4 = 20 benda uji, sehingga jumlah total sebanyak 44 benda uji.

Kuat tekan beton optimum yang dapat dicapai sebesar 65,06 MPa dengan kadar

(29)

Tabel 2.7 Hasil uji slump beton segar tanpa silica fume dengan kadar

superplastisizer bervariasi

Sumber : Hasil penelitian (Pujianto, 2012)

Tabel 2.8 Hasil uji slump beton segar dengan kadar superplastisizer 2 % dan

kadar silicafume yang bervariasi

(30)
[image:30.595.172.499.128.367.2]

Gambar 2.5 Pengaruh kadar superplastisizer terhadap kuat tekan beton

(Pujianto, 2012)

Gambar 2.6 Pengaruh kadar silicafume terhadap kuat tekan beton

[image:30.595.173.498.423.646.2]
(31)

Citrakusuma (2012), meneliti tentang penggunaan superplasticizer untuk mengetahui karakteristik dan kuat tekan self compacting concrete dengan kadar

yang berbeda. Penelitian ini menggunakan mix design metode DoE dengan

bahan tambah berupa superplasticizer dengan kadar 1,2%, 1,3%, 1,4%, 1,5%

serta 1,6% dari berat semen. Pengujian benda uji dilakukan dua tahap yaitu

pada saat beton segar dilakukan uji menggunakan alat V-funnel, L-box, dan

slump, sedangkan beton keras akan dilakukan uji kuat tekan pada waktu 14 hari

yang nantinya akan dikonversikan 28 hari. Dari semua hasil pengujian pada

beton dengan variasi superplasticizer yaitu 1,2%, 1,3%, 1,4%, 1,5% dan 1,6%

didapat nilai kuat tekan rata-rata tertinggi pada prosentase superplasticizer

1,5% yaitu sebesar 1024,14 kg/cm2 dengan nilai f.a.s 0,288. Pengujian kuat

tekan di umur 14 hari tiap penambahan superplasticizer dengan nilai f.a.s yang

sama dapat menurunkan kuat tekan rata-rata beton, hal ini dapat dilihat pada

prosentase 1,2% - 1,3% dimana kuat tekan rataratanya 737,21 kg/cm2 dan

691,14 kg/cm2, prosentase 1,5% - 1,6% dimana kuat tekan rata-ratanya 1024,14

kg/cm2 - 586,42 kg/cm2. Sedangkan untuk pengujian beton pada kondisi segar baik pada sifat fillingability, passingabilty dan segregation resistance menunujukkan bahwa dari ke 5 (lima) variasi superplasticizer memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan oleh EFNARC 2002. Proporsi beton SCC yaitu semen, pasir, kerikil dan air dapat diperoleh dengan menggunakan metode DoE namun dengan krikil

ukuran maksimal 10 mm, faktor air semen maksimal 0,3 dan menggunakan

bahan tambah berupa superplasticizer viscocrete-10. Hasil dari pengujian

beton segar dapat dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2.9 Hasil tes Slump, T50, V-funnel, dan L- box

Sample

V-Funnel (detik)

PA

≥ ,8

T50

(detik)

Slump flow (mm)

Keterangan 0 % ≥ 3 ≥1 ≥15 ≤500 Beton normal 1,2 % 11,93 0,89 3,37 745 SCC

1,3 % 10,6 1 3 750 SCC

1,4 % 11,96 1 3,41 715 SCC

1,5 % 12 1 4,156 715 SCC

1,6 % 11,35 1 4 725 SCC

(32)
[image:32.595.128.512.138.323.2]

Gambar 2.7 Hasil kuat tekan Self Compacting Concrete (Citrakusuma, 2013)

Syahrizal (2013) mengkaji tentang penambahan silica fume dan

superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi dengan metode American

Concrete Institute (ACI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu

tinggi. Kadar silica fume yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%

dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan curing. Penelitian

ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x 30 cm, sebanyak

100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji. Dari hasil

penelitian didapatkan bahwa pada penambahan silica fume 10% dan

superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar

81,76 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik

(33)
[image:33.595.124.490.280.693.2]

Tabel 2.10 Hasil pengujian slump beton segar dengan kadar superplasticizer 2%

dan kadar silica fume bervariasi

Kadar

SF (%)

Kadar

SP (%)

Volume Berat Berat Pasir (Kg)

Berat Kerikil

(Kg)

Slump rata-rata

(cm) AIR

(liter)

Sp (liter)

SF

(Kg)

Semen (Kg)

0 % 2,0 % 160,52 11,90 0 595 614 1057 4,50 5 % 2,0 % 160,52 11,305 29,75 565,25 609,096 1057 4,00 10 % 2,0 % 160,52 10,710 59,50 535,50 604,144 1057 3,63 15 % 2,0 % 160,52 10,115 89,25 505,75 596,716 1057 3,50 20 % 2,0 % 160,52 9,520 119 476 591,764 1057 3,38

Sumber : Hasil penelitian (Syahrizal, 2012)

Tabel 2.11 Hasil pengujian kuat tekan rata-rata pada saat pengujian di lapangan

Kode Benda Uji

f ’C Rata- rata pada saat pengujian (Mpa)

7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari BN 49,82 66,67 71,48 74,73 BS 5 51,86 69,41 74,14 77,68 BS 10 54,58 73,04 78,24 81,76 BS 15 50,96 67,94 72,58 75,30 BS20 47,33 62,85 67,03 71,11

Sumber : Hasil penelitian (Syahrizal, 2012)

[image:33.595.155.470.457.700.2]
(34)
[image:34.595.168.478.294.533.2]

Tabel 2.12 Hasil pengujian kuat tekan rata-rata pada umur 28 Hari

Sumber : Hasil penelitian (Syahrizal, 2012)

Gambar 2.9 Peningkatan kekuatan tekan beton gabungan berdasarkan umur

pengujian di lapangan (Syahrizal, 2012)

Kode Benda Uji

f ’C Rata- rata setelah di konnversi ke

umur 28 hari (Mpa)

(35)
[image:35.595.164.462.136.365.2]

Gambar 2.10 Kuat tekan rata-rata pada umur 28 hari (Syahrizal, 2012).

E. Self Compacting Concrete

Putri (2014), meneliti tentang pengaruh rasio semen - fly ash terhadap sifat

segar dan kuat tekan high volume fly ash - self compacting concrete (HVFA-SCC).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat segar dan kuat tekan

pada beton yang memiliki kandungan fly ash dalam volume tinggi. Metode yang

dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan membuat

komposisi campuran beton dengan penggunaan fly ash sebagai pengganti

sebagian semen pada campuran HVFA-SCC. Kadar fly ash yang di gunakan pada

penelitian ini yaitu 50 %, 55 %, 60 %, 65 % dan 70 %. Pengujian beton segar

dilakukan dengan 5 (lima) metode pengujian yaitu: j-ring flow table test, l-box

test, dan v -funnel test. Pengujian beton keras dilakukan terhadap kuat tekan

silinder beton pada umur 7 hari, 28 hari, 56 hari serta 90 hari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan fly ash pada pengujian J-ring (slump flow dan

T50) paling optimum yaitu dengan kadar fly ash 60% memiliki sifat fillingability

yang paling baik. Seperti halnya pada pengujian J-ring, pada pengujian L-box

dengan kadar fly ash 60% juga di peroleh hasil yang paling optimum. Sedangkan

(36)

waktu alir yang paling singkat, dikarenakan pada campuran ini memiliki

viskositas yang moderat. Pada penelitian ini semakin besar kadar fly ash akan

membuat nilai sifat segar maupun kuat tekannya menjadi semakin besar ataupun

semakin kecil.

Tabel 2.13 Hasil Pengujian Beton Segar HVFA-SCC

Jenis

Pengujian Parameter

Hasil Pengujian Beton Segar Syarat

SCC

C-F 50 C-F 55 C-F 60 C-F 65 C-F 70

Flow

table

Diameter (mm) T500 (detik)

680 3,77

655 9,51

780 2,43

730 2,02

720 2,41

700 mm 2-5 detik J-Ring Diameter (mm)

T500 (detik)

545 7,18

505 13,6

660 2,05

625 2,01

620 2,62

600 mm 2-5 detik L-Box H2/H1 0,813 0,412 0,875 0,667 0,625 ≥0,8

V-Funnel Tv (detik) 13,75 20,77 12,36 11,5 12,34 5-12 detik

Sumber : Hasil penelitian (Putri, 2014)

[image:36.595.114.518.213.487.2]

.

Gambar 2.11 Hubungan antara variasi kadar fly ash dengan diameter maksimal (a),

[image:36.595.134.502.523.742.2]

waktu mencapai sebaran 500 mm (b) padaa pengujian J-ring test (Putri, 2014).

Gambar 2.12 Hubungan antara variasi kadar fly ash dengan nilai rerata h2/h1 pada

(37)

Gambar 2.13 Hubungan antara variasi kadar fly ash dengan waktu aliran pada alat

V-Funnel (Putri, 2014).

Priatama (2012), melakukan penelitian tentang Pengaruh Kadar Fly Ash

sebagai Pengganti Sebagian Semen terhadap Kuat Tarik Belah dan Modulus of

Rupture pada High Volume Fly Ash – Self Compacting Concrete.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji kuat

tarik belah sebanyak 27 buah berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30

cm, serta 27 buah benda uji modulus of rupture berbentuk balok dengan dimensi 10

x 10 x 50 cm. Variasi kadar fly ash yang ditinjau dalam penelitian ini adalah 35%,

55%, dan 65%. Kadar fly ash 35% digunakan sebagai pembanding sesuai dengan

syarat penggunaan maksimum fly ash pada beton dalam ASTM C618-86. Pengujian

kuat tarik belah dan modulus of rupture tiap variasi kadar fly ash diuji pada umur

7, 28 dan 56 hari.

Dari hasil pengujian kuat tarik belah maupun modulus of rupture HVFA-SCC

diketahui bahwa penggunaan fly ash yang semakin banyak dalam beton akan

mengurangi nilai kuat tarik belah serta modulus of rupture pada umur awal beton.

Pada umur 7 hari nilai kuat tarik belah beton dengan variasi kadar fly ash 65%

cenderung sama dengan variasi kadar fly ash 35% dan 55% yaitu sebesar 1,952

MPa. Sedangkan nilai modulus of rupture dengan variasi kadar fly ash 65% pada

(38)

kadar fly ash 65% mengalami peningkatan terhadap umur beton yang lebih

signifikan dibanding beton dengan variasi kadar fly ash yang lebih rendah.

Tabel 2.14Hasil Pengujian J-Ring flow table test HVFA-SCC

Sumber : Hasil penelitian (Priatama, 2012)

Kadar Fly Ash

Sampel pencampuran

L-Box test

t200 (dt) t400 (dt)

H1

(mm)

H2

(mm)

H2/ H1

(mm) 35 % 26 maret 2016 3,34 6,5 100 80 0.727 55 % 20 Maret 2012 4,2 6,7 100 90 0,900 65 % 3 April 2012 5,4 7,285 100 85 0,850

Sumber : Hasil penelitian (Priatama, 2012)

Tabel 2.16 Hasil pengujian Box-type test HVFA-SCC

Kadar Fly Ash

Sampel pencampuran

Box Type

H1

(mm)

H2

(mm)

H2/ H1

(mm) 35 % 26 maret 2016 350 350 1 55 % 20 Maret 2012 350 350 1 65 % 3 April 2012 350 350 1

Sumber : Hasil penelitian (Priatama, 2012).

Tabel 2.17Hasil Pengujian V-Funnel Test HVFA-SCC

Kadar Fly Ash

Sampel Pencampuran

V-Funnel Test, t (dt) 35 % 26 maret 2016 24,73 55 % 20 Maret 2012 22,98 65 % 3 April 2012 16

(39)
[image:39.595.154.484.114.445.2]

Tabel 2.18Hasil Uji Kuat Tarik Belah Rata-Rata HVFA-SCC

Kadar Fly Ash

Kuat tarik belah rata-rata (Mpa) Umur Beton

7 Hari 28 Hari 56 Hari 35 % 1,918 2,514 3,419 55 % 1,991 3,505 3,091 65 % 1,952 3,052 2,785

Sumber : Hasil penelitian (Priatama, 2012).

Gambar 2.14 Hubungan nilai kuat tarik belah rata-rata dengan fly ash HVFA-SCC

(Priatama, 2012).

Gambar 2.15Hubungan kuat tarik belah rata-rata dan umur HVFA-SCC (Priatama,

[image:39.595.130.505.503.721.2]
(40)

Lianasari (2012), mengkaji pengaruh penggunaan material lokal zeolit

sebagai filler untuk produksi beton memadat mandiri (self compacting

concrete). Viscocrete-10, dan ukuran agregat maksimum 10 mm. Penelitian ini

dilaksanakan secara eksperimental dengan pelaksanaan sebagai berikut : (1)

Variabel bebas berupa variasi penambahan filler (zeolit) yang diberikan dengan

takaran 0%, 10%, dan 20% dan viscocrete-10 dengan dosis 0,5% dan 1%

dihitung berdasarkan berat semen yang diperlukan, (2) Variabel terikat berupa

kuat tekan dan nilai serapan air Self Compacting Concrete, (3) Variabel

pengendali terdiri dari water per binder ratio sebesar 0,45, jenis semen, jenis

dan ukuran agregat, jenis superplastisizer, nilai slump-flow minimal 60 cm,

umur beton dan ukuran filler yang digunakan. Perencanaan adukan beton

menggunakan metode SK SNI T-15-1990-03 dengan kuat tekan rencana

25MPa. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan zeolit sebagai filler dan

viscocrete-10 1% dalam memproduksi Self Compacting Concrete dapat

meningkatkan kuat tekan beton sebesar 14% dari beton normal umur 28 hari

dan 16,5% dari beton normal umur 90 hari. Sedangkan bila dibandingkan

dengan beton normal tidak dipadatkan lebih tinggi 34,8% pada umur 28 hari

dan 42,3% pada umur 90 hari. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa

material zeolit dapat digunakan sebagai filler dalam Self Compacting Concrete.

Tabel 2.19 Hasil pengujian kuat tekan beton berbagai variasi bahan susun beton

Kode Beton Kuat Tekan Beton (Mpa)

28 hari 29 hari

BN 39.78 45.49

BNT 33.64 37.26

Z10V0,5 25.72 32.11

Z10V1,0 45.35 53.01

Z10V1,5 34.80 29.00

Z20V1,5 19.62 19.94

Z20V1,0 38.52 48.47

Z20V1,5 36.49 38.31

(41)
[image:41.595.203.439.492.723.2]

Tabel 2.20 Hasil pengujian kuat tekan beton dalam persentase terhadap beton normal

Sumber : Hasil penelitian (Lianasari , 2012).

Kurniawandy (2013), melakukan penelitian mengenai penambahan abu

sawit sebagai binder pada self compacting concrete. Pada penelitian ini variasi

kadar abu sawitt yang digunakan yaitu 5 %, 10 % , 15 % dan 20 % dari berat

semen. Untuk mengetahu sifat segar beton tersebut, maka pada penelitian ini

dilakukan pemeriksaan Workability, Flowability, Fillingability, dan

Passingability. Perencanaan Campuran SCC mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Kheder & Jadiri (2010).

Kode beton

Terhadap beton normal dipadatkan

Terhadap beton normal tidak dipadatkan 28 Hari 90 Hari 28 Hari 90 Hari BN 100 % 100 % 118,3 % 122,1 % BNT 84,6 % 81,9 % 100 % 100 % Z10V0,5 64,7 % 70,6 % 76,5 % 86,2 % Z10V1,0 114 % 116,5 % 134,8 % 142,3 % Z10V1,5 87,5 % 63,8 % 103,4% 77,8 % Z20V0,5 49,3 % 43,8 % 103,4% 53,5 % Z20V1,0 96,8% 106,6 % 114,5 % 130,1 % Z20V1,5 91,7 % 84,2 % 108,5 % 102,8 %

Gambar 2.16 Hubungan nilai T50 terhadap persentase abu sawit

(42)
[image:42.595.202.447.76.340.2]

Gambar 2.18 Hubungan nilai V-Funnel terhadap persentase abu sawit.

(Kurniawandy, 2013)

Gambar 2.17 Hubungan slump flow terhadap persentase abu sawit

(43)
[image:43.595.214.470.108.353.2]

Gambar 2.19 Hubungan nilai passing ratio L-Box terhadap persentase

abu sawit Kurniawandy, 2013)

(44)
[image:44.595.88.558.139.754.2]

Tabel 2.21 Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang sekarang dilakukan.

NO Penelitian Tahun Jenis

Penelitian

Perbedaan komposisi yang dipakai pada Penelitian

Terdahulu Sekarang

1 Pengaruh Variasi Umur terhadap Nilai Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan Abu Ampas Tebu (AAT) Sebesar 5% Sebagai Bahan Pengganti sebagian Semen (Cristiadi).

2014 Pengujian Lab

Penambahan Abu Ampas Tebu (AAT) sebesar 5% sebagai bahan pengganti sebagian semen terhadap variasi umur dari umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari dan 40 hari. Hasil pengujian kuat tekan optimum pada variasi umur 40 hari yaitu sebesar 33,383 MPa.

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengetahui karakteristik sifat dari

Self Compacting Concrete. Terjadi kuat tekan maksimal pada campuran 5%

AAT dan

superplasticizer 1,2 % sebesar 21,50 Mpa.

2 Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Dari Hasil Pembakaran Nira Pg.Gondang Baru Klaten Dan Kapur Tohor Pengganti Semen Untuk Campuran Beton. (Nugroho)

2015 Pengujian Lab

Besarnya penambahan variasi penambahan abu ampas tebu dalam penelitian yaitu 0%,5%, 7,5%, 10%, 12,5%. Kuat tekan maksimum pada umur 28 hari diperoleh pada campuran dengan penambahan abu ampas tebu 10% sebesar 34,82 MPa 22,46 MPa sehingga meninngkat sebesar 21,6% dari beton normal 20,30 MPa.

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengeetahui

karakteristik sifat dari

Self Compacting Concrete. Terjadi kuat tekan maksimal pada campuran 5%

AAT dan

(45)

NO Penelitian Tahun Jenis Penelitian

Perbedaan komposisi yang dipakai pada Penelitian

Terdahulu Sekarang

3 Penggunaan superplasticizer untuk mengetahui karakteristik dan kuat tekan self compacting concrete dengan

kadar yang

berbeda. (Citrakusuma)

2012 Pengujian Lab

Kadar superplasticizer yang digunakan yaitu 1,2%, 1,3%, 1,4%, 1,5% serta 1,6% dari berat semen. Pada penelitian ini didapat nilai kuat tekan rata-rata tertinggi

pada prosentase

superplasticizer 1,5% yaitu sebesar 1024,14 kg/cm2 dengan nilai f.a.s 0,288.

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengetahui karakteristik sifat dari

Self Compacting Concrete. Terjadi kuat tekan maksimal pada campuran 5%

AAT dan

superplasticizer 1,2 % sebesar 21,50 Mpa..

4 Penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat

tekan beton

dengan metode American

Concrete Institute (ACI). (Syahrizal)

2013 Pengujian Lab.

Kadar silica fume yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan superplasticizer

sebanyak 2% dari berat semen untuk semua variasi. pengujian di lakukan pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan optimum di peroleh sebesar 81,76 MPa pada umur 28 hari dengan kadar silica fume

10 % dan

superplasticizer 2 %

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengetahui karakteristik sifat dari

Self Compacting Concrete. Terjadi kuat tekan maksimal pada campuran 5%

AAT dan

(46)

NO Penelitian Tahun Jenis Penelitian

Perbedaan komposisi yang dipakai pada Penelitian

Terdahulu Sekarang

5 Pengaruh Kadar

Fly Ash sebagai

Pengganti

Sebagian Semen

terhadap Kuat

Tarik Belah dan

Modulus of

Rupture pada

High Volume Fly

Ash Self

Compacting

Concrete.

(Priatama)

2012 Pengujian Lab.

Variasi kadar fly ash yang ditinjau dalam penelitian ini adalah 35%, 55%, dan 65%. Kadar fly ash 35% digunakan sebagai pembanding sesuai

dengan syarat

penggunaan maksimum fly ash pada beton dalam

ASTM C618-86.

Pengujian kuat tarik belah dan modulus of rupture tiap variasi kadar fly ash diuji pada umur 7, 28 dan 56 hari. Nilai optimum modulus of rupture dengan variasi kadar fly ash 65% pada umur 7 hari didapat sebesar 2,133 MPa

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengeetahui

karakteristik kondisi segar dari Self Compacting Concrete

dan di uji pada umur 28 hari. Benda uji

dalam bentuk

silinder kuran 15 cm x 30 cm, beton rencana 20 Mpa, pengujian umur 28 hari , diperoleh hasil uji kuat tekan 21 Mpa.

6 Penambahan Abu Sawit sebagai binder pada Self Compacting Concrete (Kurniawandy)

2013 Pengujian Lab.

Pada penelitian ini variasi kadar abu sawitt yang digunakan yaitu 5 %, 10 % , 15 % dan 20 % dari berat semen.

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengetahui karakteristik sifat dari

(47)

NO Penelitian Tahun Jenis Penelitian

Perbedaan komposisi yang dipakai pada Penelitian

Terdahulu Sekarang

7 Pengaruh rasio semen - fly ash terhadap sifat segar dan kuat tekan high volume fly ash - self compacting concrete (HVFA-SCC). (Putri)

2014 Pengujian Lab.

Kadar fly ash yang di gunakan pada penelitian ini yaitu 50 %, 55 %, 60 %, 65 % dan 70 %. Pengujian beton segar dilakukan dengan 5 (lima) metode pengujian yaitu: j-ring flow table test, lbox test, dan v -funnel test. Pengujian beton keras dilakukan terhadap kuat tekan silinder beton pada umur 7 hari, 28 hari, 56 hari serta 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fly ash pada pengujian J-ring (slump flow dan T50) paling optimum yaitu dengan kadar fly ash 60% memiliki sifat fillingability yang paling baik. Seperti halnya pada pengujian J-ring, pada pengujian L-box dengan kadar fly ash 60%

Membuat variasi penambahan abu ampas tebu (AAT) dengan dengan komposisi campuran sebesar 5%, 10%, dan 15% untuk mengeetahui

karakteristik kondisi segar dari Self Compacting Concrete

dan di uji pada umur 28 hari. Benda uji dalam bentuk silinder kuran 15 cm x 30 cm, beton rencana 20 Mpa, pengujian umur 28 hari , diperoleh hasil uji kuat tekan 21 Mpa. Pengujian beton pada kondisi segar menunjukkan

bahwa pada

(48)

sebesar 70,9 cm. Untuk pengujian V-Funnel di peroleh

nilai optimum

(49)

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Beton

Beton merupakan campuran antara semen, agregat kasar, agregat halus dan

air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk masa padat (SK SNI T-15

1990-03:1). Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlahair

yang minimal konsisten dengan derajad workabilitas yang dibutuhkan

untukmemberikan kepadatan maksimal. Derajat kepadatan harus

dipertimbangkandalam hubungannya dengan cara pemadatan dan jenis konstruksi,

agar terhindardari kebutuhan akan pekerjaan yang berlebihan dalam mencapai

kepadatan maksimal (Murdock & Brook, 1991).

Beton umum digunakan pada konstruksi karena mempunyai banyak

keuntungan antara lain bahan baku yang mudah didapat, mudah dibentuk sesuai

kebutuhan, mampu memikul beban yang berat, biaya pemeliharaan yang kecil, serta

memiliki kuat desak yang besar. Namun beton juga memiliki beberapa kelemahan,

antara lain kuat tarik yang rendah, dan pengerjaan yang terkadang tidak mudah.

Pada dasarnya beton mempunyai sifat dan karakteristik sendiri. Sifat beton

merupakan hal yang erat kaitannya dengan kualitas beton yang dituntut untuk suatu

tujuan konstruksi. Diharapkan dari suatu konstruksi adalah hasil yang didapat

sesuai harapan secara maksimal tetapi secara ekonomis tidak terjadi pemborosan.

Pada dasarnya beton mempunyai sifat khusus, atau dengan kata lain sifat-sifat yang

ditinjau atau berhubungan dengan :

a. Kuat Tekan Kuat tekan beton lebih besar daripada kuat tariknya. Kuat tekan ini

selalu bertambah bersamaan dengan bertambahnya umur beton.

b. Besarnya kuat tarik dan lentur

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekan pada umur yang masih

muda dan berkisar sepersepuluh sesudahnya. Biasanya ini tidak diperhitungkan

dalam perencanaan struktur beton.

(50)

c. Besarnya kuat geser. Dalam praktek, kuat geser beton selalu diikuti oleh kuat

tekan, tarik dan lentur, bahkan di dalam pengujian tidak mungkin

menghilangkan elemen lentur (Murdock & K.M. Brook, 1991)

d. Perubahaan bentuk akibat pembebanan Bilamana beton dibebani, perubahaan

bentuk terjadi dan bertambah sesuai dengan pertambahan beban, sebagaimana

baja dan bahan-bahan lain. Beton berubah bentuk sebagian mengikuti regangan

elastis dan sebagian mengalami regangan plastis.

e. Modulus elastisitas yang menjadi tolak ukur yang umum dari sifat elastis bahan

adalah modulus elastisitas yang merupakan perbandingan dari tekanan yang

diberikan dan perubahan bentuk persatuan panjang sebagai akibat dari tekanan

yang diberikan.

Pada umumnya jika berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang

tinggi diinginkan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan

diperhatikan dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi (Mulyono,

2004), diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Proporsi bahan – bahan penyusunnya.

b. Metode perancangan.

c. Perawatan.

d. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh

lingkungan setempat.

Beton yang sudah mengeras mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi. Sedangkan

beton yang dalam keadaan segar mudah dibentuk sesuai dengan keinginan

perencana (engineer). Selain itu beton juga tahan terhadap serangan api dan

serangan korosi. Menurut Mulyono (2004), secara umum kelebihan dan kekurangan

beton adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan beton.

a. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi.

b. Harga relatif murah.

(51)

d. Akibat kuat tekannya tinggi maka jika dikombinasikan dengan baja tulangan

(yang kuat tariknya tinggi) maka dapat dikatakan mampu dibuat untuk

struktur berat.

e. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun

diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.

f. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada

tempat-tempat yang sulit.

g. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan

termasuk rendah.

2. Kekurangan beton.

a. Beton mempunyai kuat tarik rendah sehingga mudah retak oleh karena itu

perlu diberi tulangan.

b. Beton segar mengalami proses pengerutan saat terjadi proses pengeringan dan

beton mengeras mengalami pengembangan jika basah.

c. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga

perlu kelonggaran untuk mencegah retak-retak akibat perubahan suhu.

d. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna sehingga selalu dapat dimasuki

air, dan air yang mengandung garam dapat merusak beton.

e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dilindungi dan didetail

secara seksama agar diperoleh struktur yang komposit Sifat – Sifat Beton.

B. Definisi Self Compacting Concrete

Self Compacting Concrete (SCC) dapat didefinisikan sebagai suatu jenis beton

yang dapat dituang, mengalir dan menjadi padat dengan memanfaatkan berat

sendiri, tanpa memerlukan proses pemadatan dengan getaran atau metode lainnya,

selain itu beton segar jenis self-compacting concrete bersifat kohesif dan dapat

dikerjakan tanpa terjadi segregasi atau bleeding. Beton jenis ini lazim digunakan

untuk pekerjaan beton pada bagian struktur yang sulit dijangkau dan dapat

menghasilkan struktur dengan kualitas yang baik. SCC mensyaratkan kemampuan

mengalir yang cukup baik pada beton segar tanpa terjadi segregasi, sehingga

viskositas beton juga harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya segregasi

(52)

di jepang pada tahun 1990-an sebagai upaya untuk mengatasi persoalan pengecoran

komponen gedung artistik dengan bentuk geometri tergolong rumit bila dilakukan

pengecoran beton normal. Riset tentang beton memadat mandiri masih terus

dilakukan hingga sekarang dengan banyak aspek kajian, misalnya ketahanan

(durability), permeabilitas dan kuat tekan (compressive strength).

Beton dapat dikategorikan Self Compacting Concrete (SCC) apabila beton

tersebut memiliki sifat-sifat tertentu. Diantaranya memiliki slump yang

menunjukkan campuran atau pasta beton yang memiliki kuat geser dan lentur yang

rendah sehingga dapat masuk dan mengalir dalam celah ruang dalam formwork dan

tidak diizinkan memiliki segregasi akibat nilai slump yang tinggi. Karakteristik Self

Compacting Concrete (SCC) adalah memiliki nilai slump berkisar antara 500-700

mm (Nagataki dan Fujiwara, 1995).

Superplasticizer diperlukan untuk menghasilkan Self Compacting Concrete

dengan workability dan flowability yang tinggi. Untuk meningkatkan homogenitas

dan viskositas beton segar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan underwater

concreting, perlu ditambahkan filler yang berupa fly ash, silica fume ataupun

limestone (Persson, 2000). Self Compacting Concrete mensyaratkan kemampuan

mengalir yang cukup baik pada beton segar tanpa terjadi segregasi, sehingga

viskositas beton juga harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya segregasi

(Okamura dan Ozawa, 1994). Hubungan antara penggunaan superplasticizer dan

sifat beton segar pada proses produksi self-compacting concrete dapat ditunjukkan

pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prinsip dasar proses produksi Self Compacting Concrete (Dehn dkk, 2000).

Self Compactibility

Ketahanan terhadap segregasi Kemampuan mengalir

(Flowability) Pembatasan agregat

kasar

Penggunaan

Superplasticizer

(53)

Menurut Dehn dan kawan-kawan (2000), perkembangan kuat tekan beton yang

tergolong Self Compacting Concrete lebih cepat dibandingkan dengan beton normal

yang menggunakan fly ash sebagai pozolan tetapi lebih lambat jika dibandingkan

dengan beton normal yang tidak menggunakan pozolan, sehingga disarankan untuk

menggunakan kuat tekan pada umur 56 hari sebagai tolok ukur pengujian. Hasil

penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Self Compacting Concrete dapat diproduksi jika menggunakan

superplasticizer yang diperlukan untuk mendispersikan (menyebarkan) partikel

semen menjadi merata dan memisahkan menjadi partikel-partikel yang halus

sehingga reaksi pembentukan C-S-H (tubermorite) akan lebih merata dan lebih

aktif. Komposisi agregat kasar dan halus juga harus diperhatikan dalam proses

produksi Self Compacting Concrete, mengingat semakin besar proporsi agregat

halus dapat meningkatkan daya alir beton segar tetapi jika agregat halus yang

digunakan terlalu banyak maka dapat menurunkan kuat tekan beton yang

dihasilkan, sebaliknya jika terlalu banyak agregat kasar dapat memperbesar resiko

segregasi pada beton. Sedangkan penggunaan bahan pengisi (filler) diperlukan

untuk meningkatkan viskositas beton guna menghindari terjadinya bleeding dan

segregasi, untuk tujuan tersebut dapat digunakan fly ash, serbuk batu kapur, sillica

fume atau yang lainnya (Persson, 2000).

(54)

C. Material Penyusun Beton Self Compacting Concrete

Bahan material penyusun dalam pembuatan beton Self Compacting Concrete

(SCC) adalah semen portland, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan ada

atau tidak bahan tambah yang tidak mengurangi dari mutu beton. Komposisi

agregat kasar pada beton konvensional menempati 70-75 % dari total volume

beton. Okamura dan Ouchi (2003) membandingkan beton konvensional dengan

Self Compacting Concrete dari sisi proporsi pencampurannya, yang ditunjukkan

pada gambar 3.3 dan gambar 3.4 .

Gambar 3.3 Perbandingan bahan campuran pada SCC dan beton konvensional

(Okamura dan Ouchi, 2003)

Gambar 3.4 Bahan campuran beton SCC (Okamura dan Ouchi, 2003)

Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa pada volume yang sama,

komposisi material yang diperlukan Self Compacting Concrete dan beton

konvensional adalah berbeda. Komposisi powder pada Self Compacting Concrete Beton Normal

Beton SCC

Air

W Powder

S

G

(55)

Gambar

Gambar 2.5 Pengaruh kadar superplastisizer terhadap kuat tekan beton
Gambar 2.7 Hasil  kuat tekan Self Compacting Concrete (Citrakusuma, 2013)
Tabel 2.11 Hasil pengujian kuat tekan rata-rata pada saat pengujian di lapangan
Tabel 2.12 Hasil pengujian kuat tekan rata-rata pada umur 28 Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pada zona agregat halus untuk beton SCC dapat dilihat dari hasil nilai kuat tekan beton tersebut.. Kata Kunci : Kuat Tekan Beton, Beton Self Compacting

Membuat beton Self Compacting Concrete dengan mix design yang telah diperoleh dengan penyesuaian yang ada dengan penambahan slag besi sebanyak 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dari

Membuat beton Self Compacting Concrete dengan mix design yang telah diperoleh dengan penyesuaian yang ada dengan penambahan slag besi sebanyak 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi/kelayakan penggunaan abu batu dalam pembuatan beton SCC dan karakteristik yang tinjau yaitu Slump- Flow, L-Shape-Box, dan

Dengan melakukan metode pengujian di laboratorium sesuai dengan ketentuan SNI terhadap agregat halus dan agregat kasar dilakukan perencanaan formula campuran ( mix

Dalam penggunaan light weight aggregate sebagai agregat kasar dalam self compacting concrete antara lain karena hal ini adalah suatu hal yang baru dan juga berusaha mendapatkan

Dengan pencampuran self compacting concrete menggunakan bahan tambah serat baja diharapkan dapat menghasilkan beton fiber dengan nilai kuat tekan yang lebih besar

i ANALISA PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN POLYCARBOXYLATE SUPERPLASTICIZER PC-E TERHADAP KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE SCC FC 33.2 MPA TUGAS AKHIR Disusun Sebagai