SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika pada Universitas Negeri Semarang
oleh
MUHAMMAD SAIFUL MUJAB 4201406579
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke
sidang panitia ujian skripsi pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 2 November 2011
Semarang, 27 Oktober 2011
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S
iii
Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada
Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar
disusun oleh:
Muhammad Saiful Mujab
4201406579
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES
pada tanggal 2 November 2011
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S.
NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630821 198803 1 004
Ketua Penguji
Isa Akhlis, S.Si, M.Si
NIP. 19700102 199903 1 002
Anggota Penguji / Anggota Penguji /
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S
iv
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang,
MUHAMMAD SAIFUL MUJAB
v MOTTO:
“Nol Usaha = Nol Hasil”. Dengan usaha yang maksimal maka akan
mendapatkan hasil yang maksimal. (Mario Teguh)
Lakukan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab apa yang telah
dipilih. (Anonim)
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapak (alm), ibu, dan saudaraku tercinta
Dianlova Shinosuke
vi
Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis
Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar”.
Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
3. Dr. Putut Marwoto, M.S, Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah
membantu dan memberikan ijin mengadakan penelitian.
4. Bambang Subali, M. Pd, Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan
skripsi.
5. Drs. Susilo, M.S, Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan
skripsi.
6. Dr. Sutikno, S.T, M.T, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pemilihan mata kuliah studi.
7. Drs. M. Nur Syahid, S.H. Kepala sekolah SMA Negeri 5 Magelang yang
vii
9. Bapak (alm), ibu, kakak – kakaku tercinta serta keluarga yang telah
memberikan semangat dan doa.
10. Buat Dianlova Shinosuke terima kasih untuk segala cinta, cerita, tawa, duka
dan suka yang telah engkau berikan dalam perjuangan hidupku ini.
11. Temanku Dedi Dwi. K dan Indra P yang telah meluangkan waktu dan telah
bersedia membantu saya dalam melaksanakan penelitian.
12. Sahabat-sabahat seperjuangan di Real B ’06 yang telah banyak membantu,
memberikan semangat dan motivasi
13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan semua pihak serta dapat
berguna bagi dunia pendidikan.
Semarang,
viii
Mujab, Muhammad Saiful. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Bambang Subali, M. Pd, Pembimbing Pendamping Drs. Susilo, M.S.
Kata kunci : Berbasis Komputer, Kemandirian Belajar, Pembelajaran Interaktif
Abstrak
ix
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. 1 Latar Belakang... 1
1. 2 Rumusan Masalah ... 6
1. 3 Tujuan Penelitian ... 6
1. 4 Manfaat Penelitian ... 7
1. 5 Penegasan Istilah... 7
1. 6 Sistematika Penulisan Skripsi... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 10
2. 1 Belajar ... 10
2. 2 Pembelajaran... 11
x
2. 6 Materi Pembelajaran ... 19
2. 7 Hipotesis ... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 25
3. 1 Lokasi dan Subyek Penelitian... 25
3. 2 Faktor yang Diteliti ... 25
3. 3 Populasi dan Sampel ... 25
3. 4 Variabel Penelitian... 26
3. 5 Jenis Penelitian ... 27
3. 6 Desain Penelitian ... 27
3. 7 Metode Pengumpulan Data ... 28
3. 8 Instrumen Penelitian... 30
3. 9 Analisis Instrumen Peneltian ... 30
3. 10 Metode Analisis Data ... 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4. 1 Hasil Penelitian ... 39
4. 2 Pembahasan ... 42
BAB 5 PENUTUP ... 53
5. 1 Kesimpulan... 53
5. 2 Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
xi
2.1 Indikator kemandirian belajar siswa ... 18
3.1 Desain penelitian... 27
3.2 Kriteria penilaian lembar observasi ... 36
3.3 Kriteria penilaian lembar kuesioner... 37
3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi... 38
4.1 Hasil kemandirian belajar siswa lembar observasi ... 40
xii
2.1 Hukum I kirchhoff ... 20
2.2 Rangkaian seri ... 20
2.3 Rangkaian paralel ... 21
2.4 Hukum II kirchhoff ... 22
2.5 Rangkaian 1 loop ... 22
xiii
1. Daftar nama siswa kelas kontrol... 58
2. Daftar nama siswa kelas eksperimen ... 59
3. Kisi Angket Kemandirian Belajar... 60
4. Lembar Angket Kemandirian Belajar ... 61
5. Kisi Lembar Observasi Siswa... 63
6. Lembar Observasi Siswa... 64
7. Kisi Lembar Observasi Guru... 66
8. Lembar Observasi Guru ... 67
9. Kisi Angket Media Pembelajaran Interaktif... 69
10. Angket Media Pembelajaran Interaktif ... 71
11. LKS Hukum Kirchhoff... 73
12. RPP ... 80
13. Bahan Ajar... 84
14. Daftar Nilai Kelas X ... 88
15. Homogenitas Populasi... 89
16. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Kontrol... 90
17. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen ... 92
18. Analisis Lembar Observasi Kelas Kontrol... 94
19. Analisis Angket Media Pembelajaran... 95
20. Analisis Lembar Observasi Guru... 96
xiv
24. Analisis Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen... 102
25. Analisis Kesamaan Dua Varians Pretest ... 103
26. Analisis Kesamaan Dua Varians Postes... 104
27. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes... 105
28. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Postes ... 106
29. Analisis Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol... 107
30. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 108
31. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 109
32. Dokumentasi Penelitian ... 110
33. Surat penetapan dosen pembimbing ...
34. Surat selesai seminar proposal skripsi ...
35. Surat ijin penelitian ...
36. Surat keterangan dari sekolah...
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi ditentukan oleh sumber daya alam
dan modal yang bersifat fisik saja, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial
dan kepercayaan, sehingga diperlukan upaya untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang handal, dan berkualitas. Kualitas sumber daya manusia yang baik
salah satunya ditentukan oleh penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun di
luar sekolah. Penyelenggaran pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu fokus utama pembelajaran di
sekolah seharusnya bertumpu pada proses pembelajaran. Melalui proses yang
bermakna dimungkinkan diperoleh produk yang berkualitas pula.
Melihat kenyataan yang ada sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa
penyelenggaran pembelajaran belum bisa memperlihatkan proses yang bermakna
dikalangan siswa. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh model
pembelajaran konvensional berupa kegiatan ceramah oleh guru saja. Guru
berperan sebagai sumber informasi, penyampai informasi, dan hakim yang
bertindak sebagai pengeksekusi. Sumber-sumber belajar lain seperti lingkungan
alam, lingkugan masyarakat, nara sumber masyarakat, bahan cetakan dan media
laboratorium dan fasilitas yang ada sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas
siswa. Pembelajaran fisika yang konvensional baik disadari maupun tidak dapat
menghambat kreativitas siswa dalam berpikir karena apa yang disampaikan guru
direspon secara pasif oleh siswa.
Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung maka lama kelamaan
menimbulkan kejenuhan pada diri siswa yang berakibat turunnya minat siswa
terhadap suatu pelajaran khususnya pada pelajaran fisika yang mereka pandang
sebagai pelajaran yang sulit. Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang
diajarkan oleh guru namun ia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan di
dalam diri siswa perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, dan bahkan untuk
selanjutnya mereka tidak akan pernah mempelajarinya. Menurut Prastiyo,
sebagaimana dikutip Asyik (2008: 3), metode mengajar yang dapat meningkatkan
kegairahan siswa dalam belajar adalah apabila metode mengajar dapat melibatkan
siswa secara kualitaif maupun kuantitatif dalam proses belajar. Hal yang senada
dikemukakan oleh Sudjana (1989) bahwa pembelajaran fisika menjadi bermakna
apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru
untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu agar pembelajaran fisika dapat
berlangsung dengan baik maka guru harus mengusahakan agar ada interaksi
antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan belajar.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan berbagai
terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar
yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri
maupun di dalam pembelajaran di kelas. Pendidikan yang berkualitas dapat
dicapai dengan adanya sarana dan prasarana bantu untuk melaksanakan
pembelajaran. Salah satu sarana tersebut dapat menggunakan alat bantu
pembelajaran atau lebih dikenal dengan istilah media pembelajaran. Saat ini
banyak sekali media pembelajaran yang digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah. Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang
digunakan yaitu media berbasis visual, audio, audio-visual dan komputer. Seiring
perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran yang sering digunakan
adalah media pembelajaran berbasis komputer. Dari hasil penelitian Robert &
Elizabeth (2007) diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan menggunakan sarana
interaktif berbasis komputer lebih menarik bagi siswa dibanding dengan
pendekatan tradisional berbasis ceramah.
Komputer merupakan salah satu media pembelajaran yang sekarang sudah
bukan lagi barang yang mewah. Banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki
fasilitas tersebut. Akan tetapi ternyata penggunaan komputer tersebut belum
optimal karena selama ini penggunaan komputer di sekolah-sekolah kebanyakan
masih sebatas untuk program pelatihan komputer dan pada bidang studi teknologi
informasi (IT), oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemanfaatan fasilitas
yang telah dimiliki, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka
menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dalam proses pembelajaran,
perangkat lunak komputer telah digunakan untuk memotivasi siswa dan memberi
grafik, analisis, simulasi gejala dan eksperimen. Dari hasil penelitian Pemberton et
all. (2006) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis komputer dapat
meningkatkan partisipasi, motivasi dan hasil pembelajaran siswa.
Penggunaan komputer sebagai piranti untuk melakukan eksperimen sudah
mulai diterapkan di lingkungan sekolah baik pada tingkat SMP maupun SMA. Hal
ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan
multimedia dimana sudah dikembangkan software yang dapat digunakan untuk
membuat animasi semisal: flash, 3D Max, power point, dan sebagainya. Proses
belajar mengajar seringkali dihadapkan pada materi yang non abstrak dan diluar
pengalaman siswa sehari-hari. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila berbagai
konsep non abstrak tersebut divisualisasikan dalam bentuk simulasi sehingga akan
lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu simulasi yang dapat digunakan
adalah dengan memanfaatkan multimedia pembelajaran interaktif. Berdasarkan
kebutuhan itu dipilihlah software Adobe Flash CS4. Adobe Flash CS4 merupakan
suatu perangkat lunak untuk pembuatan animasi dengan standar profesional,
dilengkapi dengan bahasa permograman ActionScript. ActionScript digunakan
untuk membuat interaksi dan animasi.
Hasil observasi awal di SMA N 5 Magelang berupa wawancara dengan guru
dan nilai ulangan harian mata pelajaran fisika menunjukkan bahwa hasil belajar
fisika masih rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh :
1. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah.
2. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon atau timbal
3. Siswa kurang berani untuk berkomunikasi dengan guru atau mengajukan
pertanyaan pada saat pembelajaran.
4. Metode atau model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif.
Kondisi tersebut yang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah,
karena proses pembelajaran masih berlangsung satu arah dan didominasi oleh
guru, sehingga siswa tidak bisa belajar secara aktif.
SMA N 5 Magelang sudah memiliki ruang multimedia yang cukup lengkap.
Ada 24 perangkat komputer di ruang tersebut yang bisa diakses dan dimanfaatkan
keberadaanya oleh semua warga SMA N 5 Magelang. Ruang multimedia tersebut
juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran agar siswa lebih senang dan
tertarik dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Akan tetapi, dalam
pembelajaran fisika penggunaan ruang multimedia tersebut masih belum optimal,
karena pembelajaran fisika masih dilakukan di dalam kelas dan hanya
memanfaatkan fasilitas yang ada seperti papan tulis, sedangkan penggunaan LCD
proyektor masih belum digunakan secara optimal. Hal ini dikarenakan di sekolah
ini belum memiliki software pendidikan untuk kegiatan pembelajaran. Selain itu
juga pengetahuan guru tentang software pendidikan sangat terbatas terutama
dalam proses pembuatannya karena memerlukan keahlian khusus dibidang
komputer.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan
perubahan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat adalah dengan
menggunakan media interaktif berupa komputer. Penggunaan komputer
materi yang disampaikan dan siswa tidak merasa jenuh. Alasan penggunaan media
interaktif berupa komputer adalah sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan komputer akan meningkatkan ketertarikan dan hasil
belajar siswa terhadap materi yang dipelajari (Robert & Elizabeth, 2007). Model
pembelajaran yang menggunakan media interaktif berupa komputer berbeda
dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar sendiri menggunakan
media dan hasil belajar yang akan diperoleh merupakan hasil interaksi antara
siswa dengan media interaktif.
Dari hasil observasi tersebut dan dari uraian diatas mengenai pentingnya
pengembangan media belajar oleh seorang guru, maka peneliti sebagai calon guru
tertarik untuk mengembangkan media belajar dengan menggunakan Adobe Flash
CS4 dengan mengambil judul Implementasi Model Pembelajaran Interaktif
Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran interaktif berbasis
komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kemandirian belajar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1.4.1 Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemandirian belajar siswa.
2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik.
1.4.2 Bagi Guru
1) Memberikan masukan agar pendekatan atau model yang digunakan dalam
pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan siswa dan aktivitas siswa
di kelas.
2) Memberikan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran fisika yang
paling tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari salah pengertian serta
memberikan batas ruang lingkup penelitian. Istilah-istilah yang perlu diberi
penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Implementasi
Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam
Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi
adalah Put something into effect (penerapan sesuatu yang memberikan efek
2) Model Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran interaktif adalah poses pembelajaran dimana
penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan
melalui komputer (Darmadi 2007).
3) Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar adalah aktifitas yang berlangsungnya lebih didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri (Dimyati
1998:51).
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Untuk
mempermudah memahami skripsi ini, maka perlu dituliskan sistematikanya
sebagai berikut:
1) Bagian Awal
Bagian awal ini terdiri dari: halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2) Bagian Isi
Bagian isi dari skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu:
a. Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
b. Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian dan hipotesis.
c. Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, populasi
dan sampel, variabel penelitian, jenis penelitian, desain penelitian, metode
pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian,
metode analisis data, dan indikator keberhasilan.
d. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan.
e. Bab 5 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
3) Bagian Akhir
10
2.1 Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan
menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis
(Anni, 2006: 2).
Menurut Anni (2006: 2) konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan
oleh para pakar psikologi antara lain:
a. Gagne dan Barliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana
suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil pengalaman.
b. Morgan, dkk menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif
permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.
c. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang
disebabkan oleh pengalaman.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan aktivitas jiwa dan raga seseorang
2.2 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna KBBI berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada
pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir
lingkungan terjadinya pembelajaran. Subjek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti
halnya pengajaran (Suprijono, 2009: 13).
2.3 Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terdapat implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009: 45).
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends,
sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan
ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
2.4 Model Pembelajaran Interaktif
Beberapa pakar multimedia interaktif (MMI) mengemukakan bahwa model
pembelajaran MMI diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media
digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret.
Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata
(simbol verbal). Dengan demikian, dapat diharapkan hasil pengalaman belajar
lebih berarti bagi siswa.
Model pembelajaran interaktif adalah proses pembelajaran di mana
penyampaian materi, diskusi, dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui
media komputer (Darmadi, 2007). Muhammad (2002) menekankan pentingnya
media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Sutopo (2003) menjelaskan
bahwa model pembelajaran MMI dalam banyak aplikasi, pengguna dapat memilih
apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban yang
2.5 Kemandirian Belajar
Didalam proses pembelajaran setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi
siswa yang mandiri. Supaya siswa tersebut mandiri, maka siswa tersebut harus
belajar, sehingga kemandirian belajar dapat dicapai. Didalam perkembangannya
kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar dan pengalaman itu sendiri dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Kemandirian siswa mencerminkan kesadaran siswa dalam
memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan tertentu. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor ,
yaitu (1) disiplin, (2) komitmen terhadap kelompok. Faktor tersebut menyatakan
bahwa kemandirian itu berkembang melalui proses keragaman manusia dalam
kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman.
Keadaan mandiri akan muncul bila sesorang belajar, dan sebaliknya
kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak mau
belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul apabila siswa
tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Dalam pembelajaran guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator, yaitu guru hanya sebagai pembimbing, misalnya
membantu siswa untuk memecahkan sesuatu masalah bila siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam belajar.
Menurut Benson, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 32), bahwa
kemandirian siswa dapat ditingkatkan dalam beberapa prinsip yang mencakup :
1. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan untuk memilih dan memutuskan.
4. Memberikan semangat kepada siswa.
5. Mendorong siswa melakukan refleksi.
Menurut Sisco, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 33), ada 6 langkah
kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu :
1. Pre-planning(aktivitas sebelum proses pembelajaran).
2. Menciptakan lingkungan belajar yang positif.
3. Mengembangkan rencana pembelajaran.
4. Mengidentifikasikan aktivitas pembelajaran yang sesuai.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring.
6. Mengevaluasi hasil pembelajaran individu.
Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas
sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan
dan kapasitasnya. Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan diri sendiri. Menurut Prasasti,
sebagaimana dikutip oleh Indriani (2006: 34) mengemukakan bahwa kemandirian
adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan
sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Menurut Suparno, sebagaimana dikutip oleh Astuti (2005: 40), ada beberapa
keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan
1. Mengenal diri sendiri. Siswa mampu mengetahui bagaimana kondisi dan
keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa kelebihan maupun
kekurangan. Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak
orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena
menilai terlalu optimis maupun sebaliknya karena terlalu pesimistik dan
menilai rendah kemampuan-kemampuannya dan akan sangat penting untuk
memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang
merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.
2. Memotivasi diri sendiri. Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang
memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang
sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang
tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini
sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh ketika memutuskan untuk mempelajari
sesuatu.
3. Mengarahkan diri sendiri dalam belajar. Yang dimaksud dengan
mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar
karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang
yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam
lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang
melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor
kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu
4. Catatan harian. Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus
dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai,
masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan
seseorang.
5. Mengenal lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan
belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya.
Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun
setting yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan
sumber belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
Adapun ciri-ciri kemandirian (Amti, 1998: 117) adalah :
1. Mengenal diri sendiri sebagaimana adanya. Siswa mampu mengetahui
bagaimana kondisi dan keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa
kelebihan maupun kekurangan.
2. Menerima diri sendiri secara positif. Siswa selalu berfikir positif terhadap
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Jika mempunyai kelebihan tidak
merasa sombong. Kelebihan harus dimanfaatkan sebaik dan semaksimal
mungkin supaya kelebihan yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik.
Jika mempunyai kekurangan tidak merasa rendah diri. Siswa harus tetap
percaya diri dan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin supaya siswa tidak
merasa terpuruk dengan kekurangannya itu.
3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. Siswa mampu mengambil
4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan. Siswa mampu mengarahkan
dirinya sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya, mampu menentukan
langkah-langkah selanjutnya supaya siswa tidak berhenti pada tahap tertentu
setelah mengambil keputusan.
5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa mampu mengembangkan potensi, minat
dan kemampuannya sesuai dengan bimbingan yang diperoleh supaya hasil
yang akan dicapai bisa optimal.
Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati 1998: 51). Pembelajar
dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan
tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian
merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bantun orang lain. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung
pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar
mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta
memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dan
dengar. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau
mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain yang sekiranya lebih
berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan
kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada
bimbingan yang diperolehnya. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri,
melainkan belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain
dalam belajar. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah peserta didik mampu
mengetahui kapan dia membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain.
Menurut pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar
adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas
kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain, serta mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.
Proses belajar mengajar fisika SMA dapat mencapai hasil yang maksimal
jika siswa memiliki hasil belajar yang baik dan tentunya ditunjang pula oleh
berbagai faktor psikologis seperti minat, motivasi, kreativitas dan kemandirian.
Dalam interaksi belajar mengajar fisika, diharapkan siswa aktif belajar secara
mandiri. Menurut Yunginger (2008: 65) indikator kemandirian belajar terdiri dari
beberapa variabel, yaitu: “visual activities, oral activities, listening activities,
writing activities, dan emotional activities”.
Tabel 2.1 Indikator Kemandirian Belajar Siswa
Indikator Aspek
1. Visual activities
(aktifitas pandang)
Siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan
media pembelajaran.
Siswa membaca materi sebelum pembelajaran dimulai.
2. Oral activities
(aktifitas lisan)
Siswa mengajukan pertanyaan jika menemukan
Siswa mendiskusikan dengan teman jika menemukan
permasalahan.
3. Listening activities
(aktifitas dengar)
Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh
guru.
Siswa menyimak pada saat pembelajaran.
4. Writing activities
(aktifitas tulis)
Siswa mampu mengerjakan soal yang tersedia dalam
media pembelajaran.
Siswa mampu membuat ikhtisar/catatan-catatan penting
pada saat pembelajaran.
5. Emotional activities
(aktifitas emosional)
Siswa menjadi lebih bersemangat ketika menggunakan
media pembelajaran ini.
Siswa mampu bersaing secara positif dengan teman yang
lain dalam menyelesaikan soal.
2.6 Materi Pembelajaran
Listrik Dinamis merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada
kelas X. Dalam penelitian ini materi Listrik Dinamis yang akan diberikan adalah
materi pokok bahasan Hukum Kirchhoff yang terdiri dari Hukum I Kirchhoff dan
Hukum II Kirchhoff.
2.6.1 Hukum I Kirchhoff
Jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan
Gambar 2.1 Hukum I Kirchhoff
Gambar 2.2 Rangkaian Seri
2.6.1.1 Rangkaian Seri
Sebuah rangkaian listrik disebut rangkaian seri jika dalam rangkaian
tersebut hanya ada satu lintasan yang dilalui arus listrik. Pada rangkaian seri, kuat
arus yang melalui masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan
masing-masing komponen berbeda.
Dari gambar tersebut tegangan pada ujung-ujung R1, R2, dan R3adalah V1,
V2, dan V3. Sedangkan tegangan total antara titik a dan b adalah Vtotal. Untuk
hambatan-hambatan yang disusun seri berlaku :
2.1
2.2
Oleh karena , , dan
Sehingga 2.3
Gambar 2.3 Rangkaian Paralel
2.6.1.2 Rangkaian Paralel
Jika suatu rangkaian listrik memberikan lebih dari satu lintasan untuk aliran
arus listriknya, rangkaian tersebut dinamakan rangkaian paralel. Pada rangkaian
paralel, tegangan pada masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan
setiap komponen berbeda.
Pada gambar tersebut, kuat arus listrik yang melalui R1, R2, dan R3 adalah I1,
I2, dan I3. Adapun kuat arus antara titik a dan b adalah I. pada rangkaian paralel
berlaku :
2.4
2.5
Maka 2.6
2.6.2 Hukum II Kirchhoff
Jumlah aljabar GGL (ε) dalam suatu rangkaian tertutup sama dengan nol,
artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam
arti semua energi listrik digunakan atau diserap seluruhnya disebut Hukum II
Kirchhoff.
Secara matematis : ∑ + ∑ IR= 0 2.7
Perjanjian tanda:
1. Tentukan arah loop, jika saat mengikuti loop kutub (+) GGL ditemui lebih
dulu, maka GGL ε bertanda (+). Sebaliknya jika kutub (-) GGL ditemui lebih
dulu,maka GGL ε bertanda (-).
2. Arus I bertanda (+) jika arus searah dengan loop, dan sebaliknya arus I
bertanda (-) jika berlawanan arah loop.
3. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar,
bila negatif berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.
2.6.2.1 Rangkaian dengan 1 loop
Gambar 2.5 Rangkain 1 loop Gambar 2.4 Hukum II Kirchhoff
Arah loop
Arah loop
a b
Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I.
Misalkan ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a. selanjutnya, kuat
arus I dapat dihitung dengan Hukum II Kirchhoff :
∑ + ∑ IR= 0 2.8
Sehingga
- + + IR = 0 2.9
2.6.2.2 Rangkaian dengan dua loop atau lebih
Pada rangkaian diatas terdapat 2 loop, yaitu loop 1 dan loop 2.
Berdasarkan Hukum I Kirchhoff :
2.10
Berdasarkan Hukum II Kirchhoff :
Sesuai dengan perjanjian tanda maka diperoleh :
Loop 1
2.11 Gambar 2.6 Rangkain 2 loop
1 Arah loop 1
Loop 2
2.12
Eliminasikan pers. 2.9 dan pers. 2.10
2.13
Substitusikan pers. 2.11 ke pers. 2.8
Maka akan diperoleh nilai I1, I2dan I3.
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang memerlukan pengujian
secara empiris. Ada 2 macam hipotesis yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut
Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nol (Ho) yang juga disebut hipotesis
statistik (Arikunto 2006:79).
Ha : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu menumbuhkan
kemandirian belajar siswa.
Ho : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer tidak mampu
25
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA N 5 Magelang yang beralamat di Jl. Barito
II Sidotopo Magelang Utara 56114 Telp. (0293) 5505063.
3.1.2 Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang subyek penelitiannya adalah siswa kelas X-B dan
X-C SMA N 5 Magelang.
3.2 Faktor yang diteliti
Faktor–faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar
siswa yang sesuai dengan indikator kemandirian belajar yaitu aktifitas pandang,
aktifitas lisan, aktifitas dengar, aktifitas tulis, dan aktifitas emosional.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 5 Magelang tahun pelajaran
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:
131). Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi,
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan dalam
populasi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik random sampling.
Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa mendapat
materi berdasarakan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama
dan yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama, dengan
menggunkaan random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang terpilih sebagai kelas eksperimen
adalah kelas X-C dengan jumlah siswa 28 dan yang terpilih sebagai kelas kontrol
adalah X-B dengan jumlah siswa 28.
Kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis
komputer dan kelas kontrol diterapkan metode alat peraga.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
1) Variabel Bebas
Yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran interaktif berbasis
komputer.
2) Variabel Terikat
3.5 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian true experimental design. Menurut Arikunto (2006:86) penelitian true experimental
design adalah jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah
memenuhi syarat. Yang dimaksud dengan persyaratan dalam ekperimen adalah
adanya kelompok lain yang tidak dikenal dan ikut mendapatkan pengamatan yaitu
kelas kontrol. Pada penelitian ini proses pengukuran dilakukan sebelum dan
sesudah perlakuan, yaitu dengan membandingkan hasil pretest dan postest yang
telah diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.6 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Control Group
Pretest-Postest). Dalam desain penelitian ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
keterangan:
T1 : tes awal
X : pembelajaran menggunakan model pembelajaran interaktif
Y : alat peraga
Pembelajaran yang diterapkan dalam kelas eksperimen adalah model
pembelajaran interaktif berbasis komputer. Pada model pembelajaran ini proses
pembelajaran, penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain
dilakukan melalui komputer. Model pembelajaran interaktif berbasis komputer
terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) tiap siswa mengoperasikan satu komputer,
(2) tiap siswa menjalankan media yang telah dibuat, (3) tiap siswa belajar
menggunakan media, (4) tiap siswa mengevaluasi hasil belajar dengan
mengerjakan soal yang telah tersedia.
Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode alat
peraga. Metode alat peraga terdiri dari berbagai tahapan yaitu (1) pengelompokan
(membentuk kelompok kecil), (2) membagikan alat peraga, (3) tiap kelompok
melakukan peragaan, (4) evaluasi (tiap kelompok mengevaluasi hasil dari
peragaan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia).
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Metode dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data yang
mendukung penelitian seperti daftar nama siswa kelas X dan daftar nilai ulangan
harian kelas X. Data ini akan digunakan untuk analisis tahap awal.
3.7.2 Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa
dan kinerja guru dalam mengajar di kelas. Kinerja guru yang dimaksud dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model pembajaran interaktif berbasis
komputer yang telah disusun sebelumnya. Kemandirian belajar siswa yang diukur
dengan lembar observasi adalah yang sesuai dengan indikator kemandirian
belajar.
3.7.3 Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan pribadinya
atau hal-hal lain yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151). Dalam metode ini
digunakan 1 angket, yaitu angket kemandirian belajar.
Angket yang digunakan dalam pengumpulan data disusun berdasarkan
indikator kemandirian belajar menggunakan format respon 4 poin dari skala
Likert, di mana alternatif responnya adalah Sangat Sering (SS), Sering (S),
kadang- kadang (KD), pernah (P), dan Tidak Pernah sama sekali (TP).
Penentuan skor skala Likert dilakukan secara apriori. Bagi skor yang
berarah positif akan mempunyai kemungkinan skor 4 (empat) untuk respon
Sangat Sering (SS), 3 (tiga) untuk respon Sering (S), 2 (dua) untuk respon
kadang- kadang (KD), 1 (satu) untuk respon pernah (P) dan 0 (nol) untuk respon
Tidak Pernah sama sekali (TP). Sedangkan bagi skala yang berarah negatif, maka
3.8 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan instrumen penelitian untuk
mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Adapun langkah-langkah pembuatan instrumen adalah sebagai berikut:
6. Setiap pertanyaan dirumuskan dengan sejelas-jelasnya.
7. Pertanyaan yang diajukan hanya yang dapat dijawab oleh responden.
8. Sifat pertanyaan harus netral dan objektif.
9. Keseluruhan pertanyaan dalam sebuah angket harus sanggup
mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus dihadapi.
3.9 Analisis Instrumen Penelitian
Pembuatan angket digunakan secara hati-hati, hal ini dapat dilakukan
dengan memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator baru kemudian
dibuat pertanyaan-pertanyaan (Arikunto, 2002: 145). Dalam hal ini yang bertindak
sebagai ahli materi adalah dosen pembimbing.
3.9.1 Analisis Validitas Instrumen
Untuk mengetahui validitas angket digunakan validitas logis. Validitas logis
mengandung kata “logis”, yang berarti penalaran. Dengan demikian maka
validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi
sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan
penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori
penyusunan instrumen, secara logis sudah valid (Arikunto, 2006: 65).
3.10 Metode Analisis Data
3.10.1 Metode Analisis Tahap Awal
3.10.1.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians
sampel-sampel yang akan diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah
sampel yang diteliti ada 2 kelas, untuk meneliti kesamaan varians dari k buah
kelas (k ≥ 2) yang memiliki data berdistribusi normal sebagai populasi, digunakan
Uji Bartlett. Data yang digunakan dalam uji homogenitas populasi adalah data
nilai ulangan harian.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho= = = = ... =
Ha= paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung (varians) dari masing-masing kelas.
2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:
4) Menghitung nilai statis chi kuadrat (χ2) dengan rumus:
Kriteria pengujiannya adalah jika χ2hitung ≤ χ2(1-α)(k-1) dengan α (taraf
signifikansi/taraf nyata)= 5% dan dk=k-1 dan k adalah jumlah kelas, maka
masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau
homogen (Sudjana, 2002: 263).
3.10.2 Metode Analisis Tahap Akhir
3.10.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini untuk menentukan uji statistik selanjutnya.
Rumus yang digunakan adalah uji chi kuadrat.
Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut:
1) Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan terendah.
2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.
5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut:
6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
keterangan:
: chi kuadrat
: frekuensi pengamatan
: frekuensi yang diharapkan
8) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel dengan
derajat kebebasan dk = k – 1dan taraf signifikansi (α) = 5%.
9) Menarik kesimpulan, yaitu jika χ2hitung< χ2(1-α)(k-1)maka data berdistribusi
normal (Sudjana, 2002: 273).
3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians
Uji Kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok
mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.
Hipotesis statistika sebagai berikut:
, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.
, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika Fhitung < F 1/2 α (n1-1)(n2-1)
dengan taraf signifikansi 5%.
3.10.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji adanya perbedaan
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih rendah
atau sama dengan kelompok kontrol ( )
Ha : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari
pada dengan kelompok kontrol. ( )
Sesuai dengan hipotesis, maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah
uji tsatu pihak kanan. Rumustdata yang digunakan sangat ditentukan oleh hasil
uji kesamaan varians antara dua kelompok tersebut:
a) Jika Varians Sama
dengan
keterangan :
t : koefisien perbedaan
: rata-rata sampel 1
: rata-rata sampel 2
: varians sampel 1
: varians sampel 2
s2 : varians
n1 : jumlah subyek sampel 1
n2 : jumlah subyek sampel 2
Kriteria pengujian:
Ho diterima jika - t (1-1/2α) < thitung < t (1-1/2α) dengan derajat kebebasan
artinya rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen
lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.
Ha diterima jika thitung > ttable (1-1/2α) artinya rata-rata
kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada dengan
kelompok kontrol.
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah dengan
peluang (1-1/2), = 5% taraf signifikan.
b) Jika varians keduanya berbeda
Kriterianya pengujiannya
Terima Hojika:
dengan : w1 = / n1 ; w2 = / n2
t1 = t (1- 1/2), (n1 -1) ; t2 = t (1- 1/2), (n2 -1)
3.10.2.4 Analisis Lembar observasi
Data dari lembar observasi kemandirian belajar siswa dan lembar kinerja
guru dianalisis dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
(Purwanto, 2009: 102)
keterangan:
NP% : presentase nilai yang diperoleh
R : jumlah skor yang diperoleh
SM : jumlah skor maksimal
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Lembar Observasi
Rentang Keterangan
0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal)
39% < NP% ≤ 55% Kurang
55% < NP% ≤ 65% Cukup
65% < NP% ≤ 79% Baik
79% < NP% ≤ 100% Baik sekali
(Arikunto, 2006: 245)
3.10.2.5 Analisis Angket / Kuesioner
Langkah-langkah menganalisis data hasil angket adalah sebagai berikut :
1) Memeriksa jawaban dan menyusunnya berdasarkan kode responden.
2) Mengkuantitatifkan jawaban tiap pertanyaan sesuai dengan skor yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Menghitung persentase untuk tiap-tiap subvariabel dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut :
(Purwanto, 2009: 102)
keterangan:
NP% : presentase nilai yang diperoleh
R : jumlah skor yang diperoleh
SM : jumlah skor maksimal
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Lembar Kuesioner
Rentang Keterangan
0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal)
39% < NP% ≤ 55% Kurang
55% < NP% ≤ 65% Cukup
65% < NP% ≤ 79% Baik
79% < NP% ≤ 100% Baik sekali
(Arikunto, 2006: 245)
3.10.2.6 Signifikansi Kemandirian Belajar
Untuk mengetahui taraf signifikansi peningkatan kemandirian belajar siswa
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus gain yaitu :
Keterangan :
= gain ternormalisasi (normal gain)
= nilai rata-rata postes
= nilai rata-rata pretes
Besarnya faktor dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi
Gain Kriteria
0 ≤ ≤0,3 Rendah
0,3 < ≤0,7 Sedang
39
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran dilakukan pada kelas sampel, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran interaktif
berbasis komputer dan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode alat peraga pada sub pokok bahasan Hukum Kirchhoff.
Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol dilaksanakan di ruang laboratorium
fisika. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk mengetahui
keadaan awal sebelum diterapkan metode alat peraga. Kemudian siswa
memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru lalu dilanjutkan para siswa
melakukan peragaan untuk setiap kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa
diberikan angket untuk mengetahui keadaan akhir setelah diterapkan metode alat
peraga. Untuk kelas eksperimen, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di ruang
multimedia. Setiap siswa mengoperasikan satu komputer untuk menggunakan
media pembelajaran. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk
mengetahui keadaan awal sebelum diberikan media pembelajaran. Kemudian guru
memberi petunjuk penggunaan media pembelajaran kemudian dilanjutkan oleh
siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan
adalah kemandirian belajar siswa yang berupa : visual activities, oral activities,
listening activities, writing activities, dan emotional activities.
4.1.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran
Media pembelajaran ini di uji oleh seorang uji ahli, hasil dari uji ahli media
pembelajaran didapatkan pencapainnya sebesar 68%. Sesuai dengan penilaian
lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan baik, sehingga layak
untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 18.
4.1.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa
Kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif berbasis
komputer dan metode alat peraga dinilai dengan menggunakan lembar observasi
dan lembar angket. Penilaian dengan lembar observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dan penilaian dengan lembar angket dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran selesai dengan cara membagikan
lembar angket kepada siswa. Hasil penilaian kemandirian belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Observasi
Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretest Postest ⟨g⟩ Pretest Postest ⟨g⟩
1. Visual Activities
(Aktifitas Pandang) 52.68% 66.07% 0.28 57.14% 70.54% 0.31 2. Oral Activities
(Aktifitas Lisan) 82.14% 90.18% 0.45 70.54% 81.25% 0.36 3. Listening Activities
(Aktifitas Dengar) 73.21% 76.79% 0.13 73.21% 78.57% 0.20 4.Writing Activities
(Aktifitas Tulis) 46.43% 64.29% 0.33 53.57% 67.86% 0.31 5. Emotional Activities
(Aktifitas Emosional) 77.68% 87.50% 0.44 78.57% 89.29% 0.50
JUMLAH 332.14% 384.82% 1.64 333.04% 387.50% 1.68
RATA-RATA 66.43% 76.96% 0.33 66.61% 77.50% 0.34
Tabel 4.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Angket
Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretest Postest ⟨g⟩ Pretest Postest ⟨g⟩
1. Visual Activities
(Aktifitas Pandang) 65.18% 69.64% 0.13 67.19% 72.77% 0.17 2. Oral Activities
(Aktifitas Lisan) 57.14% 62.50% 0.13 60.04% 66.74% 0.17 3. Listening Activities
(Aktifitas Dengar) 68.30% 70.09% 0.06 70.54% 75.45% 0.17 4.Writing Activities
(Aktifitas Tulis) 52.68% 57.81% 0.11 58.48% 62.28% 0.09 5. Emotional Activities
(Aktifitas Emosional) 55.58% 63.84% 0.19 64.73% 70.54% 0.16
JUMLAH 298.88% 323.88% 0.60 320.98% 347.77% 0.76
RATA-RATA 59.78% 64.78% 0.12 64.20% 69.55% 0.15
KRITERIA CUKUP CUKUP RENDAH CUKUP BAIK RENDAH
4.1.4 Kinerja guru
Kinerja guru yang dinilai meliputi beberapa aspek penilaian yang
disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Hasil penilaian kinerja guru kelas kontrol diperoleh hasil
80,95% dan dikategorikan baik sekali. Sedangkan hasil penilaian kinerja guru
kelas eksperimen diperoleh hasil 90,48% dan dikategorikan baik sekali. Dengan
kata lain kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru sebagian besar
telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perhitungan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Magelang dengan
subyeknya adalah kelas X. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan di
setiap kelas sampel. Pertemuan pertama digunakan untuk mengukur kemandirian
belajar siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan pertemuan kedua
digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa setelah diberikan
perlakuan.
Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol menggunakan metode alat peraga
yang dilaksanakan di ruang laboratorium fisika. Pada pertemuan pertama siswa
diberi angket untuk mengetahui kemandirian belajarnya sebelum digunakan
metode alat peraga. Pada tahap selanjutnya guru melakukan demonstrasi untuk
membantu siswa mengingat apa yang akan diperagakan. Guru membagi siswa ke
dalam kelompok yang telah dipilih secara acak kemudian guru membagikan alat
untuk peragaan kepada setiap kelompok. Pada awalnya siswa masih bingung
dengan peragaan yang dilakukan, tetapi setelah mendapatkan arahan dari guru,
siswa mulai paham dengan apa yang diperagakan. Setelah melakukan peragaan,
siswa diharapkan mampu menyelesaikan pertanyaan yang telah disediakan dalam
LKS. Pada pertemuan kedua, guru langsung membagi alat yang akan digunakan
untuk peragaan. Seperti pertemuan sebelumnya siswa masih mengalami kesulitan,
tetapi guru mampu mengarahkan siswa sehingga siswa mampu menyelesaikan
LKS. Pada tahap akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui
kemandirian belajar siswa setelah diterapkan metode alat peraga.
Kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran interaktif berbasis komputer, yang dilaksanakan di ruang
multimedia. Pada pertemuan pertama siswa diberi angket untuk mengetahui
kemandirian belajarnya sebelum digunakan media pembelajaran. Setiap siswa
diberikan fasilitas untuk mengoperasikan satu komputer. Pada tahap selanjutnya
guru menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran kemudian
siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan media pembelajaran. Ada
beberapa siswa yang masih bingung dengan penggunaan media pembelajaran,
tetapi dengan arahan guru akhirnya siswa tidak mengalami kesulitan. Pada
pertemuan kedua, tanpa arahan dari guru siswa langsung menggunakan media
pembelajaran. Setelah siswa membaca materi kemudian siswa diharapkan mampu
menyelesaikan soal yang telah tersedia dalam media pembelajaran. Pada tahap
akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui kemandirian belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer.
Walaupun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kemandirian
belajar siswa, guru tidak bisa membebaskan siswa sepenuhnya untuk belajar
sendiri. Guru tetap memberikan bantuan dan arahan kepada siswa yang
mengalami kesulitan supaya siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Selain menggunakan angket yang diisi oleh siswa, penelitian ini juga
menggunakan lembar observasi untuk lebih menguatkan hasil kemandirian belajar
4.2.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran
Kelayakan dari media pembelajaran harus diperhatikan, karena berpengaruh
terhadap hasil yang akan dicapai. Penelitian ini menggunakan media pembelajaran
interaktif sebagai instrumen. Sebelum media pembelajaran ini digunakan untuk
penelitian, harus di uji terlebih dahulu kelayakannya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah media pembelajaran ini layak digunakan sebagai instrumen
penelitian. Dari hasil uji ahli yang telah dilakukan diperoleh pencapaian sebesar
68%. Walaupun media pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, tetap sesuai
dengan penilaian lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan
BAIK, sehingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Kekurang
sempurnaan media pembelajaran ini dikarenakan karena si pembuat pada awalnya
tidak punya keahlian dalam pembuatan media pembelajaran, tapi dengan kemauan
dan usaha yang besar akhirnya media pembelajaran ini telah terselesaikan.
4.2.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui ada beberapa aspek yang
mengalami peningkatan besar dan ada beberapa aspek yang peningkatannya kecil
untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Aspek yang mengalami
peningkatan cukup besar adalah aspek visual activities, oral activities, dan
emotional activities. Sedangkan aspek yang peningkatannya kecil adalah aspek
listening activities dan writing activities.
Visual activities, terjadi peningkatan besar karena pada awal pembelajaran siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran maupun
saat pembelajaran siswa sering mengajukan pertanyaan jika menemukan
permasalahan dan siswa sering berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Emotional activities, terjadi peningkatan besar karena siswa lebih
bersemangat pada saat menggunakan media pembelajaran maupun alat peraga, hal
ini terjadi karena siswa jarang menggunakan media pembelajaran yang
menampilkan animasi dan melakukan peragaan.
Listening activities, peningkatannya kecil karena siswa kurang
mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa lebih berkonsentrasi
pada media pembelajaran dan alat peraga yang digunakan. Writing activities, peningkatannya kecil karena siswa jarang membuat ikhtisar atau catatan kecil
pada saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui perbedaan kemandirian belajar
siswa antara lembar observasi dan lembar angket. Rata-rata peningkatan hasil
kemandirian belajar kelas kontrol untuk lembar observasi sebesar 0,33
dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar 0,12 dikategorikan rendah.
Sedangkan rata-rata pencapaian hasil kemandirian belajar kelas eksperimen untuk
lembar observasi sebesar 0,34 dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar
0,15 dikategorikan rendah. Terjadi perbedaan dimana lembar observasi kelas
kontrol maupun kelas eksperimen lebih tinggi dibanding lembar angket. Hal ini
dikarenakan lembar observasi hanya menilai siswa dari sudut pandang orang lain
yaitu observer, jadi hasil yang didapatkan bisa lebih baik atau lebih jelek dari
keadaan siswa yang sebenarnya. Sedangkan lembar angket diisi oleh siswa