• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika pada Universitas Negeri Semarang

oleh

MUHAMMAD SAIFUL MUJAB 4201406579

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke

sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 2 November 2011

Semarang, 27 Oktober 2011

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S

(3)

iii

Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada

Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar

disusun oleh:

Muhammad Saiful Mujab

4201406579

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES

pada tanggal 2 November 2011

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630821 198803 1 004

Ketua Penguji

Isa Akhlis, S.Si, M.Si

NIP. 19700102 199903 1 002

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S

(4)

iv

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang,

MUHAMMAD SAIFUL MUJAB

(5)

v MOTTO:

 “Nol Usaha = Nol Hasil”. Dengan usaha yang maksimal maka akan

mendapatkan hasil yang maksimal. (Mario Teguh)

 Lakukan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab apa yang telah

dipilih. (Anonim)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:  Bapak (alm), ibu, dan saudaraku tercinta

 Dianlova Shinosuke

(6)

vi

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis

Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar”.

Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan ijin

untuk mengadakan penelitian.

3. Dr. Putut Marwoto, M.S, Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah

membantu dan memberikan ijin mengadakan penelitian.

4. Bambang Subali, M. Pd, Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan

waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan

skripsi.

5. Drs. Susilo, M.S, Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan

waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan

skripsi.

6. Dr. Sutikno, S.T, M.T, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan

bimbingan dalam pemilihan mata kuliah studi.

7. Drs. M. Nur Syahid, S.H. Kepala sekolah SMA Negeri 5 Magelang yang

(7)

vii

9. Bapak (alm), ibu, kakak – kakaku tercinta serta keluarga yang telah

memberikan semangat dan doa.

10. Buat Dianlova Shinosuke terima kasih untuk segala cinta, cerita, tawa, duka

dan suka yang telah engkau berikan dalam perjuangan hidupku ini.

11. Temanku Dedi Dwi. K dan Indra P yang telah meluangkan waktu dan telah

bersedia membantu saya dalam melaksanakan penelitian.

12. Sahabat-sabahat seperjuangan di Real B ’06 yang telah banyak membantu,

memberikan semangat dan motivasi

13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan semua pihak serta dapat

berguna bagi dunia pendidikan.

Semarang,

(8)

viii

Mujab, Muhammad Saiful. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Bambang Subali, M. Pd, Pembimbing Pendamping Drs. Susilo, M.S.

Kata kunci : Berbasis Komputer, Kemandirian Belajar, Pembelajaran Interaktif

Abstrak

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 6

1. 3 Tujuan Penelitian ... 6

1. 4 Manfaat Penelitian ... 7

1. 5 Penegasan Istilah... 7

1. 6 Sistematika Penulisan Skripsi... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 10

2. 1 Belajar ... 10

2. 2 Pembelajaran... 11

(10)

x

2. 6 Materi Pembelajaran ... 19

2. 7 Hipotesis ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 25

3. 1 Lokasi dan Subyek Penelitian... 25

3. 2 Faktor yang Diteliti ... 25

3. 3 Populasi dan Sampel ... 25

3. 4 Variabel Penelitian... 26

3. 5 Jenis Penelitian ... 27

3. 6 Desain Penelitian ... 27

3. 7 Metode Pengumpulan Data ... 28

3. 8 Instrumen Penelitian... 30

3. 9 Analisis Instrumen Peneltian ... 30

3. 10 Metode Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4. 1 Hasil Penelitian ... 39

4. 2 Pembahasan ... 42

BAB 5 PENUTUP ... 53

5. 1 Kesimpulan... 53

5. 2 Saran... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

xi

2.1 Indikator kemandirian belajar siswa ... 18

3.1 Desain penelitian... 27

3.2 Kriteria penilaian lembar observasi ... 36

3.3 Kriteria penilaian lembar kuesioner... 37

3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi... 38

4.1 Hasil kemandirian belajar siswa lembar observasi ... 40

(12)

xii

2.1 Hukum I kirchhoff ... 20

2.2 Rangkaian seri ... 20

2.3 Rangkaian paralel ... 21

2.4 Hukum II kirchhoff ... 22

2.5 Rangkaian 1 loop ... 22

(13)

xiii

1. Daftar nama siswa kelas kontrol... 58

2. Daftar nama siswa kelas eksperimen ... 59

3. Kisi Angket Kemandirian Belajar... 60

4. Lembar Angket Kemandirian Belajar ... 61

5. Kisi Lembar Observasi Siswa... 63

6. Lembar Observasi Siswa... 64

7. Kisi Lembar Observasi Guru... 66

8. Lembar Observasi Guru ... 67

9. Kisi Angket Media Pembelajaran Interaktif... 69

10. Angket Media Pembelajaran Interaktif ... 71

11. LKS Hukum Kirchhoff... 73

12. RPP ... 80

13. Bahan Ajar... 84

14. Daftar Nilai Kelas X ... 88

15. Homogenitas Populasi... 89

16. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Kontrol... 90

17. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen ... 92

18. Analisis Lembar Observasi Kelas Kontrol... 94

19. Analisis Angket Media Pembelajaran... 95

20. Analisis Lembar Observasi Guru... 96

(14)

xiv

24. Analisis Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen... 102

25. Analisis Kesamaan Dua Varians Pretest ... 103

26. Analisis Kesamaan Dua Varians Postes... 104

27. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes... 105

28. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Postes ... 106

29. Analisis Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol... 107

30. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 108

31. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 109

32. Dokumentasi Penelitian ... 110

33. Surat penetapan dosen pembimbing ...

34. Surat selesai seminar proposal skripsi ...

35. Surat ijin penelitian ...

36. Surat keterangan dari sekolah...

(15)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi ditentukan oleh sumber daya alam

dan modal yang bersifat fisik saja, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial

dan kepercayaan, sehingga diperlukan upaya untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang handal, dan berkualitas. Kualitas sumber daya manusia yang baik

salah satunya ditentukan oleh penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun di

luar sekolah. Penyelenggaran pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu fokus utama pembelajaran di

sekolah seharusnya bertumpu pada proses pembelajaran. Melalui proses yang

bermakna dimungkinkan diperoleh produk yang berkualitas pula.

Melihat kenyataan yang ada sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa

penyelenggaran pembelajaran belum bisa memperlihatkan proses yang bermakna

dikalangan siswa. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh model

pembelajaran konvensional berupa kegiatan ceramah oleh guru saja. Guru

berperan sebagai sumber informasi, penyampai informasi, dan hakim yang

bertindak sebagai pengeksekusi. Sumber-sumber belajar lain seperti lingkungan

alam, lingkugan masyarakat, nara sumber masyarakat, bahan cetakan dan media

(16)

laboratorium dan fasilitas yang ada sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas

siswa. Pembelajaran fisika yang konvensional baik disadari maupun tidak dapat

menghambat kreativitas siswa dalam berpikir karena apa yang disampaikan guru

direspon secara pasif oleh siswa.

Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung maka lama kelamaan

menimbulkan kejenuhan pada diri siswa yang berakibat turunnya minat siswa

terhadap suatu pelajaran khususnya pada pelajaran fisika yang mereka pandang

sebagai pelajaran yang sulit. Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang

diajarkan oleh guru namun ia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan di

dalam diri siswa perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, dan bahkan untuk

selanjutnya mereka tidak akan pernah mempelajarinya. Menurut Prastiyo,

sebagaimana dikutip Asyik (2008: 3), metode mengajar yang dapat meningkatkan

kegairahan siswa dalam belajar adalah apabila metode mengajar dapat melibatkan

siswa secara kualitaif maupun kuantitatif dalam proses belajar. Hal yang senada

dikemukakan oleh Sudjana (1989) bahwa pembelajaran fisika menjadi bermakna

apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru

untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu agar pembelajaran fisika dapat

berlangsung dengan baik maka guru harus mengusahakan agar ada interaksi

antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan belajar.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan berbagai

terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan

pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar

(17)

yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri

maupun di dalam pembelajaran di kelas. Pendidikan yang berkualitas dapat

dicapai dengan adanya sarana dan prasarana bantu untuk melaksanakan

pembelajaran. Salah satu sarana tersebut dapat menggunakan alat bantu

pembelajaran atau lebih dikenal dengan istilah media pembelajaran. Saat ini

banyak sekali media pembelajaran yang digunakan di lembaga-lembaga

pendidikan seperti sekolah. Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang

digunakan yaitu media berbasis visual, audio, audio-visual dan komputer. Seiring

perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran yang sering digunakan

adalah media pembelajaran berbasis komputer. Dari hasil penelitian Robert &

Elizabeth (2007) diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan menggunakan sarana

interaktif berbasis komputer lebih menarik bagi siswa dibanding dengan

pendekatan tradisional berbasis ceramah.

Komputer merupakan salah satu media pembelajaran yang sekarang sudah

bukan lagi barang yang mewah. Banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki

fasilitas tersebut. Akan tetapi ternyata penggunaan komputer tersebut belum

optimal karena selama ini penggunaan komputer di sekolah-sekolah kebanyakan

masih sebatas untuk program pelatihan komputer dan pada bidang studi teknologi

informasi (IT), oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemanfaatan fasilitas

yang telah dimiliki, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka

menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dalam proses pembelajaran,

perangkat lunak komputer telah digunakan untuk memotivasi siswa dan memberi

(18)

grafik, analisis, simulasi gejala dan eksperimen. Dari hasil penelitian Pemberton et

all. (2006) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis komputer dapat

meningkatkan partisipasi, motivasi dan hasil pembelajaran siswa.

Penggunaan komputer sebagai piranti untuk melakukan eksperimen sudah

mulai diterapkan di lingkungan sekolah baik pada tingkat SMP maupun SMA. Hal

ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan

multimedia dimana sudah dikembangkan software yang dapat digunakan untuk

membuat animasi semisal: flash, 3D Max, power point, dan sebagainya. Proses

belajar mengajar seringkali dihadapkan pada materi yang non abstrak dan diluar

pengalaman siswa sehari-hari. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila berbagai

konsep non abstrak tersebut divisualisasikan dalam bentuk simulasi sehingga akan

lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu simulasi yang dapat digunakan

adalah dengan memanfaatkan multimedia pembelajaran interaktif. Berdasarkan

kebutuhan itu dipilihlah software Adobe Flash CS4. Adobe Flash CS4 merupakan

suatu perangkat lunak untuk pembuatan animasi dengan standar profesional,

dilengkapi dengan bahasa permograman ActionScript. ActionScript digunakan

untuk membuat interaksi dan animasi.

Hasil observasi awal di SMA N 5 Magelang berupa wawancara dengan guru

dan nilai ulangan harian mata pelajaran fisika menunjukkan bahwa hasil belajar

fisika masih rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh :

1. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah.

2. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon atau timbal

(19)

3. Siswa kurang berani untuk berkomunikasi dengan guru atau mengajukan

pertanyaan pada saat pembelajaran.

4. Metode atau model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif.

Kondisi tersebut yang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah,

karena proses pembelajaran masih berlangsung satu arah dan didominasi oleh

guru, sehingga siswa tidak bisa belajar secara aktif.

SMA N 5 Magelang sudah memiliki ruang multimedia yang cukup lengkap.

Ada 24 perangkat komputer di ruang tersebut yang bisa diakses dan dimanfaatkan

keberadaanya oleh semua warga SMA N 5 Magelang. Ruang multimedia tersebut

juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran agar siswa lebih senang dan

tertarik dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Akan tetapi, dalam

pembelajaran fisika penggunaan ruang multimedia tersebut masih belum optimal,

karena pembelajaran fisika masih dilakukan di dalam kelas dan hanya

memanfaatkan fasilitas yang ada seperti papan tulis, sedangkan penggunaan LCD

proyektor masih belum digunakan secara optimal. Hal ini dikarenakan di sekolah

ini belum memiliki software pendidikan untuk kegiatan pembelajaran. Selain itu

juga pengetahuan guru tentang software pendidikan sangat terbatas terutama

dalam proses pembuatannya karena memerlukan keahlian khusus dibidang

komputer.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan

perubahan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat adalah dengan

menggunakan media interaktif berupa komputer. Penggunaan komputer

(20)

materi yang disampaikan dan siswa tidak merasa jenuh. Alasan penggunaan media

interaktif berupa komputer adalah sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa

pembelajaran menggunakan komputer akan meningkatkan ketertarikan dan hasil

belajar siswa terhadap materi yang dipelajari (Robert & Elizabeth, 2007). Model

pembelajaran yang menggunakan media interaktif berupa komputer berbeda

dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari proses

pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar sendiri menggunakan

media dan hasil belajar yang akan diperoleh merupakan hasil interaksi antara

siswa dengan media interaktif.

Dari hasil observasi tersebut dan dari uraian diatas mengenai pentingnya

pengembangan media belajar oleh seorang guru, maka peneliti sebagai calon guru

tertarik untuk mengembangkan media belajar dengan menggunakan Adobe Flash

CS4 dengan mengambil judul Implementasi Model Pembelajaran Interaktif

Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran interaktif berbasis

komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kemandirian belajar

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:

1.4.1 Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemandirian belajar siswa.

2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik.

1.4.2 Bagi Guru

1) Memberikan masukan agar pendekatan atau model yang digunakan dalam

pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan siswa dan aktivitas siswa

di kelas.

2) Memberikan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran fisika yang

paling tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari salah pengertian serta

memberikan batas ruang lingkup penelitian. Istilah-istilah yang perlu diberi

penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Implementasi

Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam

Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi

adalah Put something into effect (penerapan sesuatu yang memberikan efek

(22)

2) Model Pembelajaran Interaktif

Model pembelajaran interaktif adalah poses pembelajaran dimana

penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan

melalui komputer (Darmadi 2007).

3) Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar adalah aktifitas yang berlangsungnya lebih didorong

oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri (Dimyati

1998:51).

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Untuk

mempermudah memahami skripsi ini, maka perlu dituliskan sistematikanya

sebagai berikut:

1) Bagian Awal

Bagian awal ini terdiri dari: halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2) Bagian Isi

Bagian isi dari skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu:

a. Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

(23)

b. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan

permasalahan penelitian dan hipotesis.

c. Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, populasi

dan sampel, variabel penelitian, jenis penelitian, desain penelitian, metode

pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian,

metode analisis data, dan indikator keberhasilan.

d. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan.

e. Bab 5 Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

3) Bagian Akhir

(24)

10

2.1 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,

tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan

menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami

bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis

(Anni, 2006: 2).

Menurut Anni (2006: 2) konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan

oleh para pakar psikologi antara lain:

a. Gagne dan Barliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana

suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil pengalaman.

b. Morgan, dkk menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif

permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.

c. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang

disebabkan oleh pengalaman.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan aktivitas jiwa dan raga seseorang

(25)

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna KBBI berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada

pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir

lingkungan terjadinya pembelajaran. Subjek pembelajaran adalah peserta didik.

Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.

Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti

halnya pengajaran (Suprijono, 2009: 13).

2.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terdapat implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan

memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009: 45).

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends,

sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu

pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

(26)

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan

ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.4 Model Pembelajaran Interaktif

Beberapa pakar multimedia interaktif (MMI) mengemukakan bahwa model

pembelajaran MMI diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media

digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret.

Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata

(simbol verbal). Dengan demikian, dapat diharapkan hasil pengalaman belajar

lebih berarti bagi siswa.

Model pembelajaran interaktif adalah proses pembelajaran di mana

penyampaian materi, diskusi, dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui

media komputer (Darmadi, 2007). Muhammad (2002) menekankan pentingnya

media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Sutopo (2003) menjelaskan

bahwa model pembelajaran MMI dalam banyak aplikasi, pengguna dapat memilih

apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban yang

(27)

2.5 Kemandirian Belajar

Didalam proses pembelajaran setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi

siswa yang mandiri. Supaya siswa tersebut mandiri, maka siswa tersebut harus

belajar, sehingga kemandirian belajar dapat dicapai. Didalam perkembangannya

kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar dan pengalaman itu sendiri dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah. Kemandirian siswa mencerminkan kesadaran siswa dalam

memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan tertentu. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor ,

yaitu (1) disiplin, (2) komitmen terhadap kelompok. Faktor tersebut menyatakan

bahwa kemandirian itu berkembang melalui proses keragaman manusia dalam

kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman.

Keadaan mandiri akan muncul bila sesorang belajar, dan sebaliknya

kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak mau

belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul apabila siswa

tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Dalam pembelajaran guru hanya

berfungsi sebagai fasilitator, yaitu guru hanya sebagai pembimbing, misalnya

membantu siswa untuk memecahkan sesuatu masalah bila siswa tersebut

mengalami kesulitan dalam belajar.

Menurut Benson, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 32), bahwa

kemandirian siswa dapat ditingkatkan dalam beberapa prinsip yang mencakup :

1. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

(28)

3. Memberikan kesempatan untuk memilih dan memutuskan.

4. Memberikan semangat kepada siswa.

5. Mendorong siswa melakukan refleksi.

Menurut Sisco, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 33), ada 6 langkah

kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu :

1. Pre-planning(aktivitas sebelum proses pembelajaran).

2. Menciptakan lingkungan belajar yang positif.

3. Mengembangkan rencana pembelajaran.

4. Mengidentifikasikan aktivitas pembelajaran yang sesuai.

5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring.

6. Mengevaluasi hasil pembelajaran individu.

Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan

dan kapasitasnya. Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai

tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam

mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan diri sendiri. Menurut Prasasti,

sebagaimana dikutip oleh Indriani (2006: 34) mengemukakan bahwa kemandirian

adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan

sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.

Menurut Suparno, sebagaimana dikutip oleh Astuti (2005: 40), ada beberapa

keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan

(29)

1. Mengenal diri sendiri. Siswa mampu mengetahui bagaimana kondisi dan

keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa kelebihan maupun

kekurangan. Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak

orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena

menilai terlalu optimis maupun sebaliknya karena terlalu pesimistik dan

menilai rendah kemampuan-kemampuannya dan akan sangat penting untuk

memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang

merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.

2. Memotivasi diri sendiri. Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang

memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang

sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang

tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini

sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh ketika memutuskan untuk mempelajari

sesuatu.

3. Mengarahkan diri sendiri dalam belajar. Yang dimaksud dengan

mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar

karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang

yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam

lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang

melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor

kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu

(30)

4. Catatan harian. Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus

dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai,

masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan

seseorang.

5. Mengenal lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan

belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya.

Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun

setting yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan

sumber belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

Adapun ciri-ciri kemandirian (Amti, 1998: 117) adalah :

1. Mengenal diri sendiri sebagaimana adanya. Siswa mampu mengetahui

bagaimana kondisi dan keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa

kelebihan maupun kekurangan.

2. Menerima diri sendiri secara positif. Siswa selalu berfikir positif terhadap

kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Jika mempunyai kelebihan tidak

merasa sombong. Kelebihan harus dimanfaatkan sebaik dan semaksimal

mungkin supaya kelebihan yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik.

Jika mempunyai kekurangan tidak merasa rendah diri. Siswa harus tetap

percaya diri dan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin supaya siswa tidak

merasa terpuruk dengan kekurangannya itu.

3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. Siswa mampu mengambil

(31)

4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan. Siswa mampu mengarahkan

dirinya sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya, mampu menentukan

langkah-langkah selanjutnya supaya siswa tidak berhenti pada tahap tertentu

setelah mengambil keputusan.

5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan

kemampuan yang dimilikinya. Siswa mampu mengembangkan potensi, minat

dan kemampuannya sesuai dengan bimbingan yang diperoleh supaya hasil

yang akan dicapai bisa optimal.

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan

tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati 1998: 51). Pembelajar

dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan

tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian

merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi

hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu

sendiri tanpa bantun orang lain. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung

pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar

mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta

memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dan

dengar. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau

mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain yang sekiranya lebih

berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan

(32)

kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada

bimbingan yang diperolehnya. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri,

melainkan belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain

dalam belajar. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah peserta didik mampu

mengetahui kapan dia membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain.

Menurut pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar

adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas

kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain, serta mempunyai

rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

Proses belajar mengajar fisika SMA dapat mencapai hasil yang maksimal

jika siswa memiliki hasil belajar yang baik dan tentunya ditunjang pula oleh

berbagai faktor psikologis seperti minat, motivasi, kreativitas dan kemandirian.

Dalam interaksi belajar mengajar fisika, diharapkan siswa aktif belajar secara

mandiri. Menurut Yunginger (2008: 65) indikator kemandirian belajar terdiri dari

beberapa variabel, yaitu: “visual activities, oral activities, listening activities,

writing activities, dan emotional activities”.

Tabel 2.1 Indikator Kemandirian Belajar Siswa

Indikator Aspek

1. Visual activities

(aktifitas pandang)

 Siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan

media pembelajaran.

 Siswa membaca materi sebelum pembelajaran dimulai.

2. Oral activities

(aktifitas lisan)

 Siswa mengajukan pertanyaan jika menemukan

(33)

 Siswa mendiskusikan dengan teman jika menemukan

permasalahan.

3. Listening activities

(aktifitas dengar)

 Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh

guru.

 Siswa menyimak pada saat pembelajaran.

4. Writing activities

(aktifitas tulis)

 Siswa mampu mengerjakan soal yang tersedia dalam

media pembelajaran.

 Siswa mampu membuat ikhtisar/catatan-catatan penting

pada saat pembelajaran.

5. Emotional activities

(aktifitas emosional)

 Siswa menjadi lebih bersemangat ketika menggunakan

media pembelajaran ini.

 Siswa mampu bersaing secara positif dengan teman yang

lain dalam menyelesaikan soal.

2.6 Materi Pembelajaran

Listrik Dinamis merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada

kelas X. Dalam penelitian ini materi Listrik Dinamis yang akan diberikan adalah

materi pokok bahasan Hukum Kirchhoff yang terdiri dari Hukum I Kirchhoff dan

Hukum II Kirchhoff.

2.6.1 Hukum I Kirchhoff

Jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan

(34)

Gambar 2.1 Hukum I Kirchhoff

Gambar 2.2 Rangkaian Seri

2.6.1.1 Rangkaian Seri

Sebuah rangkaian listrik disebut rangkaian seri jika dalam rangkaian

tersebut hanya ada satu lintasan yang dilalui arus listrik. Pada rangkaian seri, kuat

arus yang melalui masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan

masing-masing komponen berbeda.

Dari gambar tersebut tegangan pada ujung-ujung R1, R2, dan R3adalah V1,

V2, dan V3. Sedangkan tegangan total antara titik a dan b adalah Vtotal. Untuk

hambatan-hambatan yang disusun seri berlaku :

2.1

2.2

Oleh karena , , dan

Sehingga 2.3

(35)

Gambar 2.3 Rangkaian Paralel

2.6.1.2 Rangkaian Paralel

Jika suatu rangkaian listrik memberikan lebih dari satu lintasan untuk aliran

arus listriknya, rangkaian tersebut dinamakan rangkaian paralel. Pada rangkaian

paralel, tegangan pada masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan

setiap komponen berbeda.

Pada gambar tersebut, kuat arus listrik yang melalui R1, R2, dan R3 adalah I1,

I2, dan I3. Adapun kuat arus antara titik a dan b adalah I. pada rangkaian paralel

berlaku :

2.4

2.5

Maka 2.6

(36)

2.6.2 Hukum II Kirchhoff

Jumlah aljabar GGL (ε) dalam suatu rangkaian tertutup sama dengan nol,

artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam

arti semua energi listrik digunakan atau diserap seluruhnya disebut Hukum II

Kirchhoff.

Secara matematis : ∑ + ∑ IR= 0 2.7

Perjanjian tanda:

1. Tentukan arah loop, jika saat mengikuti loop kutub (+) GGL ditemui lebih

dulu, maka GGL ε bertanda (+). Sebaliknya jika kutub (-) GGL ditemui lebih

dulu,maka GGL ε bertanda (-).

2. Arus I bertanda (+) jika arus searah dengan loop, dan sebaliknya arus I

bertanda (-) jika berlawanan arah loop.

3. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar,

bila negatif berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.

2.6.2.1 Rangkaian dengan 1 loop

Gambar 2.5 Rangkain 1 loop Gambar 2.4 Hukum II Kirchhoff

Arah loop

Arah loop

a b

(37)

Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I.

Misalkan ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a. selanjutnya, kuat

arus I dapat dihitung dengan Hukum II Kirchhoff :

∑ + ∑ IR= 0 2.8

Sehingga

- + + IR = 0 2.9

2.6.2.2 Rangkaian dengan dua loop atau lebih

Pada rangkaian diatas terdapat 2 loop, yaitu loop 1 dan loop 2.

Berdasarkan Hukum I Kirchhoff :

2.10

Berdasarkan Hukum II Kirchhoff :

Sesuai dengan perjanjian tanda maka diperoleh :

 Loop 1

2.11 Gambar 2.6 Rangkain 2 loop

1 Arah loop 1

(38)

 Loop 2

2.12

Eliminasikan pers. 2.9 dan pers. 2.10

2.13

Substitusikan pers. 2.11 ke pers. 2.8

Maka akan diperoleh nilai I1, I2dan I3.

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang memerlukan pengujian

secara empiris. Ada 2 macam hipotesis yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut

Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nol (Ho) yang juga disebut hipotesis

statistik (Arikunto 2006:79).

Ha : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu menumbuhkan

kemandirian belajar siswa.

Ho : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer tidak mampu

(39)

25

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA N 5 Magelang yang beralamat di Jl. Barito

II Sidotopo Magelang Utara 56114 Telp. (0293) 5505063.

3.1.2 Subyek penelitian

Dalam penelitian ini yang subyek penelitiannya adalah siswa kelas X-B dan

X-C SMA N 5 Magelang.

3.2 Faktor yang diteliti

Faktor–faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar

siswa yang sesuai dengan indikator kemandirian belajar yaitu aktifitas pandang,

aktifitas lisan, aktifitas dengar, aktifitas tulis, dan aktifitas emosional.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 5 Magelang tahun pelajaran

(40)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:

131). Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi,

kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan dalam

populasi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik random sampling.

Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa mendapat

materi berdasarakan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama

dan yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama, dengan

menggunkaan random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang terpilih sebagai kelas eksperimen

adalah kelas X-C dengan jumlah siswa 28 dan yang terpilih sebagai kelas kontrol

adalah X-B dengan jumlah siswa 28.

Kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis

komputer dan kelas kontrol diterapkan metode alat peraga.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.

1) Variabel Bebas

Yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran interaktif berbasis

komputer.

2) Variabel Terikat

(41)

3.5 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian true experimental design. Menurut Arikunto (2006:86) penelitian true experimental

design adalah jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah

memenuhi syarat. Yang dimaksud dengan persyaratan dalam ekperimen adalah

adanya kelompok lain yang tidak dikenal dan ikut mendapatkan pengamatan yaitu

kelas kontrol. Pada penelitian ini proses pengukuran dilakukan sebelum dan

sesudah perlakuan, yaitu dengan membandingkan hasil pretest dan postest yang

telah diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.6 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Control Group

Pretest-Postest). Dalam desain penelitian ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 Y T2

keterangan:

T1 : tes awal

X : pembelajaran menggunakan model pembelajaran interaktif

Y : alat peraga

(42)

Pembelajaran yang diterapkan dalam kelas eksperimen adalah model

pembelajaran interaktif berbasis komputer. Pada model pembelajaran ini proses

pembelajaran, penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain

dilakukan melalui komputer. Model pembelajaran interaktif berbasis komputer

terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) tiap siswa mengoperasikan satu komputer,

(2) tiap siswa menjalankan media yang telah dibuat, (3) tiap siswa belajar

menggunakan media, (4) tiap siswa mengevaluasi hasil belajar dengan

mengerjakan soal yang telah tersedia.

Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode alat

peraga. Metode alat peraga terdiri dari berbagai tahapan yaitu (1) pengelompokan

(membentuk kelompok kecil), (2) membagikan alat peraga, (3) tiap kelompok

melakukan peragaan, (4) evaluasi (tiap kelompok mengevaluasi hasil dari

peragaan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia).

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Metode dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data yang

mendukung penelitian seperti daftar nama siswa kelas X dan daftar nilai ulangan

harian kelas X. Data ini akan digunakan untuk analisis tahap awal.

3.7.2 Lembar observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa

dan kinerja guru dalam mengajar di kelas. Kinerja guru yang dimaksud dalam

(43)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model pembajaran interaktif berbasis

komputer yang telah disusun sebelumnya. Kemandirian belajar siswa yang diukur

dengan lembar observasi adalah yang sesuai dengan indikator kemandirian

belajar.

3.7.3 Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan pribadinya

atau hal-hal lain yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151). Dalam metode ini

digunakan 1 angket, yaitu angket kemandirian belajar.

Angket yang digunakan dalam pengumpulan data disusun berdasarkan

indikator kemandirian belajar menggunakan format respon 4 poin dari skala

Likert, di mana alternatif responnya adalah Sangat Sering (SS), Sering (S),

kadang- kadang (KD), pernah (P), dan Tidak Pernah sama sekali (TP).

Penentuan skor skala Likert dilakukan secara apriori. Bagi skor yang

berarah positif akan mempunyai kemungkinan skor 4 (empat) untuk respon

Sangat Sering (SS), 3 (tiga) untuk respon Sering (S), 2 (dua) untuk respon

kadang- kadang (KD), 1 (satu) untuk respon pernah (P) dan 0 (nol) untuk respon

Tidak Pernah sama sekali (TP). Sedangkan bagi skala yang berarah negatif, maka

(44)

3.8 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan instrumen penelitian untuk

mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket. Adapun langkah-langkah pembuatan instrumen adalah sebagai berikut:

6. Setiap pertanyaan dirumuskan dengan sejelas-jelasnya.

7. Pertanyaan yang diajukan hanya yang dapat dijawab oleh responden.

8. Sifat pertanyaan harus netral dan objektif.

9. Keseluruhan pertanyaan dalam sebuah angket harus sanggup

mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus dihadapi.

3.9 Analisis Instrumen Penelitian

Pembuatan angket digunakan secara hati-hati, hal ini dapat dilakukan

dengan memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator baru kemudian

dibuat pertanyaan-pertanyaan (Arikunto, 2002: 145). Dalam hal ini yang bertindak

sebagai ahli materi adalah dosen pembimbing.

3.9.1 Analisis Validitas Instrumen

Untuk mengetahui validitas angket digunakan validitas logis. Validitas logis

mengandung kata “logis”, yang berarti penalaran. Dengan demikian maka

validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi

sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.

Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan

(45)

penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori

penyusunan instrumen, secara logis sudah valid (Arikunto, 2006: 65).

3.10 Metode Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Tahap Awal

3.10.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians

sampel-sampel yang akan diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah

sampel yang diteliti ada 2 kelas, untuk meneliti kesamaan varians dari k buah

kelas (k ≥ 2) yang memiliki data berdistribusi normal sebagai populasi, digunakan

Uji Bartlett. Data yang digunakan dalam uji homogenitas populasi adalah data

nilai ulangan harian.

Hipotesis yang diajukan adalah:

Ho= = = = ... =

Ha= paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Menghitung (varians) dari masing-masing kelas.

2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

(46)

4) Menghitung nilai statis chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

Kriteria pengujiannya adalah jika χ2hitung ≤ χ2(1-α)(k-1) dengan α (taraf

signifikansi/taraf nyata)= 5% dan dk=k-1 dan k adalah jumlah kelas, maka

masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau

homogen (Sudjana, 2002: 263).

3.10.2 Metode Analisis Tahap Akhir

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis

berdistribusi normal atau tidak. Hal ini untuk menentukan uji statistik selanjutnya.

Rumus yang digunakan adalah uji chi kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan terendah.

2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut:

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan

tabel.

(47)

keterangan:

: chi kuadrat

: frekuensi pengamatan

: frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel dengan

derajat kebebasan dk = k – 1dan taraf signifikansi (α) = 5%.

9) Menarik kesimpulan, yaitu jika χ2hitung< χ2(1-α)(k-1)maka data berdistribusi

normal (Sudjana, 2002: 273).

3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji Kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok

mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.

Hipotesis statistika sebagai berikut:

, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.

, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika Fhitung < F 1/2 α (n1-1)(n2-1)

dengan taraf signifikansi 5%.

3.10.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji adanya perbedaan

(48)

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih rendah

atau sama dengan kelompok kontrol ( )

Ha : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari

pada dengan kelompok kontrol. ( )

Sesuai dengan hipotesis, maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah

uji tsatu pihak kanan. Rumustdata yang digunakan sangat ditentukan oleh hasil

uji kesamaan varians antara dua kelompok tersebut:

a) Jika Varians Sama

dengan

keterangan :

t : koefisien perbedaan

: rata-rata sampel 1

: rata-rata sampel 2

: varians sampel 1

: varians sampel 2

s2 : varians

n1 : jumlah subyek sampel 1

n2 : jumlah subyek sampel 2

(49)

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika - t (1-1/2α) < thitung < t (1-1/2α) dengan derajat kebebasan

artinya rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen

lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.

Ha diterima jika thitung > ttable (1-1/2α) artinya rata-rata

kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada dengan

kelompok kontrol.

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah dengan

peluang (1-1/2), = 5% taraf signifikan.

b) Jika varians keduanya berbeda

Kriterianya pengujiannya

Terima Hojika:

dengan : w1 = / n1 ; w2 = / n2

t1 = t (1- 1/2), (n1 -1) ; t2 = t (1- 1/2), (n2 -1)

(50)

3.10.2.4 Analisis Lembar observasi

Data dari lembar observasi kemandirian belajar siswa dan lembar kinerja

guru dianalisis dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

(Purwanto, 2009: 102)

keterangan:

NP% : presentase nilai yang diperoleh

R : jumlah skor yang diperoleh

SM : jumlah skor maksimal

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Lembar Observasi

Rentang Keterangan

0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal)

39% < NP% ≤ 55% Kurang

55% < NP% ≤ 65% Cukup

65% < NP% ≤ 79% Baik

79% < NP% ≤ 100% Baik sekali

(Arikunto, 2006: 245)

3.10.2.5 Analisis Angket / Kuesioner

Langkah-langkah menganalisis data hasil angket adalah sebagai berikut :

1) Memeriksa jawaban dan menyusunnya berdasarkan kode responden.

2) Mengkuantitatifkan jawaban tiap pertanyaan sesuai dengan skor yang telah

ditetapkan sebelumnya.

(51)

Menghitung persentase untuk tiap-tiap subvariabel dengan menggunakan

rumusan sebagai berikut :

(Purwanto, 2009: 102)

keterangan:

NP% : presentase nilai yang diperoleh

R : jumlah skor yang diperoleh

SM : jumlah skor maksimal

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Lembar Kuesioner

Rentang Keterangan

0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal)

39% < NP% ≤ 55% Kurang

55% < NP% ≤ 65% Cukup

65% < NP% ≤ 79% Baik

79% < NP% ≤ 100% Baik sekali

(Arikunto, 2006: 245)

3.10.2.6 Signifikansi Kemandirian Belajar

Untuk mengetahui taraf signifikansi peningkatan kemandirian belajar siswa

dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus gain yaitu :

(52)

Keterangan :

= gain ternormalisasi (normal gain)

= nilai rata-rata postes

= nilai rata-rata pretes

Besarnya faktor dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi

Gain Kriteria

0 ≤ ≤0,3 Rendah

0,3 < ≤0,7 Sedang

(53)

39

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran dilakukan pada kelas sampel, yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran interaktif

berbasis komputer dan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan metode alat peraga pada sub pokok bahasan Hukum Kirchhoff.

Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol dilaksanakan di ruang laboratorium

fisika. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk mengetahui

keadaan awal sebelum diterapkan metode alat peraga. Kemudian siswa

memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru lalu dilanjutkan para siswa

melakukan peragaan untuk setiap kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa

diberikan angket untuk mengetahui keadaan akhir setelah diterapkan metode alat

peraga. Untuk kelas eksperimen, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di ruang

multimedia. Setiap siswa mengoperasikan satu komputer untuk menggunakan

media pembelajaran. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk

mengetahui keadaan awal sebelum diberikan media pembelajaran. Kemudian guru

memberi petunjuk penggunaan media pembelajaran kemudian dilanjutkan oleh

siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan

(54)

adalah kemandirian belajar siswa yang berupa : visual activities, oral activities,

listening activities, writing activities, dan emotional activities.

4.1.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran

Media pembelajaran ini di uji oleh seorang uji ahli, hasil dari uji ahli media

pembelajaran didapatkan pencapainnya sebesar 68%. Sesuai dengan penilaian

lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan baik, sehingga layak

untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 18.

4.1.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif berbasis

komputer dan metode alat peraga dinilai dengan menggunakan lembar observasi

dan lembar angket. Penilaian dengan lembar observasi dilakukan selama kegiatan

pembelajaran berlangsung dan penilaian dengan lembar angket dilakukan sebelum

pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran selesai dengan cara membagikan

lembar angket kepada siswa. Hasil penilaian kemandirian belajar siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Observasi

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretest Postest ⟨g⟩ Pretest Postest ⟨g⟩

1. Visual Activities

(Aktifitas Pandang) 52.68% 66.07% 0.28 57.14% 70.54% 0.31 2. Oral Activities

(Aktifitas Lisan) 82.14% 90.18% 0.45 70.54% 81.25% 0.36 3. Listening Activities

(Aktifitas Dengar) 73.21% 76.79% 0.13 73.21% 78.57% 0.20 4.Writing Activities

(Aktifitas Tulis) 46.43% 64.29% 0.33 53.57% 67.86% 0.31 5. Emotional Activities

(Aktifitas Emosional) 77.68% 87.50% 0.44 78.57% 89.29% 0.50

JUMLAH 332.14% 384.82% 1.64 333.04% 387.50% 1.68

RATA-RATA 66.43% 76.96% 0.33 66.61% 77.50% 0.34

(55)

Tabel 4.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Angket

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretest Postest g Pretest Postest g

1. Visual Activities

(Aktifitas Pandang) 65.18% 69.64% 0.13 67.19% 72.77% 0.17 2. Oral Activities

(Aktifitas Lisan) 57.14% 62.50% 0.13 60.04% 66.74% 0.17 3. Listening Activities

(Aktifitas Dengar) 68.30% 70.09% 0.06 70.54% 75.45% 0.17 4.Writing Activities

(Aktifitas Tulis) 52.68% 57.81% 0.11 58.48% 62.28% 0.09 5. Emotional Activities

(Aktifitas Emosional) 55.58% 63.84% 0.19 64.73% 70.54% 0.16

JUMLAH 298.88% 323.88% 0.60 320.98% 347.77% 0.76

RATA-RATA 59.78% 64.78% 0.12 64.20% 69.55% 0.15

KRITERIA CUKUP CUKUP RENDAH CUKUP BAIK RENDAH

4.1.4 Kinerja guru

Kinerja guru yang dinilai meliputi beberapa aspek penilaian yang

disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Hasil penilaian kinerja guru kelas kontrol diperoleh hasil

80,95% dan dikategorikan baik sekali. Sedangkan hasil penilaian kinerja guru

kelas eksperimen diperoleh hasil 90,48% dan dikategorikan baik sekali. Dengan

kata lain kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru sebagian besar

telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perhitungan

(56)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Magelang dengan

subyeknya adalah kelas X. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan di

setiap kelas sampel. Pertemuan pertama digunakan untuk mengukur kemandirian

belajar siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan pertemuan kedua

digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa setelah diberikan

perlakuan.

Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol menggunakan metode alat peraga

yang dilaksanakan di ruang laboratorium fisika. Pada pertemuan pertama siswa

diberi angket untuk mengetahui kemandirian belajarnya sebelum digunakan

metode alat peraga. Pada tahap selanjutnya guru melakukan demonstrasi untuk

membantu siswa mengingat apa yang akan diperagakan. Guru membagi siswa ke

dalam kelompok yang telah dipilih secara acak kemudian guru membagikan alat

untuk peragaan kepada setiap kelompok. Pada awalnya siswa masih bingung

dengan peragaan yang dilakukan, tetapi setelah mendapatkan arahan dari guru,

siswa mulai paham dengan apa yang diperagakan. Setelah melakukan peragaan,

siswa diharapkan mampu menyelesaikan pertanyaan yang telah disediakan dalam

LKS. Pada pertemuan kedua, guru langsung membagi alat yang akan digunakan

untuk peragaan. Seperti pertemuan sebelumnya siswa masih mengalami kesulitan,

tetapi guru mampu mengarahkan siswa sehingga siswa mampu menyelesaikan

(57)

LKS. Pada tahap akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui

kemandirian belajar siswa setelah diterapkan metode alat peraga.

Kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran interaktif berbasis komputer, yang dilaksanakan di ruang

multimedia. Pada pertemuan pertama siswa diberi angket untuk mengetahui

kemandirian belajarnya sebelum digunakan media pembelajaran. Setiap siswa

diberikan fasilitas untuk mengoperasikan satu komputer. Pada tahap selanjutnya

guru menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran kemudian

siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan media pembelajaran. Ada

beberapa siswa yang masih bingung dengan penggunaan media pembelajaran,

tetapi dengan arahan guru akhirnya siswa tidak mengalami kesulitan. Pada

pertemuan kedua, tanpa arahan dari guru siswa langsung menggunakan media

pembelajaran. Setelah siswa membaca materi kemudian siswa diharapkan mampu

menyelesaikan soal yang telah tersedia dalam media pembelajaran. Pada tahap

akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui kemandirian belajar siswa

setelah diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer.

Walaupun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kemandirian

belajar siswa, guru tidak bisa membebaskan siswa sepenuhnya untuk belajar

sendiri. Guru tetap memberikan bantuan dan arahan kepada siswa yang

mengalami kesulitan supaya siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran

dengan baik. Selain menggunakan angket yang diisi oleh siswa, penelitian ini juga

menggunakan lembar observasi untuk lebih menguatkan hasil kemandirian belajar

(58)

4.2.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran

Kelayakan dari media pembelajaran harus diperhatikan, karena berpengaruh

terhadap hasil yang akan dicapai. Penelitian ini menggunakan media pembelajaran

interaktif sebagai instrumen. Sebelum media pembelajaran ini digunakan untuk

penelitian, harus di uji terlebih dahulu kelayakannya. Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah media pembelajaran ini layak digunakan sebagai instrumen

penelitian. Dari hasil uji ahli yang telah dilakukan diperoleh pencapaian sebesar

68%. Walaupun media pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, tetap sesuai

dengan penilaian lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan

BAIK, sehingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Kekurang

sempurnaan media pembelajaran ini dikarenakan karena si pembuat pada awalnya

tidak punya keahlian dalam pembuatan media pembelajaran, tapi dengan kemauan

dan usaha yang besar akhirnya media pembelajaran ini telah terselesaikan.

4.2.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui ada beberapa aspek yang

mengalami peningkatan besar dan ada beberapa aspek yang peningkatannya kecil

untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Aspek yang mengalami

peningkatan cukup besar adalah aspek visual activities, oral activities, dan

emotional activities. Sedangkan aspek yang peningkatannya kecil adalah aspek

listening activities dan writing activities.

Visual activities, terjadi peningkatan besar karena pada awal pembelajaran siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran maupun

(59)

saat pembelajaran siswa sering mengajukan pertanyaan jika menemukan

permasalahan dan siswa sering berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut. Emotional activities, terjadi peningkatan besar karena siswa lebih

bersemangat pada saat menggunakan media pembelajaran maupun alat peraga, hal

ini terjadi karena siswa jarang menggunakan media pembelajaran yang

menampilkan animasi dan melakukan peragaan.

Listening activities, peningkatannya kecil karena siswa kurang

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa lebih berkonsentrasi

pada media pembelajaran dan alat peraga yang digunakan. Writing activities, peningkatannya kecil karena siswa jarang membuat ikhtisar atau catatan kecil

pada saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui perbedaan kemandirian belajar

siswa antara lembar observasi dan lembar angket. Rata-rata peningkatan hasil

kemandirian belajar kelas kontrol untuk lembar observasi sebesar 0,33

dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar 0,12 dikategorikan rendah.

Sedangkan rata-rata pencapaian hasil kemandirian belajar kelas eksperimen untuk

lembar observasi sebesar 0,34 dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar

0,15 dikategorikan rendah. Terjadi perbedaan dimana lembar observasi kelas

kontrol maupun kelas eksperimen lebih tinggi dibanding lembar angket. Hal ini

dikarenakan lembar observasi hanya menilai siswa dari sudut pandang orang lain

yaitu observer, jadi hasil yang didapatkan bisa lebih baik atau lebih jelek dari

keadaan siswa yang sebenarnya. Sedangkan lembar angket diisi oleh siswa

Gambar

Tabel      Halaman
Gambar      Halaman
grafik, analisis, simulasi gejala dan eksperimen. Dari hasil penelitian Pemberton et
Tabel 2.1 Indikator Kemandirian Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

The limitation of this study is only to find out the strategies that the teachers applied in developing students’ critical thinking and challenges which teachers face when

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah secara simultan maupun parsial terdapat Pengaruh

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah keputusan membuat sendiri atau membeli dari luar dan menjual sekarang atau memproses lebih lanjut.. Metodologi penelitian

Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dikatakan bahwa perlakuan prosedur sebelum pemerahan pada perlakuan P3 memberikan pengaruh baik, dapat meningkatkan nilai reduktase

Pola saluran pemasaran ikan Neon Tetra yang terdapat di Pokdakan Curug Jaya II terdiri dari pembudidaya pembenih sebagai produsen, pembudidaya pembesaran, broker ,

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pengembangan LKS dengan model pembelajaran Discovery Learning untuk siswa SMP kelas VIII dapat

dari aktivitas belajar dengan menuliskan ringkasan materinya. Saya memandang tugas yang sulit sebagai hambatan dalam proses belajar saya. Jadwal belajar saya susun

Produksi oligosakarida secara kimia yang sangat komplek membuatnya kurang begitu realistis untuk dilaksanakan untuk industri, sebaliknya metode enzimatis dapat