• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam kokok Balenggek di Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam kokok Balenggek di Sumatera Barat"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI SIFAT-STFAT FENOTIPIK

SEBAGAI STRATEGI AWAL

KONSERVASI

AYAM

KOKOK BALENGGEK

DI SUMATERA

BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

KARAKTERTSASI SIFAT-SIFAT FENOTIPIK SEBAGAI STRATEGI AWAL KONSERVASI A Y A M KOKOK BALENGGEK

DI SUMATERA BARAT

adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi manapun. Semua

data dan informasi ' yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 20M

(3)

ABSTRAK

RUSFIDRA. Karakterisasi Sifat-sifat Fenotipik Sebagai Strategi Awat Konservasi Ayam Kokok Balenggek Di Sumatera Barat. Dibimbing oleh HARIMURTI MARTOJO, D.T.H. SIHOMBING, M. HAFIL ABBAS dan

RONNY

RACHMAN NOOR.

Ayam kokok Balenggek mempakan ayarn lokal penyanyi sudah dipelihara dalam

waktu yang lama oleh masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Payung Sakaki dan

Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Ayam kokok Balenggek termasuk tipe ayam berkokok panjang.

Penelitian ini bertuj uan melakukan karakterisasi sifat-sifat fenotipik analisis suara kokok ayam kokok Balenggek. Survei dilakukan dari bulan Juni sampai Desember 2000 pada 56 rumahtangga petani. Survei menggunakan kuesioner untuk menggali informasi status demografi, status sosio ekonomi dan rnanajemen pemeliharaan ayam kokok Balenggc~k di daerah sentra.

Materi penelitian terdiri atas: ayam kokok Balenggek. Untuk pengamatan karakterisasi sifat-sifat fenotipik digunakan sampel sebanyak 75 ekor AKB jantan dewasa yang dipilih secara acak. Peralatrtn yang digunakan: tim bangan kapasitas 3 kg,

kaliper, meteran, tali dan kamera foto, 1 set audio recorder, sport limer, kaset? batu battery dan paket program komputer Sound forge XP 4.5 dan Spectrograni versi 6.4 untuk analisis suara kokok.

Pada ayam kokok BaIenggek, suara kokok hanya terdapat pada ayam jantan dengan tujuan untuk pernyataan wilayah kekuasaan dan mem ikat ayarn bet ina yang akan

dikawini. Rataan jumlah suku kata kokok adalah 5.07 yang terbagi ke dalam tiga

segmen: suara kokok depan, suara kokok tengah, dan suara kokok ujung (disebut lenggek kokok). Frekuensi berkokok ayam kokok BaIenggek adalah 8.08 kali 11 0 menit.

Aktivitas puncak berkokok terjadi pada pagi hari dengan frekuensi 9.59 kali/lO rnenit.

Durasi kokok A K B berkisar dari 2.08 sarnpai 4.43 detik.

Konservasi AKB penting dilakukan karena jumlah populasi kecil, daerah penyebarannya terbatas (endemik), dan m igrasi keluar desa sentra yang relatif besar.

Model konservasi yang diusulkan adalah: I). model konservasi in-situ di daerah sentra, dan 2). model taman AKB.

(4)

ABSTRACT

RUSFIDRA. Characterization of Phenotypic Traits as Early Conservation Strategy of the Balenggek Chicken in West Sumatera. Under the supervisions of

HARIMURTI MARTOJO, D.T.H. SIHOMBING, M. HAFIL ABBAS and RONNY RACHMAN NOOR.

The Balenggek chickens have been kept by rural communities for many generations in Payung Sakaki and Tigo Lurah, Regency of Solok, Province of

West Sumatera. The Balenggek chickens is a long crower type fowl.

This study was carried out to characterize phenotypic traits and to conduct crow analyze in the Balenggek chicken. A survey was carried out during June to

December 2000 in 56 house holds. The survey guide was a questionnaire related to socio demographic status of the holders, flock characteristic and management

of breeding stock. These data were processed using the Minitab. The crows were

recorded using a Sony TCM-343 cassette recorder. The crow were analysed using Sound forge XP 4.5 and Spectrogram 6.4 the sound analysis programs and displayed a wave form and spectrogram.

In the Balenggek chicken, crows is produced only by males for four

reasons then; to proclaim to other males that this is his territory, to attract female to mate with them, as a prayer, and as a timer. It's crow can last 2.08-4.43 seconds. The average crow has 5.07 syllables, divided into three segments: first,

middle and last segment. The frequency of crowing is 8.08 times per 10 minutes. The peak of crowing activity happen in the morning time with a frequency of 9.59

times per 10 minutes. The duration of a crow vary from 2.08 to 4.43 second. Conservation of the Balenggek chicken is a necessity of the small

population, and also its limited distribution in a small area, and the exploitation

rate from village area. Conservation model to proposed : 1). In-situ conservation

in village area, and 2). The Balenggek chicken park as a tourist attraction.

Based on the results, it is suggested the chicken crow have well defined acoustic structures, characteristic of each species as visualized in sound spectrogram and wave forms. The different structures of crow component can be

(5)

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT FENOTIPIK

SEBAGAI STRATEGI AWAL KONSERVASI

AYAM

KOKOK BALENGGEK DI SUMATERA

BARAT

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Disertasi : KAlUKTERISASl SIFAT-SIFAT FENOTIPlK

SEBAGAl STRATEGI AWAL KONSERVASl AYAM KOKOK

BALENGCEK

DI SUMATERA BARAT

Nama : RUSFIDRA

N

I M : 975 027

Disetujui

Komisi Pembimbing

2

Abbas, M&'6,1r. M,Rur.Sc

Anggota Anggot a

Diketabui

Ketua Program Studi I

L

Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc lmu

afrida Manuwoto, M.Sc

Tanggal Ujian : 4 Agustus 2004 Tanggal Lulus : 3 8

~

v

(7)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

AlhamduIiIlahi Rabbi1 Aalanrin, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya telah dapat diselesaikan penulisan disertasi sebagai salah satu syarat menyelesai kan pendidikan S3 pada Sekolah Pascasarjana IPB. Salawat dan salarn semoga selalu tercurah kepada arwah Nabi Besar Muhammad SAW (Allahurnma shalii alaa Muhammad wa alaa aaliy Muhammad).

Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyelesaikan pendidikan 53 merupakan dorongan dan usaha bersama dari banyak pihak. Ucapan penghargaan dan terimakasih sebesar-besamya penulis sampaikan kepada komisi pembirnbing yang terdiri atas Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, M.Sc (Ketua), Prof. Dr.

D.T.H.

Sihombing, M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. M. Hafil Abbas, M.S, dan Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M. Rur. Sc, berturut-tumt sebagai anggota komisi pembimbing. Saya mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya atas masukan, informasi, nasehat, motivasi dan kesabaran yang bapak-bapak krikan

selarna dalam pembirnbingan. Hanyalah doa yang tulus dan ikhlas sernoga amal baik bapak-bapak mendapat balasan pahala yang tinggi di sisi Allah

SWT.

Amin ya rabbal alaamin.

Kepada yang terhormat Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi Ilmu Temak dan keluarga besar Sekolah Pascasa jana, saya menyampaikan penghargaan dan terirnakasih atas kesempatan mengikuti pendidikan S3 di IPB. Saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar IPB.

Menyelesai kan pendidikan Pascasarjana bagi saya bagaikan sebuah impian ksar yang dulu hanya terlintas diangan-angan. Impian itu dapat tenvujud karena adanya dukungan finansial dari Beasiswa Unggulan Proyek URGE batch I1 (1995-

1 997) dan batch IV (1 997-200 1). Saya menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Pemimpin Proyek URGE Batch IV bhun 1997

DitJen Dikti Depdiknas, atas kepercayaan menerima beasiswa pendidikan S3 di IPB.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Gu bemur Sumatera Bmt,

(8)

dan Sumiso; atas izin dan penerimaan yang baik selama saya rnelakukan suwei. Kepada Ketua Yayasan Supersemar di Jakarta, saya mengucapkan terimakasih

atas banruan biaya penelitian yang diberikan. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Rektor UT beserta jajarannya yang telah memberikan 'izin belajar' untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB.

Sudah barang tentu kekrhasilan menyelesaikan studi S3 di bantu oleh banyak orang. Adalah pada tempatnya saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada kawan-kawan senior program S3 Ilmu Ternak angkatan 1997. Bapak lr. Jatmiko, M.Si (terimakasih atas pinjaman kaset rekaman suara kokok ayam Pelung), teman-teman seperjuangan di Departemen llmu Ternak, Uda-uda. Uni-

uni dan kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Pasacasarjana IPB asal Sumbar (IMPACS-IPB-SUMBAR) atas kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang erat di

tanah rantau.

Ketika motivasi untuk menyelesaikan studi S3 berada dititik nadir, Ibundalah yang selalu berdoa dan terus menyemangati untuk tetap berjuang agar studi ini dapat diselesaikan. Keberhasilan ini seutuhnya didedikasi kan buat kedua orang tua; Ayahanda Bagindo Syafi'i (almarhum) dan Ibunda Hj. Rosmaniar berserta kakak-kakak (ayang Ratna, Uni Emi dan Ajo Indra), adik-adik (Net dan

Dedi) dan sernua keponakan. Semoga keberhasilan ini marnpu menjadi pemicu bagi keluarga besar kita untuk "mambangkik batang tarandam" menuju hari depan yang lebih baik.

Saya menyadari bahwa disertasi ini masih banyak kekurangan disana- sini. Oleh karena itu, saya senantiasa terbuka terhadap saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaannya. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan

ayam kokok Balenggek serta berrnakna bagi peningkatan kesejahteraan peternak. Saya berharap penelitian ini marnpu membukakan pikiran kita bahwa Indonesia memiliki sumber daya genetik ayam penyanyi yang baik dan perlu mendapatbn perhatian peneliti dan penentu kebijakan di negeri ini.

Billahittaufik wal hidayah.

Wmsalarnualaikum warahmutullahi wabarahtuhu.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasar Kudu, Nagari Kudu Ganting, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 22 Juni 1970 sebagai anak keempat dari orang tua, Bapak Bagindo Syafi'i (almarhum) dan Ibu Hj. Rosmaniar. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Produksi Ternak,

Fakultas Peternakan UNAND Padang, dari tahun 1990- 1 994. Pada tahun 1995 diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Program Pascasa jana UNAND dan tamat pada bulan

Mei

1997. Mulai September 1997 melanjutkan

, pendidikan S3 di Program Studi Ilmu Ternak, Sekolah Pascasarjana IPB.

Pendidikan S2 dan S3 dibiayai sepenuhnya oleh Beasiswa Unggulaflroyek URGE (Universi@ Research for Gradtiate Education) dari Di tjen Pendid i kan Tinggi Depdiknas.

(10)

Hikmah

" Don seslingguhn-so pada binarang ~ernnk ilu benar- benar rerdapat pelajorc~n

V ~ I P I ~ penling hugi kuniu. K u m ~ menlheri minun? b l z r dari air stisu !-ung ULJLI dl~lun I y erulnyu, u'cm Ciugaj poda hinutang if u rerdu~~nr mnr~fi~crr

yang hu~?,vuk unruk kamu. dan sehagkn dari padanya kamu tnnkun

[AI Qur'an, Surat Al-Mukminuun / S23 : 2 I ]

" Dan Sulait~ran lelah mewarisi Daud ., dun din berkata: " Hai mantisia, kami

rdnh diberi pengerrian tencang suara bu rung dun kumi diberi segala sestrar td.

Sesuugguhnya semua ini Benar-benar suatu Rarunia yang nyata "

[Al Qur'an, Surat An-Naml / S27 : 161

" Langii yaug rujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertnsbih kepnrln

Allah. Dn?] rak ada suatupun melainkan berfasbih dengan memrrji-Nya.

tetapi kamu tidak mengerri fasbih mereka.

Sesungguhnya Dia ada /ah Maha Penyantun lagi Maha Penganlprmy

[A1 Qur'an, Surat Al Israa' / S 17: 44).

" Jika kallru sehlian mendengarhn h k o k ayam jantun maku rnohonlah

karunia Allah karena sesungguhnya binatang tersebut telah melihat malaikat "

[Muhammad RasuluIIah SAW .]

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL xi

...

...

DAFTAR GAMBAR XIII

DAFTARLAMPIRAN

...

xv

PENDAHULUAN

...

1

TINJAUAN PUSTAKA

...

Ayam Kokok Balenggek

...

...

Ragam Suara Kokok AKB

Asal-usul Ayam Kokok Balenggek-

...

Pewarisan Si fat Kokok Balenggek

...

...

Fenomena Ayam Penyany i

Suara Hewaflernak

...

Karakteristik Morfologis Ayam Kampung

...

Analisis SWOT

...

Konservasi Sumberdaya Genetik

...

...

MATERI

DAN

METODE 23

Tempat dan Waktu Penelitian

...

23

...

Materi Penelitian 23

MetodePenelitian

...

24

...

Analisis Data 29

Strategi Pengembangan dan Konservasi AKB

...

29

HASlL DAN PEMBAHASAN

...

Topografi Desa Sentra

...

...

Profil Demografis Peternak AKB

Karakteristik Fenotipik

...

Karakteristik Suara Kokok

...

Perilaku Berkokok

...

Pewarisan Si fat Kokok BaIenggek

...

Fungsi S u m Kokok

...

Analisis Suara Kokok AM3

...

Mutu Suara Kokok

...

Potensi Prduksi AKB

...

Kontes AKB

...

...

Sistem Manajemen Pemelihmn AKB

(12)

SIMPULAN DAN SARAN

...

88

Simpulan

...

88

Saran

...

88

DAFTAR PUSTAKA

...

89
(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Bobot badan dan ukuran-ukuran tubu h ayam Karnpung

di Sumatera Barat (Nishida el a1

.

1980)

...

16

Karakterisasi sumkr daya geneti k ternak asli (Khumnirdpetch 2002)

...

17

Kategori popuIasi ternak domesti k (Henson 1992)

...

20

Jumtah populasi minimal pada breeding stock untuk kelangsungan populasi (Bodo 1 990) ... 21

Jumlah responden dan sampel AKB

...

23

Rentang umur peternak AKB

...

33

J umlah tanggungan rumahtangga peternak AKB

...

35

Tingkat pendidikan peternak AKB

...

36

Lama beternak AKB

...

37

...

Rataan ukuran-ukuran tubuh AKB jantan 39 Perbandingan bobot badan dan ukuran tubuh AKB. ayam Kampung di Sumbar dan ayam Hutan Merah

...

40

...

Keragaan sifat kokok AKB 47

...

Durasi kokok AKB 49

...

Durasi nyanyian beberapa jenis unggas 50

...

Frekuensi berkokok AKB 5 1 Surnber breed stock ,4KB

...

76

...

Keragaan siht kokok AKB di penangkaran 77

...

Keragaan sifat kokok AKB pada pemeliharaan bersama 79

...

Faktor-faktor strategi eksternal pengem bangan AKB 80 Faktor-faktor strategi internal pengem bangan AKB

...

81

...

(14)

DAFTAR

GAMBAR

...

Skema evolusi keragaman genetik ayam

Konstruksi pohon filogenetik ayarn lokal berdasarkan urutan nukleotida (Fumihito ef a1

.

1996)

...

Saluran pernafasan unggas

...

Diagram alir analisis suara kokok A K U

...

.

.

...

...

Dendrogram sifat kuantitatif AKB

AKB Biring Merah

...

AKB Biring Kuning

... .

.

...

AKB Tadung

...

...

AKB Biring Kuning

...

AKB Jalak

...

AM3 Jalak

...

Pola ~r.uvcform suara kokok AKB

...

Grafik rataan JLK AM3

...

Distri busi frekuensi dan waktu berkokok AKB

AKB sedang berkokok

...

Wm-e form suara kokok AK I3

...

...

Komponen suara kokok AKB

...

Ware form suara kokok ayam Pelung

WoreL form suara kokok ayam Bekisar

...

Wave firm suara kokok ayam Kampung

...

Wave form suara burung Perkutut

...

(15)

...

23 Spectrogram suara kokok ayam Pelung 64

...

24 Specfrogram suara kokok ayam Bekisar 64

...

25 Specirogl*am suara kokok ayam Kampung 65

...

26 Specfrogram suara burung Perkutut 65

. .

27 Rumah trad~s~onal Minangkabau

...

72
(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

2 Pola Spectrogram A KB 1 02

3 Rekapitualasi pemenang kontes AKB di Sumatera Barat tahun 1992- 103

(17)

PENDAHULUAN

Kita mengetahui bahwa sejak dahulu sampai sekarang hewan ternak sangat

besar manfaatnya terhadap kepentingan umat manusia, terutama sebagai sumber bahan pangan. Disarnping menghasilkan susu, daging dan telur, temak juga

berperan sebagai sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup, surnber tenaga, alat

transportasi, sumber energi, penghasil pupuk kandang, dan sebagai hewan kesayangan (Tangka er al. 2000). Oleh karena itu, Han (1999); van der Zijpp (2000) menyatakan pentingnya peranan ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Rusfidra (2004) rnenyatakan bahwa ternak memainkan peran penting dalam ketahanan pangan rumahtangga petani perdesaan, sebagai sumber pendapatan dan sebagai bentuk investasi (tabungan hidup).

Tujuan pembangunan peternakan nasional yang dimmuskan dalam Panca Dharma adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, terpenuhinya konsumsi pangan asal temak, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan peran kelembagaan peternakan dan tercapainya keseimbangan antara pelestarian dan pemanfaatan sumber daya atam (Ditjen Bina Produksi Peternakan 200 1).

Ayam karnpung merupakan salah satu jenis ayam lokal yang banyak

dipeliham masyarakat Indonesia. Disamping populer sebagai penghasil daging dan telur, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai ayam hias, ayam petarung dan ayam penyanyi. Ayam lokal yang memiiiki suara kokok merdu sebaiknya dikembangkan ke arah tipe ayam penyany i untuk memenuhi kebutuhan para penggemamya. Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah'ayam kokok Balenggek ayam Pelung, dan ayam Bekisar. Ketiga bangsa ayam Iokal tersebut memiliki suara kokok merdu dan enak didengar.

Ayam kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam lokal spesifik di

(18)

suara koko k AKB d iduga satu-satunya bangsa ayam dengan ti pe kokok balenggek di dunia (Narda 1993). AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau (Fumihito el al. 1 996).

Dalarn upaya rnendorong pembangunan peternakan berbasis sumber daya temak lokal, Gubernur Sumatera Barat telah rnencanangkan daerahnya sebagai Lumbung Ternak Nagari sejak tanggal 7 September 2002. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan peternakan di Sumatem Barat seharusnya bertumpu pada ternak lokal dan menjadikan nagari sebagai basis wilayah pengembangan. Hal ini sesuai dengan visi pembangunan peternakan tahun 200 1-2004 yaitu "terwujudnya masyarakat yang sehat, produkti f dan kreatif melalui pembangunan peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal" (Ditjen Bina Prduksi Peternakan 200 1).

Sejalan dengan ha1 tersebut, pemerintah Kabupaten Solok telah menetapkan AKB sebagai ternak unggulan PELITA V (1 989-1994), sebagaimana

d imuat dalam program Gerakan Pengembangan Ekonom i Masyarakat (Gerbang Emas) yang dicanangkan oleh Bupati Solok (Almito 1994).

Meskipun memiliki potensi ekonomi cukup baik, narnun populasi AKB di daerah sentra relatif kecil. Menurut Abbas et al. (1997) jumlah ayam jantan AKB hanya 354 ekor. . Berdasarkan jumlah populasi, Utoyo et al, (1996) mengkategorikan AKB ke dalam status mengkhawatirkan (endangered breed). Oleh karena itu, konsewasi AKB pen ting di lakukan karena daerah penyebarannya yang terbatas (endemik), populasinya kecil, laju migrasi ke luar daerah sentra

cukup besar (30 ekor per bulan) dan semakin terbukanya daerah sentra dari isolasi transportas i.

Pada ternak ayam, upaya identifikasi dan karakterisasi mcrupakan

prasyarat awal dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik (Utoyo et

al. 1996; Weigend & Romanov 200 1 ). Dalam konteks tersebut, karakterisasi sifat- sifat fenotipik termasuk karakterisasi suara kokok AKB di Surnatera Barat perlu dikaji untuk dimanfaatkan sebagai data dasar dalam penyusunan sistem informasi keanekaragaman temak domestik.

Sampai saat ini penelitian AKB sebagai ayam penyanyi Has daerah Sumatera Barat belum banyak dilakukan, sehingga upaya penelaahan karakterisasi

(19)

sangat penting dilakukan. Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut,

dilakukan penelitian karakterisasi sifat-si fat fenot ipi k sebagai data dasar yang diperlukan untuk melakukan konservasi sumber daya geneti k AKB di Sumatera Barat.

Tujuan Penelitian

1. Memperoleh data dasar karakteristik kuantitatifdan kualitatifAKB. 2. Memperoleh data dasar karakteristik suara kokok AKB.

3. Mendapatkan informasi sistern pemeliharaan AKB.

4. Mendapatkan informasi cara seleksi yang dilakukan peternak AKB. 5. Merumuskan strategi pengembangan dan konservasi AKB.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai in formasi dasar sifat-

(20)

TINJAUAN

PUSTAKA

Ayam Kokok Balenggek

Ayam kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam asli yang berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. AKB diduga merupakan turunan dari ayam Hutan Merah (Red Jungle Folrfl (Abbas el al. 1997). Ayam ini tennasuk t i p ayam penyanyi karena memiliki suara kokok yang merdu dan enak didengar (Rusfidra 2001). Suaranya sangar khas, berkokok dengan irama rnerdu dan bersusun-susun, mulai dari tiga sampai 21 suku kaia atau lebih (Murad 1989). AKB merupakan fauna maskot Kabupaten

Solok (Fumihito er al. 1996).

Berdasarkan bobot badan dikenal dua jenis AKB yaitu ayam bertubuh

besar (a>am Goclang) dan ayam bertubuh kecil (ayam Ratiah). Ayam Gadau_e

memiliki berat badan lebih dari 2 kg, sedangkan ayam Raiiak berbobot kurang dari 2 kg. Ayam ini rnemiliki penampilan tegap dan gagah, warna bulun!a bervariasi mulai dari merah, kuning, putih dan kombinasi antara warna tersebur. Bulunya mengkilat dan merniliki jengger tunggal (single comb).

Penggernar dan pernerhati AKB memberikan nama khas untuk setiap jenis ayam yang dimilikinya. Penamaan didasarkan pada warna bulu, warna kaki. warna mata dan kombinasi antarwama tersebut. Menurut Sarwono ( 1988) AKB dikategorikan dalam delapan nama utama, yaitu

1. ladung: kaki, paruh dan mata berwarna hitarn 2. pileh: kaki. paruh dan mata berwarna putih 3. jalak: kaki. paruh dan mata berwarna kuning 4. kurik: kaki. paruh dan mata berwarna lurik

5 . putih : bulu seluruhnya berwarna putih 6 . kanso : bulu seluruhnya berwarna abu-abu 7. biring: kaki, b r u h dan mata berwarna merah

(21)

Ragam Suara Kokak

AKB

Pada umumnya suara kokok ayam bangkok, ayam ras, ayam pelung dan ayam B u m Iainnya terdiri dari empat suku kata yaitu: "ku-ku-ku-kuuuuu", sedangkan AKB memiliki suara kokok lebih dari empat suku kata (Murad 1989). Spesifikasi suku kata kokok AKB sscara tertulis telah diungkapkan Murad ( 1 989). Menurut Murad suara kokok ayam bangkok, ayam pelung dan galur ayam yang lain terdiri atas empat suku kata, dengan pelafalan sebagai berikut:

Lafal kokok : ku-ku-ku-kuuuuu Suku kata: 1 2 3 4

AKB mempunyai suara kokok lebih dari empat suku kata, umumnya berkism antara enam sarnpai 15 suku kata bahkan lebih (Abbas et al. 1997). Lafal suara kokok adalah sebagai berikut:

1 ). suku kata lima: ku-ku-ku-ku-kuuuuuu 2). suku kata enam: ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu

3). suku kata 10: h-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu

Berdasarkan jumlah suku kata kokok, oleh penduduk setempat disebut ayam kokok balenggek (Abbas ei al. 1997). Penghitungan jumlah lenggek kokok

didasarkan pada jumlah suku kata kokok dikurangi tiga poin (Murad 1989;

Yuniko 1993), misalnya:

1). bulenggek satu: suku kata 4 dikurangi 3 2). balenggek lima: suku kata 8 dikurangi 3 3). balenggek tujuh: suku kata 1 0 dikurangi 3

Murad (1989) mengelompokkan suku kata kokok A K B menjadi dua bagian, yaitu kokok bagian depan dan kokok bagian belakang. Kokok depan dimuIai dari suku kata pertama sampai ketiga, sedangkan kokok belakang dihitung mulai suku kata keempat sampai terakhir. Kokok bagian klakang disebut lenggek

kokok.

(22)

Sij unj ung). Penyelenggaraan kontes tersebut biasanya dikaitkan dengan kon tes ternak seSumatera Barat, Kontes AKS juga diadakan dalam rangka peringatan hari besar nasional dan pekan budaya Minang. Fumihito er al. (1996) menyatakan bahwa AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau.

Menurut Murad ( 1 994), komponen yang dinilai daiarn kontes AKB adalah sebagai berikut:

1. jumlah lenggek kokok (JLK),

2. kemerduan dan keindahan suara kokok,

3. keselarasan dan keserasian tempo dan irama kokok, 4. tingkat kerajinan berkokok dalam periode waktu tertentu, 5. keramahan bercanda dengan pemil ik dan penggemamya, 6. tingkat kelangkaan AKB,

7. kelengkapan, kesempurnaan, keserasian dan keindahan bentuk tubuh dan penampilan.

Saat ini terdapat tiga pendapat mengenai asal-usul AKB. Perrama, merupakan cerita rakyat yang berkembang di daerah sentra. Disebutkan bahwa AM3 yang berkembang saat ini berasal dari keturunan ayam Kinantan milik Cindua Ma10 (Yang Dipertuan Tuanku Rajo Mudo) dari Kerajaan Minang Kabau di Pagaruyung, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Alkisah ketika Cindua Mato dikejar oleh Raja Imbang Jaya (Tiang Bungkuak) dari daerah Jambi maka ia bersama tiga ekor hewan kesayanganya yang terdiri dari kuda Gumarang, kerbau Binuang dm ayarn Kinantan meiarikan diri ke Ngalau Bunian yang terdapat di Desa Sumiso dan berdekatan dengan Bukit Sirayuah. Diperkirakan pada saat tertentu ayam Kinantan milik Cindua Mato terbang bermain ke Bukit Sirayuah dan mengawini ayam kampung setempat. Keturunan persilangan tersebut diduga mengalami domestikasi menjadi ayam Kinantan, Bangkeh, Jalak, Biriang, Taduang dan Kuriak yang dikenal sebagai keturunan AKB yang ada sekarang (Murad 1989).

(23)

sentra. Dugaan ini didasarkan pada teori bahwa hanya G. gallus gallus yang

terdapat di pulau Sumatera (Nishida et al. 1980a). Menurut Abbas et al. (1997) AKB merupakan keturunan ayam hutan merah, sedangkan menurut Hutt (1 949); Crawford (1990); Soesanto (2000); Weigend dan Romanov (2001), ayam

domestik yang berkembang sekarang merupakan turunan ayam hutan merah.

Gambar 1 Skema evolusi keragaman genetik ayam domestik (Weigend & Romanov 200 1).

f

- <d

,-

. . ' PopAulrsi L i a r '- A y a m H . u t * n M t r a b

M c n y c b a r d ~p u s a r r ~ d a m c s r ~ k a s ~ m e n u j u d a e r a h l a i n

~ m r k r a A - A y n m A s l i

...

...

P e a g b m r i l P a a g m n Y n t t j o r i : B ~ n f i a A y a m H l a s

( r ~ r e t d a m p r o d m k r ~ )

Hal senada juga dikemukakan Fumihito et al. (1994); Blakely dan Bade

, (1998) yang menyatakan bahwa

G.

gallus gallus merupakan nenek moyang

matriarkat (mafriarchic ancestor) dar i semua bangsa ayam domest i k yang berkembang sekarang

.

Keyakinan bahwa ayam Hutan Merah sebagai nenek moyang tunggal (single ancestor) dan penyumbang utama gen pool semua bangsa ayam domestik juga diungkapkan Hillel ei al. (2003) yang meneliti keragaman DNA mikrosatelit pada 52 populasi ayam di dunia. Skema evolusi keragaman geneti k ayam domesti k disaj ikan pada Gambar 1

.

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada umumnya ayarn domestik yang berkembang sekarang berasal dari turunan ayarn Hutan Merah. Berdasarkan argumentasi Weigend dan Romanov (2001); Nishida et al. ( 1 980b) maka diduga AKB yang berkembang di Payung Sakaki Kabupaten Solok merupakan turunan ayam Hutan Merah tipe ayam hias Cfmy breeds). Meluasnya perkembangan turunan Gallus gallus di berbagai tempat karena Gallus gullus mudah dikaw inkan

i

...

A,.- A4m.u ~ y l i ; ' ~ k i * b l l l h3.u T l p * n ~ C b l f G m l u r k h m s u r

B r e e d S t a n d a r

< < A , .

C l f u r Imbrs*~g.-

dam E k ~ ~ e r i m c r n t d # ~

C a l u r K a - t r d i + , 2

(24)

dengan krbagai ayam piara yang ada sekarang. Hasil perkawinannya bersifai subur (Bundy & Diggins 1960).

C o r u r n r x c o l u r n i x j o p o n I c u

G v a r r u s 2

9 9 . 9 C . v a r r u r 6 G . v a r r w s 3 2

7 4 .% G . v a r r u s 5 0

L; . s u n e r a r r r G . l u v a y r l t r I

G . i a v o y c r f r 2

G . g n l l w r b a n k r v a I S

4 4 C G . g . d o m a s r t c u s ( A y a m C c m a n i 1 )

-

9 3 9 G . g . d o m c s r r c u s ( A ymm P e l u n g 7 6 )

Ci . g . d o m e s r r c w s ( N a g o y a )

IIJG g . d v r n c s r r c u s ( W h i t c L e g h o r n I )

G . g . d o m c r l i c u s ( B a n t a m 8 )

G . g , d o m c s r i c u r ( W h i i t L t g h o r n 3 )

s r i c u r ( B m r r t d P l y m o u t h R o c k 1 )

s r r c w r ( W h i t t L c g h o r s 2 ) . g a l l u r x p a d i c e u u r 5 . g a i l u r r p s d i c c o u s 3

G . g u 1 l u x s p a d i c c u u s 4

o m e s r r c v s ( A y a m K o k o k B n l t n g g c k 6 3 )

O R C J I I C Y S ( A y a m K o k o k B a l c n g g c k 7 1 )

I g a l l u r 8 ( T h r i l a n d )

s g a l l u s 1 0 ( T h m i l a n d )

Gambar 2 Konstruksi pohon filogenetik ayam domestik berdasarkan

urutan nukleotida (Fumihito ei al. 1996).

Keterangan:

Galhu twtw 2,6 (Singamla Bali)

Gallur ~wiw 32 (Mdura)

GuIIu lmiw 50 (Banyuwangi; J a w Timur)

GUIIIU Imqwtn I f (Kcbun Binatang Dehimla, Srilangka)

Gallus gullus b d i v a IS (Smgaraja. Bali. Indonesia)

.

Gdlw gdlw b k i v a IS (Jaw Barat)

Gallarr gallur h k f v a I9 (lampung)

Gallw gdlw gdllvt 39,4 1.58 (Palerntag, Sumatera Stlam)

GatIus gdlw gallus I I (Kebun Binatang Tams, Tokyo Jepang)

Gall* gdIw k t i w ( A m C a m ' 1) (Ktbun Binatang Surabap)

Gallur $ 1 ~ domartim ( A > m Pelung 76) (Bogor, J a m Barat)

Gallus gallw don~~tim (Nagoya Jepang)

GoIIuf gallw 1 m e s t i ~ 1 * ~ (White Lcghom I ) (Stasiun Pemlitian Pctemakan Hirashima Jepang)

Gallrcs g d t w &me.stiw (Thai Banram 8) (Thailand)

Gallur gallw d o m a r i m (Barred Plymouth Rock) (Inggris)

Gallus gdtw domesticus white Leghorn 2 )

Wtus g d l w e i c e w 3 . 4 . 5 (Dcpartcmm Kehutanan Thailand)

Gallrrr g d l w h m s t i c ~ (Amm KhkoR B d e w k 63,f I ) (Solok Sumam Barat)

W I w gdIw gullw 8, 10 (Deputemen Kchutanan Tha~land)

(25)

Ketiga, studi yang dilakukan Furnihito er al. (1996) yang melakukan

penelitian molekuler kberapa ayam domestik (G, gallus domesticus), ayam Hutan Merah (G, gallus gallus), ayam Hutan Ceylon (G. lavqyefti), ayam Hutan Abu- abu (G, sonerati0 dan ayam Hutan Hijau (G. varius), menunjukkan bahwa AKB memiliki kekerabatan yang dekat dengan G. gallus gallus yang ada di Thailand. Fumihito et al. (1994) menyimpulkan bahwa AKB belgsal dari ayam lokal

-

Thailand yang men yebar ke daerah Sumatera Barat. Pada Gambar 2 dapat dilihat

konstruksi pohon filogenetik ayam domestik berdasarkan urutan nukleotida.

Pewarisan Sifat Kokok Balenggek

Analisis pewarisan sifat bertujuan menelusuri dari perkawinan antar tetua

mana sifat kokok balenggek diwariskan pada anak jantan. Analisis ini menggunakan catatan silsilah perkawinan yang dilakukan Murad (1 994b), seorang penggemar AKB di Kota Padang. Berdasarkan data perkawinan AKB yang

dilakukannya antara tahun 1987- 1994 telah melakukan perkawinan sampai generasi ketiga (G3J Ada tiga pola perkawinan yang dilakukan Murad. Untuk memudahkan pemahaman selanjutnya AKB disingkat dengan B dan ayam karnpung disingkat dengan K.

1. Pola Perkawinan B

$

X

K

?

Perkawinan pejantan AKB dengan betina karnpung rnenghasilkan semua anak jantan pada

GI,

Gz dan G3 tidak memiliki kokok balenggek, meskipun proporsi darah AKB cukup besar, yaitu $ F '/zB'/z K (GI),

8

F %B 1/4K (Gz) dan

$

F

7/8B 1/8K (G3).
(26)

kokok balenggek, meskipun proporsi darah pejantan AKB cukup besar, yaitu

6

F%K 112B (GI), $ F 314 K 114B (GI) dan

8

F 7/8K 1/8B (G3).

3. Pola Perkawinan B

$

X B

9

Perkawinan pejantan AKB dengan induk AKB rnenghasilkan anak jantan pada GI, GI dan G3 memiliki kokok balenggek. Ayarn jantan yang digunakan adalah pejantan AKB sedangkan betina induk merupakan betina murni keturunan

AKB. Jadi proporsi darah AKB pada $ GI, $ GI dan $ G3 adalah 100%.

Mengamati pola perkawinan tersebut di atas, sifat kokok balenggek tereskpresi pada turunan hasil perkawinan pejantan AKB dengan betina A m . In formasi tersebut sejalan dengan pengalaman penangkar AKB (Ramli 22

Agustus 2000, komunikasi pribadi), yang menyatakan bahwa AKB diturunkan dari perkawinan pejantan dan betina AKB.

Determinasi Seks AKB

Ternak unggas memiliki 39 pasang kromosom yang terdiri dari 38 pasang kromosom tubuh (autosom) dan satu pasang kromosom seks (genosom). Pada manusia dan ternak marnalia, krornosom seks betina merupakan pasangan homogametik (XX) dan kromosom seks jantan merupakan pasangan heterogametik (XY) (Whinchester 1958; Martojo 1992; Noor 1996; Kagami &

Hanada 19971, sedangkan kromosom seks pada unggas jantan bersi fat homogametik (ZZ) dan heterogametik

(ZW)

pada betina (Whinchester 1958; Stevens 1996; Kagami & Hanada 1997).

Sifat berkokok merupakan karakteristik kelamin sekunder yang hanya

terdapat pada ayam jantan dan eksprcsinya dipengaruhi oleh horrnon tesmsteron. Sifat berkokok diwariskan secara sex limited (sifat terbatas kelamin) dan biasanya

baru muncul setelah dewasa kelamin. Menurut Winchester (1958); Campbell dan Lasley (1 985); Noor (I 996) sifat sex limited hanya diekspresikan pada satu jenis kelarnin, pemunculannya tergantung perkembangan organ tertentu, dipengaruhi oleh sejumlah ksar gen (poly gene) dan diduga ada pengaruh hormon jantan

(27)

Fenomena Ayam Penyanyi

Kegiatan mendengarkan kicauan burung sudah lama menarik perhatian

manusia (Oliver 1966). Studi tentang ayam penyany i telah dilaporkan Somes et

'

01. (1990). Ayam domestik yang memiliki suara rnerdu dan panjang disebut long crow fowl. Di negara Jepang terdapat tiga bangsa ayam yang memiliki suara

kokok panjang dan merdu, yaitu ayam Toutenko, Toumaru dan Koeyoshi (Tsudzuki 2003).

Rataan durasi kokok ayam domestik pada urnumnya berkisar antara 2-3 detik (Somes et al. 1990; Siege1 & Dunington 1990). Ayam Tourenko, Toumaru

dan Koeyoshi mampu berkokok selama 15 detik (Tsudzuki 2003), sedangkan ayam Pelung memiliki durasi kokok berkisar dari 3.0-8.9 detik (Jatmiko 200 1).

Suara Hewanfrernak

Definisi Suara

Suara adalah serangkaian gelombang bertekanan yang merambat dalam

udara (Guyton 1994). Menurut Cromer (1998) suara merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui udara, air dan zat padat.

Suara memegang peranan penting daIam kehidupan semua jenis hewan.

Dengan menggunakan suara, hewan mampu berkomunikasi antara satu dengan

laimya dan memperoleh infonnasi tentang lingkungannya. Pada ternak mamalia dan unggas, suara merupakan alat komunikasi yang penting antara sesama mereka. Menurut Campbell dan Lasley (1 9851, bumng menggunakan suara untuk berkomunikasi dengan manusia.

Organ Penghasil Suara

Manusia dan hewan mempunyai organ khusus penghasil suara. Manusia

(28)

al. 2000). "Syrinx'herupakan organ vokal yang unik pada burung (Smyth &

Smith 2002).

Pada "syrinx" terdapat sepasang membran tymphani medial (MTM) yang

bergetar pada saat dilewari oleh udara ekspirasi. MTM dikenal sebagai

pem bangkit suara (sound ge~terafor) (Goller & Larsen 1997). Selaput ini berupa organ yang sederhana pada szbagian besas unggas, narnun merupakan selaput

yang kompleks padn burung penyanyi (Young f 986). Perkembangan "syrinx"

diatur oleh horrnon-hormon gonad (Turner & Bagnasa 1988). "Syrinx" atau kotak

suara (voice box) terdapat pada persirnpangan antara rrakhea dengan bronkus

(Gambar 3).

Gambar ; Saluran pernapasan unggas.

+

.

Fungsi Suara

Suara merupakan salah satu alat komunikasi yang penting pada hewan.

Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa burung, yaitu call (suara

panggilan) dan song (suara n1,anyian) (van Tyne & Berger 1976; Young 1986;

(29)

pasangannya. Campbell dan Lasley ( 1 985) menambahkan bahwa burung menggunakan nyanyian sebagai penanda datangnya waktu pagi.

Menurut Campbell dan Lasley (1985) respon perilaku pada ternak

merupakan sifat yang diwariskan (hereditas) dan pengalaman belajar serta interaksi antara kedua faktor tersebut. Cardoso dan Sabbatini (2004) menyatakan

tingkah laku ternak merupakan interaksi antara genetik dan lingkungan.

Menurut Marler dan Doupe (2000) sifat nyanyian pada burung merupakan

perilaku belajar yang diwariskan secara kultural (culfurally inherited trail) dari

generasi ke generasi. Studi pada burung Finch Darwin yang dilaporkan Grant PR dan Grant

BR

( f 997) menunjukkan bahwa sifat nyanyian merupakan sifat yang diwariskan secara kultural melalui proses "imprinting". Menurut Cardoso dan Sabbatini (2004) sifat "imprinting" merupakan interaksi antara naluri dan

.

pengalaman berlatih (learning).

Suara kokok pada ayam jantan termasuk suara tipe nyanyian dan merupakan karakteristik seks sekunder. Menurut Blakely dan Bade ( 1 998), respon berkokok pada ayam termasuk sifat seks sekunder. Fungsi nyanyian pada burung untuk rnenandai wiIayah dan atraksi rnenarik perhatian k t i n a pasangannya

("sexual calling") sebelum terjadi perkawinan (Famer et a!. 1975 van Tyne &

Berger 1976; Lundberg & Alatalo 1992). Tipe suara nyanyian hanya terdapat pada ternak jantan (Brenowitz el al. 2003; Grant PR & Grant BR 1997).

Suam hewan juga dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan (Zymmerman 1995; Blokhuis & Koene 1998; Koene 2001), sebagai ekspresi emosional dan status fisiologi ternak (Koene 1996). Fitri (200 1 ) melaporkan

.

bahwa karakteristik nyanyian pada burung kenari jantan dapat dijadikan sebagai indikator mutu burung kenari jantrtn.

Dalam ha1 pentingnya kajian dilakukan terhadap hewan ternak, Al- Qur'anul Karim menyebutnya &lam ayat berikut

" D m

sesungguhnya puda binatang ternak itu benar-benar terdapar pelajaran yang penling bagi kumu. Kami (Allah) memberi minum Kamu dari air susu yartg a& di dalam peruirya, dan @gal pada binutang itu terdapaf m a n f a yang banyak untuk kamu, dmz
(30)

Sulaiman telah mewarisi Daud.., dun dia b e r h a : "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuaru. Sesungguhrtya wrnua ini benar-benar suatu kurnia yang nyaf a".

Berkenaan dengan suara kokok ayam jantan disebutkan daiam hadits, Rasulul lah SAW. bersabda: "Jika kamu mendengav mara kokok aynm jantan maka mohonlah kurunia kepada Allah SWT, h n a sesungphryu binatang tersebut telah melihat malaikat" [Hadis Riwayat Abu Hurairah r.a.1. Dalam hadis

yang lain, diriwayatkan oleh Masruq r.a: '' Aku bertanya kepada Aisyah mengenai amalan Rasulullah s.n.w. Aisyah nrenjuwab: Baginda suka berdiam diri. Aku ber~anya lagi: Bilakah wakrunya baginda sholat? A isyah menjawab: Apabila mendengar suara nyam jan fan berkukok baginda bangkit dan mendirikan sholat [Aisyah r.a.1.

Nilai Ekonomis Suara

Suara merupakan salah satu komditi yang bernilai ekonomi. Banyak orang marnpu mengolah suara dan menjadikan suaranya bernilai ekonomi, seperti penyanyi, penyair, orator, penyiar dan pernbawa acara. Mereka adaIah sebagian

orang yang meraih popularitas dan materi karena memiliki suara yang indah, merdu dan memikat. Mereka mampu mengubah suara menjadi uang dan popularitas (Rusfidra 2003). Ayam dan burung yang memiliki suara kokok dan kicauan yang merdu memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi dari ayam yang tidak memiliki kokok merdu.

Visualisasi Suara

Saat ini teknologi audio visual telah semakin berkembang. Pada masa dahulu, suara ha& dapat didengar namun sekarang - teknologi telah

memungkinkan suara dapat didengar dan dilihat. Pada urnumnya visualisasi suara dapat ditampilbn dalam tiga bentuk, yaitu wave form, specfrogram dan spectrum. Wme form (oscilogram) merupakan visualisasi suara dalam bentuk grafik. Sum bu X adalah dimensi waktu (detik) dan sumbu Y adalah dimensi frekuensi (kHz).

(31)

2000). Poia waveform terbagi atas t iga h e , yaitu fase trigger, fase event duration dan fase silence gups (www. birds.comel l.edu.sound analysis software. htrnl).

Spectrogram suara (sonogratdaudiogram) dalah visualisasi suara secara sekuensial, dimana dimensi horisontal adalah waktu (detik) dan dimensi vertikal adalah frekuensi (kHz). Spectrogram suara dapat memberikan informasi secara tepat dan lengkap karena didasarkan pa& pengukuran aktual perubahan frekuensi dari waktu ke waktu dengan menggunakan program komputer spesifik. McCraken dan Sheldon (1997) menyatakan spectrogram merupakan frekuensi dan energi suara pada periode waktu tertentu. Spectrogram juga disebut suara tercetak (voice print).

Kemajuan Riset Ilmu Pengetahuan Suara

Ilmu pengetahuan suara adalah ilmu yang mempelajari karakteristik suara, organ penghasil suara, fungsi suara, fisiologi suara dan analisis suara manusia dan

suara hewan (bidustik). Riset modern pada burung penyanyi dimulai sejak

tahun 1958 yang dirintis oleh William Thorpe (Brenowitz er al. 2003) dan telah berlangsung sekitar 50 tahun (Slater 2003).

Suara merupakan komponen penting dalam riset bio acoustics (animal

acoustics). Riset bio ucousrics sudah dimulai sekitar 50 tahun yang Ialu dan dirintis oleh Peter Marler (peneliti di Laboratorium Komunikasi Hewan, Universitas California) dengan publikasi be judul Chmacteristics some animal call dalam Jumal Nature volume 1 76 terbitan tahun 1 95 5 (Kumar 2003).

McCraken dan Sheldon (1997) menyatakan bahwa vokalisasi dapat dijadikan sebagai dasar dalam m e l a k u h konstruksi filogenetik antar spesies. Kaj ian filogenetik berbasis suara didasarkan pada tiga karakteristik suara y aitu jumlah suku kata, struktur suku kata dan frekuensi dasar suara. Selain itu, vokalisasi unggas dapat dijadikan sebagai dasar &lam studi sejarah evolusi.

Karslkteristik Morfologis Ayam Kampung

(32)

ayam diantaranya:

.

berat badan, panjang tulang femur, panjang tibia dan tarsometatarsus, lingkar tulsng tarsometatarsus, panjang jari ketiga, panjang

'

sayap, panjang paruh dan tinggi jengger. Menurut Mansjoer (1985) kernurnian suatu bangsa ayam ditentukan oleh keseragaman ciri-ciri tubuh. Hasi l survai Nishida et al. (1980b) yang mengamati karakteristik morfologis ukuran-ukuran tubuh ayam kampung di Sumatera Barat, ditampilkm pada Tabel 1.

Tabel 1 Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam kampung di Sumatera Barat (Nishida er 01. 1980a)

No Bagian Tubuh Seks

Jantan Betina 1 Panj y g femur (paha)(mm) 93.47 82.9 1

3 Panjang tarsometatarsus (mm) 98.37 82.4 1 4 Panjang jari ke-3 (mm) 75.53 65.18

5 Panjang sayap (mm) 224.00 192.00

6 Panjang paruh (mm) 64.13 61.52

7 Tinggi jengger (mm) 23 -93 11.56

8 Bobot badan (g) 1433.30 1171.40

Mansjoer (1 985) menjelaskan beberapa sifat kualitatif penting sebagai ciri khas d m dapat digunakan sebagai penentu suatu bangsa ayam. Sifat-sifat tersebut adalah: warna bulu, warna kerabang, warna caku dan bentuk jengger. Kemurnian ayam karn pung dapat ditentukan dengan rnelihat karakter kualitati f tersebut. Ayam kampung yang dianggap ayam asli tampak pada keragaw pola bulu, w m a bulu serta sifat kegeneti kaan iainnya. Menurut Diwyanto dm Iskandar (20031, ayam kampung t idak memiliki ciri spesi fik dan terdapatnya variasi warna bulu diantara ayam kampung.

Dalam era bioteknologi, karakterisasi dan inventstrisasi sumber daya genetik mempunyai arti sangat penting (Zuhal 2000). Sebagai bagian dari

(33)

dicapai yaitu: ( 1 ) membangun in formasi sebagai dasar pengambilan keputusan untuk keterkaitan, kegunaan, pengembangan dan pelestarian sumber daya ternak nasional, dan (2) mengembangkan data dasar sumber daya ternak sebagai k h a n kebijaksanaan pemberdayaan dan pengembangan sumber daya ternak terseleksi. Karakterisasi surnkr daya geneti k temak asli dapat di lakukan dengan mengamati empat aspek yaitu deskripsi fenotipi k, evaluasi genetik, sidik j ari DNA dan karyotipe (Khumnirdpetch 2002) (Tabel 2). Identifikasi dan karakterisasi merupakan prasyarat awal untuk melakukan konservasi dan pemanfaatan sumber

daya genetik (Weigend & Romanov 2001). Pada temak kesayangan atau ternak ekse bisi, karakterisasi fenotipi k merupakan upaya penting yang

dilakukan pembibit ayam hias (Bolet et al. 2002).

Tabel 2. Karakterisasi sumber daya genetik ternak asli (Khumnirdpetch 2002)

No Spesies Strategi Karakterisasi Sumber Daya Genetik Deskripsi Evaluasi Sidik Jari Karyotipe

+ Fenotioik Genetik DNA

1 Ayarn Ya tidak Beberapa tidak

2 ltik Ya tidak Beberapa tidak

3 Sapi Ya beberapa Beberapa

Ya

4 Kerbau Ya tidak Beberapa Ya

5 Karnbing Ya tidak Tidak tidak

6 Domba Ya ti& Tidak tidak

7 Babi Ya tidak Beberapa tidak

(34)

Aaalisis SWOT

Analisis

SWOT

adaiah analisis kualitatif yang digunakan untuk menyusun

forrnulasi strategi suatu kegiatan (Rangkuti 2000). Analisis ini digunakan sebagai

alat manajemen bagi perencana pembuatan strategi manajemen suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strength) dm peluang (Opportunity), namun pada saat bersamaan dapat rnemin imal kan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Seorang perencana hams mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada kondisi saat itu sebelum mengambil keputusan strategis.

Kegiatan berikutnya adalah menggabungkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dalarn matriks dan kemudian menyusun aspek SWOT dalarn suatu kuadran (Rangkuti 2000). Formulasi strategi dibuat melalui strategi silang dari keempat faktor tersebut, yaitu:

+

Strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dm memanfaatkan peluang dengan sebesar-besamya.

4 Strategi WO (Kelernahan-Peluang), yaitu strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

4 Strategi ST (Kekuatan-Ancaman), yakni strategi yang menggunakan

kekuatan untuk menghindari ancaman.

+

Strategi WT (Kelemahan-Ancaman), yaitu strategi yang meminimal kan kelemahan dan menghindari ancaman.

Konservmi Sumber daya Geuetik Ternak

Indonesia merupakan salah satu negara y ang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Zuhal 2000; Noerdjito & Maryanto 200 1 ), sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanehragaman hayati tertinggi (Pareno 200 1). Indonesia juga kay a dengan

keanekaragaman genetik (Zuhal 2000).

(35)

perhatian di banyak negara. Keanekaragaman hayati meliputi tiga asp& yakni keanekaragaman genet ik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem (habitat) (Soemanvoto 1 99 1 ; MNLH 1997). Selanj utnya Robert dan Allen (1 99 1 ) mengungkapkan terdapat tiga macam keanekaragarnan genetik yaitu keanekaragaman geografis, keane karagaman antar populasi dalarn satu lokasi dan keanekaragaman dalam populasi.

Menurut Bodo (1 990) konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan biosfer oleh manusia sehingga menghasilkan manfaat berkelanjutan paling besar bagi generasi sekarang dan mendatang. Di dalam UU No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, konservasi didefenisikan sebagai suatu usaha pengelolaan sumber alam lingkungan meliputi tanah, air, mineral, udara dan spesies (flora, fauna dan manusia) serta keanekaragaman hayati untuk digunakan oleh manusia menuju kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran pokok konservasi surnber daya alam adalah perlindungan proses ekologis yang menunjang kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis dan pelestarian pernanfaatan sumber daya dan ekosistemnya (MNLH 1997).

Konservasi sumber daya ggenetik merupakan wacana global yang banyak mendapat perhatian di banyak negara (Ho et al. 1997). Konservasi menrpakan bagian integral dari pemuliaan temak dan pengembangan peternakan (Bodo 1990).

Menurut F A 0 ( 1 999), konservasi sum ber daya genetik merupakan elemen penting yang harus dilakukan karena banyaknya bangsa temak krada dalam resiko kepunahan. Ternak memainkan peranan pent ing dalam kehidupan manusia, yakni sebagai sumber bahan pangan, sumber tenaga, sumber bahan bakar, pupuk, sebagai aset kultural clan sumber pendapatan. Dalam konteks itu, F A 0 mengklasifikasikan status banpa tern& ke dalam tujuh kategori, yaitu: (1) punah (extinct), (2) kritis (cririca!), (3) mengkhawatirkan (endangered), (4) h p i r kritis (critical maintained), (5) ham pir mengkhawatirkan (endangered maintaiwd), (6)

(36)

Tabel 3 Kategori populasi ternak domestik (Henson 1992)

Status Populasi Keterangan

Punah tidak ada peluang restorasi populasi, tidak ditemukan

pejantan dan betina murni

Kritis

.

rawan kepunahan, variabilitas genetik menurun pada

populasi tetua.

dalam bahaya kepunahan karena ukuran populasi efektif Endanger (Ne) kecil, untuk mencegah kehilangan genetik.

preservasi harus d ilakukan

Tidak Aman jumlah populasi menurun dengan cepat

Vulnerabel beberapa kerugian cukup membahayakan dalam

eksistensi populasi

Normat bereproduksi tanpa kehi populasi tidak dalam bahaya kepunahan, dapat

langan genetik

Patterson dan silverside; (2003) rnenyatakan ada enam alasan penting

konservasi sumber daya genetik, yaitu: (1) menjaga pernanfaatan gen dan kombinasi gen potensial, (2) memanfaatkan heterosis (hibrid vigor), (3) mengatasi terjadinya plato proses seleksi, (4) menyediakan jaminan kebijakan pada saat kondisi tidak menguntungkan, (5) alasan ku ttural dan (6) untuk tuj uan penelitian. Rudge (1 990) rnenyatakan empat alasan penting konservasi sumber daya genetik, yaitu ( 1 ) sebagai jaminan genetik, (2) untuk kepentingan penelitian, (3) untuk kegunaan praktis dan (4) karena alasan sentimen sejarah, kultural dan kepentingan publik.

Menurut Patterson dan Silversides (2003) konservasi sumber daya genetik ternak mem iliki tujuan untuk: (1) Menjaga variasi genetik sehingga kombinasi gen selalu terjaga, (2) Menjaga terpeliharanya gen-gen spesifik, dan (3) Menjaga bangsa ternak lokal yang memiliki potensi pemanfaatan di masa depan.

Dalam melakukan konservasi sumber daya genetik ternak terdapat beberapa t a h a p ying harus dilakukan. Tahapan tersebut adalah inventarisasi, evaluasi, penetapan dm pelestarian (Patterson & Si lversides 2003). Inventarisasi

sumber daya genetik mempunyai arti yang sangat penting (Zuhal 2000).

(37)

bangsa ternak yang akan di konservasi memerlukan pertimbangan aspek kultural,

potensi ekonomi dan ancaman kepunahan (Henson 1992).

Program konservasi sumber daya genetik ternak merupakan program yang membutuhkan biaya tinggi dan perlu didukung oleh banyak pihak (Henson 1992;

Patterson & Si lversides 2003). Kelompok yang diharapkan terlibat dalam program konservasi sumber daya genetik ternak adalah peternak komersil (industri peternakan), peternak kecil, penggemar (hobiis), kelompok pernerhati konservasi,

lembaga pemerintah dan lembaga internasional.

Konservasi ayam asli sangat penting dilakukan karena adanya sifat-sifat genetik unik pada .ayam-ayam asli (Safalaoh 1997). Menurut Gueye (1998) konservasi ayam asli bertuj uan untuk mempertahankan variasi genetik dan memanfaatkan sifat keunggulan adaptasi pada lingkungan pemeliharaan ekstensif.

Menurut Bodo (1990) ayam merupakan ternak domestik paling universal clan

penting sebagai penghasi 1 bahan pangan untu k konsumsi manusia. Jum lah populasi minimal breeding stock untuk kelangsungan populasi ternak

diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah populasi minimal pada breeding stock untuk kelangsungan populasi (Bodo 1990)

Spesies Kondisi Petemakan Kondis i Penelitian Jantan Betina Jantan Betina Sapi 600-1 500 20- 100 10 26

Kerbau 500-1000 20-50 10 25

Kuda 400-1000 20-40 10 25

Domba 500-1 500 15-60 22 60

Babi 100-250 15-30 44 44

(38)
(39)
(40)

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran karakteristik morfologis

.

adalah timbangan kapasitas 3 kg, kaliper, meteran, tali dan kamera foto. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran karakteristik suara kokok: peralatan yang digunakan adalah 1 (satu) set cmsete corder merek Sony TCM-343, sport timer,

mikro fon tipe unidirectional khusus untu k kom puter, kaset dan batu baterai.

Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik fenotipik (sifat kuantitatif dan kuaI itat if), karakteristik suara dan anal isis suara kokok AKB di Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap 1 berupa survai pendahuluan di

desa sentra AKB. .Selanjutnya diadakan wawancara dengan responden dan pengukuran sifat kuantitatif AKB. Penelitian Tahap 2 difokuskan pada karakterisasi suara kokok dan keragaan si fat AKB di daerah penangkaran. Penelitian Tahap 3 adalah melakukan analisis s u m kokok AKB menggunakan paket komputer Spectrogram Versi 6.4, Sound Forge

XP

4.5 dan Goldwave Versi 4. Strategi pengembangan dan pelestarian AKB diolah menggunakan metode analisis SWOT (Strength, WeaAnessess, Opportunities dan Threat).

Karakteristik Fenotipik

Karakteristik fenotipik yang meliputi karakteristik kuantitatif dan kualitatif merupakan si fat kegenetikaan luar yang ditampilkan ternak. Karakteristik kuantitatif AKB yang diukur dalarn penelitian ini adalah: bobot badan, panjang

femur, panjang tibia, panjang jari ketiga, tinggi jengger, dan jumlah gerigi jengger. Data ukuran tu buh tersebut dikumpul kan melalui pengukuran dan penimbangan.

Definisi ukuran-ukuran tubuh &lam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. bobot badan : bobot badan pada saat a y m masih hidup (g),

2. panjang femur : diukur dari pangkal paha yang melekat pada tulang, punggung sampai ke persendim Iutut (cm) (Austic &

(41)

3. panjang tibia : diukur dari persendian lutut sampai ke turn it kaki (cm) (Austic & Neisheim 1990),

4. tinggi jengger : diukur dari tengah-tengahjengger (tengah tumbuhnya jengger) tegak lurus ke atas kepala (cm), dan

5 . panj ang jari ketiga : diukur dari pangkal jari sampai ke ujung jari ketiga

(cm).

Karakteristik kualitatif rneliputi ciri khas yang terdapat pada A m . Karakter kualitatif yang diamati adalah: warna dasar tubuh, wama bulu sayap, bulu ekor, bulu leher, bulu punggung, cakar, mata, paruh, cuping telinga, jengger, kaki, pial dan bentuk jengger.

Karakterisasi Suara Kokok

Pengamatan karakterisasi suara dan perilaku berkokok ditetapkan menggunakan metode rime sampling (Sevil la et al. 1993). Pengamatan dilakukan pada tiga periode waktu, yakni pagi hari (pukul06.00-08.00

WIB)

(Tl), siang hari (pukul 11.00-13.00 WLB) (T2) dan sore hari (pukul 15.00-1 7.00 WIB) (T3)

(Bibby et al. 2000). *

Karolkteristik suara kokok AKB yang diamati dalam penelitian ini adalah: j umlah suku kata kokok (JSK), j umlah lenggek kokok (JLK), kestabi lan berkokok

(KSK),

waktu berkokok (WKK), frekuensi (tingkat keseringan) berkokok (FKK) pada waktu tertentu ( 1 0 meni t), durasi kokok

(DKK)

setiap kal i kokok (detik).

Frekuensi berkokok adalah jumlah kali kokok selama waktu 1 0 menit yang

dicatat pada waktu pagi (T I), siang (3'2) dan sore

(T3)

selarna tiga hari berturut- turut, yaitu hari pertama (H 1 ), hari kedua (H2) dan hari ketiga (H3). Durasi kokok adalah lama waktu berkokok (dalam satuan detik) yang diarnati pada 10 kali kokok berturut-brut pada pagi (

Gambar

Grafik  rataan  JLK  AM3
Gambar  1  Skema evolusi  keragaman  genetik ayam  domestik  (Weigend  &amp;  Romanov  200  1)
Gambar 2  Konstruksi  pohon  filogenetik  ayam  domestik berdasarkan
Gambar  ;  Saluran  pernapasan unggas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reason for change:  To clarify the parts that deal with output coverage encodings and to allow single binary files as an option to the list of GetCoverage response encoding. One

Th e purpose of the fi rst experimental study was twofold: (1) to test whether valence-consistent shifts in evaluations of hospital services happened in response to exposing

Oleh karena itu, peneliti menggunakan perhitungan biaya satuan menggunakan modelActivity Based Costing (ABC) untuk menentukan harga pokok kegiatan pelayanan pendidikan

Penelitian berjudul analisis kebutuhan investasi usaha peternakan ayam niaga pedaging diKabupaten Purbalingga dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret sampai 15 April 2013. Penelitian

Setelah pasien dibuatkan protesa Valplast, tetap tidak nyaman, akhirnya pasien menghendaki gigi-gigi tiruannya baik yang lepasan maupun gigi tiruan crown &amp; bridge yang

[r]

[r]

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan dengan benar dan tepat serta untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan dalam penelitian